Pengetahuan dan Sikap Ibu terhadap Manajemen Terpadu Balita Sakit Berbasis Masyarakat di Desa Ronga-Ronga Kecamatan Gajah Putih Kabupaten Bener Meriah Tahun 2013

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan

1. Defenisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil tahu, yang terjadi setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Pengetahuan merupakan hasil dari apa yang diketahui seseorang yang didapatkan secara formal maupun informal. Pengetahuan formal ini diperoleh dari pendidikan sekolah, sedangkan pendidikan informal diperoleh dari luar sekolah seperti dari lingkungan keluarga, orang lain dalam pergaulan sehari-hari dan dapat juga diperoleh dari media informasi yaitu media cetak seperti: buku, majalah, media elektronik seperti tv, radio, dan internet.

2. Tingkat pengetahuan

Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara garis besarnya dibagi dalam enam tingkat pengetahuan, yakni :

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.


(2)

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan atau memisahkan kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam suatu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini didasarkan pada kinerja yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku di masyarakat (Notoadmodjo, 2010).

3. Faktor –faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Meneurut Suhartono (2005) pengetahuan dipengaruhi oleh dua faktor yaitu:

a. Faktor Internal 1) Pendidikan

Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti terjadi proses pertubuhan, perkembangan, atau perubahan ke arah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada diri individu, keluarga atau masyarakat.


(3)

Beberapa hasil penelitian mengenai pengaruh pendidikan terhadap perkembngan pribadi, bahwa pada umumnya pendidikan itu mempertinggi taraf intelegensi individu.

2)Persepsi

Persepsi yaitu mengenal dan memilh objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil.

3) Motivasi

Motivasi merupakan dorongan, keinginan, dan tenaga penggerak yang berasal dari dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu dengan mengesampingkan hal – hal yang dianggap kurang bermanfaat. Dalam mencapai tujuan dan munculnya motivasi murni adalah motivasi yang betul – betul disadari akan pentingnya suatu perilaku akan suatu kebutuhan.

a) Pengalaman

Pengalaman adalah sesuatu yang dirasakan ( diketahui, dikerjakan) juga merupakan kesadaran akan suatu hal yang tertangkap oleh indera manusia.

b) Faktor Eksternal

Faktor eksternal yaitu dorongan dari luar berupa tuntutan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kehidupan, meliputi lingkungan, informasi, budaya, penghasilan dan akses terhadap informasi dan pendidikan.

c) Cara Mengukur Pengetahuan

Menurut Nursalam (2008) untuk mengetahui tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang dibagi menjadi 3 tingkatan yaitu :


(4)

a. Pengetahun baik : 76 – 100% b. Pengetahuan cukup : 56 – 75 % c. Pengetahuan kurang : < 56 %

B.Sikap

1. Defenisi

Menurut Notoadmodjo (2007), bahwa sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik dan sebagainya). Newcomb, salah seorang ahli psikologi social menyatakan bahwa sikap adalah merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dalam kata lain fungsi sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi perilaku (tindakan), atau reaksi tertutup. Allport (1945) menjelaskan bahwa sikap mempunyai 3 komponen pokok, yaitu:

a) Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek. b) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek. c) Kecendrungan untuk bertindak.

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan,pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting.

2. Tingkat sikap

Sikap juga mempunyai tingkat-tingkat berdasarkan intensitasnya, sebagai berikut:


(5)

a. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa seorang atau subjek mau menerima stimulus yang diberikan (objek).

b. Menanggapi (responding)

Menanggapi disini diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapai.

c. Menghargai (valuing)

Menghargai diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang lain dan bahkan mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain merespon.

d. Bertanggungjawab (responsible)

Sikap yang paling tinggi tingkatannya adalah bertanggungjawab terhadap apa yang telah diyakini, dia harus berani mengambil resiko bila ada orang lain yang mencemooh atau adanya resiko lain.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap

Adapun faktor-faktor yang menyebabkan perubahan sikap adalah : a. Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor yang terdapat dalam pribadi manusia itu sendiri. Faktor ini berupa selectivity atau daya pilih seseorang untuk menerima atau menolak pengaruh-pengaruh yang datang dari luar.

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang terdapat dari luar pribadi manusia. Faktor ini berupa interaksi sosial di luar kelompok. Misalnya interaksi


(6)

antara manusia dalam bentuk kebudayaan, yang sampai kepada individu melalui media massa (Notoatmodjo, 2007).

C.Manajemen Terpadu Balita Sakit Berbasis Masyarakat (MTBS-BM)

1. Pengertian Umum

Manajemen Terpadu Balita Sakit berbasis masyarakat (MTBS-BM) merupakan pendekatan pelayanan kesehatan bayi dan anak balita terintegrasi di tingkat masyarakat sesuai standar. Menurut Hidayat (2009), manajemen terpadu balita sakit merupakan suatu bentuk pengelolaan balita yang mengalami sakit, yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan anak serta kualitas pelayanan kesehatan anak. Bentuk ini sebagai salah satu cara efektif untuk menurunkan angka kematian dan kesakitan pada bayi dan anak, mengingat pengelolaan ini dapat dilakukan pada pelayanan tingkat pertama seperti di unit rawat jalan, puskesmas, polindes, dan lain-lain.

Yang dimaksud berbasis masyarakat adalah strategi dalam penerapan pendekatan MTBS dengan melibatkan masyarakat atau kader. Yang disebut bayi muda adalah rentang usia bayi mulai dari baru lahir hingga sebelum genap berusia dua bulan. Sedangkan balita dalam konteks pedoman ini dimulai dari bayi berusia dua bulan hingga sebelum genap berusia lima tahun (Pedoman Perancanaan dan Pelaksanaan MTBS-BM, hal 11).

