ANALISIS KOMPETENSI GURU BIOLOGI BERDASA

ANALISIS KOMPETENSI GURU BIOLOGI BERDASARKAN PERSEPSI SISWA SMA DI KOTA SEMARANG PROPOSAL TESIS

diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Pendidikan

Oleh

Novi Widyastuti PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA KONSENTRASI BIOLOGI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

TAHUN 2016

1. Latar Belakang Masalah

Peringkat Indonesia dalam HDI (Human Development Index) pada tahun 2013 tidak mengalami perubahan dari tahun 2012. Indonesia menempati peringkat ke-108 dari 187 negara pada tahun 2013. Skor nilai HDI Indonesia sebesar 0,684 masih di bawah rata-rata dunia sebesar 0,702. Peringkat dan nilai HDI Indonesia masih di bawah rata-rata dunia. HDI mengukur peringkat suatu negara dalam bidang pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan ekonomi (Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013). Selain itu berdasarkan hasil penelitian PISA (Programme for International Student Assessment) Indonesia dalam hal Ilmu Pengetahuan Alam mengalami penurunan dari peringkat 60 pada tahun 2009 menjadi peringkat 64 pada tahun 2012 dari 65 negara yang berpartisipasi (Tim PISA Indonesia, 2013). Menurunnya peringkat Negara Indonesia khususnya dalam bidang pendidikan menjadi salah satu faktor Indonesia belum dapat bersaing dalam tataran global.

Biologi sebagai Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu wahana untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Pelajaran biologi bersifat kontekstual yang dapat dilihat dalam fenomena-fenomena kehidupan sehari-hari. Pembelajaran biologi berupaya membekali siswa dengan berbagai kemampuan ketrampilan proses yaitu: mengamati dengan indera, menggolongkan atau mengelompokkan, menerapkan konsep atau prinsip, menggunakan alat dan bahan, berkomunikasi, berhipotesis, menafsirkan data, melakukan percobaan, dan mengajukan pertanyaan. Hasil wawancara dengan 20 siswa SMA di kota semarang 80% responden menyatakan tidak menyukai pelajaran biologi dan sering mendapat nilai di bawah KKM. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang kurang berminat dengan pelajaran biologi. Alasan yang diungkapkan oleh siswa beragam, diantaranya: materi yang sulit, hafalan yang banyak, bahasa latin yang sulit dihafalkan, membosankan karena bersifat teoritis, serta guru yang kurang variatif dan kreatif dalam mengajar. Salah satu alasan yang banyak diungkap oleh siswa adalah faktor guru yang kurang kreatif dan variatif dalam pembelajaran biologi.

Salah satu kompenen terpenting dalam pendidikan adalah guru. Guru dalam konteks pendidikan mempunyai peranan yang penting karena guru berada di barisan terdepan dalam pelaksanaan pendidikan. Menurut Hamalik (2002), guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif, menyenangkan dan akan mampu mengelola kelasnya, sehingga belajar para siswa berada pada tingkat yang optimal. Guru merupakan ujung tombak yang berhubungan langsung dengan siswa sebagai subjek dan objek belajar, sehingga guru berperan penting dalam mensukseskan proses pembelajaran. Peran guru dalam aktivitas pembelajaran sangat kompleks (Sanjaya, 2006).

Seorang guru harus memiliki sikap dan kepribadian yang dapat menjadi teladan bagi peserta didiknya. Kepribadian guru melekat pada setiap perilaku yang melingkupi kompetensi yang dimiliki. Berdasarkan UU RI No.14 tahun 2005, guru harus memiliki 4 kompetensi profesionalisme yaitu kompetensi pribadi, kompetensi sosial, kompetensi pedagogik dan kompetensi personal (Depdiknas, 2007).

Kompetensi guru dalam proses belajar mengajar merupakan faktor penting dalam menentukan keberhasilan sebuah pengajaran. Kemampuan mereka dalam menangani kegiatan belajar akan memiliki dampak langsung pada keterlibatan aktif siswa dalam kegiatan belajar. Oleh karena itu, pengembangan kompetensi guru untuk membina sikap positif adalah agenda utama untuk memperkuat profesi guru dan untuk memastikan pembangunan kualitas pendidikan (Awang et all. 2013).

Seorang guru biologi perlu mengetahui bagaimana persepsi siswa terhadap kompetensi guru. Persepsi siswa diperlukan untuk instropeksi guru dalam meningkatkan kompetensi dan menjadi guru yang profesional. Bagi seorang guru biologi, mengetahui dan menerapkan prinsip-prinsip yang berhubungan dengan persepsi sangat penting karena guru akan mengenal siswanya secara lebih baik (Slameto 2003). Siswa hendaknya memiliki persepsi yang tepat (positif) terhadap guru sehingga akan menunjang proses belajar (Surya, 2004).

Siswa SMA adalah peserta didik yang sudah memasuki usia dewasa awal, sehingga mampu melihat dan menilai mana guru yang patut ditiru dan dijadikan contoh, yang memiliki ilmu pengetahuan, yang cakap dan terampil, yang berkepribadian, dan bagaimana guru yang baik dan ideal dalam pandangan mereka. Persepsi siswa tentang guru dan sistem pengajaran berperan penting dalam mengembangkan kompetensi untuk menjadi seorang guru yang profesional (Bhargava, 2011).

Berdasarman Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 74 Tahun 2008 Secara akademis guru biologi dikatakan sudah kompeten dalam bidangnya, karena telah memenuhi kualifikasi akademik sesuai dengan jenis, jenjang, dan satuan pendidikan formal. Realita dalam dunia pendidikan yang diketahui dari hasil wawancara sebelumnya, menunjukkan bahwa tidak semua guru biologi di kota Semarang berkompeten. Berdasarkan fenomena tersebut dan penelitian yang dilakukan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa mengetahui persepsi siswa penting bagi guru untuk mengembangkan kompetensi. Oleh karena itu, untuk mengetahui persepsi siswa tentang kompetensi guru biologi, akan dilakukan penelitian tentang kompetensi guru biologi SMA di kota Semarang berdasarkan persepsi siswa .

