T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pelayanan Publik di Desa Pasca Pemekaran: Studi terhadap Pelayanan Publik pasca Pemekaran Desa di Desa Dewa Jaraecamatan Katiku Tanaabupaten Sumba Tengah T1 BAB IV

BAB IV
GAMBARAN UMUM DESA DEWA JARA
4.1. Letak Geografis Sumba Tengah
Pulau Sumba terletak di barat-daya propinsi Nusa Tenggara Timur-NTT
sekitar 96 km disebelah selatan Pulau Flores, 295 km disebelah barat daya Pulau
Timor dan 1.125 km di sebelah barat laut Darwin, Australia. Pulau Sumba terletak
diantara Pulau Sumbawa dan Pulau Timor. Kabupaten Daerah tingkat II Sumba
Timur berjarak sekitar 1.100 km dari Kupang, ibukota propinsi Nusa Tenggara
Timur. Pulau Sumba adalah Pulau karang, dengan luas 11,854 km² (BPS Sumba
Tengah, 2015).Pulau Sumba secara administrasi terbagi dalam 4 (empat)
kabupaten yaitu : Sumba Timur (Waingapu), Sumba Tengah (Waibakul), Sumba
Barat (Waikabubak), dan Sumba Barat Daya (Waitabula). Penduduk pulau Sumba
menyebut pulau mereka dengan nama Tana Humba, yang artinya tanah Sumba.
Menurut tradisi Sumba, nama ini berasal dari nama istri nenek moyang pertama
orang Sumba yang datang mendiami Sumba, yaitu Humba. Nama suaminya
adalah Umbu Walu Manduku. Umbu Walu Manduku, mengabadikan nama
istrinya bagi pulau ini sebagai tanda kegembiraan dan cinta kasihnya kepada
istrinya setelah mereka mengarungi lautan dalam kurun waktu yang cukup lama.
Dahulu kala, Pulau Sumba terkenal dengan nama Pulau Cendana
(Sandlewood Island). Kemungkinan besar pulau Sumba ini, pada masa dahulu
sebagai penghasil banyak kayu cendana, sehingga dengan demikian dalam

perjalanan sejarah, hutan-hutan cendana yang ada telah habis dimusnahkan orang,
oleh karena pemotongan yang tidak terpimpin. Selain kayu cendana, yang terkenal
juga adalah kuda-kuda Sumba yang terkenal dengan nama : Kuda Sandle karena
berasal dari Sandlewood Island. Secara garis besar, wilayah Sumba merupakan
daerah pegunungan dan juga berbatu karang, suhu udara cukup panas dengan
curah hujan yang kurang. Kebanyakan dari penduduknya bekerja sebagai petani
dan beternak (Wellem, 2004).

21

Kabupaten Sumba Tengah sendiri merupakan kabupaten yang baru
dimekarkan dari kabupaten induk Sumba Barat pada tahun 2007. Secara
astronomis Kabupaten Sumba Tengah terletak antara 90 20’ - 90 50’ Lintang
Selatan (LS) dan 1190 22’-1190 55’ Bujur Timur (BT).Berdasarkan posisi
geografisnya, kabupaten Sumba Tengah memiliki batas-batas daerah yaitu: Utara
- Selat Sumba, Selatan - Samudera Indonesia, Barat - Kabupaten Sumba Barat,
dan Timur - Kabupaten Sumba Timur.
Gambar 4.1.
Peta Wilayah Kabupaten Sumba Tengah


Sumber : BPS Sumba Tengah 2015

Kabupaten Sumba Tengah memiliki luas daratan mencapai 187,87 km²..
Sebagian besar wilayahnya berbukit-bukit di mana hampir 50% luas wilayahnya
memiliki kemiringan 140 - 400. Berdasarkan luas wilayah yang dimiliki maka
kabupaten Sumba Tengah dibagi atas beberapa kecamatan, yaitu kecamatan
Mamboro, kecamatan Katikutana, kecamatan Umbu Ratu Nggay Barat,kecamatan
Umbu Ratu Nggay, dan kecamatan Katikutana Selatan. Adapun luas wilayah
22

kabupaten Sumba Tengah berdasarkan kecamatan dapat dilihat pada gambar
berikut ini :
Gambar 4.2.
Persentase Luas Wilayah Kabupaten Sumba Tengah Menurut Kecamatan

