Kajian Yuridis Gugatan Pembatalan Akta Pemindahan dan Penyerahan Hak atas Tanah dengan Ganti Rugi yang dibuat dihadapan Notaris (Berdasarkan Putusan Mahkamah Agung Nomor 80 Pdt.G 2015 PN.Lbp)

59

dengan mencari unsur-unsur kesalahan dan kesengajaan dari Notaris itu sendiri. Hal
itu dimaksudkan agar dapat dipertanggungjawabkan baik secara kelembagaan
maupun dalam kapasitas Notaris sebagai subyek hukum. Dalam UU Perubahan atas
UUJN di atur bahwa ketika Notaris dalam menjalankan jabatannya terbukti
melakukan pelanggaran, maka Notaris dapat dikenai sanksi atau dijatuhi sanksi,
berupa sanksi perdata, administrasi dan kode etik, namun tidak mengatur adanya
sanksi pidana. Dalam praktek ditemukan kenyataan bahwa pelanggaran atas sanksi
tersebut kemudian dikualifikasikan sebagai suatu tindak pidana yang dilakukan oleh
Notaris. Adapun aspek-aspek tersebut meliputi :
a. Kepastian hari, tanggal, bulan, tahun dan pukul menghadap;
b. Para pihak (siapa-orang) yang menghadap pada Notaris;
c. Tanda tangan yang menghadap;
d. Salinan akta tidak sesuai dengan minuta akta;
e. Salinan akta ada, tanpa dibuat minuta akta; dan
f. Minuta akta tidak ditandatangani secara lengkap, tapi minuta akta
dikeluarkan.76
Aspek tersebut di atas sangat berkaitan erat dengan perbuatan Notaris
melakukan pelanggaran terhadap Pasal 15 UU Perubahan atas UUJN, dimana
muaranya adalah apabila Notaris tidak menjalankan ketentuan pasal tersebut akan

menimbulkan terjadinya perbuatan pemalsuan atau memalsukan akta sebagaimana
dimaksud Pasal 263, 264, dan 266 KUHP sehingga dapat menimbulkan kerugian bagi
76

8Habib Ajie, Op.Cit, hal. 120-121.

Universitas Sumatera Utara

60

pihak yang berkepentingan. Seorang Notaris terhadap akta yang dibuat dihadapannya,
terhadap aspek- aspek tersebut di atas akan dapat menimbulkan terjadinya perbuatan
pidana pemalsuan atau memalsukan pada akta Notaris apabila dalam kenyataannya
dikaitkan dengan Notaris tidak membacakan dan menjelaskan akta dihadapan
penghadap dengan disaksikan oleh saksi bilamana unsur obyektifnya (unsur sifat
perbuatan melawan hukumnya formil) yang disampaikan dalam pasal-pasal
pemalsuan dimaksud, dan unsur subyektif (unsur sifat perbuatan melawan hukum
materiil) yaitu kesalahan dan pertanggungjawaban pidanya dapat dibuktikan.
Sementara itu, pemeriksaan atas pelanggaran yang dilakukan oleh Notaris
harus dilakukan pemeriksaan yang holistik-integral dengan melihat aspek lahiriah,

formal dan materiil akta Notaris, serta pelaksanaan tugas jabatan Notaris terkait
dengan wewenang Notaris. Dengan demikian, disamping berpijak pada aturan hukum
yang mengatur tindakan pelanggaran yang dilakukan Notaris juga perlu dipadukan
dengan realitas praktik Notaris. Pemeriksaan terhadap Notaris kurang memadai jika
dilakukan oleh mereka yang belum mendalami dunia Notaris, artinya mereka yang
akan memeriksa Notaris harus dapat membuktikan kesalahan besar yang dilakukan
oleh Notaris secara intelektual, dalam hal ini kekuatan logika (hukum) yang
diperlukan dalam memeriksa Notaris, bukan logika kekuatan ataupun kekuasaan.
Perbuatan pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum,
larangan tersebut disertai ancaman (sanksi yang berupa pidana tertentu bagi barang
siapa yang melanggar larangan tersebut). Perbuatan pidana merupakan suatu
perbuatan yang dilarang oleh aturan hukum, apabila seseorang melakukan

Universitas Sumatera Utara

61

pelanggaran terhadap larangan tersebut maka orang tersebut akan diikuti oleh sanksi
yang berupa pidana tertentu.Dalam menjalankan jabatannya sebagai Notaris maka
pidana yang dimaksudkan adalah pidana yang dilakukan oleh Notaris dalam

kapasitasnyasebagai pejabat umum yang berwenang membuat akta otentik yang
diamanahkan oleh UUJN.
5.

