Penilaian Risiko Kecelakaan Kerja Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat Di Pelabuhan Teluk Nibung Tanjung Balai Asahan Tahun 2015

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Era globalisasi akan membawa dampak terhadap perubahan tatanan

kehidupan global. Berbagai kesepakatan yang bersifat regional dan multilateral
seperti AFTA (ASEAN Free Trade Area ), APEC( Asia – Pacific Economic
Cooperation), dan WTO (World Trade Organization) yang berlaku di tahun 2020

mensyaratkan dunia usaha untuk melakukan berbagai upaya dalam rangka
mengantisipasi globalisasi. Kompetisi dan tuntutan akan standar internasional
menyebabkan masalah keselamatan dan kesehatan kerja menjadi isu global dan
sangat penting. Banyak negara semakin meningkatkan kepeduliannya terhadap
masalah keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang dikaitkan dengan
perlindungan ketenagakerjaan dan hak asasi manusia serta kepedulian terhadap
lingkungan hidup. Oleh karena itu penerapan keselamatan dan kesehatan kerja
adalah bagian dari operasi perusahaan merupakan syarat yang tidak dapat
diabaikan dalam proses produksi untuk dapat mencapai efisiensi dan produktivitas

yang dibutuhkan untuk meningkatkan daya saing (Sugeng,2003).
Perusahaan atau organisasi dalam menjalankan aktivitasnya selalu
menginginkan

keberhasilan

baik

berupa

hasil

produksi

maupun

hasil

layanannya.Untuk menunjang keberhasilan tersebut maka diperlukan tempat kerja
yang aman dan sehat sehingga tidak terjadi kecelakaan atau penyakit akibat

kerja.Untuk itu kita harus mengetahui risiko-risiko yang dapat menimbulkan

kecelakaan dan penyakit akibat kerja dan berusaha mengatasinya (Aditama,
2002).
Secara sekilas ada potensi-potensi bahaya yang timbul dalam suatu proses
yang

menyebabkan

kematian,

kerugian,

bencana,

kehilangan

produksi,

menurunnya kualitas produk, dan bahaya bagi lingkungan. Motivasi utama dalam

melaksanakan keselamatan dan kesehatan kerja adalah untuk mencegah
kecelakaan kerja dan penyakit yang ditimbulkan oleh pekerjaannya untuk melihat
penyebab dan dampak yang ditimbulkannya.Maka dari itu perlu dilakukan
penilaian risiko pada tenaga kerja. Pada proses awal dari penilaian risikoadalah
mengidentifikasi dari bahaya atau hazard dan efek dari hazard tersebut serta
siapa/apa yang akan terkena dampaknya (ILO, 2013).
Tenaga kerja bongkar muat adalah pekerjaan penanganan material secara
manual (manual material handling) yang terdiri dari mengangkat, menurunkan,
mendorong, menarik dan membawa merupakan sumber utama keluhan pekerja.
Tingginya tingkat kecelakaan kerja selain merugikan secara langsung yaitu sakit
yang diderita oleh pekerja, kecelakaan kerja juga akan berdampak buruk terhadap
kinerja perusahaan atau organisasi yaitu berupa penurunan produktivitas kerja,
baik melalui beban biaya pengobatan yang cukup tinggi dan juga ketidakhadiran
pekerja serta penurunan dalam kualitas kerja.
Buruh angkut merupakan salah satu bagian dari masyarakat pekerja yang
perlu mendapat perhatian karena proses kerja yang mereka lakukan banyak
mengandung risiko terhadap kecelakaan dan kesehatan. Buruh angkut adalah
pekerja yang bekerja dengan menjual jasa mengangkut barang atau material dari

satu tempat ke tempat yang lain. Buruh angkut biasanya banyak terdapat di daerah

yang dekat dengan kegiatan ekonomi seperti pasar, pelabuhan maupun sarana
lainnya.Pada umumnya pekerjaan tersebut mengunakan tubuh sebagai alat angkut
seperti memikul, menjinjing dan memangkul.
Menurut undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja,
menyatakan bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan

