Dampak Perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) Terhadap Jumlah Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (Periode 2014-2016) di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang gencar melakukan
pembangunan di beberapa sektor yang ada didalamnya agar pembangunan yang
dilakukan dapat berjalan dengan lancar, maka diperlukan pendanaan yang cukup
memadai pula dan salah satu sumber pendapatan negara adalah berasal dari sektor
pajak (Husni, 2008).
Target penerimaan negara dari sektor pajak setiap tahun semakin
meningkat, hal ini dapat dilihat dari APBN. semakin meningkatnya target
penerimaan pajak, berarti pemerintah masih dapat melakukan upaya-upaya untuk
menggali potensi pajak dan mengoptimalkan penerimaan pajak (Husni,2008)
Penghasilan Tidak Kena pajak (PTKP) merupakan jumlah penghasilan
tertentu yang tidak kena pajak.Untuk menghitung besar penghasilan kena pajak
wajib pajak orang pribadi dalam negeri, penghasilan netonya dikurangi dengan
jumlah Penghasilan Tidak Kena Pajak (Siti Resmi, 2013:96). Dalam perpajakan
nasional, cost of living atau perlambang biaya hidup minimum selama satu tahun
diwujudkan dalam bentuk Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP). Oleh karena
itu, PTKP merupakan bagian tak terpisahkan dari Pajak Penghasilan (PPh) orang
pribadi (Indraaya, 2012).
Penerimaan dari sumber pajak sangat ditentukan oleh faktor eksternal dan

internal. Faktor eksternal terdiri dari variabel pertumbuhan ekonomi, tingkat

1
Universitas Sumatera Utara

2

inflasi, nilai tukar rupiah, harga minyak internasional, produksi minyak mentah
internasional, tingkat suku bunga, sedangkan faktor internal meliputi variabel
dasar pengenaan pajak (tax base) atau objek pajak dan tarif pajak pajak
(Herdiyanto,2002:72).
Terdapat beberapa faktor yang dijadikan sebagai dasar pertimbangan
untuk melakukan penyesuaian PTKP. Pertama adalah perkembangan harga
kebutuhan pokok masyarakat. salah satu tolak ukur kebutuhan pokok masyarakat
adalah besaran Upah Minimum Propinsi (UMP) yang besarannya ditetapkan
dengan didasarkan atas Kebutuhan Hidup Layak (KLH) dan memperhatikan
produktivitas dan pertumbuhan ekonomi.
Pertimbangan lain mengenai perlunya perubahan PTKP adalah terkait
dengan perlunya kebijakan stimulus fiskal untuk mengantisipasi perlambatan
ekonomi global, sebagai dampak krisis finansial Eropa dan Amerika Serikat

tersebut, telah menyebabkan penurunan tingkat ekspor, dan berdampak pada
tidak terserapnya produk dalam negeri. Dengan demikian, disamping untuk
mengantisipasi penurunan daya beli masyarakat, kebijakan penyesuaian PTKP
merupakan salah satu kebijakan stimulus fiskal. Dengan adanya stimulus fiskal ini
diharapkan akan meningkatkan daya beli masyarakat yang kemudian akan
berdampak pada peningkatan investasi dan produk domestik bruto.
Atas
penyesuaian

dasar

perimbangan-pertimbangan

besarnya

PTKP

sebagaimana

tersebut,

diatur

maka

dalam

ditetapkan
PMK

NO

101/PMK.010/2016. Kebijakan untuk menaikkan PTKP ini perlu didukung oleh

Universitas Sumatera Utara

3

berbagai pihak karena berimplikasi positif bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Pemerintah, sejak awal ditetapkannya UU PPh telah melakukan penyesuaian
besaran PTKP sebanyak tujuh kali dimana dalam satu dekade terakhir saja telah

