Pengaruh Konsentrasi Air Kelapa Dan Waktu Penyimpanan Bahan Tanam Terhadap Persentase Keberhasilan Okulasi Dan Pertumbuhan Ubi Kayu Mukibat Chapter III VI

PELAKSANAAN PENELITIAN
Persiapan Lahan
Lahan yang akan digunakan dibersihkan dari gulma dengan cara manual.
Setelah dibersihkan, lahan diukur dengan ukuran panjang x lebar : 12 m x 4 m.
Persiapan Bibit
Disiapkan batang atas ubi karet dan batang bawah ubi kayu gajah yang
akan diokulasi, dimana bahan tanam tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua,
berumur 8 bulan dan dipotong sepanjang 25 cm.
Persiapan Okulasi
Langkah-langkah dalam pelaksanaan okulasi yaitu sebagai berikut :
disiapkan batang bawah dan batang atas yang memenuh persyaratan seperti yang
dikemukakan di atas. Batang bawah dibersihkan terlebih dahulu dengan kain
sampai bersih agar debu dan kotoran yang menempel hilang. Memotong batang
atas yang memiliki satu mata tunas dalam bentuk tameng, ditempelkan batang atas
pada batang bawah yang telah dikelupas kulitnya sesuai ukuran, pertautan batang
atas dan batang bawah diikat rapat-rapat dengan plastik bening yang arah
lilitannya dari bawah ke atas. Ini untuk mencegah air masuk ke dalam sambungan
yang dapat menyebabkan sambungan busuk.
Aplikasi Perlakuan
Setiap konsentrasi air kelapa dibuat sebanyak 1 liter. Caranya adalah
dengan mencampurkan air kelapa dan aquadest sesuai konsentrasi yang akan

dibuat. Kemudian disemprotkan ke bagian okulasi.

Universitas Sumatera Utara

Persiapan Media Tanam
Tanah yang digunakan adalah topsoil, kompos, pasir dan dengan
perbandingan 2: 1: 1. Media tanam dihomogenkan dan di masukkan kedalam
polibag.
Penanaman
Setelah proses penempelan atau okulasi selesai maka bibit siap ditanam
pada media tanam yang telah disiapkan.
Pemeliharaan
Pemeliharaan

tanaman

terdiri

dari


penyiraman,

penyiangan

dan

pengendalian hama penyakit.
Penyungkupan
Penyungkupan dilakukan pada saat bibit ditanam dipolibag sampai dengan
2 MST dengan paranet agar menjaga sambungan tidak terlalu lembab dan tidak
terlalu kering terpapar matahari.
Penyiraman
Penyiraman pada tanaman dilakuan setiap hari yaitu pagi dan sore.
Penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor dan dijaga kondisi tanah
pada media tidak terlalu basah.
Penyiangan
Penyiangan dilakukan secara manual dengan menggunakan tangan agar
sistem perakaran tidak terganggu dan cangkul atau parang untuk di sekitar luar
polibag.


Universitas Sumatera Utara

Pengendalian Hama Penyakit
Pengendalian hama penyakit dilakukan secara mekanis jika tingkat
serangan rendah dan penggunaan bahan kimia jika tinkat serangan tinggih.
Pengamatan Peubah amatan
Pengamatan dilakukan untuk mendapatkan data hasil penelitian. Peubah
amatan yang akan diamati dalam penelitian ini adalah:
Kecepatan Bertunas (hari)
Kecepatan bertunas dihitung dengan menghitung jumlah hari yang
diperlukan untuk

munculnya tunas. Diamati setiap hari setelah tanam.

Perhitungan kecepatan bertunas menggunakan rumus sebagi berikut:
Rata-Rata Hari
Ket:

�1�1+�2�2+⋯+����


����� ℎ ����� ����� ���������� ℎ

N : Jumlah tanaman yang bertunas pada satu waktu tertentu
T : Jumlah waktu antara awal pengujian sampai dengan akhir dan
interval tertentu suatu pengamatan

Persentase Keberhasilan Okulasi (%)
Persentase keberhasilan dihitung berdasarkan jumlah tanaman yang
tumbuh atau bertunas selama masa pengamatan. Perhitungan persentase bertunas
yaitu dengan cara menghitung jumlah tanaman yang bertunas dibagi dengan
jumlah tanaman yang tidak tumbuh dikali 100%
Persentase bertunas =

jumlah tanaman yang bertunas
jumalah tanaman seluruhnya

X 100 %

Tinggi Tunas (cm)
Tinggi


tunas diukur dengan cara mengukur tunas yang muncul dari

pangkal tunas sampai ujung titik tumbuh dengan menggunakan penggaris atau
meteran. Pengukuran dimulai pada 3 MST sampai dengan 6 MST.

