Gambaran Kejadian Nyeri Punggung Bawah Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat di Pelabuhan Benoa Tahun 2015.
v
UNIVERSITAS UDAYANA
GAMBARAN KEJADIAN NYERI PUNGGUNG BAWAH
PADA TENAGA KERJA BONGKAR MUAT (TKBM) DI PELABUHAN BENOA TAHUN 2015
GUSTI AYU SASMITA MAHARANI
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA 2016
(2)
UNIVERSITAS UDAYANA
GAMBARAN KEJADIAN NYERI PUNGGUNG BAWAH
PADA TENAGA KERJA BONGKAR MUAT (TKBM) DI PELABUHAN BENOA TAHUN 2015
Skripsi ini diajukan sebagai
Salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT
GUSTI AYU SASMITA MAHARANI NIM. 1120025041
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA 2016
(3)
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui dan di periksa di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
Denpasar, 14 April 2016
Pembimbing
dr. Partha Muliawan, M.Sc (OM) NIP.19510922 198003 1 002
(4)
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah dipresentasikan dan diujikan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
Denpasar, 14 April 2016
Tim Penguji Skripsi Penguji I,
Made Kerta Duana, S.KM., MPH NIP. 19791117 200604 1 005
Penguji II,
dr. I Made Ady Wirawan, MPH., PhD NIP. 19771228 200501 1 001
(5)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan pada Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa), karena berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Gambaran Kejadian Nyeri Punggung Bawah pada Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) di Pelabuhan Benoa Tahun 2015” tepat pada waktunya.
Skripsi ini dapat tersusun atas dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. dr. I Made Ady Wirawan, MPH., Ph.D., selaku Ketua Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyusun skripsi.
2. Made Kertha Duana, MPH., sebagai Kepala Bagian Kesehatan Kerja yang telah memberikan arahan dalam penyusunan skripsi.
3. dr. Partha Muliawan, M.Sc (OM), sebagai dosen pembimbing yang telah banyak memberikan masukan dan pengarahan selama penyusunan skripsi.
4. Bapak Made Subrata sebagai Kepala Tenaga Kerja Bongkar Muat Pelabuhan Benoa dan seluruh pekerja angkut barang yang memberikan dukungan, semangat, dan bantuan dalam penyusunan skripsi.
5. Keluarga yang telah memberikan dukungan semangat dan doa kepada penulis dalam penyusunan skripsi.
6. Teman-teman mahasiswa Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat angkatan 2011 yang telah membantu dan memberikan semangat dan masukan-masukan dalam penyusunan skripsi.
Demikian skripsi disusun semoga dapat memberikan manfaat bagi diri kami sendiri dan pihak lain yang menggunakan.
Denpasar, Februari 2016
(6)
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
PEMINATAN KESEHATAN KERJA Skripsi, April 2016
Gusti Ayu Sasmita Maharani
ABSTRAK
Gambaran Kejadian Nyeri Punggung Bawah Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat di Pelabuhan Benoa Tahun 2015
Pekerja bongkar muat barang rentan terkena nyeri punggung bagian bawah karena pekerjaan mereka mengangkat dan mengangkut barang yang pada umumnya tidak memenuhi standar ergonomi. Nyeri punggung bawah adalah nyeri yang dirasakan di daerah punggung bawah, dapat merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikular atau keduanya. Nyeri punggung bawah menyebabkan gangguan aktivitas sehari-hari, disabilitas dan produktifitas penderitanya Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kejadian nyeri punggung bawah pada tenaga kerja bongkar muat di Pelabuhan Benoa
Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) Pelabuhan Benoa dengan rancangan penelitian cross-sectional. Sampel penelitian adalah seluruh tenaga kerja bongkar muat di Pelabuhan Benoa yang berjumlah 48 orang. Analisis data dilakukan secara deskriptif univariat untuk mengetahui distribusi dari variabel penelitian dan bivariat untuk mengetahui perbedaan antara nyeri punggung bawah dengan variabel penelitian yang diuji dengan menggunakan metode chi square.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar 37,5% responden berada pada kelompok umur 31-40 tahun dan umur ≥41 tahun. Responden memiliki IMT dengan kategori gemuk sebesar 52,1%. Sebagian besar (85,4%) responden mengangkut barang dengan berat beban 46-60 kg pada saat menaikkan barang ke atas truk dan 79,2% responden mengangkut barang dengan posisi yang salah. Letak kesalahan responden pada saat mengangkut barang yaitu pada posisi berdiri langsung membungkuk ketika mengangkut barang, sehingga posisi tulang punggung tidak tegak lurus. Distribusi kejadian nyeri punggung bawah pada tenaga kerja bongkar muat di Pelabuhan Benoa berdasarkan lasegue test sebagian besar pekerja (66,7%) mengalami nyeri punggung bawah dengan hasil lasegue test positif. Pihak perusahaan dapat memberikan sosialisasi dan pelatihan tentang tata cara kerja yang baik dan benar yang sesuai dengan standar ergonomi kepada tenaga kerja bongkar muat barang serta penanganan dan pencegahan nyeri punggung bawah.
Kata Kunci: penyakit akibat kerja, nyeri punggung bawah, tenaga kerja bongkar muat, posisi angkut barang
(7)
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FACULTY OF MEDICINE
UDAYANA UNIVERSITY
OCCUPATIONAL SAFETY AND HEALTH Skripsi, April 2016
Gusti Ayu Sasmita Maharani
ABSTRACT
Description Incident Lower Back Pain of Stevedoring Workers in Port of Benoa 2015
Workers stevedoring susceptible to low back pain because of their work to lift and transport goods that generally does not meet the standards of ergonomics. Low back pain is pain that felt in the lower back area, may be local pain and radicular pain or both. Lower back pain caused disruption of daily activities, disability and productivity sufferer This study aims to describe the incidence of lower back pain in workers stevedoring in the port of Benoa.
This research was conducted at the office of Stevedoring Port of Benoa with cross-sectional study design. The samples were all workers stevedoring in the Port of Benoa which amounted to 48 people. The data were analyzed using univariate descriptive to determine the distribution of the study variables and bivariate to know the difference between low back pain with research variables were tested using chi-square method.
