T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hubungan Bilateral Jepang dengan Korea Selatan Melalui Budaya Anime & Manga pada Tahun 20002014 T1 BAB II

9

BAB II
Kajian Pustaka
II.1 Studi Terdahulu
Studi terdahulu yang di gunakan dalam penelitian ini menggunakan
karya ilmiah karya Pang Er Lam yang berjudul Japan’s Quest for “Soft
Power”: Attraction and Limitation. Studi yang dilakukan oleh Pang Er Lam
membahas mengenai cara Jepang dalam melakukan diplomasi budaya ke
negara Asia Timur dan Asia Tenggara. Fokus pembahasan dalam penelitiannya
ini adalah bagaimana Jepang menggunakan beberapa bentuk budaya diplomasi
yang ada seperti program JET (Japan Education and Teaching), Manga dan
Anime sebagai cara berdiplomasi terhadap negara-negara di wilayah asia timur1.

Program pendidikan ini juga merupakan cara Jepang dalam memberi timbal
balik kepada China yang berkembang dengan budaya Konfusian. Beberapa hal
yang menjadi pokok pembahasan dalam kajian ini adalah opini dari Perdana
Menteri Jepang Taro Aso pada tahun 2006 yang menyatakan Anime & Manga
sebagai bagian dari diplomasi budaya Jepang serta pada pemberian apresiasi
terhadap Anime & Manga dalam bentuk penganugerahan khusus.
Dalam penelitian yang di lakukan oleh Pang Er Lam ini selain

menjelaskan mengenai perkembangan cara diplomasi Jepang melalui anime
Pang Er Lam juga menjelaskan dengan baik mengenai beberapa contoh
1

Pang Er Lam. 2007. Japan’s Quest for “Soft Power”: Attraction and Limitation .

10

penggunaan Anime sebagai upaya yang lebih baik dari Jepang dalam
mendekatkan diri kepada masyarakat luar negeri. Sebagai contoh adalah image
tokoh anime kapten Tsubasa2 yang di promosikan oleh diplomat Jepang sebagai
ikon untuk memberi dukungan moral kepada anak-anak di timur tengah dan
Iran. Selain memberikan penjelasan mengenai penggunaan media anime
sebagai upaya diplomasi Jepang, Pang Er Lam juga menjelaskan mengenai
bagaimana Jepang menggunakan berbagai instrument dalam melakukan
diplomasi budaya seperti anime dan manga serta program pertukaran pelajar
beserta program pembelajaran yang di tawarkan ke negara lain.
Dalam penelitian yang di lakukan oleh Pang Er Lam, metode penelitian
yang dilakukan oleh Pang Er Lam banyak menjelaskan menegenai soft power
yang dimiliki beserta sumber-sumbernya. Dalam penjelasannya Pang Er lam

menjelaskan Soft Power Jepang melalui tiga hal utama yaitu Culture, Political
Values serta foreign policy. Pada penelitian ini soft power Jepang yang

bersumber dari culture di jelaskan oleh Pang Er Lam dengan melihat
hubungannya dengan sejarah awal mula Jepang melakukan upaya diplomatis
melalui kebudayaan dengan China3. Pada penjelasan mengenai Soft Power
yang bersumber dari culture ini Pang Er lam menjelaskan bagaimana anime &
komik(manga ) mulai masuk ke daerah negara tetangga Jepang hingga akhirnya

2
3

Ibid
Pang Er Lam. 2007. Japan’s Quest for “Soft Power”: Attraction and Limitation

11

pada tahun 2006 pemerintah Jepang memberikan apresiasi terhadap upaya para
seniman animasi & komik dalam sebuah ajang penghargaan4.
Pada sumber soft power dalam bentuk kebijakan politik Pang Er Lam

menjelaskan mengenai upaya Jepang dalam mempromosikan kebudayaannya
melalui lembaga Japan Foundation5. Lembaga ini merupakan lembaga
pemerintah yang didirikan tahun 1972 dengan tujuan memberikan pengajaran
serta beasiswa kepada masyarakat luar Jepang untuk menempuh pendidikan di
Jepang. Upaya ini di lakukan untuk menambah pengertian masyarakat luar
Jepang agar dapat memahami kondisi serta karakter Negara Jepang.
Pada sumber soft power yang berupa foreign policy Pang Er Lam
menjelaskan proyek pembangunan yang di lakukan Jepang dalam bentuk
bantuan asing kepada negara lain serta bantuan dalam membangun pendidikan
dalam negeri yang di persiapkan untuk masyarakat luar Jepang yang ingin
mendapat pengajaran di Jepang.
Kesamaan dalam penelitian Pang Er Lam dengan yang akan dilakukan
oleh penulis ada pada penggunaan teori Soft Power Stephen Nye serta pada
subyek penelitian yaitu budaya diplomasi dari Jepang. Namun dalam penelitian
Pang Er Lam penjelasan mengenai diplomasi budaya Jepang di jelaskan secara
mendalam dengan menggunakan model penelitian Stephen Nye tentang Soft
Power dimana akhirnya penelitian Pang Er Lam mencakup batasan Soft Power ,