Universitas Sumatera Utara

Diameter Tunas (mm)
Diameter tunas diukur dengan cara pada bagian tunas yang muncul yang
telah diberi tanda kemudian diukur menggunakan jangka sorong digital,
pengukuran dimulai pada 3 MST sampai dengan 6 MST.
Jumlah Daun (helai)
Dihitung jumlah daun dari tanaman yang mengeluarkan daun secara
terbuka sempurna, pengambilan data dimulai pada 3 MST sampai dengan 6 MST.
Jumlah Umbi (umbi)
Jumlah umbi yang keluar diukur pada akhir penelitian berlangsung dengan
cara membongkar media tanam pada polybag dan diamati serta dihitung umbi
yang telah terbentuk.
Bobot Basah Akar (g)

Bobot basah akar didapat dengan cara mengambil semua bagian perakaran
tanaman lalu dibersihkan dari kotoran dan ditiriskan kemudian ditimbang
menggunakan timbangan analitic
Bobot kering Akar (g)
Bobot kering akar didapat dengan cara mengambil semua perakaran
tanaman yang telah dikering anginkan kemuaidan akar diovenken dengan suhu
60-80 0C selama 48 jam sampai diperoleh berat konstan.

Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Data rataan dan hasil analisis sidik ragam dapat dilihat (Lampiran 4-37)
menunjukkan bahwa hasil penelitia pemberian konsentrasi air kelapa berpengaruh
nyata terhadap kecepatan bertunas, bobot kering akar, dan bobot basah akar.
Perlakuan lama penyimpanan batang bawah berpengaruh sangat nyata pada
jumlah daun, kecepatan bertunas, persentase bertunas, bobot basah akar, dan
bobot kering akar. Interaksi antara keduannya berpengaruh nyata terhadap jumlah
daun.
Persentase Keberhasilan Okulasi (%)

Data rataan dan hasil sidik ragam persentase keberhasilan okulasi umur 6
MST dapat dilihat pada (Lampiran 4 dan 5) menunjukkan bahwa perlakuan
penyimpanan batang bawah berpengaruh sangat nyata terhadap persentase
bertunas, sedangakan pemberian air kelapa dengan konsentrasi berbeda serta
interaksinya berpengaruh tidak nyata.
Tabel 1. Persentase keberhasilan okulasi ubi kayu mukibat dengan konsentrasi air
kelapa dan lama penyimpanan batang bawah sampai umur 6 MST
Lama Penyimpanan
Zat Pengatur Tumbuh
Rataan
1 minggu
2 minggu
3 minggu
(P1)
(P2)
(P3)
......................................(%)......................................
Kontrol (K0)
83
67

58
69b
Air Kelapa 25% (K1)
83
58
67
69b
Air Kelapa 50% (K2)
100
92
67
86a
Air Kelapa 75% (K3)
75
67
67
69b
Rataan
85a
71a

65b
74
Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris atau kolom yang sama
menunjukkan berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%.

Tabel 1 menunjukkan bahwa persentase keberhasilan okulasi ubi kayu
tertinggid pada umur 6 MST terdapat pada konsentrasi air kelapa 50% (K2)

Universitas Sumatera Utara

dengan rataan 86% berbeda nyata dengan tanpa pemberian konsentrasi air kelapa
(K0), konsentrasi air kelapa 25% (K1), dan konsentrasi air kelapa 75% (K3)
dengan masing-masing rataan yang sama 69%. Selain itu perlakuan penyimpanan
bahan tanam batang bawah 1 (satu) minggu (P1) yang terbaik dengan rataan 85%
dan penyimpanan 2 (dua) minggu (P2) dengan rataan 71% berbeda nyata dengan
perlakuan penyimpanan 3 (tiga) minggu (P3) dengan rataan terendah 65%.
Namun interaksi keduannya berpengaruh tidak nyata.
Kecepatan Bertunas (hari)
Data rataan dan hasil sidik ragam kecepatan bertunas umur 6 MST dapat
dilihat pada (Lampiran 6 dan 7) menunjukkan bahwa perlakuan penyimpanan

batang bawah berpengaruh sangat nyata terhadap kecepatan bertunas, sedangakan
pemberian air kelapa dengan konsentrasi yang berbeda serta interaksinya
berpengaruh tidak nyata.
Tabel 2. Kecepatan bertunas okulasi ubi kayu mukibat dengan konsentrasi air
kelapa dan lama penyimpanan batang bawah sampai umur 6 MST
Lama Penyimpanan
Rataan
Zat Pengatur Tumbuh
1 minggu
2 minggu
3 minggu
(P1)
(P2)
(P3)
......................................(hari)......................................
Kontrol (K0)
11,94
14,67
18,72
15,11

Air Kelapa 25% (K1)
13,08
13,00
17,17
14,42
Air Kelapa 50% (K2)
11,83
13,31
18,22
14,45
Air Kelapa 75% (K3)
13,22
14,17
20,56
15,98
Rataan
12,52b
13,78b
18,67a
14,99
Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan
berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%.

Tabel 2 menunjukkan bahwa kecepatan bertunas okulasi ubi kayu mukibat
dengan perlakuan lama penyimpanan bahan tanam 1 (satu) minggu (P1) yang
tercepat dengan rataan 12,52 hari diikuti oleh penyimpanan 2 (dua) minggu (P2)
dengan rataan 13,78 hari yang berbeda nyata dengan perlakuan lama penyimpanan