atas

keselamatan dalam melakukan pekerjaanya untuk kesejahteraannya dan
meningkatkan produktivitasnya. Hasil survei ILO menyatakan bahwa berdasarkan
tingkat daya saing karena faktor keselamatan dan kesehatan kerja, Indonesia
berada pada urutan ke 98 dari 100 negara yang disurvei. Angka kecelakaan kerja
dan penyakit akibat kerja (PAK) di Indonesia masih tinggi. Fluktuasi angka
kecelakaan dapat dilihat dari data yang diberikan oleh PT Jamsostek, yaitu pada
2007 ada 83.714 kasus kecelakaan kerja, pada 2008 terdapat 94.736 kasus, tahun
2009 ada 96.314 kasus dan tahun 2010 sebanyak 98.711 kasus. Pada 2011
terdapat 99.491 kasus atau rata-rata 414 kasus kecelakaan kerja per hari. Disusul
lagi dengan data kementrian tenaga kerja dan transmigrasi menyebutkan bahwa
sampai tahun 2013 di Indonesia terdapat 6 orang meninggal dunia setiap hari
akibat kecelakaan kerja (Depkes, 2014).

Pada tahun 2013 terdapat 3 orang mengalami kecelakaan kerja pada tenaga
kerja bongkar muat di pelabuhan Tanjung Perak Surabaya dua orang meninggal
dan satu orang mengalami luka parah.Perlengkapan keselamatan dan kesehatan
kerja (K3) dilingkungan pelabuhan belum seutuhnya terlaksana. Kalangan buruh
yang bekerja belum memiliki perlengkapan keselamatan dan kesehatan kerja

(K3) yang memadai sebagai unsur bagian terdepan melakukan aktivitas bongkar
muat barang. Kurangnya perhatian dan kepedulian perusahaan-perusahaan yang
mempekerjakan memberi fasilitas K3 berujung tidak sedikit diantara TKBM
menjadi korban kecelakaan kerja dan nyawa menghilang (Martin, 2014).
Dalam penelitian Hardianto (2013), di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya
disebutkan bahwa bahaya yang teridentifikasi pada pekerjaan bongkar muat
barang secara manual oleh kuli di Terminal Kalimas Pelabuhan Tanjung Perak
Surabaya sebanyak 46 potensi bahaya, dengan 6 bahaya fisika, 1 bahaya kimia, 3
bahaya biologi dan 2 bahaya ergonomi. Nilai risiko tertinggi dari analisis risiko
sebesar 15 yaitu bahaya terjatuh dan tertabrak.
Menurut penelitian Yani (2009), yang dilakukan di Pelabuhan Sukamara
tingkat risiko kecelakaan kerja memiliki tingkat risiko masing-masing dari setiap
variabel, seperti: pekerja dengan kategori medium, alat kerja seperti katrol slang
dan gerobak dengan kategori medium, bahan yang diangkut dengan kategori

medium, proses kerja dengan kategori low dan medium, lingkungan kerja dengan

kategori medium, sedangkan tumpahan limbah dengan kategori low dan medium.
Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Kuswanti (2013), di Pelabuhan
Gresik bahaya yang teridentifikasi adalah bahaya gravitasi, bahaya mekanik,
bahaya listrik, bahaya kinetik, bahaya fisik, bahaya ergonomi, bahaya kimia dan
bahaya biologis sebanyak 23 bahaya. Risk assessment didapatkan 42 risiko
bahaya.Kategori risiko rendah 3, kategori risiko sedang 26 dan kategori risiko
tinggi 13.

Berdasarkan hasil survei pendahuluan tenaga kerja bongkar muat
berjumlah sebanyak 135 orang dan terdiri dari 3 regu kerja.Masing-masing
berjumlah 44 tenaga bongkar muat dan 1 orang kepala regu dan masing-masing
regu bertanggung jawab membongkar barang dalam 1 kapal. Banyak pekerja yang
bekerja

dengan

sembarangan


seperti

cara

mengangkat

barang

dengan

membungkuk, bekerja dibawah jala-jala yang berisi barang, sehingga berpotensi
tertimpa barang dan terjatuh ke laut saat pekerja berada di dermaga atau kapal.
Pada pekerja bongkar muat di pelabuhan Teluk Nibung Tanjung Balai
Asahan,diketahui bahwa pernah terjadi pekerja terjatuh kelaut dikarenakan
kurangnya keseriusan dalam bekerja.
Pekerjaan bongkar muat adalah pekerja yang menggunakan fisik untuk
mengangkat dan mengangkut barang.Adapun barangyang diangkut seperti besibesi dan mesin yang sudah di kemas dalam kotak dan ada juga yang dikemas
dalam karung, sayur-sayuran dan buah-buahan, kain juga sudah dalam bentuk
yang sudah kemas. Adapun berat beban yang diangkat oleh tenaga kerja sekitar
15-25 kg dengan rata-rata frekuensi angkat yang berulang-ulang.