The results showed that 37.5% of respondents were in the age group 31-40 years
and ≥41 years of age. Respondents have a BMI of 52.1% obese category. Most (85.4%) of respondents carry goods with a weight of 46-60 kg load at the time of raising the goods onto trucks and 79.2% of respondents transporting goods to the wrong position. Fault location respondent at the time of transporting goods is in a standing position bent down when transporting goods, so that the position of your spine is not straight.Distribution incidence low back pain in workers stevedoring in the port of Benoa based lasegue test most workers (66.7%) experienced low back pain with a positive test result of lasegue. The company can provide socialization and training on working procedures is good and right in accordance with the standards of ergonomics to the work force as well as the stevedoring of goods handling and prevention of low back pain.
Keywords: occupational illness, low back pain, stevedoring workers, position transport of goods
(8)
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul ... 2
Halaman Judul dengan Spesifikasi ... ii
Halaman Pernyataan Ujian Skripsi ... iii
Halaman Pernyataan Perbaikan Skripsi ... iv
Kata Pengantar ... v
Abstrak ... vi
Abstract ... vii
Daftar Isi ... Error! Bookmark not defined. Daftar Tabel dan Gambar ... xi
Daftar Lambang dan Singkatan ... 12ii
BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined. 1.1 Latar Belakang ... Error! Bookmark not defined. 1.2 Rumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined. 1.3 Pertanyaan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 1.4 Tujuan ... Error! Bookmark not defined. 1.4.1 Tujuan umum ... Error! Bookmark not defined. 1.4.2 Tujuan khusus ... Error! Bookmark not defined. 1.5 Manfaat Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 1.5.1 Manfaat teoritis ... Error! Bookmark not defined.
(9)
1.5.2 Manfaat praktis ... Error! Bookmark not defined. 1.6 Ruang Lingkup Penelitian ... Error! Bookmark not defined. BAB II TINAJUAN PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined. 2.1 Penyakit Akibat Kerja………...6
2.2 Nyeri Punggung Bawah ... Error! Bookmark not defined. 2.2.1 Klasifikasi nyeri punggung bawah ... Error! Bookmark not defined. 2.2.2 Penyebab nyeri punggung bawah ... Error! Bookmark not defined. 2.2.3 Pengukuran nyeri punggung bawah ... Error! Bookmark not defined. 2.1.4 Pencegahan nyeri punggung bawah ... Error! Bookmark not defined. 2.1.5 Faktor risiko nyeri punggung bawah………...15
2.3 Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) ... Error! Bookmark not defined. 2.4 Lokasi Penelitian ... Error! Bookmark not defined. BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
VARIABEL ... Error! Bookmark not defined.2 3.1 Kerangka Konsep ... Error! Bookmark not defined.2 3.2 Definisi Operasional Variabel ... Error! Bookmark not defined.4 BAB IV METODE PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined.6
4.1 Desain Penelitian ... Error! Bookmark not defined.6 4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... Error! Bookmark not defined.6 4.3 Populasi dan Sampel ... Error! Bookmark not defined.6 4.3.1 Populasi penelitian ... Error! Bookmark not defined.6 4.3.2 Sampel penelitian ... Error! Bookmark not defined.6 4.4 Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not defined.7 4.4.1 Teknik pengumpulan data ... Error! Bookmark not defined.7
(10)
4.4.2 Sumber data ... Error! Bookmark not defined.8 4.4.3 Instrumen penelitian ... Error! Bookmark not defined.8 4.4.4 Alur pengumpulan data ... Error! Bookmark not defined.8
4.5 Teknik Analisis Data ... 29
4.5.1 Pengolahan data ... 29
4.5.2 Analisis data ... Error! Bookmark not defined.0 BAB V HASIL PENELITIAN ... 31
5.1 Gambaran Umum Penelitian ... 31
5.2 Karakteristik Responden ... Error! Bookmark not defined.2 5.3 Posisi Angkut Barang dn Berat Beban Barang ... 33
5.3 Kejadian Nyeri Punggung Bawah ... 33
BAB VI PEMBAHASAN ... 37
6.1 Karakteristik Responden ... 37
6.2 Kejadian Nyeri Punggung Bawah pada Tenaga Kerja Bongkar Muat di Pelabuahan Benoa Tahun 2015 ... Error! Bookmark not defined.8 6.3 Keterbatasan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.2 BAB VII PENUTUP ... 43
7.1 Simpulan ... 43
7.2 Saran ... 43
DAFTAR PUSTAKA ... 45
(11)
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR
Tabel 2.1 Kategori Pengelompokkan Indeks Massa Tubuh………14 Tabel 2.2 Tindakan yang Dilakukan Sesuai dengan Batas Angkat………15 Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel... Error! Bookmark not defined. Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
(12)
DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN
Daftar Lambang
< : Lebih Kecil > : Lebih Besar
< : Lebih Kecil Sama Dengan
> : Lebih Besar Sama Dengan
% : Persen
( o) : Derajat
+ : Tambah
- : Kurang
= : Sama dengan
Daftar Singkatan
cm : sentimeter
dkk : dan kawan-kawan IMT : Indeks Massa Tubuh kg : kilogram
REBA : Rapid Entire Body Assessment RULA : Rapid Upper Limb Assessment SKB : Surat Keputusan Bersama TKBM : Tenaga Kerja Bongkar Muat VAS : Visual Analouge Scale
(13)
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam pelaksanaan pembangunan nasional, tenaga kerja memiliki peran dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku dalam mencapai tujuan pembangunan. Sejalan dengan itu, pembangunan ketenagakerjaan diarahkan untuk meningkatkan kualitas dan kontribusinya dalam pembangunan serta melindungi hak dan kepentingan sesuai dengan harkat dan martabat manusia (Sastrohadiwiryo, 2002). Pembangunan yang semakin meningkat, otomatis disertai dengan peningkatan peran serta masyarakat untuk lebih aktif. Aktifitas manusia sangat erat hubungannya dengan gerak fungsional dimana dalam melakukan gerak, faktor fisik menjadi faktor yang mendominasi. Gaya hidup modern yang dianut sebagian besar masyarakat Indonesia sangat memungkinkan suatu gangguan penyakit, bagi yang bekerja dalam posisi duduk, berdiri yang lama, aktivitas-aktivitas yang berlebihan dengan posisi yang tidak sesuai dapat juga menjadi faktor timbulnya nyeri (Cahyati, 2012).
