MOTIF ‘AGAR’ DAN MOTIF ‘KARENA’ DALAM KEPUTUSAN ORANG TUA MEMILIH LEMBAGA BIMBINGAN BELAJAR (Studi Fenomenologi Alfred Schutz dalam Konteks Lembaga Bimbingan Belajar di Kabupaten Sukoharjo) | Fatimah | SOSIALITAS; Jurnal Ilmiah Pend. Sos Ant 8819 18617 1
MOTIF ‘AGAR’ DAN MOTIF ‘KARENA’ DALAM KEPUTUSAN
ORANG TUA MEMILIH LEMBAGA BIMBINGAN BELAJAR
Siti Fatimah
Pendidikan Sosiologi-Antropologi, Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta
Fazafatim4@gmail.com
Nurhadi
Pendidikan Sosiologi-Antropologi, Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta
Nurhadi1974@gmail.com
Siany Indria Liestyasari
Pendidikan Sosiologi-Antropologi, Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta
liestyasari2003@yahoo.co.uk
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk untuk menjelaskan motif ‘agar’ dan motif ‘karena’ yang
melekat pada tindakan orang tua dari latar belakang budaya yang berbeda dalam keputusannya
memilih lembaga bimbingan belajar akademik di Sukoharjo. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kualitatif dengan menggunakan pendekatan fenomenologi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa motif-otif ‘agar’ atau motif tujuan orang tua memasukkan anak ke lembaga
bimbingan belajar diantaranya : (1) agar anak memiliki aktivitas yang positif (agar anak
mengenal kegiatan dan dunia baru, agar ilmu pengetahuan anak bertambah, agar anak jauh dari
pengaruh lingkungan bermain yang negatif), (2) agar dapat meningkatkan nilai akademik. Motif
‘karena’ atau motif sebab yang tampak antara lain: (1) karena kesibukan orang tua ( kesibukan
bekerja dan kesibukan mengurus anak-anak), (2) ketidakmampuan orang tua dalam mendampingi anak belajar (ketidakmampuan orang tua dalam mengendalikan perilaku anak dan
ketidakmampuan orang tua dalam menguasai materi pelajaran yang sulit)
Kata kunci : motif ‘agar’, motif ‘karena’, latar belakang orang tua, bimbel
Abstract :
This research aimed to understand ‘ in-order-to’ motives and 'because' of motives
attached to the actions of parents from different cultural backgrounds in the decision of choosing
guidance learning nstitusions in Sukoharjo. The method of this research was qualitative using
the phenomenological approach. The results showed that the ‘ in-order-to’ motives of parents
who joined their children to guidance learning nstitusions were : (1) ‘in order to’ give children
positive activities (to make them know the new world, to increase their knowledge, to keep them
away from the negative of playground environmental), (2) in order to increase academic score. The
‘because of motives’ were : (1) because of parents bussines (busy with their work and busy with
taking care of children), (2) the inabilities of parents to accompany the children’s learning (the
inabilities of parents to control children's behavior and understood the difficult subject)
Key Word :’in-order-to motives’, ‘because of motives, parents background, guidance learning
institusions
PENDAHULUAN
mungkin hampir seharian belajar di sekolah
Dewasa ini, promosi tentang Lem-
akan tetapi nilai anak tetap rendah?
baga Bimbingan Belajar atau yang akrab
Berdasarkan pengalaman orang tua
ditelinga masyarakat dengan sebutan bim-
yang diperoleh dari bertukar informasi,
bel semakin gencar dilakukan.
untuk menjadikan seorang anak berprestasi,
Promosi
tersebut
memanfaatkan
tidak cukup hanya dengan menempuh jalur
berbagai media massa, baik cetak maupun
pendidikan
elektronik seperti TV, radio, koran dan
pendidikan
internet.
membawa
alternatif pilihan. Menurut UU No 20 tahun
keunggulan dan slogannya yang menarik.
2003 tentang Sisdiknas, pasal 1 ayat 12,
Seperti
pendidikan
Setiap
Ganesha
Bimbel
Operation
dengan
formal.
non
non
Akhirnya,
formal
pun
formal
jalur
menjadi
adalah
jalur
Revolusi Belajar-nya dan jargonnya (dalam
pendidikan di luar pendidikan formal yang
sebuah iklan di 92.1 MH Fm) yang
dapat dilaksanakan secara terstruktur dan
berbunyi,”Ganesha Operation Help You
berjenjang. Seperti termuat dalam UU No
Make Your Dreams Come True”. Kita juga
20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
tidak akan kesulitan menemukan deretan
Nasional pasal 26 ayat 1, dijelaskan bahwa
iklan jasa les privat di kolom iklan baris
Pendidikan non formal diselenggarakan
koran.
bagi warga masyarakat yang memerlukan
Setiap orang tua tentu memiliki
layanan pendidikan yang berfungsi sebagai
harapan yang besar agar anak-anaknya
pengganti, penambah dan/atau pelengkap
dapat meraih kesuksesan di masa depan.
pendidikan
Orang
mendukung pendidikan sepanjang hayat.
tua
cenderung
menakar
kadar
kesuksesan seorang anak dari segi profesi
formal
Pendidikan
non
dalam
rangka
formal
sangat
bergengsi yang dimilikinya. Agar dapat
beragam
menempati profesi itu, orang tua percaya
komputer, desain grafis, mental aritmatika,
bahwa anak-anak mereka harus berprestasi
bimbingan belajar dan lain sebagainya.
sejak dini. Sementara itu, orang tua
Menurut pemahaman yang berkembang di
cenderung mengukur prestasi seorang anak
dalam masyarakat pendidikan non formal
dari hasil raport yang mereka terima setiap
yang
semesternya. Masalah mulai muncul ketika
keterampilan peserta didik dapat dibedakan
mereka melihat anaknya belajar setiap hari
menjadi
akan tetapi hasilnya diluar harapan, karena
bimbingan belajar yang fokusnya kepada
nilai anak tergolong rendah. Orang tua
peningkatan prestasi akademik siswa di
mulai
sekolah dan lembaga kursus yang hanya
mempertanyakan
bagaimana
mulai dari
terkait
dua
kursus
dengan
macam,
yaitu
menjahit,
bimbingan
lembaga
fokus pada satu bidang tertentu saja, seperti
seperti petani, pedagang, guru, karyawan
kemampuan
swasta, pengusaha, dan lain sebagainya.
berhitung
dan
berbahasa.
Lembaga bimbingan belajar yang fokusnya
Berdasarkan data yang diperoleh
pada bidang akademik sendiri menurut
dari Direktorat Pendidikan Kursus dan
pemahaman masyarakat dapat dibedakan
Pelatihan Indonesia, di seluruh Indonesia
lagi menjadi dua kategori yaitu lembaga
terdapat 13.446 lembaga kursus yang
bimbingan belajar berskala nasional dan
tersebar di seluruh Indonesia. Seluruh
lembaga bimbingan belajar lokal. Dalam
lembaga kursus tersebut memiliki 90.946
penelitian
tentang
orang pendidik yang melayani 1.348.565
lembaga bimbingan belajar lokal yang
peserta. Dari lembaga kursus yang ada di
fokusnya
Indonesia lebih dari setengahnya (59,50%)
ini,
akan
kepada
dibahas
upaya
peningkatan
kemampuan akademik siswa di sekolah.
berada di Pulau Jawa, khususnya Provinsi
Antusiasme orang tua sangat besar
DKI Jakarta, Provinsi Jawa Barat, Provinsi
dalam menyambut ‘doping’ pendidikan
Jawa Tengah, dan Provinsi Jawa Timur.
formal ini. Di Kota Malang misalnya,
Jumlah peserta kursus mencapai 1.348.565
Lembaga
orang. Dari keseluruhan peserta kursus
Bimbingan
Belajar
Ganesha
Operation unit SD mencatat lonjakan
tersebut
peserta didik yang sangat signifikan. Sejak
pendidikan mulai dari SD sampai S2 atau
berdirinya
GO
S3. Dilihat dari persentase peserta didik
menerima 258 anak. Lalu pada tahun-tahun
ternyata peserta dengan tingkat pndidikan
berikutnya berturut-turut 500 anak, 853
SMA menempati urutan pertama yaitu
anak, 997 anak, 1.135 anak, dan hingga
sebesar 45,51%, kemudian diikuti tingkat
saat ini GO menerima 1.190 anak sebagai
pendidikan SMP sebesar 22,97%, SD
peserta didik aktif (Malang Post edisi 13
17,84%, S2/S3 sebanyak 10,11% dan
Juni 2013 diakses secara online pada
terkecil adalah tingkat pendidikan S1 yaitu
tanggal 2 Februari 2016). Peningkatan
sebesar 5,42
jumlah peserta didik setiap tahunnya
pada tanggal 2 Februari 2016).
GO
pada
2007-2008,
terdiri
dari
berbagai
tingkat
(infokursus.net.id diakses
menunjukkan semakin besarnya minat dan
Lembaga bimbingan belajar menja-
kepercayaan orang tua terhadap Bimbel.
di fenomena yang menarik di Kabupaten
Pesona Lembaga Bimbingan Belajar telah
Sukoharjo dilihat dari semakin menjamur-
mampu menarik minat orang tua yang
nya lembaga bimbingan belajar dan jumlah
berasal
belakang
peminat yang terus meningkat. Penelitian
pendidikan dan profesi yang berbeda-beda,
mengenai keputusan orang tua memilih
dari
berbagai
latar
Bimbel dengan pendekatan fenomenologi
Schutz perlu untuk diteliti karena berangkat
tuk memahami fenomena dialami oleh
dari rasa penasaran dan keingintahuan
subjek penelitian secara mendalam dan
peneliti tentang fenomena besarnya daya
menyeluruh. Pada penelitian kualitatif ini
tarik Bimbel yang mampu menyedot animo
digunakan pendekatan fenomenologi dari
orang tua dari berbagai latar belakang
Alfred Schutz dengan tujuan untuk mema-
profesi seperti, petani, pedagang, guru dan
hami motif-motif yang melekat pada
pengusaha.
dan
tindakan orang tua memasukkan anak ke
keingintahuan peneliti juga disebabkan oleh
lembaga bimbingan belajar. Motif tersebut
pertanyaan mengenai motif-motif apa yang
adalah berupa motif ‘agar’ (in-order-to-
melekat pada tindakan orang tua dalam
motive)dan motif ‘karena’ (because mo-
keputusan memilih bimbel, apakah yang
tive).
Rasa
penasaran
menjadi sebab orang tua memutuskan
Penelitian ini berlokasi di dua
memasukkan anaknya ke Bimbel serta
Lembaga Bimbingan Belajar (LBB) Lokal
tujuan-tujuan, harapan-harapan apa yang
yang ada di Kabupaten Sukoharjo, yaitu
mendorong orang tua untuk memasukkan
Lembaga Bimbingan Belajar Pakarsidi dan
anaknya ke Bimbel,.
