RASIONALITAS PILIHAN ORANG TUA TERHADAP PESANTREN SEBAGAI LEMBAGA PENDIDIKAN REMAJA AWAL | Arsita | SOSIALITAS; Jurnal Ilmiah Pend. Sos Ant 8421 17747 1 SM

1

RASIONALITAS PILIHAN ORANG TUA TERHADAP PESANTREN
SEBAGAI LEMBAGA PENDIDIKAN REMAJA AWAL
Meita Arsita, Nurhadi, dan Atik Catur Budiati
Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sebelas Maret, Surakarta
meitaarsita@sim.uns.ac.id

ABSTRACT
The research aims to explain the reason why the parents are choose islamic
boarding school as educational institutions for adolescent. The research was held
in SMP MTA Gemolong with purposive sampling technique. The informants is 4
parents of boarding school students, the school principal, the female boarding
school principal, conseling teacher, and 4 female student of boarding school. This
research uses descriptive qualitative approach with case study. The primary and
secondary data were collected by in depth interview, direct observation, and
documentation. The data validity using triangulation methode and sources. The
datas were analyzed by intrepret the answer of informants. The results showed
that the parents reason is (1) hope their children has good atitude (2) feeling
unable to educate their children at home (3) they are member of MTA (4)

similarity experience as students in MTA (5) low cost of boarding school (6)
believe that MTA is the best. MTA is the rational choice of parents. MTA give
optimum profit for parents such as the children have same guidance with them,
monthly cost have been payed is for development of MTA, and showing their
loyality as a member of MTA. Parents as the actors of rationality controling the
childrens so that the childrens following the parents instruction. They give
motivation and knowledge that islamic boarding scool is the best choice for them.
Keywords: islamic boarding school, MTA, rational choice
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan menjelaskan alasan orang tua memilih pesantren sebagai
lembaga pendidikan remaja awal. Penelitian dilaksanakan di SMP MTA
Gemolong dengan teknik pemilihan informan berupa purposive sampling.
Informan yang dipilih adalah 4 orang orang tua siswi mukim, kepala sekolah,
kepala asrama putri, guru BK, dan 4 orang siswi mukim. Pendekatan penelitian
menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan jenis studi kasus. Data
primer dan sekunder dikumpulkan melalui teknik in depth interview, observasi
langsung, dan dokumentasi. Uji validitas data menggunakan triangulasi metode
dan triangulasi sumber. Analisis data melalui menginterpretasikan kata-kata yang
disampaikan oleh informan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa alasan orang tua
adalah (1) agar anak memiliki ahklak yang bagus (2) perasaan ketidakmampuan

mendidik anak di rumah (3) merupakan anggota MTA (4) kesamaan pengalaman
sebagai siswa MTA (5) biaya asrama murah (6) keyakinan terhadap MTA sebagai

2

tuntunan yang paling benar. Tujuan rasional orang tua adalah MTA. MTA
memberikan keuntungan maksimal bagi orang tua karena anak akan memiliki
pedoman yang sama dengan orang tua, uang SPP yang dibayarkan bermanfaat
bagi pengembangan MTA, dan menunjukkan loyalitas orang tua sebagai anggota
MTA. Orang tua sebagai aktor yang rasional mengendalikan anaknya agar
menuruti keinginannya dengan cara memberikan motivasi dan pemahaman bahwa
pesantren merupakan pilihan terbaik bagi anaknya.
Kata Kunci: MTA, pesantren, pilihan rasional

PENDAHULUAN

tawuran

Latar Belakang Masalah


hingga

Dewasa ini permasalahan yang
terjadi di kalangan remaja semakin

pelajar

sepanjang

Januari

tahun

2013

Oktober

(Hermawan, 2013).
Tingginya


angka

kenakalan

beragam. Berdasarkan data informasi

remaja mengundang kecemasan dari

Kementerian Pemuda dan Olahraga

berbagai pihak yang berkepentingan

(Kemenpora) pada tahun 2009, jumlah

khususnya

anak-anak dan remaja pelaku tindak

Nasional (Depdiknas), sekolah, orang


kriminalitas sebanyak 3.280 orang.

tua dan masyarakat pada umumnya

Sebesar 2.797 orang laki-laki, dan 483

(Saad, 2003:3). Salah satu upaya

orang

Depdiknas untuk mengurangi angka

Pemuda

perempuan
dan

(Kementerian

Olahraga,


2009).

kenakalan

Departemen

remaja

Pendidikan

adalah

melalui

Kementerian Kesehatan (Kemenkes)

optimalisasi

fungsi


sekolah.

RI pada tahun 2012 juga mencatat

Optimalisasi

dilakukan

melalui

jumlah tersangka narkoba usia remaja

penyelenggaraan

yakni usia 16-19 tahun mencapai angka

dimana menekankan pentingnya aspek

2.106 jiwa (Kementerian Kesehatan RI,


afektif siswa. Berbagai macam nilai

2014). Pada tahun 2012, kemenkes

diimplementasikan kedalam diri siswa

kembali mencatat sebesar 5,2 % remaja

baik pada jenjang SD, SMP, maupun

usia 15-19 tahun telah melakukan

SMA. Nilai tersebut diantaranya adalah

hubungan seks pra nikah (Kemenkes,

membentuk

2015). Sementara itu, Komisi Nasional


berakhlak

Perlindungan Anak (Komnas Anak)

tanggung jawab, peduli, santun), rasa

juga mencatat terdapat 229 kasus

ingin tahu, estetika, percaya diri,

siswa
mulia

kurikulum

2013

yang


beriman,

(jujur,

disiplin,

3

motivasi internal, toleransi, gotong

kontribusi

royong, kerjasama, musyawarah, pola

Partisipasi

hidup

terhadap anak usia sekolah.


sehat,

patriotik,

ramah

lingkungan,

cinta

perdamaian

dan

Kasar

Jumlah

santri

dari

Angka

(APK)

nasional

di

Kabupaten

(Kementerian

Pendidikan

Kebudayaan,

2013).

