Analisis Pengaruh Perusahaan Penghasilan Tidak Kena Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi Di Kota Medan

(1)

ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN PENGHASILAN TIDAK KENA

PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN

ORANG PRIBADI DI KOTA MEDAN

T E S I S

Oleh

LENNY HERLINA SIANIPAR

107018017 / EP

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2012


(2)

ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN PENGHASILAN TIDAK KENA

PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN

ORANG PRIBADI DI KOTA MEDAN

T E S I S

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ilmu Ekonomi Pembangunan pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara

Oleh

LENNY HERLINA SIANIPAR

107018017 / EP

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2012


(3)

Judul Tesis : ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI DI KOTA MEDAN

Nama Mahasiswa : Lenny Herlina Sianipar Nomor Pokok : 107018017

Program Studi : Magister Ekonomi Pembangunan

Menyetujui, Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Ramli, S.E., M.S. Ketua

) (Dr. Bastari, S.E., M.M. Anggota

)

Ketua Program Studi, Direktur,

(Prof. Dr.Sya’ad Afifuddin, S.E., M.Ec.) (Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE)


(4)

Telah diuji pada

Tanggal: 13 November 2012

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Ramli, S.E., M.S. Anggota : 1. Dr. Bastari, S.E., M.M.

2. Prof. Dr.Sya’ad Afifuddin, S.E., M.Ec. 3. Dr. Rahmanta, M.Si.


(5)

PERNYATAAN

ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN ORANG

PRIBADI DI KOTA MEDAN

Dengan ini penulis menyatakan bahwa tesis ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya penulis sendiri.

Adapun pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan tesis ini, telah penulis cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian tesis ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang penulis sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Medan, November 2012 Penulis,

Lenny Herlina Sianipar Materai


(6)

ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI

DI KOTA MEDAN

ABSTRAK

Penghasilan Tidak Kena Pajak merupakan pengurang penghasilan neto yang hanya diberikan terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi sesuai dengan Pasal 6 (3) Undang-Undang Pajak Penghasilan dan besarnya ditentukan oleh Menteri Keuangan. Penghasilan Tidak Kena Pajak ini diberikan dengan maksud sebagai biaya hidup yang digunakan oleh Wajib Pajak tersebut. Hingga saat ini pemerintah telah beberapa kali memutuskan untuk mengubah nominal nilai Penghasilan Tidak Kena Pajak. Perubahan regulasi perpajakan tersebut mengacu pada adanya pertimbangan bahwa besaran Penghasilan Tidak Kena Pajak sudah tidak sesuai lagi dengan kondisi ekonomi, pertimbangan lain adalah agar jumlah penerimaan negara dari sektor pajak meningkat sekaligus mempengaruhi kuantitas dari Wajib Pajak. Hal ini didasarkan pada teori ekonomi yang menyatakan bahwa perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak akan memotivasi orang untuk bekerja, belanja dan menabung yang akan meningkatkan investasi. Meningkatnya investasi akan meningkatkan sektor riil yang akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang berarti akan meningkat pula penerimaan negara dari sektor pajak. Latar belakang tersebut merupakan alasan dilakukan penelitian ini. Adapun tujuan penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak terhadap penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi di Kota Medan. (2) Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh perubahan penghasilan terhadap penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi di Kota Medan. (3) Untuk mengetahui dan menganalisis multiplier effect perubahan konsumsi terhadap penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi di Kota Medan. (4) Untuk mengetahui dan menganalisis multiplier effect perubahan saving terhadap penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi di Kota Medan. (5) Untuk mengetahui dan menganalisis berapa potential loss jumlah Wajib Pajak yang disebabkan oleh perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa: Variabel Perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak, Perubahan Penghasilan, Perubahan Konsumsi, dan Perubahan Saving secara langsung dan bersama-sama (simultan) mampu memberikan pengaruh yang signifikan terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi.

Kata kunci: Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi, Penghasilan Tidak Kena Pajak, penghasilan, konsumsi, saving, jumlah Wajib Pajak.


(7)

ANALYSIS OF THE INFLUENCE OF PERSONAL EXEMPTION TO THE INDIVIDUAL INCOME TAX IN MEDAN CITY

ABSTRACT

Personal exemption is a deduction from net income that is only given to the taxpayer in accordance with Article 6 (3) of Income Tax Law and is determined by The Ministry of Finance. Exemption is granted for the purpose of the cost living which is used by the taxpayer. Until now the government has decided to change the number of times the nominal value of exemption. Changes in tax regulations refers to the amount of consideration that the exemption is no longer appropriate to the economic conditions, another consideration is that the amount of state income tax revenue increases as well as affect the quantity of the taxpayer. It is based on economic theory which states that the change in exemption would motivate people to work, shopping and saving that will increase investment. Increased investment will increase the real sector that will enhance economic growth means it will also increase tax revenues from the sector. The background is a reason for this research. The objectives of this study were: (1) To identify and analyze the effect of changes in the personal exemption Personal Income Tax revenue in Medan. (2) To identify and analyze the effect of changes in income on Personal Income Tax revenue in Medan. (3) To identify and analyze the multiplier effect of the change in consumption to the Personal Income Tax revenue in Medan. (4) To identify and analyze the multiplier effect saving changes to the Personal Income Tax revenue in Medan. (5) To identify and analyze how potential losses amount the taxpayer caused by changes in exemption. The results of this study show that: Variable the change of personal exemption, the change of income, the changes of consumption and saving directly and jointly (simultaneously) can have a significant influence on Personal Income Tax Revenue.

Keywords: Individual income tax revenue, personal exemption, income,


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Bapa di surga atas kasih karunia-Nya hingga penulis dapat menyelesaikan dengan baik tesis yang berjudul “Analisis Pengaruh Perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi di Kota Medan.”

Walaupun penulis telah berusaha seoptimal mungkin namun tesis ini masih tidak luput dari kekurangan baik dari segi isi maupun penyajiannya, untuk itu penulis mohon maaf kepada pembaca atas kesilapan dan kekurangan yang terdapat dalam tesis ini.

Atas segala bantuan dan atensinya, pada kesempatan ini penulis berterima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE., selaku Direktur Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Syaad Afifuddin, S.E., M.Ec., selaku Ketua Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera, sekaligus selaku Ketua Komisi Pembanding.

3. Bapak Prof. Dr. Ramli, S.E., M.S., selaku Sekretaris Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara sekaligus sebagai Ketua Komisi Pembimbing.


(9)

5. Bapak Dr. Rahmanta, M.Si., dan Bapak Dr. Rujiman, M.A., selaku Anggota Komisi Pembanding.

6. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Pengajar pada Sekolah Pascasarjana Ekonomi Pembangunan USU.

7. Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara I.

8. Kepala Kantor, Kepala Seksi Waskon I, dan seluruh rekan-rekan di Seksi Waskon I KPP Pratama Medan Barat.

9. Teman-teman seperjuangan, mahasiswa angkatan XIX Magister Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana USU: Ade Viera Fransisca, Lasmey Nurwini Sinaga, Tugino, Henry Rotuahman Manik, Sugeng Ariadi, Bapak Pulung Setyo Wibowo, Rismaulina Br. Silalahi, Roslenni, dan rekan-rekan yang lain yang tidak dapat dituliskan satu persatu.

10.Seluruh staf administrasi dan karyawan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Penulis juga mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya buat yang teristimewa dan terkasih: Ayahanda, Ibunda, Kakak, Adik-adik, dan Ponakan-ponakan atas doa restu dan dukungan yang luar biasa.

Akhir kata penulis berharap semoga tesis ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat berperan bagi kemajuan ilmu perpajakan.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberkati kita semua. Amin..

Medan, November 2012 Penulis,


(10)

Lenny Herlina Sianipar

RIWAYAT HIDUP

N a m a : Lenny Herlina Sianipar A g a m a : Kristen Protestan

Tempat/Tanggal lahir : Labuhan Batu, 16 Oktober 1978 Pekerjaan : PNS pada KPP Pratama Medan Barat Jenis Kelamin : Perempuan

Kewarganegaraan : Indonesia

Nama Ayah : Pantas Sianipar, AmaPd

Nama Ibu : Eldiana Damanik (alm)

Riwayat Pendidikan Formal:

1. Sekolah Dasar Negeri No. 115858 Labuhan Batu, Lulus Tahun 1990 2. Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Rantauprapat, Lulus Tahun 1993 3. Sekolah Menengah Ekonomi Atas Negeri Rantauprapat, Lulus Tahun 1996 4. Sekolah Tinggi Akuntansi Negara, Prodip I Perpajakan Medan, Lulus 1998 5. Fakultas Ekonomi Universitas Medan Area Medan, Lulus Tahun 2006


(11)

DAFTAR ISI

H alaman

A B ST R A K ... i

A B ST R A C T ... ii

K A T A PE NG A NT A R ... iiii R I W A Y A T H I DUP ... vii DA F T A R I SI ... vi

DA F T A R T A B E L ... viii

DA F T A R G A M B A R ... ix

DA F T A R L A M PI R A N ... xi DA F T A R SI NG K A T A N ... xi

DA F T A xii B A B I PE NDA H UL UA N ... 1

1.1. Latar Belakang Penelitian... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

B A B I I T I NJ A UA N PUST A K A ... 6

2.1. Konsep Pajak ... 6

2.2. Penghasilan ... 8

2.3. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) ... 9

2.4. Penghasilan Kena Pajak (Taxable Income) ... 12

2.5. Pajak Penghasilan Orang Pribadi ... 12

2.6. Konsumsi ... 16

2.6.1. Pengertian Konsumsi ... 16

2.6.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Konsumsi . 18 2.6.3. Teori-Teori Konsumsi ... 23

2.7. Saving ... 28

2.7.1. Pengertian Saving ... 28

2.7.2. Nilai Waktu dari Uang ... 28

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi ... 29

2.8. Penelitian Terdahulu ... 30

2.9. Kerangka Konseptual ... 32

2.10. Hipotesis ... 33


(12)