4
5


Pang Er Lam. 2007. Japan’s Quest for “Soft Power”: Attraction and Limitation .
Ibid

12

instrument Soft Power serta motivasi dari Jepang dalam melakukan Soft
Power nya. Selain memberikan penjelasan yang mendalam mengenai Soft
Power Negara Jepang, penelitian dari Pang Er Lam juga menggunakan data

statistic mengenai perkembangan dari program JET

sebagai indicator

mengenai perkembangan Soft Power Jepang dalam bidang pendidikan dan
pertukaran pelajaran.
Pada penelitian yang dilakukan penulis fokus utama yang di gunakan
adalah upaya jepang dalam mengembalikan keadaan diplomatis antara Korea
dan Jepang melalui budaya pada periode 2000-2014 terhadap Korea Selatan.
Pada penelitian Pang Er Lam penelitian yang dilakukan oleh Pang Er Lam

lebih kepada menjelaskan

bentuk Soft Power Jepang dan bagaimana

perkembangan dari Soft Power yang dilakukan Jepang selama berberapa tahun
mulai dari masa pasca perang dunia II hingga tahun 2006. Perbedaan mendasar
dari penelitian Pang Er Lam dengan penelitian penulis selain adanya batasan
masa yang di gunakan adalah pembahasan yang dilakukan penulis lebih tertuju
pada kondisi Soft Power Jepang pada masa setelah tahun 1998 melalui anime &
manga . Sehingga penelitian dari penulis lebih kepada menjelaskan upaya

Jepang untuk memperkuat hubungan diplomatis terhadap Korea Selatan oleh
karena terjadinya trend budaya Jepang pada masa setelah pembatasan budaya
oleh Korea Selatan.

13

Studi terdahulu selanjutnya yang di gunakan dalam karya tulis ini
adalah The Dillema of Japan’s Cultural Diplomacy In China -- A Case Study of
Japanese Manga and Anime karya Qi Wang. Pembahasan yang di lakukan oleh


Qi Wang dalam karya tulisnya ini membahas mengenai permasalahan
hubungan diplomatis antara China dan Jepang melalui hubungan diplomatis
budaya, permasalahan utama yang menjadi focus dalam karya tulis ini adalah
mengenai sentiment negative dari masyarakat China yang masih menganggap
bahwa Jepang merupakan bangsa yang memiliki sifat jahat dan harus di
hindari6. Perspektif lama yang masih di gunakan oleh masyarakat China ini
menjadikan usaha diplomatis yang di lakukan Jepang harus bersifat halus dan
bisa di terima oleh masyarakat China.
Dalam karya tulis ini Qi Wang menjelaskan mengenai respon dari
pemerintah China megenai dampak dari diplomasi budaya yang di lakukan oleh
Jepang melalui manga & anime. Dalam penjelasannya Qi Wang menuliskan
bahwa budya Jepang yang masuk tersebut memiliki dampak yang cukup
membangun dalam hal ekonomi namun pada satu sisi hal ini menyebabkan
masyarakat China cukup menjadi terbuka pada budaya Jepang dan cukup
mengenal akan budaya pop dari Jepang7. Hal yang sudah dilakukan oleh Jepang
terhadap China ini selain memberi dampak pada masyarakat untuk mengenal
budaya anime & manga di satu sisi pemerintah China memberikan tanda untuk
Qi Wang, 2007, The Dillema of Japan’s Cultural Diplomacy In China -- A Case Study of
Japanese Manga and Anime , Lund University, p 6

