TAP.COM - 121 RAHMAWATI INTERAKSI EKSTRAK DAUN LIDAH BUAYA (ALOE ... 5235 10431 1 PB

Jurnal EduBio Tropika, Volume 2, Nomor 1, April 2014, hlm. 121-186

Rahmawati
Prodi Pendidikan Biologi FKIP Almuslim, Bireuen, Aceh
Korespondensi: rahmabio@ymail.com

INTERAKSI EKSTRAK DAUN LIDAH BUAYA (Aloe vera L.) DAN DAUN SIRIH
(Piper betle L.) TERHADAP DAYA HAMBAT Stapylococcus aureus SECARA IN VITRO
ABSTRAK: Penelitian bertujuan untuk mengetahui interaksi antara konsentrasi dan jenis ekstrak daun
lidah buaya dan daun sirih terhadap daya hambat Staphylococcus aureus. Penelitian menggunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dan tiga ulangan. Parameter yang diamati adalah diameter
daya hambat yang terbentuk dan karakteristik diameter daya hambat. Data dianalisis menggunakan
Analisis Varian dan dilanjutkan dengan uji Duncan. Hasil penelitian menunjukkan ada interaksi antar
konsentrasi dan jenis ekstrak daun lidah buaya dan daun sirih terhadap daya hambat Staphylococcus
aureus. Semakin tinggi konsentrasi interaksi yang diberikan semakin besar daya hambat yang
terbentuk. Diameter daya hambat terbesar terdapat pada perlakuan A3P3 yaitu 25 mm pada
Staphylococcus aureus.
Kata Kunci: Aloe vera L., Piper betle L., Staphylococcus aureus

INTERACTION EXSTRACT Aloe vera LEAF AND Piper bettle LEAVES TO
THE INHIBITION OF Staphylococcus aureus BY IN VITRO

ABSTRACT: The study aims to determine the interaction between concentration and type of leaf Aloe
vera L extract to inhibition Staphylococcus aureus. The research method was experimental method.
The antibacterial activity assays performed using the diffusion method. The research used Randomized
Completely Design (RCD) factorial and three replications. Variables measured were diameter of
inhibition formed and color characteristics diameter inhibition. Data were analyzed using analysis of
varian, followed by Duncan's test. The results showed there are interaction between the concentration
and type ofextract Aloe veraL. Leaf and Piper betel Lleavestothe inhibition of Staphylococcus aureus.
The greater concentration of extract, the greater inhibition zone made. Interaction of extract had
different capacities to inhibit Staphylococcus aureus. The largest diameter of the inhibition contained in
A3P3 treatment that was 25 mm on Staphylococcus aureus.
Keywords: Aloe vera L., Piper betle L., Staphylococcus aureus

PENDAHULUAN
Penggunaan senyawa tanaman untuk mengobati penyakit merupakan praktek kuno di sebagian besar dunia, terutama di negara-negara berkembang. Menurut Worid Health Organization
(WHO) 80% penduduk dunia masih menggunakan
tanaman obat untuk pemeliharaan kesehatan
(Sheikh et al., 2012). Indonesia sebagai negara
yang berada di daerah tropis mempunyai keanekaragaman hayati yang sangat besar sehingga kaya
akan bahan baku obat. Obat tradisional yang berisi
ramuan bahan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan

telah lama dikenal oleh masyarakat Indonesia secara turun temurun (Depkes, 2000).
Dewasa ini perkembangan pengobatan telah
mengarah kembali ke alam karena obat tradisional

telah terbukti lebih aman dan tidak menimbulkan
efek samping seperti halnya obat-obat sintesis (kimia). Tanaman berkhasiat obat mudah didapat-kan
dan lebih ekonomis. Hal ini sesuai dengan Kuntorini (2005) yang menyatakan bahwa melonjaknya harga obat sintetis dan efek sampingnya bagi
kesehatan meningkatkan kembali penggunaan obat
tradisional oleh masyarakat dalam memanfaatkan
sumberdaya alam yang ada di sekitar.
Pengobatan dengan menggunakan bahan alami bertujuan mencari antimikroba baru untuk mengurangi resistensi terhadap antibiotik. Moghaddam et al. (2010) menyatakan resistensi multiobat
merupakan masalah medis yang dihadapi di seluruh dunia. Untuk mengatasinya diperlukan anti mi-

121

122

Rahmawati

kroba baru dari sumber daya alam. Kuete et al.