Supermind. Hal yang mendasari pemilihan
Berdasarkan latar belakang yang
lokasi tersebut karena Lembaga Bimbingan
telah diuraikan sebelumnya, penulis tertarik
Belajar
untuk
lebih
merupakan LBB lokal yang diminati
mendalam dan selanjutnya menamakan
masyarakat ditengah persaingan dengan
skripsi ini dengan judul, “Motif ‘Agar’ dan
lembaga bimbingan belajar yang sudah
Motif ‘Karena’ dalam Keputusan Orang
memiliki nama besar. Kemudian pada
Tua Memilih Lembaga Bimbingan Belajar
penelitian selanjutnya akan dilaksanakan di
Lokal di Kabupaten Sukoharjo” (Studi
sekitar wilayah Desa Bekonang, Kec.
Fenomenologi
melakukan
penelitian
dan
Supermind
Schutz
dalam
Mojolaban, yaitu di wilayah orang tua
Bimbingan
Belajar
peserta Bimbel berdomisili. Kabupaten
Lokal tentang di Kabupaten Sukoharjo).
Sukoharjo dipilih karena dianggap mampu
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan
mewakili kebutuhan informan dengan latar
tentang motif ‘agar’ dan motif ‘karena’ da-
belakang profesi dan pendidikan yang
lam keputusan orang tua memilih lembaga
beragam mulai dari pedagang, karyawan,
bimbingan belajar di Kabupaten Sukoharjo.
sampai pengusaha, sehingga diharapkan
METODE
mampu
Konteks
Alfred
Pakarsidi
Lembaga
Penelitian ini menggunakan metode
kualitatif, yang memungkinkan peneliti un-
memenuhi
penelitian.
Subyek
kebutuhan
sampel
penelitian
dipilih
dengan cara purposive sampling, yaitu
orang tua dengan berbagai profesi dan
Penelitian ini menemukan motif
tingkat pendidikan dari SD hingga Sarjana
‘agar’ dan motif ‘karena’ yang melekat pa-
dan telah memasukkan anaknya ke lembaga
da tindakan orang tua memasukkan anak ke
bimbingan belajar lokal tersebut selama
lembaga bimbingan belajar lokal Super-
minimal satu tahun. Tehnik pengumpulan
mind dan Pakarsidi.
data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah observasi (pengamatan) dan wa-
A. In-order-to motive (Motif ‘agar’)
wancara. Teknik wawancara yang diguna-
Motif ‘agar’ mengacu kepada suatu
kan adalah wawancara semi-terstruktur dan
keadaan di masa mendatang dimana aktor
indept interview (wawancara mendalam).
berkeinginan untuk mencapainya melalui
Teknik analisis data yang digunakan dalam
beberapa tindakannya.
penelitian ini adalah model analisis data
1. Agar ‘anak ada kegiatan yang posi-
yang
diungkapkan
oleh
Mels
dan
tif’
Huberman (dalam Sugiyono, 2009: 91).
Kesibukan orang tua menyebabkan ia
Analisis data yang dilakukan diantaranya
tidak dapat mengawasi kegiatan anak
reduksi data (data reduction), penyajian
ketika tidak berada di rumah. Jika anak
data
(data
display),
dan
kesimpulan
tidak disibukkan dengan kegiatan yang
(verification).
positif, waktunya tentu akan habis untuk
HASIL PENELITIAN
hal-hal yang kurang bermanfaat. Ada
Latar belakang orang tua yang
berbagai macam tujuan yang berbeda yang
memasukkan anak ke lembaga bimbingan
ingin dicapai orang tua dengan kegiatan
belajar memiliki kesamaan karakteristik
belajar di lembaga bimbingan belajar.
yaitu pertama, orang tua sibuk bekerja dan
Perbedaan
mengurus
perbedaan latar belakang setiap orang tua.
anak-anak,
tersebut
disebabkan
oleh
sehingga
tidak
cukup
waktu
untuk
anak
belajar.
Kedua,
memasukkan anak ke lembaga bimbingan
ketidakmampuan orang tua mendampingi
belajar salah satunya adalah agar anak anak
anak belajar di rumah dan ketiga, adanya
ada kegiatan, mengenal dunia baru, orang-
kesamaan sisi religiusitas yang tinggi
orang baru dan lingkungan baru. Salah
sehingga orang tua dalam memilih lembaga
seorang
bimbingan
mengedepankan
pengalamannya ketika prestasi anaknya
peningkatan nilai akademik dan sikap
turun drastis saat menginjak kelas 1 SMP di
(akhlak).
awal tahun pelajaran. Menurut informan,
mempunyai
mendampingi
belajar
Pertama,
tujuan
informan
orang
tua
menceritakan
hal itu terjadi karena anaknya mengalami
trauma psikis setelah ayahnya meninggal
harapan orang tua agar anaknya dapat
tepat di hari pertama anak masuk sekolah.
mengenal dunia baru yang mengalihkan
Orang tua khawatir jika hal ini dibiarkan
perhatiannya dari kematian sang ayah.
Kedua,
saja, maka tidak hanya berdampak pada
agar
menambah
nilai akademik anak akan tetapi juga
pengalaman belajar pada anak. Motif ‘agar’
berdampak pada kondisi psikologis anak.
lainnya yang ditemukan dalam penelitian
Akhirnya, orang tua berinisiatif untuk
ini adalah orang tua memasukkan anak ke
mengenalkan
baru,
lembaga bimbingan belajar agar ilmu
mengenal orang-orang baru yang dapat
pengetahuan anak bertambah. Menurut
memberikannya
orang
untuk
anak
pada
motivasi
mengubah
dunia
yang
tua,
anak
akan
mendapatkan
anaknya.
pengalaman, seperti latihan mengerjakan
Meskipun tindakan orang tua dipengaruhi
soal yang lebih banyak jika dibandingkan
oleh pengalaman di masa lalu seperti yang
dengan tanpa mengikuti bimbingan belajar.
telah dijelaskan diatas, akan tetapi ada
Tindakan
motif lain di dalam tindakannya. Tindakan
tertentu yang mengacu pada masa depan
orang tua memasukkan anak ke lembaga
anak. Ketika anaknya memiliki pengalaman
bimbingan belajar di dorong oleh keinginan
belajar yang banyak, maka kemampuannya
agar anak mengenal dunia baru, orang-
dalam mengerjakan tugas-tugas sekolah
orang
akan semakin baik pula. Hal ini
baru
keadaan
positif
yang
dapat
mengalihkan
orang
tua
memiliki
tujuan
tentu
perhatiannya dari kematian sang ayah,
sangat bermanfaat bagi karir akademik
sehingga
anak kelak.
motivasi
belajarnya
dapat
Ketiga,
kembali.
agar
anak
jauh
dari
Hal ini sesuai dengan ide Schutz
pengaruh lingkungan bermain yang negatif.
tentang motif ‘agar’. Motif ‘agar’ mengacu
Tujuan orang tua memasukkan anak ke
kepada suatu keadaan di masa mendatang
lembaga bimbingan belajar salah satunya
dimana
untuk menjauhkan anak dari lingkungan
aktor
mencapainya
berkeinginan
melalui
untuk
beberapa
bermain yang negatif.
Interaksi
anak
tindakannya. Jika pada motif ‘karena’
dengan lingkungan bermain dikhawatirkan
tindakan aktor selalu didahului dengan
orang tua membawa pengaruh negatif pada
sebab-sebab atau alasan, maka pada motif
anak.
‘agar’ selalu tindakan aktor selalu diikuti
lingkungan di luar rumah selama ia tidak
dengan tujuan-tujuan, harapan dan cita-cita.
berada di rumah merupakan ancaman yang
Di dalam tindakan orang tua tersebut
membahayakan anak. Oleh karena itulah ia
ditemukan motif ‘agar’ yakni berupa
berusaha menempatkan anak di tempat
Orang
tua
memandang
jika
yang aman yaitu lembaga bimbingan
menandakan
belajar.
dalamnya.
adanya
motif
‘agar’
di
Pengalaman subjektif orang tua
Tujuan orang tua memasukkan anak ke
ketika melihat anak bermain dengan teman-
lembaga bimbingan belajar adalah untuk
temannya mempengaruhi tindakan yang
mendongkrak nilai akademik anak. Orang
diambilnya. Orang tua melihat bahwa
tua merasa tidak cukup mengandalkan
lingkungan bermain anaknya cenderung
proses pembelajaran di sekolah, anaknya
negatif. Lingkungan yang negatif biasanya
membutuhkan tambahan pelajaran agar
akan membentuk karakter yang negatif pula
mendapat pengalaman belajar yang lebih
pada anak. Orang tua tidak ingin hal itu
banyak. Pengalaman di lembaga bimbingan
terjadi dan berusaha mengubah situasi
belajar akan membantu anak memperoleh
tersebut melalui tindakannya. Oleh karena
nilai akademik yang tinggi karena mampu
itu, orang tua berusaha menyibukan anak
menghadapi soal-soal dan kesulitan belajar
dengan
intensitas
di sekolah. Nilai akademik yang tinggi
pertemuan anak dengan dengan teman-
sangat penting artinya bagi orang tua.
temannya berkurang. Tujuan inilah yang
Pertama, orang tua berharap anaknya
mendorong orang tua untuk memasukkan
dapat memperoleh peringkat dikelasnya
anaknya ke lembaga bimbingan belajar
dengan nilai akademik yang tinggi. Agar
lokal.
harapannya terwujud, maka orang tua
kegiatan
les
agar
Hal ini sesuai dengan teori Schutz,
memasukkan anak ke lembaga bimbingan
bahwa ketika individu dihadapkan pada
belajar.
suatu situasi, ia akan mendefinisikan
mengikuti bimbingan belajar, anak akan
situasinya, mengorientasikan dirinya ke
terbiasa
arah
situasi
menempatkan
sehingga
diri
pada
Orang
belajar,
tua
berharap
mengerjakan
dengan
latihan-
individu
bisa
latihan soal, dan mengulang pelajaran di
situasi
dan
sekolah. Hal tersebut penting agar kegiatan
mengubah situasinya dengan bertindak.
belajar anak ajeg, sehingga ia tidak mudah
3. Agar
melupakan
dapat
‘mendongkrak
nilai
pelajaran
dan
prestasi
akademik’
akademiknya terkontrol. Dengan demikian,
Tindakan orang tua memasukkan anak
nilai akademik anak akan terdongkrak naik
ke lembaga bimbingan belajar berorientasi
karena sering berlatih di Bimbel.
kepada masa depan dimana orang tua
Kedua, orang tua berharap dengan
berusaha mencapai tujuan-tujuan yang
memasukkan anak ke lembaga bimbingan
sudah di proyeksikan melalui tindakannya.
belajar, anaknya dapat memperoleh nilai
Adanya orientasi tujuan ke masa depan
kelulusan yang tinggi sehingga mudah
diterima di sekolah lanjutan negeri. Orang
yakin bahwa masa depan akan menyerupai
tua
masa silam, apabila tindakan yang di ambil
khawatir
anaknya
akan
kesulitan
mendapatkan sekolah lanjutan negeri jika
sama dengan masa silam.
nilainya jelek. Jika anak tidak diterima di
Orang tua memasukkan anak ke
sekolah manapun, otomatis orang tua pula
lembaga bimbingan belajar pada awalnya
yang akan repot mencarikan anak sekolah
adalah untuk mendongkrak prestasi anak.
ke sana kemari. Orang tua belajar dari
Akan tetapi di balik itu, ada tujuan atau
pengalaman orang-orang di sekitarnya yang
kepentingan lain yang lebih besar dan
terdahulu. Mereka
melihat ada beberapa
berorientasi jauh ke masa depan. Nilai
tetangganya kesulitan mencari sekolah
kelulusan anak yang bagus hanya sebagai
untuk anaknya karena nilai UN yang
batu loncatan untuk mendapatkan sekolah
rendah, sebaliknya mereka juga melihat
negeri
betapa
mengikuti
Pemerintah Kabupaten Sukoharjo mulai
bimbingan belajar dapat memperoleh nilai
menerapkan sekolah gratis khusus untuk
yang bagus sehingga bisa masuk sekolah
sekolah negeri. Orang tua wali dibebaskan
favorit atau minimal diterima di sekolah
dari biaya dana pembangunan dan SPP.
anak-anak
yang
favorit.