terjadi penyesuaian sebanyak empat kali, yakni pada 2006, 2009, 2013, 2015.
Kebijakan penyesuian PTKP dilatarbelakangi oleh kondisi perekonomian
yang menunjukkan kecenderungan perlambatan sejak tahun 2013. Hingga pada
triwulan I tahun 2016 perekonomian hanya muncul sebesar 4,9 persen dari target
APBN. Kinerja ekonomi negara mitra dagang utama yang melambat, seperti
Amerika Serikat dan Tiongkok, menjadi salah satu perlambatan pertumbuhan
ekonomi nasional.
Pada Tanggal 24 Juni 2016 Kementerian Keuangan Republik Indonesia
secretariat Jenderal Biro Komunikasi dan Layanan Informasi mengeluarkan siaran
pers No.31/KLI/2016 terkait Penghasilan Tidak Kena Pajak Naik .
Dari sisi penerimaan pajak, naiknya PTKP berarti akan menurunkan
Penghasilan Kena Pajak (PKP). Sehingga, konsekuensinya akan ada penurunan
penerimaan PPh Orang Pribadi dibandingkan proyeksi penerimaan yang
seharusnya dapat diperoleh. untuk mengantisipasi berkurangnya penerimaan PPh,
DJP dapat melakukan ekstensifikasi. salah satunya melalui pengampunan pajak
(Tax Amnesty) untuk menambah jumlah wajib pajak dan meningkatkan kesadaran
serta kepatuhan wajib pajak itu sendiri. Kebijakan tax amnesty di harapkan
mampu memberikan makna baru keadilan, yaitu dengan menambah jumlah wajib
pajak sehinggan bukan hanya wajib pajak orang pribadi karyawan menengah


Universitas Sumatera Utara

4

kebawah yang memberikan kontribusi perpajakan melainkan juga menjaring
wajib pajak baru non karyawan yang selama ini menyembunyikan harta dan
menghindari pajak.
Namun pemerintah memandang perlu untuk memberikan stimulus
ekonomi guna mendorong peningkatan permintaan keseluruhan pada saat kondisi
ekonomi sedang dalam perlambatan. sekaligus mendorong membesarnya tax base
dari penerimaan PPN.
Dari sisi ekonomi makro kenaikan PTKP bisa berdampak positif,terutama
pada naiknya pendapatan siap belanja (disposable income). sehingga pada
gilirannya akan mendorong permintaan baik melalui konsumsi rumah tangga
maupun investasi.
Pada akhirnya kebijakan untuk menaikkan PTKP Perlu didukung bersama,
selain untuk memberikan perlindungan kepada para pekerja dan pegawai dengan
penghasilan di bawah 4,5 juta per bulan, lebih lanjut kebijakan ini diharapkan
dapat menjadi motor penggerak roda perekonomian Indonesia. Dengan adanya
langkah strategis yang sedang, tengah, dan akan dilakukan oleh DJP untuk

mengantisipasi potensial loss kebijakan kenaikan batas PTKP ini sudah pada track
yang benar. Kebijakan yang saling beriringan ini akan menjadi strategi yang baik
untuk

mengamankan

penerimaan

Negara

(APBN)

sehingga

stabilitas

perekonomian terjaga dan target penerimaan pajak tercapai.
Melihat permasalahan diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
yang hasilnya akan ditulis dalam bentuk laporan Tugas Akhir dengan judul


Universitas Sumatera Utara

5

“Dampak Perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) Terhadap
Jumlah Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (Periode 2014-2016)
di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia”.

B. Tujuan dan Manfaat Tugas Akhir
1.

Tujuan Tugas Akhir

a. Untuk mengetahui Bagaimana Dampak perubahan PTKP berpengaruh
terhadap penerimaan

Pajak Penghasilan Orang Pribadi

di Kantor


Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia
b. Untuk mengetahui Apa saja Kendala yang dihadapi dalam mencapai
target Penerimaan pajak dengan adanya perubahan PTKP baik bagi
fiskus maupun wajib pajak Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Medan Polonia
c. Untuk mengetahui masalah yang terjadi jika kenaikan PTKP tidak
didukung dengan tingkat kesadaran wajib pajak di Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Medan Polonia
2.

