Resume perkembangan studi islam di dunia
Pengertian orientalisme
Dalam pengertian secara umum, orientalisme berarti
metode berfikir ala barat. Sedangkan pengertian secara
khusus, orientalisme merupakan studi akademis yang
dilakukan oleh bangsa barat dari negara-negara imperilais
mengenai dunia Timur dengan segala aspeknya, baik
mengenai sejarah, pengetahuan, bahasa, agama, tatanan
sosial politik, hasil bumi serta semua potensinya1.
Definisi menurut Dr. Edward Sa’id tentang orientalisme
sendiri adalah, kajian atau metode barat untuk mencaplok
bangsa timur, dengan kedok hendak memperbaiki dan
memajukan
(politik
ataupun
pemikiran),
demi
2
memperlancar kekuasaannya di sana .
Tokoh-tokoh orientalisme
Penulis mencoba mengambil dua contoh dari banyaknya
tokoh-tokoh orientalisme, yaitu:
1. Christian Snouck Hurgronje
Orientalis ini bekerja sebagai spionase,
missionaris,
dan
juga
bekerja
untuk
kepentingan penjajahan secara kekuatan dan
kebudayaan.
Ia mendalami bahasa Arab dan Ilmu-ilmu Islam
yang lain. Ia pernah beribadat Haji di Mekkah
dan bermukim di sana lebih dari enam bulan,
dengan menggunakan nama samaran “Abdul
Goffar”. Sekembalinya dari Mekkah, ia bekerja
untuk kepentingan negaranya dalam usaha
memperluas
dan
memantapkan
wilayah
jajahannya. Salah satu fakta yang melibatkan
dirinya dalam kepentingan penjajahan adalah
sebuah pernyataan dan laporannya kepada
jendral Van Houts untuk memerangi kaum
Muslimin di seluruh wilayah jajahan belanda 3.
Bukti lainnya adalah keterlibatan dirinya dalam
kehancuran kerajaan Aceh.
1 Ghurab, Ahmad Abdul.”Menyikap Tabir Orientalisme”. Hal 17-18.
2 Sai’d, edward. “orientalisme”. Dikutip dari: ibid. Hal 20
3 Ghurab, Ahmad Abdul. Op.cit. hal. 96-97
1
2. Samuel Zwemer
Orientalis ini lebih dikenal sebagai pastur
missionaris dibandingkan sebagai orientalis.
Dari sekian banyak hasil karyanya, ada
terdapat karya yang paling menojol, yaitu “The
Moslem World”. Majalah ini bisa dikatakan
paling berbahaya yang pernah diterbitkan oleh
para missionaris dunia. Dalam majalah
tersebut dimuat berbagai artikel yang ditulis
oleh para missionaris dalam rangka meluaskan
jaringan kristenisasi di seluruh wilayah Islam.
Pemikirannya yang lain adalah pembentukan
missionaris Amerika untuk negara Arab di
wilayah teluk pada Tahun 1889 M. Dalam
usahanya itu, dia memakai saran pendidikan
sebagai
cara
penyampaiannya.
Untuk
memudahkan misinya, dibangunlah sekolahan,
perpustakaan, gereja, dan rumah sakit di
Kuwait, Basrah, dan Uni Emirat Arab4.
Fase-fase orientalisme5
Menurut
Hamid
Fahmy
Zarkasyi,
perkembangan
orientalisme dapat dibagi kedalam empat fase.
Fase pertama dimulai pada abad keenam belas. Pada
fase ini orientalisme dapat dikatakan sebagai simbol
gerakan anti Islam yang dimotori oleh Yahudi dan Kristen,
di mana Perang Salib menjadi titik pangkalnya.
Fase kedua terjadi pada abad ketujuh belas dan
delapan belas. Fase ini adalah fase penting orientalisme,
karena juga seiring dengan modernisasi barat. Pada saat
itu, dunia barat haus akan ilmu dan berusaha mencari ilmu
untuk kepentingan modernisasi mereka. Pada fase ini, rajaraja maupun ratu-ratu eropa sepakat untuk mendukung
pengumpulan segala macam informasi tentang ketimuran.