Melalui

se

nilai-nilai

tersebut

tersebut dapat dilihat pada Gambar 1

terbentuk

dimana jumlah santri di Kabupaten

penanaman
diharapkan

siswa

dapat

dan

7,18%

kepribadian yang baik sehingga dapat

Sragen menduduki peringkat pertama
eks-karesidenan

Surakarta.

Hal

Sragen mencapai angka 13.274 siswa.

mengendalikan perilakunya sendiri.
Selaras dengan pemerintah, orang
tua

juga

mempercayakan

sekolah

sebagai lembaga pendidikan di luar
keluarga. Bahkan pemilihan lembaga
pendidikan

menjadi

sesuatu

yang

dipikirkan orang tua secara matang.
Berbagai

pertimbangan

dan

perhitungan dilakukan orang tua untuk

Gambar 1. Histogram Data Jumlah

mendapatkan manfaat yang optimal

Santri se-eks Karesidenan

dari pemilihan lembaga pendidikan
tersebut.

(Sumber: jateng.bps.go.id)

Pendidikan

jenis

keagamaan

seperti pesantren, saat ini cukup banyak
diminati masyarakat. Berdasarkan data
Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa
Tengah tahun 2014 jumlah santri di
Jawa Tengah mencapai 507,853 santri
dan

meningkat

pada

tahun

2015

menjadi 638.288 santri. Berdasarkan
analisis statistik Pendidikan Islam,
pondok

Surakarta Tahun 2015

pesantren

mempunyai

Salah satu pesantren modern di
Sragen yang terkenal dan diminati
masyarakat

adalah

SMP

MTA

Gemolong. Siswa dalam kota atau
sekitar SMP MTA biasanya boleh
pulang kerumah atau lajo, sementara
siswa dari luar kota biasanya berada di
asrama.

Aktivitas

siswa

asrama

dipantau mulai pukul 04.00 hingga

4

22.00 WIB. Kegiatan siswa telah

pulang kerumah. Jadwal kepulangan

terjadwal dengan baik oleh pihak

telah ditentukan oleh pesantren. Hal ini

asrama. Siswa memperoleh pelajaran

berarti membuat intensitas bertemu dan

umum di sekolah selama kurang lebih 7

berinteraksi antara orang tua dengan

jam setelah itu berada di asrama untuk

santri menjadi sangat terbatas. Dengan

mendapatkan pelajaran agama Islam.

demikian peran orang tua menjadi

Perkembangan pesantren dalam

sedikit bila dibandingkan dengan orang

dunia pendidikan ini memperlihatkan

tua yang menyekolahkan anaknya di

beberapa hal yang cukup menarik.

sekolah

Pasalnya, sekolah umum dan pesantren

sosiologis

memiliki

lembaga sosialisasi pertama dan utama

perbedaan

yang

cukup

umum.

signifikan. Siswa di sekolah umum

yang

hanya

anaknya.

menempuh

proses

belajar

orang

seharusnya

Padahal
tua

secara

merupakan

mendidik

anak-

mengajar 7 sampai 8 jam perhari

Berdasarkan fenomena tersebut,

sehingga masih dapat pulang ke rumah

peneliti merasa tertarik untuk meneliti

dan berinteraksi dengan orang tuanya.

tentang Rasionalitas Pilihan Orang

Orang tua tetap berperan memantau

Tua Terhadap Pesantren Sebagai

dan mengikuti proses pendidikan anak.

Lembaga Pendidikan Remaja Awal.

Sementara itu, proses belajar mengajar

Peneliti ingin mengetahui mengapa

di pesantren dilakukan hampir 24 jam

orang tua memilih pondok pesantren

perhari. Selama 7 jam diantaranya

sebagai lembaga pendidikan remaja

pembelajaran materi umum sedangkan

awal.

sisanya

pembiasaan

diri

melalui

penanaman nilai-nilai agama Islam.
Setiap kegiatan seperti belajar, makan,
mengaji, tidur, dan sebagainya telah
diatur sedemikian rupa oleh pesantren.
Bahkan santri tidak bisa sewaktu-waktu
menghubungi orang tuanya, melainkan
hanya

pada

waktu-waktu

tertentu.

Selain itu, tidak setiap hari santri bisa

Tujuan Penelitian
Penelitian

ini

bertujuan

menjelaskan alasan orang tua memilih
pondok pesantren sebagai lembaga
pendidikan remaja awal.

5

yang diterima masyarakat (Wittek,

Kajian Pustaka
Perkembangan

Teori

Pilihan

2013:689).
Pilihan rasional dirangsang oleh

Rasional
Perspektif teori pilihan rasional
yang dipopulerkan

oleh James S

stimulus tertentu, dan pilihan yang
ditawarkan sifatnya terbatas. Stimulus

bahwa

dari setiap pilihan antar individu

tindakan seseorang sebagai sesuatu

berbeda-beda tergantung sistem dimana

Coleman

ini

menyatakan

purposive

dalam

individu-individu itu berada (Agger,

Tindakan

2007:315). Dari pilihan yang terbatas

purposive merupakan suatu tindakan

tersebut individu mempertimbangkanya

yang

secara

yang

Wirawan,

(Huber

2012:191).

didasarkan

keinginan

matang

untuk

memperoleh keuntungan atas pilihanya

keuntungan

(Coleman, 1992:23).

meminimalkan resiko yang mungkin

Tindakan

purposive

individu

akan

yang

memperoleh

ditemukan

maksimal

pada

dan

pilihannya.

memerlukan optimalisasi. Sebagai teori

Termasuk dalam konteks pemilihan

yang banyak dipengaruhi oleh ekonomi

pesantren sebagai lembaga pendidikan

maka prinsip optimalisasi ini hampir

anak

sama dengan prinsip ekonomi. Secara

memaksimalkan

keseluruhan, esensi dari pendekatan

meminimalisasi resiko pada anaknya

ekonomi

melalui pesantren.

asumsi

terdiri

dari

memaksimalkan

gabungan
perilaku,

keseimbangan pasar, dan stabilitas

ini.