Manfaat Tugas Akhir :
2.1.

Bagi Mahasiswa
a.

Menambah wawasan dan pengetahuan khususnya mengenai
“Dampak Perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
Terhadap jumlah penerimaan Pajak Penghasilan


Orang

Pribadi periode 2014-2016 di Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Medan Polonia.”

Universitas Sumatera Utara

6

b.

Memperluas ilmu pengetahuan dan sebagai sarana penerapan
teori yang telah di peroleh di bangku kuliah kedalam praktek
yang

sesungguhnya,

khususnya

dalam


melakukan

perhitungan besarnya pajak terutang yang dilakukan wajib
pajak orang pribadi.
c.

Meningkatkan motivasi belajar mahasiswa dalam bidang
perpajakan seiring dengan ketentuan dan peraturan yang
sewaktu-waktu dapat berubah.

2.2

Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan
FISIP USU
a.

Memperluas pandangan masyarakat terhadap sumber Daya
Manusia (SDM) yang dihasilkan dari lembaga pendidikan
nasional khususnya: Diploma III Administrasi Perpajakan

FISIP USU.

b.

Untuk menciptakan rasa tanggung jawab, profesionalitas
serta kedisiplinan yang nantinya sangat di butuhkan ketika
memasuki dunia kerja yang sebenarnya.

c.

Untuk meningkatkan interaksi antara mahasiswa, dosen,
program Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu
sosial dan Ilmu politik Universitas Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara

7

2.3. Bagi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia
a.

Membina kerja sama antara Lembaga Pendidikan Perguruan
Tinggi dengan instansi Pemerintah khususnya di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia.

b.

Memberikan

informasi

kepada

pihak-pihak

yang

membutuhkan dan dapat sebagai bahan masukan informasi
kepada para pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan
Polonia untuk di jadikan panduan mengenai kemauan dan
kemampuan Wajib Pajak dalam membayar pajak.
c.

Memberi kontribusi yang baik bagi Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Medan Polonia dalam meningkatkan potensi pajak
yang ada dan dapat meningkatkan pelayanan bagi para wajib
pajak.

C. Uraian Teoritis
1. Pengertian Pajak
Pajak menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah: Pajak adalah kontribusi wajib
kepada Negara dan yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapat timbal balik
secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesarbesarnya kemakmuran rakyat.

Universitas Sumatera Utara

8

2. Sistem Pemungutan Pajak
Sistem pemungutan pajak di Indonesia sesuai dengan asas pemungutan
pajak menganut system pemungutan pajak Self Assessment System dan
Withholding Assesment System.
a.

Official Assessment Sistem adalah sistem pemungutan
pajak ini memberikan wewenang kepada pemerintah
(petugas pajak) untuk menentukan besarnya pajak yang
terutang oleh wajib pajak. sistem pemungutan pajak ini
sudah tidak berlaku lagi setelah reformasi perpajakan pada
tahun 1984. Ciri- ciri sistem pemungutan pajak ini adalah :
pajak terutang di hitung oleh wajib pajak
1)

wajib pajak bersifat pasif

2)

Hutang

pajak

menghitung

timbul

pajak

setelah

yang

petugas

terutanng

pajak
dengan

diterbitkannya surat ketetapan pajak.
b.

Self Assessment System adalah system pemungutan pajak
ini memberikan wewenang sendiri, dan membayar sendiri
pajak yang seharusnya dibayar. Ciri-ciri sistem pemungutan
pajak ini adalah :
1) pajak yang terutang di hitung sendiri oleh wajib pajak
2) wajib pajak bersifat aktif dengan melaporkan dan
3) Membayar sendiri pajak terutang yang seharusnya di
bayar.

