Perubahan Kadar Albumin dan Prealbumin Setelah Suplementasi Ekstrak Ikan Gabus Metode Freeze Dryer Pada Pasien Sepsis Chapter III VI

52

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1

Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain uji klinis acak tersamar ganda (double
blinded-randomized controlled trial), untuk menilai efektivitas suplemen ikan

gabus metode freeze dryer terhadap peningkatan kadar albumin dan prealbumin
pada pasien sepsis.

3.2

Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1 Tempat
Pengumpulan data penelitian dilakukan di RSUP H. Adam Malik

Medan.

3.2.2 Waktu
Penelitian dilaksanakan pada bulan juni 2016 atau setelah melewati
ethical clearance dari komisi etik penelitian bidang kesehatan Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara dan komisi etik penelitian Rumah
Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan, sampai dengan jumlah sampel
terpenuhi.

Universitas Sumatera Utara

53

3.3

Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi yang diikutsertakan dalam penelitian ini adalah pasien
dewasa dengan sepsis yang dirawat di RSUP H. Adam Malik.


3.3.2 Sampel
Sampel penelitian diambil dari seluruh pasien dewasa dengan
sepsis yang dirawat di RSUP H. Adam Malik yang memenuhi kriteria
inklusi dan eksklusi. Semua subjek yang datang dan memenuhi kriteria
inklusi dan eksklusi diikutsertakan dalam penelitian sampai jumlah subjek
yang diperlukan terpenuhi.

3.3.3 Perhitungan Besar Sampel
Perhitungan besar sampel minimal dengan menggunakan rumus
besar sampel untuk uji hipotesis terhadap rata-rata dua populasi dalam dua
kelompok independent. :
2

n
Z

= besar sampel

= 1,96 (adalah deviat baku pada  0,05)


Z

= 0,842 (adalah deviat baku  0,02)

S

= simpang baku, diambil dari kepustakaan sebesar 0,36

α

= derajat kemaknaan = 0,05 (95%)



= power penelitian = 0,2 (80%)

X1-X2 = Perbedaan klinis yang dianggap bermakna (clinical judgment) =
1.26-0.86 = 0.4
Dari perhitungan dengan rumus diatas, maka diperoleh besar

sampel: n1=17 n2=17 Dengan mempertimbangkan kriteria putus uji 10 %
maka n1=19 n2=19 ,sehingga keseluruhan sampel berjumlah 38 orang.

Universitas Sumatera Utara

54

3.3.4 Teknik Pengambilan Sampel
a. Sampel yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dibagi secara
random menjadi 2 kelompok intervensi (perlakuan),
b. Randomisasi dilakukan dengan cara randomisasi blok oleh relawan yang
telah dilatih, selanjutnya disebut relawan pertama. Kelompok perlakuan
dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok A dan kelompok B.. Jumlah
kombinasi sekuens adalah 2 dapat dilihat di lembar lampiran . Dengan mata
tertutup jatuhkan pena di atas tabel random. Ambil angka dua digit, angka
yang ditunjuk oleh pena tadi merupakan nomor awal untuk menentukan
sekuens. Kemudian pilihlah angka ke bawah dari angka pertama tadi sampai
diperoleh jumlah sekuens yang sesuai dengan besarnya sampel. Kemudian
sekuens yang diperoleh disusun secara berurutan sesuai dengan nomor
amplop. Selain itu relawan pertama bertugas melakukan pengemasan ulang

obat kedalam plastik klip obat yang telah disediakan.
c. Kemudian relawan kedua yang sudah dilatih mengenai prosedur penelitian
akan mengambil amplop untuk menentukan intervensi apa yang akan
dilakukan dan menyiapkan obat.

3.4

Kriteria Inklusi dan Eksklusi

3.4.1 Kriteria Inklusi
a.

Pasien dewasa sepsis dengan skor C SOFA < 6

b.

Kadar albumin dibawah 3,5 g/dl.

3.4.2 Kriteria Eksklusi
a.


Pasien / keluarga pasien tidak bersedia

b.

Pasien dengan kontra indikasi diet oral dan enteral, seperti
perdarahan saluran cerna, obtruksi usus, ruptur esofagus,
gastroparesis, kolitis iskemik, pankreatitis akut

c.

Pasien dengan penyakit hati

d.

Pasien dengan penyakit ginjal

Universitas Sumatera Utara

55


e.

Pasien dengan luka bakar

f.

Pasien telah mendapatkan terapi human albumin

g.

Kehamilan

3.4.3 Kriteria drop out
a.

Pasien tidak dapat dinilai





Pasien meninggal dunia selama intervensi dan observasi.



mundur dari penelitian/penarikan informed consent



b.

3.5

Pasien dalam masa intervensi dan observasi menyatakan

Pasien pindah ke rumah sakit luar.
Pasien tidak patuh terhadap protokol

Pasien mengalami reaksi alergi terhadap bahan perlakuan.