Fase ketiga terjadi pada abad kesembilan belas dan
seperempat pertama abad kedua puluh. Fase ini penting
4 Ibid. Hal 99
5 Quranandhadisstudies.blogspot.com/2010/03/orientalisme-pengantarperkembangan
2
bagi pihak Muslim maupun Orientalis sendiri. Karena pada
masa ini, Barat menguasai Islam secara politis, militer,
budaya, dan ekonomi. Dan pada fase ini muncul karyakarya dari orang orientalis yang berguna dalam bidang
studi Islam.
Fase keempat ditandai dengan adanya Perang Dunia
ke-dua. Khusus di Amerika, Islam dan Ummat Islam
menjadi objek kajian yang populer. Kajiannya bukan hanya
untuk kepentingan akademis, melainkan juga untuk
kepentingan perancang kebijakan politik dan bisnis.
Semenjak awal abad kesembilan belas hingga akhir Perang
Dunia ke-dua, Inggris dan Perancis mendominasi dunia
Timur dan orientalisme. Sesudah akhir perang dunia kedua, dominasi diambil alih oleh Amerika yang melakukan
pendekatan terhadap dunia Timur sebagaimana yang telah
dilakukan oleh Inggris dan Perancis dahulu.
Kritik orientalisme dalam studi Islam
Terdapat banyak kritik oleh para orientalis terhadap studi
Islam yang berasal dari Al-Qur’an dan Hadis. Penulis
mencoba mempaparkan sebuah kritik yang dilakukan oleh
orientalis dalam studi Islam,
A. Kritik Ignaz Goldziher terhadap Hadis dan Ulama
hadis6
Ignaz Goldziher adalah orientalis kebangsaan
Hongaria yang lahir dari latar belakang keluarga
Yahudi. Ia mencoba mengkritik Hadis dan Ulama
hadis yang menjadi objek pembelajaran studi islam
itu sendiri. Kritiknya sebagai berikut:
i. Bagian terbesar dari hadis yang dikatakan
bersumber dari Nabi adalah tidak benar.
Catatan-catatan itu hanya merupakan jerih
payah Umat Islam pada masa keemasan
sebagai dokumen atas kemajuan yang
dicapai di bidang agama, sejarah, dan
sosial. Pada saat sesudahnya terjadi
ketegangan antara Dinasti Umawiyyah
dengan Ahlul Bait di Madinah. Mereka ini
memerangi
kelompok
pemberontak
6 Nimiasata.blogspot.com.es/2013/03/kritik-orientalis-terhadap-hadis
3
Umawiyyah
dengan
membuat
hadis
sebanyak-banyaknya yang memojokkan
dinasti pengacau. Sebaliknya Umawiyyah
pun melakukan hal yang sama.
ii.
Tokoh hadis Ibnu Syihab al-Zuhri merupakan
orang yang diperalat atau dimanfaatkan
oleh khalifah Umawiyyah, Abdul Malik bin
Marwan.
Untuk membuat hadis palsu yang secara
politik,
berpihak
kepada
penguasa
Umawiyyah. Misalnya Hadis seperti berikut,
“Janganlah kamu melakukan perjalanan
kecuali menuju tiga mesjid: Masjidil Haram,
Masjidku (Nabawi), dan Masjid Baitul Maqdis
(Al-Aqsha)” ( HR. Al-Bukhari).
Menurut Goldziher, hadis ini dibuat-buat
oleh pesanan dari Khalifah Abdul Malik bin
Marwan untuk memperkuat kekuasaannya,
dengan mengatakan haji tidak hanya
dilakukan di Masjidil Haram, tapi juga di
Masjidil Aqsha, Yerussalem. Abdul Malik
khawatir kalau orang Syiria pergi haji ke
Mekkah akan membaiat Abdullah bin Juber
sebagai Khalifah yang pada saat itu adalah
lawan politiknya.