Universitas Sumatera Utara

9

c.

Withholding system adalah sistem pemungutan pajak yang

memberikan wewenang kepada pihak lain atau pihak ketiga yang
memotong dan memungut besarnya pajak yang terutang oleh wajib
pajak.
3. Pajak Penghasilan ( PPh) Pasal 21
Pajak Penghasilan Pasal 21 merupakan pajak penghasilan ( PPh) yang
dikenakan atas jasa penghasilan berupa gaji, honorarium, tunjangan, dan
pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan
pekerjaan, jasa, kegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak Orang Pribadi
Dalam Negeri. PPh pasal 21 dipotong, di setor, dan dilaporkan oleh pemotong
yaitu : Pemberi Kerja, bendaharawan Pemerintah, dana pensiun Perusahaan,
dan Penyelenggara kegiatan. PPh 21 yang telah dipotong dan disetorkan
dengan benar oleh pemberi kerja atas penghasilan yang diterima atau
diperoleh sehubungan dengan pekerjaan dari satu pemberi kerja merupakan
pelunasan pajak yang terutang untuk tahun pajak yang bersangkutan.
Dasar Hukum pengenanaan PPh Pasal 21 Undang- Undang Pajak
Penghasilan, Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor 68 Tahun 2009
tentang pemotongan PPh Pasal 21 atas penghasilan berupa uang pesangon,
Uang Tebusan Pensiun, dan Tunjangan Hari Tua (JHT) beserta peraturan
pelaksanaannya akan selalu dilakukan pembaharuan sejalan dengan di
berlakukannya undang-undang Pajak.

Universitas Sumatera Utara

10

Penghasilan hasil reformasi perundang-undangan yang berlaku per 1
Januari 2009 yaitu Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak
Penghasilan. Berdasarkan UU No.36 Tahun 2008 tentang Pajak atas
Penghasilan Kena Pajak adalah seperti tabel berikut :
Tabel 1.1 Lapisan Penghasilan Kena Pajak dan Tarif

Lapisan Penghasilan Kena Pajak

Tarif Pajak

Sampai dengan Rp 50.000.000,-

5%

Diatas Rp 50.000.000 - Rp 250.000.000

15%

Diatas Rp 250.000.000 - Rp 500.000.000

25%

Diatas Rp 500.000.000,-

30%

4. Penghasilan Tidak Kena Pajak ( PTKP )
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) adalah besarnya penghasilan yang
menjadi batasan tidak kena pajak bagi wajib pajak orang pribadi, dengan kata
lain apabila penghasilan Neto wajib pajak orang pribadi yang menjalankan
usaha

dan/atau pekerjaan bebas jumlahnya dibawah PTKP tidak akan

dikenakan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25/29 dan apabila berstatus sebagai
pegawai atau penerima penghasilan sebagai objek PPh Pasal 21. Besarnya
PTKP untuk Tahun 2014, 2015,2016 terdiri dari :
a. Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) untuk tahun pajak
2014 adalah sebagai berikut :
1) Rp 24.300.000,00 ( dua puluh empat juta tiga ratus ribu rupiah)
untuk diri wajib pajak orang pribadi;

Universitas Sumatera Utara

11

2) Rp 2.025.000,00 (dua juta dua puluh lima ribu rupiah) tambahan
untuk wajib pajak yang kawin;
3) Rp 24.300.000,00 (dua puluh empat juta tiga ratus ribu rupiah)
Tambahan untuk seorang isteri yang penghasilannya digabung
dengan penghasilan suami sebagaimana dimaksud dalam pasal 8
ayat (1) Undang-Undang Nomor 36 tahun 2008 Tentang Pajak
Penghasilan;
4) Rp 2.025.000,00 (dua juta dua puluh lima ribu rupiah) tambahan
untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda
dalam garis keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi
tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga) orang untuk
setiap keluarga.
b. Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak ( PTKP) untuk tahun pajak
2015 sebagai berikut :
1) Rp 36.000.000,00 (Tiga puluh enam juta rupiah) untuk diri wajib
pajak orang pribadi;
2) Rp 3.000.000,00 (Tiga juta rupiah) tambahan untuk wajib pajak
yang kawin;
3) Rp 36.000.000,00 (Tiga puluh enam juta rupiah) tambahan untuk
seorang

isteri

yang

penghasilannya

di

gabung

dengan

penghasilan suami sebagaimana di maksud dalm pasal 8 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak
Penghasilan ;