3.1. Ruang Lingkup Penelitian ... 34

3.2. Jenis dan Sumber Data ... 34

3.3. Populasi ... 35

3.4. Responden atau Sample ... 35

3.5. Sample Size ... 36

3.6. Jenis Variabel ... 37

3.7. Teknik Penentuan Sample ... 38

3.8. Teknik dan Model Analisis Data ... 38

3.9. Pengolahan Data ... 40

3.10. Uji Kesesuaian (Test Goodeness of fit) ... 40

3.11. Uji Asumsi Klasik ... 40

3.12. Definisi Operasional ... 41

B A B I V H A SI L PE NE L I T I A N DA N PE M B A H A SA N ... 44

4.1. Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi di Kota Medan ... 44

4.2. Hasil Penelitian ... 45

4.2.1. Identitas Responden ... 45

4.2.2. Penghasilan Responden ... 49

4.2.3. Konsumsi Responden ... 50

4.2.4. Saving Responden ... 51

4.2.5. Perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak ... 51

4.3. Hasil Pengolahan Data ... 52

4.4. Hasil Uji Kesesuaian (Test of Goodnessof fit) ... 55

4.4.1. Koefisien Determinasi (R-Square) ... 55

4.4.2. Uji F-Statistik ... 56

4.4.3. Uji t-Statistik ... 56

4.5. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 58

4.5.1. Uji Normalitas ... 58

4.5.2. Uji Heteroskedastisitas ... 60

4.5.3. Uji Multikolinieritas ... 61

4.6. Pembahasan ... 61

4.6.1. Perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak ... 62

4.6.2. Perubahan Penghasilan ... 62

4.6.3. Perubahan Konsumsi ... 63

4.6.4. Perubahan Saving ... 63

4.6.5. Jumlah Wajib Pajak ... 64

B A B V K E SI M PUL A N DA N SA R A N ... 67

5.1. Kesimpulan ... 67

5.2. Saran ... 68


(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1. Rangkuman Perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) ... 11

2.2. Rangkuman Tarif Pajak Penghasilan Orang Pribadi Dalam Negeri .... 15

2.3. Hubungan Antara Pendapatan Disposabel dan Konsumsi ... 24

3.1. Besarnya Sampel pada Tiap Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama 37 4.1. Realisasi Penerimaan PPh Orang Pribadi untuk Tahun 2011 di Kota Medan ... 45

4.2. Identitas Responden... 46

4.3. Penghasilan Responden ... 49

4.4. Konsumsi Responden ... 50

4.5. Saving Responden ... 51

4.6. Peningkatan Penghasilan Tidak Kena Pajak Responden ... 52

4.7. Hasil Regresi Penerimaaan PPh Orang Pribadi (Y) dengan Perubahan PTKP (X1), Perubahan Penghasilan (X2), Perubahan Konsumsi (X3), Perubahan Saving (X4) ... 53

4.8. Tabel Anova Hasil Regresi Penerimaaan PPh Orang Pribadi (Y) dengan Perubahan PTKP (X1), Perubahan Penghasilan (X2), Perubahan Konsumsi (X3), Perubahan Saving (X4) ... 53

4.9. Coefficients Collinearity Statistics ... 61

4.10. Jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi untuk Tahun Pajak 2008 dan 2009 ... 65


(14)

DA F T A R G A M B A R

Nomor J udul H alaman

2.1. Kerangka Konseptual ... 32

4.1. Histogram Stadardized Residual Plots ... 58

4.2. Normal Probability Standardized Residual Plot ... 59


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Kuesioner Penelitian ... 72

2. Output Pengolahan Data ... 76

3. Output Pengolahan Data Lajutan ... 77

4. Histogram untuk Uji Normalitas ... 78

5. Normal Probability Plot untuk Uji Normalitas ... 79


(16)

DAFTAR SINGKATAN

APBN = Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara DJP = Direktorat Jenderal Pajak

PTKP = Penghasilan Tidak Kena Pajak

NPWP = Nomor Pokok Wajib Pajak

KPP = Kantor Pelayanan Pajak

WP = Wajib Pajak

OP = Orang Pribadi

UU PPh = Undang-Undang Pajak Penghasilan MPC = Marginal Propensity to Consume APC = Average Propensity to Consume MEC = Marginal Efficiency of Capital MEI = Marginal Efficiency of Investement EMM = Efisiensi Modal Marjinal

PPh OP = Pajak Penghasilan orang Pribadi PPN = Pajak Pertambahan Nilai

PPnBM = Pajak Penjualan atas Barang Mewah BPS = Badan Pusat Statistik

PNBP = Pendapatan Negara Bukan Pajak SPT = Surat Pemberitahuan

MPS = Marginal Propensity to Save

SPSS = Statistical Package for Social Science

Df = Degree of Freedom

PP = Probability Plot


(17)

ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI

DI KOTA MEDAN

ABSTRAK

Penghasilan Tidak Kena Pajak merupakan pengurang penghasilan neto yang hanya diberikan terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi sesuai dengan Pasal 6 (3) Undang-Undang Pajak Penghasilan dan besarnya ditentukan oleh Menteri Keuangan. Penghasilan Tidak Kena Pajak ini diberikan dengan maksud sebagai biaya hidup yang digunakan oleh Wajib Pajak tersebut. Hingga saat ini pemerintah telah beberapa kali memutuskan untuk mengubah nominal nilai Penghasilan Tidak Kena Pajak. Perubahan regulasi perpajakan tersebut mengacu pada adanya pertimbangan bahwa besaran Penghasilan Tidak Kena Pajak sudah tidak sesuai lagi dengan kondisi ekonomi, pertimbangan lain adalah agar jumlah penerimaan negara dari sektor pajak meningkat sekaligus mempengaruhi kuantitas dari Wajib Pajak. Hal ini didasarkan pada teori ekonomi yang menyatakan bahwa perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak akan memotivasi orang untuk bekerja, belanja dan menabung yang akan meningkatkan investasi. Meningkatnya investasi akan meningkatkan sektor riil yang akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang berarti akan meningkat pula penerimaan negara dari sektor pajak. Latar belakang tersebut merupakan alasan dilakukan penelitian ini. Adapun tujuan penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak terhadap penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi di Kota Medan. (2) Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh perubahan penghasilan terhadap penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi di Kota Medan. (3) Untuk mengetahui dan menganalisis multiplier effect perubahan konsumsi terhadap penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi di Kota Medan. (4) Untuk mengetahui dan menganalisis multiplier effect perubahan saving terhadap penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi di Kota Medan. (5) Untuk mengetahui dan menganalisis berapa potential loss jumlah Wajib Pajak yang disebabkan oleh perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa: Variabel Perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak, Perubahan Penghasilan, Perubahan Konsumsi, dan Perubahan Saving secara langsung dan bersama-sama (simultan) mampu memberikan pengaruh yang signifikan terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi.

Kata kunci: Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi, Penghasilan Tidak Kena Pajak, penghasilan, konsumsi, saving, jumlah Wajib Pajak.


(18)

ANALYSIS OF THE INFLUENCE OF PERSONAL EXEMPTION TO THE INDIVIDUAL INCOME TAX IN MEDAN CITY

ABSTRACT

Personal exemption is a deduction from net income that is only given to the taxpayer in accordance with Article 6 (3) of Income Tax Law and is determined by The Ministry of Finance. Exemption is granted for the purpose of the cost living which is used by the taxpayer. Until now the government has decided to change the number of times the nominal value of exemption. Changes in tax regulations refers to the amount of consideration that the exemption is no longer appropriate to the economic conditions, another consideration is that the amount of state income tax revenue increases as well as affect the quantity of the taxpayer. It is based on economic theory which states that the change in exemption would motivate people to work, shopping and saving that will increase investment. Increased investment will increase the real sector that will enhance economic growth means it will also increase tax revenues from the sector. The background is a reason for this research. The objectives of this study were: (1) To identify and analyze the effect of changes in the personal exemption Personal Income Tax revenue in Medan. (2) To identify and analyze the effect of changes in income on Personal Income Tax revenue in Medan. (3) To identify and analyze the multiplier effect of the change in consumption to the Personal Income Tax revenue in Medan. (4) To identify and analyze the multiplier effect saving changes to the Personal Income Tax revenue in Medan. (5) To identify and analyze how potential losses amount the taxpayer caused by changes in exemption. The results of this study show that: Variable the change of personal exemption, the change of income, the changes of consumption and saving directly and jointly (simultaneously) can have a significant influence on Personal Income Tax Revenue.

Keywords: Individual income tax revenue, personal exemption, income,


(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Pemerintah kita melaksanakan beberapa fungsi yang sangat penting dalam menjalankan roda pemerintahannya di negara kita Republik Indonesia. Fungsi-fungsi tersebut antara lain yaitu:

a. Fungsi stabilisasi, yaitu fungsi pemerintah dalam menciptakan kestabilan ekonomi, sosial politik, hukum, pertahanan dan keamanan;

b. Fungsi alokasi, yaitu fungsi pemerintah sebagai penyedia barang publik, seperti pembangunan jalan raya, gedung sekolah, penyediaan fasilitas penerangan dan telepon;

c. Fungsi distribusi, yaitu fungsi pemerintah dalam pemerataan atau distribusi pendapatan masyarakat.

Pemerintah kita sudah pasti membutuhkan dana yang sangat besar untuk menjalankan fungsi-fungsi pemerintah tersebut, dimana belanja negara tersebut didanai dari pendapatan negara (Public Revenue).

Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara yang sangat dominan sekarang ini. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) kita,

memperlihatkan bahwa penerimaan negara dari sektor pajak terus mengalami kenaikan yang signifikan pada tiap tahun anggaran.


(20)

Peranan pajak yang begitu menonjol menyebabkan sektor pajak memerlukan penanganan yang serius. Tugas mulia untuk merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang perpajakan diemban oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP) di bawah naungan Kementerian Keuangan (Kemenkeu).

Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) merupakan pengurang penghasilan neto yang hanya diberikan terhadap Wajib Pajak (WP) Orang Pribadi (OP) sesuai dengan Pasal 6 (3) Undang-Undang Pajak Penghasilan (UU PPh) dan besarnya ditentukan oleh Menteri Keuangan. Penghasilan Tidak Kena Pajak ini diberikan dengan maksud sebagai biaya hidup yang digunakan oleh Wajib Pajak tersebut.

Penghasilan Tidak Kena Pajak hanya dikenakan kepada Orang Pribadi yang membutuhkan biaya hidup sehari-hari dan tidak dikenakan kepada Wajib Pajak Badan. Jadi Penghasilan Tidak Kena Pajak dapat diartikan sebagai biaya hidup minimal yang dibutuhkan Orang Pribadi yang ditentukan Undang-Undang Pajak Penghasilan.

Pemerintah kita telah beberapa kali memutuskan untuk mengubah nominal nilai Penghasilan Tidak Kena Pajak. Perubahan regulasi perpajakan tersebut mengacu pada adanya pertimbangan bahwa besaran Penghasilan Tidak Kena Pajak sudah tidak sesuai lagi dengan kondisi ekonomi, khususnya beban harga kebutuhan pokok yang terus meningkat dari waktu ke waktu.

