FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL UNIVERSITAS P

PENAKSIRAN SUMBERDAYA BATUBARA DENGAN METODE CROSS SECTION DI PT SATRIA MAYANGKARA SEJAHTERA, TANJUNG TELANG, LAHAT SUMATERA SELATAN SKRIPSI

  Oleh AJUN FERNANDUS LEBA 112 040 039 JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA 2011

PENAKSIRAN SUMBERDAYA BATUBARA DENGAN METODE CROSS SECTION DI PT SATRIA MAYANGKARA SEJAHTERA, TANJUNG TELANG, LAHAT SUMATERA SELATAN SKRIPSI

  Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Pertambangan

  dari Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakatra

  Oleh AJUN FERNANDUS LEBA JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA 2011

PENAKSIRAN SUMBERDAYA BATUBARA DENGAN METODE CROSS SECTION DI PT SATRIA MAYANGKARA SEJAHTERA, TANJUNG TELANG, LAHAT SUMATERA SELATAN SKRIPSI AJUN FERNANDUS LEBA

  Disetujui untuk Jurusan Teknik Pertambangan

  Fakultas Teknologi Mineral

  Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta

  Tanggal :……………..

  Pembimbing I

  Pembimbing II

  Ir.Drs. Abdul Rauf, MSc

  Ir. R. Hariyanto, MT

RINGKASAN

  Penaksiran sumberdaya didapatkan melalui perhitungan dan analisis terhadap data eksplorasi detil yakni berupa data pemboran dan pemetaan. Penaksiran sumberdaya dilakukan agar dapat mengetahui taksiran jumlah tonase sumberdaya batubara dan selanjutnya akan dilakukan perhitungan stripping ratio pada lahan tersebut. Lokasi pemetaan terletak di daerah konsesi PT. Satria Mayangkara Sejahtera seluas 200 hektar di mana terdapat 8 titik bor yang terletak di Desa Tanjung Telang, Kecamatan Merapi Barat, Kabupaten Lahat, Provinsi Sumatera Selatan.

  Tujuan dari penelitian ini adalah mengaplikasikan metode Cross Section dalam menentukan dan mengestimasi jumlah sumberdaya batubara di daerah penelitian.

  Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara pengamatan di lapangan menggunakan metode penaksiran cadangan yakni metode Cross Section dengan membandingkan antara pedoman perubahan bertahap (rule of gradual change) dengan pedoman titik terdekat (rule of nearest point).

  Hasil penelitian yang diharapkan adalah dapat menentukan volume sumberdaya pada overburden, seam A, interburden dan seam B, menentukan tonase batubara, dan stripping ratio (SR).

  Berdasarkan penaksiran sumberdaya batubara dengan menggunakan metode Cross Section dengan pedoman perubahan bertahap (rule of gradual change) dengan jarak antar sayatan ≤ 125 meter dan diperoleh sumberdaya batubara terukur (Measured Coal Resource) seam A adalah sebesar 2.012.626 ton dan seam B adalah sebesar 793.199 ton, jadi total tonnage batubara adalah sebesar 2.805.826 ton. Volume overburden dan interburden yang didapatkan adalah sebesar 11.098.406 Bcm dengan Stripping Ratio(SR) 3,96:1.

  Metode Cross Section dengan pedoman titik terdekat (rule of nearest point) dengan jarak antar sayatan sebesar ≤ 125 meter dengan diperoleh sumberdaya batubara terukur (Measured Coal Resource) seam A adalah sebesar 1.881.038 ton dan seam B adalah sebesar 760.509 ton, jadi total tonnage batubara adalah sebesar 2.641.548 ton, serta volume overburden dan interburden yang didapatkan adalah sebesar 10.549.897 Bcm. dengan Stripping Ratio(SR) 3,99:1.

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Kuasa, karena atas rahmat Nya, skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Teknik Pertambangan pada Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Yogyakarta.

  Skripsi disusun berdasarkan hasil pengamatan lapangan di Desa Tanjung Telang, Kecamatan Merapi Barat, Kabupaten Lahat, Provinsi Sumatera Selatan. yang dilaksanakan pada 28 November 2010 sampai dengan 28 Desember 2010. Pada kesempatan ini, disampaikan ucapan terima kasih kepada :

  1. Galih Bhaskara Ajie, ST, Pembimbing Lapangan PT Satria Mayangkara Sejahtera.

  2. Prof.Dr.H Didit Welly Udjianto, MS, Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.

  3. Dr.Ir. S Koesnaryo, M.Sc, Dekan Fakultas Teknologi Mineral Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.

  4. Ir. Anton Sudiyanto, MT, Ketua Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknologi Mineral Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.

  5. Ir.Drs. Abdul Rauf, M.Sc, Dosen Pembimbing I.

  6. Ir. R.Hariyanto, MT, Dosen Pembimbing II. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca pada khususnya, dan

  pengembangan ilmu pengetahuan di bidang pertambangan.

  Yogyakarta, Agustus 2011 Penulis,

  (Ajun Fernandus Leba)

DAFTAR TABEL

  Tabel

  Halaman

  3.1 Jarak Titik Informasi Menurut Kondisi Geologi (Sumber: Amandemen I Standar Nasional Indonesia, 1998)…………….. 15

  3.2 Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan Batubara (Sumber: Amandemen I Standar Nasional Indonesia, 1998)…………….. 17

  3.3 Kodifikasi Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan Batubara (Sumber: Amandemen I Standar Nasional Indonesia, 1998)…………….. 18

  4.1 Koordinat Singkapan Batubara di Daerah Penyelidikan…………………. 28

  4.2 Hasil pemboran…………………………………………………………… 30

  4.3 Perhitungan Sumberdaya Batubara dengan Metode Cross Section Standar Berpedoman pada Perubahan Bertahap (The Rule of The Gradual Change)………………………………………………………………….... 37

  4.4 Perhitungan Sumberdaya Batubara dengan Metode Cross Section Linier Berpedoman pada Titik Terdekat (The Rule of Nearest Point)................... 38

MOTTO DAN HALAMAN PERSEMBAHAN

“ 3 Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan

  kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan , 4 dan

  ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan ”. (Roma 5:3-4)

  Inilah persembahan dan rasa terimakasihku kepada :

  Tuhan Yesus Kristus atas segala penyertaan, berkat

  dan anugerah-Nya dalam hidupku... Papa dan Mama ku Tercinta, terima kasih untuk semua

  nasehat, ceramah, teguran, bimbingannya dalam hidupku.....sampai akhirnya aku bisa sampai pada tahap ini....maaf

  terbaik.....Semoga Papa N Mama sehat selalu dan diberkati

  pekerjaan......Amin. Adik

  rajin yaaaa

  belajarnya.....Tuhan

  memberkati

  dalam

  studimu.....Amin. Seluruh keluarga besarku yang terus memberikan aku

  dukungan dan motivasi.....Terima kasih banyak.....Tuhan memberkati.Amin.

  Sahabat-sahabat FKMP UPN “Veteran” Yogyakarta,

  terima kasih untuk semuanya....Tuhan menyertai memberkati slalu...Amin.

  Rekan-rekan jurusan Teknik Pertambangan, khususnya

  The Mining Crew ’04.. Konco-konco kontrakan pugeran: Oland (lane),, Oktav

  (tave),, Jatser,, Rio (io’e),, Ricky,, Jeffry. M .