Pendekatan MTBS di Indonesia pada awalnya dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di unit rawat jalan kesehatan dasar (Puskesmas dan jaringannya termasuk Pustu, Polindes, Poskesdes, dll). Upaya ini tergolong lengkap untuk mengantisipasi penyakit-penyakit yang sering menyebabkan kematian bayi dan balita di Indonesia. Dikatakan lengkap karena


(7)

meliputi upaya preventif (pencegahan penyakit), perbaikan gizi, upaya promotif (berupa konseling) dan upaya kuratif (pengobatan) terhadap penyakit – penyakit dan masalah yang sering terjadi pada balita.

MTBS berbasis keluarga/ masyarakat merupakan upaya untuk mendorong diterapkannya dan dipertahankannya perilaku kunci dalam keluarga yang mendukung kelangsungan hidup, pertumbuhan dan perkembangan anak, dalam kerangka pengembangan kapasitas masyarakat.

2. Strategi MTBS

MTBS memiliki 3 komponen khas yang menguntungkan seperti yang dijelaskan dalam publikasi CORE & USAID (2009) yaitu:

a) Komponen I : Meningkatkan ketrampilan petugas kesehatan dalam tatalaksana kasus balita sakit menggunakan pedoman MTBS yang telah diadaptasi di negara-negara tersebut.

b) Komponen II : Memperbaiki sistem kesehatan melalui penguatan perencanaan dan manajemen kesehatan di tingkat kabupaten/kota, melalui penyediaan sarana/prasarana kesehatan dan obat-obatan esensial, pemberian dukungan dan supervise, peningkatan system rujukan kasus dan system informasi kesehatan, serta mengatur tata kerja yang efisien di fasilitas kesehatan.

c) Komponen III : Meningkatkan praktek/peran keluarga dan masyarakat dalam perawatan balita sakit dan sehat di rumah dan upaya pencarian pertolongan kasus balita sakit.

Dari ketiga komponen diatas, komponen III sebenarnya memiliki potensi terbesar dalam berkontribusi meningkatkan kelangsungan hidup, pertumbuhan dan perkembangan anak. Komponen tersebut dikenal sebagai MTBS Berbasis


(8)

Masyarakat atau Community-Integrated Management of Chaildhood Illness atau C-IMCI.

3. Perilaku kunci yang dianjurkan untuk menjamin kelangsungan hidup, pertumbuhan dan perkembangan anak

a. Perilaku yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan mental anak. 1) Memberikan ASI ekslusif paling sedikit selama 6 bulan.

2) Memberikan makanan pendamping ASI yang kaya zat gizi mulai usia 6 bulan sambil meneruskan pemberian ASI sampai usia 2 tahun atau lebih. 3) Memberikan zat gizi mikro yang cukup (terutama vit.A dan zat besi),

baik melalui menu makanan dengan gizi seimbang maupun suplemen. 4) Memenuhi kebutuhan anak untuk perkembangan mental dan sosialnya

melalui interaksi aktif, bermain dan menciptakan lingkungan yang mendukung terjadinya perkembangan tersebut.

b. Perilaku untuk pencegahan penyakit

1) Membawa anak sesuai jadwal untuk mendapatkan imunisasi lengkap (BCG, DPT, Polio dan campak) sebelum bayi berusia 1 tahun.

2) Membuang tinja anak Balita di jamban, mencuci tangan setelah cebok, setelah menceboki anak, sebelum menyiapkan makanan dan sebelum memberi makan/ meneteki anak.

3) Melindungi anak dari serangan penyakit malaria (di daerah endemik malaria) dengan mengunakan kelambu yang sudah dicelup anti serangga, pada waktu tidur.

4) Mempraktekkan dan mempertahankan perilaku untuk mencegah penularan HIV/AIDS dan memberikan perhatian kepada orang-orang


(9)

yang menderita akibat HIV/AIDS, termasuk anak yatim yang orangtuanya meninggal karena HIV/AIDS.

c. Perilaku dalam pengasuhan dan perawatan anak di rumah

1) Meneruskan pemberian makanan dan memberikan cairan lebih banyak, termasuk ASI, ketika anak sakit.

2) Memberikan pengobatan yang tepat di rumah terhadap penyakit infeksi yang diderita anak.

3) Melakukan tindakan yang tepat untuk mencegah dan menangani kasus-kasus trauma dan kecelakaan di rumah dan di luar rumah.

4) Mencegah terjadinya kekerasan dan penelantaran anak dan melakukan tindakan yang tepat jika hal ini terjadi.

5) Kaum laki-laki berperan secara aktif dalam pengasuhan anak dan kesehatan reproduksi di dalam keluarga.

d. Perilaku pencarian pertolongan kesehatan

1) Mengenal tanda-tanda kapan anak sakit, memerlukan pertolongan dari tenaga kesehatan dan mencari pertolongan dari tenaga kesehatan yang tepat.

2) Mengikuti nasihat/anjuran yang diberikan oleh petugas kesehatan tentang pengobatan, tindak lanjut dan rujukan anak sakit.

3) Setiap ibu hamil :

a) Harus mendapatkan pelayanan antenatal sekurang-kurangnya 4 kali dari petugas kesehatan yang tepat.


(10)

c) Membutuhkan dukungan dari keluarga dan masyarakat untuk mendapatkan pertolongan pada saat persalinan, selama masa nifas dan masa menyusui (Dr Khan dkk,2008).

D. Tanda Bahaya Umum pada Anak Usia 2-59 bulan

Tanda bahaya adalah kondisi dimana anak harus segera mendapatkan penanganan di fasilitas kesehatan. Jika anda menemukan anak dengan satu atau lebih tanda bahaya umum, rujuk SEGERA ke fasilitas kesehatan.