Pertimbangan lain adalah adanya harapan supaya jumlah penerimaan negara dari sektor pajak meningkat dan juga untuk mempengaruhi kuantitas dari Wajib Pajak. Hal ini didasarkan pada teori ekonomi yang mendukung bahwa


(21)

perubahan dalam perpajakan (termasuk tarif dan Penghasilan Tidak Kena Pajak) akan memotivasi orang untuk bekerja, belanja, menabung (saving), dan juga akan meningkatkan investasi. Meningkatnya investasi akan meningkatkan sektor riil yang akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang berarti akan menimbulkan pula adanya harapan peningkatan penerimaan negara dari sektor pajak.

Dampak kenaikan Penghasilan Tidak Kena Pajak dalam jangka pendek mungkin akan menurunkan penerimaan negara dari sektor perpajakan khususnya Pajak Penghasilan Pasal 21 karena akan mengurangi jumlah Pajak Penghasilan terutang yang dibayarkan.

Merupakan suatu fenomena yang menarik untuk kita lihat pengaruh perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak terkait dengan jumlah Pajak Penghasilan Orang Pribadi yang masuk ke kas negara.

Dilatarbelakangi oleh pemikiran-pemikiran di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang: “Pengaruh Perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi di Kota Medan”

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, permasalahan yang menjadi pokok dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

terhadap penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh OP) di Kota Medan?


(22)

2. Bagaimana pengaruh perubahan Penghasilan terhadap penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh OP) di Kota Medan?

3. Bagaimana multiplier effect perubahan konsumsi terhadap penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh OP) di Kota Medan?

4. Bagaimana multiplier effect perubahan saving terhadap penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh OP) di Kota Medan?

5. Berapa potential loss jumlah Wajib Pajak (WP) yang disebabkan oleh perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)?

1.3. Tujuan Penelitian

Sehubungan dengan perumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan yang diharapkan dapat tercapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) terhadap penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh OP) di Kota Medan.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh perubahan penghasilan terhadap penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh OP) di Kota Medan.

3. Untuk mengetahui dan menganalisis multiplier effect perubahan konsumsi terhadap penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh OP) di Kota Medan.

4. Untuk mengetahui dan menganalisis multiplier effect perubahan saving terhadap penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh OP) di Kota Medan.


(23)

5. Untuk mengetahui dan menganalisis berapa potential loss jumlah Wajib Pajak (WP) yang disebabkan oleh perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini kepada berbagai pihak antara lain: 1. Untuk penulis

Penelitian ini merupakan peluang untuk mengimplementasikan materi studi yang diterima selama mengenyam pendidikan di Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Selain itu juga penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman, wawasan, dan pemahaman penulis dalam menganalisis suatu masalah lain yang mungkin timbul di kemudian hari.

2. Untuk Direktorat Jenderal Pajak

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan bisa dijadikan pertimbangan dalam menyusun perencanaan dan kebijakan perpajakan bagi Direktorat Jenderal Pajak khususnya di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara I.

3. Untuk Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi dan perbandingan bagi penelitian yang sejenis.


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Pajak

Definisi pajak berbeda-beda menurut para ahli, namun definisi yang dikemukakan para ahli tersebut mempunyai makna yang sama. Definisi yang diterima secara umum adalah definisi yang dikemukakan oleh Andriani dan dikuatkan oleh ahli perpajakan Rachmat Soemitro dan R. Santoso Brotodihardjo.

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-Undang yang dapat dipaksakandengan tiada mendapat jasa timbal (kontra prestasi) yang langsung dapat ditunjuk dan yang digunakan untuk pengeluaran umum

(Brotodihardjo, 2005)

Selanjutnya menurut Munawir yang mengutip pendapat Jayadiningrat, pajak adalah suatu kewajiban untuk menyerahkan sebagian dari pada kekayaan kepada negara disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan-peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, akan tetapi tidak ada jasa balik dari negara secara langsung untuk memelihara kesejahteraan umum.

Dari beberapa definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur yang terkandung dalam pengertian pajak yaitu:


(25)

6. Pajak merupakan iuran masyarakat kepada negara, maknanya adalah yang berhak untuk melakukan pungutan pajak adalah negara.


(26)

7. Pajak dipungut berdasarkan Undang-Undang dan dapat dipaksakan, maknanya pemerintah dapat memungut pajak bila sudah ada Undang-Undang yang mengaturnya dan aturan pelaksanaannya sebagai petunjuk pelaksanaannya. 8. Pembayaran pajak tidak mempunyai kontraprestasi langsung terhadap

individu, artinya kontraprestasi diberikan oleh negara kepada rakyat dan tidak dapat dihubungkan secara langsung dengan besarnya pajak.

9. Pajak digunakan untuk pengeluaran pemerintah yang bersifat umum, maksudnya pengeluaran pemerintah tersebut bermanfaat bagi masyarakat secara umum.

10.Pajak dipungut disebabkan oleh suatu keadaan, kejadian, atau yang memberikan kedudukan tertentu pada seseorang, dengan demikian pajak hanya boleh dipungut oleh pemerintah.

11.Pajak merupakan kewajiban yang bersifat memaksa, maksudnya apabila diabaikan dapat dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Pajak mempunyai dua fungsi utama yaitu fungsi budgeter dan fungsi mengatur. Fungsi budgeter dimana pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya, dengan kata lain pajak tersebut digunakan sebagai alat untuk memasukkan uang ke kas negara.

Fungsi pajak sebagai mengatur adalah merupakan bagian dari kebijakan fiskal pemerintah dimana pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.


(27)

2.2. Penghasilan

Berdasarkan Pasal 4 (1) Undang No. 7 Tahun 1983 STDD Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan disebutkan bahwa: yang menjadi objek pajak adalah penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun.

Mengacu pada definisi di atas dengan kata lain penghasilan dapat diartikan dengan jumlah uang yang diterima atas usaha yang dilakukan orang perorangan, badan dan bentuk usaha lainnya yang dapat digunakan untuk aktivitas ekonomi seperti mengkonsumsi dan/atau menimbun serta menambah kekayaan.

Dari pendefinisian penghasilan menurut Undang-Undang, dikenal dua pendekatan yaitu pendekatan abstrak (konsepsional) dan pendekatan operasional. Definisi konsepsional terdapat dalam alinea umum sedangkan definisi operasional terdapat dalam contoh-contoh. Definisi operasional ini diperlukan untuk dapat melaksanakan pengertian abstrak penghasilan dalam administrasi pemungutan pajak sehingga akan nampak jelas wujud dari tambahan kemampuan ekonomis dalam kehidupan nyata sehari-hari.

Sesuai dengan konsep penghasilan yang komprehensif, Pajak Penghasilan dekenakan atas penghasilan baik yang berasal dari kegiatan usaha dan tenaga (active income, earned income) maupun penghasilan pasif (Gunadi, 2002).


(28)

Contoh-contoh penghasilan yang disebutkan dalam Pasal 4 ayat 1 huruf a sampai dengan huruf s pada Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan dimaksudkan untuk memperjelas pengertian tentang penghasilan yang luas (broad base) dan lebih bersifat ilustratif.

Prinsip pemajakan dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan adalah unitary (global) taxation, maksudnya yaitu bahwa semua penghasilan dari berbagai katagori dan sumber dikonsolidasikan menjadi satu kesatuan (unitary) basis pemajakan. Untuk mencapai keadilan horizontal dan vertikal atas satu kesatuan basis pemajakan tersebut dikenakan tarif umum.

2.3. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

Undang-Undang yang mengatur tentang Penghasilan Tidak Kena Pajak adalah Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 sebagaiman telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan. Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak yang berlaku sekarang ini diatur dalam Pasal 7 Undang-Undang tersebut.

Secara filosofis, Penghasilan Tidak Kena Pajak merupakan pengurang penghasilan neto Wajib Pajak Orang Pribadi untuk menghasilkan Penghasilan Kena Pajak sebelum dikenakan tarif Pajak Penghasilan Pasal 17 Undang-Undang Pajak Penghasilan.

Bila dianalogikan dengan Wajib Pajak Badan, bisa diidentikkan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam rangka memperoleh penghasilan untuk mempertahankan berjalannya usaha perusahaan, namun bedanya dengan Orang Pribadi, bahwa Wajib Pajak Orang Pribadi mengeluarkan


(29)

biaya untuk melangsungkan kehidupan pribadi maupun keluarga. Untuk keseragaman Wajib Pajak Orang Pribadi, ditetapkanlah adanya Penghasilan Tidak Kena Pajak yang berlaku dan penerapannya sama untuk semua Wajib Pajak Orang Pribadi.

Penghasilan Tidak Kena Pajak diasumsikan sebagai biaya minimal yang dikeluarkan oleh Wajib Pajak Orang Pribadi, sehingga apabila Wajib Pajak Orang Pribadi tersebut nyata-nyata mengeluarkan biaya untuk kelangsungan hidupnya lebih besar dari Penghasilan Tidak Kena Pajak yang telah ditetapkan, maka Wajib Pajak tersebut tidak dapat mengakuinya dalam laporan pajaknya sebagai pengurang penghasilan neto.

Penghasilan Tidak Kena Pajak dapat dikatakan sebagai perlindungan terhadap kebutuhan minimum masyarakat yang harus terpenuhi (subsistence level allowances). Jadi jumlah Penghasilan Tidak Kena Pajak dikaitkan dengan pengeluaran konsumsi personal untuk mempertahankan dan memelihara standar hidup relatif Wajib Pajak.

Biaya yang boleh diakui secara fiskal untuk Wajib Pajak Orang Pribadi hanyalah apabila Wajib Pajak tersebut melakukan kegiatan usaha/pekerjaan bebas dan menyelenggarakan pembukuan, sedangkan untuk Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha/pekerjaan bebas tanpa menyelenggarakan pembukuan akan dikenakan pajak dengan menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto.

Dari uraian di atas ada dua istilah penting yang dapat kita ambil untuk menghindari kerancuan. Pertama biaya untuk kelangsungan kehidupan yang diistilahkan sebagai Penghasilan Tidak Kena Pajak. Kedua biaya sehubungan


(30)

dengan kegiatan usaha/pekerjaan bebas, ini hanya sebagai pengurang dari penghasilan sehubungan dengan kegiatan usaha/pekerjaan bebasnya saja (yang menyelenggarakan pembukuan)

Penghasilan Tidak Kena Pajak telah mengalami beberapa kali perubahan hingga saat. Setiap perubahannya selalu mempertimbangkan adanya alasan ketidaksesuaian dengan perkembangan di bidang ekonomi dan moneter serta perkembangan harga kebutuhan pokok yang semakin meningkat.