Sumber : BPS Kabupaten Sumba Tengah 2015

Seperti halnya daerah lain di Indonesia, kabupaten Sumba Tengah dan
propinsi Nusa Tenggara Timur hanya memiliki 2 musim yaitu musim kemarau
dan musim hujan. Pada bulan Juni sampai dengan September arus angin berasal

dari Australia dan tidak banyak mengandung uap air, sehingga mengakibatkan
musim kemarau. Sebaliknya, pada bulan Desember sampai dengan Maret arus
angin banyak mengandunguap air yang berasal dari Asia dan Samudera Pasifik,
sehingga terjadi musim hujan. Keadaan seperti ini berganti setiap setengah tahun
setelah melewati masa peralihan pada bulan April - Mei dan Oktober - Nopember.
Walaupun demikian, mengingat Sumba Tengah dan umumnya NTT dekat dengan
Australia, arus angin yang banyak mengandung uap air dari Asia dan Samudera
Pasifik sampai di wilayah Sumba Tengah dan kandungan uap airnya sudah
berkurang yang mengakibatkan hari hujan di Sumba Tengah lebih sedikit
dibandingkan dengan wilayah yang lebih dekat dengan Asia. Hal ini menjadikan

23

Sumba Tengah sebagai wilayah yang tergolong kering di mana hanya 4 bulan
(Januari sampai dengan April, dan Desember) yang keadaannya relatif basah dan
8 bulan sisanya relatif kering.

4.2. Gambaran Umum Desa Dewa Jara
4.2.1. Letak dan Batas Desa
Desa Dewa Jara adalah desa yang berada dalam wilayah kecamatan

Katiku Tana, kabupaten Sumba Tengah, provinsi Nusa Tenggara Timur.
Desa Dewa Jara merupakan wilayah pemekaran dari Desa Anakalang pada
tahun 2010. Wilayah desa Dewa Jara secara administratif mempunyai
batas – batas wilayah sebagai berikut :
 Sebelah Utara

 Sebelah Selatan
 Sebelah Timur
 Sebelah Barat

: Desa Anapalu (Umbu Ratu Gai Barat)
: Desa Anakalang (Katiku Tana)
: Desa Anajiaka (Umbu Ratu Gai Barat)
: Desa Kabela Wuntu (Katiku Tana)

Keadaan geografis desa Dewa Jara tidak jauh berbeda dengan keadaan
geografis Sumba Tengah pada umumnya, yang memiliki bentangan alam
dengan padang rumput/savana yang sangat menarik dan indah. Didataran
terdapat sabana yang luas, tebing-tebing batu karang, hutan, dan flora
fauna yang tidak dapat dijumpai didaerah lain.

Wilayah Sumba sebagian besar terdiri dari perbukitan dan padang
rumput serta padang ilalang. Menurut data yang di peroleh tentang
kemiringan lereng, sebagian besar dari luas wilayah yaitu 40% memiliki
kemiringan lereng antara 14-40 derajat. Dengan kontur wilayah yang
demikian, menyebabkan panorama yang terbentang sangat indah terutama
di pagi hari saat matahari terbit dan sore hari saat matahari terbenam.
Wilayah perbukitan dan kemiringan lereng yang ada menimbulkan suatu
panorama yang eksotis di bawah sinar matahari pagi dan sore hari.

24

Gambar 4.3.

Peta Desa Dewa Jara

Sumber : Profil desa Dewa Jara tahun 2015

4.2.2. Kondisi Demografis
Profil desa Dewa Jara tahun 2015 menunjukkan jumlah penduduk
desa Dewa Jaraadalah sebesar 1317 orang penduduk.Berdasarkan jenis

kelamin, penduduk desa dewa cukup berimbang, yaitu 678 orang
penduduk laki-laki atau sekitar 51,4% dari total penduduknya, dan 639
orang

penduduk

perempuan,

atau

sekitar

48,6%

dari

total

penduduknya.Jumlah Kepala Keluarga di desa Dewa Jara adalah 298 KK.
Tidak ada etnis lain dalam masyarakat desa selain dari suku Sumba

sendiri, sehingga homogenitas etnis masih sangat kuat.
Masyarakat Dewa Jara mempunyai penduduk dengan tingkat
pendidikan yang beragam dimulai dari penduduk yang belum bersekolah,
bersekolah, menempuh pendidikan di perguruan tinggi dan masih terdapat
25

masyarakat yang sama sekali tidak mengenyam bangku pendidikan.
Tingkat pendidikan penduduk desa Dewa Jara dapat dilihat dalam tabel
berikut ini :
Tabel 4.1.
Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Dewa Jara

No
1
4
5
6
7
8.
Total


Tingkat Pendidikan
Belum Sekolah
Tamat SD/Sederajat
Tamat SLTP/Sederajat
SLTA/Sederajat
Diploma/S1
Tidak Bersekolah