Tuduhan Goldziher ini didasarkan kepada
assumsi bahwa Al-zuhri dan Abdul Malik
adalah teman baik, dan tergolong ulama
yang dekat dengan penguasa.
Melihat dan mendengar banyak kritik yang dilakukan
oleh orientalis, dan salah satunya juga dipaparkan diatas,
para Ulama Muslim mencoba untuk membantah dan
mengkritik balik para orientalis, yang salah satunya
disebutkan diatas. Di antara ulama yang melakukan kritik
dan koreksi terhadap pendapat para orientalis tersebut
adalah Musthafa al-Siba’i, Muhammad ‘Ajjaj al-Khattib,
Shubhi al-Shalih, dan Muhammad Musthafa Azami.
4
Salah satu respon terkait dengan tuduhan mereka tentang
adanya larangan penulisan hadis oleh Nabi, dan tidak
adanya peninggalan tertulis, Shubhi al-Shalih mengatakan
kalau larangan tersebut disampaikan secara umum pada
masa awal turunnya Al-Qur’an, karena takut jika antara
Hadis dan Al-Qur’an akan tercampur.
Dan ketika sebagian besar Al-Qur’an telah diturunkan, Nabi
memberikan izin penulisan Hadis kepada para sahabat.
Kenyataan ini diperkuat dengan adanya catatan-catatan
hadis oleh para sahabat, seperti catatan Sa’id ibn
Ubaddah, Samrah ibn Jundub, Jabir ibn Abd’ Allah, dll7.
Orientalisme antara kepentingan dan objektivitas
Orientalisme memang bukan kajian objektif dan tidak
memihak Islam maupun kebudayaannya. Yang diupayakan
secara mendalam bukanlah untuk mendapatkan hasil
penelitian yang baik dan orisinal melainkan hanya rencana
jahat yang terorganisasikan untuk menghasut para
pemuda kita agar memberontak terhadap agama mereka,
dan mencemooh semua warisan sejarah Islam dan
kebudayaannya sebagai warisan yang tidak berguna.
Sasaran yang hendak dicapai adalah menciptakan
kekeliruan sebanyak-banyaknya di kalangan pemudapumuda yang belum matang dan mudah di tipu dengan
cara menanamkan benih keraguan, sinisme, skeptisme8.
Bukti yang nyata adanya adalah bagaimana salah satu
orientalis mencoba untuk menghasut pemuda-pemuda
dalam pandangannya tentang Al-Qur’an. Berikut ini
pernyataannya:
7 Ibid.
8 Jamilah, Maryam. Islam dan Orientalisme, hal 173-174
5
“Banyak spekulasi dan analisis dilakukan dalam rangka
berusaha menemukan sumber wahyu-wahyu yang diterima
Muhammad sehingga dengan demikian mereka dapat
menjelaskan sama sekali pengakuan tentang kerasulannya
itu. Hasil-hasil penelahaan mereka ternyata belum selesai.
Sebagian mengatakan bahwa Muhammad mempunyai
seorang guru Yahudi yang boleh jadi ada benarnya;
sebagian lagi berpendapat bahwa dia diperkenalkan
dengan dan terkesan oleh beberapa orang rahib Kristen
yang boleh jadi ada benarnya juga. Oreintalis-orientalis
lainnya lagi berpendapat bahwa masyarakat padagang di
mana
Muhammad
hidup
memberikan
kepadanya
gambaran berwarna-warni mengenai berbagai macam
agama yang boleh jadi ada benarnya juga. Yang mendasar,
tentu saja, adalah Muhammad tidak menyatakan
pengakuan orisinalitas agamanya itu. Dari waktu ke waktu
dia selalu menyatakan bahwa wahyu yang diterimanya
hanyalah satu pengakuan (konfirmasi) terhadap semua
wahyu yang pernah datang (kepada rasul-rasul)
sebelumnya. Penelusuran mengenai sumber ayat-ayat AlQur’an kepada agama Yahudi ataupun kepada tradisitradisi keagamaan lainnya, walaupun menarik dan penting
bagi para sarjana, tidak ada pengaruhnya apa-apa
terhadap keyakinan ummat Muslim. Bagi ummat Muslim,
analisis sejenis ini tampak tidak membawa konsekuensi
apapun dan dalam Islam barangkali tidak adanya sesuatu
yang sejalan dengan “Kritik Tinggi” di kalangan para
sarjana Kristen antara lain tergantung pada sikap ini.