Bentuk Tanggung Jawab Notaris terhadap Akta Otentik yang Dibuatnya
Tanggung jawab menurut kamus umum bahasa Indonesia adalah keadaan

wajib menanggung segala sesuatunya. Bertanggung jawab menurut kamus umum
bahasa Indonesia adalah “kewajiban menanggung, memikul jawab, menanggung
segala sesuatunya atau memberikan jawab dan menaggung akibat”77. Tanggung
jawab merupakan suatu bentuk kesadaran manusia akan tingkah laku atau
perbuatannya baik dilakukan dengan disengaja maupun tidak disengaja. Tanggung
jawab

merupakan

perwujudan

kesadaran


dan

kewajiban

seseorang

untuk

menanggung hasil dari perbuatan yang dilakukannya. Setiap manusia memiliki rasa
tanggung jawab dan rasa tanggung jawab itu harus disesuaikan dengan apa yang telah
dilakukannya.
Wujud tanggung jawab juga berupa pengabdian dan pengorbanan dimana
pengabdian dan pengorbanan merupakan perbuatan yang baik untuk kepentingan
manusia itu sendiri. Setiap orang wajib bertanggung jawab tidak terkecuali pada diri
seorang Notaris. Notaris menjalankan tugas jabatannya dengan melakukan tindakan
Ika
Damayanti,
(tanpa
tahun),
diakses

dari:
http://www.academia.edu/3635945/Manusia_dan_Tanggung_Jawab_Serta_Pengabdian, pada hari Rabu, tanggal
10 ,Mei 2016, pukul 13.39 WIB.

Universitas Sumatera Utara

62

dalam pembuatan akta otentik. Akta tersebut merupakan sebuah kebutuhan bagi
masyarakat (para penghadap) dan diharapkan akta tersebut dapat menjadi suatu bukti
apabila terjadi suatu sengketa dikemudian hari. Dalam hal ini, Notaris berkewajiban
untuk bertanggung jawab terhadap akta otentik yang dibuatnya karena masyarakat
mempercayakan Notaris tersebut sebagai seseorang yang ahli dalam bidang
kenotarisan. Notaris dalam menjalankan jabatannya harus berdasarkan pada
ketelitian, kecermatan dan ketepatan. Tiga unsur sifat pribadi harus mendapatkan
perhatian khusus yang membentuk karakter didalam menjalankan jabatan adalah:
1.

Jujur terhadap diri sendiri.


2.

Baik dan benar.

3.

Profesional.
Salah satu perilaku seorang Notaris dalam menjalankan jabatannya adalah

senantiasa bersikap profesional. Menyandang jabatan selaku Notaris harus jujur
terhadap diri sendiri yang berlandaskan pada spiritual, moral, mental dan akhlak baik
dan benar. Selain mempunyai tingkat intelektual tinggi serta yang mempunyai sifat
netral/tidak memihak, independen, mandiri, tidak mengejar materi, menjunjung
harkat dan martabat Notaris yang profesional.
Perilaku sehari-hari dalam menjalankan jabatannya harus profesional yang
mengandung arti:
a.

Sesuai dengan undang-undang, kode etik, anggaran dasar, anggaran rumah
tangga.


b.

Sesuai dan menguasai teknik pembuatan akta.

Universitas Sumatera Utara

63

c.

Teliti, jeli dan sikap kehati-hatian harus diperhatikan.

d.

Tidak terpengaruh dan tidak memihak.

e.