Jumlah
160
577
172
152
40
216
1317

Sumber : Profil desa Dewa Jara tahun 2015


(%)
12,1
43,8
13
11,5
0,30
16,4
100, 00

Berdasarkan tabel 4.1 diatas, dapat disimpulkan bahwa kondisi
pendidikan masyarakat desa Dewa Jara masih rendah. Hal ini dapat dilihat
sebagian dari total penduduknya masih tidak bersekolah yang berjumlah
16,4% dan penduduk yang hanya tamat Sekolah Dasar (SD) yang
berjumlah 43,8% dari total penduduk desa. Hal ini berbanding terbalik
dengan penduduk yang Tamat SLTP yang berjumlah 13%, Tamat SMA
yang berjumlah 11,5% dan Tamatan Diploma/S1 yang hanya berjumlah
sekitar 0,30 % dari total penduduk, yang lebih sedikit jumlahnya.
4.2.3. Mata Pencaharian Penduduk
Mata Pencaharian yang dominan dalam masyarakat desa Dewa Jara
adalah bertani sekaligus beternak. Hal ini sangat dipengaruhi oleh iklim

desa Dewa Jara yang telah disampaikan sebelumnya. Pekerjaan bertani
pada umumnya adalah petani sawah (yang mengolah lahan pertanian padi)
dan lahan keringyaitu kebun/ladang (yang mengelola tanaman-tanaman
umur pendek, seperti sayur, cabe, ubi-ubian dan lain-lain). Pola bertani
masyarakat desa Dewa Jara, khususnya pada lahan-lahan kering sama
dengan pola bertani masyarakat Sumba pada umumnya yaitu pola bertani
tebas bakar. Pola bertani seperti ini dalam bahasa Sumba dikenal dengan
sebutan Oma. Untuk mengolah ladang dan kebun masyarakat Dewa

26

Jaramenggunakan cara tradisional yaitu membalikkan tanah menggunakan
kayu, dan dilakukan secara berkelompok. Kemudian setelah pemerintah
mengenalkan sistem pertanian yang lebih modern, saat ini masyarakat
Dewa Jara pada umumnya telah menggunakan hand tractor, porok, pacul,
linggis dan lain-lain.
Adapun

kegiatan


beternaktidak

seperti

daerah

lain

yang

masyarakatnya memiliki hewan dengan jumlah yang banyak, masyarakat
di desa Dewa Jara hanya memiliki hewan peliharaan dalam jumlah yang
sedikit, itu pun tidak di setiap rumah memiliki hewan peliharaan. Hewanhewan ternak di desa Dewa Jara dapat dibagi menjadi dua yaitu ternak
besar dan, ternak kecil. Ternak besar adalah

kuda, kerbau dan sapi.

Sedangkan ternak kecil meliputi babi, kambing-domba, anjing, ayam, itik
dan lain sebagainya. Bagi masyarakat desa Dewa Jara dan Sumba pada
umumnya, beternak tidak sekedar untuk memehuhi kebutuhan konsumsi
sehari-hari tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan material untuk acaraacara perkawinan, acara-acara kematian serta acara-acara ritual lainnya.
Meskipun pada tingkat pendidikan, jumlah penduduk yang lulusan
berpendidikan Diploma/S1 sebanyak 0,30% atau 40 orang, sebagian besar
masyarakat desa Dewa Jara menggantungkan hidup pada pertanian,
sehingga hampir tidak kelihatan aktivitas lain selain aktivitas bertani,
walaupun ada beberapa yang menggeluti keterampilan pengrajin seperti
pematung, tukang kayu, pengukir, penenun dll. Ini mengartikan bahwa
kebergantungan masyarakat desa terhadap pertanian sangat dominan dan
tidak selaras dengan pendidikannya.
4.2.4. Agama dan Kepercayaan
Data penduduk desa Dewa Jara dilihatdari komposisi menurut
agama/kepercayaan. Dari 6 agama yang diakui secara nasional/pemerintah
Indonesia, agama yang dominasi adalah agama Kristen Protestan. Secara
lengkap dapat dilihat pada tabel berikut :

27

Tabel 4.2.
Komposisi Penduduk Desa Dewa Jara
Berdasarkan Agama dan Kepercayaan
No
1
2
3
4
5
6
Total

Agama/Kepercayaan
Kristen Protestan
Kristen Katolik
Islam
Hindu
Budha
Lain – lain

Sumber : Profil desa Dewa Jara 2015

Total
1203
96
7
11
1317

(%)
91,3
7,2
0,5
0,8
100, 00

Secara umum penduduk desa Dewa Jara memiliki penduduk
mayoritas Kristen Protestan sebanyak 91,3%, Kristen Katolik 7,2% dan
Islam sebanyak 7%. Sedangkan yang dimaksudkan lain-lain adalah
penduduk desa Dewa Jara yang memeluk kepercayaan asli Sumba yaitu
Marapu sebanyak 0,8%.Dinamika kepercayaan masyarakat di Dewa Jara
tidak jauh berbeda dengan masyarakat Sumba pada umumnya. Artinya
walaupun telah menganut suatu agama tertentu namun masyarakat Sumba
tetap berpegang teguh pada nilai-nilai leluhur (Marapu) yang tergambar
melalui pola tindakan masyarakatnya dalam kehidupan sehari-hari, melalui
upacara-upacara adat seperti upacara perkawinan dan upacara kematian.

28

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20