BAB I PENDAHULUAN

  PT. Satria Mayangkara Sejahtera merupakan perusahaan tambang batubara yang berlokasi di Desa Tanjung Telang, Kecamatan Merapi Barat, Kabupaten Lahat, Propinsi Sumatera Selatan. Kegiatan sementara dipusatkan pada ekplorasi, sehingga dengan minipisya minyak bumi di beberapa negara termasuk Indonesia, maka dicari sumber energi alternatif sebagai pengganti minyak bumi. Dari berbagai sumber energi yang ada di Indonesia seperti batubara, hydrothermal, energi surya , biomas, angin dan nuklir, maka salah satu pilihan energi alternatif yang tepat dan menguntungkan adalah batubara, karena sumberdaya batubara di Indonesia cukup melimpah .

1.1. Latar Belakang

  Pengembangan sumberdaya batubara di Indonesia pada dasarnya merupakan bagian pengembangan Kebijakan Umum Bidang Energi Nasional yang menjamin kesinambungan antara penyediaan dan kebutuhan energi yang dibutuhkan untuk kebutuhan nasional. Sejalan dengan kebijakan tersebut, maka diharapkan batubara dapat berperan sebagai bahan bakar pengganti minyak bumi yang sumberdayanya diperkirakan semakin menipis.

  Sebagai langkah awal, banyak investor atau pengusaha tambang mulai melakukan eksplorasi batubara agar nantinya kebutuhan pasar akan batubara dapat tercukupi. Mengingat biaya yang dikeluarkan pada tahap eksploitasi besar maka perlu perhitungan yang akurat dalam perhitungan sumberdaya, sehingga nanti ditemukan jumlah sumberdaya yang dapat dijadikan acuan dalam studi kelayakan. Dalam rangka pemenuhan kebutuhan akan bahan galian industri ini, terutama batubara, PT. Satria Mayangkara Sejahtera melakukan eksplorasi di Desa Tanjung Telang, Kecamatan Merapi Barat, Kabupaten Lahat, Provinsi Sumatera Selatan.

  Untuk menghitung sumberdaya dari suatu endapan bahan galian diperlukan suatu metode yang sesuai dengan kondisi dan ganesa dari endapan bahan galian tersebut. Berlatar belakang dari alasan tersebut maka untuk melakukan perhitungan sumberdaya batubara di PT. Satria Mayangkara Sejahtera digunakan Metode Cross Section dengan Pedoman Rule of Gradual Changes dan Pedoman Rule of Nearest Point. Dasar pertimbangan penggunaan kedua metode tersebut yaitu lubang bor yang tersedia relatif sedikit, endapan batubara yang mempunyai homogenitas tinggi, mudah dilaksanakan dan dimengerti, cepat dan tingkat keyakinan tinggi.

  Sejalan dengan rencana perusahaan untuk mengantisipasi adanya permintaan pasar akan kebutuhan batubara yang semakin meningkat dan upaya perusahaan untuk menggunakan batubara sabagai bahan bakar pengganti minyak bumi, maka perusahaan melakukan eksplorasi untuk pencarian bahan galian pengganti minyak bumi yaitu batubara.

  Perhitungan sumberdaya merupakan pekerjaan untuk mengetahui besaran jumlah volume atau tonase dari bahan galian yang secara ekonomis layak untuk diusahakan. Perhitungan sumberdaya ini dilakukan untuk meningkatkan keyakinan terhadap jumlah sumberdaya (terukur) batubara sebelum dilaksanakannya penambangan pada suatu areal.

1.2. Tujuan Penelitian

  Penelitian ini dilakukan dengan tujuan:

  1) Mengaplikasikan metode Cross Section dalam menentukan jumlah sumberdaya batubara di daerah penelitian.

  2) Menghitung besarnya Sumberdaya batubara menggunakan Metode Cross Section dengan Pedoman Rule of Gradual Changes dan Pedoman Rule of Nearest Point.

  3) Mengetahui besarnya sumberdaya batubara pada lokasi kuasa pertambangan milik PT. Satria Mayangkara Sejahtera.

1.3. Batasan Masalah

  Ruang lingkup batasan penelitian adalah terbatas pada:

  1) Batasan masalah dari penelitian yaitu, membatasi pada perhitungan

  sumberdaya batubara pada lokasi Ijin Usaha Pertambangan milik PT. Satria Mayangkara Sejahtera yang nantinya akan dilakukan penambangan, yang berlokasi di Desa Tanjung Telang

  2) Perhitungan tidak dipengaruhi oleh aspek-aspek ekonomi seperti halnya harga

  komoditi bahan galian tersebut maupun besarnya investasi yang akan dikeluarkan.

  3) Menghitung sumberdaya batubara dengan batasan striping ratio (SR) seam A

  dan seam B, dengan kondisi yang telah ditetapkan oleh perusahaan.

1.4. Metode Penelitian

  Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara pengamatan di lapangan, sedangkan metode penaksiran sumberdaya digunakan metode Cross Section dengan membandingkan antara pedoman Metode Cross Section dengan Pedoman Rule of Gradual Changes dan Pedoman Rule of Nearest Point. Adapun tahapan penelitian adalah:

  a. Studi Literatur

  Studi literatur dilakukan dengan mencari bahan-bahan pustaka yang menunjang yang diperoleh dari :

   Instansi terkait  Brosur-brosur dan makalah seminar  Peta, Tabel dan data penunjang lainnya.

  b. Observasi Lapangan

  Data yang diperoleh dengan melakukan pengamatan dan pencatatan secara cermat dan sistimatis untuk meyakinkan serta melengkapi data yang sebelumnya telah ada.

  c. Pengambilan Data

  Pengambilan data pada PT. Satria Mayangkara Sejahtera terdiri dari data stratigrafi, data peta topografi, data koordinat lubang bor, hasil pemboran dan data singkapan batubara.

  d. Pengolahan data

  Setelah mendapatkan data yang diperlukan, dilakukan pengolahan data yaitu: pembuatan sayatan pada peta topografi; pembuatan korelasi antar lubang bor; penentuan blok perhitungan cadangan, perhitungan luas dan volume lapisan tanah penutup; perhitungan luas, volume, dan tonase batubara; perhitungan stripping ratio tiap-tiap blok perhitungan sumberdaya dan perhitungan stripping ratio rata-rata. Hasil dari pengolahan data ini disajikan dalam bentuk gambar, peta, tabel atau perhitungan penyelesaian.

  e. Analisisa hasil pengolahan data

  Dilakukan dengan mengkaji dan membandingkan hasil pengolahan data dengan permasalahan yang ada sehingga nantinya akan dapat diambil suatu kesimpulan sebagai pemecahan terhadap permasalahan yang ada didalam penelitian ini.

  f. Kesimpulan Diperoleh setelah dilakukan korelasi antara hasil pengolahan dengan

  permasalahan yang diteliti.

1.5. Manfaat Penelitian

  Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian di PT. Satria Mayangkara Sejahtera melakukan eksplorasi di Desa Tanjung Telang, Kecamatan Merapi Barat, Kabupaten Lahat, Provinsi Sumatera Selatan ini adalah:

  1) Memberi masukan kepada perusahaan mengenai hasil penelitian yang

  diperoleh, sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan untuk melakukan proses selanjutnya.