Universitas Sumatera Utara

3 (tiga) minggu (P3) dengan rataan 18,67 hari. Namun perlakuan konsentrasi air
kelapa 25% (K1) yang tercepat dengan rataan 14,42 hari dan yang terlama
perlakuan konsentrasi air kelapa 75% (K3) dengan rataan 15,98 hari serta
interaksi keduannya berpengaruh tidak nyata terhadap kecepatan bertunas.
Panjang Tunas (cm)
Data rataan dan hasil sidik ragam panjang tunas pada 6 MST dapat dilihat
pada (Lampiran 30 dan 31) yang menunjukkan bahwa perlakuan pemberian air
kelapa dan lama penyimpanan batang bawah serta interaksi keduannya
berpengaruh tidak nyata terhadap panjang tunas. Namun dapat dilihat pada Tabel
3 bahwa perlakuan konsentrasi air kelapa 25% (K1) yang tertinggi dengan rataan
41,41cm dan konsentrasi air kelapa 75% (K3) merupakan perlakuan terendah
dengan rataan 31,22 cm. Sedangkan lama penyimpanan batang bawah perlakuan 1
(satu) minggu (P1) merupakan perlakuan tertinggi dengan rataan 39,78 cm, dan
perlakuan penyimpanan 3 (tiga) minggu (P3) merupakan perlakuan terendah
dengan rataan 34,69 cm, serta interaksi dari keduannya berpengaruh tidak nyata
terhadap panjang tunas okulasi ubi kayu mukibat.
Tabel 3. Panjang tunas okulasi ubi kayu mukibat dengan konsentrasi air kelapa
dan lama penyimpanan batang bawah umur 6 MST
Lama Penyimpanan
Rataan
Zat Pengatur Tumbuh
1 minggu
2 minggu
3 minggu
(P1)
(P2)
(P3)
......................................(cm)......................................
Kontrol (K0)
42,25
38,10
27,73
36,03
Air Kelapa 25% (K1)
40,52
35,87
47,83
41,41
Air Kelapa 50% (K2)
41,52
36,72
35,62
37,95
Air Kelapa 75% (K3)
34,85
31,22
27,58
31,22
Rataan
39,78
35,48
34,69
36,65

Universitas Sumatera Utara

Diameter Tunas (mm)
Data rataan dan hasil sidik ragam diameter tunas pada 6 MST dapat dilihat
pada (Lampiran 14 dan 15). Dari hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan
pemberian air kelapa dan lama penyimpanan bahan tanam serta interaksi dari
keduannya berpengaruh tidak nyata. Namun dapat dilihat bahwa konsentrasi air
kelapa 25% (K1) yang terbesar dengan rataan 9,46 mm dan konsentrasi air kelapa
75% (K3) yang terkecil dengan rataan 9,16 mm. Sedangkan perlakuan lama
penyimpanan bahan tanam dengan perlakuan penyimpanan 1 (satu) minggu (P1)
yang terbesar dengan rataan 9,91 mm dan terendah dengan perlakuan
penyimpanan 3 (tiga) minggu (P3) dengan rataan 9,29 mm, serta interaksi dari
keduanya berpengaruh tidak nyata.
Tabel 4. Diameter tunas okulasi ubi kayu mukibat dengan konsentrasi air kelapa
dan lama penyimpanan batang bawah yang berbeda umur 6 MST
Lama Penyimpanan
Zat Pengatur Tumbuh
Rataan
1 minggu
2 minggu
3 minggu
(P1)
(P2)
(P3)
......................................(mm)......................................
Kontrol (K0)
10,05
9,87
8,45
9,46
Air Kelapa 25% (K1)
9,63
9,47
10,65
9,92
Air Kelapa 50% (K2)
10,40
9,88
9,45
9,91
Air Kelapa 75% (K3)
9,57
9,28
8,62
9,16
Rataan
9,91
9,63
9,29
9,61
Jumlah Daun (helai)
Data rataan dan hasil sidik ragam jumlah daun pada 6 MST dapat dilihat
pada (Lampiran 22 dan 23) yang menunjukkan bahwa perlakuan pemberian air
kelapa berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun namun perlakuan lama
penyimpanan bahan tanam berpengaruh sangat nyata dan interaksi keduanya
berpengaruh nyata terhadap jumlah daun okulasi ubi kayu mukibat.

Universitas Sumatera Utara

Tabel rataan pengaruh konsentrasi air kelapa dan lama waktu
penyimpanan batang bawah terhadap jumlah daun dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Jumlah daun okulasi ubi kayu mukibat dengan konsentrasi air kelapa dan
lama penyimpanan batang bawah umur 6 MST
Lama Penyimpanan
Rataan
Zat Pengatur Tumbuh
1 minggu
2 minggu
3 minggu
(P1)
(P2)
(P3)
......................................(helai)......................................
Kontrol (K0)
14,83ab
15,00ab
11,17e
13,67
Air Kelapa 25% (K1)
13,50bcd
13,33bcd
13,83abcd
13,56
Air Kelapa 50% (K2)
15,33a
14,83abc
13,00cde
14,39
Air Kelapa 75% (K3)
14,17abcd
13,50bcd
12,33de
13,33
Rataan
14,46
14,17
12,58
13,74
Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris dan kolom yang sama
menunjukkan berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%.