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu bidang kajian kesehatan masyarakat yang fokus pada pekerja di sektor formal dan informal (Purwanto, 2004). Di tempat kerja terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi lingkungan kerja, seperti faktor fisik, faktor kimia, faktor biologis, dan faktor psikologis. Semua faktor tersebut dapat menimbulkan gangguan terhadap suasana kerja dan berpengaruh terhadap kesehatan dan
(14)
2
keselamatan kerja (Tarwaka dkk, 2004). Untuk itu, perlu dikembangkan upaya untuk menurunkan dan mencegah risiko penyakit yang ditimbulkan akibat pekerjaan atau lingkungan kerja. Risiko yang dialami bervariasi mulai dari yang paling ringan sampai yang paling berat, tergantung dari jenis pekerjaannya.
Setiap pekerjaan merupakan beban bagi pelakunya, beban yang dimaksud antara lain beban fisik, mental ataupun sosial. Seorang pekerja seperti pekerja di bagian bongkar muat barang di pelabuhan memikul lebih banyak beban fisik daripada beban mental dan sosial. Hal ini dikarenakan sebagian besar waktu kerjanya berfokus pada kegiatan bongkar muat barang di pelabuhan (Nurwahyuni, 2012).
Nyeri punggung bawah adalah nyeri yang dirasakan di daerah punggung bawah, dapat merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikular atau keduanya. Nyeri punggung bawah menyebabkan gangguan aktivitas sehari-hari, disabilitas dan produktifitas penderitanya. Nyeri punggung bawah dapat dialami siapa saja, pada umur berapa saja. Namun demikian keluhan nyeri punggung bawah jarang dijumpai pada kelompok umur 0-10 tahun, hal ini mungkin berhubungan dengan beberapa faktor etiologi tertentu yang sering dijumpai pada usia yang lebih tua. Hampir 70-80% penduduk di negara maju pernah mengalami nyeri punggung bawah. Setiap tahun 14-45% orang dewasa menderita nyeri punggung bawah, dan satu di antara 20 penderita harus dirawat di rumah sakit karena serangan akut. Nyeri punggung bawah sangat umum terjadi pada umur 35-55 tahun (Halimah, 2009).
(15)
3
Di Indonesia kejadian nyeri punggung bawah angka prevalensi bervariasi antara 7,6% sampai 37%. Masalah nyeri punggung bawah pada pekerja umumnya dimulai kelompok usia 45-60 tahun (Cahyati, 2012).
Pelabuhan Benoa merupakan suatu pelabuhan yang memperkerjakan pekerja untuk menangani bongkar muat barang. Pekerja bongkar muat barang rentan terkena nyeri punggung bagian bawah karena pekerjaan mereka yang mengangkat dan mengangkut barang yang pada umumnya tidak memenuhi standar ergonomi. Pada saat proses melakukan pekerjaan, sikap membungkuk sangat sering dilakukan. Namun belum pernah ada penelitian dan pelaporan kejadian nyeri punggung bawah di Pelabuhan Benoa. Berdasarkan hasil survei pendahuluan di Pelabuhan Benoa, dari 10 pekerja yang di wawancarai, tujuh diantaranya mengalami keluhan nyeri punggung bawah. Menurut Nurwahyuni (2012), pekerja yang rentan mengalami keluhan nyeri punggung bawah adalah pekerja angkut barang, salah satunya adalah pekerja bongkar muat barang yang bekerja di pelabuhan kota Pare-Pare, Makassar. Persentase tertinggi responden yang mengalami keluhan nyeri punggung bawah terdapat pada kategori posisi kerja sebesar 81,3% dan kategori beban kerja yang tidak memenuhi syarat (≥25 kg) sebesar 82,4%. Berdasarkan uraian di atas penulis ingin mengetahui tentang gambaran kejadian nyeri punggung bagian bawah pada pekerja bongkar muat barang di Pelabuhan Benoa.
(16)
4 1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, pekerja bongkar muat barang di pelabuhan, termasuk di Pelabuhan Benoa, mengalami keluhan nyeri punggung bawah. Dari hasil penelitian yang dilakukan di Pelabuhan Pare-Pare, Makassar diketahui bahwa kejadian nyeri punggung bawah pada pekerja bongkar muat barang mencapai >80%. Kemudian, dari hasil survei pendahuluan yang peneliti lakukan di Pelabuhan Benoa, 7 dari 10 pekerja bongkar muat barang yang diwawancarai mengalami keluhan nyeri punggung bawah.
1.3 Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan masalah di atas, yang menjadi pertanyaan penelitian adalah “Bagaimanakah gambaran kejadian nyeri punggung bawah pada pekerja
bongkar muat barang di Pelabuhan Benoa tahun 2015?”
1.4 Tujuan 1.4.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui gambaran kejadian nyeri punggung bawah pada pekerja bongkar muat barang di Pelabuhan Benoa tahun 2015
1.4.2 Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui karakteristik pada pekerja bongkar muat barang di Pelabuhan Benoa tahun 2015.
2. Untuk mengetahui distribusi keluhan nyeri punggung bawah pada pekerja bongkar muat barang di Pelabuhan Benoa tahun 2015.
(17)
5 1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai refrensi dalam penambahan materi pembelajaran terkait keselamatan dan kesehatan kerja (K3) khususnya nyeri punggung bawah pada pekerja bongkar muat barang di Pelabuhan Benoa.
1.5.2 Manfaat praktis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan untuk perencanaan kebijakan K3 dan menyusun program perlindungan yang tepat bagi pekerja bongkar muat barang di Pelabuhan Benoa. Selain itu hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi kepala pelabuhan agar lebih memperhatikan kesehatan dan keselamatan kerja bagi pekerja di Pelabuhan Benoa.
1.6 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian di bidang keselamatan dan kesehatan kerja (K3) khususnya penyakit akibat kerja.
(18)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penyakit Akibat Kerja
Penyakit akibat kerja merupakan gangguan kesehatan baik jasmani maupun rohani yang ditimbulkan oleh aktivitas kerja atau kondisi yang berhubungan dengan pekerjaan. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya penyakit akibat kerja antara lain faktor fisik (suhu, kelembaban, kebisingan, getaran, dan radiasi), faktor kimia (debu, pelarut gas, pestisida, dan sebagainya), faktor biologis (virus, bakteri, parasit, gigitan binatang),faktor fisiologis (kesalahan konstuksi mesin, sikap badan yang kurang baik), dan faktor sosial (adanya hubungan kerja yang kurang baik antara atasan dan bawahan yang menyebabkan suasana kerja yang tidak kondusif) (Karaeng, 2013). Penyakit akibat kerja yang paling tinggi terjadi di Indonesia adalah sakit atau nyeri pada bagian punggung khususnya bagian pinggang sebesar 73% (Septiawan, 2013).