Empat tanda bahaya umum yang mungkin terjadi pada anak sakit : 1. Tidak bisa menyusu/ minum

2. Memuntah kan semua yang diminum/ dimakan 3. Kejang-kejang

4. Tidak sadar/ kesadaran menurun (Depkes RI, 2008)

Mengenal tanda bahaya khusus pada penyakit diare, batuk dan demam


(11)

E.Diare

1. Pengertian diare

Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari empat kali pada bayi dan lebih dari tiga kali pada anak; konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja (Ngastiyah,2005).

a. Faktor penyebab diare

Penyebab utamanya adalah beberapa kuman usus penting yaitu rotavirus, eschericia coli ,shigella, cryptosporidium, vibrio cholerae dan salmonella. Selain kuman ada beberapa perilaku yang dapat meningkatkan risiko terjadinya diare, yaitu :

1) Tidak memberikan ASI secara penuh untuk 4-6 bulan pertama kehidupan.

2) Menggunakan botol susu.

3) Menyimpan makanan masak pada suhu kamar. 4) Air minum tercemar dengan tinja.

5) Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja, atau sebelum menjamah makanan (Nursalam,2005).

2. Jenis-jenis Diare

Menurut pedoman MTBS (2008) diare dapat diklasifikasikan menjadi : a. Diare akut

Mulai dengan tiba-tiba, mungkin berlangsung selama beberapa hari dan berhenti sebelum 2 minggu. Sebagian besar diare akut yang menyebabkan dehidrasi berat adalah karena Kolera.


(12)

Diare yang berlangsung selama 14 hari atau lebih. Sekitar 20 % dari diare akut akan berlanjut menjadi diare persisten.

c. Disentri

1) Disentri ditandai dengan adanya darah dalam tinja, dengan atau tanpa lendir.

2) Adanya darah dalam tinja merupakan petunjuk adanya infeksi kuman (umumnya SHIGELA) yang menyerang dinding usus halus pada anak – anak .

3) Dalam keadaan ini anak membutuhkan pengobatan dengan antibiotika yang tepat dari petugas kesehatan.

4) Seorang anak bisa terkena diare akut dan disentri secara bersamaan. 3. Menangani diare di rumah

Cara menangani diare di rumah berdasarkan MTBS :

a. Memberi cairan tambahan antara lain : ASI lebih sering dan lebih lama, air matang, cairan rumah tangga yang lain seperti larutan gula garam, cairan makanan ( kuah sayur, air tajin ) dan oralit.

b. Pemberian tablet Zinc selama sepuluh hari walaupun anak tidak diare lagi.

c. Melanjutkan pemberian makan pada anak (Modul 4;21). 4. Langkah-langkah membuat oralit :

a. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir.

b. Siapkan gelas berukuran 200 ml (gunakan gelas belimbing yang bersih). c. Isi gelas dengan air matang yang sudah direbus sampai mendidih,

kemudian dinginkan, atau air minum yang sudah tersedia, dari wadah yang bersih dan tertutup.


(13)

d. Tuang seluruh bubuk oralit (ukuran 200 ml) ke dalam gelas berisi air tersebut.

e. Aduk sampai seluruh bubuk oralit larut.

f. Berikan kepada anak dengan menggunakan sendok bersih atau langsung dari gelas sedikit demi sedikit.

5. Cara Penularan dan Faktor Risiko

Cara penularan diare melalui cara faecal-oral yaitu melalui makanan atau minuman yang tercemar kuman atau kontak langsung tangan penderita atau tidak langsung melalui lalat ( melalui 5F = faeces, flies, food, fluid, finger). Faktor risiko terjadinya diare adalah:

1. Faktor perilaku

2. Faktor lingkungan

Faktor perilaku antara lain:

a. Tidak memberikan Air Susu Ibu/ASI (ASI eksklusif), memberikan Makanan

b. Pendamping/MP ASI terlalu dini akan mempercepat bayi kontak terhadap kuman

c. Menggunakan botol susu terbukti meningkatkan risiko terkena penyakit diare karena sangat sulit untuk membersihkan botol susu d. Tidak menerapkan Kebiasaaan Cuci Tangan pakai sabun sebelum

memberi ASI/makan, setelah Buang Air Besar (BAB), dan setelah membersihkan BAB anak


(14)

Faktor lingkungan antara lain:

a. Ketersediaan air bersih yang tidak memadai, kurangnya ketersediaan Mandi Cuci

b. Kakus (MCK)

c. Kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk

Disamping faktor risiko tersebut diatas ada beberapa faktor dari penderita yang dapat meningkatkan kecenderungan untuk diare antara lain: kurang gizi/malnutrisi terutama anak gizi buruk, penyakit imunodefisiensi/imunosupresi dan penderita campak (Kemenkes RI, 2011).

6. Cara Pencegahan

Pencegahan diare menurut Pedoman Tatalaksana Diare Depkes RI (2006) adalah sebagai berikut:

a. Pemberian ASI

ASI mempunyai khasiat preventif secara imunologik dengan adanya antibodi dan zat-zat lain yang dikandungnya. ASI turut memberikan perlindungan terhadap diare pada bayi yang baru lahir. Pemberian ASI eksklusif mempunyai daya lindung 4 kali lebih besar terhadap diare daripada pemberian ASI yang disertai dengan susu botol. Flora usus pada bayi-bayi yang disusui mencegah tumbuhnya bakteri penyebab diare (Depkes RI, 2006).