  2) Menambah referensi penelitian mengenai perhitungan sumberdaya batubara.

BAB II TINJAUAN UMUM

2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah

  Lokasi penelitian terletak di Desa Tanjung Telang, Kecamatan Merapi Barat, Kabupaten Lahat, Provinsi Sumatera Selatan. Secara

  0 astronomis terletak pada kedudukan 3 0 56’30” LS sampai 3 48’26” LS dan

  0 103 0 47’43” BT sampai 103 49’9” BT (Gambar 2.1).

  Gambar 2.1 Peta Lokasi Penelitian

  Untuk bisa sampai ke lokasi penelitian, jika perjalanan dimulai dari Kota Yogyakarta menuju kota Palembang dengan menggunakan perjalanan Untuk bisa sampai ke lokasi penelitian, jika perjalanan dimulai dari Kota Yogyakarta menuju kota Palembang dengan menggunakan perjalanan

2.2 Keadaan Geologi

  2.2.1 Fisiografi

  Topografi daerah penelitian terdiri dari hamparan perbukitan dan lembah yang tidak beraturan. Daerah tertinggi mempunyai ketinggian puncak 130 meter dan daerah terendah merupakan daerah lembah dan rawa-rawa dengan ketinggian 25 meter di atas permukaan air laut.

  Morfologi daerah penelitian berupa perbukitan bergelombang dengan vegetasi berupa semak belukar dan sedikit sekali terdapat pepohonan yang berukuran besar. Satuan morfologi ini ditempati oleh batuan sedimen tersier akhir yang menyusun Formasi Air Benakat, Formasi Muara Enim dan Formasi Kasai.

  Aliran sungai pada daerah penelitian adalah sungai permukaan yang mengalir umumnya berpola dendritik, sungai-sungai tersebut berasal dari perpaduan alur-alur aliran air hujan yang terbentuk secara alamiah yang kemudian menyatu dan membentuk sungai.

  2.2.2 Stratigrafi Wilayah KP PT. Satria Mayangkara Sejahtera, secara geologi terdapat 3

  (tiga) formasi batuan utama ditambah dengan endapan permukaan yang jika diurutkan dari tua ke muda adalah sebagai berikut: a).

  Formasi Air Benakat Formasi Air Benakat berumur Miosen Tengah, formasi ini tersusun

  oleh batulempung pasiran, batupasir glaukolitan. Diendapkan pada lingkungan laut neritik dan berangsur menjadi laut dangkal, dengan ketebalan antara 100- 800 m.

  Bagian bawah di dominasi oleh batu lempung abu-abu gelap kebiruan sampai abu-abu gelap kecoklatan, setempat tufaan, lunak dan getas, bagian tangah disusun oleh batupasir halus–sedang, glaukonit, hijau muda - abu-abu kecoklatan mengandung kuarsa, feldpar dan fragmen. b).

  Formasi Muara Enim Formasi Muara Enim diendapkan selaras diatas Formasi Air

  Benakat, formasi ini berumur Miosen Atas yang tersusun oleh batupasir lempungan, batulempung pasiran dan batubara serta merupakan indikasi yang mengandung batubara. Formasi ini merupakan hasil pengendapan lingkungan laut neritik sampai rawa. Formasi Muara Enim di daerah Air Laya tertindih oleh endapan sungai yang tidak selaras.

  Perselingan antara batupasir dan batulanau yang bersisipan Batubara. Batupasir, coklat kekuningan, getas-kompak, berlapis – masif, ukuran butir pasir halus-kasar, membulat tanggung-menyudut tanggung, dibeberapa tempat kwarsa melimpah. Batulanau, abu-abu cerah,berlapis kadang massif dan lapuk. Batubara, hitam kecoklatan, kilap arang - kaca, uneven- concoidal, sedikit pirit, ketebalan 5 – 8 m. c).

  Formasi Kasai Formasi Kasai diendapkan selaras di atas Formasi Muara Enim.

  Formasi ini tersusun oleh batupasir tufaan, batulempung dan sisipan batubara tipis. Lingkungan pengendapan formasi ini adalah daratan sampai transisi. Formasi Muara Enim merupakan endapan rawa sebagai fase akhir regresi yang menghasilkan endapan batubara (Gambar 2.2).

  2.2.3 Struktur Geologi

  Struktur geologi batubara yang dijumpai di Desa Tanjung Telang, Kecamatan Merapi Barat, Kabupaten Lahat, Provinsi Sumatera Selatan termasuk dalam Formasi Air Benakat. Kondisi perlapisan batubara di daerah penelitian sementara dijumpai 2 seam batubara dengan ketebalan yang bervariasi antara 7 - 20 meter. Kemiringan lapisan batubara diambil rata-rata untuk masin-masing seam di mana seam A 40 ° dan seam B 35°. Struktur Struktur geologi batubara yang dijumpai di Desa Tanjung Telang, Kecamatan Merapi Barat, Kabupaten Lahat, Provinsi Sumatera Selatan termasuk dalam Formasi Air Benakat. Kondisi perlapisan batubara di daerah penelitian sementara dijumpai 2 seam batubara dengan ketebalan yang bervariasi antara 7 - 20 meter. Kemiringan lapisan batubara diambil rata-rata untuk masin-masing seam di mana seam A 40 ° dan seam B 35°. Struktur

  Ket ebalan ( m)

  Kedalaman ( m)

  Lit o lo gi

  Des krips i

  0.00 So i l , c o kl at k emerahan, l unak, p el apuk an batup as i r .

  k arbo n ,mengandung mi neral k wars a Batul an au, abu-abu teran g,k eras d an p ita-pita

  s ebag i an,mengandung resi n d an l empung k ec o k latan, p ecah-pec ah

  Batu bara s eam A, berwar n a h i tam

  Batup as i r , abu- abu,

  k eras, Ø h al us.

  p i ta p i ta k arbon d an batubara Batul an au, c o k lat k ehitaman, k eras, terdapat

  Batubara, hitam,

  damar dan le mpung. ke ras, kusam, gore s coklat, fragmen

  Batubara s eam B,

  Batup as i r , abu- abu, l ami nasi, s edan g

  Batul an au, abu-abu, mas i f

  Batubara s eam C, Batubar a k er as ,h i tam d an 77.80 ber fr ag men

  BatuLan au, l ami n asi s edang

  Gambar 2.2 Stratigrafi PT. Satria Mayangkara Sejahtera

2.3 Genesa Batubara

  Secara sederhana, batubara merupakan suatu endapan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan yang mengalami proses penghancuran karena aktivitas bakteri, pengendapan, penumpukan, dan pemadatan. Karena proses geologi, yaitu dengan peningkatan tekanan dan temperatur, maka akan terbentuk batubara.

  Batubara merupakan gabungan atau campuran dari beberapa macam zat yang mengandung karbon, hydrogen, dan oksigen dalam ikatan kimia Batubara merupakan gabungan atau campuran dari beberapa macam zat yang mengandung karbon, hydrogen, dan oksigen dalam ikatan kimia

  Secara umum batubara termasuk hidrokarbon yang merupakan bahan organik berlapis berasal dari tumbuh-tumbuhan yang telah mati dan teruraikan oleh bakteri anaerob dan seterusnya terkena proses kimia dan fisika serta bersama-sama dengan mineral pengotornya dalam lapisan sedimen yang menyebabkan pengayaan kandungan karbon.