Orang

tua

mencoba

keuntunganya

dan

Modernisasi Pondok Pesantren
Sebagai Lembaga Pendidikan

Krstic,

Pesantren adalah sebuah asrama

2015:2). Preferensi atau kepentingan

pendidikan Islam tradisional dimana

dalam perilaku individu dipengaruhi

para siswa tinggal bersama dan belajar

oleh kepentingan sosial. Keuntungan

ilmu keagamaan dibawah bimbingan

yang diperoleh individu tidak hanya

kiai, asrama berada dalam kompleks

terbatas pada keuntungan material,

pesantren dimana kiai tinggal (Zubaedi,

melainkan secara psikologis maupun

2005:142). Pada abad ke-19 pesantren

sosial seperti prestise atau perilaku

mengalami

preferensi

(Becker

dalam

perkembangan

berkembangnya

sistem

seiring

pendidikan

6

Barat di Indonesia. Pada akhirnya

itu, saat ini pesantren modern telah

pesantren terbagi menjadi 2 kelompok

menggunakan metode pengajaran yang

pesantren

salafi

diterapkan di sekolah umum seperti:

pesantren

khalafi

tanya jawab, hafalan, sosio-drama,

besar

yakni

(tradisional) dan

widyawisata, ceramah, hingga sistem

(modern).
salafi

Pesantren

merupakan

modul.
Pesantren

pesantren yang tetap mempertahankan

dengan

integritas

pengajaran kitab-kitab klasik sebagai

yang

inti pendidikan di pesantren. Sementara

sekitarnya dan menjadi rujukan moral

khalafi

tinggi

memiliki

masyarakat

merupakan

bagi kehidupan masyarakat umum,

pesantren yang memasukkan pelajaran-

sesuai dengan aliran yang dibawanya

pelajaran umum atau membuka tipe

(Abdullah,

sekolah

masyarakat

itu,

pesantren

umum

dalam

lingkungan

2008:41).

Hingga

menganggap

kini

pesantren

merupakan sarana yang tepat mendidik

pesantren (Dhofier, 1984:41).
yang

anak karena sarat akan nilai-nilai

menonjol dalam pendidikan pesantren

keagamaan. Adapun nilai-nilai yang

adalah pada sistem pengajarannya.

diimplementasikan

Sistem pengajaran pesantren tradisional

antara lain

Salah

satu

perbedaan

dalam

pesantren

ukhuwah (persaudaraan),

dan

ta’awun (kerjasama), jihad (berjuang),

bandongan atau weton. Sistem sorogan

taat, sederhana, mandiri, dan ihklas

bersifat individual yang umumnya

(Zubaedi, 2005:140-141).

menggunakan

sistem

sorogan

dilakukan pada santri yang tertinggal

SMP

MTA

Gemolong

dan

merupakan salah satu jenis pesantren

dilakukan oleh santri senior untuk

khalafi atau pesantren modern yang

membantu santri yang baru masuk.

cukup

berkembang

Sementara itu bandongan adalah sistem

Sragen.

Pesantren

dimana kyai membacakan salah satu

dibawah naungan yayasan Majlis Tafsir

kitab, menerjemahkanya dalam bahasa

Qur’an (MTA). Modernisasi sistem

Jawa

pengajaran di pesantren ini seiring

dalam

mengikuti

pelajaran

kemudian memberi keterangan

di

Kabupaten

tersebut

berada

sulit

dengan kebutuhan masyarakat. Saat ini

(Dirdjosanjoto, 1999:149). Sementara

individu tidak hanya membutuhkan

pada

kata-kata

yang

7

pemahaman terhadap kitab melainkan

lainnya, untuk

perlu memiliki pengetahuan yang luas

dan status di grup sosial (Rice dalam

dan skill sebagai bekal memperoleh

Nissfianoor, 2004:160). Pada masa

pekerjaan dan menghadapi persaingan

remaja juga menjadi masa yang cukup

dalam

penting

masyarakat

yang

semakin

diterima, pengakuan,

dalam

pembentukan

kepribadian.

kompetitif.

Keluarga merupakan tempat yang

Karakteristik Remaja Awal

sempurna

untuk

terbagi menjadi 2 fase yakni masa

pendidikan

ke

remaja awal dan masa remaja akhir.

kepribadian yang utuh, tidak hanya saat

Masa remaja awal dimulai ketika anak

anak-anak

telah genap berusia 12 atau 13 tahun,

(Tirtarahardja, 2005:169). Orang tua

dan berakhir pada usia 17 atau 18

memberikan tuntunan, ajaran, serta

tahun.

WHO

contoh dalam berperilaku, sehingga

menggolongkan remaja awal pada usia

suasana keluarga menjadi tempat yang

10 – 14 tahun (Mighwar, 2006:68).

sebaik-baiknya

Pada masa remaja seringkali dianggap

pendidikan individual maupun sosial.

