Pengaruh Konsentrasi Air Kelapa Dan Waktu Penyimpanan Bahan Tanam Terhadap Persentase Keberhasilan Okulasi Dan Pertumbuhan Ubi Kayu Mukibat

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ubi kayu merupakan komoditas tanaman pangan ketiga setelah padi dan
jagung. Menurut Suwandi (2015) ubi kayu merupakan salah satu bahan pangan
pengganti beras yang cukup penting peranaannya dalam menopang ketahanan
pangan suatu wilayah. Muhammad (2014) menjelaskan juga bahwa di Indonesia,
pemerintah telah mencantumkan dalam jurnal kajian LEMHANNAS RI Tahun
2012 bahwa kebijakan untuk konservasi dan diversifikasi energi adalah suatu
kebijakan yang tepat, dan salah satu bahan penghasil bioetanol tersebut adalah ubi
kayu.
Kendala yang dihadapi para petani ialah belum tepatnya teknologi untuk
meningkatkan produksi ubi kayu. Hal ini dikarenakan sumberdaya alam dan
sumberdaya manusia belum dimanfaatkan secara maksimal serta banyaknya
petani yang beralih komoditi lain. Asnawi dan Arief (2008) melaporkan bahwa di
Provinsi Lampung, salah satu sentra produksi dan industri ubi kayu, telah terjadi
penurunan areal ubi kayu sebesar 10.8% per tahun akibat dari perubahan fungsi
lahan menjadi kelapa sawit, karet, dan padi. Hal ini akan mengganggu pasokan
bahan baku industri ubi kayu.
Salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan ubi kayu adalah
memaksimalkan produktivitas melalui pengembangan ubi kayu mukibat.
Menurut Lubis et al., (2016), dan Roja (2009) penyambungan stek ubi kayu

dengan menggunakan ubi kayu karet (Manihot glasiovii) sebagai batang atas dan
ubi kayu varietas unggul sebagai batang bawah dapat menaikan produktivitas ubi
kayu. Penggunaan ubi karet sebagai batang atas bertujuan agar source potential

Universitas Sumatera Utara

dari

batang

atas

mampu

memasok

sink

capacity


ke

batang

bawah

(Radjit dan Nila, 2008).
Keberhasilan penyambungan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain
hubungan spesies antara batang atas dan batang bawah, teknik penyambungan,
faktor lingkungan, umur tanaman, penyimpanan serta serangan hama dan
penyakit. Penyambungan dengan cara okulasi pada ubi kayu mukibat tingkat
keberhasilannya cukup renda sehingga perlu diberikan zat pengatur tumbuh pada
saat okulasi (Barus, 2003).
Air kelapa merupakan salah satu bahan alami yang mengandung hormon
sitokinin 5,8 mg/l, auksin 0,07 mg/l. (Young et al., 2009 ). Hasil penelitian
Lubis et al., (2016) menyatakan bahwa pemberian air kelapa dengan perlakuan
50% memberikan pengaruh signifikan terhadap tingkat keberhasilan okulasi dan
pertumbuhan ubi kayu sistem mukibat dibandingkan dengan pemberian ZPT
ekstrak bawang merah 100% dan IAA 0,05%.
Kemampuan pertumbuhan batang bawah juga sangat perlu diperhatikan,

sering kali batang bawah yang akan disambung tersedia dalam jumlah yang sangat
banyak sementara para penyambung yang telah mahir hanya dapat menyelesaikan
penyambungan per harinya 150-200 sambungan, hal ini akan membuat batang
bawah semangkin lama tersimpan sehingga dapat mempengaruhi persentase dari
keberhasilan

okulasi

itu

sendiri.

Hal

ini

sejalan

dengan


penelitian

Lubis et al., (2016) bahwa proses okulasi ubi kayu dengan pemberian ZPT dan
tanpa melakukan penyimpanan batang bawah dapat memberikan persentase
keberhasilan 83-97%. Didukung juga dengan pernyataan Sinartani (2011)
mengatakan bahwa Penundaan waktu tanam hingga 2-4 minggu dari saat stek