Secara prosedural hukum diatur bahwa penyesuaian besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan setelah dikonsultasikan dengan Dewan Perwakilan Rakyat. Perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak sejak tahun 1983 hingga sekarang dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.1. Rangkuman Perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

Dasar Hukum Untuk diri Wajib Pajak (Rp) Tambahan untuk WP kawin (Rp) Tambahan untuk seorang isteri yang penghasilannya digabung dengan penghasilan suami (Rp) Tambahan untuk keluarga sedarah dan semenda dalam garis keturunan lurus paling banyak tiga orang (Rp) Masa Berlaku

UU No. 8 Tahun

1983 960.000 480.000 960.000 480.000

1 Januari 1984 s/d 31 Desember 1993

928/KMK.04/1993 1.728.000 864.000 1.728.000 864.000 1 Januari 1994 s/d

31 Desember 1994 UU No. 10 Tahun

1994 1.728.000 864.000 1.728.000 864.000

1 Januari 1995 s/d 31 Desember 1998

361/KMK.04/1998 2.880.000 1.440.000 2.880.000 1.440.000 1 Januari 1999 s/d

31 Desember 2000 UU No. 17 Tahun

2000 2.880.000 1.440.000 2.880.000 1.440.000

1 Januari 2001 s/d 31 Desember 2004

564/KMK.03/2004 12.000.000 1.200.000 12.000.000 1.200.000 1 Januari 2005 s/d

31 Desember 2005

137/PMK.03/2005 13.200.000 1.200.000 13.200.000 1.200.000 1 Januari 2006 s/d

31 Desember 2008 UU No. 36 Tahun

2008 15.840.000 1.320.000 15.840.000 1.320.000

1 Januari 2009 s/d sekarang Sumber: Direktorat Jenderal Pajak, 2012


(31)

2.4. Penghasilan Kena Pajak (Taxable Income)

Penghasilan Kena Pajak adalah merupakan dasar pengenaan pajak (tax base) dalam pengenaan pajak atas penghasilan (income tax). Secara prinsip, Undang-Undang Pajak Penghasilan menganut pemajakan dengan basis neto (net basis of taxation) terhadap Wajib Pajak Dalam Negeri (Gunadi, 2002).

Pengenaan pajak dengan basis neto maksudnya adalah bahwa pemajakan dikenakan atas penghasilan neto (net income), yaitu atas penghasilan bruto (gross income) dikurangi dengan pengeluaran dan pengurangan lain yang diperbolehkan Undang-Undang Pajak Penghasilan.

Penghasilan Kena Pajak dihitung setelah mengurangi gross income dengan berbagai pengurangan yang diperbolehkan (tax reliefs) oleh Undang-Undang. Tax reliefs yang paling banyak dipakai oleh sistem pajak atas penghasilan di dunia adalah deductible expense & personal excemption (Haula dan Rasin, 2005).

2.5. Pajak Penghasilan Orang Pribadi

Pajak Penghasilan Orang Pribadi adalah merupakan pajak subjektif atau personal yang pengenaannya harus memperhatikan dan pempertimbangkan keadaan pribadi subjek pajak.

Pertimbangan terhadap subjek pajak tersebut diperlukan supaya tidak terjadi kemiskinan struktural masyarakat, umpamanya penduduk tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan pokoknya hanya karena harus membayar kewajiban pajaknya.


(32)

Untuk menentukan besarnya Pajak Penghasilan Orang Pribadi yang terutang, pertama sekali harus diketahui dulu dasar pengenaan pajaknya (tax base). Dasar pengenaan pajak untuk Pajak Penghasilan Orang Pribadi adalah Penghasilan Kena Pajak, yaitu penghasilan sebagai objek Pajak Penghasilan yang dikenakan pajak berdasarkan Pasal 4 Undang-Undang Pajak Penghasilan dikurangi dengan biaya yang diperkenankan sebagai pengurang munurut Pasal 6 Undang-Undang Pajak Penghasilan.

Besarnya Penghasilan Kena Pajak tidak selalu sama dengan penghasilan neto karena akan tergantung pada jenis objek pajak yang dikenakan Pajak Penghasilan, ada tidaknya kerugian yang dapat dikompensasikan, cara pengenaannya, dan lainnya (Gunadi, 2002).

Ada dua cara untuk menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri, yaitu penghitungan dengan cara biasa (akuntansi) dan penghitungan dengan cara menggunakan norma penghitungan penghasilan neto (estimated income) untuk kemudian dikurangkan lagi dengan Penghasilan Tidak Kena Pajak.

Penentuan besarnya Penghasilan Kena Pajak untuk Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri diperlihatkan dalam rangkuman berikut ini.

WP OP

Akuntansi : (Penghasilan Bruto – Biaya Fiskal = Penghasilan Neto) – Kompensasi Rugi – PTKP  Penghasilan Kena Pajak

Norma Penghitungan

: (Penghasilan Bruto x % Norma Penghitungan = Penghasilan Neto) – PTKP  Penghasilan Kena Pajak


(33)

Penghitungan besarnya pajak yang terutang bagi semua jenis pajak meliputi dua unsur penting, yaitu tarif pajak dan Dasar Pengenaan Pajak. Tarif pajak ini bisa berupa angka ataupun persentase tertentu (Resmi, 2005), sedangkan jenis tarif pajak itu sendiri dibedakan atas tarif tetap, tarif proporsional, tarif progresif, dan tarif degresif (Zain, 2004).

Karakteristik dari tarif Pajak Penghasilan Orang Pribadi yaitu merupakan tarif progresif, berlaku secara kesatuan (unity basis), dan terdapat lima struktur tarif dan bersifat progresif bagi yang berpenghasilan di bawah jumlah tertentu dan proporsional untuk penghasilan di atas jumlah yang terkena tarif tertinggi sebagai akibat keterbatasan tarif marjinal.

Tarif Pajak Penghasilan dikatakan progresif bila skedul tarif pajak meningkat, elastisitas pajak sehubungan dengan penghasilan lebih besar dari satu (unity) pada setiap lapisan penghasilan, dan tarif marjinal pajak lebih besar dari tarif rata-rata (Gunadi, 2002).

Negara kita menganut pengenaan tarif progresif dalam penentuan Pajak Penghasilan Orang Pribadi, yaitu berupa persentase tertentu yang semakin meningkat seiring dengan meningkatnya dasar pengenaan pajak. Tarif progresif ini diharmonisasikan dengan pemberian Penghasilan Tidak Kena Pajak untuk melindungi kesejahteraan minimal masyarakat. Penggunaan tarif progresif didasarkan pada argument teori ability to pay (kemampuan untuk membayar).

Teori-teori yang mendukung teori progresif adalah (Gunadi, 2002):

1. Teori utilitas, yaitu adanya pendapat marjinal utilitas uang yang semakin menurun-declining marginal utility of money.


(34)

2. Teori Equal Sacrifice, yaitu adanya kesamaan rasa dalam memikul beban pajak.

3. Teori Proporsional Sacrifice, yaitu penerapan tarif yang sesuai dengan penghasilan.

4. Teori Minimum Sacrifice, yaitu tariff minimum untuk kebanyakan anggota masyarakat.

Formula untuk menghitung Pajak Penghasilan Orang Pribadi adalah: PPh OP = Tarif X Penghasilan Kena Pajak

Tarif pajak yang diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri sesuai dengan Pasal 17 Undang-Undang Pajak Penghasilan adalah sebagai berikut:

Tabel 2.2. Rangkuman Tarif Pajak Penghasilan Orang Pribadi Dalam Negeri

Tarif PPh 1994 s/d 2000 2001 s/d 2008 2009 s/d sekarang

s/d 25 jt 10% 5%

di atas 25 jt s/d 50 jt 15% 10%

di atas 50 jt 30%

di atas 50 jt s/d 100 jt 15%

di atas 100 jt s/d 200 jt 25%

di atas 200 jt 35%

s/d 50 jt 5%

di atas 50 jt s/d 250 jt 15%

di atas 250 jt s/d 500 jt 25%

di atas 500 jt 30%


(35)

2.6. Konsumsi

2.6.1. Pengertian Konsumsi

Secara umum konsumsi adalah suatu kegiatan yang bertujuan mengurangi atau menghabiskan daya guna suatu benda, baik berupa barang maupun jasa untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan secara langsung. Sementara itu konsumen adalah pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.

Pengeluaran konsumsi terdiri atas konsumsi pemerintah (government

consumption) dan konsumsi rumah tangga/masyarakat (household

consumption/private consumption). Penelitian ini memfokuskan pada pengeluaran konsumsi rumah tangga sebab pengeluaran konsumsi rumah tangga memiliki porsi terbesar dalam total pengeluaran agregat sehingga mempunyai pengaruh yang sangat besar pula terhadap stabilitas perekonomian.

Berbeda dengan konsumsi pemerintah yang bersifat eksogenus, konsumsi rumah tangga bersifat endogenus, artinya besarnya konsumsi rumah tangga berkaitan erat dengan faktor-faktor lain yang dianggap mempengaruhinya (Prathama Rahardja dan Mandala Manurung, 2002)

Perkembangan masyarakat yang begitu cepat menyebabkan perilaku-perilaku konsumsi juga berubah cepat. Hal ini merupakan salah satu alasan yang membuat studi tentang konsumsi rumah tangga tetap relevan.

Konsumsi merupakan pembelanjaan atas barang-barang dan jasa-jasa yang dilakukan oleh rumah tangga dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dari orang yang melakukan pembelanjaan tersebut. Pembelanjaan masyarakat atas


(36)

makanan, pakaian, dan barang-barang kebutuhan mereka yang lain digolongkan pembelanjaan atau konsumsi. Barang-barang yang diproduksi atau digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dinamakan barang konsumsi (Dumairy, 2004).

Fungsi konsumsi adalah suatu kurva yang menggambarkan sifat hubungan di antar tingkat konsumsi rumah tangga dalam perekonomian dengan pendapatan nasional (pendapatan disposibel) perekonomian tersebut. Fungsi konsumsi dapat dinyatakan dalam persamaan:

C = a + bY ... (2.2) Dimana a adalah konsumsi rumah tangga ketika pendapatan nasional adalah nol, b adalah kecondongan konsumsi marginal, C adalah tingkat konsumsi dan Y adalah tingkat pendapatan nasional.

Konsep untuk mengetahui sifat hubungan antara pendapatan disposibel dengan konsumsi dan pendapatan disposibel dengan tabungan ada dua yaitu yaitu konsep kecondongan mengkonsumsi dan kecondongan menabung.

Kecondongan mengkonsumsi dapat dibedakan menjadi dua yaitu kecondongan mengkonsumsi marginal dan kecondongan mengkonsumsi rata-rata. Kecondongan mengkonsumsi marginal dapat dinyatakan sebagai MPC (Marginal Propensity to Consume), dapat didefenisikan sebagai perbandingan di antara pertambahan konsumsi (∆C) yang dilakukan dengan pertambahan pendapatan disposibel (∆Yd) yang diperoleh.

