MOTIF ‘AGAR’ DAN MOTIF ‘KARENA’ DALAM KEPUTUSAN ORANG TUA MEMILIH LEMBAGA BIMBINGAN BELAJAR (Studi Fenomenologi Alfred Schutz dalam Konteks Lembaga Bimbingan Belajar di Kabupaten Sukoharjo) | Fatimah | SOSIALITAS; Jurnal Ilmiah Pend. Sos Ant 8819 18617 1

MOTIF ‘AGAR’ DAN MOTIF ‘KARENA’ DALAM KEPUTUSAN
ORANG TUA MEMILIH LEMBAGA BIMBINGAN BELAJAR
Siti Fatimah
Pendidikan Sosiologi-Antropologi, Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta
Fazafatim4@gmail.com
Nurhadi
Pendidikan Sosiologi-Antropologi, Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta
Nurhadi1974@gmail.com
Siany Indria Liestyasari
Pendidikan Sosiologi-Antropologi, Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta
liestyasari2003@yahoo.co.uk
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk untuk menjelaskan motif ‘agar’ dan motif ‘karena’ yang
melekat pada tindakan orang tua dari latar belakang budaya yang berbeda dalam keputusannya
memilih lembaga bimbingan belajar akademik di Sukoharjo. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kualitatif dengan menggunakan pendekatan fenomenologi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa motif-otif ‘agar’ atau motif tujuan orang tua memasukkan anak ke lembaga
bimbingan belajar diantaranya : (1) agar anak memiliki aktivitas yang positif (agar anak
mengenal kegiatan dan dunia baru, agar ilmu pengetahuan anak bertambah, agar anak jauh dari
pengaruh lingkungan bermain yang negatif), (2) agar dapat meningkatkan nilai akademik. Motif
‘karena’ atau motif sebab yang tampak antara lain: (1) karena kesibukan orang tua ( kesibukan

bekerja dan kesibukan mengurus anak-anak), (2) ketidakmampuan orang tua dalam mendampingi anak belajar (ketidakmampuan orang tua dalam mengendalikan perilaku anak dan
ketidakmampuan orang tua dalam menguasai materi pelajaran yang sulit)
Kata kunci : motif ‘agar’, motif ‘karena’, latar belakang orang tua, bimbel
Abstract :
This research aimed to understand ‘ in-order-to’ motives and 'because' of motives
attached to the actions of parents from different cultural backgrounds in the decision of choosing
guidance learning nstitusions in Sukoharjo. The method of this research was qualitative using
the phenomenological approach. The results showed that the ‘ in-order-to’ motives of parents
who joined their children to guidance learning nstitusions were : (1) ‘in order to’ give children
positive activities (to make them know the new world, to increase their knowledge, to keep them
away from the negative of playground environmental), (2) in order to increase academic score. The
‘because of motives’ were : (1) because of parents bussines (busy with their work and busy with
taking care of children), (2) the inabilities of parents to accompany the children’s learning (the
inabilities of parents to control children's behavior and understood the difficult subject)
Key Word :’in-order-to motives’, ‘because of motives, parents background, guidance learning
institusions

PENDAHULUAN

mungkin hampir seharian belajar di sekolah


Dewasa ini, promosi tentang Lem-

akan tetapi nilai anak tetap rendah?

baga Bimbingan Belajar atau yang akrab

Berdasarkan pengalaman orang tua

ditelinga masyarakat dengan sebutan bim-

yang diperoleh dari bertukar informasi,

bel semakin gencar dilakukan.

untuk menjadikan seorang anak berprestasi,

Promosi

tersebut


memanfaatkan

tidak cukup hanya dengan menempuh jalur

berbagai media massa, baik cetak maupun

pendidikan

elektronik seperti TV, radio, koran dan

pendidikan

internet.

membawa

alternatif pilihan. Menurut UU No 20 tahun

keunggulan dan slogannya yang menarik.


2003 tentang Sisdiknas, pasal 1 ayat 12,

Seperti

pendidikan

Setiap
Ganesha

Bimbel
Operation

dengan

formal.
non

non


Akhirnya,

formal

pun

formal

jalur
menjadi

adalah

jalur

Revolusi Belajar-nya dan jargonnya (dalam

pendidikan di luar pendidikan formal yang

sebuah iklan di 92.1 MH Fm) yang


dapat dilaksanakan secara terstruktur dan

berbunyi,”Ganesha Operation Help You

berjenjang. Seperti termuat dalam UU No

Make Your Dreams Come True”. Kita juga

20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

tidak akan kesulitan menemukan deretan

Nasional pasal 26 ayat 1, dijelaskan bahwa

iklan jasa les privat di kolom iklan baris

Pendidikan non formal diselenggarakan

koran.


bagi warga masyarakat yang memerlukan
Setiap orang tua tentu memiliki

layanan pendidikan yang berfungsi sebagai

harapan yang besar agar anak-anaknya

pengganti, penambah dan/atau pelengkap

dapat meraih kesuksesan di masa depan.

pendidikan

Orang

mendukung pendidikan sepanjang hayat.

tua


cenderung

menakar

kadar

kesuksesan seorang anak dari segi profesi

formal

Pendidikan

non

dalam

rangka

formal


sangat

bergengsi yang dimilikinya. Agar dapat

beragam

menempati profesi itu, orang tua percaya

komputer, desain grafis, mental aritmatika,

bahwa anak-anak mereka harus berprestasi

bimbingan belajar dan lain sebagainya.

sejak dini. Sementara itu, orang tua

Menurut pemahaman yang berkembang di

cenderung mengukur prestasi seorang anak


dalam masyarakat pendidikan non formal

dari hasil raport yang mereka terima setiap

yang

semesternya. Masalah mulai muncul ketika

keterampilan peserta didik dapat dibedakan

mereka melihat anaknya belajar setiap hari

menjadi

akan tetapi hasilnya diluar harapan, karena

bimbingan belajar yang fokusnya kepada

nilai anak tergolong rendah. Orang tua


peningkatan prestasi akademik siswa di

mulai

sekolah dan lembaga kursus yang hanya

mempertanyakan

bagaimana

mulai dari

terkait
dua

kursus

dengan
macam,

yaitu

menjahit,

bimbingan
lembaga

fokus pada satu bidang tertentu saja, seperti

seperti petani, pedagang, guru, karyawan

kemampuan

swasta, pengusaha, dan lain sebagainya.

berhitung

dan

berbahasa.