Sejak
tahun
2007
negeri tanpa harus mencabut pendaftaran.
Hal ini sesuai dengan ide Schutz
Belajar dari pengalaman orang lain, agar di
bahwa, ketertarikan manusia dalam dunia
masa yang akan datang anaknya mudah
kehidupan sehari-hari merupakan sesuatu
mendapatkan sekolah, maka orang tua
yang sangat praktis sifatnya, dan tidak
mempersiapkan
bersifat
anak
jauh-jauh
hari
teoritis.
Dalam
“sikap
alami
sebelumnya dengan memasukkan anak ke
mereka”, diatur oleh motif-motif pragmatis
lembaga bimbingan belajar.
yakni
mereka
berupaya
mengontrol,
Hal ini sesuai dengan teori Schutz,
menguasai, atau mengubah dunia dalam
bahwa pernyataan-pernyataan motif ‘ ‘agar’
rangka menerapkan proyek-proyek dan
memfantasikan peristiwa-peristiwa
yang
tujuan-tujuan mereka. Keterarahan praktis
silam-jadi
yang berorientasi ke masa depan dan
menempatkan peristiwa-peristiwa tersebut ,
harapan-harapan dunia-kehidupan sehari-
di dalam future perfect tense. (Campbell,
hari terungkap dalam apa yang disebut
1994:240). Orang tua memiliki fantasi-
Schutz
fantasi bahwa jika nilai anak bagus, maka
dihayati
akan mudah mendapatkan sekolah. Fantasi
mengatakan bahwa kita melakukan sesuatu
itu didasarkan pada pengalaman masa silam
(katakan, pergi ke toko) ‘agar’ mencapai
yang dialami oleh orang lain, dan orang tua
sebuah tujuan.
diproyekkan
sebagai
masa
motif
‘agar’-pengalaman
yang
yang
memotivasi-dengan
A. Because of motive ( Motif ‘karena’)
Dalam kehidupan sehari-hari, orang
Motif ‘karena’ mengacu langsung
tua dihadapkan pada situasi dimana dia
pada peristiwa masa silam sebagai sebab-
harus bekerja mulai pukul 07.00 pagi -
sebab tindakan. Dengan kata lain because
15.00 sore (bahkan ada yang sampai larut
of
malam),
motive
adalah
melatarbelakangi
hal-hal
seseorang
yang
melakukan
dalam
hari/minggu,
kurun
setelah
itu
waktu
5-6
orang
tua
tindakan tertentu berdasarkan pengalaman
disibukkan
masa lampau. Setiap informan memiliki
aktivitas lain, sedangkan malamnya dia
motif ‘karena’ yang berbeda-beda. Perbe-
harus mendampingi anak-anak belajar.
daan ini disebabkan oleh perbedaan karak-
Masalah muncul ketika usahanya mendam-
teristik latar belkang masing-masing infor-
pingi
man.
faktor kelelahan akibat sibuk bekerja dan
dengan
berbagai
macam
anak tidak bisa maksimal karena
orang tua melihat hal tersebut berdampak
pada nilai akademik anak di sekolah.
1. Kesibukan Orang Tua
Dalam hal ini, ada dua jenis
Ketika seseorang sudah mampu mengenali
kesibukan yang menjadi motif karena
situasi dan masalahnya, dengan berbekal
dalam
memilih
pada stock pengetahuannya tentang situasi
lembaga bimbingan belajar, yang pertama
sama yang pernah dialami orang lain,
adalah karena kesibukan orang tua dalam
seseorang mulai mencari teknik-teknik atau
bekerja dan yang kedua kesibukan orang
cara yang tepat untuk menghadapinya. Hal
tua mengurus anak-anak yang masih kecil.
yang sama dilakukan oleh orang tua ketika
a. Karena kesibukan bekerja
mengenali situasi dan masalah yang sedang
keputusan
orang
tua
Menurut Schutz, manusia memiliki
dihadapinya tersebut. Cara yang dipandang
kesadaran aktif bahwa mereka merupakan
paling tepat oleh kebanyakan orang ketika
makhluk yang melontarkan masalah dan
ditempatkan pada situasi tersebut adalah
memecahkan
dengan memasukkan anak ke lembaga
masalah.
menempatkan
tertentu.
individu
Agar
dapat
Masalah
pada
situasi
keluar
dari
bimbingan belajar.
Motif-motif ‘karena’ mengacu pada
masalahnya, seorang individu harus mampu
alasan-alasan
mendefinisikan situasinya, yaitu dia harus
mendahului seseorang melakukan suatu
mendefinisikan
macam
tindakan dan oleh karenanya ia mengacu
apakah ia berada, apakah masalahnya dan
pada masa lampau. Keputusan orang tua
bagaimana
memasukkan anak ke lembaga bimbingan
ia
dalam
situasi
berusaha
tujuannya. (Campbell, 1994:237)
mencapai
atau
sebab-sebab
yang
belajar merupakan suatu tindakan rasional
yang dipilih orang tua. Sebelum tindakan
berbeda
tersebut dilakukan, ada alasan-alasan atau
terpenuhi kebutuhannya. Kebutuhan akan
penyebab
kasih sayang menjadi kebutuhan mendasar
yang
mendahului
tindakan
dan
masing-masing
harus
tersebut. Alasan tersebut adalah karena
bagi
kesibukan
bekerja
sandhang, pangan dan papan. Anak-anak
sehingga khawatir tidak dapat membimbing
yang masih kecil memang memerlukan
anak belajar secara maksimal. Jadi, dapat
pelayanan dan perhatian yang lebih besar
dikatakan bahwa, “ Saya memutuskan
karena
untuk
orang
tua
memasukan
dalam
setelah
tidak dapat
kebutuhan
mengurus
akan
dirinya
ke
bimbel
sendiri. Ketika seorang ibu memiliki
sibuk
bekerja
seorang bayi yang masih berumur 4-8
tidak dapat
bulan, seorang anak yang masih TK dan
membimbing anak belajar di rumah dengan
seorang anak yang lainnya yang masih SD,
maksimal”.
maka
karenaselama
ini
anak
anak
saya
sehingga saya khawatir
Konteks
makna ini lebih
dapat
dibayangkan
betapa
mengacu pada masa lalu dari pada masa
merepotkannya pekerjaan ibu seharian. Jika
depan. Pengalaman orang tua seharian
seorang ibu tidak pandai mengatur waktu
sibuk bekerja, kelelahan saat membimbing
dan energi, maka semuanya akan kacau.
belajar dan hasil akademik anak yang tidak
Tindakan orang tua memasukkan
memuaskan merupakan gambaran dari
anak
peristiwa masa lalu yang sudah dilalui
didahului
orang tua. Pernyataan-pernyataan ‘karena’
berorientasi pada masa lampau. Awalnya,
tidak
orang tua merasa bahwa rutinitasnya dalam
dapat
diterjemahkan
ke
dalam
pernyataan-pernyataan ‘agar’.
Sehingga,
lembaga
oleh
bimbingan
alasan-alasan
belajar,
yang
mengurus anak-anak yang masih kecil
dapat
adalah pekerjaan yang melelahkan. Ketika
mengatakan bahwa, “Saya memutuskan
orang tua diminta anak mendampingi
untuk memasukan anak ke bimbel agar
belajar, maka orang tua merasa sudah
saya sibuk bekerja.
kelelahan, terlebih lagi waktu belajar
b. Kesibukan mengurus anak-anak yang
menjadi tidak efektif karena anak yang lain
masih kecil
rewel. Akibatnya, proses belajar tidak
Kesibukan
biasanya
kita
ke
tidak
mengurus
dikeluhkan
oleh
anak-anak
maksimal
dan
hasilnya
pun
tidak
informan
memuaskan. Kesadaran itu terus-menerus
perempuan baik yang bekerja di sektor
ada dalam diri orang tua. Orang tua
publik maupun yang tetap berada di sektor
berusaha mencari solusi untuk mengatasi
domestik. Orang tua menyadari bahwa
situasi tersebut. Orang tua merasa bahwa
setiap anak merupakan individu yang
bimbingan
belajar
merupakan
suatu
kebutuhan
yang
mendesak
ketika
menyadari bahwa proses bimbingan belajar
orang tua tidak mampu mengikuti materi
pelajaran yang berkembang semakin sulit.
di rumah tidak berjalan dengan baik dan hal
Orang tua membandingkan materi
itu menjadi penyebab rendahnya nilai
pelajaran yang diperolehnya ketika masih
akademik anak. Kesibukan mengurus anak
duduk di bangku sekolah dulu dengan yang
pada akhirnya menjadi alasan mengapa
diterima anaknya dimasa sekarang. Orang
orang tua mengalihkan tugasnya mendam-
tua melihat ada perbedaan yang sangat jauh
pingi anak pada lembaga bimbingan belajar
terkait dengan materi pelajaran. Orang tua
lokal.
saling bertukar cerita dengan sesama orang
2. Ketidakmampuan Orang Tua dalam
tua murid tentang beratnya pelajaran anak.
Mendampingi Anak Belajar
Ada beberapa teman yang menyarankan
a. Orang tua tidak menguasai materi
agar mereka memasukkan anak ke lembaga
bimbingan belajar saja, biasanya juga
pelajaran yang sulit
Ketidakmampuan
orang
tua
mendampingi anak belajar karena orang tua
demikian, karena orang tua juga tidak bisa
mengajari pasrahkan saja pada guru les.
tidak menguasai materi pelajaran anak yang
kompleks.
Hal
ini
disebabkan
oleh
Menurut
pernyataan
Schutz,
motif
pernyataan-
‘karena’
mengacu
keterbatasan tingkat pendidikan dan bidang
langsung
ilmu yang dimiliki orang tua. Motif-motif
sebagai sebab-sebab tindakan (Campbell,
karena’ selalu mengacu pada masa lalu.