Ummat Muslim, tentu saja, lebih tergantung pada
kepercayaan yang kuat bahwa Al-Qur’an adalah firman
Allah dan karena itu apa perlunya orang berusaha
mengeritik yang difirmankan Allah itu?”9
Kesimpulan
Setelah melihat bebarapa penjelasan dari beberapa
sumber referensi, bisa kita simpulkan tentang orientalisme
itu sendiri.
1. Orientalisme
datang
dari
dunia
barat,
merupakan studi ketimuran untuk menelaah
berbagai aspek, yaitu sejarah, pengetahuan,
9 Freelan Abbot, Islam and Pakistan, Newyork; cornell university pers, 1908,
dikutip dari: Ibid. Hal 174-175
6
bahasa, agama, tatanan sosial politik, hasil
bumi serta semua potensinya di dunia Timur.
2. Orientalisme muncul pertama saat perang
salib,
guna
untuk
mencari
kelemahan
musuhnya yaitu Islam. Pada saat itu, pihak
barat mengalami kekalahan dan setelahnya
mencoba memperluas kebijkan orientalisme
lebih dalam.
3. Orientalisme modern memfokuskan tujuannya
untuk
menciptakan kekeliruan sebanyakbanyaknya di kalangan pemuda-pumuda yang
belum matang dan mudah di tipu dengan cara
menanamkan
benih
keraguan,
sinisme,
skeptisme.
4. Studi Islam yang dilakukan oleh orientalis
bukan hanya bedasarkan objektifitas untuk
kepentingan
akademik,
tetapi
untuk
pemenuhan kepentingan politik dan bisnis
barat.
7
Pengertian orientalisme
Dalam pengertian secara umum, orientalisme berarti
metode berfikir ala barat. Sedangkan pengertian secara
khusus, orientalisme merupakan studi akademis yang
dilakukan oleh bangsa barat dari negara-negara imperilais
mengenai dunia Timur dengan segala aspeknya, baik
mengenai sejarah, pengetahuan, bahasa, agama, tatanan
sosial politik, hasil bumi serta semua potensinya1.
Definisi menurut Dr. Edward Sa’id tentang orientalisme
sendiri adalah, kajian atau metode barat untuk mencaplok
bangsa timur, dengan kedok hendak memperbaiki dan
memajukan
(politik
ataupun
pemikiran),
demi
2
memperlancar kekuasaannya di sana .
Tokoh-tokoh orientalisme
Penulis mencoba mengambil dua contoh dari banyaknya
tokoh-tokoh orientalisme, yaitu:
1. Christian Snouck Hurgronje
Orientalis ini bekerja sebagai spionase,
missionaris,
dan
juga
bekerja
untuk
kepentingan penjajahan secara kekuatan dan
kebudayaan.
Ia mendalami bahasa Arab dan Ilmu-ilmu Islam
yang lain. Ia pernah beribadat Haji di Mekkah
dan bermukim di sana lebih dari enam bulan,
dengan menggunakan nama samaran “Abdul
Goffar”. Sekembalinya dari Mekkah, ia bekerja
untuk kepentingan negaranya dalam usaha
memperluas
dan
memantapkan
wilayah
jajahannya. Salah satu fakta yang melibatkan
dirinya dalam kepentingan penjajahan adalah
sebuah pernyataan dan laporannya kepada
jendral Van Houts untuk memerangi kaum
Muslimin di seluruh wilayah jajahan belanda 3.
Bukti lainnya adalah keterlibatan dirinya dalam
kehancuran kerajaan Aceh.