Tabel 5 menunjukkan bahwa jumlah daun okulasi ubi kayu mukibat
dengan pemberian konsentrasi air kelapa 50% (K2) yang terbanyak dengan rataan
14,39 helai yang berpengaruh tidak nyata dengan perlakuan lainnya, perlakuan
jumlah daun dengan konsentrasi air kelapa 75% (K3) yang sedikit dengan rataan
13,33 helai. Sedangkan dengan perlakuan lama penyimpanan bahan tanam 1
(satu) minggu (P1) yang terbanyak dengan rataan 14,38 helai berbeda nyata
dengan perlakuan penyimpanan bahan tanam 3 (tiga) minggu (P3) dengan rataan
12,58 helai. Serta interaksi dari keduannya berbeda nyata terhadap jumlah daun
dengan interak terbanyak konsentrasi air kelapa 50% dan 1 (satu) minggu
penyimpanan (K2P1).
Jumlah Umbi (umbi)
Data rataan dan hasil sidik ragam jumlah umbi pada 6 MST dapat dilihat
pada (Lampiran 32 dan33) yang menunjukkan bahwa perlakuan pemberian air
kelapa dan lama penyimpanan bahan tanam batang bawah serta interaksi dari
keduannya berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah umbi. Namun dapat dilihat

Universitas Sumatera Utara

bahwa konsentrasi air kelapa 50% (K2) adalah perlakuan terbanyak dengan
rataan 0,67 umbi dan kontrol (K0) merupakan perlakuan yang paling sedikit
dengan rataan 0,33 umbi. Sedangkan perlakuan lama penyimpanan bahan tanam
dengan perlakuan penyimpanan 1 (satu) minggu (P1) adalah perlakuan terbanyak
dengan rataan 0,71 umbi dan yang sedikit dengan perlakuan penyimpanan 3 (tiga)
minggu (P3) dengan rataan 0,25 umbi, serta interaksi dari keduanya berpengaruh
tidak nyata.
Tabel 6. Jumlah umbi okulasi ubi kayu mukibat dengan konsentrasi air kelapa dan
lama penyimpanan batang bawah umur 6 MST
Lama Penyimpanan
Zat Pengatur Tumbuh
Rataan
1 minggu
2 minggu
3 minggu
(P1)
(P2)
(P3)
......................................(umbi)....................................
..
Kontrol (K0)
0,83
0,00
0,17
0,33
Air Kelapa 25% (K1)
0,50
0,33
0,17
0,33
Air Kelapa 50% (K2)
1,33
0,50
0,17
0,67
Air Kelapa 75% (K3)
0,17
0,50
0,50
0,39
Rataan
0,71
0,33
0,25
0,43
Bobot Basah Akar (g)
Data rataan dan hasil sidik ragam bobot basa akar pada 6 MST dapat
dilihat pada (Lampiran 34 dan 35) yang menunjukkan bahwa perlakuan
konsentrasi air kelapa berpengaruh nyata terhadap bobot basa akar namun
perlakuan lama penyimpanan bahan tanam berpengaruh sangat nyata serta
interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basa akar okulasi ubi
kayu mukibat.
Tabel rataan pengaruh konsentrasi air kelapa dan lama waktu
penyimpanan bahan tanam terhadap bobot basa akar umur 6 MST dapat dilihat
pada tabel 7.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 7. Bobot basah akar okulasi ubi kayu mukibat dengan konsentrasi air
kelapa dan lama penyimpanan batang bawah umur 6 MST
Lama Penyimpanan
Rataan
Zat Pengatur Tumbuh
1 minggu
2 minggu
3 minggu
(P1)
(P2)
(P3)
......................................(g)......................................
Kontrol (K0)
26,92
19,70
13,00
19,87b
Air Kelapa 25% (K1)
22,25
19,83
18,58
20,22b
Air Kelapa 50% (K2)
32,55
23,72
18,63
24,97a
Air Kelapa 75% (K3)
23,57
21,35
15,62
20,18b
Rataan
26,32a
21,15b
16,46b
21,31
Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris atau kolom yang sama
menunjukkan berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%.

Tabel 7 menunjukkan bahwa bobot basa akar okulasi ubi kayu mukibat
dengan pemberian konsentrasi air kelapa 50% (K2) yang terberat dengan rataan
24,97 g yang berpengaruh nyata dengan perlakuan lainnya konsentrasi air kelapa
25% (K1) rataan 20,22 g, konsentrasi air kelapa 75% (K3) rataan 20,17 g, dan
yang teringan adalah perlakuan tanpa pemberian konsentrasi air kelapa (K0)
dengan rataan 19,87 g Sedangkan perlakuan lama penyimpanan dengan perlakuan
lama penyimpanan bahan tanam 1 (satu) minggu (P1) yang terberat dengan rataan
26,32 g diikuti dengan perlakuan penyimpanan 2 (dua) minggu (P2) dengan rataan
21,15g berbeda nyata dengan perlakuan penyimpanan bahan tanam 3 (tiga)
minggu (P3) yang teringan dengan rataan 19,87 g, serta interaksi dari keduannya
berbeda tidak nyata terhadap bobot basa akar.
Bobot Kering Akar (g)
Data rataan dan hasil sidik ragam bobot kering akar pada 6 MST dapat
dilihat pada (Lampiran 36 dan 37) yang menunjukkan bahwa perlakuan
konsentrasi air kelapa berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar namun
perlakuan lama penyimpanan bahan tanam berpengaruh sangat nyata serta

Universitas Sumatera Utara

interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering akar okulasi
ubi kayu mukibat.
Tabel 8. Bobot kering akar okulasi ubi kayu mukibat dengan konsentrasi air
kelapa dan lama penyimpanan batang bawah umur 6 MST
Lama Penyimpanan
Rataan
Zat Pengatur Tumbuh
1 minggu
2 minggu
3 minggu
(P1)
(P2)
(P3)
......................................(g)......................................
Kontrol (K0)
6,93
4,87
2,80
4,87b
Air Kelapa 25% (K1)
6,04
4,96
4,86
5,29b
Air Kelapa 50% (K2)
9,25
6,06
4,55
6,62a
Air Kelapa 75% (K3)
6,60
5,15
3,99
5,25b
Rataan
7,21a
5,26b
4,05b
5,50
Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris atau kolom yang sama
menunjukkan berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%.