2. Identifikasi Masalah

Ditinjau dari latar belakang di atas, maka yang menjadi identifikasi masalah dari penelitian ini yaitu:

  1. Berdasarkan hasil wawancara dengan 20 siswa SMA di Kota Semarang, minat siswa terhadap pembelajaran biologi masih rendah.

  2. Berdasarkan hasil wawancara dengan 20 siswa SMA di Kota Semarang, menurut siswa guru kurang kreatif dan inovatif dalam pembelajaran biologi.

  3. Terdapat keterkaitan antara persepsi dengan pengembangan kompetensi guru.

  4. Belum terdapat data yang menginformasikan tentang kompetensi guru biologi di kota Semarang berdasarkan persepsi siswa.

3. Cakupan Masalah

Agar penelitian ini lebih terarah dalam pelaksanaannya, maka perlu diadakan cakupan masalah. Cakupan masalah dalam penelitian ini, yaitu :

  1. Penelitian ini hanya terbatas pada pembahasan tentang bagaimana kompetensi guru biologi di kota Semarang berdasarkan persepsi siswa SMA.

  2. Penelitian ini menggunakan acuan standar kompetensi guru berdasarkan Undang-undang guru dan dosen no. 14 tahin 2005 dan peraturan pemerintah no. 19 tahun 2005 yang meliputi kompetensi kepribadian, pedagogik, profesional, dan sosial.

  3. Subjek yang diteliti adalah siswa kelas XI SMA negeri dan swasta di Kota Semarang Tahun Ajaran 2015/2016.

  4. Penelitian ini bersifat persepsional, dalam hal ini berdasarkan persepsi siswa yang diajar oleh guru biologi yang bersangkutan.

  5. Metode yang digunakan dalam penelitian ini metode kombinasi (Mixed Methods) dengan menggunakan desain urutan pembuktian (Sequential Explanatory).

4. Rumusan Masalah

Penelitian ini memfokuskan pada deskripsi kompetensi guru biologi di kota Semarang berdasarkan persepsi siswa SMA. Permasalahan penelitian yang akan dijawab adalah bagaimana tingkat kompetensi guru biologi berdasarkan persepsi siswa SMA di kota Semarang. Permasalahan tersebut dijabarkan dalam empat pertanyaan penelitian sebagai berikut:

    1. Bagaimana kompetensi pedagogik guru biologi berdasarkan persepsi siswa SMA di kota Semarang?

    2. Bagaimana kompetensi profesional guru biologi berdasarkan persepsi siswa SMA di kota Semarang?

    3. Bagaimana kompetensi kepribadian guru biologi berdasarkan persepsi siswa SMA di kota Semarang?

    4. Bagaimana kompetensi sosial guru biologi berdasarkan persepsi siswa SMA di kota Semarang?

5. Tujuan Penelitian

Ditinjau dari permasalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk:

  1. Mengetahui tingkat kompetensi guru biologi berdasarkan persepsi siswa SMA di kota Semarang.

  2. Menganalisis kompetensi pedagogik guru biologi berdasarkan persepsi siswa SMA di kota Semarang.

  3. Menganalisis kompetensi profesional guru biologi berdasarkan persepsi siswa SMA di kota Semarang.

  4. Menganalisis kompetensi kepribadian guru biologi berdasarkan persepsi siswa SMA di kota Semarang.

  5. Menganalisis kompetensi sosial guru biologi berdasarkan persepsi siswa SMA di kota Semarang.

6. Manfaat Penelitian

berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, manfaat yang diharapkan dari adanya penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis penelitian ini adalah dapat menambah pengetahuan dan mengembangkan ilmu yang didapat penulis selama kuliah, serta dapat dijadikan referensi dalam menambah pengetahuan di bidang pendidikan dak memberikan sumbangan bagi penelitian lebih lanjut.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Guru Biologi

  1. Memberikan gambaran kompetensi guru biologi dalam pandangan siswa SMA di kota Semarang.

  2. Sebagai bahan acuan guru biologi untuk introspeksi diri dan meningkatkan kompetensi berkaitan dengan tugas dan tanggung jawab sebagai pengajar dan pendidik.

  3. Memotivasi guru biologi dalam mengembangkan kompetensi guru

b. Bagi Instansi Pendidikan

  1. Sebagai bahan pertimbangan dalam pembinaan profesionalitas guru di sekolah negeri maupun swasta di kota Semarang untuk meningkatkan mutu pendidikan.

  2. Sebagai bahan acuan dalam meningkatkan kualitas pengajaran biologi di SMA.

  3. Sebagai bahan panduan sekolah untuk meningkatkan kompetensi guru biologi.

c. Bagi Siswa SMA

  1. Meningkatkan minat siswa terhadap pembelajaran biologi sehingga dapat mengikuti pembelajaran biologi secara optimal.

  2. Siswa dapat memperoleh pembelajaran biologi yang lebih baik, sehingga memperoleh hasil belajar yang lebih baik pula.

d. Bagi Mahasiswa Calon Guru Biologi

  1. Mahasiswa calon guru biologi dapat mengetahui kompetensi guru berdasarkan persepsi siswa di kota Semarang.

  2. Sebagai dasar mahasiswa untuk mengembangkan kompetensi sebagai calon guru biologi yang profesional.

  3. Sebagai bahan masukan untuk perbaikan kualitas diri sebagai calon guru biologi yang profesional.

7. Penegasan Istilah

  1. Guru adalah semua orang yang mempunyai wewenang dan bertanggung jawab untuk membimbing dan membina anak didik, baik secara individu maupun klasikal, yang diselelnggarakan di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah (Bahri, 2000). Guru dalam penelitian ini adalah guru biologi, yaitu guru yang mengampu mata pelajaran biologi pada tingkat SMA negeri dan swasta di Kota Semarang.