(2011) menyebutkan, antimikroba alami dapat berasal dari tumbuhan, hewan, atau mikroorganisme.
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) tanaman
obat akan menjadi sumber terbaik untuk berbagai
obat. Sheikh et al. (2012) menyatakan ekstrak tumbuh-tumbuhan mempuyai peran pen-ting terhadap
penghambatan kuman patogen. Penggunaan ekstrak tanaman dengan sifat antimikroba sangat penting dalam penyembuhan penyakit.
Salah satu tanaman yang bermanfaat sebagai obat yang digunakan secara turun-menurun untuk menyembuhkan luka yaitu sirih (Piper betle
L.). Daun sirih digunakan sebagai obat batuk, obat
cacing, dan antiseptik pada luka (Priyono, 2009).
Pemanfaatan sirih dalam pengobatan tradisional
disebabkan adanya sejumlah zat kimia atau alami
yang mempunyai aktivitas antimikroba. Menurut
Suliantari et al. (2008) ekstrak sirih hijau mampu
membunuh bakteri Staphylococcus aureus dan karena di dalamnya terkandung bahan kimia yang
mempunyai aktivitas anti bakteri yaitu: minyak atsiri, tanin, flavonoid, dan saponin.
Lidah buaya (Aloe vera L.) juga merupakan
tanaman yang telah lama digunakan untuk pengobatan. Secara tradisional lidah buaya telah digunakan sebagai obat secara tersendiri atau dicampur
dengan bahan lain. Masyarakat menggunakan lidah buaya untuk mengobati bisul, borok, dan infeksi kulit lainnya. Berdasarkan penelitian sebelumnya, ekstrak daun lidah buaya mampu menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus secara invitro (Rahmawati, 2007). Sulistiyawati (2011) melaporkan bahwa kandungan saponin dan anthaquinone merupakan bahan dasar obat
yang bersifat sebagai antibiotik dan penghilang rasa sakit. Menurut Thirupphati et al. (2010) daun lidah buaya mengandung Anthroquinone yang merupakan senyawa fenolik dan ditemukan dalam getah. Senyawa ini berperan sebagai pencahar, agen
antimikroba dan memiliki efek analgesik yang kuat. Lidah buaya juga memiliki anti infla-masi dan
anti bakteri dan membantu penyembuhan luka jaringan nekrotik.

Penyembuhan infeksi yang disebabkan lebih dari satu jenis mikroorganisme biasanya menggunakan kombinasi antimikroba. Hal ini sesuai
dengan Otieno et al. (2008) ekstrak beberapa tanaman yang disatukan memiliki daya hambat antibakteri lebih besar dibandingkan dengan ekstrak
tanaman tunggal. Untuk mengetahui aktifitas antimikroba diuji pada media pembenihan lalu diamati dan diukur daya hambat yang terbentuk. Daya
hambat yang terbentuk dari ekstrak yang berasal

dari bahan alam biasanya berwarna, tidak sejernih
zona hambat yang dibentuk oleh antibiotik. Hal ini
disebabkan oleh komponen aktif yang terdapat di
dalam ekstrak.
Penyakit atau infeksi pada kulit umumnya
disebabkan oleh Staphylococcus aureus (Schelegel, 1994). Bakteri ini dapat masuk kedalam kulit
melalui folikel rambut, kelenjar sebasea, luka, atau
lecet pada kulit (Gupte, 1990). Staphylococcus
aureus merupakan penyebab terjadinya berbagai
infeksi epidermal dan subkutan seperti piogenik,
lesi supuratif, bisul, infeksi pneumonia dan luka
(Otieno et al., 2008). Berdasarkan data WHO tahun 2008 lebih dari 9.500.000 orang meninggal setiap tahunnya disebabkan oleh penyakit infeksi
(Mathers et al., 2008).
Berdasarkan uraian tersebut maka dilakukan
penelitian interaksi ekstrak daun lidah buaya (Aloe

vera L.) dan daun sirih (Piper betle L.) terhadap
daya hambat bakteri Staphylococcu aures secara in
vitro.
METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium
Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Syiah Kuala Banda Aceh. Pembuatan
ekstrak dilakukan di Laboratorium Kimia Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Syiah
Kuala. Isolat bakteri Staphylococcus aureus berasal dari Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala.
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan yaitu: autoklaf, oven, lemari pendingin, inkubator, laminar air flow,
timbangan analitik, rotary evaporator, spektrofotometer, kuvet, jangka sorong, kapas, lidi steril, alumunium foil, filter kaca, tabung erlenmeyer, cawan
petri berukuran sedang, tabung reaksi, rak tabung
reaksi, pipet volum, mikropipet, pinset, spatula,
lampu bunsen, ose, dan alat-alat tulis.
Bahan-bahan yang digunakan adalah: isolat
bakteri Staphylococcus aureus, daun lidah buaya,
daun sirih, Natrium Clorida (NaCl) 0,9%, media

Nutrien Agar (NA), media Mueller Hinton Agar
(MHA), Natrium Broutd (NB), akuades, etanol,
kertas cakram kosong yang berdiameter 0,5 cm.
Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dan setiap perlakuan
terdiri dari 3 kali ulangan seperti yang terlihat pada
tabel 1.