Informed Consent

Setelah mendapat persetujuan dari komite etik penelitian bidang
kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dan RSUP H.
Adam Malik Medan, keluarga pasien mendapatkan penjelasan tentang
prosedur yang akan dijalani serta menyatakan secara tertulis kesediaannya
pada lembar informed consent.

3.6

Cara Kerja
1.

Penelitian ini dilakukan setelah mendapat informed consent dan
disetujui oleh komisi etik penelitian bidang kesehatan Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2.

Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data pasien sepsis

yang dirawat di RSHAM sejak mei 2016 dan diamati secara
prospektif.

3.

Pasien sepsis mendapat perawatan dan pengobatan yang sama, sesuai
dengan pedoman praktik klinis RSUP HAM.

4.

Semua sampel dilakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang.

Universitas Sumatera Utara

56

5.

Sampel dibagi secara random menjadi dua kelompok yaitu kelompok

ikan gabus metode freeze dryer dan Kontrol. Kedua kelompok
mendapatkan diet dengan asupan nutrisi enteral kalori non protein 30
kkal/KgBB dan protein 1 gram /KgBB dari instalasi gizi. Selain itu
masing sampel akan mendapatkan prokinetik. Jenis prokinetik yang
digunakan adalah Metokloramid 10 mg setiap 12 jam secara intravena.
Kelompok ikan gabus metode freeze dryer sebanyak 20 pasien diberi
suplemen ikan gabus 2 kali 1 bungkus per hari selama 3 hari.
Sedangkan kelompok kontrol diberi plasebo 20 pasien diberi 2 kali 1
bungkus per hari selama 3 hari.

6.

Pemeriksaan kadar albumin dan prealbumin terhadap kedua kelompok
dilakukan setelah 6 kali pemberian suplemen ikan gabus dan kontrol.

7.

Pemeriksaan

meliputi

vital

sign

penderita

dan

pemeriksaan

laboratorium untuk mengetahui kadar albumin serum.
8.

Selama pasien menerima perlakuan dinilai toleransi terhadap nutrisi
enteral dan reaksi alergi yang mungkin terjadi. Toleransi dinilai
apakah pasien toleran atau intoleran. Toleran artinya saluran cerna
pasien dapat menyerap nutrisi yang diberikan dengan baik. Intoleran
dinilai volume residu enteral dari selang nasogastrik (NGT). Penilaian
dilakukan setiap 6 jam dengan cara aspirasi selang nasogastrik dengan
menggunakan spuit 50 ml dan mengukur volume residu enteral.
Volume residu dicatat dilembar observasi pasien

9.

Pemantauan efek samping yang mungkin timbul akibat pemberian
suplemen ikan gabus seperti reaksi terhadap saluran cerna, pusing, dan
reaksi alergi.

Universitas Sumatera Utara

57

3.7

Kerangka Kerja

POPULASI
INKLUSI

EKSKLUSI
SAMPEL

RANDOMISASI

Diet kalori non protein 30 Kcal/kgBB
+ protein 1 gr/kgBB +
Metoklopramid 10 mg/12 jam

Diet kalori non protein 30 Kcal/kgBB
+ protein 1 gr/kgBB +
Metoklopramid 10 mg/12 jam

KADAR ALBUMIN
KADAR PREALBUMIN

PLASEBO
2X1

T0

SUPLEMEN IKAN GABUS
METODE FREEZY DRYER 2X1

Periksa ulang pada T 3

KADAR ALBUMIN
KADAR PREALBUMIN

ANALISA DATA

Gambar 3.1 Kerangka kerja

3.8

Alat dan Bahan Penelitian

3.8.1 Alat
a.

Lembar observasi pasien

b.

Termometer dengan nama dagang omron®

c.

Stethoscope dengan nama dagang littman®

d.

Pengukur panjang badan

e.

Alat tulis

f.

Amplop

g.

Spuit 50 ml

h.

Plastik klip Obat

i.

Timbangan digital dengan nama dagang SF400®

Universitas Sumatera Utara

58

3.8.2 Bahan
a.

Suplemen ikan gabus metode freeze dryer
Dengan nama dagang Vipalbumin plus yang diproduksi oleh PT.
Royal Medicalink Pharmalab

b.

Plasebo
Terbuat dari gula laktosa

c.

3.9

Metoklopramid

Kerangka Konsep Penelitian

SUPLEMEN IKAN GABUS
METODE FREEZE DRYER

KADAR SERUM ALBUMIN
KADAR SERUM PREALBUMIN

PLASEBO

Variabel bebas
Variabel tergantung

Gambar 3.2 Kerangka konsep Penelitian

3.10 Identifikasi Variabel

3.10.1 Variabel bebas
a.

Pemberian suplemen ikan gabus metode freeze dryer

b.