Lembaga bimbingan belajar yang fokusnya

Berdasarkan data yang diperoleh

pada bidang akademik sendiri menurut

dari Direktorat Pendidikan Kursus dan

pemahaman masyarakat dapat dibedakan

Pelatihan Indonesia, di seluruh Indonesia

lagi menjadi dua kategori yaitu lembaga

terdapat 13.446 lembaga kursus yang

bimbingan belajar berskala nasional dan

tersebar di seluruh Indonesia. Seluruh

lembaga bimbingan belajar lokal. Dalam

lembaga kursus tersebut memiliki 90.946

penelitian

tentang

orang pendidik yang melayani 1.348.565

lembaga bimbingan belajar lokal yang

peserta. Dari lembaga kursus yang ada di

fokusnya

Indonesia lebih dari setengahnya (59,50%)

ini,

akan

kepada

dibahas

upaya

peningkatan

kemampuan akademik siswa di sekolah.

berada di Pulau Jawa, khususnya Provinsi

Antusiasme orang tua sangat besar

DKI Jakarta, Provinsi Jawa Barat, Provinsi

dalam menyambut ‘doping’ pendidikan

Jawa Tengah, dan Provinsi Jawa Timur.

formal ini. Di Kota Malang misalnya,

Jumlah peserta kursus mencapai 1.348.565

Lembaga

orang. Dari keseluruhan peserta kursus

Bimbingan

Belajar

Ganesha

Operation unit SD mencatat lonjakan

tersebut

peserta didik yang sangat signifikan. Sejak

pendidikan mulai dari SD sampai S2 atau

berdirinya

GO

S3. Dilihat dari persentase peserta didik

menerima 258 anak. Lalu pada tahun-tahun

ternyata peserta dengan tingkat pndidikan

berikutnya berturut-turut 500 anak, 853

SMA menempati urutan pertama yaitu

anak, 997 anak, 1.135 anak, dan hingga

sebesar 45,51%, kemudian diikuti tingkat

saat ini GO menerima 1.190 anak sebagai

pendidikan SMP sebesar 22,97%, SD

peserta didik aktif (Malang Post edisi 13

17,84%, S2/S3 sebanyak 10,11% dan

Juni 2013 diakses secara online pada

terkecil adalah tingkat pendidikan S1 yaitu

tanggal 2 Februari 2016). Peningkatan

sebesar 5,42

jumlah peserta didik setiap tahunnya

pada tanggal 2 Februari 2016).

GO

pada

2007-2008,

terdiri

dari

berbagai

tingkat

(infokursus.net.id diakses

menunjukkan semakin besarnya minat dan

Lembaga bimbingan belajar menja-

kepercayaan orang tua terhadap Bimbel.

di fenomena yang menarik di Kabupaten

Pesona Lembaga Bimbingan Belajar telah

Sukoharjo dilihat dari semakin menjamur-

mampu menarik minat orang tua yang

nya lembaga bimbingan belajar dan jumlah

berasal

belakang

peminat yang terus meningkat. Penelitian

pendidikan dan profesi yang berbeda-beda,

mengenai keputusan orang tua memilih

dari

berbagai

latar

Bimbel dengan pendekatan fenomenologi

Schutz perlu untuk diteliti karena berangkat

tuk memahami fenomena dialami oleh

dari rasa penasaran dan keingintahuan

subjek penelitian secara mendalam dan

peneliti tentang fenomena besarnya daya

menyeluruh. Pada penelitian kualitatif ini

tarik Bimbel yang mampu menyedot animo

digunakan pendekatan fenomenologi dari

orang tua dari berbagai latar belakang

Alfred Schutz dengan tujuan untuk mema-

profesi seperti, petani, pedagang, guru dan

hami motif-motif yang melekat pada

pengusaha.

dan

tindakan orang tua memasukkan anak ke

keingintahuan peneliti juga disebabkan oleh

lembaga bimbingan belajar. Motif tersebut

pertanyaan mengenai motif-motif apa yang

adalah berupa motif ‘agar’ (in-order-to-

melekat pada tindakan orang tua dalam

motive)dan motif ‘karena’ (because mo-

keputusan memilih bimbel, apakah yang

tive).

Rasa

penasaran

menjadi sebab orang tua memutuskan

Penelitian ini berlokasi di dua

memasukkan anaknya ke Bimbel serta

Lembaga Bimbingan Belajar (LBB) Lokal

tujuan-tujuan, harapan-harapan apa yang

yang ada di Kabupaten Sukoharjo, yaitu

mendorong orang tua untuk memasukkan

Lembaga Bimbingan Belajar Pakarsidi dan

anaknya ke Bimbel,.

Supermind. Hal yang mendasari pemilihan

Berdasarkan latar belakang yang

lokasi tersebut karena Lembaga Bimbingan

telah diuraikan sebelumnya, penulis tertarik

Belajar

untuk

lebih

merupakan LBB lokal yang diminati

mendalam dan selanjutnya menamakan

masyarakat ditengah persaingan dengan

skripsi ini dengan judul, “Motif ‘Agar’ dan

lembaga bimbingan belajar yang sudah

Motif ‘Karena’ dalam Keputusan Orang

memiliki nama besar. Kemudian pada

Tua Memilih Lembaga Bimbingan Belajar

penelitian selanjutnya akan dilaksanakan di

Lokal di Kabupaten Sukoharjo” (Studi

sekitar wilayah Desa Bekonang, Kec.