2.2 Nyeri Punggung Bawah
Nyeri punggung bawah adalah rasa nyeri yang dirasakan pada punggung bawah yang bersumber dari tulang belakang daerah spinal (punggung bawah), otot,
saraf, atau struktur lainnya di sekitar daerah tersebut. Nyeri ini terasa diantara sudut iga terbawah sampai lipat bokong bawah yaitu di daerah lumbal atau lumbo-sakral dan sering disertai dengan penjalaran nyeri ke arah tungkai dan
(19)
kaki. Nyeri punggung bawah merupakan gangguan muskuloskeletal yang sering ditemukan dan mempengaruhi setiap orang pada suatu waktu dalam kehidupan. Sebagian besar nyeri punggung merupakan nyeri punggung sederhana atau sakit punggung yang berhubungan dengan tulang, ligamen, dan otot punggung bekerja. Nyeri ini biasanya merupakan nyeri yang terjadi sebagai akibat dari gerakan mengangkat dan membungkuk. Nyeri yang dirasakan hilang timbul, paling sering terjadi pada punggung bawah dan biasanya tidak menandakan kerusakan permanen apapun (Elleanor dan Archard, 2007). Nyeri punggung bawah adalah salah satu gangguan yang terjadi pada pingang. Rasa nyeri ini dapat menjalar ke kaki, terutama bagian sebelah belakang dan samping luar. Pada dasarnya nyeri pada pinggang bawah timbul karena terjadinya tekanan pada susunan syaraf tepi daerah pinggang (syaraf terjepit). Jepitan pada syaraf ini terjadi karena gangguan pada otot dan jaringan sekitarnya (Sulissingtyas, 2009). Sehubungan dengan nyeri punggung bawah dalam penelitian yang dilakukan oleh Septiawan (2013) dinyatakan bahwa 70% pekerja mengalami nyeri punggung bawah karena bekerja tanpa menggunakan alat atau manual material handling.
2.2.1 Klasifikasi nyeri punggung bawah
Nyeri punggung bawah yang dibedakan dari kelainan konginental menurut Tunjung (2009), yaitu :
(20)
1. Nyeri punggung bawah visirogenik
Nyeri punggung bawah yang disebabkan oleh adanya proses patologik di ginjal di daerah pelvis serta tumor retroperitoneal. Nyeri visirogenik tidak bertambah berat dengan aktivitas tubuh dan sebaliknya tidak berkurang dengan istirahat. Pada penderita nyeri punggung bawah visirognik yang mengalami nyeri hebat akan selalu mengeliat dalam upaya untuk meredakan rasa nyerinya.
2. Nyeri punggung bawah vaskulogenik
Pada nyeri ini aneurisma atau penyakit vascular perifer dapat menimbulkan nyeri punggung menyerupai iskialgia. Anuresmia abdominal dapat menimbulkan nyeri punggung bawah di bagian dalam dan tidak ada hubungannya dengan aktivitas fisik.
3. Nyeri punggung bawah spondilogenik
Suatu nyeri yang disebabkan oleh berbagai proses patologik di kolumna vertebralis yang terdiri dari unsur tulang, diskus invertebralis, dan miofasial dan proses patologik di artikulo sakroliaka.
4. Nyeri punggung bawah psikogenik
Nyeri ini biasanya ditemukan setelah dilakukan pemeriksaan yang lengkap dan hasilnya tidak memberikan jawaban yang pasti. Nyeri punggung bawah biasanya disebabkan oleh keteganganjiwa atau kecemasan dan depresi atau campuran antar kecemasan dan depresi. 5. Nyeri punggung bawah neurogenik
(21)
Nyeri punggung bawah neurogenik disebabkan oleh tumor–tumor pada spinal drumeter dan iritasi pada archanoid.
Klasifikasi nyeri punggung bawah menurut Syahrul (2012) terdiri dari:
1. Nyeri lokal, disebabkan oleh kompresi atau iritasi serabut sensoris. Umumnya terjadi akibat fraktur, robekan atau tarikan pada struktur sensori nyeri. Rasa nyeri terjadi pada bagian yang dekat dengan daerah vertebra yang teriritasi. Nyeri lokal yang tidak berubah akibat perubahan posisi dapat disebut infeksi vetebra. Nyeri lokal ini biasanya terjadi terus menerus atau hilang timbul. Nyeri akan bertambah pada suatu sikap tertentu atau karena gerakan yang berlebihan.
2. Nyeri alih ke tulang punggung, abdomen, dan pelvis. Nyeri ini tidak terlalu berpengaruh oleh posisi tulang belakang.
3. Nyeri yang berasal dari tungkai dan bokong. Nyeri ini mengenai vertebra lumbal atas dan menjalar ke selangkangan paha depan. Penyakit yang mengenai vertebra lumbal bawah, penjalaran nyeri dimulai dari bokong, paha belakang, kemudian pada kaki.
4. Nyeri radikular, umumnya menjalar dari tulang belakang ke kaki sesuai dengan perjalanan saraf, ciri-cirinya batuk, bersin, dan kontraksi otot abdomen. Sifat nyeri radikular lebih keras dan terasa pada permukaan tubuh. Nyeri ini timbul karena perangsangan terhadap radiks, baik bersifat penekanan, sentuhan, peregangan, tarikan atau jepitan.
(22)
5. Nyeri akibat spasme otot. Penyebabnya tidak jelas, umumnya berkaitan dengan kelainan tulang belakang. Spasme ini berhubungan dengan postur abdominal dan regangan otot paraspinal. Nyeri yang ditimbulkan akibat spasme otot disebabkan karena adanya gangguan muskuloskeletal. Otot yang berada dalam keadaan tegang terus menerus menimbulkan perasaan yang subyektif yang disebut pegal. Sikap duduk, tidur, jalan, dan berdiri dapat menyebabkan ketegangan otot sehingga menimbulkan nyeri pinggang. Selain itu, ketegangan mental juga mempengaruhi ketegangan pada otot lumbal. Nyeri karena spasme otot biasanya akan membaik dengan cara dipijat.