Pada bayi yang tidak diberi ASI secara penuh, pada 6 bulan pertama kehidupan resiko terkena diare adalah 30 kali lebih besar. Pemberian susu formula merupakan cara lain dari menyusui. Penggunaan botol untuk susu


(15)

formula biasanya menyebabkan risiko tinggi terkena diare sehingga bisa mengakibatkan terjadinya gizi buruk (Depkes RI, 2006).

b. Pemberian Makanan Pendamping ASI

Ada beberapa saran yang dapat meningkatkan cara pemberian makanan pendamping ASI yang lebih baik yaitu :

1) Memperkenalkan makanan lunak, ketika anak berumur 4-6 bulan tetapi masih meneruskan pemberian ASI. Menambahkan macam makanan sewaktu anak berumur 6 bulan atau lebih. Memberikan makanan lebih sering (4 kali sehari) setelah anak berumur 1 tahun, memberikan semua makanan yang dimasak dengan baik 4-6 kali sehari dan meneruskan pemberian ASI bila mungkin.

2) Menambahkan minyak, lemak dan gula ke dalam nasi/bubur dan biji-bijian untuk energi. Menambahkan hasil olahan susu, telur, ikan, daging, kacang–kacangan, buah-buahan dan sayuran berwarna hijau ke dalam makanannya. Mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan dan menyuapi anak, serta menyuapi anak dengan sendok yang bersih.

3) Memasak atau merebus makanan dengan benar, menyimpan sisa makanan pada tempat yang dingin dan memanaskan dengan benar sebelum diberikan kepada anak (Depkes RI, 2006)

c. Menggunakan air bersih yang cukup

Masyarakat dapat mengurangi resiko terhadap serangan diare yaitu dengan menggunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut dari kontaminasi mulai dari sumbernya sampai penyimpanan di rumah (Depkes RI, 2006). Yang harus diperhatikan oleh keluarga adalah:


(16)

2) Sumber air harus dilindungi dengan menjauhkannya dari hewan, membuat lokasi kakus agar jaraknya lebih dari 10 meter dari sumber yang digunakan serta lebih rendah, dan menggali parit aliran di atas sumber untuk menjauhkan air hujan dari sumber.

3) Air harus dikumpulkan dan disimpan dalam wadah bersih. Dan gunakan gayung bersih bergagang panjang untuk mengambil air.

4) Air untuk masak dan minum bagi anak harus dididihkan (Depkes RI, 2006)

d. Mencuci Tangan

Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makanan anak dan sebelum makan, mempunyai dampak dalam kejadian diare (Depkes RI, 2006).

e. Menggunakan Jamban

Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan resiko terhadap penyakit diare. Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus membuat jamban, dan keluarga harus buang air besar di jamban (Depkes RI, 2006). Yang harus diperhatikan oleh keluarga :

1) Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapat dipakai oleh seluruh anggota keluarga.


(17)

3) Bila tidak ada jamban, jangan biarkan anak-anak pergi ke tempat buang air besar sendiri, buang air besar hendaknya jauh dari rumah, jalan setapak dan tempat anak-anak bermain serta lebih kurang 10 meter dari sumber air, hindari buang air besar tanpa alas kaki (Depkes RI, 2006). f. Membuang Tinja Bayi yang Benar

Banyak orang beranggapan bahwa tinja anak bayi itu tidak berbahaya. Hal ini tidak benar karena tinja bayi dapat pula menularkan penyakit pada anak-anak dan orangtuanya. Tinja bayi harus dibuang secara bersih dan benar, berikut hal-hal yang harus diperhatikan:

1) Kumpulkan tinja anak kecil atau bayi secepatnya, bungkus dengan daun atau kertas koran dan kuburkan atau buang di kakus.

2) Bantu anak untuk membuang air besarnya ke dalam wadah yang bersih dan mudah dibersihkan. Kemudian buang ke dalam kakus dan bilas wadahnya atau anak dapat buang air besar di atas suatu permukaan seperti kertas koran atau daun besar dan buang ke dalam kakus.

3) Bersihkan anak segera setelah anak buang air besar dan cuci tangannya (Depkes RI, 2006).

F. Pneumonia

1. Defenisi Pneumonia

Menurut American Academy of Pediatric (2005), kata pneumonia berarti “infeksi pada paru”. Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli), biasanya disebabkan oleh bakteri (paling banyak :

streptococcuspneumonia dan haemophylusinfluenza) yang bisa diobati dengan

antibiotika. Pada anak, pneumonia sering terjadi bersamaan dengan terjadinya proses infeksi pada bronkhus dan disebut “bronchopnemonia”  keduanya


(18)

disebut pneumonia.Anak yang menderita pneumonia bisa meninggal karena kekurangan oksigen atau karena racun yang disebabkan oleh infeksi. Infeksi pada jaringan paru-paru akan menyebabkan : pengeluaran cairan lendir yang mengisi rongga udara paru-paru  anak sulit bernafas  udara yang masuk paru-paru sedikit  nafas menjadi cepat. Semakin berat pneumonia, udara semakin sulit masuk ke paru-paru, sehingga memerlukan upaya yang lebih besar untuk memasukkan udara ke paru-paru, yang ditandai oleh penarikan dinding dada sebelah bawah ke perut (Rudolph, Hoffman, & Rudolph, 2006) 2. Tanda dan Gejala Pneumonia

Seperti banyak infeksi lainnya, pneumonia biasanya menyebabkan demam yang membuat anak berkeringat, kedinginan, kulit memerah, dan ketidaknyamanan secara umum. Menurut American Academy of Pediatric (2005), karena pneumonia menyebabkan kesulitan bernafas, maka terdapat tanda gejala yang khas seperti:

a. Batuk

b. Pernafasan sulit dan cepat

c. Peningkatan aktivitas otot pernafasan di bawah dan antara iga serta bagian atas tulang sekangka

d. Membesarnya (pelebaran) lubang hidung e. Mengi

f. Bibir atau kuku jari menjadi biru. 3. Klassifikasi Pnemonia

Klasifikasi pneumonia bedasarkan MTBS (2008), dan klasifikasi ini bukanlah merupakan diagnosa medis hanya bertujuan untuk membantu para medis untuk menentukan tindakan yaitu :


(19)

a. Pneumonia berat atau penyakit sangat berat, apabila terdapat gejala :

1) Ada tanda bahaya umum, seperti anak tidak bisa minum atau menetek, selalu memuntahkan semuanya, kejang atau anak letargis/tidak sadar. 2) Terdapat tarikan dinding dada ke dalam.