Pada umumnya, masa remaja

Sementara

itu

rentan terhadap permasalahan. Hal ini
disebabkan

oleh

perkembangan

melangsungkan

arah

melainkan

pembentukan

juga

dalam

remaja

melakukan

Saad juga mengemukakan bahwa
kualitas

komunikasi

antarpribadi

yang

memberi pengaruh yang besar terhadap

sensitif dan reaktif yang sangat kuat

perilaku anak dan remaja. Komunikasi

terhadap berbagai peristiwa atau situasi

yang jarang dilakukan antara orang tua

sosial, emosinya bersifat negatif dan

dan anak menjadikan anak merasa

temperamental

2008:197).

teralineasi (Saad, 2003:26). Keadaan

Kondisi emosional yang belum matang

ini sulit ditemukan pada anak yang

pada diri remaja tersebut akan beresiko

berada di pesantre karena umumnya

terjadinya kenakalan.

anak hanya berkomunikasi dengan

emosinya

menunjukkan sifat

(Yusuf,

Pada masa perkembangan sosial
remaja,

ia

memiliki

kebutuhan-

kebutuhan kasih sayang, kepuasan
hubungan

dengan

individu-individu

orang tua lewat telpon pada jam yang
telah ditentukan dan bertemu orang tua
hanya setiap 1 bulan sekali.

8

profesi

METODE PENELITIAN
Penelitian

ini

menggunakan

yang

kesamaan

alasan

berbeda

terdapat

antar orang tua

pendekatan deskriptif kualitatif dengan

menyekolahkan anaknya di pesantren.

jenis studi kasus. Teknik pemilihan

Alasan tersebut diantaranya adalah:

informan melalui purposive sampling.

1) Keinginan agar anak memiliki

Informan yang dipilih adalah 4 orang

ahklak yang bagus

orang tua siswi mukim, kepala sekolah,

Orang tua beranggapan bahwa

kepala asrama putri, guru BK, dan 4

pendidikan agama jauh lebih penting

orang

siswi

Jenis

data

daripada pendidikan umum. Orang tua

primer

dan

meyakini bahwa jika anak dididik

sekunder. Data primer diperoleh dari

dengan agama maka ia akan memiliki

hasil wawancara mendalam terhadap

pedoman yang bagus sehingga tidak

orang tua siswa mukim. Data sekunder

terpengaruh pada pergaulan remaja

diperoleh melalui wawancara terhadap

yang negatif. Apalagi anak dididik

kepala sekolah, guru BK, kepala

dalam pesantren MTA. Orang tua

asrama

tentang

percaya bahwa tuntunan ajaran agama

perkembangan siswa selama di asrama.

menurut MTA merupakan yang paling

Selain itu dilakukan observasi terhadap

benar karena bersumber pada Qur’an

orang tua siswa mukim serta dokumen

dan Hadits.

sekolah yang berupa profil sekolah,

2) Perasaan

menggunakan

mukim.
data

dan

siswa

buku pedoman santri selama berada di

ketidakmampuan

mendidik anak di rumah.

asrama, data kunjungan orang tua, data

Orang tua merasa bahwa anak

kegiatan siswa di asrama, dan laporan

akan lebih mudah diatur oleh orang lain

kegiatan siswa di asrama. Analisis data

dibandingkan dengan dirinya sendiri.

menggunakan

interpretatif

Beberapa orang tua merasa anaknya

yakni dengan menafsirkan kata-kata

sulit untuk dibentuk kemandirianya

yang disampaikan oleh informan.

ketika di rumah. dengan memasukkan

analisis

anak ke pesantren maka orang tua

HASIL PENELITIAN
Berdasarkan

hasil

wawancara

terhadap informan menunjukkan bahwa
meskipun orang tua berasal dari latar

berharap anak akan belajar mandiri
karena setiap rutinitas harian harus
dikerjakan sendiri.

9

3) Merupakan

anggota

aktif

lama bergabung dengan MTA tetapi

organisasi MTA
Semua

tepat. Terdapat orang tua yang belum

informan

yang

telah meyakini bahwa MTA merupakan

memasukkan anaknya di SMP MTA

ajaran

Gemolong karena mereka merupakan

Banyak orang tua yang tidak ingin

anggota MTA. Mereka aktif mengikuti

memasukkan anaknya di pesantren lain

pengajian

meskipun jaraknya tidak jauh dari

di

memperoleh

MTA

kesamaan

sehingga
pemahaman

agama

rumah.

yang

Orang

paling

tua

khawatir

tepat.

jika

tentang cara mendidik anak.

dimasukkan ke pesantren lain maka

4) Kesamaan pengalaman sebagai

anak

akan

berbeda

pemahaman

dengannya.

siswa di MTA

Berdasarkan

Beberapa orang tua merupakan

alasan

yang

alumni sekolah MTA. Mereka merasa

dikemukakan oleh orang tua di atas erat

yakin bahwa MTA mampu mendidik

kaitanya

anaknya dengan baik sesuai ajaran

belakang orang tua sebagai anggota

MTA.

aktif

5) Biaya pendidikan asrama murah

sumber pemahaman yang sama yakni

Orang

tua

merasa

biaya

dengan

MTA.

kesamaan

Mereka

latar

memperoleh

melalui pengajian di MTA. Setiap ahad

pendidikan di asrama cukup terjangkau

pagi

yakni sebsar Rp. 630.000,- per bulan.

melaksanakan

Biaya

mencakup

pusat MTA di Surakarta. Selain itu

kebutuhan makan harian dan biaya

setiap hari terdapat ceramah dari ustadz

pendidikan di sekolah setiap bulan.

MTA yang disiarkan melalui radio,

6) Keyakinan

sehingga jama’ah dapat memperoleh

tersebut

telah

terhadap

MTA

sebagai tuntunan agama Islam

Orang tua yang menyekolahkan
di

merupakan
sehingga

SMP

MTA

anggota
merasa

MTA

pengajian

biasanya
di

kantor

pemahaman yang sama.
Orang tua harus berpikir berulang

yang paling benar.

anak

jama’ah

Gemolong

kali jika menyekolahkan anak ke
pesantren dibawah naungan organisasi

aktif

MTA

agama lain. Hal itu akan memberikan

bahwa

MTA

berbagai dampak baik dalam segi

merupakan ajaran agama yang paling

agama, ekonomi, maupun politis.