  2. Kompetensi di dalam UU RI No.14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, diartikan sebagai seperangkat pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Kompetensi dalam penelitian ini meliputi kompetensi pedagogik, profesional, kepribadian dan sosial

  3. Persepsi ialah stimulus yang diindra oleh individu, diorganisasikan dan interpretasikan, sehingga individu menyadari, mengerti dengan apa yang diindra itu (Walgito, 2004). Persepsi dalam penelitian ini adalah pandangan terhadap kompetensi guru biologi dimata siswa.

  4. Menurut ketentuan umum dalam Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, siswa adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah siswa SMA kelas XI dari berbagai SMA Negeri dan Swasta di Kota Semarang.

  1. Kajian Pustaka

    1. Pengertian Guru

Guru merupakan salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan (Djamarah, 2000). Seorang guru dengan segala keilmuannya mampu mengembangan potensi dari setiap anak didiknya. Guru dituntut untuk peka dan tanggap terhadap perubahanperubahan, pembaharuan, serta ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang sejalan dengan tuntutan kebutuhan masyarakat dan perkembangan zaman.

Berdasarkan Undang-Undang RI No 14 tahun 2005 pasal 1 ayat (1), guru dijelaskan sebagai pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peerta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Sejalan dengan itu, dalam Undang-Undang RI No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal (1) ayat (6) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan guru (pendidik) adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widya swara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. Selanjutnya dalam pada Pasal 39 ayat 2, dinyatakan bahwa: “Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi”.

Hamalik (2008) berpendapat bahwa guru adalah suatu jabatan profesional yang memiliki peranan dan kompetensi profesional, yang meliputi syarat-syarat fisik, mental atau kepribadian, keilmiahan atau pengetahuan dan keterampilan. Seorang guru mempunyai tugas melaksanakan pengajaran dengan sebaik-baiknya, maka seorang guru harus bertanggung jawab melaksanakan, membina dan mengembangkan kurikulum sekolah.

Uno (2008) mengemukakan bahwa guru merupakan suatu profesi, yang berarti bahwa suatu jabatan yang memerlukan keahlian khusus dan tidak dapat dilakukan oleh orang-orang diluar pendidikan karena seorang guru memiliki kemampuan merancang program pembelajaran serta mampu menata dan mengelola kelas agar peserta didik dapat belajar dengan baik dan pada akhirnya dapat mencapai tingkat kedewasaan sebagai tujuan akhir dari proses pendidikan. Selanjutnya, Uno (2008) mengemukakan bahwa pada dasarnya perubahan perilaku yang ditunjukkan oleh peserta didik dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan dan pengalaman yang dimiliki seorang guru yang sangat berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik.

Suparlan (2006) mengemukakan bahwa guru adalah seseorang yang memperoleh Surat Keputusan (SK), baik dari pemerintah maupun swasta untuk melaksanakan tugasnya, dan karena itu ia memiliki hak dan kewajiban untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar di lembaga pendidikan sekolah. Pengertian yang lebih sempit yaitu, guru adalah orang yang pekerjaannya mengajar atau memberikan pelajaran di sekolah atau di dalam kelas (Barizi dan Idris, 2010). Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, guru adalah orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar.

Berdasarkan beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa guru adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan yang memiliki kompetensi yang dipersyaratkan untuk melakukan tugas pendidikan dan pengajaran, sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal.

2. Peran Guru dalam Proses Belajar Mengajar

Dalam proses belajar mengajar guru mempunyai peran mendorong, membimbing dan memberikan fasilitas belajar bagi siswa untuk mencapai tujuan. Untuk itu, guru mempunyai tanggung jawab untuk mengetahui segala hal yang terjadi di kelas dengan tujuan membantu perkembangan siswa. Slameto (2003) mengemukakan bahwa peranan guru perpusat pada tiga hal, yaitu mendidik dengan memberikan arah dan motivasi untuk mencapai tujuan, memberikan fasilitas melalui pengalaman belajar, dan membantu perkembangan aspek-aspek pribadi seperti sikap, nilai-nilai dan penyesuaian diri.

Keberhasilan guru melaksanakan peranannya dalam pendidikan sebagian besar terletak pada kemampuan dalam melaksanakan berbagai peranan yang bersifat khusus dalam situasi mengajar dan belajar. Tiap peranan menuntut berbagai kompetensi atau keterampilan mengajar guru. Menurut Hamalik (2008) menyebutkan ada beberapa peranan tersebut sebagai berikut :

a. Guru sebagai pengajar

Guru sebagai pengajar harus memiliki kestabilan emosi, ingin memajukan siswa, bersikap realistis, bersikap jujur dan terbuka, peka terhadap perkembangan terutama inovasi pendidikan. Untuk mencapai semua itu, guru harus memiliki dan menguasai berbagai jenis bahan pelajaran, menguasai teori dan praktik kependidikan, menguasai kurikulum dan metodelogi pengajaran. Dengan ketrampilan yang dimilikinya, guru akan dapat memberikan variasi dalam menyampaikan materi yang disajikannya sehingga anak didik tidak akan jenuh dalam menerima materi yang disampaikan guru dengan jelas.

b. Guru sebagai pemimpin kelas

Guru harus mampu memimpin kelompok siswa di dalam kelas. perlu memiliki ketrampilan cara memimpin kelompok-kelompok dan peranannya. Guru harus mampu memimpin, untuk itu guru harus mampu memiliki kepribadian, menguasai ilmu kepemimpinan, menguasai prinsip hubungan antarmanusia, teknik berkomunikasi, serta menguasai berbagai aspek kegiatan organisasi yang berada di sekolah. Guru dituntut untuk dapat memiliki kemampuan memimpin kelas agar dapat menguasai kelas meskipun anak didik terdiri dari berbagai macam kemampuannya.