7
Ibid p23
6

14

membatasi impor anime & manga yang ada karena di nilai terlalu membanjiri
pasar industry kreatif di China8, namun pada akhirnya meskipun usaha
diplomasi budaya ini mampu diterima oleh masyarakat sebagai hiburan,
perspektif masyarakat akan sejarah kelam Jepang terhadap China masih belum
bisa sepenuhnya di tinggalkan.
Dalam pembahasannya Qi Wang menjelaskan dengan baik mengenai
peran Departemen Luar Negeri Jepang yang melakukan usaha diplomasi
budaya kepada masyarakat China. Beberapa usaha Departemen Luar Negeri
Jepang yang berhasil dilakukan diantaranya adalah usaha pengembangan
hubungan luar negeri melalui pendidikan dan pertukaran budaya dalam bentuk
media pop culture manga

& anime9. Selain menuliskan mengenai


perkembangan dari usaha diplomatis Jepang dengan menggunakan pop culture,
hal lain yang di jelaskan oleh Qi wang adalah munculnya bentuk baru dari
kerjasama ekonomi dalam hal industri manga & anime di China10. Penjelasan
mengenai Diplomasi Budaya Jepang tidak hanya dijelaskan oleh Qi Wang
melalui penjabaran kronologis, dalam karya tulisnya Qi Wang juga
menjelaskan mengenai reaksi Pemerintah China akan budaya anime & manga

8

Ibid p24
Qi Wang, 2007, The Dillema of Japan’s Cultural Diplomacy In China -- A Case Study of
Japanese Manga and Anime , Lund University p 15
10
Ibid p 26
9

15

yang masuk di China serta alasan pemerintah China membatasi masuknya dua
bentuk budaya pop tersebut11.

Perbedaan dari karya tulis Qi Wang dan karya tulis yang akan di
lakukan selain dari waktu yang di gunakan dan obyek penelitian adalah metode
yang digunakan dalam penelitian di mana penelitian yang akan di lakukan
menggunakan metode penelitian deskriptif dan historis sesuai pada masa tahun
2000-2014 di Korea Selatan dan Jepang. Pada penelitian yang di akan di
lakukan oleh penulis ini obyek budaya yang digunakan adalah anime & manga
sama seperti yang di lakukan oleh Qi Wang yang menggunakan anime dan
manga sebagai obyek budaya yang di gunakan dalam melakukan penelitian.

Studi terdahulu lainnya yang di gunakan adalah Cultural Identity and
Cultural Policy in South Korea karya Haksoon Yim. Pembahasan yang

dilakukan oleh Haksoon Yim dalam karya ilmiahnya ini menjelaskan kondisi
dari identitas budaya Korea Selatan pasca Perang Dunia II hingga periode tahun
2000, secara garis besar pembahasan dari Haksoon Yim menjelaskan tentang
perubahan kondisi identitas budaya masyrakat Korea Selatan beserta
korelasinya dengan perkembangan ekonomi dan perkembangan budaya global
yang mempengaruhi identititas budaya Korea Selatan. Beberapa hal yang
menjadi pembahasan dari Haksoon Yim adalah sejarah identitas budaya Korea
Selatan, dinamika identitas budaya Korea Selatan, serta beberapa kebijakan dari


Qi Wang, 2007, The Dillema of Japan’s Cultural Diplomacy In China -- A Case Study of
Japanese Manga and Anime, Lund University p26

11

16

beberapa pemimpin Korea Selatan yang mempengaruhi laju perubahan Korea
Selatan dalam melakukan perkembangan budaya didalam dan luar negeri12.
Dalam hal ini Haksoon Yim juga menjelaskan beberapa budaya tertentu yang
ikut memberikan perubahan dalam kondisi identitas budaya Korea Selatan.
Selain memberikan penjelasan mengenai perubahan kondisi kebudayaan
masyarakat serta masalah identitas kebudayaan yang di alami oleh Korea
Selatan pada setiap pemerintahan Haksoon Yim juga menjelaskan mengenai
beberapa kebijakan yang menjadi dasar dinamika perubahan kondisi
kebudayaan masyarakat Korea Selatan selama beberapa masa. Beberapa
kebijakan yang dijelaskan oleh Haksoon Yim adalah Close or Open-door
Policy Towards Japanese Culture13 yang di lakukan oleh Korea Selatan mulai


dari masa pasca perang dunia II hingga tahun 2000, Cultural Policy for Anticommunism and Reunification yang di lakukan oleh Korea Selatan selama masa

tahun 1989-199014 serta beberapa kebijakan lain yang berfungsi sebagai upaya
meningkatkan kualitas kebudayaan Korea Selatan.
Pada penelitian yang dilakukan oleh penulis, penulis juga
menggunakan kondisi kebudayaan masyarakat Korea Selatan dan juga melihat
tentang apa saja yang memberi pengaruh terhadap perubahan kondisi

12

Haksoon Yim .2002. Cultural Identity and Cultural Policy in South Korea. London and New

York . Routledge
13
14

Ibid
Ibid

17

kebudayaan di Korea Selatan terutama pada tahun 2000-2014 melalui budaya
anime & manga.