1 Ghurab, Ahmad Abdul.”Menyikap Tabir Orientalisme”. Hal 17-18.
2 Sai’d, edward. “orientalisme”. Dikutip dari: ibid. Hal 20
3 Ghurab, Ahmad Abdul. Op.cit. hal. 96-97
1
2. Samuel Zwemer
Orientalis ini lebih dikenal sebagai pastur
missionaris dibandingkan sebagai orientalis.
Dari sekian banyak hasil karyanya, ada
terdapat karya yang paling menojol, yaitu “The
Moslem World”. Majalah ini bisa dikatakan
paling berbahaya yang pernah diterbitkan oleh
para missionaris dunia. Dalam majalah
tersebut dimuat berbagai artikel yang ditulis
oleh para missionaris dalam rangka meluaskan
jaringan kristenisasi di seluruh wilayah Islam.
Pemikirannya yang lain adalah pembentukan
missionaris Amerika untuk negara Arab di
wilayah teluk pada Tahun 1889 M. Dalam
usahanya itu, dia memakai saran pendidikan
sebagai
cara
penyampaiannya.
Untuk
memudahkan misinya, dibangunlah sekolahan,
perpustakaan, gereja, dan rumah sakit di
Kuwait, Basrah, dan Uni Emirat Arab4.
Fase-fase orientalisme5
Menurut
Hamid
Fahmy
Zarkasyi,
perkembangan
orientalisme dapat dibagi kedalam empat fase.
Fase pertama dimulai pada abad keenam belas. Pada
fase ini orientalisme dapat dikatakan sebagai simbol
gerakan anti Islam yang dimotori oleh Yahudi dan Kristen,
di mana Perang Salib menjadi titik pangkalnya.
Fase kedua terjadi pada abad ketujuh belas dan
delapan belas. Fase ini adalah fase penting orientalisme,
karena juga seiring dengan modernisasi barat. Pada saat
itu, dunia barat haus akan ilmu dan berusaha mencari ilmu
untuk kepentingan modernisasi mereka. Pada fase ini, rajaraja maupun ratu-ratu eropa sepakat untuk mendukung
pengumpulan segala macam informasi tentang ketimuran.
Fase ketiga terjadi pada abad kesembilan belas dan
seperempat pertama abad kedua puluh. Fase ini penting
4 Ibid. Hal 99
5 Quranandhadisstudies.blogspot.com/2010/03/orientalisme-pengantarperkembangan
2
bagi pihak Muslim maupun Orientalis sendiri. Karena pada
masa ini, Barat menguasai Islam secara politis, militer,
budaya, dan ekonomi. Dan pada fase ini muncul karyakarya dari orang orientalis yang berguna dalam bidang
studi Islam.
Fase keempat ditandai dengan adanya Perang Dunia
ke-dua. Khusus di Amerika, Islam dan Ummat Islam
menjadi objek kajian yang populer. Kajiannya bukan hanya
untuk kepentingan akademis, melainkan juga untuk
kepentingan perancang kebijakan politik dan bisnis.
Semenjak awal abad kesembilan belas hingga akhir Perang
Dunia ke-dua, Inggris dan Perancis mendominasi dunia
Timur dan orientalisme. Sesudah akhir perang dunia kedua, dominasi diambil alih oleh Amerika yang melakukan
pendekatan terhadap dunia Timur sebagaimana yang telah
dilakukan oleh Inggris dan Perancis dahulu.
Kritik orientalisme dalam studi Islam
Terdapat banyak kritik oleh para orientalis terhadap studi
Islam yang berasal dari Al-Qur’an dan Hadis. Penulis
mencoba mempaparkan sebuah kritik yang dilakukan oleh
orientalis dalam studi Islam,
A. Kritik Ignaz Goldziher terhadap Hadis dan Ulama
hadis6
Ignaz Goldziher adalah orientalis kebangsaan
Hongaria yang lahir dari latar belakang keluarga
Yahudi. Ia mencoba mengkritik Hadis dan Ulama
hadis yang menjadi objek pembelajaran studi islam
itu sendiri. Kritiknya sebagai berikut:
i. Bagian terbesar dari hadis yang dikatakan
bersumber dari Nabi adalah tidak benar.