1994:
Orang tua melihat pada kondisi masa
membandingkan materi pelajaran di zaman
lampau dimana riwayat pendidikannya
dahulu dengan sekarang, bertukar cerita
menjadi
dalam
tentang pengalaman memasukkan anak ke
mendampingi anaknya belajar di masa
lembaga bimbingan belajar, menerima
sekarang.
kendala
tersendiri
Pengalaman
pada
240).
peristiwa
Kegiatan
masa
orang
silam
tua
belajar
yang
saran karena ada cerita tentang hasil
lampau
sangat
memasukkan anak ke lembaga bimbingan
yang
belajar merupakan dorongan yang mengacu
diterima anaknya di masa sekarang. Hal ini
langsung pada masa silam sebagai sebab-
menempatkan
situasi
sebab tindakan orang tua memutuskan
tentang
memasukkan anak ke lembaga bimbingan
diperolehnya
berbeda
dimana
jauh
bekal
di
masa
dengan
orang
pelajaran
tua
pada
pengetahuannya
pelajaran anak di masa sekarang terbatas,
belajar.
akibatnya
b. Orang
orang
tua
tidak
mampu
tua
tidak
mampu
mendampingi anak belajar dengan baik.
mengendalikan perilaku anak ketika
Keterbatasan
belajar
pendidikan
menyebabkan
Ada perilaku-perilaku anak yang
tidak hanya secara verbal, karena meskipun
tidak mampu dikendalikan oleh orang tua,
ia dapat mempergunakan kata ‘karena’
tetapi dapat dikendalikan oleh lembaga
untuk menegaskan motif ‘agar’ (Saya
bimbingan belajar. Orang tua melihat
memarahinya karena ingin mendidiknya),
bahwa jika di rumah, anak malas belajar,
ada pernyataan-pernyataan ‘karena’ lainnya
lebih suka bermain, kurang konsentrasi
yang tidak dapat diterjemahkan ke dalam
belajar, dan sering komplain jika orang tua
pernyataan-pernyataan
yang mengajarinya.
Orang tua meyakini
memarahinya agar kesal). Perbedaan yang
bahwa lembaga bimbingan belajar dapat
menentukan antara keduanya adalah bahwa
mengatasi perilaku anak yang menghambat
motif ‘karena’selalu mengacu pada sesuatu
proses belajar tersebut. Orang tua percaya
yang mendahului tindakan yang dilakukan.
bahwa
Oleh
anaknya
akan
lebih
mudah
karena
‘agar’
tindakan
(saya
orang
tua
diarahkan oleh orang lain yang baru dia
memasukkan anak ke bimbel didahului
kenal.
ketika
pengalaman orang tua saat melihat perilaku
mendampingi anak belajar menunjukan
anak yang susah dikendalikan di rumah
bahwa jika di rumah, anaknya susah diatur,
maka hal itu menjadi faktor penyebab yang
malas
menandai
Pengalaman
belajar,
orang
lebih
tua
suka
bermain,
kemudian ketika belajar anak kurang bisa
adanya
motif
‘karena’
didalamnya.
konsentrasi, anak sering komplain dan
Berdasarkan hasil analisis data di
akhirnya bertengkar dengan orang tua.
atas dapat pula dipahami bahwa, alasan
Anak
orang tua memasukkan anak ke lembaga
mengalami
krisis
kepercayaan
terhadap orang tuanya sendiri. Hal ini
bimbingan
karena anak sudah sangat memahami
bekerja dan mengurus anak, ataupun karena
karakter
ketidakmampuan
orang
tuanya.
Sehingga,
ia
belajar
‘karena’
kesibukan
mendampingi
anak
mengenal betul kelebihan dan kekurangan
belajar, agar nilai akademik meningkat,
orang tua. Orang tua percaya bahwa jika
agar ada kegiatan, dan lain sebagainya
orang lain yang mengarahkan , anak-anak
mengandung
akan lebih segan dan mau memperhatikan.
didalamnya. Ketika orang tua mengatakan
Konteks makna motif ‘karena’ menjelaskan
memasukkan anak ke lembaga bimbingan
tindakan dengan acuan pada masa silam
belajar
(Saya memarahinya karena kesal) daripada
sejatinya ada motif ‘agar’ ‘lain’ disana
masa depan (saya memarahinya agar
yang
memberinya pelajaran). Menurut Schutz,
‘karena’.
perbedaan antara motif ‘agar’ dan karena
motif
karena
terungkap
lain
kesibukan
melalui
yang
tersirat
orang
tua,
motif-motif
Orang tua memasukkan anak ke
‘agar’
dari
nilai akademik. Nilai akademik yang tinggi
anak
sangat penting sebagai dasar untuk masuk
belajar. Orang tua tidak perlu lagi repot
ke sekolah lanjutan negeri yang favorit.
mendampingi anak belajar dengan berbagai
Orang tua ingin anaknya diterima di
problemanya. Orang tua cukup membayar
sekolah negeri untuk menghemat biaya
sejumlah uang dan memasrahkan anaknya
pendidikan.
bimbel
ia
kewajibannya
terlepas
yang negatif), (2) agar dapat meningkatkan
mendampingi
pada guru les, maka semua beban itu akan
Sedangkan
motif
‘karena’
atau
beralih kepada orang lain sekaligus motif
motif sebab yang melatarbelakangi orang
‘agar’
tua
berupa
tujuan-tujuan
yang
diproyekkan dapat tercapai.
memasukkan
bimbingan
anak
belajar
ke
lembaga
antara lain
karena
kesibukan orang tua, baik karena kesibukan
PENUTUP
bekerja maupun kesibukan mengurus anak-
Simpulan dan Saran
anak yang masih kecil. Selain itu, juga
Alasan
orang
tua
dalam
disebabkan oleh ketidakmampuan orang tua
keputusannya memilih lembaga bimbingan
dalam
belajar lokal bagi anak-anaknya dapat
Ketidakmampuan
digolongkan ke dalam dua jenis motif
dipengaruhi oleh dua hal yaitu karena
sesuai dengan teori fenomenologi Alfred
ketidakmampuan
Schutz, yaitu motif ‘agar’ dan motif
mengendalikan
‘karena’. Motif ‘agar’ mengacu kepada
ketidakmampuan
suatu keadaan di masa mendatang dimana
menguasai materi pelajaran yang sulit.
aktor berkeinginan untuk mencapainya
Perilaku anak yang sulit diatur saat
melalui
Motif
mendampingi anak belajar antara lain :
‘karena’ mengacu langsung pada peristiwa
anak kurang konsentrasi dalam belajar,
masa silam sebagai sebab-sebab tindakan.
anak malas belajar karena lebih suka
beberapa
tindakannya.
membimbing
orang
orang
perilaku
orang
anak
belajar.
tua
tersebut
tua
anak
tua
dalam
dan
dalam
Adanya motif ‘agar’ atau motif
bermain dengan teman dan anak suka
tujuan orang tua memasukkan anak ke
membantah dan bertengkar dengan orang
lembaga
lokal
tua ketika belajar. Orang tua merasa bahwa
diantaranya : (1) agar anak memiliki
anak lebih menurut jika orang lain yang
aktivitas yang positif (agar anak mengenal
mengajari. orang tua percaya bahwa jika
kegiatan dan dunia
agar ilmu
orang lain yang mendampingi anak belajar,
pengetahuan anak bertambah, agar anak
maka anak akan lebih segan dan menurut,
jauh dari pengaruh lingkungan bermain
konsentrasi anak juga lebih fokus karena
bimbingan
belajar
baru,
merasa segan pada guru les. Ketika ada
DAFTAR PUSTAKA
perasaan segan, maka anak akan menerima
Arikunto,
Suharsimi.
2002.
Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek. Jakarta: Rineka Cipta
dan mau memperhatikan penjelasan guru
les.
Tindakan seorang individu akan
dapat dipahami maknanya dengan tidak
hanya sebatas memahami ”motif karena”
saja, tapi juga ”motif agar.” Kerja sama
antara “motif karena” dan “motif agar”, di
dalam
mencermati
tindakan
individu,
dipercaya lebih dapat memahami makna
tindakan individu yang sebenarnya. Alasan
orang tua memasukkan anak ke lembaga
bimbingan
belajar
‘karena’
kesibukan
bekerja dan mengurus, ketidakmampuan
mendampingi anak belajar, agar nilai
akademik meningkat, agar ada kegiatan,
dan lain sebagainya mengandung motif lain
yang tersirat didalamnya. Ketika orang tua
mengatakan memasukkan anak ke lembaga
bimbingan belajar karena kesibukan orang
tua, sejatinya ada motif ‘agar’ ‘lain’ disana
yang
terungkap
melalui
motif-motif
‘karena’. Orang tua memasukkan anak ke
bimbel
‘agar’
kewajibannya
ia
terlepas
mendampingi
dari
anak
belajar. Orang tua cukup membayar
sejumlah uang dan memasrahkan anaknya
pada guru les, maka semua beban mendampingi anak belajar dengan segala permasalahannya akan beralih kepada orang
lain sekaligus motif ‘agar’ berupa tujuantujuan yang diproyekkan dapat tercapai.
Campbell, Tom. 1994. Tujuh Teori Sosial.
Yogyakarta:Kanisius
Irianto, Agus. 2013. Pendidikan
Sebagai Investasi dalam Pembangunan
Suatu Bangsa. Jakarta : Kencana),
Herdiansyah,
Haris.
2010.
Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta:
Salemba Humanika
Moleong, Lexy. 1996. Metodologi
Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja
Rosdakarya
Putra, Nusa. 2013. Penelitian Kualitatif
IPS. Bandung: Remaja Rosdakarya
Ritzer, George & Douglas J.
Goodman. 2009. Teori Sosiologi Modern.
Jakarta: Kencana
Sutopo, H.B. 2002. Metodologi
Penelitian Kualitatif. Surakarta: Sebelas
Maret University Press
Zeitlin, Irving. 1995. Memahami
Kembali Sosiologi (Kritik terhadap Teori
Sosiologi Kontemporer. Yogyakarta: Gajah
Mada University Press
Novita Dewi, Aline. 2015. Bimbel
sebagai Artikulasi Gaya Hidup Orang Tua
Diperoleh
dari
http://etd.repository.ugm.ac.id
pada
tanggal 5 Februari 2016
Dwi Prastiwi, Novitasari. 2013.