3) Terdapat stridor ( suara napas bunyi ‘grok-grok’ saat inspirasi ).

b. Pneumonia apabila terdapat gejala napas cepat. Batasan napas cepat adalah : 1) sumur 2 -11 bulan : ≥50 x /menit

2) umur 12 - 59 bulan : ≥40 x /menit

c. Pnemonia : adanya batuk dan atau kesukaran bernafas disertai peningkatan frekuensi nafas (nafas cepat)

d. Batuk bukan pneumonia, apabila tidak ada tanda-tanda pneumonia atau penyakit sangat berat.

b) Faktor risiko yang meningkatkan insidens pneumonia : a) Umur < 2 bulan

b) Kurang gizi

c) Bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) d) Bayi yang selalu dibedong dengan ketat. e) Tidak mendapat ASI yang memadai f) Polusi udara, asap.

g) Kepadatan tempat tinggal

h) Tidak mendapat imunisasi lengkap (terutama yang tidak mendapat imunisasi campak)

i) Kekurangan Vitamin A c) Cara mencegah pneumonia


(20)

a) Memberikan gizi yang cukup yaitu memberikan ASI saja untuk bayi kurang dari enam bulan dan ASI diberikan sampai dengan usia dua tahun, setelah umur enam bulan bayi diperkenalkan dengan pemberian makanan tambahan pendamping ASI.

b) Jika anak batuk tanpa napas cepat, anjurkan ibu untuk memberikan kecap manis atau madu dengan jeruk nipis (madu tidak dianjurkan untuk anak kurang dari 1 tahun). Tidak dianjurkan memberikan obat batuk yang dibeli di toko obat.

c) Lakukan imunisasi lengkap di Posyandu atau Puskesmas.

d) Jauhkan Balita dari penderita batuk, asap, debu, serta bahan-bahan lain yang mengganggu pernafasan.

e) Bersihkan lingkungan rumah terutama ruangan tempat tinggal Balita serta usahakan ruang memiliki udara bersih dan ventilasi cukup (Panduan Pelatihan MTBS-BM).

G.Demam

1) Defenisi Demam

Demam adalah “gejala” penyakit yang disebabkan oleh banyak hal dan biasanya akan berhenti dalam 5 hari. Penyakit yang menyebabkan demam, bisa ringan atau berat. Seseorang dikatakan demam, jika suhu tubuhnya mencapai 37,5º C atau lebih (USAID & MCHIP). Menurut American Academy of Pediatrics (2005), pembacaan suhu mulut sebesar 32,7ºC atau kurang dianggap normal; apabila suhunya lebih tinggi mengindikasikan adanya demam.

2) Cara mengukur temperatur dengan termometer a) Cuci termometer dengan air bersih.


(21)

b) Goyangkan termometer dengan gerakan cepat pada pergelangan tangan dan pastikan mercuri (air raksa) turun pada level dibawah 35° C.

c) Selipkan termometer pada ketiak dan taruh lengan diatas dada. d) Diamkan termometer selama lima menit.

e) Setelah lima menit, lepaskan termometer dan lihat level dari mecuri pada termometer. Garis dimana terdapat mercuri berakhir mengindikasikan temperatur anak.

f) Goyangkan secara perlahan termometer dan turunkan level mercuri dibawah 35°C.

g) Cuci termometer dengan air bersih dan sabun dan tempatkan di tempat tertutup untuk disimpan (Panduan Pelatihan MTBS-BM).

3) Demam di daerah rawan malaria

Malaria adalah infeksi yang disebarkan nyamuk, merupakan penyebab kematian parasit utama pada anak di seluruh dunia. Dari empat spesies Plasmodium yang menginfeksi manusia, P. falciparum penyebab mobiditas dan mortalitas terbesar. Di Amerika Serikat, semakin banyak kasus malaria dilaporkan setiap tahun untuk wisatawan dan imigran. Penularan malaria terjadi terutama antara matahri terbenam dan fajar, dan orang tua harus dinasehati mengenai pentingnya cara mengurangi kontak nyamuk selama waktu tersebut. Cara-cara untuk menghindari vektor insekta, termasuk pengginaan pakaian yang tepat, kelambu, dan pengusir insekta sangat penting dan harus ditekankan (Behrman, Kliegman, & Arvin, 2000)

Malaria adalah penyakit yang ditularkan oleh gigitan nyamuk dan ditandai dengan demam yang terjadi sepanjang waktu ataupun hilang timbul dengan jarak waktu yang teratur. Di daerah yang penularannya tinggi, malaria


(22)

merupakan penyebab kematian terbesar pada anak. Malaria dapat berkembang menjadi malaria berat dalam 24 jam setelah timbulnya demam. Anak dapat meninggal jika tidak segera diobati. Untuk pencegahannya maka disarankan Ibu untuk tidur menggunakan kelambu yang benar, yaitu :

a) Gunakan kelambu pada malam hari,walaupun diduga tidak ada nyamuk. b) Gunakan paku dan tali untuk menggantung kelambu.

c) Ujung kelambu harus ditempatkan dibawah kasur atau tikar. d) Cuci kelambu bila kotor

e) Jangan menggantung pakaian di dalam rumah.

f) Jika berada di luar rumah, gunakan pakaian lengan panjang dan celana/rok panjang.

g) Bila memungkinkan semprot kamar tidur dengan obat anti nyamuk saat bepergian.