Nilai MPC dapat dihitung dengan menggunakan formula : MPC =

∆Yd ∆C


(37)

Kecondongan mengkonsumsi rata-rata dinyatakan dengan APC (Average Propensity to Consume), dapat didefenisikan sebagai perbandingan di antara tingkat pengeluaran konsumsi (C) dengan tingkat pendapatan disposibel pada ketika konsumsi tersebut dilakukan (Yd).

Nilai APC dapat dihitung dengan menggunakan formula: APC =

Yd C

2.6.2. Faktor-Fakor yang Mempengaruhi Tingkat Konsumsi

Ada banyak faktor yang mempengaruhi besarnya pengeluaran konsumsi rumah tangga, faktor-faktor tersebut secara garis besar adalah:

a. Faktor-Faktor Ekonomi

1. Pendapatan rumah tangga (household income)

Pendapatan rumah tangga amat besar pengaruhnya terhadap tingkat konsumsi. Pada umumnya semakin tinggi tingkat pendapatan maka tingkat konsumsi akan semakin tinggi pula karena ketika tingkat pendapatan meningkat kemampuan rumah tangga untuk membeli aneka kebutuhan konsumsi menjadi makin besar. Kemungkinan besar juga pola hidup menjadi semakin konsumtif, atau setidak-tidaknya ada tuntutan untuk kualitas hidup yang lebih baik.

2. Kekayaan rumah tangga (household wealth)

Yang termasuk dalam pengertian kekayaan rumah tangga adalah kekayaan riil (misalnya rumah, tanah, dan mobil) dan kekayaan finansial (seperti deposito berjangka, saham, cek, dan surat-surat berharga lainnya). Kekayaan-kekayaan tersebut dapat meningkatkan konsumsi


(38)

karena menambahkan pendapatan yang disposabel. Contohnya dalam hal ini, bunga deposito yang diterima tiap bulan dan deviden yang diterima setiap tahun menambah pendapatan rumah tangga. Demikian juga rumah, tanah, dan mobil yang disewakan akan menambah pendapatan rumah tangga. Penghasilan-penghasilan yang demikian disebut sebagai penghasilan nonupah (non wages income). Sebagian dari tambahan penghasilan tersebut akan dipakai sebagai konsumsi, dan tentunya akan meningkatkan pengeluaran konsumsi.

3. Tingkat bunga (interest rate)

Tingkat bunga yang tinggi dapat mengerem keinginan konsumsi, baik dilihat dari sisi keluarga yang memiliki kelebihan uang maupun yang kekurangan uang. Dengan tingkat bunga yang tinggi, maka biaya ekonomi (opportunity cost) dari kegiatan konsumsi akan semakin mahal. Bagi mereka yang ingin mengonsumsi dengan berutang dulu, misalnya dengan meminjam dari bank atau menggunakan fasilitas kartu kredit, biaya bunga semakin mahal, sehingga lebih baik menunda/mengurangi konsumsi. Sama halnya dengan mereka yang memiliki banyak uang, jika tingkat bunga tinggi menyebabkan menyimpan uang di bank terasa lebih menguntungkan ketimbang dihabiskan untuk konsumsi. Sebaliknya jika tingkat bunga rendah, bagi keluarga kaya menyimpan uang di bank menyebabkan ongkos menunda konsumsi terasa lebih besar. Sementara bagi keluarga yang kurang mampu biaya meminjam yang menjadi lebih rendah akan meningkatkan keberanian dan gairah konsumsi.


(39)

4. Perkiraan tentang masa depan (household ekspectation about the future) Jika rumah tangga memperkirakan masa depannya makin baik, mereka akan merasa lebih leluasa untuk melakukan konsumsi, maka pengeluaran konsumsi cenderung meningkat. Jika rumah tangga memperkirakan masa depannya makin jelek, merekapun berusaha menekan pengeluaran konsumsi.

Faktor-faktor internal yang dipergunakan untuk memperkirakan prospek masa depan rumah tangga antara lain adalah: apakah orang tua yakin akan tetap mendapat pekerjaan? Apakah penghasilan dan karir mereka akan meningkat? Berapa banyak anggota keluarga yang telah dan akan bekerja? Berapa penghasilan/gaji mereka?

Sedangkan faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi prediksi rumah tangga tentang masa depannya antara lain kondisi perekonomian domestik dan internasional, jenis-jenis dan arah kebijakan ekonomi yang dijalankan pemerintah.

b. Faktor-Faktor Demografi (Kependudukan) 1. Jumlah penduduk

Jumlah penduduk yang banyak akan memperbesar pengeluaran konsumsi secara menyeluruh, meskipun pengeluaran rata-rata per orang atau per keluarga relatif rendah. Contohnya, walaupun tingkat konsumsi rata-rata penduduk Indonesia lebih rendah daripada penduduk Singapura, tetapi secara absolut tingkat pengeluaran konsumsi Indonesia lebih besar daripada Singapura karena jumlah penduduk Indonesia sangat jauh lebih banyak bibandingkan dengan penduduk Singapura. Pengeluaran


(40)

konsumsi suatu negara akan sangat besar bila jumlah penduduk sangat banyak dan pendapatan per kapita sangat tinggi

2. Komposisi penduduk

Komposisi penduduk suatu negara dapat dilihat dari beberapa klasifikasi, diantaranya: usia (produktif dan tidak produktif), pendidikan (rendah, menengah, tinggi), dan wilayah tinggal (perkotaan dan pedesaan). Pengaruh komposisi penduduk terhadap tingkat konsumsi secara sederhana dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Makin banyak penduduk yang berusia kerja atau usia produktif (15-64 tahun), makin besar tingkat konsumsi, terutama bila sebagian besar dari mereka mendapatkan kesempatan kerja yang tinggi, dengan upah yang wajar atau baik sebab makin banyak penduduk yang bekerja maka penghasilan juga makin besar. 2. Makin tinggi tingkat pendidikan masyarakat, tingkat konsumsinya

juga makin tinggi sebab pada saat seseorang/suatu keluarga semakin berpendidikan tinggi kebutuhan hidupnya juga semakin banyak. Mereka tidak hanya sekedar harus memenuhi kebutuhan akan makanan dan minuman, melainkan juga kebutuhan informasi, pergaulan masyarakat yang lebih baik, serta kebutuhan akan pengakuan orang lain terhadap keberadaannya (eksistensinya). Biasanya biaya yang dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan ini jauh lebih tinggi daripada biaya pemenuhan untuk kebutuhan makanan dan minuman.


(41)

3. Makin banyak penduduk yang tinggal di wilayah perkotaan (urban), pengeluaran konsumsi juga makin besar sebab pada umumnya pola hidup masyarakat perkotaan lebih konsumtif dibandingkan dengan masyarakat pedesaan.

c. Faktor-Faktor Non-Ekonomi

Faktor-faktor non-ekonomi yang paling berpengaruh terhadap besarnya konsumsi adalah faktor sosial budaya masyarakat. Sebagai contoh, berubahnya pola kebiasaan makan, perubahan etika dan tata nilai karena ingin meniru kelompok masyarakat lain yang dianggap lebih hebat (tipe ideal). Contoh paling kongkret di negara kita adalah berubahnya kebiasaan berbelanja dari pasar tradisional ke pasar swalayan. Demikian pula dengan kebiasaan makan, dari makan masakan yang tersedia di rumah menjadi kebiasaan makan di restoran atau di pusat-pusat jajanan yang menyediakan makanan siap saji (fast food). Contoh lain, sekarang ini rumah bukan hanya sekedar tempat berlindung dari panas dan hujan, melainkan juga merupakan ekspresi dari keberadaan diri, maka tak heran bila ada keluarga yang mengeluarkan uang ratusan juta bahkan miliaran rupiah untuk membeli atau membuat rumah idaman.

Pada prakteknya sulit memilah-milah faktor apa yang mempengaruhi apa sehingga menyebabkan terjadinya perubahan/peningkatan konsumsi. Dikatakan sulit karena ketiga faktor diatas saling berkaitan erat dan saling mempengaruhi


(42)

2.6.3. Teori-Teori Konsumsi

A. Teori Keynes (Keynesian Consumption Model)

Sedikitnya ada empat teori konsumsi yang perlu dipelajari untuk dapat mengikuti perkembangan teori-teori mutakhir, salah satu diantaranya adalah teori yang diajukan John Maynard Keynes yang biasa disebut dengan Teori Keynes tentang konsumsi (Prathama Rahardja dan Mandala Manurung, 2002)

a. Hubungan Pendapatan Disposabel dan konsumsi

Keynes menjelaskan bahwa konsumsi saat ini (current consumption) sangat dipengaruhi oleh pendapatan disposabel saat ini (current disposable income). Menurut Keynes ada batas konsumsi minimal yang tidak tergantung tingkat pendapatan. Artinya tingkat konsumsi tersebut harus dipenuhi walaupun tingkat pendapatan sama dengan nol. Itulah yang disebut dengan konsumsi otonomus (autonomous consumption). Jika pendapatan disposabel meningkat maka konsumsi juga akan meningkat, hanya saja peningkatan konsumsi tersebut tidak sebesar peningkatan pendapatan disposable.

C = Co + b Yd ……… (2.1)

Dimana:

C = konsumsi

Co = konsumsi otonomus

B = marginal propensity to consume (MPC) atau kecenderungan

mengonsumsi marginal Yd = pendapatan disposable 0 < b < 1


(43)

Koefisien parameter b adalah MPC.

Sebagai contoh diperlihatkan dalam tabel 2.1. di bawah ini:

Tabel 2.3. Hubungan Antara Pendapatan Disposabel dan Konsumsi

Pendapatan

Disposabel Konsumsi

Δ Pendapatan

Disposabel Δ Konsumsi 0 500 1000 1500 2000 2500 100 500 900 1300 1700 2100 - 500 500 500 500 500 - 400 400 400 400 400

Sumber: Teori Ekonomi Makro Suatu Pengantar, Manurung Mandala

Pada saat tingkat pendapatan disposable sama dengan nol, tingkat konsumsi adalah 100. Hal ini berarti bahwa konsumsi minimal (autonomous

consumption) sama dengan 100. Ketika pendapatan disposabel meningkat

menjadi 500, 1000, 1500, 2000, dan seterusnya konsumsi juga meningkat menjadi 500, 900, 1300, 1700 dan seterusnya. Kenaikan konsumsi tersebut disebabkan setiap 500 unit kenaikan pendapatan disposabel, sebanyak 400 digunakan untuk tambahan konsumsi. Terlihat bahwa tambahan konsumsi tidak sebesar tambahan pendapatan disposabel. Tingkat pendapatan 500 merupakan tingkat pendapatan minimal agar rumah tangga mampu membiayai seluruh konsumsinya tanpa harus mengorek tabungan.

b. Kecenderungan Mengonsumsi Marjinal (Marginal Propensity to Consume) Kecenderungan Mengonsumsi Marjinal (Marginal Propensity to Consume) atau MPC adalah konsep yang memberikan gambaran tentang berapa konsumsi akan bertambah bila pendapatan disposabel bertambah satu unit

MPC = ӘC……… (2.2)


(44)

Seperti pada penjelasan Tabel 2.1., jumlah tambahan konsumsi tidak akan lebih besar daripada tambahan pendapatan disposabel, sehingga angka MPC tidak akan lebih besar dari satu. Angka MPC juga tidak mungkin negatif, dimana jika pendapatan disposabel terus meningkat, konsumsi terus menurun sampai nol (tidak ada konsumsi). Karena manusia tidak mungkin hidup di bawah batas konsumsi minimal maka 0 < MPC < 1.

