Penambahan Sabut Kelapa Pada Media Tanam Dan Frekuensi Penyiraman Terhadap Pertumbuhan Kecambah Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Di Pre Nursery Chapter III VI

BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan PPKS Sei- Aek Pancur,
Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang pada bulan Oktober sampai
dengan Desember 2016.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kecambah kelapa sawit
varietas DXP Yangambi PPKS sebagai objek pengamatan, polybag hitam berukuran
50 X 40 cm, topsoil, sabuk kelapa, fungisida, insektisida, paranet, kertas label
perlakuan.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, meteran, penggaris,
bambu, ayakan, gembor, sprayer, timbangan analitik, jangka sorong digital, alat tulis
untuk mencatat data pengamatan.
Metode Percobaan
Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial
dengan 2 faktor perlakuan, yaitu :
Faktor I : Penambahan sabut kelapa pada media tanam (S) dengan 3 taraf, yaitu :
S0 : Top soil
S1 : Top soil : 1/10 sabut kelapa
S2 : Top soil : 2/10 sabut kelapa
Faktor II : Frekuensi Penyiraman (F) dengan 2 taraf, yaitu :

F1 : Pagi
F2 : Pagi dan sore
Sehingga diperoleh 6 kombinasi perlakuan sebanyak yaitu:

Universitas Sumatera Utara

S0F1

S1F1

S2F1

S0F2

S1F2

S2F2

Jumlah Ulangan


: 4 ulangan

Jumlah plot

: 24 plot

Jumlah tanaman/plot

: 8 Tanaman

Jumlah sampel/plot

: 8 Tanaman

Jumlah seluruh tanaman sampel

: 192 tanaman

Jumlah tanaman barier


: 60 tanaman

Jumlah seluruh tanaman

: 252 Tanaman

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam berdasarkan
model linier sebagai berikut:
��� = � + �� + �� + (�� )�� + ����

i = 1,2,3

j = 1,2

k = 1,2,3,4

���

: Hasil pengamatan


μ

: Nilai tengah umum

αi

: Efek penambahan sabut kelapa taraf ke-i

βj

: Efek frekuensi penyiraman tanam taraf ke-j

(αβ)ij

: Efek interaksi perlakuan penambahan sabut kelapa (S) pada taraf ke-i

perlakuan penambahan sabut kelapa (S) pada

taraf ke-i dan perlakuan frekuensi penyiraman (F) pada taraf ke-j


dan perlakuan frekuensi penyiraman (F) pada taraf ke-j
εijk

: Efek galat pada perlakuan penambahan sabut kelapa (S) pada taraf
ke-i dan perlakuan frekuensi penyiraman (F) pada taraf ke-j

Universitas Sumatera Utara

Jika hasil sidik ragam menunjukkan pengaruh yang nyata, maka analisis
dilanjutkan dengan menggunakan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α = 5%
(Steel and Torrie, 1995).

Universitas Sumatera Utara

PELAKSANAAN PENELITIAN
Persiapan Lahan Penelitian
Lahan dipersiapkan dilahan datar dan terbuka, strategis dan aman. Areal
yang digunakan dibersihkan dari gulma dan sisa akar tanaman dengan luas lahan
1080 cm x 990 cm dengan jarak antar ulangan 60 cm dan jarak antar plot 40 cm.
Kemudian dibuat naungan dari bahan paranet yang dapat meloloskan cahaya 30%

dengan tinggi naungan 2 m dari permukaan lahan.
Persiapan Media Tanam
Media tanam yang digunakan adalah topsoil dan sabut kelapa yaitu : 1/10 sabut
kelapa dari tinggi polybag dan 2/10 sabut kelapa dari tinggi polybag. Sebelumnya
media tanam topsoil diayak dengan menggunakan ayakan dan diaduk sampai
homogen. Sabut kelapa sudah dicuci berkali- kali dan di jemur sampai tidak terdapat
kandungan tanin dan ditaburkan fungisida dan insektisida secukupnya. Pengisian
media tanam polybag yaitu sabut kelapa disusun

pada bagian dasar polybag

kemudian dimasukkan top soil sesuai perlakuan masing- masing. Polibag diletakkan
dan disusun dengan jarak antar polibag 10 x10 cm pada plot percobaan.
Penanaman
Benih kecambah yang digunakan varietas D X P Yangambi PPKS. Tiap
polybag ditanam 1 benih kecambah dengan kedalaman 2 cm dari permukaan media
tanam.
Frekuensi Penyiraman
Penyiraman dilakukan sesuai dengan perlakuannya masing-masing. Setiap
penyiraman bibit memerlukan 0,25 liter air pada pre nursery dan 1 liter air untuk

sekali penyiraman di main nursery.