Dalam penelitiannya ini Haksoon Yim menjelaskan

perubahan dalam kondisi identitas kebudayaan serta upaya budaya diplomasi
masyarakat Korea Selatan dengan cukup teratur sesuai dengan perkembangan
pemerintahan Negara Korea Selatan. Selain memberikan penjelasan mengenai
kondisi dinamika identitas kebudayaan berdasarkan masa pemerintahan
pemimpin Negara Korea Selatan Haksoon Yim juga menjelaskan hubungan
antara perkembangan identitas kebudayaan dengan beberapa aspek penting
dalam masyarakat Korea Selatan seperti aspek ekonomi, aspek historis dengan
Jepang serta aspek ideology anti komunis dan reunifikasi dengan Korea Utara.
Perbedaan penelitian yang dilakukan penulis dengan penelitian yang
sudah dilakukan oleh Haksoon Yim dapat dilihat dari beberapa hal. Yang
pertama adalah perbedaan mengenai pembahasan utama yang dilakukan dimana
Haksoon Yim membahas perkembangan identitas kebudayaan serta dinamika
dan hubungannya dengan perkembangan beberapa aspek lain yang bukan
bersifat budaya dalam masyarakat

Korea Selatan. Dalam penelitian yang

dilakukan oleh penulis, penulis lebih fokus pada Korea Selatan di tahun20002014 serta upaya dari Korea Selatan dalam melindungi negaranya dari
kebudayaan luar yang masuk terlebih kepada Jepang.

18

II.2 Kerangka Konseptual
II.2.1 Soft Power
Pendekatan teori yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan teori
Soft Power dari Joseph S Nye. Dalam deskripsi Soft Power yang di tuliskan

oleh Nye Soft Power adalah “kemampuan untuk mendapatkan tujuan dengan
menggunakan ketertarikan akan suatu hal daripada menggunakan cara
kekerasan atau pembayaran materi. Soft Power ini muncul karena ketertarikan
akan budaya suatu negara, idealisme politik serta kebijakan yang ada”15.
Dalam penjelasan lebih lanjut mengenai Soft Power , Stephen Nye
menjelaskan perbedaan antara pengaruh dengan Soft Power itu sendiri. Secara
umum definisi dari Soft Power itu sendiri memang seperti bentuk lain dari
pengaruh atau influence namun jika diperhatikan lebih mendalam kedua hal ini
memiliki perbedaan dalam hubungannya, sebagai contoh suatu upaya militer
dari suatu negara dapat membuat negara lain mengubah keputusannya untuk
bekerja sama dengan negara tersebut atau malah berbalik memilih sebaliknya 16.
Soft power sangat bergantung pada beberapa hal penting yaitu budaya,
kebijakan, serta nilai politik yang di miliki17. Ketiga hal ini merupakan sumber
utama soft power dapat di jalankan atau tidak pada suatu negara, suatu negara

15

Joseph S Nye . 2004. Soft Power the mean to success in world politics. New York. Public
Affairs. Px
16
Ibid p7
17
Ibid p 11

19

dapat di katakan berhasil menggunakan soft power ketika negara tersebut
mampu membuat negara lain melakukan agenda yang di lakukan tanpa harus
dengan membuat paksaan baik dalam bentuk ancaman ataupun paksaan18

II.2.2 Culture
Dalam penjelasan mengenai sumber soft power budaya adalah nilai dan
perbuatan yang membentuk pengertian dalam masyarakat, sehingga budaya
dalam masyarakat akan memiliki berbagai manifestasi dalam masyarakat19.
Secara umum penggolongan budaya dalam masyarakat ini terbagi atas dua
macam yaitu high culture dan popular culture. Dalam hal ini yang dimaksud
sebagai high culture adalah budaya yang berupa seni literature serta pendidikan.
Sedangkan pada popular culture yang di maksud di sini adalah budaya yang
muncul pada masyarakat dalam bentuk hiburan.