Interaksi Ekstrak Daun Lidah Buaya (Aloe vera L.) dan Sirih (Piper betle L.)
Tabel 1. Rancangan Acak Lengkap

P

P0

P1

P2

P3


A0

P0A0

P1A0

P2A0

P3A0

A1

P0A1

P1A1

P2A1

P3A1


A2

P0A2

P1A2

P2A2

P3A2

A3

P0A3

P1A3

P2A3

P3A3


A

Keterangan :
A0 : blank disk/ cakram tanpa pemberian ekstrak Aloe
vera L.
A1 : ekstrak Aloe vera L. dengan konsentrasi 25%
A2 : ekstrak Aloe vera L. dengan konsentrasi 50%
A3 : ekstrak Aloe vera L. dengan konsentrasi 75%
P0 : blank disk/cakram tanpa pemberian ekstrak
Piper betle L.
P1 : ekstrak Piper betle L. dengan konsentrasi 25%
P2 : ekstrak Piper betle L. dengan konsentrasi 50%
P3 : ekstrak Piper betle L. dengan konsentrasi 75%

Prosedur Kerja
Sterilisasi alat dan bahan
Semua alat yang terbuat dari kaca dicuci,
dikeringkan lalu dibungkus dengan kertas. Strerilisasi alat dilakukan dengan oven pada suhu 1700C
selama ± 2 jam, sedangkan ose dan pinset disterilkan dengan pemijaran dan didinginkan sebelum

digunakan. Media NA, NB, dan MHA dimasukkan
kedalam tabung erlenmayer, ditutup dengan kapas
dibalut dengan kasa dan diatasnya ditutup dengan
alumanium foil. Media disterilisasikan dalam autoclaf pada suhu 121 OC selama 15 menit.
Pembuatan media
media nutrien agar (NA)
Serbuk media NA ditimbang sebanyak 5 g
dan dimasukan ke dalam gelas kimia 500 ml kemudian ditambahkan akuades sebanyak 250 ml.
Selanjutnya media dipanaskan hingga larut. Kemudian media disterilkan dalam autoklaf pada suhu
1210C selama 15 menit.
media mueller hinton agar (MHA)
Serbuk media MHA ditimbang sebanyak
17g dan dimasukkan ke dalam gelas kimia 500 ml,
kemudian ditambahkan akuades sebanyak 500 ml.
Selanjutnya media disterilakan dalam autoklaf
pada suhu 1210C selama 15 menit.
Penyiapan isolat bakteri
Isolat bakteri Staphylococcus aureus yang
diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala, diinokulasikan ke dalam media (NB) kemudian diinkubasi


123

dalam inkubator pada suhu 370C selama 24 jam.
Penyiapan bakteri uji
Bakteri Staphylococcus aureus yang berumur 24 jam diinokulasikan dengan menggoreskan
ke media NA lalu diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam.
Penyiapan inokulum bakteri dengan spektrofotometer
Stock kultur bakteri Staphylococcus aureus
yang telah tumbuh diambil menggunakan jarum
ose steril lalu disuspensikan ke dalam tabung reaksi yang berisi 5 ml larutan NaCl 0,9%, selanjutnya
suspensi tersebut dihomogenkan dengan vortex
selama 15 detik lalu dituangkan ke dalam kuvet
menggunakan mikropipet sebanyak 750 µl. Kuvet
dimasukkan ke dalam spektofotometer pada panjang gelombang 625 nm dan absorbansi 0,08 s.d.
0,1 untuk mendapatkan standar bakteri 1-2 x 10 8
CFU/ml, jika suspensi kurang maka ditambahkan
bakteri dan jika lebih ditambahkan Nacl 0,9%
(Hudzicki, 2010).
Pembuatan ekstrak daun lidah buaya dan
daun sirih
Daun lidah buaya diperoleh dari Desa Doy
Kecamatan Ulee Kareng, sedangkan daun sirih diperoleh dari Desa Ie Masen Kayee Adang Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh. Kedua daun dicuci bersih kemudian dipotong kecil-kecil dan dikering anginkan selama 3 hari. Selanjutnya kedua
daun ditimbang masing-masing 100 g dan di masukkan ke dalam tabung erlenmeyer dan dimaserasi dengan 1000 ml etanol selama 24 jam. Kemudian masing-masing campuran etanol tersebut disaring untuk memisahkan filtrat dengan residu.
Masing-masing filtrat yang diperoleh masih mengandung pelarut sehingga harus dipekatkan dengan rotary evaporator pada suhu 450C. Hasil pemekatan ini disebut ekstrak (Harbone, 1987). Selanjutnya masing-masing ekstrak diencerkan dalam
berbagai konsentrasi yaitu: 25%, 50%, dan 75%.
Selanjutnya kedua ekstrak disatukan sesuai dengan
konsentrasi perlakuan sehingga diperoleh larutan
uji.
Pengujian ekstrak daun lidah buaya dan
daun sirih
Pengujian dilakukan dengan metode difusi
agar menggunakan blank disc (Bauer et al., dalam
Britto, 2011). Media yang digunakan adalah MHA
steril yang telah dituangkan ke dalam cawan petri.
Suspensi bakteri Staphylococcus aureus yang telah
sesuai standar kekeruhan spektofotometer diswab
menggunakan kapas lidi steril. Kapas lidi steril ditekan dan diputar pada sisi tabung di atas batas
cairan untuk menghilangkan kelebihan inokulum.