Universitas Sumatera Utara

Pemeliharaan
Pemupukan
Pemupukan di pre nursery dilakukan setelah bibit berumur 3 bulan yaitu
seminggu sekali menggunakan pupuk urea sebanyak 2 gram/liter air untuk 100 bibit
dengan cara disiram.
Penyiangan
Penyiangan gulma dilakukan secara manual dengan mencabut gulma yang ada
dalam polibag dan lahan percobaan. Penyiangan dilakukan 2 kali seminggu dan
disesuaikan dengan kondisi media tanam dan lahan.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan sesuai dengan kondisi tanaman
pada lahan percobaan tersebut.
Pengamatan Parameter
Tinggi Tanaman (cm)
Tinggi tanaman diukur dari permukaan tanah yang telah diberi tanda sampai
daun tertinggi. Pengukuran tinggi tanaman dilakukan setelah berumur 3 minggu

setelah tanam (MST) dengan interval 1 minggu menggunakan penggaris atau
meteran.
Jumlah Daun (Helai)
Jumlah daun yang dihitung adalah daun yang telah membuka sempurna
membentuk helaian daun. Perhitungan jumlah daun dilakukan setelah bibit berumur
3 minggu setelah tanam (MST) dengan interval 1 minggu.
Diameter Batang (mm)

Universitas Sumatera Utara

Diameter batang diukur pada ketinggian 2 cm diatas patok standar. Pengukuran
diameter batang dilakukan setelah tanaman berumur 6 MST dengan interval 2
minggu menggunakan alat jangka sorong digital (Calliper).

Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tinggi Tanaman (cm)
Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam perlakuan penambahan sabut

kelapa dan frekuensi penyiraman terhadap tinggi tanaman disajikan pada Tabel
Lampiran 1. Dari analisis sidik ragam terlihat bahwa perlakuan sabut kelapa
berpengaruh tidak nyata dan frekuensi penyiraman berpengaruh tidak nyata terhadap
tinggi tanaman pada 3 MST- 12 MST. Rataan perlakuan penambahan sabut kelapa
dan frekuensi penyiraman terhadap tinggi tanaman disajikan pada tabel 1.
Tabel 1. Rataan perlakuan penambahan sabut kelapa dan frekuensi penyiraman
terhadap tinggi tanaman (cm) pada 3 MST- 12 MST
Frekuensi Penyiraman
MST Sabut Kelapa
Rataan
F1
F2
S0 (Tanpa Sabut)
2.45
2.50
2.47
3
S1 (Top soil : 1/10 sabut kelapa) 2.81
2.43
2.62

S2 (Top soil : 2/10 sabut kelapa) 2.57
2.50
2.54
Rataan
2.61
2.48
2.54
S0 (Tanpa Sabut)
3.88
3.85
3.87
4
S1 (Top soil : 1/10 sabut kelapa) 4.69
4.07
4.38
S2 (Top soil : 2/10 sabut kelapa) 4.11
4.06
4.09
Rataan
4.23

4.00
4.11
S0 (Tanpa Sabut)
5.40
5.46
5.43
5
S1 (Top soil : 1/10 sabut kelapa) 6.37
5.53
5.95
S2 (Top soil : 2/10 sabut kelapa) 5.67
5.44
5.56
Rataan
5.82
5.48
5.65
S0 (Tanpa Sabut)
6.96
6.90
6.93
6
S1 (Top soil : 1/10 sabut kelapa) 8.12
7.10
7.61
S2 (Top soil : 2/10 sabut kelapa) 7.27
6.84
7.06
Rataan
7.45
6.95
7.20
S0 (Tanpa Sabut)
8.64
8.66
8.65
7
S1 (Top soil : 1/10 sabut kelapa) 9.86
8.98
9.42
S2 (Top soil : 2/10 sabut kelapa) 9.10
8.58
8.84
Rataan
9.20
8.74
8.97
S0 (Tanpa Sabut)
10.01
10.36
10.19
8
S1 (Top soil : 1/10 sabut kelapa) 11.73
10.48
11.10