  2.3.1 Pembentukan Batubara

  Batubara adalah batuan sedimen organoklastik yang berasal dari tumbuhan yang pada kondisi tertentu tidak mengalami proses pembusukan dan penghancuran sempurna. Umumnya proses pembentukan batubara terjadi pada zaman karbon yaitu sekitar 270 – 350 tahun yang lalu. Pada zaman tersebut terbentuk batubara di belahan bumi utara seperti Eropa, Asia, dan Amerika. Di Indonesia batubara yang ditemukan dan ditambang umumnya berumur jauh lebih muda yaitu terbentuk pada zaman tersier. Batubara tertua yang di Indonesia berumur Eosen (40 – 60 juta tahun yang lalu) namun sumberdaya batubara di Indonesia umumnya berumur antara Miosen dan Pliosen (2 – 15 juta tahun yang lalu). Proses pembentukan batubara dari tumbuhan melalui dua tahap, yaitu :

  1. Tahap pembentukan gambut (peat) dari tumbuhan (peatification). Tumbuhan yang tumpang atau mati pada umumnya akan menglami

  proses pembusukan dan penghancuran yang sempurna sehingga setelah beberapa waktu kemudian tidak terlihat lagi bentuk asalnya. Pembusukan dan penghancuran tersebut pada dasarnya merupakan proses oksidasi yang disebabkan oleh pertumbuhan dan aktivasi bakteri serta jasad renik lainnya.

  Proses oksidasi material penyusun utama cellulose (C 6 H 10 O 5 ) dapat

  digambarkan sebagai berikut :

  C 6 H 10 O 5 +6O 2 6CO 2 +5H 2 O

  Tumbuhan tumbang pada suatu rawa yang dicirikan dengan kandungan oksigen air rawa yang sangat rendah sehingga tidak memungkinkan bakteri aerob (yang memerlukan oksigen) hidup, maka sisa Tumbuhan tumbang pada suatu rawa yang dicirikan dengan kandungan oksigen air rawa yang sangat rendah sehingga tidak memungkinkan bakteri aerob (yang memerlukan oksigen) hidup, maka sisa

  H 2 O, CH 4 , CO, dan CO 2.

  Tahap pembentukan gambut ini sering disebut juga sebagai proses biokimia. Gambut yang umumnya berwarna kecoklatan sampai hitam merupakan padatan yang bersifat sarang (porous) dan masih memperlihatkan struktur tumbuhan asalnya. Gambut masih mempunyai kandungan air yang tinggi, bisa lebih dari 50.

  2. Tahap pembentukan batubara dari gambut (coalification). Proses pembentukan gambut akan berhenti dengan tidak adanya

  regenerasi tumbuhan. Hal ini terjadi karena kondisi yang tidak memungkinkan tumbuhnya vegetasi, misalnya penurunan dasar cekungan yang terlalu cepat. Jika lapisan gambut yang terbentuk kemudian ditutupi oleh lapisan sedimen, maka lapisan gambut tersebut mengalami tekanan dari lapisan sedimen dimana tekanan akan meningkat dengan bertambahnya ketebalan lapisan sedimen akibat adanya penurunan dasar rawa yang signifikan. Peningkatan temperatur disebabkan oleh bertambahnya tekanan dan kedalaman. Kenaikan temperatur karena bertambahnya kedalaman disebut gradient geotermik. Kenaikan temperatur dan tekanan dapat juga disebabkan oleh aktivitas magma, proses pembentukan gunung, dan aktivitas tektonik lainnya.

  Peningkatan tekanan dan temperatur pada lapisan gambut akan mengkonversi gambut menjadi batubara dimana terjadi proses pengurangan

  kandungan air, pelepasan gas-gas (CO 2, H 2 O, CO, CH 4 ), peningkatan

  kepadatan dan kekerasan, serta peningkatan nilai kalor. Proses pembusukan terjadi pada lingkungan yang oksigennya kurang, sehingga terjadi pembakaran tidak sempurna.

  5(C 6 H 10 O 5 ) C 20 H 22 O 4 + 3 CH 4 +8H 2 O + 6 CO 2 + CO

  Pada tahap ini terbentuk lignit.

  6(C 6 H 10 O 5 ) C 20 H 22 O 3 + 5 CH 4 + 10 H 2 O + 8 CO 2 + CO

  Pada tahap ini terbentuk bituminous coal.

  Faktor tekanan, temperatur, dan waktu merupakan faktor-faktor yang menentukan kelas (rank) dan kualitas batubara. Tahap pembentukan batubara ini sering disebut juga sebagai proses termodinamika.

  2.3.2 Akumulasi Gambut dan Lapisan Batubara

  Terdapat dua teori tentang akumulasi gambut baik ketebalan maupun penyebaran yang memungkinkan terjadinya lapisan batubara yang ditemukan dan ditambang saat ini, yaitu:

  1. Teoti insitu, yang menyatakan bahwa lapisan bahan-bahan pembentuk lapisan batubara terbentuk dimana tumbuhan asal itu berada. Maka setelah tumbuhan tersebut mati, belum mengalami proses transportasi segera tertutup oleh lapisan sedimen dan mengalami proses coalification. Batubara yang terbentuk disebut batubara autochtone.

  2. Teori Drift, yang menyatakan bahwa bahan-bahan pembentuk lapisan batubara terjadinya ditempat yang berbeda dengan tempat tumbuhan semula hidup dan berkembang. Dengan demikian tumbuhan yang telah mati diangkut oleh air dan berakumulasi di suatu tempat, kemudian tertutup oleh batuan sedimen dan mengalami proses coalification. Batubara yang terbentuk disebut batubara allochtone.

  Laju akumulasi gambut sangat tergantung pada beberapa faktor, yaitu:

  1. Faktor tumbuhan : jenis, laju pertumbuhan, laju pembusukan.

  2. Faktor tempat tumbuh : kondisi, kesuburan.

  3. Faktor cuaca.

BAB III DASAR TEORI

  Kegiatan perhitungan sumberdaya dilakukan pada tahap eksplorasi sebelum tahap persiapan penambangan. Kegiatan ini dilakukan untuk menghitung tonase sumberdaya dari suatu endapan bahan galian. Untuk menghitung sumberdaya dapat dilakukan dengan berbagai macam metode. Perhitungan cadangan dapat dilakukan dengan berbagai metode, tetapi sebelumnya harus diketahui batasan antara Sumberdaya (resource) dan Cadangan (reserve). 5) Isaaks dkk., (1989), An Introduction to Applied Geostatistics, Oxford University Press.

  Pada penelitian ini metode yang digunakan untuk menghitung sumberdaya batubara seluas 200 Ha dari KP PT. Satria Mayangkara Sejahtera adalah Metode Cross Section dengan Pedoman Rule of Gradual Changes dan dengan Pedoman Rule of Nearest Point.