Tabel 8 menunjukkan bahwa bobot basa akar okulasi ubi kayu mukibat
dengan pemberian konsentrasi air kelapa 50% (K2) yang terberat dengan rataan
6,62g yang berpengaruh nyata dengan perlakuan lainnya konsentrasi air kelapa
25% (K1) rataan 5,29 g, konsentrasi air kelapa 75% (K3) rataan 5,25 g, dan yang
teringan adalah perlakuan tanpa pemberian air kelapa (K0) dengan rataan 4,87 g.
Sedangkan perlakuan lama penyimpanan bahan tanam 1 (satu) minggu (P1) yang
terberat dengan rataan 7,21 g diikuti dengan perlakuan penyimpanan 2 (dua)
minggu (P2) dengan rataan 5,26 g berbeda nyata dengan perlakuan penyimpanan
bahan tanam 3 (tiga) minggu (P3) yang teringan dengan rataan 4,05 g, serta
interaksi dari keduannya berbeda tidak nyata terhadap bobot kering akar.
Pembahasan
Pengaruh Pemberian Konsentrasi Air Kelapa Terhadap
Keberhasilan Okulasi dan Pertumbuhan Ubi Kayu Mukibat

Tingkat

Analisis statistik menunjukkan bahwa pada okulasi bibit ubi kayu mukibat
dengan pemberian air kelapa berpengaruh nyata terhadap persentase bertunas,
bobot basa akar, dan bobot kering akar.

Universitas Sumatera Utara

Analisis statistik menunjukkan bahwa pemberian air kelapa 50% (K2)
merupakan persentase bertunas tertinggi dengan rataan 86% sedangkan perlakuan
tanpa air kelapa (K0), air kelapa 25% (K1), dan air kelapa 75% (K3) masingmasing dengan rataan 69%. Hal ini disebabkan karena pada okulasi ubi kayu
mukibat yaitu penempelan mata tunas batang atas dengan batang bawah
mengalami pelukaan sehingga dengan pemberian zat pengatur tumbuh dapat
membantu dalam proses penutupan luka dan penyatuan kambium antara batang
atas dan batang bawah konsentrasi air kelapa yang tepat adalah pemberian air
kelapa 50% . Hal ini didukung oleh pernyataan Satyavathi et al., (2004) bahwa
aktivitas zat pengatur tumbuh di dalam pertumbuhan tergantung dari jenis,
struktur kimia, konsentrasi, genotipe tanaman serta fisiologi tanaman. Untuk
mendapatkan persentase yang baik penggunaan ZPT air kelapa sangat baik untuk
okulasi ubi kayu mukibat dikarenakan air kelapa mengandung hormon-hormon
yang baik untuk proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Sesuai dengan
pernyataan Young et al., (2009) yang menyatakan bahwa di dalam air kelapa
terdapat hormon sitokinin sebesar 5,8 ml/l lebih tinggi dibanding auksin sebesar
0,07 mg/l. Sitokinin berfungsi untuk memacu pembelahan sel dan pembentukan
organ. Sitokinin merupakan fitohormon yang mendorong pembelahan sel
(sitokinesis). Dan juga pemberian zat pengatur tumbuh organik maupun sintetis
dapat memacu percepatan penutupan luka dan membantu dalam proses penyatuan
kambium yang didorong oleh adanya hormon auksin, sitokinin dan zat pengetur
tumbuh lainnya
Persentase keberhasilan yang tinggi juga diperoleh dari munculnya tunas
okulasi, semangkin banyak tunas yang muncul maka semangkin tinggi persentase

Universitas Sumatera Utara

keberhasilannya untuk itu diperlukan zat pengatur tumbuh yang tepat untuk
mempercepat

tumbuhnya

tunas.

hal

ini

sejalan

dengan

penelitian

Lubis et al., (2016) yang menyatakan bahwa pemberian sumber zat pengatur
tumbuh dapat mempercepat waktu bertunas. Sumber zat pengatur tumbuh yang
terbaik yang digunakan ialah air kelapa 50% dibandingkan dengan pemberian
IAA 0,05% dan ekstrak bawang merah 100%
Analisis statistik menunjukkan bobot basah akar konsentrasi air kelapa
konsentrasi 50% (K2) merupakan perlakuan terberat dengan rataan 24,97 g
berbeda nyata dengan perlakuan lainnya air kelapa konsentrasi 25 % (K1) dengan
rataan 20,22 g, air kelapa konsentrasi 75% (K3) dengan rataan 20,31 g, dan
perlakuan teringan tanpa pemberian air kelapa (K0) dengan rataan 19,87g. Pada
bobot kering akar pemberian konsentrasi air kelapa 50% (K2) yang terberat
dengan rataan 6,62 g yang berpengaruh nyata dengan perlakuan lainnya
konsentrasi air kelapa 25% (K1) rataan 5,29 g, konsentrasi air kelapa 75% (K3)
rataan 5,25 g, dan yang teringan adalah perlakuan tanpa pemberian air kelapa
(K0) dengan rataan 4,87 g, hal ini dikarenakan pada batang bawah ubi kayu yang
dipotong akan aktif meristematis dan membentuk perakaran, pemberian air kelapa
yang tepat akan membantu memacu pertumbuhan dan perkembangan akar
tanaman ubi kayu. Hal ini sesuai dengan pernyataan Marpaung dan Hutabarat
(2015) bahwa air kelapa juga dapat dimanfaatkan untuk memacu pertumbuhan
baik pertunasan maupun perakaran pada berbagai jenis tanaman. Selain itu air
kelapa mengandung sitokini yang sangat mendukung untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan akar. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Young et al., (2009) bahwa sitokinin berfungsi untuk memacu pembelahan sel