2.2.2 Penyebab nyeri punggung bawah
Penyebab nyeri punggung bawah bervariasi, nyeri punggung bawah sering disebabkan karena ketegangan otot dan jaringan lunak pada tulang belakang. Adapula nyeri pada tempat penyambungan tulang belakang dengan tulang pelvis, disebut disfungsi sudut sakroiliaka. Penyebab fisik termasuk osteoathritis, rheumatoid arthritis, degenerasi cakram antara vertebra (herniasi), fraktur vertebra, atau spasme otot. Nyeri punggung bawah juga terjadi karena berbagai faktor, diantaranya faktor pekerjaan yang melibatkan aktivitas yang berlebihan seperti mengangkat benda yang berat. Khususnya hal tersebut terjadi pada kelompok pekerja bongkar muat barang di pelabuhan, karena mengangkut barang turun dari kapal maupun sebaliknya menjadi tujuan dari para pekerja ini. Hal tersebut sering dilakukan para pekerja bongkar muat
(23)
barang walaupun dengan kapasitas jumlah barang yang berlebihan dan posisi yang salah sehingga dapat memicu munculnya gejala nyeri punggung bawah (Sulissingtyas, 2009).
2.2.3 Pengukuran nyeri punggung bawah
Pengukuran nyeri punggung bawah dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu:
1. Visual Analouge Scale (VAS)
Visual Analouge Scale (VAS) adalah alat ukur untuk memeriksa
intensitas nyeri menggunakan garis ukuran 10-15 cm. Dalam garis tersebut berisi skala yang dimulai dari ujung sebelah kiri dari 0-4 yaitu tidak sakit, sakit sedikit, sakit sedang, sakit sekali, dan sangat sakit. Responden diminta untuk menandai di sepanjang garis tersebut sesuai dengan level intensitas nyeri yang dirasakan. Keuntungan dari metode pengukuran visual analouge scale lebih sensitif dan lebih akurat dalam mengukur nyeri dan mempunyai korelasi yang baik dengan pengukuran lain. Visual analouge scale sangat bergantung pada pemahaman responden sehingga responden harus hadir pada saat pengukuran (Widodo, 1999).
2. Mc. Gill Pain Questionnaire
Kuesioner ini dalam bentuk pemberian nilai, dan pengukuran diantaranya pengukuran nyeri yang kompleks. Kuesioner ini terdiri dari empat bagian yaitu (1) gambar nyeri, (2) indeks nyeri, (3)
(24)
pertanyaan-pertanyaan mengenai nyeri terdahulu dan lokasinya, dan (4) indeks intensitas nyeri yang dialami saat ini. Pengukuran ini meliputi tiga aspek yaitu afektif, sensorik dan evaluasi dari nyeri yang dirasakan (Widodo, 1999).
3. Nordic Body Map
Nordic Body Map merupakan metode yang digunakan untuk menilai tingkat keparahan atas terjadinya gangguan atau cedera pada sistem muskuloskeletal. Nordic Body Map merupakan metode lanjutan yang dapat digunakan setelah selesai melakukan observasi dengan metode
Rapid Upper Limb Assessment (RULA) dan Rapid Entire Body
Assessment (REBA). Keberhasilan metode Nordic Body Map sangat subjektif, artinya sangat tergantung dari kondisi dan situasi yang dialami pekerja pada saat dilakukannya penilaian dan juga tergantung dari keahlian dan pengalaman observer yang bersangkutan. Metode Nordic Body Map telah digunakan oleh para ahli ergonomi untuk menilai tingkat keparahan gangguan pada sistem muskuloskeletal dan mempunyai validitas dan reliabilitas yang cukup baik. Penilaian Nordic Body Map menggunakan desain penelitian dengan scoring menggunakan 4 skala likert (skor 0=tidak sakit, skor 1=agak sakit, skor 2=sakit, skor 3=sangat sakit) (Tarwaka, 2010).
4. Lasegue Test
Lasegue test disebut juga Straight Leg Raising (SLR) test. Lasegue test merupakan suatu metode pemeriksaan fisik terhadap nyeri
(25)
punggung bawah pada seseorang. Lasegue test dilakukan dengan cara pasien diminta untuk tidur terlentang, tungkai kaki kiri atau kanan diangkat secara bergantian sampai sudut 70o. Jika tungkai kaki diangkat terasa nyeri sebelum sudut normal berarti pasien mengalami keluhan nyeri punggung bawah. Sebaliknya, jika tungkai kaki diangkat mencapai sudut 70o, pasien tidak mengalami keluhan nyeri punggung bawah (Syahrul, 2012).
2.2.4 Pencegahan nyeri punggung bawah
Pencegahan merupakan salah satu faktor dalam mengatasi nyeri punggung bawah yang disebabkan oleh kerusakan tulang belakang, jaringan lunak penghubung tulang belakang, cidera otot atau jaringan saraf tulang belakang dengan lapisan pelindungnya. Tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya nyeri punggung bawah adalah:
1. Pencegahan primer
Pencegahan tingkat pertama ini merupakan upaya untuk mempertahankan orang yang sehat agar tetap sehat atau mencegah orang sehat menjadi sakit. Pencegahan primer dapat dilakukan dengan:
a. Mengadakan sosialisasi yang berkaitan dengan nyeri punggung bawah serta posisi kerja yang baik dan benar agar berkurangnya kejadian nyeri punggung bawah pada pekerja terutama pekerja angkut barang.
b. Memperbaiki sikap tubuh saat bekerja dengan cara berdiri dengan punggung dan kepala menghadap ke depan serta menghindari sikap
(26)
membungkuk. Jika bekerja di bangku, pastikan bangku tersebut cukup tinggi untuk menjaga sikap tubuh tetap baik dan nyaman saat bekerja dan tidak diam dalam posisi yang sama dalam waktu yang lama. c. Mengangkat barang dengan posisi membungkuk yang benar dengan
cara menempatkan kaki berjauhan, masing-masing kaki membentuk sudut yang tepat dan kaki mengarah ke benda yang akan diangkat. Pinggul dan lutut tetap menjaga punggung tetap lurus. Seluruh tulang belakang akan condong ke depan untuk menghindari punggung menekuk (Karaeng, 2013).
d. Menjaga berat badan tubuh tetap ideal karena berat badan berlebih akan memberikan tambahan ketegangan pada punggung dan juga akan mempunyai sikap tubuh yang buruk. Latihan fisik juga perlu dilakukan secara rutin untuk menguatkan otot punggung (Syahrul, 2012).