Konstruksi Sosial Peserta Didik Pada
Lembaga
Bimbingan
Non-Formal
Diperoleh
dari
ejournal.unesa.ac.id/article/3238/39/article
.pdf diakses pada tanggal 5 Februari 2016
Azizah, Siti. 2013. Peranan Orang
tua dalam Memilih Lembaga Bimbingan
Belajar untuk Meningkatkan Prestasi Anak
diperoleh
dari
http://repository.upi.edu/2884/
pada
tanggal 5 Februari 2016
Direktorat Pendidikan Kursus dan
Pelatihan
Indonesia
diperoleh
dari
http://www.infokursus.net/ pada tanggal 2
Februari 2016
http://malang- post.com/pendidikan/68514-siapkan-Bimbel-anak-usia-dini- diakses
pada tanggal 2 Februari 2016
ORANG TUA MEMILIH LEMBAGA BIMBINGAN BELAJAR
Siti Fatimah
Pendidikan Sosiologi-Antropologi, Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta
Fazafatim4@gmail.com
Nurhadi
Pendidikan Sosiologi-Antropologi, Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta
Nurhadi1974@gmail.com
Siany Indria Liestyasari
Pendidikan Sosiologi-Antropologi, Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta
liestyasari2003@yahoo.co.uk
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk untuk menjelaskan motif ‘agar’ dan motif ‘karena’ yang
melekat pada tindakan orang tua dari latar belakang budaya yang berbeda dalam keputusannya
memilih lembaga bimbingan belajar akademik di Sukoharjo. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kualitatif dengan menggunakan pendekatan fenomenologi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa motif-otif ‘agar’ atau motif tujuan orang tua memasukkan anak ke lembaga
bimbingan belajar diantaranya : (1) agar anak memiliki aktivitas yang positif (agar anak
mengenal kegiatan dan dunia baru, agar ilmu pengetahuan anak bertambah, agar anak jauh dari
pengaruh lingkungan bermain yang negatif), (2) agar dapat meningkatkan nilai akademik. Motif
‘karena’ atau motif sebab yang tampak antara lain: (1) karena kesibukan orang tua ( kesibukan
bekerja dan kesibukan mengurus anak-anak), (2) ketidakmampuan orang tua dalam mendampingi anak belajar (ketidakmampuan orang tua dalam mengendalikan perilaku anak dan
ketidakmampuan orang tua dalam menguasai materi pelajaran yang sulit)
Kata kunci : motif ‘agar’, motif ‘karena’, latar belakang orang tua, bimbel
Abstract :
This research aimed to understand ‘ in-order-to’ motives and 'because' of motives
attached to the actions of parents from different cultural backgrounds in the decision of choosing
guidance learning nstitusions in Sukoharjo. The method of this research was qualitative using
the phenomenological approach. The results showed that the ‘ in-order-to’ motives of parents
who joined their children to guidance learning nstitusions were : (1) ‘in order to’ give children
positive activities (to make them know the new world, to increase their knowledge, to keep them
away from the negative of playground environmental), (2) in order to increase academic score. The
‘because of motives’ were : (1) because of parents bussines (busy with their work and busy with
taking care of children), (2) the inabilities of parents to accompany the children’s learning (the
inabilities of parents to control children's behavior and understood the difficult subject)
Key Word :’in-order-to motives’, ‘because of motives, parents background, guidance learning
institusions
PENDAHULUAN
mungkin hampir seharian belajar di sekolah
Dewasa ini, promosi tentang Lem-
akan tetapi nilai anak tetap rendah?
baga Bimbingan Belajar atau yang akrab
Berdasarkan pengalaman orang tua
ditelinga masyarakat dengan sebutan bim-
yang diperoleh dari bertukar informasi,
bel semakin gencar dilakukan.
untuk menjadikan seorang anak berprestasi,
Promosi
tersebut
memanfaatkan
tidak cukup hanya dengan menempuh jalur
berbagai media massa, baik cetak maupun
pendidikan
elektronik seperti TV, radio, koran dan
pendidikan
internet.
membawa
alternatif pilihan. Menurut UU No 20 tahun
keunggulan dan slogannya yang menarik.
2003 tentang Sisdiknas, pasal 1 ayat 12,
Seperti
pendidikan
Setiap
Ganesha
Bimbel
Operation
dengan
formal.
non
non
Akhirnya,
formal
pun
formal
jalur
menjadi
adalah
jalur
Revolusi Belajar-nya dan jargonnya (dalam
pendidikan di luar pendidikan formal yang
sebuah iklan di 92.1 MH Fm) yang
dapat dilaksanakan secara terstruktur dan
berbunyi,”Ganesha Operation Help You
berjenjang. Seperti termuat dalam UU No
Make Your Dreams Come True”. Kita juga
20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
tidak akan kesulitan menemukan deretan
Nasional pasal 26 ayat 1, dijelaskan bahwa
iklan jasa les privat di kolom iklan baris
Pendidikan non formal diselenggarakan
koran.
bagi warga masyarakat yang memerlukan
Setiap orang tua tentu memiliki
layanan pendidikan yang berfungsi sebagai
harapan yang besar agar anak-anaknya
pengganti, penambah dan/atau pelengkap
dapat meraih kesuksesan di masa depan.
pendidikan
Orang
mendukung pendidikan sepanjang hayat.
tua
cenderung
menakar
kadar
kesuksesan seorang anak dari segi profesi
formal
Pendidikan
non
dalam
rangka
formal
sangat
bergengsi yang dimilikinya. Agar dapat
beragam
menempati profesi itu, orang tua percaya
komputer, desain grafis, mental aritmatika,
bahwa anak-anak mereka harus berprestasi
bimbingan belajar dan lain sebagainya.
sejak dini. Sementara itu, orang tua
Menurut pemahaman yang berkembang di
cenderung mengukur prestasi seorang anak
dalam masyarakat pendidikan non formal
dari hasil raport yang mereka terima setiap
yang
semesternya. Masalah mulai muncul ketika
keterampilan peserta didik dapat dibedakan
mereka melihat anaknya belajar setiap hari
menjadi
akan tetapi hasilnya diluar harapan, karena
bimbingan belajar yang fokusnya kepada
nilai anak tergolong rendah. Orang tua
peningkatan prestasi akademik siswa di
mulai
sekolah dan lembaga kursus yang hanya
mempertanyakan
bagaimana
mulai dari
terkait
dua
kursus
dengan
macam,
yaitu
menjahit,
bimbingan
lembaga
fokus pada satu bidang tertentu saja, seperti
seperti petani, pedagang, guru, karyawan
kemampuan
swasta, pengusaha, dan lain sebagainya.
berhitung
dan
berbahasa.
Lembaga bimbingan belajar yang fokusnya
Berdasarkan data yang diperoleh
pada bidang akademik sendiri menurut
dari Direktorat Pendidikan Kursus dan
pemahaman masyarakat dapat dibedakan
Pelatihan Indonesia, di seluruh Indonesia
lagi menjadi dua kategori yaitu lembaga
terdapat 13.446 lembaga kursus yang
bimbingan belajar berskala nasional dan
tersebar di seluruh Indonesia. Seluruh
lembaga bimbingan belajar lokal. Dalam
lembaga kursus tersebut memiliki 90.946
penelitian
tentang
orang pendidik yang melayani 1.348.565
lembaga bimbingan belajar lokal yang
peserta. Dari lembaga kursus yang ada di
fokusnya
Indonesia lebih dari setengahnya (59,50%)
ini,
akan
kepada
dibahas
upaya
peningkatan
kemampuan akademik siswa di sekolah.
berada di Pulau Jawa, khususnya Provinsi
Antusiasme orang tua sangat besar
DKI Jakarta, Provinsi Jawa Barat, Provinsi
dalam menyambut ‘doping’ pendidikan
Jawa Tengah, dan Provinsi Jawa Timur.
formal ini. Di Kota Malang misalnya,
Jumlah peserta kursus mencapai 1.348.565
Lembaga
orang. Dari keseluruhan peserta kursus
Bimbingan
Belajar
Ganesha
Operation unit SD mencatat lonjakan
tersebut
peserta didik yang sangat signifikan. Sejak
pendidikan mulai dari SD sampai S2 atau
berdirinya
GO
S3. Dilihat dari persentase peserta didik
menerima 258 anak. Lalu pada tahun-tahun
ternyata peserta dengan tingkat pndidikan
berikutnya berturut-turut 500 anak, 853
SMA menempati urutan pertama yaitu
anak, 997 anak, 1.135 anak, dan hingga
sebesar 45,51%, kemudian diikuti tingkat
saat ini GO menerima 1.190 anak sebagai
pendidikan SMP sebesar 22,97%, SD
peserta didik aktif (Malang Post edisi 13
17,84%, S2/S3 sebanyak 10,11% dan
Juni 2013 diakses secara online pada
terkecil adalah tingkat pendidikan S1 yaitu
tanggal 2 Februari 2016). Peningkatan
sebesar 5,42
jumlah peserta didik setiap tahunnya
pada tanggal 2 Februari 2016).
GO
pada
2007-2008,
terdiri
dari
berbagai
tingkat
(infokursus.net.id diakses
menunjukkan semakin besarnya minat dan
Lembaga bimbingan belajar menja-
kepercayaan orang tua terhadap Bimbel.
di fenomena yang menarik di Kabupaten
Pesona Lembaga Bimbingan Belajar telah
Sukoharjo dilihat dari semakin menjamur-
mampu menarik minat orang tua yang
nya lembaga bimbingan belajar dan jumlah
berasal
belakang
peminat yang terus meningkat. Penelitian
pendidikan dan profesi yang berbeda-beda,
mengenai keputusan orang tua memilih
dari
berbagai
latar
Bimbel dengan pendekatan fenomenologi
Schutz perlu untuk diteliti karena berangkat
tuk memahami fenomena dialami oleh
dari rasa penasaran dan keingintahuan
subjek penelitian secara mendalam dan
peneliti tentang fenomena besarnya daya
menyeluruh. Pada penelitian kualitatif ini
tarik Bimbel yang mampu menyedot animo
digunakan pendekatan fenomenologi dari
orang tua dari berbagai latar belakang
Alfred Schutz dengan tujuan untuk mema-
profesi seperti, petani, pedagang, guru dan
hami motif-motif yang melekat pada
pengusaha.
dan
tindakan orang tua memasukkan anak ke
keingintahuan peneliti juga disebabkan oleh
lembaga bimbingan belajar. Motif tersebut
pertanyaan mengenai motif-motif apa yang
adalah berupa motif ‘agar’ (in-order-to-
melekat pada tindakan orang tua dalam
motive)dan motif ‘karena’ (because mo-
keputusan memilih bimbel, apakah yang
tive).
Rasa
penasaran
menjadi sebab orang tua memutuskan
Penelitian ini berlokasi di dua
memasukkan anaknya ke Bimbel serta
Lembaga Bimbingan Belajar (LBB) Lokal
tujuan-tujuan, harapan-harapan apa yang
yang ada di Kabupaten Sukoharjo, yaitu
mendorong orang tua untuk memasukkan
Lembaga Bimbingan Belajar Pakarsidi dan
anaknya ke Bimbel,.