Fenomenologi

melakukan

penelitian

dan

Supermind

Schutz

dalam

Mojolaban, yaitu di wilayah orang tua

Bimbingan

Belajar

peserta Bimbel berdomisili. Kabupaten

Lokal tentang di Kabupaten Sukoharjo).

Sukoharjo dipilih karena dianggap mampu

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan

mewakili kebutuhan informan dengan latar

tentang motif ‘agar’ dan motif ‘karena’ da-

belakang profesi dan pendidikan yang

lam keputusan orang tua memilih lembaga

beragam mulai dari pedagang, karyawan,

bimbingan belajar di Kabupaten Sukoharjo.

sampai pengusaha, sehingga diharapkan

METODE

mampu

Konteks

Alfred

Pakarsidi

Lembaga

Penelitian ini menggunakan metode
kualitatif, yang memungkinkan peneliti un-

memenuhi

penelitian.

Subyek

kebutuhan

sampel

penelitian

dipilih

dengan cara purposive sampling, yaitu

orang tua dengan berbagai profesi dan

Penelitian ini menemukan motif

tingkat pendidikan dari SD hingga Sarjana

‘agar’ dan motif ‘karena’ yang melekat pa-

dan telah memasukkan anaknya ke lembaga

da tindakan orang tua memasukkan anak ke

bimbingan belajar lokal tersebut selama

lembaga bimbingan belajar lokal Super-

minimal satu tahun. Tehnik pengumpulan

mind dan Pakarsidi.

data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah observasi (pengamatan) dan wa-

A. In-order-to motive (Motif ‘agar’)

wancara. Teknik wawancara yang diguna-

Motif ‘agar’ mengacu kepada suatu

kan adalah wawancara semi-terstruktur dan

keadaan di masa mendatang dimana aktor

indept interview (wawancara mendalam).

berkeinginan untuk mencapainya melalui

Teknik analisis data yang digunakan dalam

beberapa tindakannya.

penelitian ini adalah model analisis data

1. Agar ‘anak ada kegiatan yang posi-

yang

diungkapkan

oleh

Mels

dan

tif’

Huberman (dalam Sugiyono, 2009: 91).

Kesibukan orang tua menyebabkan ia

Analisis data yang dilakukan diantaranya

tidak dapat mengawasi kegiatan anak

reduksi data (data reduction), penyajian

ketika tidak berada di rumah. Jika anak

data

(data

display),

dan

kesimpulan

tidak disibukkan dengan kegiatan yang

(verification).

positif, waktunya tentu akan habis untuk

HASIL PENELITIAN

hal-hal yang kurang bermanfaat. Ada

Latar belakang orang tua yang

berbagai macam tujuan yang berbeda yang

memasukkan anak ke lembaga bimbingan

ingin dicapai orang tua dengan kegiatan

belajar memiliki kesamaan karakteristik

belajar di lembaga bimbingan belajar.

yaitu pertama, orang tua sibuk bekerja dan

Perbedaan

mengurus

perbedaan latar belakang setiap orang tua.

anak-anak,

tersebut

disebabkan

oleh

sehingga

tidak

cukup

waktu

untuk

anak

belajar.

Kedua,

memasukkan anak ke lembaga bimbingan

ketidakmampuan orang tua mendampingi

belajar salah satunya adalah agar anak anak

anak belajar di rumah dan ketiga, adanya

ada kegiatan, mengenal dunia baru, orang-

kesamaan sisi religiusitas yang tinggi

orang baru dan lingkungan baru. Salah

sehingga orang tua dalam memilih lembaga

seorang

bimbingan

mengedepankan

pengalamannya ketika prestasi anaknya

peningkatan nilai akademik dan sikap

turun drastis saat menginjak kelas 1 SMP di

(akhlak).

awal tahun pelajaran. Menurut informan,

mempunyai
mendampingi

belajar

Pertama,

tujuan

informan

orang

tua

menceritakan

hal itu terjadi karena anaknya mengalami

trauma psikis setelah ayahnya meninggal

harapan orang tua agar anaknya dapat

tepat di hari pertama anak masuk sekolah.

mengenal dunia baru yang mengalihkan

Orang tua khawatir jika hal ini dibiarkan

perhatiannya dari kematian sang ayah.
Kedua,

saja, maka tidak hanya berdampak pada

agar

menambah

nilai akademik anak akan tetapi juga

pengalaman belajar pada anak. Motif ‘agar’

berdampak pada kondisi psikologis anak.

lainnya yang ditemukan dalam penelitian

Akhirnya, orang tua berinisiatif untuk

ini adalah orang tua memasukkan anak ke

mengenalkan

baru,

lembaga bimbingan belajar agar ilmu

mengenal orang-orang baru yang dapat

pengetahuan anak bertambah. Menurut

memberikannya

orang

untuk

anak

pada

motivasi

mengubah

dunia
yang

tua,

anak

akan

mendapatkan

anaknya.

pengalaman, seperti latihan mengerjakan

Meskipun tindakan orang tua dipengaruhi

soal yang lebih banyak jika dibandingkan

oleh pengalaman di masa lalu seperti yang

dengan tanpa mengikuti bimbingan belajar.

telah dijelaskan diatas, akan tetapi ada

Tindakan

motif lain di dalam tindakannya. Tindakan

tertentu yang mengacu pada masa depan

orang tua memasukkan anak ke lembaga

anak. Ketika anaknya memiliki pengalaman

bimbingan belajar di dorong oleh keinginan

belajar yang banyak, maka kemampuannya

agar anak mengenal dunia baru, orang-

dalam mengerjakan tugas-tugas sekolah

orang

akan semakin baik pula. Hal ini

baru

keadaan

positif

yang

dapat

mengalihkan

orang

tua

memiliki

tujuan

tentu

perhatiannya dari kematian sang ayah,

sangat bermanfaat bagi karir akademik

sehingga

anak kelak.

motivasi

belajarnya

dapat

Ketiga,

kembali.

agar

anak

jauh

dari

Hal ini sesuai dengan ide Schutz

pengaruh lingkungan bermain yang negatif.

tentang motif ‘agar’. Motif ‘agar’ mengacu

Tujuan orang tua memasukkan anak ke

kepada suatu keadaan di masa mendatang

lembaga bimbingan belajar salah satunya

dimana

untuk menjauhkan anak dari lingkungan

aktor

mencapainya

berkeinginan
melalui

untuk
beberapa

bermain yang negatif.