Merelatir atau membuat sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya.


f.

Tidak menghalalkan segala cara atau memaksakan kehendak.

g.

Dalam waktu yang cepat dan tepat.
Suatu akta otentik khususnya yang dibuat oleh Notaris (akta notaris) dapat

berakibat batal demi hukum. Sebagai pejabat umum, Notaris mempunyai tanggung
jawab terhadap akta yang telah dibuatnya tersebut. Apabila akta yang dibuat Notaris
dikemudian hari mengandung sengketa maka hal ini perlu dipertanyakan, apakah akta
ini merupakan kesalahan Notaris atau kesalahan para pihak yang tidak mau jujur
dalam memberikan keterangannya terhadap Notaris. Adapun contohnya yaitu seperti
adanya kesepakatan yang telah dibuat antara Notaris dengan salah satu pihak yang
menghadap sehingga merugikan pihak lainnya. Jika akta yang di buat Notaris
mengandung cacat hukum yang terjadi karena kesalahan Notaris baik karena
kelalaiannya maupun karena kesengajaan Notaris itu sendiri maka Notaris dapat
dimintakan pertanggungjawaban. Akta notaris yang hanya mempunyai kekuatan

pembuktian sebagai akta dibawah tangan atau batal demi hukum dapat menjadi
alasan bagi pihak yang menderita kerugian untuk menuntut penggantian biaya, ganti
rugi dan bunga kepada Notaris yang membuat akta tersebut.
Mengenai persoalan pertanggungjawaban pejabat menurut Kranenburg dan
Vegtig ada dua teori yang melandasinya, diantaranya adalah :

Universitas Sumatera Utara

64

a.

Teori fautes personalles, yaitu teori yang menyatakan bahwa kerugian terhadap
pihak ketiga dibebankan kepada pejabat yang karena tindakannya itu telah
menimbulkan kerugian. Dalam teori ini beban tanggung jawab ditujukan pada
manusia selaku pribadi.

b.

Teori fautes de services, yaitu teori yang menyatakan bahwa kerugian terhadap

pihak ketiga dibebankan pada instansi dari pejabat yang bersangkutan. Menurut
teori ini tanggung jawab dibebankan kepada jabatan. Dalam penerapannya,
kerugian yang timbul itu disesuaikan pula apakah kesalahan yang dilakukan itu
merupakan kesalahan berat atau kesalahan ringan, dimana berat dan ringannya
suatu kesalahan berimplikasi pada tanggung jawab yang harus ditanggung.
Berkaitan dengan permasalahan tentang tanggung jawab Notaris terhadap akta

otentikyang berakibat batal demi hukum yang dibuatnya maka berdasarkan teori
fautes personalles maka Notaris bertanggung jawab secara perorangan (individu) atau
pribadi terhadap akta yang dibuatnya.
Apabila akta otentik yang dibuat dihadapan Notaris berakibat batal demi
hukum dan karenanya para penghadap merasa dirugikan maka Notaris wajib
mempertanggungjawabkan tindakannya. Seharusnya seorang Notaris berhati-dan
cermat dalam membuat akta-aktanya. Pengertian tanggung jawab disini adalah
kesadaran yang ada dalam diri seseorang bahwa setiap tindakannya akan mempunyai
pengaruh bagi orang lain maupun bagi dirinya sendiri. Dengan menyadari bahwa
tindakannya berpengaruh terhadap orang lain ataupun diri sendiri maka “ia akan
berusaha agar tindakan-tindakannya hanya memberi pengaruh positif saja terhadap

Universitas Sumatera Utara


65

orang lain dari diri sendiri dan menghindari tindakan-tindakan yang dapat merugikan
orang lain ataupun diri sendiri.Sebagai pejabat umum, Notaris harus independen.
Dalam istilah sehari-hari istilah independen ini sering disama artikan dengan mandiri.
Dalam independensi ini ada 3 (tiga) bentuk yaitu :
1.