MPC akan semakin kecil pada saat pendapatan disposabel meningkat. Pertambahan konsumsi semakin menurun bila pendapatan disposabel terus meningkat.

B. Teori dengan Hipotesis Pendapatan Permanen

Teori dengan hipotesis pendapatan permanen dikemukakan oleh Milton Friedman. Menurut teori ini pendapatan masyarakat dapat digolongkan menjadi dua yaitu pendapatan permanen (permanent income) dan pendapatan sementara (transitory income).

Pengertian pendapatan permanen adalah :

1. Pendapatan yang selalu diterima pada setiap periode tertentu dan dapat diperkirakan sebelumnya, misalnya pendapatan dari gaji, upah.

2. Pendapatan yang diperoleh dari semua faktor yang menentukan kekayaan seseorang (yang menciptakan kekayaan).

Pengertian pendapatan sementara adalah pendapatan yang tidak bisa diperkirakan sebelumnya (Mangkoesoebroto, 1998). Friedman menganggap pula bahwa tidak ada hubungan antara pendapatan sementara dengan pendapatan permanen, juga antara konsumsi sementara dengan konsumsi permanen, maupun konsumsi sementara dengan pendapatan sementara.


(45)

C. Teori dengan Hipotesis Siklus Hidup

Teori dengan hipotesis siklus hidup dikemukakan oleh Franco Mondigliani. Franco Mondigliani menerangkan bahwa pola pengeluaran konsumsi masyarakat mendasarkan kepada kenyataan bahwa pola penerimaan dan pola pengeluaran konsumsi seseorang pada umumnya dipengaruhi oleh masa dalam siklus hidupnya. Karena orang cenderung menerima penghasilan/pendapatan yang rendah pada usia muda, tinggi pada usia menengah dan rendah pada usia tua, maka rasio tabungan akan berfluktuasi sejalan dengan perkembangan umur mereka yaitu orang muda akan mempunyai tabungan negatif (disaving), orang berumur menengah menabung dan membayar kembali pinjaman pada masa muda mereka, dan orang usia tua akan mengambil tabungan yang dibuatnya di masa usia menengah.

Selanjutnya Mondigliani menganggap penting peranan kekayaan (assets) sebagai penentu tingkah laku konsumsi. Konsumsi akan meningkat apabila terjadi kenaikan nilai kekayaan seperti karena adanya inflasi maka nilai rumah dan tanah meningkat, karena adanya kenaikan harga surat-surat berharga, atau karena peningkatan dalam jumlah uang yang beredar. Akhirnya hipotesis siklus kehidupan ini akan menekan hasrat konsumsi, menekan koefisien pengganda, dan melindungi perekonomian dari perubahan-perubahan yang tidak diharapkan, seperti perubahan dalam investasi, ekspor, maupun pengeluaran-pengeluaran lain (Suparmoko, 2001).


(46)

D. Teori dengan Hipotesis Pendapatan Relatif

James Dusenberry dalam Reksoprayitno (2000) mengemukakan bahwa pengeluaran konsumsi suatu masyarakat ditentukan terutama oleh tingginya pendapatan yang pernah dicapainya. Pendapatan berkurang, konsumen tidak akan banyak mengurangi pengeluaran untuk konsumsi. Untuk mempertahankan tingkat konsumsi yang tinggi, terpaksa mengurangi besarnya saving.

Kenyataan ini terus kita jumpai sampai tingkat pendapatan tertinggi yang telah kita capai tercapai kembali. Sesudah puncak dari pendapatan sebelumnya telah dilalui, maka tambahan pendapatan akan banyak menyebabkan bertambahnya pengeluaran untuk konsumsi, sedangkan di lain pihak bertambahnya saving tidak begitu cepat (Reksoprayitno, 2000). Dalam teorinya, Dusenberry dalam Reksoprayitno (2000) menggunakan dua asumsi yaitu:

1. Selera sebuah rumah tangga atas barang konsumsi adalah interdependen. Artinya pengeluaran konsumsi rumah tangga dipengaruhi oleh pengeluaran yang dilakukan oleh orang sekitarnya.

2. Pengeluaran konsumsi adalah irreversibel. Artinya pola pengeluaran seseorang pada saat penghasilan naik berbeda dengan pola pengeluaran pada saat penghasilan mengalami penurunan.


(47)

2.7.1. Pengertian Saving

Pengertian tabungan (saving = S) adalah sejumlah pendapatan yang disimpan karena tidak habis digunakan untuk konsumsi

Masyarakat yang mempunyai penghasilan lebih besar dari kebutuhan konsumsi akan mempunyai kesempatan untuk menabung. Dalam perekonomian sederhana Pendapatan Nasional akan digunakan untuk : Konsumsi dan Tabungan (Saving)

2.7.2. Nilai Waktu dari Uang

1. Nilai Sekarang ( Present Value )

Nilai nominal dari sejumlah mata uang belum tentu akan lebih berharga dimasa datang. Hal ini sangat tergantung dari tingkat pengembalian investasi yang diinginkan.

V = X / (1+r) t Ket :

V = Nilai yang akan datang X = Nilai sekarang

t = Waktu

r = Faktor diskonto

Nilai Masa Mendatang (Future Value)

Menghitung nilai masa mendatang adalah kebalikan dari menghitung nilai sekarang dari output investasi yang direncanakan. Sekalipun melihat dari sudut pandang yang bertolak belakang, keputusan yang dihasilkan tetap sama. F = A (1+r) t


(48)

F = Nilai masa mendatang yang diharapkan A = Investasi awal

t = Waktu

r = Faktor diskonto

2.7.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Tingkat Pengembalian yang Diharapkan (Expected Rate of Return) 1. Kondisi Internal Perusahaan

Kondisi internal adalah faktor-faktor yang berada di bawah kontrol Perusahaan, seperti tingkat efisiensi, kualitas Sumber Daya Manusia dan teknologi. Sedangkan faktor non-teknis, seperti kepemilikkan hak dan atau kekuatan monopoli, kedekatan denga pusat kekuasaan, dan penguasaan jalur informasi.

2. Kondisi Eksternal Perusahaan

Kondisi eksternal yang perlu dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan akan investasi utama adalah perkiraan tentang tingkat produksi dan pertumbuhan ekonomi domestik maupun internasional.

a. Biaya Investasi

Hal yang paling menentukan adalah tingkat bunga pinjaman. Makin tinggi tingkat bunganya maka biaya investasi makin mahal. Akibatnya minat akan investasi makin menurun. Namun tidak jarang, walaupun tingkat bunga pinjaman rendah, minat akan investasi tetap rendah. Hal ini disebabkan biaya total investasi masih tinggi dan faktor yang mempengaruhi adalah masalah kelembagaan.


(49)

b. Marginal Efficiency of Capital (MEC), Tingkat Bunga, dan Marginal Efficiency of Investement (MEI)

Marginal Efficiency of Capital (MEC) atau Efisiensi Modal Marjinal (EMM) adalah tingkat pengembalian yang diharapkan (expected rate of return) dari setiap tambahan barang modal.

2.8. Penelitian Terdahulu

Penelusuran melalui studi literatur dan jurnal menunjukkan bahwa penelitian yang membahas tentang pengaruh perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak terhadap penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi masih sangat terbatas. Dalam penelitian ini penulis menyertakan beberapa hasil penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini dan dapat dijadikan sebagai referensi.

Penelitian yang dilakukan oleh Ramli (2006) mengenai Analisis Perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan 21 dan Ekonomi menyimpulkan bahwa perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak berpengaruh positif terhadap Disposable income dan konsumsi. Penelitian ini juga menemukan adanya potential loss pendapatan Pajak Penghasilan 21 akibat perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak.

Studi yang dilakukan oleh Bastari M (2011) mengenai Analisis pengaruh Kenaikan Penghasilan Tidak Kena Pajak terhadap Penerimaan Pemerintah dan Perekonomian Daerah Dalam Rangka Pengembangan Wilayah Kota Medan diperoleh hasil bahwa kenaikan Penghasilan Tidak Kena Pajak berpengaruh positif terhadap penerimaan daerah dan perekonomian daerah. Multiplier effect


(50)

tingkat perubahan konsumsi, tingkat perubahan investasi, dan tarif pajak setelah perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan keseimbangan wilayah. Efek perubahan besarnya kenaikan Penghasilan Tidak Kena Pajak berpengaruh positif terhadap fungsi konsumsi, fungsi investasi, dan fungsi pajak dimana perubahan besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak berpengaruh positif terhadap tingkat konsumsi, tingkat investasi, dan berpengaruh terhadap penerimaan pajak pemerintah, dan juga terdapat pengaruh perubahan besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak terhadap tax loss Wajib Pajak.

Nuritomo (2006) melakukan studi Pengaruh Peningkatan Penghasilan Tidak Kena Pajak Terhadap Penenerimaan Pajak (Studi Pada Kantor Pelayanan Pajak Yogyakarta Satu). Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan Penghasilan Tidak Kena Pajak berpengaruh negatif terhadap Pajak Penghasilan 21. Studi pada Kantor Pelayanan Pajak Yogyakarta Satu menunjukkan bahwa perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak tidak memberikan pengaruh terhadap penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi dan PPN/PPnBM (Pajak Pertambahan Nilai/Pajak Penjualan atas Barang Mewah).

Sri Suranta (2006) melakukan studi Pengaruh Perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak Terhadap Penenerimaan Pajak di Surakarta. Hasil penelitian menyatakan bahwa peningkatan Penghasilan Tidak Kena Pajak ternyata tidak menurunkan realisasi penerimaan pajak dan jumlah Wajib Pajak yang terdaftar, namun sebaliknya dengan adanya perubahan tersebut justru menaikkan realisasi penerimaan pajak dan meningkatkan jumlah Wajib Pajak yang terdaftar.


(51)

2.9. Kerangka Konseptual

Dengan berubahnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) menjadi lebih tinggi (terjadi kenaikan) maka akan mempengaruhi jumlah Disposable Income (Yd), dalam hal ini Disposable Income menjadi meningkat.