Universitas Sumatera Utara

9

10

11

12

S2 (Top soil : 2/10 sabut kelapa)
Rataan
S0 (Tanpa Sabut)
S1 (Top soil : 1/10 sabut kelapa)
S2 (Top soil : 2/10 sabut kelapa)
Rataan
S0 (Tanpa Sabut)
S1 (Top soil : 1/10 sabut kelapa)
S2 (Top soil : 2/10 sabut kelapa)
Rataan
S0 (Tanpa Sabut)
S1 (Top soil : 1/10 sabut kelapa)
S2 (Top soil : 2/10 sabut kelapa)
Rataan
S0 (Tanpa Sabut)
S1 (Top soil : 1/10 sabut kelapa)
S2 (Top soil : 2/10 sabut kelapa)
Rataan

11.28
11.01
11.38
13.55
12.90
12.61
12.68
15.19
14.19
14.02
13.81
16.51
15.54
15.29
15.48
17.81
18.14
17.15

10.24
10.36
12.10
11.74
11.52
11.79
13.76
13.06
12.73
13.18
14.99
14.58
14.48
14.68
16.75
16.05
16.07
16.29

10.76
10.68
11.74
12.64
12.21
12.20
13.22
14.13
13.46
13.60
14.40
15.55
15.01
14.98
16.12
16.93
17.11
16.72

Dari Tabel 1 menunjukkan bahwa perlakuan penambahan sabut kelapa S2
(Top soil : 2/10 sabut kelapa) menghasilkan tanaman tertinggi yaitu 17.11 cm
dibandingkan S0 (Tanpa Sabut) yaitu 16.12 cm dan S1 (Top soil : 1/10 sabut kelapa)
yaitu 16.93 cm. Perlakuan frekuensi penyiraman F1 (Pagi) menghasilkan tanaman
tertinggi yaitu 17.15 cm dibandingkan F2 ( Pagi dan Sore) yaitu 16.29 cm.
Jumlah Daun (helai)
Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam perlakuan penambahan sabut
kelapa dan frekuensi penyiraman terhadap jumlah daun disajikan pada Tabel
Lampiran 2. Dari analisis sidik ragam terlihat bahwa perlakuan sabut kelapa
berpengaruh tidak nyata dan frekuensi penyiraman berpengaruh tidak nyata terhadap
jumlah daun pada 3 MST- 12 MST. Rataan perlakuan penambahan sabut kelapa dan
frekuensi penyiraman terhadap jumlah daun disajikan pada Tabel 2.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2. Rataan perlakuan penambahan sabut kelapa dan frekuensi penyiraman
terhadap jumlah daun (helai) pada 3 MST- 12 MST
Frekuensi Penyiraman
MST
Sabut Kelapa
Rataan
F1
F2
S0 (Tanpa Sabut)
0.00
0.00
0.00
3
S1 (Top soil : 1/10 sabut kelapa) 0.00
0.00
0.00
S2 (Top soil : 2/10 sabut kelapa) 0.00
0.00
0.00
Rataan
0.00
0.00
0.00
S0 (Tanpa Sabut)
1.00
1.00
1.00
4
S1 (Top soil : 1/10 sabut kelapa) 1.00
0.00
0.50
S2 (Top soil : 2/10 sabut kelapa) 1.00
1.00
1.00
Rataan
1.00
0.67
0.83
S0 (Tanpa Sabut)
1.00
1.04
1.02
5
S1 (Top soil : 1/10 sabut kelapa) 1.00
0.90
0.95
S2 (Top soil : 2/10 sabut kelapa) 1.04
1.05
1.05
Rataan
1.01
1.00
1.00
S0 (Tanpa Sabut)
1.29
1.22
1.25
6
S1 (Top soil : 1/10 sabut kelapa) 1.16
0.00
0.58
S2 (Top soil : 2/10 sabut kelapa) 1.29
1.56
1.43
Rataan
1.25
0.93
1.09
S0 (Tanpa Sabut)
1.29
1.22
1.25
7
S1 (Top soil : 1/10 sabut kelapa) 1.47
1.02
1.25
S2 (Top soil : 2/10 sabut kelapa) 1.34
1.56
1.45
Rataan
1.37
1.27
1.32
S0 (Tanpa Sabut)
1.67
1.52
1.59
8
S1 (Top soil : 1/10 sabut kelapa) 1.65
1.19
1.42
S2 (Top soil : 2/10 sabut kelapa) 1.66
2.00
1.83
Rataan
1.66
1.57
1.61
S0 (Tanpa Sabut)
2.04
1.96
2.00
9
S1 (Top soil : 1/10 sabut kelapa) 2.05
1.42
1.73
S2 (Top soil : 2/10 sabut kelapa) 2.04
2.25
2.15
Rataan
2.04
1.88
1.96
S0 (Tanpa Sabut)
2.04
2.29
2.17
10
S1 (Top soil : 1/10 sabut kelapa) 2.23
1.81
2.02
S2 (Top soil : 2/10 sabut kelapa) 2.43
2.35
2.39
Rataan
2.23
2.15
2.19
S0 (Tanpa Sabut)
2.17
2.46
2.31
11
S1 (Top soil : 1/10 sabut kelapa) 2.62
2.02
2.32
S2 (Top soil : 2/10 sabut kelapa) 2.48
2.66
2.57
Rataan
2.42
2.38
2.40
12
S0 (Tanpa Sabut)
2.63
2.51
2.57