Universitas Sumatera Utara

dan

pembentukan organ. Sitokinin merupakan fitohormon yang mendorong

pembelahan sel (sitokinesis), membantu dalam aktivitas

meristem akar,

membantu dalam proses fotosintesis, pertumbuhan daun, mobilitas nutrisi,
pertumbuhan akar dan membantu merespon pada saat tanaman mengalami stres.
Pada peubah amatan kecepatan bertunas perlakuan pemberian air kelapa
25% (K1) merupakan perlakuan tercepat dengan rataan 14,42 hari dan hanya
selisih sedikit dengan perlakuan pemberian air kelapa 50% (K2) dengan rataan
14,45 hari, sedangkan kecepatan bertunas terlama dengan pemberian air kelapa
75% (K3) dengan rataan 15,98 hari. Hal ini dikarenakan ZPT air kelapa mampu
memicu fitohormon (hormon tanaman) untuk bertunas. Sesuai dengan pernyataan
Adi et al., (2015) yang menyatakan bahwa hormon memiliki peranan dalam
merangsang, membangkitkan atau mendorong aktivitas biokimia. ZPT yang aktif
dalam jaringan tanaman akan ditransformasikan ke dalam seluruh bagian tanaman
sehingga mempengaruhi pertumbuhan atau proses-proses fisiologis tanaman.
Pemberian air kelapa yang semangkin tinggi justru memperlama kecepatan
bertunas dan bahkan menghambat bertunas okulasi ubi kayu mukibat. Hal ini
dikarenakan kandungan air kelapa bukan hanya auksin dan sitokinin. Selain itu air
kelapa juga mengandung senyawa fenolik berupa asam benzoic yang dapat
menghambat pertumbuhan (Ramadhan, 2015).
Analisis statistik menunjukkan pemberian air kelapa pada perlakuan tanpa
pemberian air kelapa (K0), dengan konsentrasi air kelapa 25% (K1), konsentrasi
air kelapa 50% (K2) dan konsentrasi air kelapa 75% (K3) berpengaruh tidak
nyata terhadap kecepatan bertunas, diameter tunas, jumlah daun, tinggi tunas, dan
jumlah umbi, hal ini menunjukkan bahwa air kelapa tidak berpengaruh atau

Universitas Sumatera Utara

bahkan menghambat pertumbuhan pada konsentrasi yang

lebih tinggi.

Hartman et al., (1997) menyebutkan bahwa meskipun auksin berpengaruh
memacu pertumbuhan, juga terdapat pengecualian yang menunjukkan bahwa
auksin bisa berpengaruh tidak nyata bahkan bisa bersifat menghambat pada
konsentrasi yang tinggi.
Konsentrasi air kelapa yang bersifat organik

masih berbeda-beda

konsentrasi yang baik dari setiap tanaman terutama untuk ubi kayu mukibat.
Sesuai dengan penyataan Lubis et al., (2016) bahwa Konsentrasi dan perlakuan
zat pengatur tumbuh organik belum ada yang tepat untuk okulasi bibit ubi kayu
mukibat sehingga hasil serta pertumbuhan okulasi bibit ubi kayu mukibat kurang
baik dan juga diduga bahwa penambahan hormon tumbuh dari luar tidak
mempengaruhi peningkatan keberhasilan okulasi dikarenakan tanaman secara
alami telah mensintesis hormon tumbuh secara mandiri untuk mengatur
pertumbuhannya, karena hormon tumbuh tidak diperlukan dalam jumlah yang
banyak. Sehingga penambahan hormon tumbuh dari luar tidak mempengaruhi
peningkatan keberhasilan okulasi.
Pengaruh Lama Penyimpanan Batang Bawah Terhadap
Keberhasilan Okulasi dan Pertumbuhan Ubi Kayu Mukibat

Tingkat

Analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan lama penyimpanan bahan
tanam batang bawah berpengaruh nyata terhadap peubah amatan kecepatan
bertunas, persentase bertunas, jumlah daun, bobot basah akar dan bobot kering
akar.
Analisis statistik menunjukkan kecepatan bertunas diperoleh rataan
kecepatan bertunas bibit okulasi tercepat pada taraf perlakuan penyimpanan 1
(satu) minggu (P1) yaitu tercepat dengan rataan 12,52 hari dan yang terlama pada