2. Pencegahan sekunder
Pencegahan tingkat kedua ini merupakan upaya untuk menghindarkan komplikasi dan mengurangi ketidakmampuan pada seseorang yang telah sakit. Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan cara mendeteksi penyakit secara dini dan pengadaan pengobatan yang cepat dan tepat. a. Diagnosis klinis
Diagnosis klinis nyeri punggung bawah dapat dilakukan dengan tes lasegue yaitu dengan cara pasien diminta untuk tidur terlentang, tungkai kaki kiri atau kanan diangkat secara bergantian sampai sudut normal 70o. Jika tungkai kaki diangkat terasa nyeri sebelum sudut normal
(27)
berarti pasien mengalami keluhan nyeri punggung bawah (Syahrul, 2012).
b. Pengobatan nyeri punggung bawah
Pengobatan nyeri punggung bawah dapat dilakukan dengan terapi konservatif dan operatif. Terapi konservatif meliputi rehat baring (bed rest) dimana penderita harus berbaring ditempat tidur selama beberpa hari, medikamentosa dan fisioterapi. Terapi operatif dilakukan apabila tindakan konservatif tidak memberikan hasil yang nyata (Septiawan, 2013).
3. Pencegahan tersier
Pencegahan tersier dimaksudkan untuk mengurangi komplikasi dan mengadakan rehabilitasi. Rehabilitasi bertujuan untuk mengembalikan fungsi fisik penderita nyeri punggung bawah agar lebih memperhatikan cara mengatasi masalah dan dapat menjalani kehidupan yang normal. Tindakan yang dapat dilakukan:
a. Selama masa penyembuhan, penderita nyeri punggung bawah sebaiknya menghindari pekerjaan atau aktivitas berat.
b. Menghindari masalah psikis seperti depresi, kecemasan, atau stress yang dapat memicu atau memperberat kembali terjadinya nyeri punggung bawah.
c. Penderita nyeri punggung bawah yang mengalami obesitas sebaiknya melakukan diet untuk menurunkan badan serta olahraga yang cukup (Cahyati, 2012).
(28)
2.2.5 Faktor risiko nyeri punggung bawah 1. Umur
Jumlah tahun yang dihitung sejak kelahiran responden sampai saat dilakukan penelitian berdasarkan ulang tahun terakhir. Pada dasarnya keluhan skeletal mulai dirasakan pada usia kerja 25-65 tahun. Keluhan pertama biasanya dirasakan pada usia 35 tahun keatas dan tingkat keluhan akan terus meningkat sejalan dengan bertambahnya umur. Hal ini terjadi karena pada umur setengah baya, kekuatan dan ketahanan otot mulai menurun, sehingga risiko terjadi keluhan otot meningkat (Tarwaka dkk, 2004). Penelitian yang dilakukan oleh Halimah (2009) menyebutkan bahwa nyeri punggung bawah sangat umum terjadi pada umur 35-55 tahun, sedangkan menurut Cahyati (2012) masalah nyeri punggung bawah pada pekerja umumnya dimulai dari kelompok usia 45-60 tahun. 2. Berat beban angkut barang
Tahap awal dari pekerja yang mengalami nyeri punggung bawah adalah pada saat melakukan pekerjaan mengangkut barang. Pembebanan berat yang terjadi secara tiba-tiba dan cara kerja yang salah dapat mempengaruhi terjadinya nyeri punggung bawah (Kushardiyanto, 2010). Batas angkut barang menurut Nurmianto (2004) dapat dilihat pada tabel 2.1.
Tabel 2.1 Tindakan yang Dilakukan Sesuai dengan Batas Angkat
(29)
1 <16 Tidak diperlukan tindakan khusus.
2 16-34 Prosedur administratif diperlukan untuk mengidentifikasi ketidakmampuan seseorang dalam mengangkat beban tanpa menanggung risiko yang berbahaya kecuali dengan perantara alat tertentu.
3 34-55 Menggunakan sistem pemindahan material secara terlatih harus dibawah pengawasan supervisor.
4 >55 Harus memakai peralatan mekanis dan operator yang terlatih. Pernah mengikuti pelatihan kesehatan dan keselamatan kerja dalam industri. Harus dalam pengawasan ketat.
Sumber: Nurmianto, 2004
Berat barang kurang dari 16 kg tidak perlu tindakan khusus atau menggunakan alat untuk mengangkutnya. Berat barang 16 sampai 34 kg memerlukan prosedur administratif untuk mengetahui kemampuan sesorang dalam mengangkut beban tanpa menanggung risiko yang berbahaya akibat mengangkut barang. Jika seseorang merasa tidak mampu untuk mengangkut barang, maka harus menggunakan alat perantara untuk mengangkut barang. Berat barang 34 sampai 55 kg dianjurkan untuk menggunakan alat perantara yang dilakukan oleh operator atau tenaga kerja terlatih dengan pengawasan oleh atasan. Untuk berat barang >55 kg harus menggunakan alat mekanis dan operator terlatih karena beban barang tidak bisa diangkut manual oleh pekerja. Operator atau tenaga kerja terlatih pernah mengikuti pelatihan kesehatan dan keselamatan kerja dalam industri sehingga operator atau tenaga kerja sudah terlatih dan mengetahui cara penggunaan alat-alat mekanis untuk
(30)
mengangkut barang agar terhindar dari risiko yang berbahaya pada saat bekerja.