Universitas Sumatera Utara

S1 (Top soil : 1/10 sabut kelapa)
S2 (Top soil : 2/10 sabut kelapa)

2.75
2.63

2.02
2.79

2.39
2.71

Rataan

2.67

2.44

2.55

Dari Tabel 2 menunjukkan bahwa perlakuan penambahan sabut kelapa S2
(Top soil : 2/10 sabut kelapa) menghasilkan jumlah daun terbanyak yaitu 2.71 helai,
lebih tinggi dibandingkan S0 (Tanpa Sabut) yaitu 2.57 helai dan S1 (Top soil : 1/10
sabut kelapa) yaitu 2.03 helai. Perlakuan frekuensi penyiraman F1 (Pagi)
menghasilkan jumlah daun terbanyak yaitu 2.67 helai dibandingkan F2 (Pagi dan
Sore) yaitu 2.44 helai.
Diameter Batang (mm)
Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam perlakuan penambahan sabut
kelapa dan frekuensi penyiraman terhadap diameter batang disajikan pada Tabel
Lampiran 3. Dari analisis sidik ragam terlihat bahwa perlakuan sabut kelapa
berpengaruh tidak nyata dan frekuensi penyiraman berpengaruh tidak nyata terhadap
diameter batang pada 3 MST- 12 MST. Rataan perlakuan penambahan sabut kelapa
dan frekuensi penyiraman terhadap diameter batang disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Rataan perlakuan penambahan sabut kelapa dan frekuensi penyiraman
terhadap diameter batang (mm) pada 6 MST- 12 MST
Frekuensi Penyiraman
MST Sabut Kelapa
Rataan
F1
F2
S0 (Tanpa Sabut)
2.84
2.88
2.86
6
S1 (Top soil : 1/10 sabut kelapa)
3.25
3.07
3.16
S2 (Top soil : 2/10 sabut kelapa)
3.28
2.81
3.04
Rataan
3.12
2.92
3.02
S0 (Tanpa Sabut)
3.97
3.90
3.94
8
S1 (Top soil : 1/10 sabut kelapa)
3.78
4.02
3.90
S2 (Top soil : 2/10 sabut kelapa)
3.68
3.90
3.79
Rataan
3.81
3.94
3.88
S0 (Tanpa Sabut)
4.30
4.28
4.29
10
S1 (Top soil : 1/10 sabut kelapa)
4.14
4.33
4.23

Universitas Sumatera Utara

12

S2 (Top soil : 2/10 sabut kelapa)
Rataan
S0 (Tanpa Sabut)
S1 (Top soil : 1/10 sabut kelapa)
S2 (Top soil : 2/10 sabut kelapa)
Rataan