124

Rahmawati

Inokulum digoreskan keseluruh permukaan media
sebanyak tiga kali dengan memutar cawan 600C
setiap goresan. Cawan dibiarkan terbuka sedikit
selama 3 s.d. 5 menit pada suhu kamar agar permukaannya kering. Kemudian diletakkan blank
disc di atas media dan ditetesi kombinasi ekstrak
sesuai konsentrasi perlakuan dengan menggunakan
mikropipet sebanyak 20 µl. Media diinkubasi pada
suhu 370C selama 24 jam lalu diamati dan diukur
zona hambat yang terbentuk.
Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan Analisis Varian (ANAVA). Apabila terdapat pengaruh pada perlakuan maka dilanjutkan
dengan uji Duncan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Daya Hambat Ekstrak
Hasil uji antibakteri ekstrak daun lidah buaya, daun sirih, dan kombinasi antara kedua ekstrak
membentuk daya hambat pada media pertumbuhan
yaitu media MHA. Berdasarkan Analisis Varian
ekstrak daun lidah buaya dan daun sirih menunjukkan adanya pengaruh yang nyata terhadap daya
hambat Staphyloccoccus aureus. Selain itu terdapat juga interaksi antar kedua ekstrak terhadap daya hambat bakteri. Adanya perbedaan yang nyata
maka dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan pada taraf 0,05 untuk melihat perbedaan pada
setiap perlakuan seperti terlihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Pengaruh ekstrak daun lidah buaya dan daun
sirih terhadap rerata daya hambat Staphylococcus aureus (mm).

Keterangan:
Superskrip huruf yang sama tidak memperlihatkan perbedaan yang nyata.

A0 : blank disk/ cakram tanpa pemberian ekstrak
Aloe vera L.
A1 : ekstrak Aloe vera L. dengan konsentrasi 25%
A2 : ekstrak Aloe vera L. dengan konsentrasi 50%
A3 : ekstrak Aloe vera L. dengan konsentrasi 75%
P0 : blank disk/ cakram tanpa pemberian ekstrak
Piper betle L.
P1 : ekstrak Piper betle L. dengan konsentrasi 25%
P2 : ekstrak Piper betle L. dengan konsentrasi 50%
P3 : ekstrak Piper betle L. dengan konsentrasi 75%

Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa setiap perlakuan ekstrak daun lidah buaya, daun sirih, dan
kombinasi kedua ekstrak menunjukkan hasil yang
berbeda terhadap daya hambat Staphylococcus
aureus. Pemberian ekstrak daun lidah buaya tunggal pada setiap perlakuan menghasilkan daya hambat lebih besar dari pada pemberian ektrak daun
sirih tunggal. Pemberian ekstrak daun lidah buaya
tunggal menghasilkan daya hambat lebih besar,
tetapi tidak berpengaruh nyata dengan pemberian
ekstrak daun sirih tunggal pada setiap perlakuan.
Ekstrak daun lidah buaya dan daun sirih berpengaruh terhadap daya hambat bakteri Staphylococcus
aureus. Selain itu juga terdapat interaksi antara
kedua ekstrak terhadap daya hambat bakteri tersebut.
Ekstrak daun lidah buaya mampu menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus
karena mempunyai kandungan bioaktif yang berfungsi sebagai bahan antibakteri. Menurut Saeed et
al. (2004) kandungan antraquinon dan saponin
daun lidah buaya bersifat bakteriosida. Penelitian
Pandey dan Avinash (2010) ekstrak daun lidah
buaya mampu menghambat bakteri Gram positif
Enterococcus bovis, Staphylococcus aureus, dan
menghambat bakteri Gram negatif Pseudomonas
aeruginosa, Morganella morganii, Proteus mirabilis, dan Proteus vulgaris.
Dari hasil penelitian diketahuai bahwa daun
sirih mampu menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus. Suliantari et al. (2008) kandungan
minyak atsiri, flavonoid, saponin, dan tanin berfungsi sebagai antibakteri. Priyono (2009) melaporkan bahwa senyawa kimia dan aktivitas antibakteri sirih asal Papua mampu menghambat bakteri Gram positif (Staphylococcus aureus, Bacillus
subtilis, dan Lysteria monocytogenes) dan Gram
negatif (Salmonella typhimurium, Escheria coli,
dan Pseudomonas psedomallaei).
Ekstrak tunggal lidah buaya dan ekstrak
tunggal daun sirih memiliki daya hambat yang lebih kecil terhadap bakteri jika dibandingkan dengan kombinasi ke dua ekstrak. Hal ini dapat dikata-

Interaksi Ekstrak Daun Lidah Buaya (Aloe vera L.) dan Sirih (Piper betle L.)

kan bahwa adanya interaksi yang sinergis pada
perlakuan kombinasi ekstrak. Nugroho (2003) menyatakan bahwa interaksi pemberian kombinasi
ekstrak meniran dan ekstrak sirih dalam menurunkan viabilitas sel tumor bersifat sinergis. Menurut Jawezt et al. (2002) bila dua agen antimikroba
bekerja secara bersamaan pada populasi mikroba
yang homogen maka efeknya dapat berupa sinergisme, artinya kerja kombinasi secara nyata lebih
besar daripada jumlah kedua efek.
Selain pengaruh terdapat interaksi antara
ekstrak daun lidah buaya dan daun sirih terhadapa
bakteri. konsentrasi ekstrak daun lidah buaya dan
daun sirih dari berbagai perlakuan menyebabkan
variasi pada panjang diameter daya hambat yang
terbentuk. Interaksi konsentrasi ekstrak lidah buaya dan sirih terhadap diameter daya hambat Staphylococcus aureus dapat dilihat pada Gambar 1.
30
25

21
20

20,3
18,67

20
15

14,33
13,33
11,67

10

25
23
20,33

24,67

24

12,67

10,67

9

P0

Gambar 1.

0

PI

P2

A1
A2
A3

5
0

A0

P3

Grafik interaksi ekstrak daun lidah buaya dan
daun sirih terhadap Staphylococcus aureus.

Keterangan:
A0 : blank disk/ cakram tanpa pemberian ekstrak
Aloe vera L.
A1 : ekstrak Aloe vera L. dengan konsentrasi 25%
A2 : ekstrak Aloe vera L. dengan konsentrasi 50%
A3 : ekstrak Aloe vera L. dengan konsentrasi 75%
P0 : blank disk/cakram tanpa pemberian ekstrak
Piper betle L.
P1 : ekstrak Piper betle L. dengan konsentrasi 25%
P2 : ekstrak Piper betle L. dengan konsentrasi 50%
P3 : ekstrak Piper betle L. dengan konsentrasi 75%

Berdasarkan Gambar 1. terdapat pengaruh
nyata dan interaksi ekstrak daun lidah buaya dan
sirih dalam menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus sehingga menyebabkan perbedaaan
besar diameter daya hambat. Interaksi yang terbentuk yaitu interaksi positif. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun lidah buaya pada ekstrak daun