Struktuctural Independen, yaitu independen secara kelembagaan (institusional)
yang dalam bagan struktur (organigram) terpisah dengan tegas dari institusi lain.
Dalam hal ini meskipun Notaris diangkat dan diberhentikan oleh Menteri
Kehakiman, secara kelembagaan tidak berarti menjadi bawahan Menteri
Kehakiman atau berada dalam struktur Departemen Hukum dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia.

2.

Functional Independen, yaitu independen dari fungsinya yang disesuaikan
dengan peraturan perundang-undangan yang mengaturnya tugas, wewenang dan
Jabatan Notaris.

3.

Financial Independen, yaitu independen dalam bidang keuangan yang tidak
pernah memperoleh anggaran dari pihak manapun juga. Independensi atau
kemandirian seorang Notaris sebagai pejabat umum atas segala bentuk intervensi
(tekanan) baik dari pihak lain maupun instansi lain harus diimbangi pula dengan
konsep akuntabilitas (accountability) atau pertanggungjawaban dari Notaris itu
sendiri.
Dengan kata lain, konsep independen Notaris harus diimbangi dengan adanya

konsep akuntabilitas. Konsep Akuntabilitas mempersoalkan tentangketerbukaan
Notaris sebagai pejabat umum dalam menerima masukan dan kritik terhadap akta

Universitas Sumatera Utara

66

yang merupakan produk Notaris itu sendiri serta tanggung jawabnya terhadap pihak
terkait akta yang dibuatnya tersebut.
Tanggung jawab Notaris lahir dari adanya kewajiban dan kewenangan yang
diberikan kepadanya. Notaris bertanggung jawab terhadap kebenaran formil dari akta
yang dibuatnya, namun Notaris juga dapat bertanggung jawab atas kebenaran materiil
apabila Notaris tersebut terbukti melakukan kelalaian atau kesengajaan sehingga
menyebabkan kerugian bagi para pihak.Ruang lingkup pertanggung jawaban Notaris
meliputi kebenaran materiil atas akta yang dibuatnya. Mengenai tanggung jawab
Notaris selaku pejabat umum yang berhubungan dengan kebenaran materiil,
dibedakan menjadi empat poin, yakni78 :
1.

Tanggung jawab Notaris secara perdata terhadap kebenaran materiil terhadap
akta yang dibuatnya.

2.

Tanggung jawab Notaris secara pidana terhadap kebenaran materiil dalam akta
yang dibuatnya.

3.

Tanggung jawab Notaris berdasarkan peraturan jabatan Notaris (UUJN) terhadap
kebenaran materiil dalam akta yang dibuatnya.

4.

Tanggung jawab Notaris dalam menjalankan tugas jabatannya berdasarkan kode
etik notaris.
Tanggung jawab Notaris secara perdata terhadap kebenaran materiil terhadap

akta yang dibuatnyadapat dilihat dari konstruksi perbuatan melawan hukum yang

78

Abdul Ghofur, 2009, Lembaga Kenotariatan Indonesia: Perspektif Hukum dan Etika, UII Press,
Yogyakarta, hlm.34.

Universitas Sumatera Utara

67

dilakukan oleh Notaris. Menurut Wirjono Prodjodikoroyang dikutip oleh Wardani
Rizkianti disebutkan bahwa :
Pertanggungjawaban atas perbuatan seseorang biasanya praktis baru ada arti
apabila orang itu melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak diperbolehkan oleh
hukum. Sebagian besar perbuatan-perbuatan seperti ini merupakan suatu perbuatan
yang didalam KUH Perdata dinamakan perbuatan melawan hukum.79
Perbuatan melawan hukum diatur pada Pasal 1365 KUH Perdata yang
berbunyi sebagai berikut: “Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa
kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan
kerugian itu, mengganti kerugian tersebut”.
Orang

yang

melakukan

perbuatan

melawan

hukum

harus

dapat

dipertanggungjawabkan perbuatannya. Perbuatan melawan hukum dalam arti luas
apabila perbuatan tersebut :
a.