10

tua sebagai anggota MTA. MTA

PEMBAHASAN
MTA

Sebagai

Rasionalitas

merupakan rasionalitas bertujuan orang

Bertujuan Orang Tua Terhadap

tua

baik

dalam

konteks

agama,

Pesantren

ekonomi, maupun politis. Gambaran
pilihan

keterkaitan MTA dengan alasan orang

rasional adalah tindakan perseorangan

tua dari segi agama, ekonomi, maupun

mengarah kepada suatu tujuan dan

politis dapat dilihat pada Bagan 1.

Gagasan

tujuan

itu

dasar

(dan

teori

juga

tindakan)

ditentukan oleh nilai atau pilihan
(preferensi) (Ritzer, 2008:394). Dalam
konteks permasalahan ini, orang tua
telah

dihadapkan

pada

berbagai

preferensi lembaga pendidikan. Dari
sekian

banyak

jenis

lembaga

Bagan 1. Keterkaitan Tujuan Agama,

pendidikan seperti sekolah umum,

Ekonomi,

sekolah berbasis keagamaan seperti

dan

Politis

Terhadap MTA

SMP IT, MTs, maupun pesantren
Secara agama, salah satu tujuan

muhammadiyah, pesantren NU, dan
sebagainya orang tua lebih memilih

orang

tua

memasukkan

pesantren MTA khusunya SMP MTA

pesantren

Gemolong.

memperoleh pendidikan agama yang

adalah

anak

agar

ke
anak

Orang tua tidak secara serta

lebih baik sehingga terbentuk ahklak

merta memilih SMP MTA Gemolong,

yang baik pula. Meskipun hampir

namun telah melalui proses pemikiran

setiap pesantren membentuk ahklak

yang panjang.

James S Coleman

yang baik pada anak, namun tidak

menyatakan bahwa dalam teori pilihan

semua ajaran pesantren sesuai dengan

rasional, tindakan seseorang sebagai

harapan orang tua. Orang tua siswa

sesuatu yang purposive (Huber dalam

meyakini bahwa pendidikan agama

Wirawan, 2012:191). Berbagai alasan

yang baik adalah menurut MTA.

yang dikemukakan orang tua erat

Mereka menganggap bahwa tuntunan

kaitanya dengan latar belakang orang

ibadah MTA paling benar karena

11

bersumber dari Quran dan Hadits.

dan bahasa arab. Bahkan di SMP MTA

Banyak orang tua yang khawatir jika

Gemolong

memondokkan anak di pesantren lain

pelajaran agama Islam di asrama

maka

seperti

anak

akan

tumbuh

dengan

memberikan

qiro’ah,

tambahan

tahfidzul

qur’an,

pemahaman yang berbeda dengannya.

hafalan hadits, menghafal ayat pilihan,

Mereka takut akan terjadi gesekan

pesholatan, menghafal do’a harian, dan

prinsip antara anak dengan orang tua.

muhadatsah-conversation bahasa arab.

Lebih dari itu, jika anak tidak

Disamping

itu

siswa

MTA

juga

memiliki pedoman agama yang bagus

melaksanakan pengajian rutin setiap 2

dikhawatirkan anak akan terjerumus

minggu sekali secara bergilir antara

pada hal-hal yang negatif. Apabila anak

siswa putra dan putri. Orang tua pun

terpengaruh pada hal negatif akan

juga melaksanakan pengajian di tempat

memberikan

bagi

yang sama. Dengan demikian materi

keluarga. Nama baik orang tua akan

yang diperoleh antara anak dan orang

menjadi sorotan dalam masyarakat.

tua pun akan sama.

Mereka akan dianggap tidak mampu

Secara

dampak

sosial

ekonomi,

biaya

mendidik anaknya jika anak tumbuh

pendidikan di pesantren jauh lebih

menjadi anak nakal.

murah dibanding sekolah lain. Di SMP
dengan

MTA Gemolong orang tua cukup

sekolah umum, pesantren memiliki

membayar sebesar Rp. 630.000,- per

kualitas keagamaan yang lebih bagus,

bulan. Biaya yang dibayarkan telah

oleh karenanya memungkinkan anak

mencakup kebutuhan makan harian dan

tumbuh dengan kepribadian yang baik.

biaya pendidikan di sekolah. Dengan

Di sekolah umum anak hanya akan

membayar SPP yang cukup murah,

memperoleh pelajaran agama Islam

anak telah dibentuk kepribadianya di

sangat sedikit yakni 2 jam pelajaran

dalam asrama dengan nilai-nilai agama

dalam 1 minggu. Sementara itu, di

Islam menurut MTA. Orang tua tidak

pesantren

perlu khawatir anak akan terjerumus

Bila

dibandingkan

anak

diberikan

porsi

pelajaran agama yang cukup banyak

pada

yakni pelajaran fiqih, qur’an hadits,

berpedoman pada agama.

aqidah ahklak, tarikh (sejarah islam),

hal

negatif

karena

telah

12

Walaupun harus mengeluarkan

merupakan

bagian

dari

loyalitas

sejumlah uang, orang tua tentu tidak

anggota terhadap kelompok. Apabila

merasa

baginya

orang tua menyekolahkan anaknya di

pesantren

pesantren lain maka ia berarti telah

keberatan

menyekolahkan
merupakan

karena

anak

suatu

di

bentuk

ketaatan

menyumbangkan

uangnya

terhadap Allah SWT. Terlebih uang

kemajuan

SPP yang terbayarkan akan kembali

sebenarnya dibalik masalah pendidikan

lagi pada organisasi MTA. Uang akan

terdapat tujuan politis orang tua untuk

digunakan

melanggengkan

untuk

pengembangan

organisasi MTA. Jadi secara tidak
langsung uang itu akan kembali lagi
manfaatnya kepada orang tua sebagai
anggota pengajian MTA.