Plasebo

3.10.2 Variabel tergantung
a.

Kadar albumin

b.

Kadar prealbumin

Universitas Sumatera Utara

59

3.11 Definisi Operasional

a.

Kadar albumin adalah jumlah albumin didalam serum darah dengan
satuan gr/dl. Sampel darah diambil dari vena sebanyak 3 ml.
Pengambilan sampel dilakukan dua kali, sebelum perlakuan dan
setelah 3 hari perlakuan. Nilai normal albumin didalam plasma 3.54.5 gr/dL. Dikatakan hipoalbuminemia jika kadar albumin plasma <
3,5 gr /dL..
Alat ukur

: ABX Pentra 400 metode kolorimetri

Skala pengukuran

: Skala rasio dan skala interval
Defisiensi albumin ringan 2.8-3.5 gr/dL,
Defisiensi albumin sedang 2.1-2.7 gr/dL,
Defisiensi albumin berat < 2.1 gr/dL

b.

Kadar prealbumin adalah jumlah prealbumin didalam serum darah
dengan satuan mg/dl. Sampel darah diambil dari vena sebanyak 3
ml. Pengambilan sampel dilakukan dua kali, sebelum perlakuan dan
setelah 3 hari perlakuan. Nilai normal prealbumin didalam plasma
15-40 mg/dL.
Alat ukur

: Minineph metode nepehelometri

Skala pengukuran

: Skala rasio dan skala interval
Defisiensi prealbumin ringan 10-15 mg/dL
Defisiensi prealbumin sedang 10-5 mg/dL
Defisiensi prealbumin berat < 5 mg/dL

c.

Suplemen adalah zat tambahan yang digunakan untuk meningkatkan
kadar albumin dalam darah pada penderita hipoalbuminemia.
Suplemen albumin yang digunakan :


Ikan gabus metode freeze dryer adalah ekstraksi ikan gabus
dalam bentuk granul berukuran nano yang dibuat dengan
teknologi freeze dryer. Pada studi ini preparat ekstrak ikan
gabus yang digunakan diproduksi oleh PT. Royal Medicalink
Pharmalab dengan nama dagang VipAlbumin plus. Sediaan
dalam bentuk partikel nano berwarna putih dan dikemas dengan

Universitas Sumatera Utara

60

sachet. 1 sachet VipAlbumin plus setara dengan 5 gr ekstrak
ikan gabus. No batch : S261015907. Kadaluarsa bulan oktober
2017. Dosis yang digunakan 2x1(5gr) sachet selama 3 hari.
Dikemas ulang dengan plastik klip berwarna biru. Cara pakai


dilarutkan dengan 50 ml air.
Plasebo adalah zat atau obat tidak aktif yang tidak mempunyai
efek dalam pengobatan. Plasebo yang digunakan adalah laktosa
dalam bentuk serbuk granul berwarna putih. Dikemas dalam
plastik klip berwarna biru seberat 5gr. Dosis 2x1 selama 3 hari.
Cara pakai dengan dilarutkan dengan 50 ml air.

Alat ukur

: Randomisasi

Skala pengukuran

: Skala nominal (0: ekstrak ikan gabus , 1:
Plasebo)

d.

Pasien dewasa dengan sepsis adalah pasien dengan umur 18-60
tahun dengan diagnosa sepsis berdasarkan dengan kriteria qSOFA.
Terdapat 2 dari 3 kriteria qSOFA, diantaranya hipotensi, penurunan
kesadaran, dan peningkatan laju nafas. Dengan tujuan homogenitas
sampel, ditentukan pasie sepsis dengan skor SOFA 0,05 setelah
dianalisa dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk.

Universitas Sumatera Utara

61

c. Membandingkan beda nilai rata-rata antara 2 kelompok dilakukan
dengan uji statistik T-test jika data terdistribusi normal dan MannWhitney jika data tidak terdistribusi normal.
d. Untuk mengetahui perbedaan rerata sebelum dan sesudah perlakuan
menggunakan uji t-test berpasangan jika data terdistribusi normal
dan menggunakan uji wilcoxon bila data tidak terdistribusi normal.
e. Uji korelasi dengan menggunakan uji Pearson bila data terdistribusi
normal dan jika data tidak terdistribusi normal digunakan uji
spearman.
f. Batas kemaknaan yang diambil p0,05).

4.3 Rerata Kadar Albumin dan Prealbumin antara Kelompok A dan B
Setelah Perlakuan
Tabel 4.3

Rerata Kadar Albumin dan Prealbumin antara Kelompok A
dan B Setelah Perlakuan

Albumin T3, rerata (SB), mg/dl
Prealbumin T3, rerata (SB), mg/dl
a

Kelompok A

Kelompok B

p

2,94 (0,39)
20,63 (6,72)

2,24 (0,47)
9,05 (2,59)