Universitas Sumatera Utara

12

4) Rp 3.000.000,00 (tiga juta rupiah) tambahan untuk setiap
anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis
keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi tanggungan
sepenuhnya, paling banyak 3(tiga) orang setiap keluarga.
c. Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) untuk tahun pajak
2016 sebagai berikut :
1) Rp 54.000.000,00 (lima puluh empat juta rupiah) untuk diri
wajib pajak orang pribadi;
2) Rp 4.500.000,00 (empat juta lima ratus rupiah) tambahan untuk
wajib pajak yang kawin;
3) Rp 54.000.000,00 (lima puluh empat juta rupiah) tambahan
untuk seorang isteri yang penghasilannya di gabung dengan
penghasilan suami sebagaimana di maksud dalam pasal 8 ayat
(1) Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak
Penghasilan;
4) Rp 4.500.000,00 (empat juta lima ratus ribu rupiah ) tambahan
untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda
dalam garis keturunan lurus serta anak angkat yang menjadi
tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3(tiga) orang untuk
setiap keluarga.

Universitas Sumatera Utara

13

5. Pengertian Kesadaran wajib Pajak
Kesadaran wajib pajak adalah suatu kondisi dimana wajib pajak
mengetahui, mengakui, menghargai, dan mentaati ketentuan perpajakan yang
berlaku serta memiliki kesungguhan dan keinginan untuk memenuhi
kewajiban pajaknya.
Wajib pajak dikatakan memiliki kesadaran apabila (Manik Asri, 2009) :
a. Mengetahui adanya undang-undang ketentuan perpajakan
b. Mengetahui fungsi pajak untuk pembiayaan Negara
c. Memahami bahwa kewajiban perpajakan harus dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku
d. Memahami fungsi pajak untuk pembiayaan Negara
e. Menghitung, membayar, melaporkan pajak dengan sukarela
f. Menghitung, membayar, melapor pajak dengan benar
6. Dampak Perubahan PTKP pada perekonomian ditinjau dari sudut
pandang perpajakan
Disamping

pengaruhnya

terhadap

penerimaan

Perpajakan,

peningkatan PTKP dipandang memiliki dampak bagi perekonomian secara
makro karena dengan naiknya PTKP sebagai angka pengurang dalam
perhitungan pajak penghasilan orang pribadi,maka pajak yang dibayarkan
wajib pajak orang pribadi akan lebih kecil.pengaruhnya pada disposable
income atau daya beli masyarakat akan meningkat.sebagaimana penelitian
Ramli (2006) bahwa perubahan PTKP menyebabkan kenaikan disposable

Universitas Sumatera Utara

14

income sebesar 2,63%. Disposable Income dapat diartikan sebagai
penghasilan yang dapat dibelanjakan rumah tangga.

PPN dan PPNBM menjadi salah satu indikator karena konsumsi
rumah tangga berupa barang terdapat bagian PPN atau PPNBM (untuk
barang-barang mewah) didalamnya. Kemudian PPh 4 ayat (2) pun cukup
menggambarkan pengaruh kenaikan PTKP karena semakin kecil pajak yang
dibayarkan rumah tangga,maka rumah tangga akan memiliki uang yang
banyak untuk melakukan investasi atau simpanan,seperti deposito, obligasi,
surat utang negara, dan lain-lain. Hasil investasi tersebut tentu dikenakan
pajak.