4) Demam Berdarah Dengue atau Dengue Haemorrhagic Fever (DHF)

Demam berdarah atau DHF adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh gigitan nyamuk aedes aegypti. Gejalanya ditandai dengan demam tinggi dalam dua sampai tujuh hari, disertai perdarahan dari hidung, gusi, atau berak bewarna hitam (Nursalam,2005).

Morbiditas dan mortalitas demam berdarah dengue bervariasi dan dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain status imunologi penderita, kepadatan vektor nyamuk, transmisi virus dengue, virilensi virus dan kondisi geografi setempat. Secara keseluruhan tidak terdapat perbedaan jenis kelamin penderita, tetapi kematian ditemukan lebih banyak pada anak perempuan. Walaupun demam berdarah dengue bisa mengenai semua kelompok umur, namun terbanyak pada anak dibawah umur 15 tahun (Rohim dkk, 2002)


(23)

Kriteria klinis demam berdarah dengue:

2. Panas dengan onset yang akut, tinggi, dan menetap 2-7 hari. 3. Adanya manifestasi perdarahan, termasuk uji torniket positif. 4. Hepatomegali.

5. Syok dengan menifetasi nadi yang cepat dan lemah dengan tekanan nadi yang sempit (20mmHg atau kurang), atau adanya hipotensi, akral dingin dan gelisah

Kriteria laboratorium:

a. Trombositopeni (kurang atau sama dengan 100.000/mm3)

b. Hemokonsentrasi: terdapat kenaikan hematokrit lebih atau sama dengan 20% pada masa akut dibandingkan dengan masa penyembuhan.

juga membagi menjadi empat kategori penderita menurut derajat berat penderita sebagai berikut:

Derajat I: adanya demam tanpa perdarahan spontan, manifestasi perdarahan hanya berupa torniket tes yang positif

Derajat II : Gejala demam diikuti dengan perdarahan spontan, biasanya berupa perdarahan di bawah kulit dan atau berupa perdarahan lainnya.

Derajat III : adanya kegagalan sirkulasi berupa nadi yang cepat dan lemah, penyempitan tekanan nadi (<20 mmHg), atau hipotensi, dengan disertai akral yang dingin dan gelisah.

Derajat IV : adanya syok yang sangat berat dengan nadi tak teraba dan tekanan darah yang tidak terukur.

3 M Plus adalah tindakan yang dilakukan secara teratur untuk memberantas jentik dan menghindari gigitan nyamuk dengan cara :


(24)

1) MENGURAS tempat-tempat penampungan air (bak mandi, tempayan, ember, vas bunga, tempat minum burung, dll), minimal 1 minggu sekali. 2) MENUTUP rapat semua tempat penampungan air seperti ember,gentong,

drum, dll.

3) MENGUBUR semua barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan, yang terdapat di sekitar/di luar rumah.

PLUS : Tindakan memberantas jentik dan menghindari gigitan nyamuk, dengan cara-cara sbb :

(a) Membunuh jentik di tempat yang sulit dikuras atau sulit air dengan menaburkan bubuk Abate 2-3 bulan sekali ( takaran 1 gram abate untuk 10 L air).

(b) Memelihara ikan pemakan jentik nyamuk.

(c) Mengusir nyamuk dengan menggunakan obat nyamuk. (d) Mencegah gigitan nyamuk dengan memakai obat gosok. (e) Memasang kawat kasa pada jendela dan ventilasi. (f) Tidur memakai kelambu.

(g) Tidak membiasakan menggantung pakaian di dalam kamar. 5) Campak

Campak ditandai dengan demam disertai ruam kemerahan yang menyeluruh. Campak disebabkan oleh virus yang merusak sistem kekebalan selama beberapa minggu setelah terjangkit campak. Hal ini menyebabkan anak beresiko terhadap penyakit-penyakit lainnya. Campak ikut menyebabkan kurang gizi karena menyebabkan diare, demam tinggi dan luka pada mulut. Anak-anak yang kurang gizi, khususnya yang kekurangan vitamin A, cenderung menderita komplikasi berat akibat campak (Modul MTBS-BM).


(25)

Pada kebanyakan pasien, tanda dan gejala campak sangat khas, dan waktu munculnya gejala dan tanda ini serta urutannya selalu konsisten. Setelah kira-kira 10 hari terpajan, tanda pertama penyakit adalah demam dan malaise. Setelah itu diikuti oleh batuk, selesma, dan konjungtivitis. Gejala yang memburuk secara berangsur-angsur menyertai peningkatan demam yang jelas selama 4 hari berikutnya. Dua hari sebelum keluar ekantema, terjadi bintik Koplik, suatu enantema yang klasik. Dengan timbulnya ruam 14 hari setelah infeksi, maka gambaran klinis mencapai keparahan maksimal, mencapai puncaknya ketika disertai oleh erupsi yang mengenai seluruh tubuh hari kedua sampai hari keempat sesudah itu. Gejala konstitusi dalam periode 10 hari ini berbeda, tetapi keluhan yang sering adalah sakit kepala, nyeri abdomen, muntah, diare, dan mialgia. Demam mencapai 40 sampai 41ºC, yang sering disertai menggigil, tidaklah umum terjadi bila ruam itu sangat merah. Kejang demam bisa terjadi pada anak yang mempunyai predisposisi untuk keadaan ini (Rudolph, Hoffman, & Rudolph, 2006)


(1)

a) Memberikan gizi yang cukup yaitu memberikan ASI saja untuk bayi kurang dari enam bulan dan ASI diberikan sampai dengan usia dua tahun, setelah umur enam bulan bayi diperkenalkan dengan pemberian makanan tambahan pendamping ASI.

b) Jika anak batuk tanpa napas cepat, anjurkan ibu untuk memberikan kecap manis atau madu dengan jeruk nipis (madu tidak dianjurkan untuk anak kurang dari 1 tahun). Tidak dianjurkan memberikan obat batuk yang dibeli di toko obat.

c) Lakukan imunisasi lengkap di Posyandu atau Puskesmas.

d) Jauhkan Balita dari penderita batuk, asap, debu, serta bahan-bahan lain yang mengganggu pernafasan.

e) Bersihkan lingkungan rumah terutama ruangan tempat tinggal Balita serta usahakan ruang memiliki udara bersih dan ventilasi cukup (Panduan Pelatihan MTBS-BM).