Melanggar hak orang lain Hukum memberikan hak kepada setiap orang, hak
yang dimaksudkan dalam hal ini adalah hak subjektif recht yang pada prinsipnya
diberikan untuk melindungi kepentingannya. Berdasarkan yurisprudensi hak-hak
yang paling penting berkenaan dengan perbuatan melawan hukum adalah hakhak pribadi seperti hak atas kebebasan, hak atas kehormatan dan nama baik dan
hak-hak kekayaan.

79

Wardani Rizkianti, 2013, Tanggung Jawab Notaris ditinjau dari aspek perdata, pidana dan UUJN,
diakses dari: http://wardanirizki.blogspot.com/2013/10/tanggung-jawab-notaris-ditinjau-dari.html, pada hari
Senin, tanggal 09 Mei 2016, pukul 11.57 WIB.

Universitas Sumatera Utara

68

b.

Bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku Kewajiban hukum merupakan
kewajiban yang diberikan berdasarkan hukum. Kewajiban ini mencakup yang
tertulis maupun tidak tertulis, kewajiban hukum bukan hanya berbuat tetapi juga
tidak berbuat sesuatu berdasarkan hukum. Apabila melakukan perbuatan atau
tidak melakukan perbuatan tersebut bertentangan dengan apayang diamanahkan
oleh hukum maka itulah yang disebut dengan bertentangan dengan kewajiban
hukum si pelaku.

c.

Bertentangan dengan kesusilaan yang baik Norma kesusilaan adalah norma yang
berlaku sesuai dengan pergaulan hidup dalam masyarakat, karena pergaulan
hidup dalam masyarakat bersifat dinamis maka tolak ukur kesusilaan juga tidak
tetap (selalu mengalami perubahan). Hal-hal yang dahulu dianggap tidak layak
saat ini dapat dianggap. layak, begitu pula hal-hal yang dianggap tidak layak saat
ini dapat pulanantinya dianggap sebagai sesuatu yang layak.

d.

Bertentangan dengan kepatutan dalam memperhatikan kepentingan diri dan harta
orang lain dalam pergaulan hidup sehari-hari. Setiap orang memiliki hak yang
sama dimata hukum, oleh karena itu sepatutnya saling menghargai dalam
menikmati hak masing-masing dalam pergaulan hidup sehari-hari. Suatu
perbuatan yang dilakukan dengan mengabaikan kepentingan orang lain
terlanggar maka dapat dikatakan telah bertentangan dengan kepatutan. Kepatutan
merupakan hal yang sangat penting diperhatikan oleh Notaris dalam membuat
atau memformulasikan suatu akta.

Universitas Sumatera Utara

69

Notaris harus menghindari membuat akta yang didalamnya lebih membela
kepentingan salah satu pihak dengan melanggar kepentingan pihak lainnya. Notaris
hanya bertanggung jawab secara formalitas terhadap suatu akta otentik yang
dibuatnya, oleh karena itu Notaris wajib bersikap netral terhadap para pihak yang
menghadap di hadapannya (client). Ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam UUJN
dapat dilihat hanya memberikan sanksi kepada pelanggaran Notaris yang bersifat
formil saja, seperti ketentuan penulisan akta dan sebagainya. Namun, ada kalanya
Notaris juga bertanggung jawab terhadap materi dari suatu akta yang dibuatnya.
Seperti pada kewenangan Notaris dalam memberikan nasihat hukum kepada para
penghadap (Pasal 15 huruf e UUJN). Apabila Notaris salah dalam memberikan
penyuluhan hukum kepada para penghadap berkaitan dengan akta yang dibuatnya
maka 109 Notaris bertanggung jawab secara perdata terhadap kebenaran materiil
terhadap akta yang dibuatnya. Tanggung jawab Notaris secara pidana terhadap
kebenaran materiil terhadap akta yang dibuatnyadapat dilihat dari adanya suatu
perbuatan pidana yang dilakukan oleh seorang Notaris.
Dalam UUJN diatur bahwa pada saat Notaris menjalankan tugas jabatannya
terbukti melakukan pelanggaran maka Notaris tersebut dapat dijatuhkan sanksi
berupa sanksi perdata, sanksi administrasi dan kode etik notaris. Sanksi-sanksi
tersebut telah diatur sedemikian rupa baik sebelum lahirnya PJN hingga sekarang
yaitu UUJN dan kode etik notaris yang didalamnya tidak mengatur mengenai sanksi
pidana. Dalam praktik ditemukan bahwa pelanggaran yang dilakukan Notaris dapat

Universitas Sumatera Utara

70

dikualifikasikan menjadi suatu perbuatan pidana. Pengkualifikasian tersebut berkaitan
dengan aspek-aspek seperti :
a.