D. Ruang Lingkup Tugas Akhir
Adapun yang menjadi ruang lingkup Tugas Akhir adalah Sebagai berikut:
1. Dampak perubahan PTKP berpengaruh terhadap penerimaan pajak
penghasilan orang pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan
Polonia.
2. Kendala yang dihadapi dalam mencapai target penerimaan pajak dengan
adanya perubahan PTKP baik bagi fiskus maupun wajib pajak di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia.
3. Masalah yang terjadi jika kenaikan PTKP tidak didukung dengan tingkat
kesadaran wajib pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

Universitas Sumatera Utara

15

E. Metode Penelitian
1. Jenis Data
Data dalam laporan ini dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu:
a. Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber-sumber asli,
hasil wawancara yang kompeten.
b. Data Sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti
dari sumber yang telah ada misalnya, studi kepustakaan dan
dokumentasi.

2. Sumber Data
a. Studi Literatur (Kepustakaan)
Dasar teori yang mendukung laporan ini menyangkut masalah yang
dibahas yang berasal dari buku-buku, peraturan perundang-undangan
perpajakan, artikel ilmiah, catatan-catatan maupun bahasa tertulis
yang berhubungan dengan Laporan Tugas akhir ini.
b. Observasi Lapangan
Pada tahapan ini penulis melakukan pengamatan secara langsung dan
pencatatan sesuai sistematis terhadap data yang ada Pada Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia.

3. Metode Pengumpul Data
a. Data Observasi

Universitas Sumatera Utara

16

Dalam metode ini Penulis langsung turun kelapangan Untuk
mengamati, mendengarkan, serta mencatat dan menyimpulkan
mengenai hal-hal yang berhubungan dengan laporan ini.
1) Data Wawancara
Penulis mengajukan pertanyaan-pertanyaan langsung kepada
pihak-pihak KPP yang dianggap mampu memberikan masukan
data dan informasi yang diberikan bagi penyusunan laporan ini
2) Data Dokumentasi
Kegiatan yang mengumpulkan dokumen atau informasi yang
berhubungan dengan objek yang dianggap sebagai bukti otentik
yang dianggap sah dalam melengkapi Laporan Tugas Akhir.

4. Alat Pengumpul Data
Dalam

pengumpulan

data,

penulis

menggunakan

beberapa

alat

pengumpul data, seperti : dengan melakukan pencatatan, merekam dan
memotret serta melakukan wawancara dengan beberapa informan terkait.

5. Informan Penelitian
Adapun informan yang membantu penulis dalam mengumpulkan data
terbagi menjadi dua, yaitu :
a. Kepala KPP Pratama Medan Polonia dan fiskus sebagai informan
kunci (key informan), dan
b. Masyarakat sebagai informan tambahan

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Perusahaan Penghasilan Tidak Kena Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi Di Kota Medan

3 113 105

Pengaruh Perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak (Ptkp) Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan (Pph) Pasal 21 Di Kantor Pelayanan Pajak (Kpp) Pratama Lubuk Pakam

6 123 67

Tinjauan Atas Penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 21 Setelah Penyesuaian Penghasilan Tidak Kena Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

2 74 70

Pengaruh Perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) Orang Pribadi Terhadap Penerimaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai

0 2 3

Pengaruh Perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) Orang Pribadi Terhadap Penerimaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai

2 3 12

Pengaruh Perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) Orang Pribadi Terhadap Penerimaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai

0 3 20

Pengaruh Perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) Orang Pribadi Terhadap Penerimaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai

2 2 9

Dampak Perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) Terhadap Jumlah Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (Periode 2014-2016) di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

0 0 2

Dampak Perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) Terhadap Jumlah Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (Periode 2014-2016) di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

0 0 12

Dampak Perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) Terhadap Jumlah Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (Periode 2014-2016) di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

0 0 11