G.Demam

1) Defenisi Demam

Demam adalah “gejala” penyakit yang disebabkan oleh banyak hal dan biasanya akan berhenti dalam 5 hari. Penyakit yang menyebabkan demam, bisa ringan atau berat. Seseorang dikatakan demam, jika suhu tubuhnya mencapai 37,5º C atau lebih (USAID & MCHIP). Menurut American Academy of Pediatrics (2005), pembacaan suhu mulut sebesar 32,7ºC atau kurang dianggap normal; apabila suhunya lebih tinggi mengindikasikan adanya demam.

2) Cara mengukur temperatur dengan termometer a) Cuci termometer dengan air bersih.


(2)

b) Goyangkan termometer dengan gerakan cepat pada pergelangan tangan dan pastikan mercuri (air raksa) turun pada level dibawah 35° C.

c) Selipkan termometer pada ketiak dan taruh lengan diatas dada. d) Diamkan termometer selama lima menit.

e) Setelah lima menit, lepaskan termometer dan lihat level dari mecuri pada termometer. Garis dimana terdapat mercuri berakhir mengindikasikan temperatur anak.

f) Goyangkan secara perlahan termometer dan turunkan level mercuri dibawah 35°C.

g) Cuci termometer dengan air bersih dan sabun dan tempatkan di tempat tertutup untuk disimpan (Panduan Pelatihan MTBS-BM).

3) Demam di daerah rawan malaria

Malaria adalah infeksi yang disebarkan nyamuk, merupakan penyebab kematian parasit utama pada anak di seluruh dunia. Dari empat spesies Plasmodium yang menginfeksi manusia, P. falciparum penyebab mobiditas dan mortalitas terbesar. Di Amerika Serikat, semakin banyak kasus malaria dilaporkan setiap tahun untuk wisatawan dan imigran. Penularan malaria terjadi terutama antara matahri terbenam dan fajar, dan orang tua harus dinasehati mengenai pentingnya cara mengurangi kontak nyamuk selama waktu tersebut. Cara-cara untuk menghindari vektor insekta, termasuk pengginaan pakaian yang tepat, kelambu, dan pengusir insekta sangat penting dan harus ditekankan (Behrman, Kliegman, & Arvin, 2000)

Malaria adalah penyakit yang ditularkan oleh gigitan nyamuk dan ditandai dengan demam yang terjadi sepanjang waktu ataupun hilang timbul dengan jarak waktu yang teratur. Di daerah yang penularannya tinggi, malaria


(3)

merupakan penyebab kematian terbesar pada anak. Malaria dapat berkembang menjadi malaria berat dalam 24 jam setelah timbulnya demam. Anak dapat meninggal jika tidak segera diobati. Untuk pencegahannya maka disarankan Ibu untuk tidur menggunakan kelambu yang benar, yaitu :

a) Gunakan kelambu pada malam hari,walaupun diduga tidak ada nyamuk. b) Gunakan paku dan tali untuk menggantung kelambu.

c) Ujung kelambu harus ditempatkan dibawah kasur atau tikar. d) Cuci kelambu bila kotor

e) Jangan menggantung pakaian di dalam rumah.

f) Jika berada di luar rumah, gunakan pakaian lengan panjang dan celana/rok panjang.

g) Bila memungkinkan semprot kamar tidur dengan obat anti nyamuk saat bepergian.

4) Demam Berdarah Dengue atau Dengue Haemorrhagic Fever (DHF)

Demam berdarah atau DHF adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh gigitan nyamuk aedes aegypti. Gejalanya ditandai dengan demam tinggi dalam dua sampai tujuh hari, disertai perdarahan dari hidung, gusi, atau berak bewarna hitam (Nursalam,2005).

Morbiditas dan mortalitas demam berdarah dengue bervariasi dan dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain status imunologi penderita, kepadatan vektor nyamuk, transmisi virus dengue, virilensi virus dan kondisi geografi setempat. Secara keseluruhan tidak terdapat perbedaan jenis kelamin penderita, tetapi kematian ditemukan lebih banyak pada anak perempuan. Walaupun demam berdarah dengue bisa mengenai semua kelompok umur, namun terbanyak pada anak dibawah umur 15 tahun (Rohim dkk, 2002)


(4)

Kriteria klinis demam berdarah dengue:

2. Panas dengan onset yang akut, tinggi, dan menetap 2-7 hari. 3. Adanya manifestasi perdarahan, termasuk uji torniket positif. 4. Hepatomegali.

5. Syok dengan menifetasi nadi yang cepat dan lemah dengan tekanan nadi yang sempit (20mmHg atau kurang), atau adanya hipotensi, akral dingin dan gelisah

Kriteria laboratorium:

a. Trombositopeni (kurang atau sama dengan 100.000/mm3)

b. Hemokonsentrasi: terdapat kenaikan hematokrit lebih atau sama dengan 20% pada masa akut dibandingkan dengan masa penyembuhan.

juga membagi menjadi empat kategori penderita menurut derajat berat penderita sebagai berikut:

Derajat I: adanya demam tanpa perdarahan spontan, manifestasi perdarahan hanya berupa torniket tes yang positif

Derajat II : Gejala demam diikuti dengan perdarahan spontan, biasanya berupa perdarahan di bawah kulit dan atau berupa perdarahan lainnya.