3. Indeks Massa Tubuh (IMT)
Seseorang yang kelebihan berat badan, lebih berisiko mengalami nyeri punggung bawah karena beban pada sendi penumpu berat badan akan meningkat sehingga akan mengalami nyeri punggung bawah (Septiawan, 2013). Berat badan yang berada dibawah batas minimum dinyatakan kurus dan berat badan yang berada di atas batas maksimum dinyatakan sebagai kegemukan. Batasan berat badan normal orang dewasa ditentukan berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT). Indeks massa tubuh merupakan alat sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa khususnya berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan, maka mempertahankan berat badan normal dapat menghindari seseorang dari berbagai macam penyakit (Depkes, 2003). Pria dengan indeks massa tubuh <17 kg/m2 termasuk dalam kategori kurus, 17-23 kg/m2 termasuk kategori normal, 23-27 kg/m2 termasuk kategori gemuk, dan >27 kg/m2 termasuk kategori obesitas.. Wanita dengan indeks massa tubuh <18 kg/m2 termasuk dalam kategori kurus, 18-25 kg/m2 kategori normal, 25-27 kg/m2 termasuk kategori gemuk, sedangkan >27 kg/m2 termasuk kategori obesitas. Kategori pemgelompokkan indeks massa tubuh dapat dilihat pada tabel 2.2.
(31)
Tabel 2.2 Kategori Pengelompokkan Indeks Massa Tubuh
Kategori IMT
Pria
Kurus <17 kg/m2 Normal 17-23 kg/m2 Gemuk 23-27 kg/m2 Obesitas >27
Wanita
Kurus <18 kg/m2 Normal 18-25 kg/m2 Gemuk 25-27kg/m2 Obesitas >27
Sumber : Depkes, 2003
4. Posisi angkut barang
Pekerjaan mengangkat dan mengangkut mempunyai risiko tinggi untuk mengakibatkan nyeri punggung bawah karena kerusakan tulang belakang. Untuk itu perlu diperhatikan teknik mengangkut beban. Pada teknik mengangkut yang ergonomis, tumpuan beban terletak pada kedua kaki dan bukan pada tulang belakang atau punggung sehigga tulang belakang tidak harus bekerja keras menahan beban (Pratiwi, 2009). Pengangkutan beban barang secara manual berpengaruh terhadap otot dan tulang belakang. Posisi angkut barang secara manual dipengaruhi oleh beberapa
(32)
faktor seperti berat beban, kelenturan badan, memutar badan dan ketegangan otot. Ketika mengangkat atau membawa atau menjinjing beban maka posisi punggung dalam keadaan lurus. Pada posisi ini, beban akan terdistribusi ke seluruh sendi yang berbeda (lutut dan tulang belakang). Hal yang perlu diperhatikan saat mengangkut barang adalah pada waktu mengangkat dan membawa peralatan, posisi badan harus tepat pada titik tumpu pada tulang belakang. Pekerjaan mengangkut beban di atas punggung kurang menguntungkan, karena beberapa otot perut menjadi berkontraksi statis (Kushardiyanto, 2010). Menurut
Suma’mur (1996), cara mengangkut beban barang yang benar dan salah
adalah:
a. Pastikan kaki dalam keadaan stabil (90o) dan rapatkan kaki pada barang yang hendak diangkat. Posisi tulang punggung harus tegak. b. Angkat barang perlahan-lahan, jika barang agak berat tumpu dengan
otot kaki. Pastikan lutut bengkok ketika mengangkut barang. c. Gunakan troli atau peralatan lain jika berat beban barang terlalu
berat.
Cara mengangkut barang yang salah dan harus dihindari :
a. Posisi tulang punggung tidak tegak lurus ketika mengangkut barang.
b. Tidak mengangkut barang yang terlalu berat atau melebihi batas angkut yang telah ditentukan.
(33)
d. Menyeimbangkan berat badan, pastikan mengangkutnya di tengah. e. Tidak mengangkut barang yang berat apabila pernah mengalami
atau menghadapi masalah nyeri punggung bawah.
2.3 Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM)
Tenaga kerja bongkar muat merupakan salah satu pekerjaan yang perlu mendapatkan perhatian khusus karena proses kerja yang dilakukan memiliki tingkat risiko yang tinggi terhadap kesehatan. Tenaga kerja bongkar muat (TKBM) adalah semua tenaga kerja yang terdaftar pada pelabuhan setempat yang melakukan pekerjaan bongkar muat di pelabuhan (Kemenhub, 2012). Pada umumnya, pekerja menggunakan tubuh sebagai alat angkut seperti memikul, menjinjing, maupun memanggul. Jarak angkut yang ditempuh dalam mengangkut tergantung dari lokasi awal barang ke tempat yang dituju. Tenaga kerja bongkar muat di Pelabuhan Benoa hanya dapat dilaksanakan oleh pekerja yang terdaftar di kantor Pelabuhan Benoa. Tenaga kerja bongkar muat berpotensi untuk terkena nyeri punggung bawah karena pekerjaan mereka mengangkat dan mengangkut barang yang mungkin tidak memenuhi standar ergonomi, masa kerja yang lama, beban kerja yang memberi tekanan pada daerah punggung pada saat mengangkut (Karaeng, 2013).
2.4 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah di Pelabuhan Benoa. Pelabuhan Benoa merupakan salah satu pelabuhan yang ada di Bali. Pelabuhan Benoa mulai dioperasikan sejak tahun 1924, berdasarkan STB 1924 No. 378, seiring dengan
(34)
keberadaan Bangsa Belanda di Kota Denpasar. Batas-batas lingkungan kerja pelabuhan dan daerah lingkungan kepentingan Pelabuhan Benoa ditetapkan dengan Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Dalam Negeri dan Menteri Perhubungan Nomor 15 Tahun 1990/KM.18 Tahun 1990 tanggal 14 Pebruari 1990 (PT. Pelabuhan Indonesia, 2012). Pelabuhan ini merupakan pintu masuk ke Kota Denpasar melalui jalur laut. Pelabuhan Benoa terletak di kawasan Pedungan. Banyak kapal yang berlabuh di Pelabuhan Benoa seperti kapal pesiar, kapal ikan, dan kapal angkut barang. Pelabuhan Benoa memiliki jasa tenaga kerja bongkar muat yang bertugas untuk mengangkat dan mengangkut barang dari darat ke kapal maupun sebaliknya Kegiatan angkut barang ini biasanya dilakukan oleh tenaga kerja bongkar muat yang berjumlah 48 orang. Berdasarkan observasi awal yang dilakukan di Kantor TKBM Pelabuhan Benoa, tenaga kerja yang bertugas dalam waktu yang tidak ditentukan. Tenaga kerja bongkar muat akan bekerja pada saat akan ada pengiriman barang. Proses angkut barang yang dilakukan yaitu menurunkan dan menaikkan barang jika ada kapal angkut barang yang tiba di pelabuhan.
(1)
1 <16 Tidak diperlukan tindakan khusus.