II.2.3 Political Values
Political values dalam penjelasan yang di tuliskan oleh Nye adalah nilai
politik dari suatu negara yang dapat memberikan dampak bagi dalam negeri
atau luar negeri20. Dalam hal ini Nye menjelaskan melalui contoh, salah satu
contoh yang di gunakan Nye adalah mengenai penulis berkebangsaan China

18

Joseph S Nye . 2004. Soft Power the mean to success in world politics. New York. Public
Affairs p 8
19
Ibid p 11
20
Ibid p 11

20

yang tidak setuju akan kritik Negaranya terhadap Amerika Serikat pada tahun
2003, hal ini secara tidak langsung menggerakkan banyak pihak masyarakat
berkebangsaan China di Amerika untuk bersikap terhadap gaya hidup yang
sudah di jalani di Amerika21. secara umum penjelasan mengenai nilai politik
dalam soft power dapat di artikan sebagai nilai politik yang memberikan
pengaruh bagi banyak pihak untuk merubah opini atau melakukan aksi
berdasarkan nilai politik yang terjadi.

II.2.4 Foreign Policy
Dalam penjelasannya sebagai sumber soft power Nye menjelaskan
mengenai kebijakan luar negeri dapat menjadi menjadi sebuah soft power jika
kebijakan tersebut bersifat sah dan memiliki nilai moral bagi negara lain22.
Dalam penjelasannya mengenai kebijakan luar negeri sebagai sumber soft
power Nye memberikan contoh yaitu demokrasi dan nilai-nilai hak asasi
manusia. Kedua hal ini tidak akan memberikan dampak bagi masyarakat luas
jika hanya bersifat kebijakan yang tidak di tawarkan ke negara lain23.
Kebijakan luar negeri yang dapat dijadikan contoh sebagai soft power suatu
negara adalah kebijakan untuk memberikan bantuan dana dalam rangka
membantu pembangunan.

21

Joseph S Nye . 2004. Soft Power the mean to success in world politics. New York. Public
Affairs p 56
22
Ibid p 11
23
Ibid p 62

21

II.3. Definisi Konseptual
II.3.1Diplomasi kebudayaan
Diplomasi budaya adalah suatu cara dalam hubungan antar negara yang
dilakukan dengan menggunakan kegiatan kebudayaan atau nilai-nilai budaya
sebagai upaya untuk bekerjasama dengan negara lain24. Penjelasan salah satu
ahli yang mendukung adalah pendapat dari Milton Cummings, Jr yang
mengatakan bahwa diplomasi budaya merupakan pertukaran ide, seni serta
aspek kebudayaan lain di antara bangsa dan masyarakatnya dengan tujuan
untuk mendapatkan kerjasama dan pengertian yang saling menguntungkan25.
Diplomasi budaya pada saat ini juga dapat di jelaskan sebagai cara dari
suatu negara untuk melakukan dominasi dari masuknya kebudayaan yang
berasal dari negara lain. Hal ini juga di sampaikan oleh salah satu ahli yaitu
Helena Finn, dalam penjelasannya Helena Finn menjelaskan “diplomasi budaya
terdiri atas usaha untuk meningkatkan pemahaman akan kebudayaan serta
memenangkan hati masyarakat luar negeri”26. Seperti yang sudah dikemukakan
oleh Helen Finn ini sebagai contoh dari usaha untuk mendominasi budaya asing
yang masuk adalah seperti pada film Hollywood di Amerika, dimana film-film
yang di tayangkan di sebar luas secara global sehingga kesan masyarakat akan
Amerika dapat tersampaikan melalui film-film Hollywood yang beredar.

24

John Lenczowski .2011.Full Spectrum Diplomacy and Grand Strategy.Plymouth. Lexington
Books . p159
25
Ibid p159
26
Ibid p160

22

Penyebaran film Hollywood di seluruh dunia ini memberikan keuntungan bagi
Amerika untuk mendapat tanggapan positif dari masyarakat luar Amerika serta
membuat Amerika lebih unggul secara moral di negara lain tanpa harus
melakukan ekspansi secara langsung.
Setiap negara melakukan diplomasi budaya yang berbeda-beda
tergantung dengan kondisi daripada negara yang bersangkutan. Meskipun ada
perbedaan dalam cara melakukan diplomasi kebudayaan pada masing-masing
negara. Dalam melakukan diplomasi budaya hal yang selalu menjadi tujuan
dari diplomasi budaya ini adalah menciptakan saling pengertian antar negara
atau menciptakan mutual understanding serta menciptakan kesan baik pada
negara lain auntuk mencitrakan karakter bangsa

27

. Dua hal yang menjadi

tujuan utama dalam diplomasi budaya ini adalah komponen penting yang
menjadi alasan mengapa suatu negara melakukan diplomasi budaya kepada
negara lain.