Proses bongkar muat barang oleh tenaga kerja bongkar muat dimulai dari
pukul 08.00 WIB – 17.00 WIB. Adapun proses kerja bongkar muat yaitu:
pertama, stevedoring dari dermaga ke kapal, dan sebaliknya tenaga kerja
mengangkat barang dari kapal ke dermaga. Kedua, cargoding pekerja membawa
barang dari dermaga diangkut ke gudang dan sebaliknya.Selain itu pekerja juga
mensortir barang sesuai dengan jenis, merek dan tujuan dari barang

tersebut.Ketiga,delivery pekerja memindahkan barang dari tempat penumpukan di
gudang atau lapangan dan mengangkat barang sampai tersusun di atas truk.
Pekerja bekerja menggunakan alat-alat seperti crane, kereta sorong dan
dalam proses bongkar muat dan membawa barang dari dermaga ke gudang atau
sebaliknya. Pekerja berisiko tinggi untuk tertimpa barang pada saat mengangkat
barang yang akan mengakibatkan kaki bengkak. Risiko lain pada tenaga kerja
bongkar muat seperti terpeleset pada saat membawa barang dengan menggunakan
kereta sorong. Pekerja bekerja berada di luar ruangan yang terpapar langsung oleh
matahari dan juga dapat terkena hujan sehingga dermaga menjadi licin. Pajanan
yang dialami oleh pekerja dari sisi kimia banyak paparan debu dari barang yang
mereka angkat yang akan mengakibatkan gangguan pernafasan pada pekerja.
Selain itu ditemukan tumpahan oli di kapal pada saat perbaikan dan perawatan.
Kondisi ergonomi seperti cara mereka mengangkat barang pada pekerja tersebut

dengan cara manual. Hal tersebut dapat menimbulkan risiko kecelakaan kerja oleh
karena itu aspek keselamatan perlu diupayakan agar pekerja dapat bekerja dengan
aman, nyaman dan selamat.Hal ini lah yang menjadi latar belakang peneliti unuk
melakukan penilaian risiko kecelakaan kerja pada tenaga kerja bongkar muat di
pelabuhan Teluk Nibung Tanjung Balai Asahan.
1.2

Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini

adalah bagaimanakah risiko kecelakaan kerja pada tenaga kerja bongkar muat di
Pelabuhan Teluk Nibung Tanjung Balai Asahan.
1.3

Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah melakukan penilaian risiko yang terdiri
dari mengidentifikasi, menganalisis dan mengevaluasi kecelakaan kerjapada
tenaga kerja bongkar muat di Pelabuhan Teluk Nibung Tanjung Balai Asahan.


1.4

Manfaat Penelitian

1.4.1

Bagi Peneliti
Memberikan pengalaman kepada

permasalahan

keselamatan

dan

peneliti

kesehatan

kerja


dalam mengkaji
khususnya

suatu

penilaian

risikokecelakaan kerja pada tenaga kerja bongkar muat di Pelabuhan Tanjung
Balai Asahan.
1.4.2

Bagi Pekerja
Memberi masukan mengenai berbagai risiko kecelakaan kerja sebagai

upaya penanggulangan kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja kepada para
tenaga kerja bongkar muat di Pelabuhan Teluk Nibung Tanjung Balai Asahan.
1.4.3 Bagi Instansi Terkait
Sebagai masukan informasi tentang risiko kecelakaan kerja dan aspekaspek keselamatan dan kesehatan kerja sekaligus sebagai bahan pertimbangan
dalam upaya perbaikan dan peningkatan efisiensi di tempat kerja.
1.4.4 Bagi Institusi Pendidikan
Bagi dunia pendidikan program studi S-1 Kesehatan Masyarakat dapat
bermanfaat sebagai referensi dan masukan bagi pengembangan program studi S-1
Kesehatan Masyarakat serta menambah pengetahuan bagi para pembaca.