Derajat III : adanya kegagalan sirkulasi berupa nadi yang cepat dan lemah, penyempitan tekanan nadi (<20 mmHg), atau hipotensi, dengan disertai akral yang dingin dan gelisah.

Derajat IV : adanya syok yang sangat berat dengan nadi tak teraba dan tekanan darah yang tidak terukur.

3 M Plus adalah tindakan yang dilakukan secara teratur untuk memberantas jentik dan menghindari gigitan nyamuk dengan cara :


(5)

1) MENGURAS tempat-tempat penampungan air (bak mandi, tempayan, ember, vas bunga, tempat minum burung, dll), minimal 1 minggu sekali. 2) MENUTUP rapat semua tempat penampungan air seperti ember,gentong,

drum, dll.

3) MENGUBUR semua barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan, yang terdapat di sekitar/di luar rumah.

PLUS : Tindakan memberantas jentik dan menghindari gigitan nyamuk, dengan cara-cara sbb :

(a) Membunuh jentik di tempat yang sulit dikuras atau sulit air dengan menaburkan bubuk Abate 2-3 bulan sekali ( takaran 1 gram abate untuk 10 L air).

(b) Memelihara ikan pemakan jentik nyamuk.

(c) Mengusir nyamuk dengan menggunakan obat nyamuk. (d) Mencegah gigitan nyamuk dengan memakai obat gosok. (e) Memasang kawat kasa pada jendela dan ventilasi. (f) Tidur memakai kelambu.

(g) Tidak membiasakan menggantung pakaian di dalam kamar. 5) Campak

Campak ditandai dengan demam disertai ruam kemerahan yang menyeluruh. Campak disebabkan oleh virus yang merusak sistem kekebalan selama beberapa minggu setelah terjangkit campak. Hal ini menyebabkan anak beresiko terhadap penyakit-penyakit lainnya. Campak ikut menyebabkan kurang gizi karena menyebabkan diare, demam tinggi dan luka pada mulut. Anak-anak yang kurang gizi, khususnya yang kekurangan vitamin A, cenderung menderita komplikasi berat akibat campak (Modul MTBS-BM).


(6)

Pada kebanyakan pasien, tanda dan gejala campak sangat khas, dan waktu munculnya gejala dan tanda ini serta urutannya selalu konsisten. Setelah kira-kira 10 hari terpajan, tanda pertama penyakit adalah demam dan malaise. Setelah itu diikuti oleh batuk, selesma, dan konjungtivitis. Gejala yang memburuk secara berangsur-angsur menyertai peningkatan demam yang jelas selama 4 hari berikutnya. Dua hari sebelum keluar ekantema, terjadi bintik Koplik, suatu enantema yang klasik. Dengan timbulnya ruam 14 hari setelah infeksi, maka gambaran klinis mencapai keparahan maksimal, mencapai puncaknya ketika disertai oleh erupsi yang mengenai seluruh tubuh hari kedua sampai hari keempat sesudah itu. Gejala konstitusi dalam periode 10 hari ini berbeda, tetapi keluhan yang sering adalah sakit kepala, nyeri abdomen, muntah, diare, dan mialgia. Demam mencapai 40 sampai 41ºC, yang sering disertai menggigil, tidaklah umum terjadi bila ruam itu sangat merah. Kejang demam bisa terjadi pada anak yang mempunyai predisposisi untuk keadaan ini (Rudolph, Hoffman, & Rudolph, 2006)


Dokumen yang terkait

Pengetahuan dan Sikap Ibu terhadap Manajemen Terpadu Balita Sakit Berbasis Masyarakat di Desa Ronga-Ronga Kecamatan Gajah Putih Kabupaten Bener Meriah Tahun 2013

2 76 68

Pengelolaan Hutan Oleh Masyarakat Kabupaten Samosir

6 90 113

Gambaran Pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di Desa Lolowua Kecamatan Hiliserangkai Kabupaten Nias Sumatera UtaraTahun 2014.

66 470 146

Strategi Perencanaan Wilayah Kecamatan Tarutung Berbasis Kemampuan Lahan

2 51 82

Penentuan Kandungan Bijih Emas Dari Batuan Penambangan Masyarakat Desa Beuteung-Aceh Dengan Metode Sianidasi Dan Pemurnian Secara Elektrolisis

5 52 52

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG MAKANAN BALITA TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI DESA MALANGJIWAN, KECAMATAN COLOMADU, KABUPATEN Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Tentang Makanan Balita Terhadap Status Gizi Balita Di Desa Malangjiwan, Kecamatan

0 2 11

Pengetahuan dan Sikap Ibu terhadap Manajemen Terpadu Balita Sakit Berbasis Masyarakat di Desa Ronga-Ronga Kecamatan Gajah Putih Kabupaten Bener Meriah Tahun 2013

0 0 10

Pengetahuan dan Sikap Ibu terhadap Manajemen Terpadu Balita Sakit Berbasis Masyarakat di Desa Ronga-Ronga Kecamatan Gajah Putih Kabupaten Bener Meriah Tahun 2013

0 0 1

Pengetahuan dan Sikap Ibu terhadap Manajemen Terpadu Balita Sakit Berbasis Masyarakat di Desa Ronga-Ronga Kecamatan Gajah Putih Kabupaten Bener Meriah Tahun 2013

0 0 5

Pengetahuan dan Sikap Ibu terhadap Manajemen Terpadu Balita Sakit Berbasis Masyarakat di Desa Ronga-Ronga Kecamatan Gajah Putih Kabupaten Bener Meriah Tahun 2013

0 0 6