menunjukkan

loyalitasnya

anak sesuai dengan ajaran MTA.
Mereka tidak mau menyekolahkan
anaknya di pesantren lain karena ingin

banyak

kelompoknya.

orang

tua

Semakin

menyekolahkan

anaknya di SMP MTA Gemolong
maka akan semakin memperlihatkan
eksistensi MTA di masyarakat. Kondisi
ini akan sangat baik bagi MTA untuk
terus merekrut anggota baru ke dalam
kelompoknya.

anaknya di MTA secara tidak langsung
mereka telah menginfaqkan uangnya
pertumbuhan

kekuatan

Maksimalisasi
Minimalisasi

Keuntungan
Resiko

Perkembangan

dan

pada

Anak

MTA.

Ini

teori

pilihan

rasional banyak dipengaruhi oleh ilmu
ekonomi. Rasional di bidang ekonomi
mendefinisikan perilaku rasional tidak
hanya

sebagai

bertindak

pelayanan

preferensi

menghasilkan

suatu

bermanfaat,

dalam
untuk

hasil

tetapi

yang
sebagai

memaksimalkan keuntungan (Coleman,
1992:23).

Dalam

individu

prinsip

ekonomi

mengeluarkan

usaha

seminimal mungkin untuk memperoleh
hasil
Selaras

Orang tua yang menyekolahkan

bagi

Jadi

Melalui Pesantren MTA

sebagai anggota MTA karena mendidik

memajukan

lain.

organisasinya.

Secara politis, orang tua berarti
telah

organisasi

untuk

yang

semaksimal

dengan

mungkin.

pandangan

ini,

pesantren merupakan mekanisme yang
tepat

bagi

memaksimalkan

orang

tua

keuntungan

dalam
dan

meminimalkan resiko dalam proses

13

pendidikan anak. Berikut merupakan

sekolah umum lebih tinggi dibanding

maksimalisasi

pesantren.

keuntungan

dan

Dengan

demikian

minimalisasi resiko yang dilakukan

menyekolahkan anak di pesantren jauh

oleh orang tua melalui pesantren MTA:

lebih hemat daripada sekolah umum.

1) Ekonomis vs boros

2) Efisiensi waktu vs pekerjaan

Biaya SPP yang dikeluarkan

Menyekolahkan

anak

di

orang tua di asrama sebesar Rp.

pesantren membuat waktu orang tua

630.000,- per bulan, uang buku serta

lebih efisien. Orang tua tidak perlu

uang saku secukupnya. Sementara itu

meluangkan

di sekolah umum, orang tua masih

menyiapkan

memiliki banyak biaya tambahan yang

mengantar dan menjemput anak ke

dikeluarkan di luar kegiatan sekolah.

sekolah,

Adapun

pengeluaran

mengingatkan anak makan tepat waktu,

yang harus di keluarkan orang tua di

sholat tepat waktu, serta memantau

sekolah umum dan sekolah khusus

perkembangan mengaji anak. Orang

dapat dijelaskan melalui Tabel 1.

tua

Tabel 1. Rata-rata Pengeluaran Per

kegiatan apa yang dilakukan anak di

perbandingan

Bulan

Siswa

di

Sekolah

Umum dan Pesantren
N
o.
1.
2.
3.

4.
5.
6.
7.
8.
9.
10
.

Kebutuhan
SPP sekolah
Makan 3 x
sehari
Uang
transport ke
sekolah
Uang saku
Biaya
kebersihan
Biaya
kesehatan
Biaya pulsa
Biaya internet
Biaya hiburan
Biaya
buku
sekolah

Berdasarkan

Sekolah
Umum



juga

waktunya

untuk

keperluan

menemani

tidak

sekolah,

anak

perlu

belajar,

mengawasi

luar sekolah. Semua kegiatan tersebut
telah dilakukan oleh pengasuh asrama.

Pesantren

Anak di dalam asrama telah diatur dan




diawasi sedemikian rupa oleh pengasuh



-

dengan tertib. Dengan demikian orang


-








anak.






-

3) Kualitas agama bagus vs rendah

Tabel

1.

Dapat

dilihat bahwa rata-rata pengeluaran di

asrama. Semua kegiatan telah terjadwal

tua dapat lebih leluasa bekerja tanpa
perlu melakukan pengawasan terhadap

Ditinjau

dari

segi

agama,

memasukkan anak di pesantren jauh
lebih

menguntungkan.

mendampingi

anak

belajar

Tanpa
setiap

14

harinya, anak telah memiliki banyak

yang didominasi oleh orang-orang

kemampuan yakni mampu menghafal

paham agama dan belajar tentang

hadits, menghafal do’a sehari-hari,

agama. Selain itu anak terhindar dari

menghafal

pilihan,

pengaruh media massa karena selama

memahami tatacara sholat dan bersuci

di asrama anak dilarang mengakses

yang benar bahkan mampu menghafal

media massa seperti

Al Qur’an. Setiap habis subuh dan

internet. Kondisi ini memungkinkan

habis

anak terhindar dari pengaruh negatif

ayat-ayat

asar

anak

selalu

perkembangan
Disamping

dipantau

keagamaanya.
itu

disampaikan

materi

media massa.
Selain itu, di pesantren MTA,

yang

berkaitan

dengan

televisi, hp,

anak

berada

di

lingkungan

yang

permasalahan kehidupan remaja saat

semuanya menanamkan nilai-nilai yang

ini sehingga dapat mencegah anak dari

diajarkan MTA. Jadi, anak memperoleh

pergaulan yang negatif.