Catatan-catatan itu hanya merupakan jerih
payah Umat Islam pada masa keemasan
sebagai dokumen atas kemajuan yang
dicapai di bidang agama, sejarah, dan
sosial. Pada saat sesudahnya terjadi
ketegangan antara Dinasti Umawiyyah
dengan Ahlul Bait di Madinah. Mereka ini
memerangi
kelompok
pemberontak
6 Nimiasata.blogspot.com.es/2013/03/kritik-orientalis-terhadap-hadis
3
Umawiyyah
dengan
membuat
hadis
sebanyak-banyaknya yang memojokkan
dinasti pengacau. Sebaliknya Umawiyyah
pun melakukan hal yang sama.
ii.
Tokoh hadis Ibnu Syihab al-Zuhri merupakan
orang yang diperalat atau dimanfaatkan
oleh khalifah Umawiyyah, Abdul Malik bin
Marwan.
Untuk membuat hadis palsu yang secara
politik,
berpihak
kepada
penguasa
Umawiyyah. Misalnya Hadis seperti berikut,
“Janganlah kamu melakukan perjalanan
kecuali menuju tiga mesjid: Masjidil Haram,
Masjidku (Nabawi), dan Masjid Baitul Maqdis
(Al-Aqsha)” ( HR. Al-Bukhari).
Menurut Goldziher, hadis ini dibuat-buat
oleh pesanan dari Khalifah Abdul Malik bin
Marwan untuk memperkuat kekuasaannya,
dengan mengatakan haji tidak hanya
dilakukan di Masjidil Haram, tapi juga di
Masjidil Aqsha, Yerussalem. Abdul Malik
khawatir kalau orang Syiria pergi haji ke
Mekkah akan membaiat Abdullah bin Juber
sebagai Khalifah yang pada saat itu adalah
lawan politiknya.
Tuduhan Goldziher ini didasarkan kepada
assumsi bahwa Al-zuhri dan Abdul Malik
adalah teman baik, dan tergolong ulama
yang dekat dengan penguasa.
Melihat dan mendengar banyak kritik yang dilakukan
oleh orientalis, dan salah satunya juga dipaparkan diatas,
para Ulama Muslim mencoba untuk membantah dan
mengkritik balik para orientalis, yang salah satunya
disebutkan diatas. Di antara ulama yang melakukan kritik
dan koreksi terhadap pendapat para orientalis tersebut
adalah Musthafa al-Siba’i, Muhammad ‘Ajjaj al-Khattib,
Shubhi al-Shalih, dan Muhammad Musthafa Azami.
4
Salah satu respon terkait dengan tuduhan mereka tentang
adanya larangan penulisan hadis oleh Nabi, dan tidak
adanya peninggalan tertulis, Shubhi al-Shalih mengatakan
kalau larangan tersebut disampaikan secara umum pada
masa awal turunnya Al-Qur’an, karena takut jika antara
Hadis dan Al-Qur’an akan tercampur.
Dan ketika sebagian besar Al-Qur’an telah diturunkan, Nabi
memberikan izin penulisan Hadis kepada para sahabat.
Kenyataan ini diperkuat dengan adanya catatan-catatan
hadis oleh para sahabat, seperti catatan Sa’id ibn
Ubaddah, Samrah ibn Jundub, Jabir ibn Abd’ Allah, dll7.
Orientalisme antara kepentingan dan objektivitas
Orientalisme memang bukan kajian objektif dan tidak
memihak Islam maupun kebudayaannya. Yang diupayakan
secara mendalam bukanlah untuk mendapatkan hasil
penelitian yang baik dan orisinal melainkan hanya rencana
jahat yang terorganisasikan untuk menghasut para
pemuda kita agar memberontak terhadap agama mereka,
dan mencemooh semua warisan sejarah Islam dan
kebudayaannya sebagai warisan yang tidak berguna.