Supermind. Hal yang mendasari pemilihan
Berdasarkan latar belakang yang
lokasi tersebut karena Lembaga Bimbingan
telah diuraikan sebelumnya, penulis tertarik
Belajar
untuk
lebih
merupakan LBB lokal yang diminati
mendalam dan selanjutnya menamakan
masyarakat ditengah persaingan dengan
skripsi ini dengan judul, “Motif ‘Agar’ dan
lembaga bimbingan belajar yang sudah
Motif ‘Karena’ dalam Keputusan Orang
memiliki nama besar. Kemudian pada
Tua Memilih Lembaga Bimbingan Belajar
penelitian selanjutnya akan dilaksanakan di
Lokal di Kabupaten Sukoharjo” (Studi
sekitar wilayah Desa Bekonang, Kec.
Fenomenologi
melakukan
penelitian
dan
Supermind
Schutz
dalam
Mojolaban, yaitu di wilayah orang tua
Bimbingan
Belajar
peserta Bimbel berdomisili. Kabupaten
Lokal tentang di Kabupaten Sukoharjo).
Sukoharjo dipilih karena dianggap mampu
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan
mewakili kebutuhan informan dengan latar
tentang motif ‘agar’ dan motif ‘karena’ da-
belakang profesi dan pendidikan yang
lam keputusan orang tua memilih lembaga
beragam mulai dari pedagang, karyawan,
bimbingan belajar di Kabupaten Sukoharjo.
sampai pengusaha, sehingga diharapkan
METODE
mampu
Konteks
Alfred
Pakarsidi
Lembaga
Penelitian ini menggunakan metode
kualitatif, yang memungkinkan peneliti un-
memenuhi
penelitian.
Subyek
kebutuhan
sampel
penelitian
dipilih
dengan cara purposive sampling, yaitu
orang tua dengan berbagai profesi dan
Penelitian ini menemukan motif
tingkat pendidikan dari SD hingga Sarjana
‘agar’ dan motif ‘karena’ yang melekat pa-
dan telah memasukkan anaknya ke lembaga
da tindakan orang tua memasukkan anak ke
bimbingan belajar lokal tersebut selama
lembaga bimbingan belajar lokal Super-
minimal satu tahun. Tehnik pengumpulan
mind dan Pakarsidi.
data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah observasi (pengamatan) dan wa-
A. In-order-to motive (Motif ‘agar’)
wancara. Teknik wawancara yang diguna-
Motif ‘agar’ mengacu kepada suatu
kan adalah wawancara semi-terstruktur dan
keadaan di masa mendatang dimana aktor
indept interview (wawancara mendalam).
berkeinginan untuk mencapainya melalui
Teknik analisis data yang digunakan dalam
beberapa tindakannya.
penelitian ini adalah model analisis data
1. Agar ‘anak ada kegiatan yang posi-
yang
diungkapkan
oleh
Mels
dan
tif’
Huberman (dalam Sugiyono, 2009: 91).
Kesibukan orang tua menyebabkan ia
Analisis data yang dilakukan diantaranya
tidak dapat mengawasi kegiatan anak
reduksi data (data reduction), penyajian
ketika tidak berada di rumah. Jika anak
data
(data
display),
dan
kesimpulan
tidak disibukkan dengan kegiatan yang
(verification).
positif, waktunya tentu akan habis untuk
HASIL PENELITIAN
hal-hal yang kurang bermanfaat. Ada
Latar belakang orang tua yang
berbagai macam tujuan yang berbeda yang
memasukkan anak ke lembaga bimbingan
ingin dicapai orang tua dengan kegiatan
belajar memiliki kesamaan karakteristik
belajar di lembaga bimbingan belajar.
yaitu pertama, orang tua sibuk bekerja dan
Perbedaan
mengurus
perbedaan latar belakang setiap orang tua.
anak-anak,
tersebut
disebabkan
oleh
sehingga
tidak
cukup
waktu
untuk
anak
belajar.
Kedua,
memasukkan anak ke lembaga bimbingan
ketidakmampuan orang tua mendampingi
belajar salah satunya adalah agar anak anak
anak belajar di rumah dan ketiga, adanya
ada kegiatan, mengenal dunia baru, orang-
kesamaan sisi religiusitas yang tinggi
orang baru dan lingkungan baru. Salah
sehingga orang tua dalam memilih lembaga
seorang
bimbingan
mengedepankan
pengalamannya ketika prestasi anaknya
peningkatan nilai akademik dan sikap
turun drastis saat menginjak kelas 1 SMP di
(akhlak).
awal tahun pelajaran. Menurut informan,
mempunyai
mendampingi
belajar
Pertama,
tujuan
informan
orang
tua
menceritakan
hal itu terjadi karena anaknya mengalami
trauma psikis setelah ayahnya meninggal
harapan orang tua agar anaknya dapat
tepat di hari pertama anak masuk sekolah.
mengenal dunia baru yang mengalihkan
Orang tua khawatir jika hal ini dibiarkan
perhatiannya dari kematian sang ayah.
Kedua,
saja, maka tidak hanya berdampak pada
agar
menambah
nilai akademik anak akan tetapi juga
pengalaman belajar pada anak. Motif ‘agar’
berdampak pada kondisi psikologis anak.
lainnya yang ditemukan dalam penelitian
Akhirnya, orang tua berinisiatif untuk
ini adalah orang tua memasukkan anak ke
mengenalkan
baru,
lembaga bimbingan belajar agar ilmu
mengenal orang-orang baru yang dapat
pengetahuan anak bertambah. Menurut
memberikannya
orang
untuk
anak
pada
motivasi
mengubah
dunia
yang
tua,
anak
akan
mendapatkan
anaknya.
pengalaman, seperti latihan mengerjakan
Meskipun tindakan orang tua dipengaruhi
soal yang lebih banyak jika dibandingkan
oleh pengalaman di masa lalu seperti yang
dengan tanpa mengikuti bimbingan belajar.
telah dijelaskan diatas, akan tetapi ada
Tindakan
motif lain di dalam tindakannya. Tindakan
tertentu yang mengacu pada masa depan
orang tua memasukkan anak ke lembaga
anak. Ketika anaknya memiliki pengalaman
bimbingan belajar di dorong oleh keinginan
belajar yang banyak, maka kemampuannya
agar anak mengenal dunia baru, orang-
dalam mengerjakan tugas-tugas sekolah
orang
akan semakin baik pula. Hal ini
baru
keadaan
positif
yang
dapat
mengalihkan
orang
tua
memiliki
tujuan
tentu
perhatiannya dari kematian sang ayah,
sangat bermanfaat bagi karir akademik
sehingga
anak kelak.
motivasi
belajarnya
dapat
Ketiga,
kembali.
agar
anak
jauh
dari
Hal ini sesuai dengan ide Schutz
pengaruh lingkungan bermain yang negatif.
tentang motif ‘agar’. Motif ‘agar’ mengacu
Tujuan orang tua memasukkan anak ke
kepada suatu keadaan di masa mendatang
lembaga bimbingan belajar salah satunya
dimana
untuk menjauhkan anak dari lingkungan
aktor
mencapainya
berkeinginan
melalui
untuk
beberapa
bermain yang negatif.
Interaksi
anak
tindakannya. Jika pada motif ‘karena’
dengan lingkungan bermain dikhawatirkan
tindakan aktor selalu didahului dengan
orang tua membawa pengaruh negatif pada
sebab-sebab atau alasan, maka pada motif
anak.
‘agar’ selalu tindakan aktor selalu diikuti
lingkungan di luar rumah selama ia tidak
dengan tujuan-tujuan, harapan dan cita-cita.
berada di rumah merupakan ancaman yang
Di dalam tindakan orang tua tersebut
membahayakan anak. Oleh karena itulah ia
ditemukan motif ‘agar’ yakni berupa
berusaha menempatkan anak di tempat
Orang
tua
memandang
jika
yang aman yaitu lembaga bimbingan
menandakan
belajar.
dalamnya.
adanya
motif
‘agar’
di
Pengalaman subjektif orang tua
Tujuan orang tua memasukkan anak ke
ketika melihat anak bermain dengan teman-
lembaga bimbingan belajar adalah untuk
temannya mempengaruhi tindakan yang
mendongkrak nilai akademik anak. Orang
diambilnya. Orang tua melihat bahwa
tua merasa tidak cukup mengandalkan
lingkungan bermain anaknya cenderung
proses pembelajaran di sekolah, anaknya
negatif. Lingkungan yang negatif biasanya
membutuhkan tambahan pelajaran agar
akan membentuk karakter yang negatif pula
mendapat pengalaman belajar yang lebih
pada anak. Orang tua tidak ingin hal itu
banyak. Pengalaman di lembaga bimbingan
terjadi dan berusaha mengubah situasi
belajar akan membantu anak memperoleh
tersebut melalui tindakannya. Oleh karena
nilai akademik yang tinggi karena mampu
itu, orang tua berusaha menyibukan anak
menghadapi soal-soal dan kesulitan belajar
dengan
intensitas
di sekolah. Nilai akademik yang tinggi
pertemuan anak dengan dengan teman-
sangat penting artinya bagi orang tua.
temannya berkurang. Tujuan inilah yang
Pertama, orang tua berharap anaknya
mendorong orang tua untuk memasukkan
dapat memperoleh peringkat dikelasnya
anaknya ke lembaga bimbingan belajar
dengan nilai akademik yang tinggi. Agar
lokal.
harapannya terwujud, maka orang tua
kegiatan
les
agar
Hal ini sesuai dengan teori Schutz,
memasukkan anak ke lembaga bimbingan
bahwa ketika individu dihadapkan pada
belajar.
suatu situasi, ia akan mendefinisikan
mengikuti bimbingan belajar, anak akan
situasinya, mengorientasikan dirinya ke
terbiasa
arah
situasi
menempatkan
sehingga
diri
pada
Orang
belajar,
tua
berharap
mengerjakan
dengan
latihan-
individu
bisa
latihan soal, dan mengulang pelajaran di
situasi
dan
sekolah. Hal tersebut penting agar kegiatan
mengubah situasinya dengan bertindak.
belajar anak ajeg, sehingga ia tidak mudah
3. Agar
melupakan
dapat
‘mendongkrak
nilai
pelajaran
dan
prestasi
akademik’
akademiknya terkontrol. Dengan demikian,
Tindakan orang tua memasukkan anak
nilai akademik anak akan terdongkrak naik
ke lembaga bimbingan belajar berorientasi
karena sering berlatih di Bimbel.
kepada masa depan dimana orang tua
Kedua, orang tua berharap dengan
berusaha mencapai tujuan-tujuan yang
memasukkan anak ke lembaga bimbingan
sudah di proyeksikan melalui tindakannya.
belajar, anaknya dapat memperoleh nilai
Adanya orientasi tujuan ke masa depan
kelulusan yang tinggi sehingga mudah
diterima di sekolah lanjutan negeri. Orang
yakin bahwa masa depan akan menyerupai
tua
masa silam, apabila tindakan yang di ambil
khawatir
anaknya
akan
kesulitan
mendapatkan sekolah lanjutan negeri jika
sama dengan masa silam.
nilainya jelek. Jika anak tidak diterima di
Orang tua memasukkan anak ke
sekolah manapun, otomatis orang tua pula
lembaga bimbingan belajar pada awalnya
yang akan repot mencarikan anak sekolah
adalah untuk mendongkrak prestasi anak.
ke sana kemari. Orang tua belajar dari
Akan tetapi di balik itu, ada tujuan atau
pengalaman orang-orang di sekitarnya yang
kepentingan lain yang lebih besar dan
terdahulu. Mereka
melihat ada beberapa
berorientasi jauh ke masa depan. Nilai
tetangganya kesulitan mencari sekolah
kelulusan anak yang bagus hanya sebagai
untuk anaknya karena nilai UN yang
batu loncatan untuk mendapatkan sekolah
rendah, sebaliknya mereka juga melihat
negeri
betapa
mengikuti
Pemerintah Kabupaten Sukoharjo mulai
bimbingan belajar dapat memperoleh nilai
menerapkan sekolah gratis khusus untuk
yang bagus sehingga bisa masuk sekolah
sekolah negeri. Orang tua wali dibebaskan
favorit atau minimal diterima di sekolah
dari biaya dana pembangunan dan SPP.
anak-anak
yang
favorit.