sosialisasi nilai-nilai agama Islam yang

4) Rasa aman vs ancaman pergaulan

sama ketika di pesantren dan di rumah.
Semuanya

remaja
Selain pelajaran agama yang

sama-sama

mengajarkan

ajaran agama Islam menurut MTA.

bagus, orang tua juga tidak perlu lagi

Dengan

khawatir

anaknya.

memberikan rasa aman terhadap orang

Zubaedi mengemukakan bahwa faktor

tua. Orang tua tetap bisa menjalankan

pendorong remaja menjadi pecandi

aktivitas

narkoba adalah (1) suasana keluarga

terlepas dari pengawasan.

yang

5) Rasa

akan

pergaulan

membosankan,

keretakan

keluarga, minimnya kasish sayang
orang

tua,

dan

orang

tua

yang

demikian

tanpa

pesantren

khawatir

bangga

vs

telah

anaknya

resiko

pertanyaan masyarakat
Secara

psikologis

tua

memanjakan anak, (2) minimnya bekal

mendapatkan

keagamaan yang dimiliki anak, (3)

tersendiri karena telah memasukkan

pengaruh pergaulan (Zubaedi, 2005:85-

anak ke dalam asrama. Pesantren

86). Dua dari 3 faktor tersebut dapat

memiliki integritas yang tinggi dengan

teratasi melalui pendidikan di asrama.

masyarakat sekitarnya dan menjadi

Di asrama anak berada di lingkungan

rujukan

moral

rasa

orang

bagi

kebanggaan

kehidupan

15

dengan

pengembangan MTA. Semakin eksis

(Abdullah,

MTA maka akan mudah memperoleh

2008:41). Pesantren dianggap sebagai

kepercayaan dari masyarakat. Dengan

sebuah lembaga yang paham terhadap

demikian orang tua tidak akan lagi

agama sehingga dapat menghasilkan

dipertanyakan

individu-individu yang taat terhadap

anggota MTA.

masyarakat
aliran

umum,

yang

sesuai

dibawanya

loyalitasnya

sebagai

Berbeda keadaanya apabila orang

agama.
Masyarakat

awam

memiliki

tua

nggota

MTA

menyekolahkan

bahwa

anaknya di pesantren lain ataupun

anak yang dididik di pesantren pasti

sekolah umum. Sesama anggota MTA

akan memiliki kualitas keagamaan

pasti akan mempertanyakan mengapa

yang baik karena mereka selalu diajari

mereka tidak memasukkan anaknya ke

kegiatan-kegiatan keagamaan. Dengan

MTA.

demikian orang tua akan merasa aman

kelompok akan dipertanyakan.

dari pandangan buruk masyarakat.

Anak Sebagai Objek Memperoleh

Selain itu tanpa orang tua menjelaskan

Keuntungan

kecenderungan

menganggap

Loyalitas

anggota

suatu

secara

Dalam teori pilihan rasional,

otomatis telah berpikiran bahwa pasti

aktor berupaya memaksimalkan utilitas

anak tersebut adalah anak yang baik

mereka

karena lulusan pesantren.

menggerakkan

bagaimana

6) Bukti

anaknya,

loyalitas

orang

vs

eksistensi

sebagian

Sebagian besar orang tua yang

hak

untuk

mengendalikan diri mereka sendiri dan
memperoleh

organisasi

dengan

mengendalikan

sebagian
aktor

hak
lain

untuk
(Ritzer,

menyekolahkan anaknya di pesantren

2008:397). Orang tua sebagai aktor

adalah

merupakan

yang

tua

ingin

keuntungan dengan mengendalikan diri

dengan

dan anaknya. Orang tua berusaha

anggota

karena
MTA.

menunjukkan

mereka
Orang

loyalitasnya

berupaya

memasukkan anak ke pesantren MTA.

mengendalikan

Upaya tersebut akan sangat berperan

menahan rasa rindu karena tidak dapat

dalam pengembangan MTA. SPP yang

bertemu setiap hari dengan anaknya.

orang tua bayarkan digunakan untuk

diri

memaksimalkan

sendiri

untuk

16

Selain itu, orang tua telah secara
sepihak

melakukan kontrol terhadap

MTA memberikan keuntungan
yang maksimal bagi orang tua karena

diberikan

anak di pesantren MTA akan memiliki

kesempatan untuk memilih sekolah

pedoman yang sama dengan orang tua,

pilihanya sendiri. Mereka meyakinkan

uang SPP yang orang tua bayarkan

pada

di

bermanfaat bagi pengembangan MTA,

pesantren akan menjadikan dirinya

dan memasukkan anak di pesantren

menjadi yang lebih baik. Upaya ini

MTA menunjukkan loyalitas orang tua

dilakukan

sebagai

anaknya.