Universitas Sumatera Utara

dipanen akan mengakibatkan kualitas bibit menjadi rendah karena adanya
gangguan dari mikroba dan kadar air dalam stek sudah sangat rendah sehingga
mengganggu daya tumbuh maupun vigor tanaman. Sehingga perlu dilakukan
penelitian sejauh mana pengaruh penyimpanan terhadap persentase keberhasilan
dari okulasi ubi kayu.
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai tingkat keberhasilan dan pertumbuhan okulasi bibit ubi kayu mukibat
terhadap pemberian zat pengatur tumbuh air kelapa dan lama penyimpanan bahan
tanam.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh konsentrasi air

kelapa dan lama penyimpanan batang bawah berpengaruh nyata terhadap
keberhasilan okulasi dan pertumbuhan ubi kayu mukibat.
Hipotesis Penelitian
Pemberian konsentrasi air kelapa dan lama penyimpanan batang bawah
serta interaksi dari keduannya berpengaruh nyata meningkatkan keberhasilan
okulasi dan pertumbuhan ubi kayu mukibat.
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini berguna untuk memperoleh data penyusunan skripsi sebagai
salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjaana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara dan sebagai bahan informasi bagi pihak yang
membutuhkan.

Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz)
Dalam sistematika tanaman,

ubi kayu


termasuk kedalam kelas

Dicotyledoneae dengan Famili Eupherbiaceae yang mempunyai 7200 spesies.
Beberapa diantaranya mempunyai nilai komersial, seperti karet (Hevea
brasiliensis), jarak (Ricinus comunis dan Jatropa curcas), umbi-umbian (Manihot
spp), dan tanaman hias (Euphorbia spp) (Cock, 1984).
Ubi kayu (Mannihot esculenza Crantz) termasuk tumbuhan berbatang
lunak atau getas (mudah patah), berbatang bulat dan bergerigi yang terjadi pada
bekas pangkal tangkai daun, bagian tengahnya bergabus, tingginya sekitar 1-5 m
tergantung varietas, dan lurus, serta berbuku, warna batang biasanya bervariasi
dari merah kecoklatan sampai hijau (Waluya, 2011).
Selain ubi kayu yang dapat dikonsumsi, terdapat juga ubi kayu karet
(Manihot glaziovii) yang kebanyakan tumbuh liar dan dijadikan sebagai pohon
pelindung atau pagar dilahan pertanian. Pada umumnya tanaman ini memiliki ciri
daun menjari yang tumbuh satu tangkai pada tiap satuan buku yang mulai tumbuh
dan membesar pada usia 5 – 8 HST (Keating dan Evenson, 1979). ubi kayu karet
memiliki kapasitas source potential yang lebih besar, daun besar, dan warna hijau
tua, sehingga tanaman sambungan mempunyai luas daun lebih luas dan laju
fotosintesis lebih besar (Rofiq, 2011).
Sebagai tanaman semak belukar tahunan, ubi racun tubuh setinggi 1-4

meter dengan daun besar yang menjari (palmate) dan memiliki 5 hingga 9 helai
daun. Daunnya bertangkai panjang bersifat cepat gugur (deciduous) dan berumur
paling lama hanya beberapa bulan (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

Universitas Sumatera Utara

Batangnya memiliki pola percabangan yang khas, dengan keragamannya
bergantung pada kultivar. Bagian batang tua memilki duduk daun yang terlihat
jelas. Ruas-ruas batang yang panjang menunjukkan laju pertumbuhan tanaman
cepat (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Syarat Tumbuh
Iklim
Ubi kayu termasuk tanaman tropis yang tumbuh di daerah sekitar 300 LU
sampai 300 LS, tetapi kebanyakan ditanam di daerah 200 LU sampai 200 LS
Pohan (2011). Ubi kayu atau singkong adalah tanaman perdu tahunan yang
ditanam, terutama untuk akar yang berpati, diantara 30 0C garis Lintang Utara dan
Selatan, yakni daerah yang memiliki suhu rata-rata lebih dari 18 0C. Di ketinggian
tempat sampai 300 m dpl tanaman ubi kayu dapat menghasilkan umbi dengan
baik, akan tetapi tidak dapat berbunga. Sementara pada ketinggian 800 m dpl
tanaman ubi kayu dapat menghasilkan bunga dan biji (Rofiq, 2011).