3.1. Pengertian Sumberdaya dan Cadangan Batubara

  Sumberdaya (Resource) adalah jumlah atau kuantitas bahan galian yang terdapat di permukaan atau di bawah permukaan bumi yang sudah diteliti tetapi belum dilakukan studi kelayakan dan mungkin dapat diekstraksikan dengan tingkat keberhasilan yang masih harus dipertimbangkan. Istilah sumberdaya dalam bidang teknis kebumian dapat berkonotasi kuantitatif, yaitu perkiraan besarnya potensi sumberdaya batubara yang secara teknis menunjukkan harapan untuk dapat dikembangkan setelah dilakukan penelitian dan eksplorasi.

  Cadangan (Reserve) adalah bagian dari sumberdaya yang telah diteliti dan dikaji kelayakannya dengan seksama dan telah dinyatakan layak serta dapat ditambang berdasarkan kondisi ekonomi dan teknologi pada saat itu. Terdapat empat kategori pengertian cadangan yang sering digunakan di dunia pertambangan, yaitu :

  a. Cadangan ditempat (In Place Reserve)

  Cadangan ditempat diartikan sebagai jumlah batubara yang sebenarnya terdapat di bawah permukaan yang telah dihitung dan memenuhi persyaratan ekonomi pertambangan dalam kondisi tertentu. Cadangan ditempat tidak seluruhnya dapat ditambang, secara teknis dapat ditambang berdasarkan teknologi yang tersedia pada saat itu. Pada proyek pertambangan komersial, cadangan ditempat selanjutnya dievaluasi untuk memperhitungkan berapa sebenarnya jumlah batubara yang akan dapat dimanfaatkan melalui operasi penambangan.

  b. Cadangan dapat ditambang (Mineable Reserve) Cadangan dapat ditambang adalah bagian dari cadangan ditempat (in place

  reserve) yang diharapkan akan dapat ditambang dengan teknologi saat ini dan sesuai kondisi ekonomi saat ini.

  c. Cadangan telah ditambang (Recoverable Reserve) Cadangan telah ditambang adalah cadangan yang berasal dari (Mineable

  Reserve) yang telah ditambang atau terambil atas dasar biaya dan kondisi ekonomi yang telah ditetapkan. Cadangan dapat ditambang dalam lingkungan tambang terbuka pada umumnya diperhitungkan lebih dari 90 dari cadangan ditempat sedangkan untuk tambang bawah tanah 50 – 60, namun kondisi struktur endapan

  dan metoda penambangan yang digunakan juga memegang peranan dalam menentukan jumlah cadangan yang dapat ditambang. Angka persentasi tersebut diperoleh dari pengalaman operasi tambang dan hanya berlaku untuk tambang bersangkutan.

  d. Cadangan dapat dijual (Saleable Reserve) Cadangan dapat dijual adalah cadangan yang berasal dari (Recoverable

  Reserve) yang akan dijual langsung atau dilakukan pengolahan terlebih dahulu dengan pertimbangan kualitas batubara dan permintaan pasar, apabila kualitas batubara sesuai permintaan pasar tanpa harus dilakukan pencucian atau blending maka batubara dapat langsung dijual, namun apabila batubara terlalu banyak pengotor sehingga kualitas batubara tidak sesuai dengan permintaan pasar maka harus dilakukan pencucian dan blending sehingga kualitas batubara sesuai dengan permintaan konsumen.

3.2. Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan

  Keberadaan bahan galian di dalam perut bumi dapat diketahui dari sejumlah indikasi adanya bahan galian tersebut di permukaan bumi. Keadaan seperti demikian memberikan kesempatan kepada para ahli untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut, baik secara geologi, geofisika, pemboran maupun lainnya.

  Penyelidikan secara geologi pada dasarnya belum dapat menentukan secara teliti dan kuantitatif informasi mengenai bahan galian tersebut, akan tetapi sudah dapat dikategorikan adanya sumberdaya (resource). Bila penyelidikan dilakukan secara lebih teliti, yaitu dengan menggunakan berbagai macam metode (geofisika, geokimia, pemboran dan lainnya), maka bahan galian tersebut sudah dapat diketahui dengan lebih pasti, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Dengan demikian bahan galian dapat dikategorikan sebagai cadangan (reserve).

  Sumberdaya batubara adalah bagian dari endapan batubara yang diharapkan dapat dimanfaatkan dan diolah lebih lanjut secara ekonomis. Sumberdaya ini dapat meningkat menjadi cadangan setelah dilakukan kajian kelayakan dan dinyatakan layak untuk ditambang secara ekonomis dan sesuai dengan teknologi yang ada.

  Menurut Standar Nasional Indonesia Amandemen I SNI 13-5014-1998 sumberdaya diperlihatkan pada Tabel 3.1.

  Tabel 3.1 Jarak Titik Informasi Menurut Kondisi Geologi

  Tertunjuk Terukur

  Sederhana

  Jarak titik

  informasi (m)

  Jarak titik

  informasi (m)

  Terbatas

  Jarak titik

  informasi (m)

  Terbatas

  Sumber: Amandemen I Standar Nasional Indonesia, 1998 Klasifikasi Sumberdaya (resource) batubara dikategorikan sebagai berikut :

  a. Sumberdaya Batubara Hipotetik (Hypothetical Coal Resource) adalah jumlah batubara di daerah penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan, yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan untuk tahap penyelidikan survei tinjau.

  b. Sumberdaya Batubara Tereka (Inferred Coal Resource) adalah jumlah batubara di daerah penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan, yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan untuk tahap penyelidikan prospeksi.

  c. Sumberdaya Batubara Tertunjuk (Indicated Coal Resource) adalah jumlah batubara di daerah penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan, yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan untuk tahap eksplorasi pendahuluan.

  d. Sumberdaya Batubara Terukur (Measured Coal Resource) adalah jumlah batubara di daerah penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan, yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan untuk tahap eksplorasi rinci.

  e. Sumberdaya Batubara Kelayakan (Feasibility Coal Resource) adalah sumberdaya batubara yang dinyatakan berpotensi ekonomis dari hasil Studi Kelayakan atau suatu kegiatan penambangan yang sebelumnya yang biasanya dilaksanakan di daerah Ekplorasi Rinci.

  f. Sumberdaya Batubara Pra Kelayakan (Prefeasibility Coal Resource) adalah sumberdaya batubara yang dinyatakan berpotensi ekonomis dari hasil Studi Pra Kelayakan yang biasanya dilaksanakan di daerah Eksplorasi Rinci dan Eksplorasi Umum.

  Klasifikasi sumberdaya dan cadangan batubara adalah upaya pengelompokan sumberdaya dan cadangan batubara berdasarkan keyakinan geologi dan kelayakan ekonomi (Tabel 3.2 dan Tabel 3.3).

  Tabel 3.2 Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan Batubara

  Sumber: Amandemen I Standar Nasional Indonesia, 1998

  Kelayakan Didasarkan pada Kajian Faktor- faktor: Ekonomi, Pemasaran, Penambangan, Pengolahan, Lingkungan, Sosial, Hukum Perundang-Undangan, dan Kebijakan Pemerintah.