Sejak
tahun
2007
negeri tanpa harus mencabut pendaftaran.
Hal ini sesuai dengan ide Schutz
Belajar dari pengalaman orang lain, agar di
bahwa, ketertarikan manusia dalam dunia
masa yang akan datang anaknya mudah
kehidupan sehari-hari merupakan sesuatu
mendapatkan sekolah, maka orang tua
yang sangat praktis sifatnya, dan tidak
mempersiapkan
bersifat
anak
jauh-jauh
hari
teoritis.
Dalam
“sikap
alami
sebelumnya dengan memasukkan anak ke
mereka”, diatur oleh motif-motif pragmatis
lembaga bimbingan belajar.
yakni
mereka
berupaya
mengontrol,
Hal ini sesuai dengan teori Schutz,
menguasai, atau mengubah dunia dalam
bahwa pernyataan-pernyataan motif ‘ ‘agar’
rangka menerapkan proyek-proyek dan
memfantasikan peristiwa-peristiwa
yang
tujuan-tujuan mereka. Keterarahan praktis
silam-jadi
yang berorientasi ke masa depan dan
menempatkan peristiwa-peristiwa tersebut ,
harapan-harapan dunia-kehidupan sehari-
di dalam future perfect tense. (Campbell,
hari terungkap dalam apa yang disebut
1994:240). Orang tua memiliki fantasi-
Schutz
fantasi bahwa jika nilai anak bagus, maka
dihayati
akan mudah mendapatkan sekolah. Fantasi
mengatakan bahwa kita melakukan sesuatu
itu didasarkan pada pengalaman masa silam
(katakan, pergi ke toko) ‘agar’ mencapai
yang dialami oleh orang lain, dan orang tua
sebuah tujuan.
diproyekkan
sebagai
masa
motif
‘agar’-pengalaman
yang
yang
memotivasi-dengan
A. Because of motive ( Motif ‘karena’)
Dalam kehidupan sehari-hari, orang
Motif ‘karena’ mengacu langsung
tua dihadapkan pada situasi dimana dia
pada peristiwa masa silam sebagai sebab-
harus bekerja mulai pukul 07.00 pagi -
sebab tindakan. Dengan kata lain because
15.00 sore (bahkan ada yang sampai larut
of
malam),
motive
adalah
melatarbelakangi
hal-hal
seseorang
yang
melakukan
dalam
hari/minggu,
kurun
setelah
itu
waktu
5-6
orang
tua
tindakan tertentu berdasarkan pengalaman
disibukkan
masa lampau. Setiap informan memiliki
aktivitas lain, sedangkan malamnya dia
motif ‘karena’ yang berbeda-beda. Perbe-
harus mendampingi anak-anak belajar.
daan ini disebabkan oleh perbedaan karak-
Masalah muncul ketika usahanya mendam-
teristik latar belkang masing-masing infor-
pingi
man.
faktor kelelahan akibat sibuk bekerja dan
dengan
berbagai
macam
anak tidak bisa maksimal karena
orang tua melihat hal tersebut berdampak
pada nilai akademik anak di sekolah.
1. Kesibukan Orang Tua
Dalam hal ini, ada dua jenis
Ketika seseorang sudah mampu mengenali
kesibukan yang menjadi motif karena
situasi dan masalahnya, dengan berbekal
dalam
memilih
pada stock pengetahuannya tentang situasi
lembaga bimbingan belajar, yang pertama
sama yang pernah dialami orang lain,
adalah karena kesibukan orang tua dalam
seseorang mulai mencari teknik-teknik atau
bekerja dan yang kedua kesibukan orang
cara yang tepat untuk menghadapinya. Hal
tua mengurus anak-anak yang masih kecil.
yang sama dilakukan oleh orang tua ketika
a. Karena kesibukan bekerja
mengenali situasi dan masalah yang sedang
keputusan
orang
tua
Menurut Schutz, manusia memiliki
dihadapinya tersebut. Cara yang dipandang
kesadaran aktif bahwa mereka merupakan
paling tepat oleh kebanyakan orang ketika
makhluk yang melontarkan masalah dan
ditempatkan pada situasi tersebut adalah
memecahkan
dengan memasukkan anak ke lembaga
masalah.
menempatkan
tertentu.
individu
Agar
dapat
Masalah
pada
situasi
keluar
dari
bimbingan belajar.
Motif-motif ‘karena’ mengacu pada
masalahnya, seorang individu harus mampu
alasan-alasan
mendefinisikan situasinya, yaitu dia harus
mendahului seseorang melakukan suatu
mendefinisikan
macam
tindakan dan oleh karenanya ia mengacu
apakah ia berada, apakah masalahnya dan
pada masa lampau. Keputusan orang tua
bagaimana
memasukkan anak ke lembaga bimbingan
ia
dalam
situasi
berusaha
tujuannya. (Campbell, 1994:237)
mencapai
atau
sebab-sebab
yang
belajar merupakan suatu tindakan rasional
yang dipilih orang tua. Sebelum tindakan
berbeda
tersebut dilakukan, ada alasan-alasan atau
terpenuhi kebutuhannya. Kebutuhan akan
penyebab
kasih sayang menjadi kebutuhan mendasar
yang
mendahului
tindakan
dan
masing-masing
harus
tersebut. Alasan tersebut adalah karena
bagi
kesibukan
bekerja
sandhang, pangan dan papan. Anak-anak
sehingga khawatir tidak dapat membimbing
yang masih kecil memang memerlukan
anak belajar secara maksimal. Jadi, dapat
pelayanan dan perhatian yang lebih besar
dikatakan bahwa, “ Saya memutuskan
karena
untuk
orang
tua
memasukan
dalam
setelah
tidak dapat
kebutuhan
mengurus
akan
dirinya
ke
bimbel
sendiri. Ketika seorang ibu memiliki
sibuk
bekerja
seorang bayi yang masih berumur 4-8
tidak dapat
bulan, seorang anak yang masih TK dan
membimbing anak belajar di rumah dengan
seorang anak yang lainnya yang masih SD,
maksimal”.
maka
karenaselama
ini
anak
anak
saya
sehingga saya khawatir
Konteks
makna ini lebih
dapat
dibayangkan
betapa
mengacu pada masa lalu dari pada masa
merepotkannya pekerjaan ibu seharian. Jika
depan. Pengalaman orang tua seharian
seorang ibu tidak pandai mengatur waktu
sibuk bekerja, kelelahan saat membimbing
dan energi, maka semuanya akan kacau.
belajar dan hasil akademik anak yang tidak
Tindakan orang tua memasukkan
memuaskan merupakan gambaran dari
anak
peristiwa masa lalu yang sudah dilalui
didahului
orang tua. Pernyataan-pernyataan ‘karena’
berorientasi pada masa lampau. Awalnya,
tidak
orang tua merasa bahwa rutinitasnya dalam
dapat
diterjemahkan
ke
dalam
pernyataan-pernyataan ‘agar’.
Sehingga,
lembaga
oleh
bimbingan
alasan-alasan
belajar,
yang
mengurus anak-anak yang masih kecil
dapat
adalah pekerjaan yang melelahkan. Ketika
mengatakan bahwa, “Saya memutuskan
orang tua diminta anak mendampingi
untuk memasukan anak ke bimbel agar
belajar, maka orang tua merasa sudah
saya sibuk bekerja.
kelelahan, terlebih lagi waktu belajar
b. Kesibukan mengurus anak-anak yang
menjadi tidak efektif karena anak yang lain
masih kecil
rewel. Akibatnya, proses belajar tidak
Kesibukan
biasanya
kita
ke
tidak
mengurus
dikeluhkan
oleh
anak-anak
maksimal
dan
hasilnya
pun
tidak
informan
memuaskan. Kesadaran itu terus-menerus
perempuan baik yang bekerja di sektor
ada dalam diri orang tua. Orang tua
publik maupun yang tetap berada di sektor
berusaha mencari solusi untuk mengatasi
domestik. Orang tua menyadari bahwa
situasi tersebut. Orang tua merasa bahwa
setiap anak merupakan individu yang
bimbingan
belajar
merupakan
suatu
kebutuhan
yang
mendesak
ketika
menyadari bahwa proses bimbingan belajar
orang tua tidak mampu mengikuti materi
pelajaran yang berkembang semakin sulit.
di rumah tidak berjalan dengan baik dan hal
Orang tua membandingkan materi
itu menjadi penyebab rendahnya nilai
pelajaran yang diperolehnya ketika masih
akademik anak. Kesibukan mengurus anak
duduk di bangku sekolah dulu dengan yang
pada akhirnya menjadi alasan mengapa
diterima anaknya dimasa sekarang. Orang
orang tua mengalihkan tugasnya mendam-
tua melihat ada perbedaan yang sangat jauh
pingi anak pada lembaga bimbingan belajar
terkait dengan materi pelajaran. Orang tua
lokal.
saling bertukar cerita dengan sesama orang
2. Ketidakmampuan Orang Tua dalam
tua murid tentang beratnya pelajaran anak.
Mendampingi Anak Belajar
Ada beberapa teman yang menyarankan
a. Orang tua tidak menguasai materi
agar mereka memasukkan anak ke lembaga
bimbingan belajar saja, biasanya juga
pelajaran yang sulit
Ketidakmampuan
orang
tua
mendampingi anak belajar karena orang tua
demikian, karena orang tua juga tidak bisa
mengajari pasrahkan saja pada guru les.
tidak menguasai materi pelajaran anak yang
kompleks.
Hal
ini
disebabkan
oleh
Menurut
pernyataan
Schutz,
motif
pernyataan-
‘karena’
mengacu
keterbatasan tingkat pendidikan dan bidang
langsung
ilmu yang dimiliki orang tua. Motif-motif
sebagai sebab-sebab tindakan (Campbell,
karena’ selalu mengacu pada masa lalu.