Sasaran yang hendak dicapai adalah menciptakan
kekeliruan sebanyak-banyaknya di kalangan pemudapumuda yang belum matang dan mudah di tipu dengan
cara menanamkan benih keraguan, sinisme, skeptisme8.
Bukti yang nyata adanya adalah bagaimana salah satu
orientalis mencoba untuk menghasut pemuda-pemuda
dalam pandangannya tentang Al-Qur’an. Berikut ini
pernyataannya:
7 Ibid.
8 Jamilah, Maryam. Islam dan Orientalisme, hal 173-174
5
“Banyak spekulasi dan analisis dilakukan dalam rangka
berusaha menemukan sumber wahyu-wahyu yang diterima
Muhammad sehingga dengan demikian mereka dapat
menjelaskan sama sekali pengakuan tentang kerasulannya
itu. Hasil-hasil penelahaan mereka ternyata belum selesai.
Sebagian mengatakan bahwa Muhammad mempunyai
seorang guru Yahudi yang boleh jadi ada benarnya;
sebagian lagi berpendapat bahwa dia diperkenalkan
dengan dan terkesan oleh beberapa orang rahib Kristen
yang boleh jadi ada benarnya juga. Oreintalis-orientalis
lainnya lagi berpendapat bahwa masyarakat padagang di
mana
Muhammad
hidup
memberikan
kepadanya
gambaran berwarna-warni mengenai berbagai macam
agama yang boleh jadi ada benarnya juga. Yang mendasar,
tentu saja, adalah Muhammad tidak menyatakan
pengakuan orisinalitas agamanya itu. Dari waktu ke waktu
dia selalu menyatakan bahwa wahyu yang diterimanya
hanyalah satu pengakuan (konfirmasi) terhadap semua
wahyu yang pernah datang (kepada rasul-rasul)
sebelumnya. Penelusuran mengenai sumber ayat-ayat AlQur’an kepada agama Yahudi ataupun kepada tradisitradisi keagamaan lainnya, walaupun menarik dan penting
bagi para sarjana, tidak ada pengaruhnya apa-apa
terhadap keyakinan ummat Muslim. Bagi ummat Muslim,
analisis sejenis ini tampak tidak membawa konsekuensi
apapun dan dalam Islam barangkali tidak adanya sesuatu
yang sejalan dengan “Kritik Tinggi” di kalangan para
sarjana Kristen antara lain tergantung pada sikap ini.
Ummat Muslim, tentu saja, lebih tergantung pada
kepercayaan yang kuat bahwa Al-Qur’an adalah firman
Allah dan karena itu apa perlunya orang berusaha
mengeritik yang difirmankan Allah itu?”9
Kesimpulan
Setelah melihat bebarapa penjelasan dari beberapa
sumber referensi, bisa kita simpulkan tentang orientalisme
itu sendiri.
1. Orientalisme
datang
dari
dunia
barat,
merupakan studi ketimuran untuk menelaah
berbagai aspek, yaitu sejarah, pengetahuan,
9 Freelan Abbot, Islam and Pakistan, Newyork; cornell university pers, 1908,
dikutip dari: Ibid. Hal 174-175
6
bahasa, agama, tatanan sosial politik, hasil
bumi serta semua potensinya di dunia Timur.
2. Orientalisme muncul pertama saat perang
salib,
guna
untuk
mencari
kelemahan
musuhnya yaitu Islam. Pada saat itu, pihak
barat mengalami kekalahan dan setelahnya
mencoba memperluas kebijkan orientalisme
lebih dalam.
3. Orientalisme modern memfokuskan tujuannya
untuk
menciptakan kekeliruan sebanyakbanyaknya di kalangan pemuda-pumuda yang
belum matang dan mudah di tipu dengan cara
menanamkan
benih
keraguan,
sinisme,
skeptisme.
4. Studi Islam yang dilakukan oleh orientalis
bukan hanya bedasarkan objektifitas untuk
kepentingan
akademik,
tetapi
untuk
pemenuhan kepentingan politik dan bisnis
barat.
7