Interaksi

anak

tindakannya. Jika pada motif ‘karena’

dengan lingkungan bermain dikhawatirkan

tindakan aktor selalu didahului dengan

orang tua membawa pengaruh negatif pada

sebab-sebab atau alasan, maka pada motif

anak.

‘agar’ selalu tindakan aktor selalu diikuti

lingkungan di luar rumah selama ia tidak

dengan tujuan-tujuan, harapan dan cita-cita.

berada di rumah merupakan ancaman yang

Di dalam tindakan orang tua tersebut

membahayakan anak. Oleh karena itulah ia

ditemukan motif ‘agar’ yakni berupa

berusaha menempatkan anak di tempat

Orang

tua

memandang

jika

yang aman yaitu lembaga bimbingan

menandakan

belajar.

dalamnya.

adanya

motif

‘agar’

di

Pengalaman subjektif orang tua

Tujuan orang tua memasukkan anak ke

ketika melihat anak bermain dengan teman-

lembaga bimbingan belajar adalah untuk

temannya mempengaruhi tindakan yang

mendongkrak nilai akademik anak. Orang

diambilnya. Orang tua melihat bahwa

tua merasa tidak cukup mengandalkan

lingkungan bermain anaknya cenderung

proses pembelajaran di sekolah, anaknya

negatif. Lingkungan yang negatif biasanya

membutuhkan tambahan pelajaran agar

akan membentuk karakter yang negatif pula

mendapat pengalaman belajar yang lebih

pada anak. Orang tua tidak ingin hal itu

banyak. Pengalaman di lembaga bimbingan

terjadi dan berusaha mengubah situasi

belajar akan membantu anak memperoleh

tersebut melalui tindakannya. Oleh karena

nilai akademik yang tinggi karena mampu

itu, orang tua berusaha menyibukan anak

menghadapi soal-soal dan kesulitan belajar

dengan

intensitas

di sekolah. Nilai akademik yang tinggi

pertemuan anak dengan dengan teman-

sangat penting artinya bagi orang tua.

temannya berkurang. Tujuan inilah yang

Pertama, orang tua berharap anaknya

mendorong orang tua untuk memasukkan

dapat memperoleh peringkat dikelasnya

anaknya ke lembaga bimbingan belajar

dengan nilai akademik yang tinggi. Agar

lokal.

harapannya terwujud, maka orang tua

kegiatan

les

agar

Hal ini sesuai dengan teori Schutz,

memasukkan anak ke lembaga bimbingan

bahwa ketika individu dihadapkan pada

belajar.

suatu situasi, ia akan mendefinisikan

mengikuti bimbingan belajar, anak akan

situasinya, mengorientasikan dirinya ke

terbiasa

arah

situasi

menempatkan

sehingga
diri

pada

Orang
belajar,

tua

berharap

mengerjakan

dengan
latihan-

individu

bisa

latihan soal, dan mengulang pelajaran di

situasi

dan

sekolah. Hal tersebut penting agar kegiatan

mengubah situasinya dengan bertindak.

belajar anak ajeg, sehingga ia tidak mudah

3. Agar

melupakan

dapat

‘mendongkrak

nilai

pelajaran

dan

prestasi

akademik’

akademiknya terkontrol. Dengan demikian,

Tindakan orang tua memasukkan anak

nilai akademik anak akan terdongkrak naik

ke lembaga bimbingan belajar berorientasi

karena sering berlatih di Bimbel.

kepada masa depan dimana orang tua

Kedua, orang tua berharap dengan

berusaha mencapai tujuan-tujuan yang

memasukkan anak ke lembaga bimbingan

sudah di proyeksikan melalui tindakannya.

belajar, anaknya dapat memperoleh nilai

Adanya orientasi tujuan ke masa depan

kelulusan yang tinggi sehingga mudah

diterima di sekolah lanjutan negeri. Orang

yakin bahwa masa depan akan menyerupai

tua

masa silam, apabila tindakan yang di ambil

khawatir

anaknya

akan

kesulitan

mendapatkan sekolah lanjutan negeri jika

sama dengan masa silam.

nilainya jelek. Jika anak tidak diterima di

Orang tua memasukkan anak ke

sekolah manapun, otomatis orang tua pula

lembaga bimbingan belajar pada awalnya

yang akan repot mencarikan anak sekolah

adalah untuk mendongkrak prestasi anak.

ke sana kemari. Orang tua belajar dari

Akan tetapi di balik itu, ada tujuan atau

pengalaman orang-orang di sekitarnya yang

kepentingan lain yang lebih besar dan

terdahulu. Mereka

melihat ada beberapa

berorientasi jauh ke masa depan. Nilai

tetangganya kesulitan mencari sekolah

kelulusan anak yang bagus hanya sebagai

untuk anaknya karena nilai UN yang

batu loncatan untuk mendapatkan sekolah

rendah, sebaliknya mereka juga melihat

negeri

betapa

mengikuti

Pemerintah Kabupaten Sukoharjo mulai

bimbingan belajar dapat memperoleh nilai

menerapkan sekolah gratis khusus untuk

yang bagus sehingga bisa masuk sekolah

sekolah negeri. Orang tua wali dibebaskan

favorit atau minimal diterima di sekolah

dari biaya dana pembangunan dan SPP.

anak-anak

yang

favorit.

Sejak

tahun

2007

negeri tanpa harus mencabut pendaftaran.