125

sirih maka semakin besar daya hambat yang terbentuk, begitu juga sebaliknya.
Pada Staphylococcus aureus diameter daya
hambat terkecil terdapat pada perlakuan A0P1 sebesar 9 mm yaitu kombinasi konsentrasi ekstrak lidah buaya 0% dan konsentrasi ekstrak sirih 25%.
Daya hambat paling besar terdapat pada perlakuan
A3P3 yaitu interaksi ekstrak lidah buaya 75% dan
sirih 75% untuk Staphylococcus aureus dan Pseudomonasa aeruginasa yaitu 25 mm.
Semakin besar konsentrasi interaksi ekstrak
yang diberikan maka semakin besar pula diameter
daya hambat yang terbentuk terhadap kedua
bakteri, karena semakin banyak komponen bioaktif
yang terkandung didalam ekstrak. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Brooks et al. (2007) bahwa
efektivitas suatu zat antimikroba dipengaruhi oleh
konsentrasi zat yang diberikan. Meningkatnya
konsentrasi ekstrak mengakibatkan tingginya kandungan bahan aktif yang berfungsi sebagai antimikroba sehingga kemampuan untuk menghambat
pertumbuhan mikroba juga semakin besar. Kemampuan suatu bahan antimikroba dalam menghambat pertumbuhan mikroorganisme tergantung
pada konsentrasi bahan antimikroba itu (Schelegel,
1994). Menurut Ajizah (2004), selain faktor konsentrasi, jenis bahan antimikroba juga menentukan
kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri.
Lidah buaya mampu menghambat partumbuhan bakteri Staphylococcus aureus karena kandungan komponen aktif didalamnya. Saeed et al.
(2004) menyatakan bahwa antrakuinon berfungsi
sebagai antibakteri. Anthroquinone adalah senyawa fenolik yang ditemukan dalam getah (Thiruppathi et al., 2010). Antrakuinon yang terdapat pada
lidah buaya bekerja seperti tetrasiklin yaitu menghambat sintesis protein bakteri sehingga bakteri
tidak dapat tumbuh pada media yang mengandung
ekstrak lidah buaya (Pandey, dan Avinash 2010).
Kandungan saponin lidah buaya juga bersifat antibakteri (Sulistiyawati, 2011). Saponin adalah jenis
glikosida berfungsi sebagai pembersih dan memiliki sifat antimikroba terdapat 3% dalam gel lidah
buaya (Saeed et al., 2004). Saponin bekerja sebagai antibakteri dengan mengganggu stabilitas
membran sel sehingga menyebabkan sel bakteri
lisis, yang mengakibatkan kerusakan membran sel
dan menyebabkan keluarnya berbagai komponen
penting dari dalam sel bakteri (Ganiswarna, 1995
dalam Darsana et al., 2012).
Daun sirih telah lama digunakan untuk pengobatan secara tradisional karena mempunyai
daya antibakteri yang disebabkan oleh berbagai zat
yang dikandung didalamnya. Didalam daun sirih

126

Rahmawati

terdapat minyak atsiri, flavonoid, saponin, dan
tanin yang berfungsi sebagai antibakteri (Suliantari
et al., 2008). Menurut Mursito (2002) saponin dan
tanin bersifat antiseptik pada luka permukaan,
bekerja sebagai bakteriostatik yang biasanya digunakan pada infeksi kulit, mukosa dan infeksi pada
luka. Kemampuan tanin sebagai bahan antimikroba diduga karena tanin akan berikatan dengan dinding sel bakteri sehingga akan menginaktifkan kemampuan menempel bakteri, menghambat pertumbuhan, dan aktivitas enzim protease (Cowan,
1999 dalam Suliantari et al., 2008).
Telah dilaporkan minyak atsiri yang dikandung didalam daun sirih berperan sebagai aktivitas
antibakteri dan antiseptik. Aktifitas tersebut disebabkan oleh adanya kandungan fenol bermelekul
rendah. Chavikol sebagai komponen kimia utama
pada minyak atsiri sirih menyebabkan bau khas
pada sirih dan bersifat antibakteri kuat yaitu 5 kali
dari fenol (Heyne, K. 1987 dalam Priyono, 2008).
Fenol dapat bersifat racun bagi mikroba yaitu dengan menghambat aktivasi enzim. Minyak atsiri
dapat menghambat pertumbuhan atau mematikan
bakteri dengan mengganggu proses terbentuknya
membran atau dinding sel sehingga membran atau
dinding sel tidak terbentuk atau terbentuk tidak
sempurna. Flavonoid dapat berfungsi sebagai baDAFTAR RUJUKAN
Ajizah, A. 2004. Sensivitas Salmonelle thypium
Terhadap Ekstrak Daun Pisidium guajava L.
Bioscientiae. Vol 1(1): 31-38.
Britto, A.J.D., D. Herin S.G., & Steena R.S. 2011.
Antibacterial activity of few medicinal
plants against Xanthomonas campetris and
Aeromonas hydrophila. Journal of Biopesticides, 4 (1): 57-60.
Brooks, G.F., J.S. Butel, S.A. Morse. 2007. Mikrobiologi Kedokteran Jawetz. Alih bahasa:
Huriawati H. Edisi ke-23.EGC. Jakarta.
Darsana, I.G.O., I. Nengah K.B., & Hapsari M.
2012. Potensi Daun Binahong (Anredera
Cordifolia (Tenore) Steenis) dalam Menghambat Pertumbuhan Bakteri Escherichia
Coli secara In Vitro. Indonesia Medicus
Veterinus. Vol. 1 (3): 337-351.
Depkes R.I. 2000. Pedoman Pelaksanaan Uji
Klinik Obat Tradisional. Direktorat Jendral
Pengawas Obat dan Makanan. Departemen
Kesehatan (Depkes) R.I, Jakarta Micronutrient Information Center. Tersedia pada
http//perpustakaan.depkes.go.id/cgi-bin/koha
/opac. Diakses pada tanggal 23 Januari 2013.