c. Guru sebagai pembimbing

Guru memiliki keterampilan cara mendorong dan mengarahkan kegiatan belajar siswa. Bimbingan disini adalah proses pemberian bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimum terhadap sekolah, keluarga serta masyarakat. Peranan ini harus dipentingkan, karena kehadiran guru di sekolah adalah untuk membimbing anak di sekolah menjadi manusia yang dewasa susila yang cakap. Tanpa bimbingan, anak didik akan mengalamikesulitan dalam menghadapi segala perkembangan dirinya. Intinya peran guru sebagai pembimbing adalah terletak pada kekuatan intensitas hubungan interpersonal antara guru dengan siswa yang dibimbingnya

d. Guru sebagai pengatur lingkungan

Guru memiliki keterampilan mengatur lingkungan belajar yakni mempersiapkan dan menyediakan alat dan bahan pelajaran, sehingga fasilitas belajar dapat tersedia dengan baik dan peserta didik akan memperhatikan materi yang disampaikannya. Kondisi belajar yang kondusif pun akan tercipta bagi bagi peserta didik.

e. Guru sebagai partisipan

Guru memiliki keterampilan cara memberikan saran, mengarahkan pemikiran kelas dan memberikan penjelasan, sehingga ketika anak didik menghadapi permasalahan guru dapat memberikan saran dan penjelasan yang terbaik untuk anak didik.

f. Guru sebagai ekspeditur

Guru menyelidiki sumber-sumber masyarakat yang akan digunakan. Dalam permasalahan ini guru harus terjun langsung ke masyarakat dan mengadakan penelitian secara langsung, sehingga hasil penelitian tersebut dapat valid dan dapat diterima oleh anak didik sebagai materi yang perlu dikaji.

g. Guru sebagai perencana

Guru memiliki keterampilan cara memilih dan meramu bahan pelajaran secara profesional. Dengan ketrampilan ini guru akan lebih bisa menguasai kelas dan lebih variatif dalam memilih metode dalam menyampaikan setiap bahan pelajaran.

h. Guru sebagai supervisor

Mengawasi kegiatan dan ketertiban kelas. Sebagai supervisor, guru hendaknya dapat membantu, memperbaiki dan menilai secara kritis terhadap proses pengajaran. Tekhnik-tekhnik supervise harus guru kuasai dengan baik agar dapat melakukan perbaikan terhadap situasi belajar mengajar menjadi lebih baik .Untuk itu kelebihan supervisor bukan hanya posisi atau kedudukan yang ditempatinya, akan tetapi juga karena pengalamannya, pendidikannya, kecakapannya, atau ketrampilan-ketrampilannya yang dimilikinya, atau karena memiliki sifat-sifat kepribadian yang menonjol daripada orang-orang yang disupervisinya.

i. Guru sebagai motivator

Guru perlu memiliki ketrampilan cara mendorong motivasi belajar kelas. Sebagai motivator, guru hendaknya dapat mendorong anak didik agar bergairah dan aktif belajar. Dalam upaya memberikan motivasi, guru dapat menganalisis motiv-motiv yang melatarbelakangi anak didik malas belajar dan menurun prestasinya di sekolah. Setiap saat guru harus bertindak sebagai motivator, karena dalam interaksi edukatif tidak mustahil ada di antara anak didik yang malas belajar dan sebagainya.

  1. Guru sebagai penanya

Guru memiliki keterampilan cara bertanya yang merangsang kelas berpikir dan cara-cara memecahkan masalah. Dengan berbagai variasi pertanyaan yang disesuaikan dengan keadaan kelas, anak didik akan lebih termotivasi dengan materi pelajaran. Mengajukan pertanyaan dengan baik adalah pengajaran yang baik. Oleh karena itu ketrampilan bertanya menjadi penting.

  1. Guru sebagai pengganjar

Guru memberikan ganjaran atau penghargaan terhadap siswa siswa yang berprestasi, sehingga dapat merangsang untuk mencapai prestasi yang lebih baik di kemudian hari.

  1. Guru sebagai evaluator

Guru memiliki keterampilan cara menilai anak-anak secara objektif, kontinu dan komprehensif. Melalui evaluasi guru akan menjadi titik tolak untuk memperbaiki dan meningkatkan proses belajar mengajar selanjutnya. Dengan demikian proses belajr mengajar akan senantiasa ditingkatkan terus menerus dalam mencapai efektifitas pembelajaran.

  1. Guru sebagai konselor

Sebagai konselor, guru harus menjadi pengamat yang peka terhadap tingkah laku dan gerak-gerik muridnya. Guru harus berusaha memberikan tanggapan yang konstruktif apabila murid mengalami kelesuan dalam belajar. Dalam hal ini guru dituntut untuk dapat memberikan solusi, saran-saran yang terbaik terhadap permasalahan yang dihadapi anak didik.

    1. Kompetensi Guru

      1. Pengertian Kompetensi

Proses belajar dan hasil belajar para siswa bukan saja ditentukan oleh sekolah, pola struktur, dan isi kurikulum, akan tetapi sebagian besar ditentukan oleh kompetensi guru yang mengajar dan membimbing mereka. Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif, menyenangkan, dan akan lebih mampu mengelola kelasnya, sehingga belajar para siswa berada pada tingkat optimal (Hamalik, 2002).

Menurut Mulyasa (2004), kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Pada sistem pengajaran, kompetensi digunakan untuk mendeskripsikan kemampuan profesional yaitu kemampuan untuk menunjukkan pengetahuan dan konseptualisasi pada tingkat yang lebih tinggi. Kompetensi ini dapat diperoleh melalui pendidikan, pelatihan dan pengalaman lain sesuai tingkat kompetensinya.

Kompetensi dalam bahasa Indonesia merupakan serapan dari bahasa Inggris, competence yang berarti kecakapan dan kemampuan. Kompetensi adalah kumpulan pengetahuan, perilaku, dan keterampilan yang harus dimiliki guru untuk mencapai tujuan pembelajaran dan pendidikan. Kompetensi diperoleh melalui pendidikan, pelatihan, dan belajar mandiri dengan memanfaatkan sumber belajar (Musfah, 2011).