Hal ini sesuai dengan ide Schutz

Belajar dari pengalaman orang lain, agar di

bahwa, ketertarikan manusia dalam dunia

masa yang akan datang anaknya mudah

kehidupan sehari-hari merupakan sesuatu

mendapatkan sekolah, maka orang tua

yang sangat praktis sifatnya, dan tidak

mempersiapkan

bersifat

anak

jauh-jauh

hari

teoritis.

Dalam

“sikap

alami

sebelumnya dengan memasukkan anak ke

mereka”, diatur oleh motif-motif pragmatis

lembaga bimbingan belajar.

yakni

mereka

berupaya

mengontrol,

Hal ini sesuai dengan teori Schutz,

menguasai, atau mengubah dunia dalam

bahwa pernyataan-pernyataan motif ‘ ‘agar’

rangka menerapkan proyek-proyek dan

memfantasikan peristiwa-peristiwa

yang

tujuan-tujuan mereka. Keterarahan praktis

silam-jadi

yang berorientasi ke masa depan dan

menempatkan peristiwa-peristiwa tersebut ,

harapan-harapan dunia-kehidupan sehari-

di dalam future perfect tense. (Campbell,

hari terungkap dalam apa yang disebut

1994:240). Orang tua memiliki fantasi-

Schutz

fantasi bahwa jika nilai anak bagus, maka

dihayati

akan mudah mendapatkan sekolah. Fantasi

mengatakan bahwa kita melakukan sesuatu

itu didasarkan pada pengalaman masa silam

(katakan, pergi ke toko) ‘agar’ mencapai

yang dialami oleh orang lain, dan orang tua

sebuah tujuan.

diproyekkan

sebagai

masa

motif

‘agar’-pengalaman

yang

yang

memotivasi-dengan

A. Because of motive ( Motif ‘karena’)

Dalam kehidupan sehari-hari, orang

Motif ‘karena’ mengacu langsung

tua dihadapkan pada situasi dimana dia

pada peristiwa masa silam sebagai sebab-

harus bekerja mulai pukul 07.00 pagi -

sebab tindakan. Dengan kata lain because

15.00 sore (bahkan ada yang sampai larut

of

malam),

motive

adalah

melatarbelakangi

hal-hal

seseorang

yang

melakukan

dalam

hari/minggu,

kurun

setelah

itu

waktu

5-6

orang

tua

tindakan tertentu berdasarkan pengalaman

disibukkan

masa lampau. Setiap informan memiliki

aktivitas lain, sedangkan malamnya dia

motif ‘karena’ yang berbeda-beda. Perbe-

harus mendampingi anak-anak belajar.

daan ini disebabkan oleh perbedaan karak-

Masalah muncul ketika usahanya mendam-

teristik latar belkang masing-masing infor-

pingi

man.

faktor kelelahan akibat sibuk bekerja dan

dengan

berbagai

macam

anak tidak bisa maksimal karena

orang tua melihat hal tersebut berdampak
pada nilai akademik anak di sekolah.

1. Kesibukan Orang Tua
Dalam hal ini, ada dua jenis

Ketika seseorang sudah mampu mengenali

kesibukan yang menjadi motif karena

situasi dan masalahnya, dengan berbekal

dalam

memilih

pada stock pengetahuannya tentang situasi

lembaga bimbingan belajar, yang pertama

sama yang pernah dialami orang lain,

adalah karena kesibukan orang tua dalam

seseorang mulai mencari teknik-teknik atau

bekerja dan yang kedua kesibukan orang

cara yang tepat untuk menghadapinya. Hal

tua mengurus anak-anak yang masih kecil.

yang sama dilakukan oleh orang tua ketika

a. Karena kesibukan bekerja

mengenali situasi dan masalah yang sedang

keputusan

orang

tua

Menurut Schutz, manusia memiliki

dihadapinya tersebut. Cara yang dipandang

kesadaran aktif bahwa mereka merupakan

paling tepat oleh kebanyakan orang ketika

makhluk yang melontarkan masalah dan

ditempatkan pada situasi tersebut adalah

memecahkan

dengan memasukkan anak ke lembaga

masalah.

menempatkan
tertentu.

individu

Agar

dapat

Masalah
pada

situasi

keluar

dari

bimbingan belajar.
Motif-motif ‘karena’ mengacu pada

masalahnya, seorang individu harus mampu

alasan-alasan

mendefinisikan situasinya, yaitu dia harus

mendahului seseorang melakukan suatu

mendefinisikan

macam

tindakan dan oleh karenanya ia mengacu

apakah ia berada, apakah masalahnya dan

pada masa lampau. Keputusan orang tua

bagaimana

memasukkan anak ke lembaga bimbingan

ia

dalam

situasi

berusaha

tujuannya. (Campbell, 1994:237)

mencapai

atau

sebab-sebab

yang

belajar merupakan suatu tindakan rasional

yang dipilih orang tua. Sebelum tindakan

berbeda

tersebut dilakukan, ada alasan-alasan atau

terpenuhi kebutuhannya. Kebutuhan akan

penyebab

kasih sayang menjadi kebutuhan mendasar

yang

mendahului

tindakan

dan

masing-masing

harus

tersebut. Alasan tersebut adalah karena

bagi

kesibukan

bekerja

sandhang, pangan dan papan. Anak-anak

sehingga khawatir tidak dapat membimbing

yang masih kecil memang memerlukan

anak belajar secara maksimal. Jadi, dapat

pelayanan dan perhatian yang lebih besar

dikatakan bahwa, “ Saya memutuskan

karena

untuk

orang

tua

memasukan

dalam

setelah

tidak dapat

kebutuhan

mengurus

akan

dirinya

ke

bimbel

sendiri. Ketika seorang ibu memiliki

sibuk

bekerja

seorang bayi yang masih berumur 4-8

tidak dapat

bulan, seorang anak yang masih TK dan

membimbing anak belajar di rumah dengan

seorang anak yang lainnya yang masih SD,

maksimal”.