Curah hujan yang sesuai untuk tanaman ini antara 1500-2500 mm/tahun,
kelembaban udara optimal antara 60-65 %, suhu udara minimal 100C (jika kurang,
pertumbuhan tanaman akan terhambat dan kerdil karena pertumbuhan bunga
kurang sempurna), dan membutuhkan sinar matahari sekitar 10 jam/hari
(Purwono dan Purnamawati, 2008).
Tanah
Tanah yang sesuai untuk ubi kayu adalah tanah yang berstuktur remah,
gembur, tidak terlalu liat, tidak terlalu poros, dan kaya bahan organik. Jenis tanah
yang sesuai untuk tanaman ubi kayu adalah jenis aluvial, latosol, podsolik merah
kuning, mediteran, grumosol, dan andosol. Derajat kemasaman (pH) tanah yang

Universitas Sumatera Utara

sesuai untuk budidaya ubi kayu berkisar antara 4,5-8,0 dengan pH ideal 5,8 Pada
umumnya tanah di Indonesia ber-pH rendah (asam), yaitu berkisar 4,0-5,5,
sehingga seringkali dikatakan cukup netral bagi suburnya ubi kayu (Pohan, 2011).
Ubi Kayu Mukibat
Ubi kayu mukibat adalah ubi kayu hasil sambungan dari batang bawah ubi
kayu (Manihot sp) yang dapat dikonsumsi dengan ubi kayu karet (Manihot
glaziovii). Nama mukibat diambil dari penemu teknologi tersebut bapak Mukibat,

seorang petani yang hidup dan tinggal di daerah Ngadiloyo, kabupaten Kediri
pada periode 1903-1966. Menurut

penduduk setempat

bapak Mukibat

mendapatkan ide menyambung ubi karet ke ubi kayu biasa setelah mengikuti
kursus yang diberikan Petugas Penyuluh Pertanian dimana kepada setiap
partisipan ditugasi secara individual menyambung tanaman (Balitkabi, 2010).
Ubi kayu mukibat merupakan tanaman hasil sambung atau grafting dan
okulasi atau budding antara ubi kayu karet sebagai batang atas dan ubi kayu biasa
sebagai batang bawah. Penempelan atau okulasi (budding) adalah penggabungan
dua bagian tanaman yang berlainan sedemikian rupa sehingga menjadi satu
kesatuan yang utuh dan tumbuh sebagai satu tanaman setelah terjadi regenerasi
jaringan pada bekas luka sambungan atau tautannya. Bagian bawah (yang
mempunyai perakaran) yang menerima sambungan disebut batang bawah
(rootstock atau understock) atau sering disebut stock. Bagian tanaman yang
ditempelkan atau disebut batang atas, entres (scion) dan merupakan potongan satu
mata tunas (entres) (Purnomo, 2009).

Masalah yang sering timbul dalam pelaksanaan sambung mata tunas
okulasi (Budding) menurut Ashari (2006) adalah sukarnya kulit kayu batang

Universitas Sumatera Utara

bawah dibuka, terutama pada saat tanaman dalam kondisi pertumbuhan aktif,
yakni pada saat berpupus atau daun-daunnya belum menua. Hal ini berkaitan
dengan kondisi fisiologis tanaman. Sebaiknya okulasi dilakukan saat tanaman
dalam kondisi dorman. (Hartmann et al., 1997).
Pemilihan ubi karet sebagai batang atas dengan dasar bahwa ubi kayu
karet memiliki kapasitas source potential yang lebih besar, daun besar, dan warna
hijau tua, sehingga tanaman sambungan mempunyai luas daun lebih luas dan laju
fotosintesis lebih besar (Rofiq, 2011). Hal inisejalan dengan pernyataan Rofiq
(2011) bahwa ubi kayu karet sebagai batang atas dengan morfologi daun yang
lebih luas dan hijau berarti mempunyai kemampuan untuk mempertahankan
fotosintesisnya sampai laju maksimum untuk jangka waktu yang panjang. Pada
tanaman ubi kayu penyimpanan dalam akar terjadi apabila daun secara
fotosintesis aktif, bukan pada saat laju fotosintesisnya menurun karena umur
tanaman.
Ubi kayu secara bersama-sama mengembangkan luas daun dan akar yang

secara ekonomi berguna sehingga persediaan fotosintat/asimilat yang ada dibagi
antara pertumbuhan daun dan akar. Hal ini berarti ada indeks luas daun optimum
untuk pertumbuhan akar. Rekayasa meningkatkan keseimbangan antara sink dan
source dengan menggunakan teknik mukibat diharapkan dapat meningkatkan
hasil tanaman (Glodsworthy dan Fisher, 1992).
Namun ada beberapa hal atau kendala petani untuk membudidayakan ubi
mukibat, antara lain: (1) petani belum terampil membuat bibit, (2) tanaman ubi
kayu karet sebagai batang atas tidak selalu tersedia di setiap daerah, (3) lubang
tanam lebih dalam dan besar, (4) pada daerah yang anginnya cukup kencang