han anti mikroba dengan membentuk ikatan komplek dengan dinding sel dan merusak membran
(Suliantari et al., 2008). Flavonoid juga memiliki
aktivitas dalam menghambat enzim-enzimbakteri
(Robinson 1995).
Mekanisme penghambatan terhadap partumbuhan bakteri oleh senyawa antibakteri dapat berupa perusakan dinding sel dengan cara menghambat
pembentukannya atau mengubahnya setelah selesai terbentuk, perubahan permeabilitas membran
sitoplasma sehingga menyebabkan keluarnya bahan makanan dari dalam sel, perubahan molekul
protein dan asam nukleat, penghambatan kerja enzim, dan penghambatan sintesis asam nukleat dan
protein. Di bidang farmasi, bahan antibakteri dikenal dengan nama antibiotik, yaitu suatu substansi
kimia yang dihasilkan oleh mikroba dan dapat
menghambat pertumbuhan mikroba lain. Senyawa
antibakteri dapat bekerja sebagai bakteristatik, dan
bakterisidal (Pelczar & Chan 1986 dalam Kusmiyati dan Agustini 2007).
SIMPULAN
Ada interaksi antara konsentrasi dan jenis
ekstrak daun lidah buaya dan daun sirih terhadap
daya hambat Staphylococcus aureus secara in
vitro.

Gupte, S. MD. 1990. Mikrobiologi Dasar Edisi ke
3. Terjemahan dari The Short Text Book of
Medical Microbiology, oleh Julius. Jakarta:
Binarupa Aksara.
Harbone, J.B. 1987. Metode Fitokimia, Penuntun
Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. Terjemah dari Method of Phytochemistry oleh
K. Padmawinata, dan I. Soediro. ITB. Bandung.
Jawetz, Z., Melnick & Adelberg. 2002. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi XXII. Jakarta:
Salemba Medika.
Kuete, V., Justin K., Lois P.S., Banthelemi N.,
Herve MP. P., Pantaleon A., & Banaventure
T.N. 2011. Antimicrobial activities of the
methanol extract, fractions and compounds
from Ficus polita Vahl. (Moraceae). BMC
Complementary and Alternative Medicine,
11:6.
Kuntorini, E.M. 2005. Botani Suku Zingeberaceae Sebagai Obat Tradisional di Kotamadya
Banjar Baru. Bioscientiae. Vol. 3(1): 25-36.
Kusmiyati, dan Ni. W.S.A. 2007. Uji Aktivitas
Senyawa Antibakteri dari Mikroalga Porphy-

Interaksi Ekstrak Daun Lidah Buaya (Aloe vera L.) dan Sirih (Piper betle L.)

ridium cruentum. Biodiversitas. Vol. 8(1):
48-53.
Mathers, C., T. Boerma & Fat D.M. 2008. The
Global Burden of Disease 2004 Update.
Worid Heath Organization. Tersedia pada
http://www.who.int/heathinfo/global_burden
disease/GBD_report_2004updatefull.pdf diakses pada tanggal 12 Maret 2013.
Mogaddam, K.M., Mohammad A., Jamal R.,
Sassan R., Parisa J.F. & Ahmad R.G. 2010.
The Antifungal Activity of Sarcococca
saligna Ethanol Extract and its Combination
Effect with Flucanazole Againt Different Resistan Aspergillus Species. Appl Biochem
Biotechnol. 162: 127-133.
Mursito, B. 2002. Ramuan Tradisional Untuk
Penyakit Malaria. Jakarta: Penebar Swadaya.
Nugroho, Trilaksana. 2003. Pengaruh Pemaparan
Ekstrak Meniran (Phyllanthus niruri Linn)
dan Ekstrak Sirih (Piper betlle Linn) Terhadap Vabialitas Sel Tumor Adenocarcidoma
Mammae Mencit C3H Secara In Vitro. Tesis.
Semarang: Universitas di Ponogor.
Otieno, J.N., Kennedy M.M.H., Herbert V.L., &
Rogasian L.A.M. 2008. Multi Plant or Single
Plant Extracts, Which Is The Most Efective
for Local Healing in Tanzania?. Afr. J. Trad.
CAM. 5 (2): 165-172.
Pandey, R & Avinash M. 2010. Antibacterial
Activities of Crude Extract of Aloe barbadonsis of Clinically Isolated Bacterial Phatogen. Appl Biochem Biotechnol. 160: 13561361.
Priyono, S.H., Praptiwi. 2009. Identifikasi Senyawa Kimia dan Aktivitas Antibakteri Ekstrak
Piper sp. Asal Papua. J. Tek Ling. Vol. 10.
(30): 271-276.