maka

karenaselama

ini

anak

anak

saya

sehingga saya khawatir
Konteks

makna ini lebih

dapat

dibayangkan

betapa

mengacu pada masa lalu dari pada masa

merepotkannya pekerjaan ibu seharian. Jika

depan. Pengalaman orang tua seharian

seorang ibu tidak pandai mengatur waktu

sibuk bekerja, kelelahan saat membimbing

dan energi, maka semuanya akan kacau.

belajar dan hasil akademik anak yang tidak

Tindakan orang tua memasukkan

memuaskan merupakan gambaran dari

anak

peristiwa masa lalu yang sudah dilalui

didahului

orang tua. Pernyataan-pernyataan ‘karena’

berorientasi pada masa lampau. Awalnya,

tidak

orang tua merasa bahwa rutinitasnya dalam

dapat

diterjemahkan

ke

dalam

pernyataan-pernyataan ‘agar’.
Sehingga,

lembaga
oleh

bimbingan
alasan-alasan

belajar,
yang

mengurus anak-anak yang masih kecil
dapat

adalah pekerjaan yang melelahkan. Ketika

mengatakan bahwa, “Saya memutuskan

orang tua diminta anak mendampingi

untuk memasukan anak ke bimbel agar

belajar, maka orang tua merasa sudah

saya sibuk bekerja.

kelelahan, terlebih lagi waktu belajar

b. Kesibukan mengurus anak-anak yang

menjadi tidak efektif karena anak yang lain

masih kecil

rewel. Akibatnya, proses belajar tidak

Kesibukan
biasanya

kita

ke

tidak

mengurus

dikeluhkan

oleh

anak-anak

maksimal

dan

hasilnya

pun

tidak

informan

memuaskan. Kesadaran itu terus-menerus

perempuan baik yang bekerja di sektor

ada dalam diri orang tua. Orang tua

publik maupun yang tetap berada di sektor

berusaha mencari solusi untuk mengatasi

domestik. Orang tua menyadari bahwa

situasi tersebut. Orang tua merasa bahwa

setiap anak merupakan individu yang

bimbingan

belajar

merupakan

suatu

kebutuhan

yang

mendesak

ketika

menyadari bahwa proses bimbingan belajar

orang tua tidak mampu mengikuti materi
pelajaran yang berkembang semakin sulit.

di rumah tidak berjalan dengan baik dan hal

Orang tua membandingkan materi

itu menjadi penyebab rendahnya nilai

pelajaran yang diperolehnya ketika masih

akademik anak. Kesibukan mengurus anak

duduk di bangku sekolah dulu dengan yang

pada akhirnya menjadi alasan mengapa

diterima anaknya dimasa sekarang. Orang

orang tua mengalihkan tugasnya mendam-

tua melihat ada perbedaan yang sangat jauh

pingi anak pada lembaga bimbingan belajar

terkait dengan materi pelajaran. Orang tua

lokal.

saling bertukar cerita dengan sesama orang

2. Ketidakmampuan Orang Tua dalam

tua murid tentang beratnya pelajaran anak.

Mendampingi Anak Belajar

Ada beberapa teman yang menyarankan

a. Orang tua tidak menguasai materi

agar mereka memasukkan anak ke lembaga
bimbingan belajar saja, biasanya juga

pelajaran yang sulit
Ketidakmampuan

orang

tua

mendampingi anak belajar karena orang tua

demikian, karena orang tua juga tidak bisa
mengajari pasrahkan saja pada guru les.

tidak menguasai materi pelajaran anak yang
kompleks.

Hal

ini

disebabkan

oleh

Menurut
pernyataan

Schutz,

motif

pernyataan-

‘karena’

mengacu

keterbatasan tingkat pendidikan dan bidang

langsung

ilmu yang dimiliki orang tua. Motif-motif

sebagai sebab-sebab tindakan (Campbell,

karena’ selalu mengacu pada masa lalu.

1994:

Orang tua melihat pada kondisi masa

membandingkan materi pelajaran di zaman

lampau dimana riwayat pendidikannya

dahulu dengan sekarang, bertukar cerita

menjadi

dalam

tentang pengalaman memasukkan anak ke

mendampingi anaknya belajar di masa

lembaga bimbingan belajar, menerima

sekarang.

kendala

tersendiri

Pengalaman

pada
240).

peristiwa
Kegiatan

masa
orang

silam
tua

belajar

yang

saran karena ada cerita tentang hasil

lampau

sangat

memasukkan anak ke lembaga bimbingan

yang

belajar merupakan dorongan yang mengacu

diterima anaknya di masa sekarang. Hal ini

langsung pada masa silam sebagai sebab-

menempatkan

situasi

sebab tindakan orang tua memutuskan

tentang

memasukkan anak ke lembaga bimbingan

diperolehnya
berbeda

dimana

jauh

bekal

di

masa

dengan
orang

pelajaran
tua

pada

pengetahuannya

pelajaran anak di masa sekarang terbatas,

belajar.

akibatnya

b. Orang

orang

tua

tidak

mampu

tua

tidak

mampu

mendampingi anak belajar dengan baik.

mengendalikan perilaku anak ketika

Keterbatasan

belajar

pendidikan

menyebabkan

Ada perilaku-perilaku anak yang

tidak hanya secara verbal, karena meskipun

tidak mampu dikendalikan oleh orang tua,

ia dapat mempergunakan kata ‘karena’

tetapi dapat dikendalikan oleh lembaga

untuk menegaskan motif ‘agar’ (Saya

bimbingan belajar. Orang tua melihat

memarahinya karena ingin mendidiknya),

bahwa jika di rumah, anak malas belajar,

ada pernyataan-pernyataan ‘karena’ lainnya

lebih suka bermain, kurang konsentrasi

yang tidak dapat diterjemahkan ke dalam

belajar, dan sering komplain jika orang tua

pernyataan-pernyataan

yang mengajarinya.