Universitas Sumatera Utara

diperlukan penyangga agar tidak patah, dan (5) kesulitan panen karena umbi lebih
besar dan panjang (Lubis et al., 2016).
Air Kelapa
Air kelapa merupakan salah satu bahan alami yang mengandung hormon
sitokinin 5,8 mg/l, auksin 0,07 mg/l. (Young et al., 2009). Senyawa lain yang
terdapat dalam air kelapa adalah protein, lemak, mineral, karbohidrat, bahkan
lengkap dengan vitamin C dan B kompleks . (Ningsih et al., 2010). Air kelapa
juga dapat dimanfaatkan untuk memacu pertumbuhan baik pertunasan maupun
perakaran pada berbagai jenis tanaman (Marpaung dan Hutabarat, 2015).
Konsep zat pengatur tumbuh diawali dengan konsep hormon tanaman.
Hormon tanaman adalah senyawa-senyawa organik tanaman yang dalam
konsentrasi yang rendah mempengaruhi proses-proses fisiologis. Proses-proses
fisiologis ini terutama mengenai pertumbuhan, differensiasi dan perkembangan
tanaman. Proses-proses lain seperti pengenalan tanaman, pembukaan stomata,
translokasi dan serapan hara dipengaruhi oleh hormon tanaman (Dewi, 2008).
Pada umumnya auksin mengontrol pertumbuhan dan perkembangan
tumbuhan, yang mempengaruhi: pembelahan sel, perpanjangan sel dan
differensiasi sel. Menengahi respon fisiologis berjangka pendek dari tumbuhan
terhadap stimulus lingkungan. Mempunyai efek ganda, tergantung pada tempat
kegiatannya,

konsentrasinya

dan

stadia

perkembangan

tumbuhan

(Santoso, 2010).
Sitokinin berfungsi untuk memacu pembelahan sel dan

pembentukan

organ. Sitokinin merupakan phyitohormon yang mendorong pembelahan sel
(sitokinesis), membantu dalam aktivitas meristem akar, membantu dalam proses

Universitas Sumatera Utara

fotosintesis, pertumbuhan daun, mobilitas nutrisi, pertumbuhan akar dan
membantu merespon pada saat tanaman mengalami stres (Young et al., 2009).
Penyimpanan Bahan Tanam
Pada saat penyimpanan akan terjadi inisiasi akar. Inisiasi terjadi sesudah
bagian batang atau cabang dipotongan, di daerah bekas potongan tersebut menjadi
luka, yang mana akar adventif selalu terjadi pada bagian tanaman yang bersifat
meristematik. Pada luka ini terjadi diferensiasi sel kembali (Ashari, 2006).
Dalam penyimpanan perlu diperhatikan temperatur dan kelembaban,
temperatur yang tinggi pada saat penyimpanan akan mengakibatkan kerusakan
pada bahan tanaman. Karena akan memperbesar terjadinya penguapan zat cair.
Umumnya temperatur penyimpanan dipengaruhi langsung oleh temperatur udara
pada tempat penyimpanan. Temperatur dan kandungan air yang tinggi akan
meningkatkan kegiatan respirasi benih dan menghasilkan panas serta CO2
(Manurung, 2007).
Pada ubi kayu sendiri bibit/stek yang sudah dipanen sebaiknya segera
dipinggirkan dan ditempatkan secara tegak dalam posisi terbalik ditempat yang
teduh seperti di bawah pohon/teras yang terlindung dari panas matahari secara
langsung. Membiarkan bibit di bawah terik matahari akan mengakibatkan stek
menjadi kering. Penundaan waktu tanam

hingga 2-4 minggu dari saat stek

dipanen akan mengakibatkan kualitas bibit menjadi rendah karena adanya
gangguan dari mikroba dan kadar air dalam stek sudah sangat rendah sehingga
mengganggu daya tumbuh maupun vigor tanaman (Sinartani, 2011).
Selama masa penyimpanan bibit dapat mengalami penurunan viabilitas
dan vigor, karena selama penyimpanan atau setelah pemanenan, organ tanaman

Universitas Sumatera Utara

masih melakukan transpirasi (Santoso, 2011) dan respirasi sebagai perombakan
senyawa kimia seperti mengubah heksosa menjadi bahan-bahan struktural,
cadangan makanan, dan metabolik yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan
perkembangan tanaman (Gardner et al., 1991).

Universitas Sumatera Utara