Kompetensi di dalam UU RI No.14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, diartikan sebagai seperangkat pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kompetensi merupakan seperangkat penguasaan kemampuan, ketrampilan, nilai, dan sikap yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai guru yang bersumber dari pendidikan, pelatihan, dan pengalamannya sehingga dapat menjalankan tugas mengajarnya secara profesional.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kompetensi merupakan satu kesatuan yang utuh yang menggambarkan potensi, pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dinilai, yang terkait dengan profesi tertentu berkenaan dengan bagian-bagian yang dapat diaktualisasikan dan diwujudkan dalam bentuk tindakan atau kinerja untuk menjalankan profesi tertentu.

2. Pengertian Kompetensi Guru

Menurut Zamroni (2001), guru adalah orang yang memegang peran penting dalam merancang strategi pembelajaran yang akan dilakukan. Keberhasilan proses pembelajaran sangat tergantung pada penampilan guru dalam mengajar dan kegiatan mengajar dapat dilakukan dengan baik dan benar oleh seseorang yang telah melewati pendidikan tertentu yang memang dirancang untuk mempersiapkan sebagai seorang guru. Pernyataan tersebut mengantarkan kepada pengertian bahwa mengajar adalah suatu profesi, dan pekerjaan guru adalah pekerjaan profesional. Setiap pekerjaan professional dipersyaratkan memiliki kemampuan atau kompetensi tertentu agar yang bersangkutan dapat melaksanakan tugas-tugas profesionalnnya.

Hubungan kompetensi dengan tenaga kependidikan, merujuk pada perbuatan yang bersifat rasional dan memenuhi sertifikasi tertentu dalam melaksanakan tugas kependidikan. Tenaga kependidikan dalam hal ini adalah guru. Guru harus memilki kompetensi yang memadai agar dapat menjalankan tugas dengan baik. Suparlan (2006) berpendapat bahwa “Kompetensi guru melakukan kombinasi kompleks dari pengetahuan, sikap, ketrampilan dan nilai-nilai yang ditujukkan guru dalam konteks kinerja yang diberikan kepadanya”. Sarimaya (2008) mengemukakan bahwa kompetensi guru merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai dan diwujudkan oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya.

Pillay et al., (2005) menyatakan bahwa kompetensi mengajar yang dimiliki guru adalah prasyarat pengetahuan tentang subjek yang mereka ajarkan, keterampilan mengajar dan percaya diri yang dimiliki. Kompetensi mengajar mempengaruhi tingkat pencapaian kompetensi siswa dengan menggunakan strategi pembelajaran yang efektif. Guru yang kompeten adalah guru yang mempunyai keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk menghadapi berbagai karakteristik siswa.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan, bahwa kompetensi guru adalah kebulatan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang berwujud tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran yang didukung oleh latar belakang pendidikan dan pengalaman mengajar yang dimiliki seorang guru untuk menjadi guru yang profesional. Okoro dan Chukwudi (2011) menyatakan bahwa seorang guru yang ideal harus memiliki kompetensi dasar guru.

3. Komponen-Komponen Kompetensi Guru

Proses belajar mengajar dan hasil belajar para siswa bukan saja ditentukan oleh sekolah, pola, struktur, dan isi kurikulum akan tetapi ditentukan oleh kompetensi guru yang mengajar dan membimbing. Guru berkompeten akan meningkatkan hasil belajar para siswa pada tingkat optimal (Hamalik 2008).

Karadeniz (2011) menjelaskan bahwa The Australian Institute for Teaching and School Leadership (AITSL) menetapkan standar kompetensi, yang dijabarkan dalam tujuh elemen kunci untuk menjadi guru yang efektif yaitu:

  1. Mengetahui bagaimana siswa dan cara belajarnya. Guru di harapkan untuk memilih, mengembangkan, mengevaluasi dan merevisi strategi pembelajaran untuk meningkatkan belajar siswa. Guru dapat menggunakan pengetahuan tentang perkembangan fisik, sosial, intelektual dan karakteristik siswa dalam rangka memenuhi kebutuhan siswa dari latar belakang budaya dan ekonomi yang beragam.

  2. Mengetahui kandungan materi ajar dan cara mengajarkannya. Guru harus mampu untuk mengevaluasi dan meningkatkan pengetahuan materi dan strategi mengajar. Selain itu, guru harus memantau dan mengevaluasi pelaksanaan strategi pengajaran untuk memerluas kesempatan belajar dan pengetahuan materi ajar.

  3. Merencanakan dan melaksanakan pembelajaran yang efektif. Guru harus merencanakan, melaksanakan, dan meninjau efektivitas program belajar dan mengajar.

  4. Membuat dan mengelola lingkungan belajar yang kondusif dan aman. Guru diharapkan aktif dalam pengembangan lingkungan belajar yang produktif dan inklusif.

  5. Menilai, memberikan umpan balik dan melaporkan proses belajar siswa. Guru harus mengevaluasi kebijakan dan strategi penilaian sekolah untuk mendiagnosis kebutuhan belajar dan mengkoordinasikan program evaluasi menggunakan data penilaian siswa.

  6. Terlibat dalam pembelajaran profesi. Guru dapat memperluas kesempatan belajar profesi, terlibat dalam penelitian, dan meningkatkan kualitas.

  7. Terlibat secara profesional dengan rekan-rekan, orang tua/wali dan masyarakat.

Menurut Depdiknas (2007), berdasarkan Undang-Undang Guru dan Dosen No. 14/2005 dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Dijelaskan bahwa Standar Kompetensi Guru dikembangkan secara utuh dari 4 kompetensi utama, yaitu:

1. Kompetensi pedagogik

Kompetensi pedagogik dalam Peraturan Pemerintah RI No. 74 tahun 2008 tentang Guru pasal 3 ayat 4, yaitu kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran yang meliputi:

  1. Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan;

  2. pemahaman terhadap peserta didik;

  3. pengembangan kurikulum atau silabus;

  4. perancangan pembelajaran;

  5. pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis;

  6. pemanfaatan teknologi pembelajaran;

  7. evaluasi hasil belajar; dan

  8. pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

Kompetensi pedagogik juga dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah RI No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 28 ayat 3 butir a, sebagai kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik. Kompetensi pedagogik meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai kompetensi yang dimilikinya.