Orang tua meyakini

memarahinya agar kesal). Perbedaan yang

bahwa lembaga bimbingan belajar dapat

menentukan antara keduanya adalah bahwa

mengatasi perilaku anak yang menghambat

motif ‘karena’selalu mengacu pada sesuatu

proses belajar tersebut. Orang tua percaya

yang mendahului tindakan yang dilakukan.

bahwa

Oleh

anaknya

akan

lebih

mudah

karena

‘agar’

tindakan

(saya

orang

tua

diarahkan oleh orang lain yang baru dia

memasukkan anak ke bimbel didahului

kenal.

ketika

pengalaman orang tua saat melihat perilaku

mendampingi anak belajar menunjukan

anak yang susah dikendalikan di rumah

bahwa jika di rumah, anaknya susah diatur,

maka hal itu menjadi faktor penyebab yang

malas

menandai

Pengalaman

belajar,

orang

lebih

tua

suka

bermain,

kemudian ketika belajar anak kurang bisa

adanya

motif

‘karena’

didalamnya.

konsentrasi, anak sering komplain dan

Berdasarkan hasil analisis data di

akhirnya bertengkar dengan orang tua.

atas dapat pula dipahami bahwa, alasan

Anak

orang tua memasukkan anak ke lembaga

mengalami

krisis

kepercayaan

terhadap orang tuanya sendiri. Hal ini

bimbingan

karena anak sudah sangat memahami

bekerja dan mengurus anak, ataupun karena

karakter

ketidakmampuan

orang

tuanya.

Sehingga,

ia

belajar

‘karena’

kesibukan

mendampingi

anak

mengenal betul kelebihan dan kekurangan

belajar, agar nilai akademik meningkat,

orang tua. Orang tua percaya bahwa jika

agar ada kegiatan, dan lain sebagainya

orang lain yang mengarahkan , anak-anak

mengandung

akan lebih segan dan mau memperhatikan.

didalamnya. Ketika orang tua mengatakan

Konteks makna motif ‘karena’ menjelaskan

memasukkan anak ke lembaga bimbingan

tindakan dengan acuan pada masa silam

belajar

(Saya memarahinya karena kesal) daripada

sejatinya ada motif ‘agar’ ‘lain’ disana

masa depan (saya memarahinya agar

yang

memberinya pelajaran). Menurut Schutz,

‘karena’.

perbedaan antara motif ‘agar’ dan karena

motif

karena
terungkap

lain

kesibukan
melalui

yang

tersirat

orang

tua,

motif-motif

Orang tua memasukkan anak ke
‘agar’

dari

nilai akademik. Nilai akademik yang tinggi

anak

sangat penting sebagai dasar untuk masuk

belajar. Orang tua tidak perlu lagi repot

ke sekolah lanjutan negeri yang favorit.

mendampingi anak belajar dengan berbagai

Orang tua ingin anaknya diterima di

problemanya. Orang tua cukup membayar

sekolah negeri untuk menghemat biaya

sejumlah uang dan memasrahkan anaknya

pendidikan.

bimbel

ia

kewajibannya

terlepas

yang negatif), (2) agar dapat meningkatkan

mendampingi

pada guru les, maka semua beban itu akan

Sedangkan

motif

‘karena’

atau

beralih kepada orang lain sekaligus motif

motif sebab yang melatarbelakangi orang

‘agar’

tua

berupa

tujuan-tujuan

yang

diproyekkan dapat tercapai.

memasukkan

bimbingan

anak

belajar

ke

lembaga

antara lain

karena

kesibukan orang tua, baik karena kesibukan
PENUTUP

bekerja maupun kesibukan mengurus anak-

Simpulan dan Saran

anak yang masih kecil. Selain itu, juga

Alasan

orang

tua

dalam

disebabkan oleh ketidakmampuan orang tua

keputusannya memilih lembaga bimbingan

dalam

belajar lokal bagi anak-anaknya dapat

Ketidakmampuan

digolongkan ke dalam dua jenis motif

dipengaruhi oleh dua hal yaitu karena

sesuai dengan teori fenomenologi Alfred

ketidakmampuan

Schutz, yaitu motif ‘agar’ dan motif

mengendalikan

‘karena’. Motif ‘agar’ mengacu kepada

ketidakmampuan

suatu keadaan di masa mendatang dimana

menguasai materi pelajaran yang sulit.

aktor berkeinginan untuk mencapainya

Perilaku anak yang sulit diatur saat

melalui

Motif

mendampingi anak belajar antara lain :

‘karena’ mengacu langsung pada peristiwa

anak kurang konsentrasi dalam belajar,

masa silam sebagai sebab-sebab tindakan.

anak malas belajar karena lebih suka

beberapa

tindakannya.

membimbing
orang
orang
perilaku
orang

anak

belajar.

tua

tersebut

tua
anak
tua

dalam
dan
dalam

Adanya motif ‘agar’ atau motif

bermain dengan teman dan anak suka

tujuan orang tua memasukkan anak ke

membantah dan bertengkar dengan orang

lembaga

lokal

tua ketika belajar. Orang tua merasa bahwa

diantaranya : (1) agar anak memiliki

anak lebih menurut jika orang lain yang

aktivitas yang positif (agar anak mengenal

mengajari. orang tua percaya bahwa jika

kegiatan dan dunia

agar ilmu

orang lain yang mendampingi anak belajar,

pengetahuan anak bertambah, agar anak

maka anak akan lebih segan dan menurut,

jauh dari pengaruh lingkungan bermain

konsentrasi anak juga lebih fokus karena

bimbingan

belajar

baru,

merasa segan pada guru les. Ketika ada

DAFTAR PUSTAKA

perasaan segan, maka anak akan menerima

Arikunto,
Suharsimi.
2002.
Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek. Jakarta: Rineka Cipta

dan mau memperhatikan penjelasan guru
les.
Tindakan seorang individu akan
dapat dipahami maknanya dengan tidak
hanya sebatas memahami ”motif karena”
saja, tapi juga ”motif agar.” Kerja sama
antara “motif karena” dan “motif agar”, di
dalam

mencermati

tindakan

individu,

dipercaya lebih dapat memahami makna
tindakan individu yang sebenarnya. Alasan
orang tua memasukkan anak ke lembaga
bimbingan