Universitas Sumatera Utara

perlakuan penyimpanan 3 (tiga) minggu dengan rataan 18,67 hari. Dari hasil
pengamatan persentase bertunas diperoleh rataan persentase bertunas bibit okulasi
tertinggi pada taraf perlakuan penyimpanan 1 (satu) minggu (P1) dengan rataan
keberhasilan 85% dan terendah pada taraf perlakuan penyimpanan 3 (tiga) minggu
(P3) dengan rataan keberhasilan 65%. Dan dari hasil pengamatan jumlah daun
diperoleh rataan jumlah daun bibit okulasi terbanyak pada taraf perlakuan
penyimpanan 1 (satu) minggu (P1) dengan rataan 14,38 helai dan perlakuan
terendah pada taraf penyimpanan 3 (tiga) minggu (P3) dengan rataan 12,58 helai.
Analisis statistik menunjukkan bahwa lama penyimpanan berbeda nyata
terhadap ecepatan bertunas, persentase bertunas, jumlah daun, bobot basah akar,
dan bobot kering akar, hal ini dikarenakan lamanya bahan stek disimpan maka
akan semangkin menurunkan kualitas dari stek tersebut, akan terjadi transpirasi
sehingga batang stek akan mengering dan menurunkan daya tumbuh okulasi ubi
mukibat. Dari hasil pengamatan didapatkan bahwa lamanya penyimpanan bahan
tanam akan memperlama munculnya tunas bahkan sampai 4 MST masih ada bibit
okulasi yang belum tumbuh. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sinartani (2011)
yang menyatakan bahwa penundaan waktu tanam hingga 2-4 minggu dari saat
stek dipanen akan mengakibatkan kualitas bibit menjadi rendah karena adanya
gangguan dari mikroba dan kadar air dalam stek sudah sangat rendah sehingga
mengganggu daya tumbuh maupun vigor tanaman. Hal ini juga diduga hormon
yang ada pada tanaman tidak berfungsi dengan baik dikarenakan lamanya
penyimpanan yang membuat sistem jaringan tanaman menjadi tidak normal akibat
respirasi sehingga vigor tanaman menurun, hal ini sesuai dengan pernyataan
Ashari (2006) yang menyatakan sitokinin pada konsentrasi rendah akan

Universitas Sumatera Utara

mendorong kerja auksin yaitu pembentukan akar adventif sedangkan pada saat
auksin rendah akan mendorong pertumbuhan tunas.
Lama penyimpanan bahan tanam okulasi ubi kayu mukibat juga akan
memberikan dampak pada proses pertautan antara batang atas dan batang bawah,
lamanya penyimpanan batang bawah membuat kecepatan bertunas bibit okulasi
menjadi semangkin lama, hal ini dikarenakan selama masa penyimpanan bibit
dapat mengalami penurunan viabilitas dan vigor, karena selama penyimpanan
atau

setelah

pemanenan,

organ

tanaman

masih

melakukan

transpirasi

(Santoso, 2011) dan respirasi sebagai perombakan senyawa kimia seperti
mengubah heksosa menjadi bahan-bahan struktural, cadangan makanan, dan
metabolik yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman
(Gardner et al., 1991).
Analisis statistik menunjukkan bahwa bobot basah akar perlakuan lama
penyimpanan 1 (satu) minggu (P1) yang terberat dengan rataan 26,32 g berbeda
nyata dengan lama penyimpanan 3 (tiga) minggu (P2) yang teringan dengan
rataan 16,46 g, dan bobot kering akar penyimpanan 1 (satu) minggu (P1) yang
terberat dengan rataan 7,21 g berbeda nyata dengan lama penyimpanan 3 (tiga)
minggu (P2) yang teringan dengan rataan 4,05 g, hal ini dikarenakan perakaran
tanaman akan berkembang dengan baik apa bila media tanam baik dan jumlah
daun untuk fotosintesis optimal sehingga pertumbuhan akar akan dapat terpacu
pertumbuhannya. Hal ini sejalan dengan pernyataan Glodsworthy dan Fisher
(1992) yang menyatakan bahwa ubi kayu secara bersama-sama mengembangkan
luas daun dan akar yang secara ekonomi berguna sehingga persediaan
fotosintat/asimilat yang ada dibagi antara pertumbuhan daun dan akar. Hal ini

Universitas Sumatera Utara

berarti ada indeks luas daun optimum untuk pertumbuhan akar. Rekayasa
meningkatkan keseimbangan antara sink dan source dengan menggunakan teknik
mukibat diharapkan dapat meningkatkan hasil tanaman.
Analisis statistik menunjukkan perlakuan lama penyimpanan batang
bawah berpengaruh tidak nyata terhadap diameter tunas, panjang tunas, dan
jumlah umbi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan lama penyimpanan
batang bawah dengan 1 (satu) minggu penyimpanan (P1) merupakan perlakuan
penyimpanan tertinggi dari tiap-tiap peubah amatan, diikuti dengan perlakuan
lama penyimpanan batang bawah 2 (dua) minggu (P2), dan lama penyimpanan 3
(tiga) minggu (P3) merupakan perlakuan yang terendah, hal ini dikarenakan
semangkin lama penyimpanan bahan stek maka akan semangkin menurun kualitas
dan kuantitas dari bahan tanam tersebut. Dari hasil pengamatan penyimpanan
batang bawah selama tiga minggu membuat batang bawah menjadi sedikit
mengering sehingga proses pemulihan luka pada sambungan lama terjadi dan
bahkan tidak terjadi tautan antara batang bawah dan batang atas ubi kayu mukibat,
hal ini dikarenakan berkurangnya kambium akibat proses penguapan yang lebih
lama sehingga kambium tidak dapat bersatu dan membentuk jaringan baru sebagai
transfortasi makanan pada tanaman.