Anak

anak

tidak

bahwa

agar

menunjukkan

kehidupan

orang

tua

loyalitasnya

dapat
sebagai

anggota.

memaksimalkan

Dalam

keuntungan

dan

anggota. Ia akan berperan dalam

meminimalisasi resiko tersebut orang

pengembangan MTA jika memasukkan

tua sebagai aktor yang rasional telah

anak di pesantren MTA.

mengendalikan anaknya agar menuruti

SIMPULAN DAN SARAN

keinginan orang tua dengan cara

Berdasarkan pembahasan yang

memberikan motivasi dan pemahaman

telah dipaparkan, maka simpulannya

bahwa pesantren merupakan pilihan

orang tua menyekolahkan anaknya di

terbaik bagi anaknya.

pesantren karena (1) keinginan agar

Berdasarkan temuan penelitian

anak memiliki ahklak yang bagus (2)

maka peneliti menyarankan kepada

perasaan ketidakmampuan mendidik

orang tua untuk turut serta secara aktif

anak di rumah (3) merupakan anggota

dalam

aktif organisasi MTA (4) kesamaan

menjaga komunikasi dengan anak agar

pengalaman sebagai siswa di MTA (5)

pembentukan kepribadian anak dapat

biaya pendidikan asrama murah (6)

optimal.

keyakinan

sebagai

memberikan banyak ruang bagi orang

tuntunan agama Islam yang paling

tua agar turut serta aktif dalam proses

benar.

yang

pendidikan. Selain itu juga sebaiknya

dikemukakan oleh orang tua erat

melakukan perkumpulan rutin dengan

kaitannya dengan latar belakang orang

orangtua

tua sebagai anggota organisasi MTA.

perkembangan anak di asrama.

terhadap

Semua

MTA

alasan

proses

Bagi

untuk

pendidikan

pesantren

anak,

untuk

membicarakan

17

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Irwan., & Zain, Muhammad.
(2008). Agama, Pendidikan
Islam dan Tanggung Jawab
Sosial Pesantren. Yogyakarta:
Sekolah Pascasarjana UGM
Agger, Ben. (2007). Teori Sosial Kritis.
Terj.
Nurhadi.
Yogyakarta:Kreasi Wacana.
Badan Pusat Statistik (BPS). (2015)
Banyaknya Pondok Pesantren,
Kyai Ustadz dan Santri
Menurut Kabupaten/Kota di
Jawa Tengah Tahun 2015.
Diperoleh pada tanggal 23
Desember
2015,
dari
jateng.bps.go.id.
Coleman, James S & Fararo, Thomas J.
(1992).
Rational
Choice
Theory: Advocacy and Critique.
London: SAGE Publications.
Dhofier, Zamakhsyari. (1984). Tradisi
Pesantren:
Studi
Tentang
Pandangan Hidup Kyai. Jakarta:
LP3ES
Hemawan,
Erwan.
(2013,
20
November). Tawuran Sekolah
Jakarta Naik 44 Persen).
Tempo. Diperoleh pada 17
April
2016,
dari
https://m.tempo.co/read/news/2
013/11/20/083531130/tawuransekolah-jakarta-naik-44-persen
Kementerian Kesehatan RI. (2014).
Situasi
dan
Analisis
Penyalahgunaan
Narkoba.
Jakarta: Pusat Data dan
Informasi
Kementerian
Kesehatan RI. Diperoleh pada
tanggal 21 Oktober 2015, dari
www.depkes.go.id.
Kementerian Kesehatan RI. (2015).
Situasi Kesehatan Reproduksi
Remaja. Jakarta: Pusat Data dan
Informasi
Kementerian
Kesehatan RI. Diperoleh pada

tanggal 13 Januari 2016, dari
www.depkes.go.id.
Kementerian Pemuda dan Olahraga.
(2009).
Penyajian
Data
Informasi Kementerian Pemuda
dan Olahraga Tahun 2009.
Jakarta:
Biro
Perencanaan
Sekretariat
Kementerian
Pemuda dan Olahraga.
Kementerian
Pendidikan
dan
Kebudayaan. (2013). Kerangka
Dasar dan Struktur Kurikulum
2013. Diperoleh pada tanggal
29
April
2016,
dari
http://sertifikasi.fkip.uns.ac.id/
modul/1%20Materi%20KPPG
%20&%20Kurikulum%202013/
STRUKTUR%20DAN%20ISI
%20KURIKULUM%202013.p
df#.
Krstic, Milos S. (2015). Rational
Choice Theory And Random
Behaviour. EKOHOMHKA 61
(1):1-13.
Diperoleh
pada
tanggal 28 Februari 2016, dari
https://www.researchgate.net/pu
blications/274082385.
Mighwar,
Muhammad.
(2006).
Psikologi Remaja. Bandung:
Pustaka Setia.
Mutohar, Ahmad & Anam, Nurul.
(2013). Manifesto Modernisasi
Pendidikan Islam & Pesantren.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Nisfianoor, M & Kartika, Yuni. (2004).
Hubungan Antara Regulasi
Emosi
dan
Penerimaan
Kelompok Teman Sebaya Pada
Remaja. Jurnal Psikologi 2 (2),
160-178
Dirdjosanjoto,
Pradjarta.
(1999).
Memelihara
Umat:Kiai
Pesantren-Kiai Langgar di
Jawa. Yogyakarta:LKIS
Ritzer, George & Goodman, Douglas J.
(2008).
Teori
Sosiologi

18

Modern. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
Saad,
Hasballah
M.
(2003).
Perkelahian
Pelajar:Potret
Siswa SMU di DKI Jakarta.
Yogyakarta: Galang Press.
Tirtarahardja, Umar. (2008). Pengantar
Pendidikan. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Wirawan, I.B. (2012). Teori-Teori
Sosial Dalam Tiga Paradigma
(Fakta Sosial, Definisi Sosial,
dan Perilaku Sosial). Jakarta:
Kencana.
Wittek, Rafael. (2016). “Rational
Choice Theory”, dalam Warms,
Richard
L&
McGee,
R.Jon.(2013). Theory In Social
and Cultural Antrophology.
London: SAGE Publications.
Yusuf, Syamsu. (2008). Psikologi
Perkembangan Anak & Remaja.
Bandung: Rosdakarya.
Zubaedi. (2005). Pendidikan Berbasis
Masyarakat:Upaya
Menawarkan Solusi Terhadap
Berbagai
Problem
Sosial.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.