3.97
4.14
4.87
4.71
4.59
4.72

4.22
4.28
4.70
4.95
4.90
4.85

4.10
4.21
4.79
4.83
4.75
4.79

Dari Tabel 3 menunjukkan bahwa perlakuan penambahan sabut kelapa S1
(Top soil : 1/10 sabut kelapa) menghasilkan diameter terbesar yaitu 4.83 mm, lebih
tinggi dibandingkan S0 (Tanpa Sabut) yaitu 4.79 mm dan S2 (Top soil : 2/10 sabut
kelapa) yaitu 4.75 mm. Perlakuan frekuensi penyiraman F2 (Pagi dan Sore)
menghasilkan diameter terbesar yaitu 4.85 mm dibandingkan F1 (Pagi) yaitu 4.72
mm.
Pembahasan
Perlakuan penambahan sabut kelapa dan frekuensi penyiraman berpengaruh
tidak nyata terhadap tinggi tanaman (cm), jumlah daun (helai), dan diameter
batang (mm). Walaupun tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam
α = 5% namun perlakuan penambahan sabut kelapa cenderung menghasilkan tinggi
tanaman (cm) dan jumlah daun (helai) lebih besar pada S2 (Top soil : 2/10 sabut
kelapa), diameter batang (mm) lebih besar pada S1 (Top soil : 1/10 sabut kelapa),
dibandingkan S0 (Tanpa Sabut), diduga bahwa penambahan sabut kelapa dapat
membantu media tanam untuk menahan kandungan air yang lebih banyak yang
dibutuhkan tanaman kelapa sawit sehingga dapat menjaga kelembaban tanah oleh
karena sabut kelapa mengandung senyawa kimia

yaitu lignin, selulosa dan

hemiselulosa yang memiliki serat panjang dan kuat sehinga dapat menahan
kandungan air dan serat bersifat hidrofibil (suka air) sehingga dapat menyerap air.
Hal ini disebutkan didalam pendapat Dixit and Preeti (2012) serat lignoselulosa

Universitas Sumatera Utara

adalah hidrofil dan menyerap kelembaban. Menurut Oshima (1965) molekul
hemiselulosa lebih mudah menyerap air, bersifat plastis, dan mempunyai permukaan
kontak antar molekul yang lebih luas dari selulosa.
Perlakuan frekuensi penyiraman F1 (Pagi) dan F2 (Pagi, Sore) menunjukkan
perbedaan yang tidak signifikan pada taat kesalahan α = 5%, namun perlakuan F1
(Pagi) cenderung menghasilkan pertumbuhan yang lebih besar terhadap tinggi
tanaman (cm) dan jumlah daun (helai), dibandingkan F2 (Pagi, Sore). Penyiraman
pagi hari sudah dapat memenuhi kebutuhan air bagi tanaman kelapa sawit hal ini
sesuai dengan pendapat Salisbury dan Ross (1997) ketersediaan air yang cukup
untuk memenuhi kebutuhan air bagi tanaman sangat penting. Apabila ketersediaan
air tanah kurang bagi tanaman maka akibatnya air sebagai bahan baku fotosintesis,
transportasi unsur hara ke daun akan terhambat sehingga akan berdampak pada
produksi yang dihasilkan. Tercukupinya kebutuhan air pada tanaman kelapa sawit
dengan perlakuan F1 (Pagi) walaupun penyiraman satu kali pagi hari juga terbantu
dengan interaksi tanaman dengan keadaan lingkungan dalam curah hujan yang
diamati di lokasi pembibitan PPKS Sei- Aek Pancur selama Oktober sampai dengan
Desember yang menunjukkan sering turunya hujan dengan kriteria hujan yaitu lebat,
sedang, dan rintik-rintik (Data lampiran 51).
Pertumbuhan kecambah pada parameter tinggi tanaman (cm) dan jumlah
daun (helai) yang diukur menunjukkan kecenderungan bahwa penambahan sabut
kelapa pada media tanam kecambah kelapa sawit di pre nursery

bermanfaat

menghemat penyiraman kecambah dengan frekuensi satu kali sehari. Sedangkan
pada parameter diameter batang (mm) dengan penambahan sabut kelapa pada media