Kepastian hari, tanggal, bulan, tahun dan pukul menghadap.

b.

Pihak (siapa-orang) yang menghadap Notaris.

c.

Tanda tangan penghadap.

d.

Salinan akta tidak sesuai dengan minuta akta.

e.

Salinan akta ada, tanpa dibuat minuta akta; dan

f.

Minuta akta tidak ditandatangani secara lengkap, tapi minuta akta dikeluarkan.
Hal-hal yang sering terjadi dalam praktik yang menyebutkan bahwa seorang

Notaris dikualifikasikan melakukan perbuatan pidana adalah antara lain:
a.

Pemalsuan surat, yaitu diatur dalam Pasal 263 ayat (1) KUHP.

b.

Pemalsuan dalam akta otentik, yaitu diatur dalam Pasal 264 ayat (1) angka 1
KUHP.

c.

Pencantuman keterangan palsu dalam akta otentik, yaitu diatur dalam Pasal 266
ayat (1) KUHP.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Kajian Yuridis Pembatalan Akta Pengikatan Jual Beli (PJB) Tanah Yang Dibuat Dihadapan Notaris

5 138 116

Analisis Yuridis Legalitas Notaris Sebagai Tersangka Atas Akta Yang Dibuatnya

8 77 152

PEMBATALAN AKTA HIBAH WASIAT YANG DIBUAT DIHADAPAN NOTARIS DAN AKIBAT HUKUMNYA.

0 0 13

KEBATALAN AKTA KUASA YANG DIBUAT DIHADAPAN NOTARIS (Studi Kasus Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 2086K/PDT/2014).

0 0 6

Kajian Yuridis Gugatan Pembatalan Akta Pemindahan dan Penyerahan Hak atas Tanah dengan Ganti Rugi yang dibuat dihadapan Notaris (Berdasarkan Putusan Mahkamah Agung Nomor 80 Pdt.G 2015 PN.Lbp)

0 0 17

Kajian Yuridis Gugatan Pembatalan Akta Pemindahan dan Penyerahan Hak atas Tanah dengan Ganti Rugi yang dibuat dihadapan Notaris (Berdasarkan Putusan Mahkamah Agung Nomor 80 Pdt.G 2015 PN.Lbp)

0 0 2

Kajian Yuridis Gugatan Pembatalan Akta Pemindahan dan Penyerahan Hak atas Tanah dengan Ganti Rugi yang dibuat dihadapan Notaris (Berdasarkan Putusan Mahkamah Agung Nomor 80 Pdt.G 2015 PN.Lbp)

0 5 23

Kajian Yuridis Gugatan Pembatalan Akta Pemindahan dan Penyerahan Hak atas Tanah dengan Ganti Rugi yang dibuat dihadapan Notaris (Berdasarkan Putusan Mahkamah Agung Nomor 80 Pdt.G 2015 PN.Lbp) Chapter III V

0 0 28

Kajian Yuridis Gugatan Pembatalan Akta Pemindahan dan Penyerahan Hak atas Tanah dengan Ganti Rugi yang dibuat dihadapan Notaris (Berdasarkan Putusan Mahkamah Agung Nomor 80 Pdt.G 2015 PN.Lbp)

0 0 4

Kajian Yuridis Gugatan Pembatalan Akta Pemindahan dan Penyerahan Hak atas Tanah dengan Ganti Rugi yang dibuat dihadapan Notaris (Berdasarkan Putusan Mahkamah Agung Nomor 80 Pdt.G 2015 PN.Lbp)

0 0 2