  Tabel 3.3 Kodifikasi Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan Batubara

  Sumber: Amandemen I Standar Nasional Indonesia, 1998

3.3. Dasar Pemilihan Metode

  Dalam perhitungan sumberdaya di PT. Satria Mayangkara Sejahtera ini metode yang digunakan yaitu Metode Cross Section dengan Pedoman Rule of Gradual Changes dan dengan Pedoman Rule of Nearest Point. Metode Cross Section dipilih karena metode ini sederhana, aplikasi perhitungannya mudah dan cepat, mudah digambar, dimengerti dan dikoreksi. Hal ini menunjukkan bahwa metode ini dapat dikerjakan secara manual. Meskipun banyak program komputer yang dapat secara fleksibel mendesain bentuk dan mengkalkulasinya, akan tetapi beberapa komputer telah didesain untuk mengolah kembali interpretasi yang telah dilakukan oleh enginer atau geologis secara manual. Kelebihan lain dari Metode

  Cross Section yaitu cocok diterapkan pada endapan batubara yang pada umumnya memiliki homogenitas yang tinggi, baik berupa ketebalan maupun kemiringan seam.

3.4. Metode Cross Section dengan Pedoman Rule of Gradual Changes

  Metode ini adalah salah satu metode perhitungan sumberdaya secara konvensional. Mengikuti Pedoman Rule of Gradual Changes, dengan menghubungkan titik antar pengamatan terluar. Sehingga untuk mencari satu volume dibutuhkan dua penampang (Gambar 3.1).

  Keterangan:

  P 1 = penampang 1

  L 1,2 = jarak antar penampang 1 dengan penampang 2

  P 2 = penampang 2

  L 2,3 = jarak antar penampang 2 dengan penampang 3

  Sumber: Isaaks dkk, 1989

  Gambar 3.1 Metode Cross Section dengan Pedoman Rule of Gradual Changes

  3.4.1 Perhitungan Sumberdaya Batubara

  Penerapan perhitungan tonase sumberdaya batubara dengan Metode Cross Section dengan Pedoman Rule of Gradual Changes sangat tergantung pada data pemboran dan data singkapan endapan. Pada prinsipnya ada beberapa langkah dalam perhitungan, yaitu membagi lapisan batubara menjadi beberapa blok-blok Penerapan perhitungan tonase sumberdaya batubara dengan Metode Cross Section dengan Pedoman Rule of Gradual Changes sangat tergantung pada data pemboran dan data singkapan endapan. Pada prinsipnya ada beberapa langkah dalam perhitungan, yaitu membagi lapisan batubara menjadi beberapa blok-blok

  - Menghitung luas sayatan - Menghitung jarak tiap sayatan - Menghitung tonase batubara Jumlah tonase batubara yang terdapat di daerah penelitian dengan rumus

  sebagai berikut:

  a T = +b x h x ρ............……………………………………...…………………….

  = Tonase batubara, ton

  a 2 = Luas sayatan a, m

  b 2 = Luas sayatan b, m

  h = Jarak antar sayatan, m ρ 3 = Bobot isi batubara, tonm

  3.4.2. Perhitungan Tanah Penutup Penerapan perhitungan lapisan tanah penutup dengan metode sayatan sangat

  tergantung pada data pemboran dan data singkapan endapan. Pada prinsipnya ada beberapa langkah dalam perhitungan, yaitu membagi lapisan tanah penutup menjadi beberapa blok-blok penampang dengan selang jarak tertentu. Selang jarak tersebut dapat sama tiap blok atau berbeda tergantung pada kondisinya. Langkah- langkahnya sebagai berikut:

  - menghitung luas sayatan, - menghitung jarak setiap sayatan, - menghitung volume lapisan tanah penutup. Jumlah volume overburden yang terdapat di daerah penelitian dihitung

  dengan rumus sebagai berkut:

  a V +b

  2 Keterangan :

  ob =

  x h….………………………………………….……………….….(3.2)

  V ob = Volume lapisan tanah pentup, BCM V ob = Volume lapisan tanah pentup, BCM

  b 2 = Luas sayatan b, m

  h = Jarak antar sayatan, m

3.5. Metode Cross Section dengan Pedoman Rule of Nearest Point

  Pada metode Metode Cross Section dengan Pedoman Rule of Nearest Point, setiap blok ditegaskan oleh sebuah penampang yang sama panjang ke setengah jarak untuk menyambung sayatan (Gambar 3.2).

  Keterangan: P = penampang

  L= jarak antar penampang

  Sumber: Isaaks dkk, 1989

  Gambar 3.2 Metode Cross Section dengan Pedoman Rule of Nearest Point

  3.5.1. Perhitungan Sumberdaya Batubara Penerapan perhitungan tonase sumberdaya batubara dengan Pedoman Rule

  of Nearest Point sangat tergantung pada data pemboran dan data singkapan endapan. Pada prinsipnya ada beberapa langkah dalam perhitungan, yaitu membagi lapisan batubara menjadi beberapa blok-blok penampang dengan selang jarak tertentu. Selang jarak tersebut dapat sama tiap blok atau berbeda-beda tergantung pada letak lubang bor. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

  - Menghitung luas sayatan

  - Menghitung setengah jarak dengan sayatan sebelumnya dan sayatan

  berikutnya - Menghitung tonase batubara

  Jumlah tonase batubara yang terdapat di daerah penelitian dengan rumus sebagai berikut:

  T = a x (h 1 +h 2 ) x ρ………………...…………………………………………. (3.3)

  Keterangan:

  T

  = Tonase batubara, ton

  a 2 = Luas sayatan a, m

  h 1 = Setengah jarak antara sayatan a dengan sayatan sebelumnya, m

  h 2 = Setengah jarak antara sayatan a dengan sayatan berikutnya, m ρ 3 = Bobot isi batubara, tonm

  3.5.2. Perhitungan Tanah Penutup Perhitungan tanah penutup dengan metode sayatan linier pada dasarnya

  sama dengan perhitungan batubara. Jumlah volume overburden yang terdapat di daerah penelitian dihitung dengan rumus sebagai berkut:

  V=a x (h 1 +h 2 )…….…………………………………………………………….(3.4)

  Keterangan:

  V = Volume tanah penutup, BCM

  a 2 = Luas sayatan a, m

  h 1 = Setengah jarak antara sayatan a dengan sayatan sebelumnya, m

  h 2 = Setengah jarak antara sayatan a dengan sayatan berikutnya, m

3.6. Perhitungan Volume

  Adapun rumus perhitungan volume yang digunakan adalah rumus luas rata- rata (mean area) dan rumus kerucut terpancung (frustum).

  3.6.1. Rumus Luas Rata-rata (Mean Area) Rumus luas rata-rata (mean area) adalah rumus yang paling sederhana untuk

  perhitungan volume yang terletak di antara dua buah penampang yang sejajar. Sketsa perhitungan volume endapan dengan rumus mean area dapat dilihat pada Gambar 3.3.

  Sumber: Constantine C. Popoff, 1965

  Gambar 3.3 Sketsa Perhitungan Volume Endapan dengan Rumus Mean Area

  S 1 + S 2 V= xL

  Keterangan :

  S 2

  1 ,S 2 = luas tiap-tiap penampang (m )

  L

  = jarak antar penampang satu dengan lainnya (m)

  V 3 = volume cadangan (m ) Jika endapan yang telah dibagi dalam bentuk blok-blok dengan jarak setiap

  penampang sama, maka dapat dihitung dengan rumus :

  1 S + 2S 2 + 2S 3 + ……….. + S n V= x L ............................................... (3.6)

  1 ,S 2, S n = luas tiap-tiap penampang (m )

  L

  = jarak antar penampang satu dengan lainnya (m)

  V 3 = volume cadangan (m ) Jika endapan yang telah dibagi dalam bentuk blok-blok dengan jarak setiap

  penampang tidak sama, maka dapat dihitung dengan rumus :

  2 xL n ……………….