Universitas Sumatera Utara

tanam yaitu dua kali penyiraman hal ini menunjukkan diperlukan kebutuhan air lebih
banyak untuk pertumbuhan batang.
Pemberian pupuk dasar (urea) pada media tanam lebih cepat terserap dan
tersedia, karena sabut kelapa memiliki daya simpan air yang tinggi dan air
merupakan alat transportasi yang baik bagi tanaman dan melancarkan proses
metabolisme berkaitan bagi membantu pertumbuhan bibit yang lebih baik. Menurut
Jumin (2002) air berfungsi dalam pengangkutan unsur hara dari akar ke jaringan
tanaman, yang digunakan sebagai pelarut garam-garaman, mineral serta penyusun
jaringan tanaman.
Tidak berbedanya hasil analisis perlakuan penyiraman satu kali dan dua kali
perhari menunjukkan penambahan sabut kelapa membantu penghematan pemberian
air pada fase pre nursery, dan diharapkan saat kemarau panjang juga memberi
pengaruh yang positif dalam ketersediaan air. Hal ini sesuai dengan Maryani (2012)
yang menyatakan bahwa kelapa sawit termasuk tanaman yang mempunyai perakaran
yang dangkal (akar serabut), sehingga mudah mengalami cekaman kekeringan.
Adapun penyebab tanaman mengalami kekeringan diantaranya transpirasi tinggi dan
diikuti dengan ketersediaan air tanah yang terbatas pada saat musim kemarau.

Universitas Sumatera Utara

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1.

Penambahan sabut kelapa pada media tanam kelapa sawit tidak berpengaruh
nyata terhadap pertumbuhan kecambah kelapa sawit.

2.

Frekuensi penyiraman pada tanaman kelapa sawit tidak berpengaruh nyata
terhadap pertumbuhan kecambah kelapa sawit.

3.

Penambahan sabut kelapa pada media tanam cenderung menunjukkan hasil
yang lebih besar dari ketiga parameter dan frekuensi penyiraman satu kali
sehari pada tanaman kelapa sawit cenderung menunjukkan hasil yang lebih
besar pada parameter tinggi tanaman (cm), jumlah daun (cm), dan frekuensi
penyiraman dua kali sehari menunjukkan hasil yang lebih besar pada
diameter batang (mm).

Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk kajian penambahan sabut
kelapa pada media tanam dengan penyiraman satu kali perhari sampai tahap bibit
main nursery.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)pada Berbagai Perbandingan Media Tanam Sludge dan Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) di Pre Nursery

4 102 53

Respons Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Terhadap Pemberian Kompos Sampah Pasar dan Pupuk NPKMg (15:15:6:4) di Pre Nursery

6 79 69

Evaluasi Karakter Pertumbuhan Beberapa Varietas Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Pre Nursery Pada Beberapa Komposisi Media Tanam Tanah Gambut

1 56 86

Respons Pertumbuhan Vegetatif Tiga Varietas Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Di Pre Nursery Pada Beberapa Komposisi Media Tanam Limbah

3 33 65

Penambahan Sabut Kelapa Pada Media Tanam Dan Frekuensi Penyiraman Terhadap Pertumbuhan Kecambah Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Di Pre Nursery

0 1 13

Penambahan Sabut Kelapa Pada Media Tanam Dan Frekuensi Penyiraman Terhadap Pertumbuhan Kecambah Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Di Pre Nursery

0 0 2

Penambahan Sabut Kelapa Pada Media Tanam Dan Frekuensi Penyiraman Terhadap Pertumbuhan Kecambah Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Di Pre Nursery

0 1 4

Penambahan Sabut Kelapa Pada Media Tanam Dan Frekuensi Penyiraman Terhadap Pertumbuhan Kecambah Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Di Pre Nursery

0 0 7

Penambahan Sabut Kelapa Pada Media Tanam Dan Frekuensi Penyiraman Terhadap Pertumbuhan Kecambah Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Di Pre Nursery

1 4 4

Penambahan Sabut Kelapa Pada Media Tanam Dan Frekuensi Penyiraman Terhadap Pertumbuhan Kecambah Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Di Pre Nursery

0 0 28