Secara rinci setiap sub kompetensi dijabarkan menjadi indikator esensial sebagai berikut (Sarimaya 2008):

  1. Subkompetensi memahami peserta didik secara mendalam memiliki indikator esensial: memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip perkembangan kognitif, memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip kepribadian, dan mengidentifikasi bekal awal peserta didik.

  2. Merancang pembelajaran, termasuk memahami landasan pendidikan untuk kepentingan pembelajaran. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: memahami landasan pendidikan, menerapkan teori belajar dan pembelajaran, menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik, kompetensi yang ingin dicapai dan materi ajar, serta menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih.

  3. Subkompetensi melaksanakan evaluasi pembelajaran memiliki indikator esensial: menata latar (setting) pembelajaran, dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif.

  4. Subkompetensi merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran memiliki indikator esensial: merancang dan melaksanakan evaluasi (asessement) proses dan hasil belajar dengan menentukan tingkat ketuntasan belajar (mastery learning), dan memanfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk perbaikan kualitas program pembelajaran secara umum.

  5. Subkompetensi mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai kompetensinya, memiliki indikator esensial: memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan berbagai potensi akademik, dan memfasilitasi peserta didik untuk pengembangan berbagai potensi akademik, dan memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan berbagai potensi non akademik

2. Kompetensi kepribadian

Kompetensi kepribadian dalam Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 28 ayat 3 butir b, dijelaskan sebagai kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Menurut Kunandar ( 2008), kompetensi kepribadian yaitu perangkat perilaku yang berkaitan dengan kemampuan individu daam mewujudkan dirinya sebagai pribadi yang mandiri untuk melakukan transformasi diri, identitas diri, adentitas diri dan pemahaman diri. Kompetensi kepribadian meliputi kemampuan-kemampuan dalam memahami diri, mengelola diri, mengendalikan diri dan menghargai diri. Kompetensi kepribadian dalam Peraturan Pemerintah RI No. 74 tahun 2008 tentang Guru pasal 3 ayat 5 sekurang-kurangnya mencakup kepribadian yang beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, arif, bijaksana, demokratis, mantap, berwibawa, stabil, dewasa, jujur, sportif, menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat, serta mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan.

Suyatno (2008) mengemukakan bahwa kompetensi kepribadian adalah kepribadian yang melekat pada pendidik yaitu pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, berwibawa, berakhlak mulia, serta dapat dijadikan teladan bagi peserta didik. Seorang guru dinilai tidak hanya dari aspek keilmuannya saja, tetapi juga dari aspek kepribadiannya yang ditampilkannya. Seorang guru harus mempu menarik peserta didik dan memunculkan aura optimis dalam menghadapi berbagai tantangan hidup. Seorang guru harus mempunyai kepribadian sehat yang akan mendorongnya mencapai puncak prestasi. Di sinilah pentingnya kompetensi kepribadian bagi guru agar pembelajaran berjalan dengan baik.

Secara rinci subkompetensi kepribadian dapat dijabarkan sebagai berikut (Sarimaya, 2008):

  1. Subkompetensi kepribadian yang mantab dan stabil memiliki indikator esensial: bertindak sesuai dengan norma hukum , bertindak sesuai dengan norma sosial, bangga sebagai guru, dan memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma.

  2. Subkompetensi kepribadian yang dewasa memiliki indikator esensial: menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebagai guru.

  3. Subkompetensi kepribadian yang arif memiliki indikator esensial: menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah, dan masyarakat serta menunjukkan keterbukaan dalam berfikir dan bertindak.

  4. Subkompetensi kepribadian yang berwibawa memiliki indikator esensial: memiliki perilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik dan memiliki perilaku yang disegani.

  5. Subkompetensi akhlak mulia dan dapat menjadi teladan memiliki indikator esensial: bertindak sesuai norma religius (iman dan takwa, jujur, ikhlas, suka menolong), dan memiliki perilaku yang diteladani peserta didik.

  6. Subkompetensi evaluasi diri dan pengembangan diri memiliki indikator esensial: memilki kemampuan untuk berintropeksi, dan mampu mengembangkan potensi diri secara optimal.

Menurut Akhyak (2005) dalam kompetensi pribadi, guru sering dianggap sebagai sosok yang memiliki kepribadian ideal, oleh karena itu, pribadi guru sering dianggap sebagai model atau panutan (yang harus di-gugu dan ditiru). Sebagai seorang model, guru harus memiliki kompetensi yang berhubungan dengan pengembangan kepribadian (personal competencies).

3. Kompetensi professional

Kompetensi profesional adalah kompetensi atau kemampuan yang berhubungan dengan penyelesaian tugas-tugas keguruan (Munardji, 2004). Kompetensi ini merupakan kompetensi yang sangat penting, oleh sebab langsung berhubungan dengan kinerja yang ditampilkan. Oleh sebab itu tingkat keprofesionalan seorang guru dapat dilihat dari kompetensi ini. Kompetensi profesional adalah kemampuan dalam penguasaan akademik (mata pelajaran/bidang studi) yang diajarkan dan terpadu dengan kemampuan mengajarnya sekaligus sehingga guru memiliki wibawa akademik (Kunandar, 2008).

Kompetensi profesional dalam Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 28 ayat 3 butir c, dijelaskan sebagai kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.74 Tahun 2008 Pasal 3 ayat (7) mengemukakan bahwa kompetensi profesional merupakan kemampuan guru dalam menguasai pengetahuan bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan budaya yang diampunya yang sekurang-kurangnya meliputi penguasaan:

      1. Materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan standar isi program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu, dan

      2. Konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang relevan, yang secara konseptual menaungi atau koheren dengan program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu.