  (3.7) Keterangan :

  S 2

  1 ,S 2, S n = luas tiap-tiap penampang (m )

  L 1 ,L 2 ,L n = jarak antar penampang satu dengan lainnya (m)

  V 3 = volume cadangan (m )

  3.6.2. Rumus Kerucut Terpancung (Frustrum) Persamaan frustrum merupakan salah satu persamaan yang juga digunakan untuk mengestimasi volume dari suatu endapan. Rumus ini digunakan untuk endapan yang mempunyai geometri seperti kerucut yang terpancung pada bagian puncaknya (Gambar 3.4).

  Sumber: Constantine C. Popoff, 1965

  Gambar 3.4

  Sketsa Perhitungan Volume Endapan dengan Rumus Kerucut Terpancung Rumus kerucut terpancung ;

  (S 1 S 2  1 S 2 )

  V  L

  3 ……………………..…………………...……………(3.8)

  Keterangan:

  S 1 S 2 = luas penampang atas dan bawah

  L

  = jarak antara S 1 S 2

  V = volume

3.7. Nisbah Pengupasan (Stripping Ratio)

  Nisbah pengupasan adalah perbandingan antara volume lapisan tanah penutup yang akan digali dengan jumlah tonase batubara yang akan diambil. Ini dilakukan untuk dapat menentukan pada elevasi berapakah nisbah pengupasan yang paling menguntungkan untuk ditambang dengan cara tambang terbuka. Nisbah pengupasan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan ekonomis Nisbah pengupasan adalah perbandingan antara volume lapisan tanah penutup yang akan digali dengan jumlah tonase batubara yang akan diambil. Ini dilakukan untuk dapat menentukan pada elevasi berapakah nisbah pengupasan yang paling menguntungkan untuk ditambang dengan cara tambang terbuka. Nisbah pengupasan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan ekonomis

  sedikit overburden yang harus digali. Di tambang batubara sering dipakai m 3

  wasteton batubara. Stripping Ratio = Tanah Penutup (m 3 )

  Batubara (ton)

  a)

  Stripping Ratio by Volume Stripping Ratio by volume adalah perbandingan antar volume tanah penutup

  atau overburden yang akan digali (m 3 ) dengan jumlah volume batubara yang akan diambil (ton) dijadikan dalam m 3 .

  overburden, m 3

  Stripping Ratio by Volume =

  Batubara, m 3

  Batubara dalam (ton) dikonversikan menjadi m 3 yaitu membagi berat batubara dengan densitas batubara, sehingga volume batubara menjadi m 3 .

  b)

  Stripping Ratio by Area Stripping Ratio by area adalah perbandingan antara luasan lapisan tanah

  2 penutup (m 2 ) dengan luasan batubara (m ) pada suatu sayatan.

  overburden, m 2

  Stripping Ratio by Area =

  batubara,m 2

  Dari Stripping Ratio by volume perbandingan overburden dan batubara dalam m 3 dibagi dengan jarak antar sayatan, sehingga menjadi perbandingan luas yaitu

  dalam m 2 .

BAB IV PENAKSIRAN SUMBERDAYA

  Kegiatan pendahuluan yang dilakukan sebelum perhitungan endapan adalah kegiatan eksplorasi yang tujuan akhirnya penemuan geologis yang berupa endapan mineral ekonomis.

  Metode perhitungan sumberdaya yang digunakan untuk menghitung sumberdaya batubara di PT. Satria Mayangkara Sejahtera melakukan eksplorasi di Desa Tanjung Telang Kecamatan Merapi Barat, Kabupaten Lahat, Provinsi Sumatera Selatan adalah dengan menggunakan Metode Cross Section dengan Pedoman Rule of Gradual Changes dan Pedoman Rule of Nearest Point. Adapun dasar pertimbangan penggunaan kedua metode tersebut yaitu lubang bor yang tersedia relatif sedikit, endapan batubara yang mempunyai homogenitas tinggi, mudah dilaksanakan dan dimengerti, cepat dan tingkat keyakinan tinggi.

4.1. Data Eksplorasi

  Dari hasil penyelidikan di IUP eksplorasi PT. Satria Mayangkara Sejahtera ditemukan beberapa singkapan batubara yang sebagian besar terdapat di wilayah penelitian IUP eksplorasi bagian Utara dengan ketebalan yang bervariasi antara 7–

  20 meter, dengan densitas 1,3 tonBcm. Kemiringan lapisan batubara diambil rata- rata untuk masing-masing seam dimana seam A adalah 40 º dan seam B adalah 35 º.

  Pada daerah penyelidikan banyak ditemukan singkapan batubara yang menghampar dialiran sungai. Hal ini dimungkinkan karena sudut kemiringan lapisan batubara searah dengan sudut kemiringan lereng daerah penyelidikan. Kemudian data singkapan tersebut diplotkan pada daerah penyelidikan yang bertujuan untuk mengetahui arah penyebaran dan kemiringan batubara pada lokasi penyelidikan.

  Dari singkapan-singkapan yang ditemukan kemudian dibuat profil dan foto dari singkapan tersebut. Profil merupakan gambaran dari singkapan yang ditemukan di lapangan secara dua dimensi.

  Tabel 4.1 Koordinat Singkapan Batubara di Daerah Penyelidikan

  No Kode

  N 260° E40°

  2 OC 02 9583654.934 345070.838

  N 305° E35°

  3 OC 03 9583554.029 345005.994

  N 290° E40°

  Berikut ini adalah beberapa hasil penelitian singkapan di lokasi rencana pertambangan PT. Satria Mayangkara Sejahtera :

   Singkapan OC 01

  Terdapat di pinggiran sungai Larangan. Termasuk daerah Desa Tanjung Telang. untuk kelokasi singkapan menghabiskan waktu 45 menit. Berjarak sekitar 150 m dari lokasi bor. Koordinat

  : 344885.309 E, 9583770.818 N

  StrikeDip o : N 260 E 40

  o

  Outcrop batubara dengan tebal lebih dari 2 m terhampar luas di sungai Larangan. Batubara berwarna hitam, kilap sedang, tidak mengotori tangan, berlapis, pecahan subconcoidal, tebal lapisan batubara tidak merata. Parting coaly, clay, tanah penutup pasir kuarsa.

  Gambar 4.1. Singkapan OC 01

   Singkapan OC 02

  Terhampar luas di sungai Larangan. Termasuk daerah Desa Tanjung Telang. untuk kelokasi singkapan menghabiskan waktu 45 menit. Koordinat

  : 345070.838 E, 9583654.934 N

  StrikeDip o : N 305 E 35

  o

  Outcrop batubara dengan tebal lebih dari 2 m terhampar luas di sungai Larangan. Batubara berwarna hitam, kilap sedang, tidak mengotori tangan, berlapis.