127

Rahmawati. 2007. Pengaruh Ekstrak Daun Lidah
Buaya (Aloe vera L.) terhadap Pertumbuhan
Bakteri Staphylococcus aureusi Secara in
vitro. Skripsi. Unsyiah: FMIPA.
Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Penerjemah Patmawinata K.
Bandung: ITB Press.
Saeed, MA., Istiaq, A., Usma, Y., Shazia A.,
Amran, W., Muhammad, S., & Nasiruddin.
2004. Aloe Vera: A Plant of Vital Significance. Science Vision. 9, 1-4.
Schelegel, H.G., 1994. Mikrobiologi Umum. Edisi
keenam. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Sheikh, M., Abdullah R.M., M.K., Meghavanshi &
Irshad, M. 2012. Studies on Some Plant
Extract for Their Antimicrobial Potential
Against Certain Pathogenic Microorganisms.
American Journal of Plant Sciences. 3. 209213.
Suliantari., B.S.L., Jenie, M.T.. Suhartono & A.
Apriantono. 2008. Aktivitas Antibakteri
ekstrak Sirih Hijau (Piper betle L.) terhadap
Bakteri Patogen Pangan. Jurnal.Teknol. dan
Industri Pangan, Vol. XIX (1): 1-7.
Sulistiawati, N.A.D.I. 2011. Pemberian Ekstrak
Daun Lida Buaya (Aloe vera) Konsentrasi
75% Lebih Menurunkan Jumlah Makrofag
Daripada Konsentrasi 50% dan 25% pada
Radang Mukosa Mulut Tikus Putih Jantan.
Tesis. Denpasar: Universitas Udayana.
Thiruppathi, S., Ramasubraman, V., Sivakumar, T
& Thirumalai, A.V. 2010. Antimicrobial
activity of Aloevera (L.) Burm. f. against
pathogenic Microorganisms. Journal of Biosciences Research. 1(4): 251-258.

Dokumen yang terkait

UJI AKTIVITAS TONIKUM EKSTRAK ETANOL DAUN MANGKOKAN( Polyscias scutellaria Merr ) dan EKSTRAK ETANOL SEDIAAN SERBUK GINSENG TERHADAP DAYA TAHAN BERENANG MENCIT JANTAN (Musmusculus)

50 334 24

OPTIMASI FORMULASI dan UJI EFEKTIVITAS ANTIOKSIDAN SEDIAAN KRIM EKSTRAK DAUN KEMANGI (Ocimum sanctum L) dalam BASIS VANISHING CREAM (Emulgator Asam Stearat, TEA, Tween 80, dan Span 20)

97 464 23

OPTIMASI SEDIAAN KRIM SERBUK DAUN KELOR (Moringa oleifera Lam.) SEBAGAI ANTIOKSIDAN DENGAN BASIS VANISHING CREAM

57 260 22

AKTIVITAS ANTIBAKTERI FRAKSI ETIL ASETAT DAUN KELOR (Moringa oleifera Lamk.) TERHADAP BAKTERI Escherichia coli DENGAN METODE BIOAUTOGRAFI

55 262 32

EFEKTIFITAS BERBAGAI KONSENTRASI DEKOK DAUN KEMANGI (Ocimum basilicum L) TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR Colletotrichum capsici SECARA IN-VITRO

4 157 1

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

EFEK TIMBAL (Pb) PADA BEDA POTENSIAL LISTRIK PERMUKAAN DAUN SEMANGGI (Marsilea crenata Presl.)

0 47 18

Improving the Eighth Year Students' Tense Achievement and Active Participation by Giving Positive Reinforcement at SMPN 1 Silo in the 2013/2014 Academic Year

7 202 3

JI DAYA ANTIBAKTERI EKSTRAK POLIFENOL BIJI KAKAO Escherichia coli SECARA IN VITRO

6 112 17

KADAR TOTAL NITROGEN TERLARUT HASIL HIDROLISIS DAGING UDANG MENGGUNAKAN CRUDE EKSTRAK ENZIM PROTEASE DARI LAMBUNG IKAN TUNA YELLOWFIN (Thunnus albacares)

5 114 11