Hal

ini sesuai dengan pendapat

Napitupulu (2013) bahwa jaringan kambium sangat penting pada tanaman, pada
masa pertumbuhan kambium akan membentuk zona kambium dan akan
berkembang membentuk phloem dan xylem. Pembelahan xylem umumnya adalah
periclinal dan membentuk xylem sekunder ke arah luar dan ploem sekunder
kearah dalam. Jika telah terjadi proses penautan maka akan tampak

Universitas Sumatera Utara

pembengkakan pada bagian sambungan dan pada munculnya mata tunas ubi kayu
mukibat.
Pengaruh Interaksi Pemberian Konsentrasi Air Kelapa dan lama
penyimpanan batang bawah
Terhadap Persentase Keberhasilan dan
pertumbuhan Okulasi Ubi Kayu Mukibat
Dari hasil analisis data secara statistik menunjukkan bahwa interaksi
pemberian air kelapa dan lama penyimpanan batang bawah berpengaruh nyata
terhadap jumlah daun dan berpengaruh tidak nyata terhadap kecepatan bertunas,
persentase bertunas, diameter tunas, panjang tunas, bobot segar akar, bobot basah
akar dan jumlah umbi.
Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui bahwa rataan jumlah daun
tertinggi terdapat pada perlakuan konsentrasi air kelapa 50% dan penyimpanan 1
(satu) minggu (K2P1) dengan rataan 15,33 helai, dan perlakuan tanpa air kelapa
(kontrol) dan lama penyimpanan 3 (tiga) minggu (K0P3) merupakan perlakuan
terendah dengan rataan 11,17 helai. Hal ini dikarenakan zat pengatur tumbuh
berperan dalam hal penyatuan kambium sehingga tanaman dapat menjadi satu
kesatuan yang utuh dan mempercepat dalam hal penutupan luka pada tanaman
sehingga tunas okulasi cepat tumbuh dan berkembang dibandingkan

tanpa

pemberian zat pengatur tumbuh, sedangkan perlakuan penyimpanan sejalan
dengan keberhasilan okulasi ubikayu mukibat, semangkin lama penyimpanan
maka proses keberhasilan okulasi semangkin rendah dan menghambat
perkembangan dan pertumbuhan dibandingkan dengan penyimpanan yang tidak
terlalu lama, hal ini memberikan pengaruh yang baik apabila dilakukan pemberian
zat pengatur tumbuh dengan dosis yang tepat dan didukung oleh bahan tanam
yang masih dalam keadaan segar. Hal ini sejalan dengan penelitian

Universitas Sumatera Utara

Lubis et al., (2016) yang menyatakan bahwa sumber pengatur tumbuh yang baik
digunakan ialah air kelapa dengan konsentrasi 50% dibandingkan dengan zat
pengatur tumbuh ektrak bawang merah dan IAA.
Pemberian air kelapa dan lama penyimpanan memberikan efek yang
positif terhadap pertumbuhan dan perkembangan okulasi ubi kayu mukibat.
Konsep zat pengatur tumbuh diawali dengan konsep hormon tanaman. Hormon
tanaman adalah senyawa-senyawa organik tanaman yang dalam konsentrasi yang
rendah mempengaruhi proses-proses fisiologis. Proses-proses fisiologis ini
terutama mengenai pertumbuhan, differensiasi dan perkembangan tanaman.
Proses-proses lain seperti pengenalan tanaman, pembukaan stomata, translokasi
dan serapan hara dipengaruhi oleh hormon tanaman (Dewi, 2008). Pada saat
penyimpanan akan terjadi inisiasi akar. Inisiasi terjadi sesudah bagian batang atau
cabang dipotongan, di daerah bekas potongan tersebut menjadi luka, yang mana
akar adventif selalu terjadi pada bagian tanaman yang bersifat meristematik. Pada
luka ini terjadi diferensiasi sel kembali (Ashari, 2006).

Universitas Sumatera Utara

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Pemberian air kelapa dapat mempercepat waktu bertunas dan meningkatkan
persentase keberhasilan okulasi dan bobot basah akar ubi kayu mukibat.
Konsentrasi air kelapa yang terbaik adalah konsentrasi 50% (K2).
2. Lama penyimpanan bahan tanam batang bawah yang semakin singkat
meningkatkan waktu bertunas, persentase bertunas jumlah daun, bobot basah
akar dan bobot kering akar. Lama penyimpanan terbaik ialah 1 (satu) minggu
penyimpanan (P1).
3. Interaksi pemberian konsentrasi air kelapa dan lama penyimpanan batang
bawah dapat meningkatkan jumlah daun. Interaksi terbaik adalah konsentrasi
air kelapa 50% dan penyimpanan 1 (satu) minggu (K2P1).
Saran
Dari hasil penelitian ini sebaiknya digunakan konsentrasi air kelapa
dengan konsentrasi 50% dan bahan tanam batang bawah yang disimpan kurang
dari 2 minggu.

Universitas Sumatera Utara