Meningkatnya Disposable Income berefek pula kepada konsumsi dan saving, dimana konsumsi dan saving menjadi meningkat juga. Peningkatan pengeluaran untuk konsumsi diasumsikan sebesar kecenderungan mengkonsumsi dikalikan dengan perbedaan pendapatan disposabel. Peningkatan Disposable Income berbanding lurus dengan peningkatan konsumsi dan saving.

Dalam hal pemerintah memungut pajak secara optimal terhadap tambahan disposabel, tambahan saving, dan tambahan konsumsi akibat perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak akan berpengaruh kepada Pajak Penghasilan Orang Pribadi.

Penulis menjelaskan variabel-variabel yang saling mempengaruhi dan berhubungan dalam bentuk kerangka konseptual sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Keterangan:

Δ PTKP = Perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak

Δ Yd = Perubahan Disposible Income/Penghasilan

Δ C = Perubahan Konsumsi

Δ S = Perubahan Saving/Tabungan

Yp = Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi

Δ Yd Yp

Δ PTKP

Δ S


(52)

2.10. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara ataupun kesimpulan sementara dari permasalahan yang menjadi objek penelitian dimana tingkat kebenarannya masih perlu diuji. Berdasarkan kerangka konseptual, diperoleh hipotesis sebagai berikut:

1. Perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) berpengaruh negatif terhadap penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh OP) di Kota Medan.

2. Perubahan Penghasilan berpengaruh positif terhadap penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh OP).

3. Multiplier effect perubahan konsumsi berpengaruh positif terhadap

penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh OP).

4. Multiplier effect perubahan saving berpengaruh positif terhadap penerimaan

Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh OP).

5. Terdapat potential loss jumlah Wajib Pajak (WP) yang disebabkan oleh perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).


(53)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini menitikberatkan pada kajian dampak perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) dan perubahan penghasilan terhadap penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh OP) di kota Medan. Penelitian ini juga membahas multiplier effect perubahan konsumsi dan saving terhadap penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi, di samping itu penelitian ini juga untuk mengetahui potential loss jumlah Wajib Pajak akibat perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Jenis data dalam penelitian ini terdiri data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung oleh peneliti dari para responden, dan bukan berasal dari pengumpulan data yang pernah dilakukan sebelumnya. Teknik pengumpulan data primer dilakukan dengan cara menyebar kuesioner yang telah dipersiapkan. Data primer yang diperoleh langsung dari responden yaitu hasil isian kuesioner oleh responden yang berpedoman kepada kuisioner yang telah dipersiapkan. Sedangkan data sekunder diperoleh langsung dari publikasi resmi seperti website Kementerian Keuangan, Direktorat Jenderal Pajak, Bank Indonesia, Biro Pusat Statistik, dan lain sebagainya. Sumber dari media cetak antara lain adalah berupa buku, jurnal, juga penelitian lain sehubungan dengan penelitian ini.


(54)

3.3. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian yang dapat terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai tes, atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian (Murni Daulay, 2010). Salah satu jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, dimana populasi yang digunakan sebagai sample frame dalam penelitian ini adalah Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP Pratama) yang ada di kota Medan. Adapun KPP Pratama yang terdapat di Kota Medan yaitu: 1. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat (kode KPP: 111) 2. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan (kode KPP: 112) 3. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur (kode KPP: 113) 4. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia (kode KPP: 121) 5. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota (kode KPP: 122) 6. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah (kode KPP: 124)

3.4. Responden atau Sample

Responden atau sample adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi yang menjadi sumber data dalam penelitian ini. Kriteria responden adalah Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar pada KPP Pratama di kota Medan yang melaporkan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (SPT Tahunan PPh OP) untuk tahun pajak 2008 dan 2009.


(55)

3.5. Sample Size

Penetapan jumlah sampel dalam penelitian ini berpedoman pada saran Rescoe (1975) dalam Uma Sekaran (1992:252), dimana beliau memberikan pedoman penentuan jumlah sampel sebagai berikut:

1. Sebaiknya ukuran sampel di antara 30 s/d 500 elemen.

2. Jika sampel dipecah lagi ke dalam subsample (misalnya: laki-laki/perempuan, SD/SLTP/SMU, dsb), jumlah minimum subsampel harus 30.

3. Pada penelitian multivariate (termasuk analisis regresi multivariate) ukuran sampel harus beberapa kali lebih besar (minimal 10 kali) dari jumlah variabel yang akan dianalisis.

4. Untuk penelitian eksperimen yang sederhana, dengan pengendalian yang ketat, ukuran sampel bisa antara 10 s/d 20 elemen.

Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda dimana analisis ini digunakan untuk mengukur pengaruh antara lebih dari satu variabel prediktor (variabel bebas) terhadap variabel terikat.

Jumlah variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah lima variabel sehingga jumlah sampel minimal yang harus diambil adalah 5 x 10 = 50 sampel.

Peneliti melibatkan seratus sampel dalam penelitian ini sebagai responden untuk mengisi kuesioner yang telah dipersiapkan.

Penetapan sample size dilakukan dengan menggunakan formula alokasi proporsional yang secara terperinci dapat dilihat pada tabel berikut:


(56)

Tabel.3.1. Besarnya Sampel pada Tiap Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama

KPP Pratama Sub Populasi Besarnya sampel per KPP

Medan Barat Medan Belawan Medan Timur Medan Polonia Medan Kota Medan Petisah 18.453 43.395 61.623 78.505 80.857 62.515

n1 = 18.453/345.348 x 100 n2 = 43.395/345.348 x 100 n3 = 61.623/345.348 x 100 n4 = 78.505/345.348 x 100 n5 = 80.857/345.348 x 100 n6 = 62.515/345.348 x100

= 5 = 13 = 18 = 23 = 23 = 18

Jumlah 345.348 = 100

Sumber: Direktorat Jenderal Pajak, 2012

3.6. Jenis Variabel

Berdasarkan model estimasi yang didesain berdasarkan model makro ekonomi, maka jenis variabel dalam penelitian ini dengan model makro ekonomi dari variabel

exogeneous dan endogeneous. Variabel exogeneous adalah variabel yang nilainya

ditentukan di luar persamaan model estimasi. Variabel endogeneous adalah variabel yang nilainya ditentukan pada persamaan model estimasi. Pada penelitian ini juga hipotesis atau permasalahan penelitian yang dijelaskan tidak didasarkan pada model ekonomi makro, tetapi menggunakan model statistik yaitu regresi linear berganda, maka jenis variabel terdiri dari variabel-variabel dependent dan independent.

Variabel dependent adalah variabel yang nilainya ditentukan pada persamaan model estimasi. Sedangkan variabel independent adalah variabel yang nilainya ditentukan di luar model estimasi. Kedua dependent dan independent jenis variabel ini sifat tetap pada model estimasinya, sedang variabel exogeneous dan endogeneous sifat tidak tetap, artinya pada persamaan model estimasi terbentuk sifat variabel bisa berubah dari exogeneous ke endogeneous atau dari endogeneous ke exogeneous.


(57)

Pada variabel yang diteliti dapat digolongkan jenis variabel sebagai berikut: 1. Variabel Dependent

Yp : Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh OP) 2. Variabel Independent

Δ PTKP : Perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

ΔYd : Perubahan Disposible Income (Penghasilan)

ΔC : Perubahan Konsumsi

ΔS : Perubahan Saving

3.7. Teknik Penentuan Sample

Penentuan sample pada penelitian ini sebagaimana data Wajib Pajak untuk ditentukan sample yang diwawancara digunakan teknik non random dengan cara aksidental (asal nemu).

3.8. Teknik dan Model Analisis Data

Untuk menyederhanakan data supaya dapat lebih mudah diinterpretasikan, maka dibuat model analisis data. Analisis penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik analisis regresi berganda untuk mengolah dan membahas data yang diperoleh dan juga untuk menguji hipotesis yang diajukan. Teknik analisis regresi berganda dipilih sebab teknik ini dapat menyimpulkan secara langsung mengenai pengaruh masing-masing variabel bebas yang digunakan secara parsial maupun secara bersama-sama.


(58)

Berdasarkan kerangka konseptual yang diajukan, model analisis data yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. Yp = a0 + Δ PTKP + ΔYd + ΔC + ΔS + e

Keterangan:

a0 = Konstanta

Yp = Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh OP)

Δ PTKP = Perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

ΔYd = Perubahan Disposible Income (Penghasilan)

ΔC = Perubahan Konsumsi

ΔS = Perubahan Saving

e = Error term/residual/kesalahan pengganggu

b. Untuk menghitung hipotesis potensial loss jumlah Wajib Pajak (WP) dilakukan dengan metode komparatif, yaitu menginventarisasi jumlah Wajib Pajak sebelum perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) dengan jumlah Wajib Pajak setelah perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak dengan formula:

WP = WPs – WP0 x 100 %

WPo Keterangan:

WP = Persentase perubahan Wajib Pajak setelah perubahan PTKP WPs = Total Wajib Pajak sesudah perubahan PTKP


(59)

3.9. Pengolahan Data

Alat analisis yang digunakan dalam mengolah data adalah software pengolah data statistik yaitu SPSS 18.

3.10. Uji Kesesuaian (Test of Goodeness of Fit )

a. Pengujian R-squared (coefficient determinant) dilakukan untuk melihat seberapa besar variabel-variabel independen secara bersamaan mampu memberikan penjelasan mengenai variabel dependen. Pengujian dilakukan dengan melihat nilai R2 yang dihasilkan dalam pengolahan model regresi. Apabila R2 = 0, berarti variabel dependen sama sekali tidak dapat menjelaskan variabel independen. Apabila R2 = 1, maka variabel dependen dapat dijelaskan seluruhnya oleh variabel independen.

b. Uji t-Statistik merupakan suatu pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing koefisien regresi memiliki tingkat signifikansi yang memadai terhadap variabel dependen, dengan menganggap bahwa variabel independen lainnya konstan.

c. Pengujian F-Statistik dilakukan untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen.

3.11. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik dilakukan agar model regresi pada penelitian signifikan dan representatif. Beberapa pengujian dapat dilakukan untuk menguji kesesuaian model yang dibuat dengan asumsi-asumsi klasik ini.