II.3.2 Hubungan antara diplomasi budaya dan Soft Power
Diplomasi budaya dan soft power merupakan dua hal yang tidak tampak
secara langsung dalam keterkaitannya. Di lihat dari definisi keduanya memiliki
kesamaan karena sama-sama menggunakan ketertarikan sebagai cara untuk
melakukan tujuannya. Dalam pengertiannya Soft Power diartikan sebagai

27

John Lenczowski .2011.Full Spectrum Diplomacy and Grand Strategy.Plymouth. Lexington
Books p179

23

kemampuan untuk mendapatkan tujuan melalui ketertarikan daripada melalui
upaya yang bersifat paksaan atau pembayaran, dalam praktiknya soft power
muncul dari ketertarikan suatu negara akan budaya, idealisme politik serta
kebijakan negara lain28. Sedangkan pengertian diplomasi budaya adalah cara
dalam hubungan antar negara yang dilakukan dengan menggunakan kegiatan
kebudayaan atau nilai-nilai budaya sebagai upaya untuk bekerjasama dengan
negara lain29.
Kesamaan pada kedua hal ini adalah keduanya memiliki tujuan untuk
mendapatkan perhatian dari negara lain agar tujuan dari pelaku dapat tercapai.
Hanya saja perbedaan yang mendasar adalah jika Soft Power merupakan
bentuk kemampuan dari suatu negara untuk menarik perhatian negara lain
dengan memiliki tiga sumber utama dalam pelaksanaannya yaitu Culture,
political values dan foreign policy, maka diplomasi budaya merupakan cara

dari suatu negara dalam menarik perhatian negara lain dengan kekayaan budaya
yang di miliki. Dalam praktiknya diplomasi budaya hanya menggunakan media
budaya dan cenderung bertujuan sama dengan soft power, hanya saja dalam hal
ini soft power bersumber pada tiga hal utama yaitu Culture, political values dan
foreign policy sedangkan budaya hanya berpatok pada nilai budaya suatu

negara.
28

Joseph S Nye . 2004. Soft Power the mean to success in world politics. New York. Public
Affairs. Px
29
John Lenczowski .2011.Full Spectrum Diplomacy and Grand Strategy.Plymouth. Lexington
Books . p159

24

Secara umum dapat di katakan jika diplomasi budaya merupakan bagian
dari soft power , hal ini di karenakan diplomasi budaya memiliki kesamaan
tujuan seperti soft power yaitu mencapai tujuan melalui ketertarikan suatu
negara. Sehingga jika di lihat kembali dari tujuan serta sumber terjadinya maka
dapat di lihat jika diplomasi budaya merupakan bentuk dari soft power dalam
bidang budaya.

25

Konsep
SOFT

Variabel

Indikator

BUDAYA

Operasionalisasi konsep
1. Ditayangkannnya anime sebagai

Pop Culture

POWER

program TV lokal Korea Selatan
2. Adanya adaptasi film dari anime
& manga
3. Diadakannya

festival

budaya

acara

pameran

Jepang
4. Diadakannya

serta kejuaraan tertentu yang
berhubungan dengan anime &
manga

Nilai politik

.
Ideologi yang mempengaruhi

1. Adanya

negara

agenda

pemerintah

untuk menggunakan anime &
manga sebagai produk ekspor .

Tabel 1: operasionalisasi konsep soft power

26

alur pemikiran

Bagan 1 : Alur berpikir

Berakhirnya masa pembatasan impor
budaya Jepang di Korea Selatan dan di
mulainya trend budaya pop baru di
Korea Selatan setelah berakhirnya
masa pembatasan budaya

Soft Power
Upaya Jepang untuk mempererat
hubungan diplomatis dengan Korea
Selatan melalui budaya populer Anime &
manga

KESIMPULAN

27

II.3 Batasan penelitian
Sesuai dengan latar belakang serta rumusan masalah yang sudah di tulis
maka batasan dari penelitian ini adalah diplomasi budaya yang di lakukan oleh
Jepang terhadap Korea Selatan pada tahun 2000 hingga tahun 2014 .

28