Menurut Sarimaya (2008), kompetensi profesional merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam, yang mencangkup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan subtansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap struktur dan metodologi keilmuannya. Setiap subkompetensi tersebut memiliki indikator esensial sebagai berikut:

  1. Subkompetensi menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi memiliki memiliki indikator esensial: memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah, memahami struktur, konsep, dan metode keilmuan yang menaungi atau koheren dengan materi ajar, memahami hubungan konsep antar mata pelajaran terkait, dan menerapkan konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari.

  2. Subkompetensi menguasai struktur dan metode keilmuan memiliki indikator esensial menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian untuk memperdalam pengetahuan materi bidang studi secara profesional dalam kontek global.

4. Kompetensi sosial

Kompetensi sosial dalam Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 28 ayat 3 butir d, dijelaskan sebagai kemampuan pendidik yang merupakan bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Menurut Kunandar (2008) kompetensi sosial yaitu perangkat perilaku tertentu yang merupakan dasar dari pemahaman diri sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari lingkungan sosial serta tercapainya interaksi sosial secara efektif.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.74 Tahun 2008 Pasal 3 ayat (6) mengemukakan bahwa kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat yang sekurang-kurangnya meliputi kompetensi untuk:

  1. Berkomunikasi lisan, tulis, dan/atau isyarat secara santun;

  2. Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional

  3. Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesame pendidik, tenaga kependidikan, pimpinan satuan pendidikan, orang tua atau wali peserta didik;

  4. Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan mengindahkan norma serta sistem nilai yang berlaku; dan

  5. Menerapkan prinsip persaudaraan sejati dan semangat kebersamaan

Sarimaya (2008) menjabarkan kompetensi sosial menjadi subkompe-tensi dengan indikator esensial sebagai berikut:

  1. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, subkompetensi ini memiliki indikator esensial: berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik.

  2. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik dan tenaga pendidik.

  3. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar

Kompetensi inti guru dijabarkan berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, sebagai berikut:

1. Kompetensi Pedagogik

    1. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual.

    2. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik.

    3. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu

    4. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik.

    5. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran.

    6. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasi-kan berbagai potensi yang dimiliki.

    7. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik.

    8. Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar.

    9. Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajar-an.

    10. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.

2. Kompetensi Kepribadian

  1. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia.

  2. Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat.

  3. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil,dewasa, arif, dan berwibawa.

  4. Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri.

  5. Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.

3. Kompetensi Sosial

  1. Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi.

  2. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat.

  3. Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya.

  4. Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.

4. Kompetensi Profesional

  1. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

  2. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu.

  3. Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif.

  4. Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif.

  5. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembang-kan diri.

Penjabaran tentang Kompetensi guru mata pelajaran biologi secara khusus berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 16 tahun 2007 dijelaskan sebagai berikut:

  1. Memahami konsep-konsep, hukum-hukum, dan teori-teori biologi serta penerapannya secara fleksibel.

  2. Memahami proses berpikir biologi dalam mempelajari proses dan gejala alam.

  3. Menggunakan bahasa simbolik dalam mendeskripsikan proses dan gejala alam/biologi.

  4. Memahami struktur (termasuk hubungan fungsional antar konsep) ilmu Biologi dan ilmu-ilmu lain yang terkait.

  5. Bernalar secara kualitatif maupun kuantitatif tentang proses dan hukum biologi.

  6. Menerapkan konsep, hukum, dan teori fisika kimia dan matematika untuk menjelaskan/mendeskripsikan fenomena biologi.

  7. Menjelaskan penerapan hukum-hukum biologi dalam teknologi yang terkait dengan biologi terutama yang dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.

  8. Memahami lingkup dan kedalaman biologi sekolah.

  9. Kreatif dan inovatif dalam penerapan dan pengembangan bidang ilmu biologi dan ilmu-ilmu yang terkait.

  10. Menguasai prinsip-prinsip dan teori-teori pengelolaan dan keselamatan kerja/belajar di laboratorium biologi sekolah.

  11. Menggunakan alat-alat ukur, alat peraga, alat hitung, dan piranti lunak computer untuk meningkatkan pembelajaran biologi di kelas, laboratorium dan lapangan.

  12. Merancang eksperiment biologi untuk keperluan pembelajaran atau penelitian.

  13. Melaksanakan eksperiment biologi dengan cara yang benar.

  14. Memahami sejarah perkembangan IPA pada umumnya khusunya biologi dan pikiran-pikiran yang mendasari perkembangan tersebut.

4. Pengertian Persepsi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia persepsi adalah tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu (KBBI, 2005). Proses persepsi ialah stimulus yang diindra oleh individu, diorganisasikan dan interpretasikan, sehingga individu menyadari, mengerti dengan apa yang diindra itu (Walgito,2004). Slameto, (2003) menjelaskan bahwa melalui persepsi manusia terus menerus mengadakan hubungan dengan lingkungan. Hubungan ini dilakukan lewat inderanya yaitu indera penglihatan, pendengar, peraba, dan penciuman. Persepsi dapat diartikan suatu pandangan atau pendapat seseorang tentang suatu peristiwa maupun fenomena yang ada disekitarnya maupun yang dialaminya.