(60)

Pengujian-pengujian yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah:

a. Uji Normalitas

Normalitas merupakan uji yang dilakukan untuk mengecek apakah data penelitian berasal dari populasi yang normal. Uji normalitas perlu dilakukan karena semua perhitungan statistik parametrik memiliki asumsi normalitas.

b. Uji Heterokedastisitas

Gejala heterokedastisitas akan muncul apabila variable pengganggu (ei),

memiliki varian yang berbeda dari suatu observasi ke observasi yang lain. Adanya heterokedasitas menyebabkan estimasi koefisien-koefisien regresi menjadi tidak efisien. Gujarati (2003), menyatakan bahwa terdapat beberapa metode digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya gejala heterokedastisitas seperti metode grafik, park, glejser, rank spearman dan Barlett.

c. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi yang terbentuk ada korelasi yang tinggi atau sempurna diantara varibel bebas atau tidak. Jika dalam model regresi yang terbentuk terdapat korelasi yang tinggi atau sempurna diantara variabel bebas maka model regresi tersebut dinyatakan mengandung gejala multikolinier.

3.12. Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) merupakan pengurang penghasilan neto Wajib Pajak Orang Pribadi untuk menghasilkan Penghasilan Kena Pajak sebelum dikenakan tarif Pajak Penghasilan Pasal 17 Undang-Undang Pajak Penghasilan.


(61)

2. Penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun.

3. Penghasilan Kena Pajak adalah dasar pengenaan pajak (tax base) dalam menghitung pajak atas penghasilan (income tax).

4. Pajak Penghasilan Orang Pribadi adalah merupakan pajak subjektif atau personal yang pengenaannya harus memperhatikan dan pempertimbangkan keadaan pribadi subjek pajak.

5. Pengeluaran konsumsi adalah total pengeluaran responden pada satu tahun tertentu yang dinyatakan dengan Rupiah.

6. Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh OP) adalah total pendapatan pemerintah dari Pajak Penghasilan Orang Pribadi responden pada satu tahun tertentu yang diukur dengan Rupiah.

7. Pendapatan (agregat) kotor adalah total pendapatan responden pada satu tahun tertentu yang diukur dengan Rupiah.

8. Pendapatan (Disposible income) adalah total pendapatan responden pada satu tahun tertentu yang dikurangi kewajiban pajak yang diukur dengan Rupiah. 9. Pengeluaran investasi atau tabungan adalah total selisih pendapatan dengan

pengeluaran konsumsi pada satu tahun tertentu atau merupakan investasi yang diukur dengan Rupiah.

10. Konsumsi sebelum perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak adalah total pengeluaran konsumsi responden pada satu tahun tertentu sebelum perubahan


(62)

Penghasilan Tidak Kena Pajak yang diukur dengan Rupiah.

11. Saving sebelum perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak adalah total saving

responden pada satu tahun tertentu sebelum perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak yang diukur dengan Rupiah.

12. Konsumsi sesudah perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak adalah total pengeluaran konsumsi responden pada satu tahun tertentu sesudah perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak yang diukur dengan Rupiah.

13. Saving sesudah perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak adalah total saving

responden pada satu tahun tertentu sesudah perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak yang diukur dengan Rupiah.

14. Perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak adalah selisih jumlah PTKP sebelum dan sesudah adanya kenaikan Penghasilan Tidak Kena Pajak yang diukur dengan Rupiah.

15. Perubahan konsumsi adalah total pengeluaran konsumsi responden akibat perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak yang diukur dengan Rupiah.

16. Perubahan saving adalah total tabungan atau investasi responden akibat perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak yang diukur dengan Rupiah.

17. Perubahan jumlah Wajib Pajak adalah perubahan Wajib Pajak akibat perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak yang diukur dengan persentase.


(63)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi di Kota Medan

Pemerintah Republik Indonesia dalam hal ini Kementerian Keuangan melalui Direktorat Jenderal Pajak dengan sekuat tenaga terus berusaha untuk mencapai target penerimaan pajak yang dibebankan.

Penerimaan pajak meliputi beberapa jenis pajak, salah satunya adalah Pajak Penghasilan Orang Pribadi. Pajak Penghasilan Orang Pribadi adalah pajak subjektif atau personal yang pengenaannya harus memperhatikan dan pempertimbangkan keadaan pribadi subjek pajak.

Dasar Hukum pengenaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi adalah Undang Nomor 7 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.

Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi untuk Kota Medan diawasi dan dikelola oleh Kantor Wilayah Direrktorat Jenderal Pajak Sumatera Utrara I. Data yang diperoleh dari Kanwil Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara I memperlihatkan bahwa realisasi penerimaan pajak penghasilan Orang Pribadi untuk tahun 2011 adalah sebesar Rp 44.590.541.068. Realisasi penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi tersebut secara rinci dapat dilihat dari tabel sebagai berikut:


(64)

Tabel 4.1 Realisasi Penerimaan PPh Orang Pribadi untuk Tahun 2011 di Kota Medan

Nama Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jumlah Realisasi Penerimaan (Rp)

KPP Pratama Medan Barat 2.985.795.899

KPP Pratama Medan Belawan 1.252.642.294

KPP Pratama Medan Timur 6.679.512.585

KPP Pratama Medan Polonia 13.775.469.601

KPP Pratama Medan Kota 14.619.113.660

KPP Pratama Medan Petisah 5.278.007.029

Jumlah Penerimaan PPh OP Kota Medan 44.590.541.068

Sumber: Kanwil Ditjen Pajak Sumatera Utara I, 2012

Begitu banyak faktor yang mempengaruhi penerimaan pajak, salah satunya adalah kebijakan pemerintah di bidang perpajakan. Secara umum kebijakan pemerintah bertujuan untuk mencapai keadilan terhadap Wajib Pajak dan peningkatan penerimaan pajak.

Kebijakan pemerintah untuk meningkatkan Penghasilan Tidak Kena Pajak adalah juga merupakan kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan rasa keadilan terhadap masyarakat dan upaya peningkatan penerimaan pajak yang masuk ke kas negara.

4.2. Hasil Penelitian 4.2.1. Identitas Responden

Kuesioner disebar kepada seratus orang responden, dimana kriteria responden adalah Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar pada salah satu dari enam Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang ada di Kota Medan yang melaporkan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT Tahunan) untuk tahun Pajak 2008 dan 2009.


(65)

Kantor Pelayanan Pajak yang terdapat di Kota Medan berjumlah enam kantor yaitu: KPP Pratama Medan Barat, KPP Pratama Medan Belawan, KPP Pratama Medan Timur, KPP Pratama Medan Polonia, KPP Pratama Medan Kota, dan KPP Pratama Medan Petisah.

Gambaran umum responden dapat dilihat melalui demografi responden yang meliputi: Nama Kantor Pelayanan Pajak Pratama dimana responden terdaftar, jenis kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan, status, dan jumlah tanggungan.

Dari hasil pengisian kuesioner responden diperoleh gambaran sebagai berikut:

Tabel 4.2. Identitas Responden

Kriteria

Deskriptif Keterangan

Responden (orang)

Persentase (%)

KPP Pratama

Medan Barat 5 5

Medan Belawan 13 13

Medan Timur 18 18

Medan Polonia 23 23

Medan Kota 23 23

Medan Petisah 18 18

Jumlah 100 100

Jenis Kelamin Laki-laki 70 70

Perempuan 30 30

Jumlah 100 100

Umur

Kurang dari 30 tahun 9 9

30 s.d. 40 tahun 42 42

41 s.d. 50 tahun 35 35

Lebih dari 50 tahun 14 14

Jumlah 100 100

Tingkat Pendidikan

SLTP 1 1

SLTA 24 24

Diploma/Akademi 12 12

Sarjana 55 55


(1)

(2)

Lampiran 2. Output Pengolahan Data

Model Summaryb Model R R Square Adjusted

R Square

Std. Error of the Estimate

1 .854a .729 .717 2.27868E6

a. Predictors: (Constant), Perubahan Saving, Perubahan PTKP, Perubahan Konsumsi, Perubahan Penghasilan

b. Dependent Variable: PPh OP sesudah Perubahan PTKP

Model Summaryb Model

Change Statistics

Durbin Watson R Square

Change F Change df1 df2 Sig. F Change

1 .729 63.813 4 95 .000 1.677

a. Dependent Variable: PPh OP sesudah Perubahan PTKP

ANOVAb

Model Sum of

Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 1.325E15 4 3.313E14 63.813 .000a

Residual 4.933E14 95 5.192E12

Total 1.819E15 99

a. Predictors: (Constant), Perubahan Saving, Perubahan PTKP, Perubahan Konsumsi, Perubahan Penghasilan

b.Dependent Variable: PPh OP sesudah Perubahan PTKP

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

B Std. Error Beta

1 (Constant) 308911.256 817235.469

Perubahan PTKP -.349 1.690 -.011

Perubahan Penghasilan .223 .165 -.216

Perubahan Konsumsi .834 .221 .557

Perubahan Saving 6.771 2.068 .220

a. Dependent Variable: PPh OP sesudah Perubahan PTKP


(3)

Lampiran 3. Output Pengolahan Data (Lanjutan)

Coefficientsa

Model t Sig. 95,0% Confidence Interval for B Lower Bound Upper Bound

1 (Constant) .378 .706 -1313506.279 1931328.792

Perubahan PTKP -.206 .837 -3.704 3.006

Perubahan Penghasilan 1.349 .180 -.105 .550

Perubahan Konsumsi 3.778 .000 .396 1.272

Perubahan Saving 3.273 .001 2.664 10.877

a. Dependent Variable: PPh OP sesudah Perubahan PTKP

Coefficientsa Model

Correlations Collinearity Statistics Zero-order Partial Part Tolerance VIF 1 (Constant)

Perubahan PTKP .013 -.021 -.011 .995 1.005

Perubahan Penghasilan .824 .137 .072 .111 8.970 Perubahan Konsumsi .809 .361 .202 .131 7.617

Perubahan Saving .457 .318 .175 .632 1.582


(4)

Lampiran 4. Histogram Untuk Uji Normalitas


(5)

(6)

Lampiran 6. Scatterplot Untuk uji Heterokedastisitas


Dokumen yang terkait

Pengaruh Perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak dan Tarif Pajak Penghasilan Orang Pribadi Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan (Studi Kasus pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Barat I)

0 8 1

Pengaruh Kenaikan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi.

8 20 25

Pengaruh Perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) Orang Pribadi Terhadap Penerimaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai

0 2 3

Pengaruh Perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) Orang Pribadi Terhadap Penerimaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai

2 3 12

Pengaruh Perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) Orang Pribadi Terhadap Penerimaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai

0 3 20

Pengaruh Perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) Orang Pribadi Terhadap Penerimaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai

2 2 9

Dampak Perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) Terhadap Jumlah Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (Periode 2014-2016) di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

0 0 2

Analisis Pengaruh Perusahaan Penghasilan Tidak Kena Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi Di Kota Medan

0 0 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Pajak - Analisis Pengaruh Perusahaan Penghasilan Tidak Kena Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi Di Kota Medan

0 0 29

ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI DI KOTA MEDAN TESIS

1 1 16