  Gambar 4.2. Singkapan OC 02

   Singkapan OC 03

  Berada di anak sungai kecil. Termasuk daerah Desa Tanjung Telang. Terdapat di lahan kebun kopi. Lokasi dapat ditempuh dengan menyeberangi sungai Larangan, kemudian jalan kaki menyusuri sungai Larangan. untuk ke lokasi singkapan menghabiskan waktu 50 menit. Koordinat

  : 345005.994 E, 9583554.029 N

  StrikeDip o : N 290 E 40

  o

  Gambar 4.3. Singkapan OC-3

  Outcrop batubara dengan tebal 3 m diapit oleh roof dan floor batulanau berwarna abu-abu keputihan. Batubara berwarna hitam, kilap sedang, tidak mengotori tangan, berlapis, pecahan subconcoidal-tajam, cleat diisi oleh soil lapukan batulempung.

  Tabel 4.2 Hasil Pemboran

  (m.dpl)

4.2. Pemboran Eksplorasi

  Pemboran eksplorasi dilaksanakan dengan menggunakan mesin bor jenis Jakro 175. Teknik pengeboran dilakukan secara vertikal sampai menembus lapisan batubara lalu dihentikan untuk dipindahkan ke lokasi yang telah ditetapkan. Ketebalan batubara yang didapat baru berupa ketebalan semu. Dalam pelaksanaan pengeboran dilakukan dengan dua cara dalam satu lubang bor yaitu: 

  Open Hole Yang dimaksud dengan “Open Hole” adalah hasil pengeboran yaitu partikel

  lepas berupa “cutting” dialirkan keluar lubang bor dengan tekanan air dan sampai di permukaan, keluar melalui parit dan ayakan pemisah diamati material yang keluar (sandstone, clystone, siltstone dan lain sebagainya). 

  Coring

  Pada suatu lapisan batubara atau perkiraan akan mencapai lapisan batubara maka dilanjutkan pengeboran inti degan memasang alat yang disebut “core barrel” Pada suatu lapisan batubara atau perkiraan akan mencapai lapisan batubara maka dilanjutkan pengeboran inti degan memasang alat yang disebut “core barrel”

  4.3. Tahapan Perhitungan Sumberdaya dengan Metode Cross Section

  4.3.1. Pengeplotan Data Titik Bor Dari data eksplorasi yang dilakukan pada daerah konsesi yang mempunyai

  luasan sebesar 200 Ha, terdapat 8 titik bor yang nantinya titik – titik dari bor tersebut akan dihubungkan dengan garis yang dibuat dengan menyesuaikan arah strike dari endapan batubara tersebut. (Gambar 4.4).

  4.3.2. Pembuatan garis sayatan Pembuatan garis sayatan pada peta topografi harus tegak lurus dengan arah

  umum strike dari endapan batubara di daerah penelitian. Garis sayatan yang dibuat di daerah penelitian, terdapat 5 sayatan dengan jarak antar sayatan adalah ≤ 125 meter pada titik bor pada batas daerah konsensi ( lihat Gambar 4.5 ).

  4.3.3. Pembuatan luasan sayatan Garis sayatan telah selesai lalu dibuatlah luasan sayatannya dan pembuatan

  garis lapisan batubara yang disesuaikan dengan masing – masing kemiringan dari batubara tersebut. Batubara didalam sayatan diinterpretasikan sebagai bidang miring pada sayatan tersebut untuk mengetahui volume overburden dan stripping ratio, selanjutnya pada luasan sayatan juga dibuat ultimate pit slope sesuai batasan – batasan yang telah ditentukan perusahaan. Pembuatan sayatan dilakukan dengan menggunakan program komputer AutoCAD.

  Untuk perhitungan Break Even Stripping Ratio (BESR) berpatokan pada Stripping Ratio (SR). Setiap sayatan memiliki jenjang dan bench yang bervariasi (multibench), tergantung dari ketebalan tanah penutup dari batubara masing-masing sayatan sesuai SR - nya.

  4.3.4. Perhitungan Sumberdaya dengan Metode Standar (Rule Of gradual Change)

  Metode ini dapat diterapkan pada perhitungan Cross Section. Dalam perhitungannya sayatan satu dengan sayatan lain dihubungkan secara langsung, sehingga perhitungannya dibatasi oleh dua sayatan. Pada metode ini dilakukan dengan cara membuat garis sayatan yang disesuaikan dengan panjangnya garis seam.

  Tahapan yang dilakukan pada perhitungan sumberdaya dengan metode Standar adalah sebagai berikut:

  1. Membuat garis base line, yaitu berdasarkan arah umum (strike) dari endapan batubara.

  2. Membuat garis sayatan pada peta topografi dengan jarak antar sayatan ≤ 125 meter dengan arah tegak lurus arah umum dari seam batubara.

  3. Penggambaran sayatan tegak dari garis sayatan yang dilakukan dengan program AutoCAD.

  4. Membuat lapisan batubara pada sayatan tegak dengan kemiringan (dip) yang disesuaikan dari masing – masing lapisan batubara.

  5. Membuat jenjang (bench) pada setiap sayatan berdasarkan batasan – batasan yang telah ditentukan perusahaan.

  6. Menghitung luas dari masing – masing sayatan yang meliputi luasan dari batubara dan overburden yang dilakukan dengan bantuan program AutoCAD.

  7. Menghitung volume dari tiap blok sayatan yang meliputi volume dari batubara dan overburden.

Dokumen yang terkait

AN ALIS IS YU RID IS PUT USAN BE B AS DAL AM P E RKAR A TIND AK P IDA NA P E NY E RTA AN M E L AK U K A N P R AK T IK K E DO K T E RA N YA NG M E N G A K IB ATK AN M ATINYA P AS IE N ( PUT USA N N O MOR: 9 0/PID.B /2011/ PN.MD O)

0 82 16

HUBUNGAN ANTARA LOCUS OF CONTROL DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI PADA MAHASISWA S1–KEPERAWATAN DI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

9 108 28

ANALISIS YURIDIS TENTANG PENYELESAIAN SENGKETA MEREK AIR MINUM MINERAL "AQUA-versus-INDOQUALITY" (Studi Putusan Mahkamah Agung RI No. 04.PK/N/HaKI/2004)

2 65 91

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

ERBANDINGAN PREDIKSI LEEWAY SPACE DENGAN MENGGUNAKAN TABEL MOYERS DAN TABEL SITEPU PADA PASIEN USIA 8-10 TAHUN YANG DIRAWAT DI KLINIK ORTODONSIA RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT UNIVERSITAS JEMBER

2 124 18

FRAKSIONASI DAN KETERSEDIAAN P PADA TANAH LATOSOL YANG DITANAMI JAGUNG AKIBAT INOKULASI JAMUR MIKORIZA ARBUSKULAR DAN BAKTERI PELARUT FOSFAT (Pseudomonas spp.)

2 31 9

PENGAJARAN MATERI FISIKA DASAR UNTUK MAHASISWA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

9 106 43

Matematika Kelas 6 Lusia Tri Astuti P Sunardi 2009

13 252 156

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DITINJAU DARI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

6 77 70

SISTEM INVENTORY JURUSAN ILMU KOMPUTER di UNIVERSITAS LAMPUNG

2 26 45