belajar

‘karena’

kesibukan

bekerja dan mengurus, ketidakmampuan
mendampingi anak belajar, agar nilai
akademik meningkat, agar ada kegiatan,
dan lain sebagainya mengandung motif lain
yang tersirat didalamnya. Ketika orang tua
mengatakan memasukkan anak ke lembaga
bimbingan belajar karena kesibukan orang
tua, sejatinya ada motif ‘agar’ ‘lain’ disana
yang

terungkap

melalui

motif-motif

‘karena’. Orang tua memasukkan anak ke
bimbel

‘agar’

kewajibannya

ia

terlepas

mendampingi

dari
anak

belajar. Orang tua cukup membayar
sejumlah uang dan memasrahkan anaknya
pada guru les, maka semua beban mendampingi anak belajar dengan segala permasalahannya akan beralih kepada orang
lain sekaligus motif ‘agar’ berupa tujuantujuan yang diproyekkan dapat tercapai.

Campbell, Tom. 1994. Tujuh Teori Sosial.
Yogyakarta:Kanisius
Irianto, Agus. 2013. Pendidikan
Sebagai Investasi dalam Pembangunan
Suatu Bangsa. Jakarta : Kencana),
Herdiansyah,
Haris.
2010.
Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta:
Salemba Humanika
Moleong, Lexy. 1996. Metodologi
Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja
Rosdakarya
Putra, Nusa. 2013. Penelitian Kualitatif
IPS. Bandung: Remaja Rosdakarya
Ritzer, George & Douglas J.
Goodman. 2009. Teori Sosiologi Modern.
Jakarta: Kencana
Sutopo, H.B. 2002. Metodologi
Penelitian Kualitatif. Surakarta: Sebelas
Maret University Press
Zeitlin, Irving. 1995. Memahami
Kembali Sosiologi (Kritik terhadap Teori
Sosiologi Kontemporer. Yogyakarta: Gajah
Mada University Press
Novita Dewi, Aline. 2015. Bimbel
sebagai Artikulasi Gaya Hidup Orang Tua
Diperoleh
dari
http://etd.repository.ugm.ac.id
pada
tanggal 5 Februari 2016
Dwi Prastiwi, Novitasari. 2013.
Konstruksi Sosial Peserta Didik Pada
Lembaga
Bimbingan
Non-Formal
Diperoleh
dari

ejournal.unesa.ac.id/article/3238/39/article
.pdf diakses pada tanggal 5 Februari 2016
Azizah, Siti. 2013. Peranan Orang
tua dalam Memilih Lembaga Bimbingan
Belajar untuk Meningkatkan Prestasi Anak
diperoleh
dari
http://repository.upi.edu/2884/
pada
tanggal 5 Februari 2016
Direktorat Pendidikan Kursus dan
Pelatihan
Indonesia
diperoleh
dari
http://www.infokursus.net/ pada tanggal 2
Februari 2016
http://malang- post.com/pendidikan/68514-siapkan-Bimbel-anak-usia-dini- diakses
pada tanggal 2 Februari 2016

Dokumen yang terkait

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN DALAM MEMILIH LEMBAGA BIMBINGAN ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN DALAM MEMILIH LEMBAGA BIMBINGAN BELAJAR GAMA ’88 DI SURAKARTA.

0 0 14

PENGARUH PENGGUNAAN FASILITAS PEMBELAJARAN DAN METODE PEMBELAJARAN TERHADAP MINAT BELAJAR SISWA DI LEMBAGA BIMBINGAN BELAJAR NEUTRON DAN PRIMAGAMA KOTA SURAKARTA | NDIARNI | SOSIALITAS; Jurnal Ilmiah Pend. Sos Ant 6519 13838 1 SM

0 0 11

MOTIVASI SISWA SMA MENGIKUTI LEMBAGA BIMBINGAN BELAJAR DI KOTA SURAKARTA | Widodo | SOSIALITAS; Jurnal Ilmiah Pend. Sos Ant 9315 19813 1 SM

0 0 13

HEGEMONI LEMBAGA BIMBINGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA SMA | Nugroho | SOSIALITAS; Jurnal Ilmiah Pend. Sos Ant 9248 19665 1 SM

0 0 12

PERAN LEMBAGA SOSIAL PPAP SEROJA DALAM MEMBERIKAN MOTIVASI BELAJAR KEPADA ANAK RAWAN DI KOTA SOLO | Robaaniyahya | SOSIALITAS; Jurnal Ilmiah Pend. Sos Ant 8527 17990 1 SM

0 0 18

RASIONALITAS PILIHAN ORANG TUA TERHADAP PESANTREN SEBAGAI LEMBAGA PENDIDIKAN REMAJA AWAL | Arsita | SOSIALITAS; Jurnal Ilmiah Pend. Sos Ant 8431 17770 1 SM

0 1 17

RASIONALITAS PILIHAN ORANG TUA TERHADAP PESANTREN SEBAGAI LEMBAGA PENDIDIKAN REMAJA AWAL | Arsita | SOSIALITAS; Jurnal Ilmiah Pend. Sos Ant 8421 17747 1 SM

0 1 18

BIMBINGAN BELAJAR KOMUNITAS SOLO BELAJAR BAGI MASYARAKAT SUMBER TAPEN (STUDI KASUS DI SUMBER TAPEN, BANJARSARI, SURAKARTA) | Pratama | SOSIALITAS; Jurnal Ilmiah Pend. Sos Ant 11130 23362 1 SM

0 0 19

PDF ini IDENTITAS KEAGAMAAN ORANG TUA DALAM ORIENTASI PEMILIHAN LEMBAGA PENDIDIKAN BAGI ANAKNYA (Kasus Pendidikan Sekolah Dasar Islam Terpadu) | Panatagama | SOSIALITAS; Jurnal Ilmiah Pend. Sos Ant 1 SM

0 0 2

Fenomenologi Alfred Schutz Studi tentang

0 0 17