1994:
Orang tua melihat pada kondisi masa
membandingkan materi pelajaran di zaman
lampau dimana riwayat pendidikannya
dahulu dengan sekarang, bertukar cerita
menjadi
dalam
tentang pengalaman memasukkan anak ke
mendampingi anaknya belajar di masa
lembaga bimbingan belajar, menerima
sekarang.
kendala
tersendiri
Pengalaman
pada
240).
peristiwa
Kegiatan
masa
orang
silam
tua
belajar
yang
saran karena ada cerita tentang hasil
lampau
sangat
memasukkan anak ke lembaga bimbingan
yang
belajar merupakan dorongan yang mengacu
diterima anaknya di masa sekarang. Hal ini
langsung pada masa silam sebagai sebab-
menempatkan
situasi
sebab tindakan orang tua memutuskan
tentang
memasukkan anak ke lembaga bimbingan
diperolehnya
berbeda
dimana
jauh
bekal
di
masa
dengan
orang
pelajaran
tua
pada
pengetahuannya
pelajaran anak di masa sekarang terbatas,
belajar.
akibatnya
b. Orang
orang
tua
tidak
mampu
tua
tidak
mampu
mendampingi anak belajar dengan baik.
mengendalikan perilaku anak ketika
Keterbatasan
belajar
pendidikan
menyebabkan
Ada perilaku-perilaku anak yang
tidak hanya secara verbal, karena meskipun
tidak mampu dikendalikan oleh orang tua,
ia dapat mempergunakan kata ‘karena’
tetapi dapat dikendalikan oleh lembaga
untuk menegaskan motif ‘agar’ (Saya
bimbingan belajar. Orang tua melihat
memarahinya karena ingin mendidiknya),
bahwa jika di rumah, anak malas belajar,
ada pernyataan-pernyataan ‘karena’ lainnya
lebih suka bermain, kurang konsentrasi
yang tidak dapat diterjemahkan ke dalam
belajar, dan sering komplain jika orang tua
pernyataan-pernyataan
yang mengajarinya.
Orang tua meyakini
memarahinya agar kesal). Perbedaan yang
bahwa lembaga bimbingan belajar dapat
menentukan antara keduanya adalah bahwa
mengatasi perilaku anak yang menghambat
motif ‘karena’selalu mengacu pada sesuatu
proses belajar tersebut. Orang tua percaya
yang mendahului tindakan yang dilakukan.
bahwa
Oleh
anaknya
akan
lebih
mudah
karena
‘agar’
tindakan
(saya
orang
tua
diarahkan oleh orang lain yang baru dia
memasukkan anak ke bimbel didahului
kenal.
ketika
pengalaman orang tua saat melihat perilaku
mendampingi anak belajar menunjukan
anak yang susah dikendalikan di rumah
bahwa jika di rumah, anaknya susah diatur,
maka hal itu menjadi faktor penyebab yang
malas
menandai
Pengalaman
belajar,
orang
lebih
tua
suka
bermain,
kemudian ketika belajar anak kurang bisa
adanya
motif
‘karena’
didalamnya.
konsentrasi, anak sering komplain dan
Berdasarkan hasil analisis data di
akhirnya bertengkar dengan orang tua.
atas dapat pula dipahami bahwa, alasan
Anak
orang tua memasukkan anak ke lembaga
mengalami
krisis
kepercayaan
terhadap orang tuanya sendiri. Hal ini
bimbingan
karena anak sudah sangat memahami
bekerja dan mengurus anak, ataupun karena
karakter
ketidakmampuan
orang
tuanya.
Sehingga,
ia
belajar
‘karena’
kesibukan
mendampingi
anak
mengenal betul kelebihan dan kekurangan
belajar, agar nilai akademik meningkat,
orang tua. Orang tua percaya bahwa jika
agar ada kegiatan, dan lain sebagainya
orang lain yang mengarahkan , anak-anak
mengandung
akan lebih segan dan mau memperhatikan.
didalamnya. Ketika orang tua mengatakan
Konteks makna motif ‘karena’ menjelaskan
memasukkan anak ke lembaga bimbingan
tindakan dengan acuan pada masa silam
belajar
(Saya memarahinya karena kesal) daripada
sejatinya ada motif ‘agar’ ‘lain’ disana
masa depan (saya memarahinya agar
yang
memberinya pelajaran). Menurut Schutz,
‘karena’.
perbedaan antara motif ‘agar’ dan karena
motif
karena
terungkap
lain
kesibukan
melalui
yang
tersirat
orang
tua,
motif-motif
Orang tua memasukkan anak ke
‘agar’
dari
nilai akademik. Nilai akademik yang tinggi
anak
sangat penting sebagai dasar untuk masuk
belajar. Orang tua tidak perlu lagi repot
ke sekolah lanjutan negeri yang favorit.
mendampingi anak belajar dengan berbagai
Orang tua ingin anaknya diterima di
problemanya. Orang tua cukup membayar
sekolah negeri untuk menghemat biaya
sejumlah uang dan memasrahkan anaknya
pendidikan.
bimbel
ia
kewajibannya
terlepas
yang negatif), (2) agar dapat meningkatkan
mendampingi
pada guru les, maka semua beban itu akan
Sedangkan
motif
‘karena’
atau
beralih kepada orang lain sekaligus motif
motif sebab yang melatarbelakangi orang
‘agar’
tua
berupa
tujuan-tujuan
yang
diproyekkan dapat tercapai.
memasukkan
bimbingan
anak
belajar
ke
lembaga
antara lain
karena
kesibukan orang tua, baik karena kesibukan
PENUTUP
bekerja maupun kesibukan mengurus anak-
Simpulan dan Saran
anak yang masih kecil. Selain itu, juga
Alasan
orang
tua
dalam
disebabkan oleh ketidakmampuan orang tua
keputusannya memilih lembaga bimbingan
dalam
belajar lokal bagi anak-anaknya dapat
Ketidakmampuan
digolongkan ke dalam dua jenis motif
dipengaruhi oleh dua hal yaitu karena
sesuai dengan teori fenomenologi Alfred
ketidakmampuan
Schutz, yaitu motif ‘agar’ dan motif
mengendalikan
‘karena’. Motif ‘agar’ mengacu kepada
ketidakmampuan
suatu keadaan di masa mendatang dimana
menguasai materi pelajaran yang sulit.
aktor berkeinginan untuk mencapainya
Perilaku anak yang sulit diatur saat
melalui
Motif
mendampingi anak belajar antara lain :
‘karena’ mengacu langsung pada peristiwa
anak kurang konsentrasi dalam belajar,
masa silam sebagai sebab-sebab tindakan.
anak malas belajar karena lebih suka
beberapa
tindakannya.
membimbing
orang
orang
perilaku
orang
anak
belajar.
tua
tersebut
tua
anak
tua
dalam
dan
dalam
Adanya motif ‘agar’ atau motif
bermain dengan teman dan anak suka
tujuan orang tua memasukkan anak ke
membantah dan bertengkar dengan orang
lembaga
lokal
tua ketika belajar. Orang tua merasa bahwa
diantaranya : (1) agar anak memiliki
anak lebih menurut jika orang lain yang
aktivitas yang positif (agar anak mengenal
mengajari. orang tua percaya bahwa jika
kegiatan dan dunia
agar ilmu
orang lain yang mendampingi anak belajar,
pengetahuan anak bertambah, agar anak
maka anak akan lebih segan dan menurut,
jauh dari pengaruh lingkungan bermain
konsentrasi anak juga lebih fokus karena
bimbingan
belajar
baru,
merasa segan pada guru les. Ketika ada
DAFTAR PUSTAKA
perasaan segan, maka anak akan menerima
Arikunto,
Suharsimi.
2002.
Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek. Jakarta: Rineka Cipta
dan mau memperhatikan penjelasan guru
les.
Tindakan seorang individu akan
dapat dipahami maknanya dengan tidak
hanya sebatas memahami ”motif karena”
saja, tapi juga ”motif agar.” Kerja sama
antara “motif karena” dan “motif agar”, di
dalam
mencermati
tindakan
individu,
dipercaya lebih dapat memahami makna
tindakan individu yang sebenarnya. Alasan
orang tua memasukkan anak ke lembaga
bimbingan
belajar
‘karena’
kesibukan
bekerja dan mengurus, ketidakmampuan
mendampingi anak belajar, agar nilai
akademik meningkat, agar ada kegiatan,
dan lain sebagainya mengandung motif lain
yang tersirat didalamnya. Ketika orang tua
mengatakan memasukkan anak ke lembaga
bimbingan belajar karena kesibukan orang
tua, sejatinya ada motif ‘agar’ ‘lain’ disana
yang
terungkap
melalui
motif-motif
‘karena’. Orang tua memasukkan anak ke
bimbel
‘agar’
kewajibannya
ia
terlepas
mendampingi
dari
anak
belajar. Orang tua cukup membayar
sejumlah uang dan memasrahkan anaknya
pada guru les, maka semua beban mendampingi anak belajar dengan segala permasalahannya akan beralih kepada orang
lain sekaligus motif ‘agar’ berupa tujuantujuan yang diproyekkan dapat tercapai.
Campbell, Tom. 1994. Tujuh Teori Sosial.
Yogyakarta:Kanisius
Irianto, Agus. 2013. Pendidikan
Sebagai Investasi dalam Pembangunan
Suatu Bangsa. Jakarta : Kencana),
Herdiansyah,
Haris.
2010.
Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta:
Salemba Humanika
Moleong, Lexy. 1996. Metodologi
Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja
Rosdakarya
Putra, Nusa. 2013. Penelitian Kualitatif
IPS. Bandung: Remaja Rosdakarya
Ritzer, George & Douglas J.
Goodman. 2009. Teori Sosiologi Modern.
Jakarta: Kencana
Sutopo, H.B. 2002. Metodologi
Penelitian Kualitatif. Surakarta: Sebelas
Maret University Press
Zeitlin, Irving. 1995. Memahami
Kembali Sosiologi (Kritik terhadap Teori
Sosiologi Kontemporer. Yogyakarta: Gajah
Mada University Press
Novita Dewi, Aline. 2015. Bimbel
sebagai Artikulasi Gaya Hidup Orang Tua
Diperoleh
dari
http://etd.repository.ugm.ac.id
pada
tanggal 5 Februari 2016
Dwi Prastiwi, Novitasari. 2013.
Konstruksi Sosial Peserta Didik Pada
Lembaga
Bimbingan
Non-Formal
Diperoleh
dari
ejournal.unesa.ac.id/article/3238/39/article
.pdf diakses pada tanggal 5 Februari 2016
Azizah, Siti. 2013. Peranan Orang
tua dalam Memilih Lembaga Bimbingan
Belajar untuk Meningkatkan Prestasi Anak
diperoleh
dari
http://repository.upi.edu/2884/
pada
tanggal 5 Februari 2016
Direktorat Pendidikan Kursus dan
Pelatihan
Indonesia
diperoleh
dari
http://www.infokursus.net/ pada tanggal 2
Februari 2016
http://malang- post.com/pendidikan/68514-siapkan-Bimbel-anak-usia-dini- diakses
pada tanggal 2 Februari 2016