Menurut Saleh dan Wahhab (2004) Suatu penginderaan yang bermakna akan menghasilkan sebuah persepsi, adapun ciri-ciri persepsi diantaranya:

  1. Modalitas yakni rangsang-rangsang yang diterima harus sesuai dengan modalitas tiap indera (cahaya untuk penglihatan, bau untuk penciuman, dan suara untuk pendengaran)

  2. Dimensi ruang, sehingga dapat menyatakan atas-bawah, tinggi-rendah, dan depan-belakang

  3. Dimensi waktu, seperti cepat-lambat dan tua-muda

  4. Struktur komplek, yaitu keseluruhan yang menyatu.

Individu akan mengaitkan stimulus yang diterima dalam persepsi, sehingga stimulus tersebut berarti bagi individu yang bersangkutan. Stimulus atau rangsangan merupakan salah satu faktor yang berperan dalam persepsi. Faktor lain yang mempengaruhi persepsi adalah perhatian yang selektif, ciri-ciri ransang, nilai dan kebutuhan individu serta pengalaman terdahulu (Setiadi dan Usman 2011). Berdasarkan beberapa faktor tersebut dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya persepsi dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal individu. Faktor internal dipengaruhi oleh karakteristik individual seperti: sikap, motif, minat, kepentingan, pengalaman dan harapan. Sedangkan faktor eksternal dipengaruhi oleh obyek atau sasaran persepsi atau stimulus itu sendiri dari faktor situasi.

Menurut Okoro dan Chukwudi (2011) guru merupakan kunci utama pada seluruh program pendidikan yang pada akhirnya akan menentukan mutu pendidikan. Guru dipandang sebagai seseorang yang telah memperoleh pengetahuan, ketrampilan, sikap, ide dan apresiasi lain sehingga dapat mempenga-ruhi perubahan perilaku siswanya. Guru yang baik dapat menjadi contoh bagi siswa untuk diteladani sikap dan perilakunya. Adanya sikap dan perilaku yang baik dari guru, membuat siswa akan termotivasi untuk mengikuti pembelajaran dengan lebih baik. Selain itu Okoro dan Chukwudi (2011) juga menyatakan bahwa seorang guru harus memiliki kompetensi dasar guru, kemampuan memimpin, dan interaksi sosial yang baik.

5. Karakteristik Siswa SMA

Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) termasuk individu-individu yang memasuki masa remaja madya yang berusia 15-18 tahun. Masa remaja merupakan suatu periode dalam perkembangan yang dijalani seseorang sejak berakhirnya masa kanak-kanak sampai datangnya awal masa dewasa (Syamsyudin, 2007). Usia remaja anak SMA adalah usia pertumbuhan untuk fisiknya, cara bersosial, daya fikir untuk tingkat pengetahuan dan lain-lain. Di masa remaja awal ini merupakan salah satu periode unik dan khusus yang ditandai dengan perubahan-perubahan perkembangan yang tidak terjadi dalam tahap-tahap lain dalam rentang kehidupan.

Menurut Yusuf (2004), masa remaja merupakan masa yang banyak menarik perhatian kerena sifat-sifat khasnya dan peranannya yang menentukan dalam kehidupan individu dalam masyarakat orang dewasa. Masa ini dapat diperinci lagi menjadi beberapa masa sebagai berikut:

1. Masa Praremaja ( remaja awal )

Masa praremaja biasanya berlangsung hanya dalam waktu relatif singkat. Masa ini ditandai oleh sifat-sifat negatif pada remaja sehingga sering kali masa ini disebut masa negatif dengan gejala seperti tidak tenang, kurang suka bekerja, dan pesimistik.

2. Masa Remaja ( remaja madya )

Pada masa ini mulai tumbuh dalam diri remaja dorongan untuk hidup, kebutuhan akan datang teman yang dapat memahami dan menolongnya, teman yang dapat turut merasakan suka dan dukanya. Pada masa ini, sebagai masa mencari sesutau yang dapat dipandang bernilai.

3. Masa Remaja Akhir

Setelah seorang remaja dapat menentukan pendirian hidupnya, pada dasarnya dia telah mencapai masa remaja akhir. Maka dari itu, telah terpenuhilah tuga-tugas perkembangan masa remaja yaitu menemukan pendirian hidup dan masuklah individu ke dalam masa dewasa.

Masa remaja adalah masa peralihan manusia dari anak-anak menuju dewasa. Masa remaja mempunyai berbagai macam ciri pada masa ini disebut sebagai fase yang sangat unik. Secara umum ciri-ciri remaja menurut Zulkifli (2005), adalah sebagai berikut:

  1. Pertumbuhan fisik mengalami perubahan dengan cepat, terlihat pada tungkai, tangan dan otot-otot tubuh berkembang pesat.

  2. Perkembangan seksual, seperti pada laki-laki alat reproduksi sperma mulai berproduksi dan wanita mulai sudah mendapatkan mensrtuasi.

  3. Cara berfikir kausalitas yaitu menyangkut hubungan sebab akibat (berfikir kritis ).

  4. Emosi yang meluap-luap.

  5. Mulai tertarik pada lawan jenis.

  6. Menarik perhatian lingkungan, seperti berusaha mendapatkan status dan peranan dalam suatu perkumpulan.

  7. Terkait dengan kelompoknya

9. Kerangka Teoritis

Peran guru di dalam proses pembelajaran adalah sebagai korektor, inspiratory, informatory, organisator, motivator, inisiator, fasilitator, pembimbing, demonstrator, pengelola kelas, mediator, supervisor, dan evaluator (Djamarah, 2005).Guru memiliki pengaruh yang besar dalam menentukan seberapa besar minat siswa mengikuti pelajaran dan seberapa tinggi hasil belajar yang mereka capai. Proses dan hasil belajar para siswa bukan saja ditentukan oleh sekolah, pola, stuktur, dan isi kurikulumnya, akan tetapi sebagian besar ditentukan oleh kompetensi guru yang mengajar dan membimbing mereka. Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif, menyenangkan, dan akan lebih mampu mengelola kelasnya, sehingga belajar para siswa berada pada tingkat optimal (Hamalik, 2002).

Seseorang dikatakan kompeten di bidang tertentu adalah seseorang yang menguasai kecakapan kerja atau keahlian selaras dengan tuntutan bidang kerja yang bersangkutan. Istilah kompetensi berasal dari bahasa Inggris adalah Competence means fitness or ability yang berarti kemampuan atau kecakapan. Kompetensi merupakan kemampuan dan kecakapan atau keahlian yang selaras dengan tuntutan bidang kerja yang bersangkutan (Uno, 2008).