2 16-34 Prosedur administratif diperlukan untuk mengidentifikasi ketidakmampuan seseorang dalam mengangkat beban tanpa menanggung risiko yang berbahaya kecuali dengan perantara alat tertentu.
3 34-55 Menggunakan sistem pemindahan material secara terlatih harus dibawah pengawasan supervisor.
4 >55 Harus memakai peralatan mekanis dan operator yang terlatih. Pernah mengikuti pelatihan kesehatan dan keselamatan kerja dalam industri. Harus dalam pengawasan ketat.
Sumber: Nurmianto, 2004
Berat barang kurang dari 16 kg tidak perlu tindakan khusus atau menggunakan alat untuk mengangkutnya. Berat barang 16 sampai 34 kg memerlukan prosedur administratif untuk mengetahui kemampuan sesorang dalam mengangkut beban tanpa menanggung risiko yang berbahaya akibat mengangkut barang. Jika seseorang merasa tidak mampu untuk mengangkut barang, maka harus menggunakan alat perantara untuk mengangkut barang. Berat barang 34 sampai 55 kg dianjurkan untuk menggunakan alat perantara yang dilakukan oleh operator atau tenaga kerja terlatih dengan pengawasan oleh atasan. Untuk berat barang >55 kg harus menggunakan alat mekanis dan operator terlatih karena beban barang tidak bisa diangkut manual oleh pekerja. Operator atau tenaga kerja terlatih pernah mengikuti pelatihan kesehatan dan keselamatan kerja dalam industri sehingga operator atau tenaga kerja sudah terlatih dan mengetahui cara penggunaan alat-alat mekanis untuk
(2)
mengangkut barang agar terhindar dari risiko yang berbahaya pada saat bekerja.
3. Indeks Massa Tubuh (IMT)
Seseorang yang kelebihan berat badan, lebih berisiko mengalami nyeri punggung bawah karena beban pada sendi penumpu berat badan akan meningkat sehingga akan mengalami nyeri punggung bawah (Septiawan, 2013). Berat badan yang berada dibawah batas minimum dinyatakan kurus dan berat badan yang berada di atas batas maksimum dinyatakan sebagai kegemukan. Batasan berat badan normal orang dewasa ditentukan berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT). Indeks massa tubuh merupakan alat sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa khususnya berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan, maka mempertahankan berat badan normal dapat menghindari seseorang dari berbagai macam penyakit (Depkes, 2003). Pria dengan indeks massa tubuh <17 kg/m2 termasuk dalam kategori kurus, 17-23 kg/m2 termasuk kategori normal, 23-27 kg/m2 termasuk kategori gemuk, dan >27 kg/m2 termasuk kategori obesitas.. Wanita dengan indeks massa tubuh <18 kg/m2 termasuk dalam kategori kurus, 18-25 kg/m2 kategori normal, 25-27 kg/m2 termasuk kategori gemuk, sedangkan >27 kg/m2 termasuk kategori obesitas. Kategori pemgelompokkan indeks massa tubuh dapat dilihat pada tabel 2.2.
(3)
Tabel 2.2 Kategori Pengelompokkan Indeks Massa Tubuh
Kategori IMT
Pria
Kurus <17 kg/m2 Normal 17-23 kg/m2 Gemuk 23-27 kg/m2 Obesitas >27
Wanita
Kurus <18 kg/m2 Normal 18-25 kg/m2 Gemuk 25-27kg/m2 Obesitas >27
Sumber : Depkes, 2003
4. Posisi angkut barang
Pekerjaan mengangkat dan mengangkut mempunyai risiko tinggi untuk mengakibatkan nyeri punggung bawah karena kerusakan tulang belakang. Untuk itu perlu diperhatikan teknik mengangkut beban. Pada teknik mengangkut yang ergonomis, tumpuan beban terletak pada kedua kaki dan bukan pada tulang belakang atau punggung sehigga tulang belakang tidak harus bekerja keras menahan beban (Pratiwi, 2009). Pengangkutan beban barang secara manual berpengaruh terhadap otot dan tulang belakang. Posisi angkut barang secara manual dipengaruhi oleh beberapa
(4)
faktor seperti berat beban, kelenturan badan, memutar badan dan ketegangan otot. Ketika mengangkat atau membawa atau menjinjing beban maka posisi punggung dalam keadaan lurus. Pada posisi ini, beban akan terdistribusi ke seluruh sendi yang berbeda (lutut dan tulang belakang). Hal yang perlu diperhatikan saat mengangkut barang adalah pada waktu mengangkat dan membawa peralatan, posisi badan harus tepat pada titik tumpu pada tulang belakang. Pekerjaan mengangkut beban di atas punggung kurang menguntungkan, karena beberapa otot perut menjadi berkontraksi statis (Kushardiyanto, 2010). Menurut
Suma’mur (1996), cara mengangkut beban barang yang benar dan salah
adalah:
a. Pastikan kaki dalam keadaan stabil (90o) dan rapatkan kaki pada barang yang hendak diangkat. Posisi tulang punggung harus tegak. b. Angkat barang perlahan-lahan, jika barang agak berat tumpu dengan
otot kaki. Pastikan lutut bengkok ketika mengangkut barang. c. Gunakan troli atau peralatan lain jika berat beban barang terlalu
berat.
Cara mengangkut barang yang salah dan harus dihindari :
a. Posisi tulang punggung tidak tegak lurus ketika mengangkut barang.
b. Tidak mengangkut barang yang terlalu berat atau melebihi batas angkut yang telah ditentukan.
(5)
d. Menyeimbangkan berat badan, pastikan mengangkutnya di tengah. e. Tidak mengangkut barang yang berat apabila pernah mengalami
atau menghadapi masalah nyeri punggung bawah.
2.3 Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM)
Tenaga kerja bongkar muat merupakan salah satu pekerjaan yang perlu mendapatkan perhatian khusus karena proses kerja yang dilakukan memiliki tingkat risiko yang tinggi terhadap kesehatan. Tenaga kerja bongkar muat (TKBM) adalah semua tenaga kerja yang terdaftar pada pelabuhan setempat yang melakukan pekerjaan bongkar muat di pelabuhan (Kemenhub, 2012). Pada umumnya, pekerja menggunakan tubuh sebagai alat angkut seperti memikul, menjinjing, maupun memanggul. Jarak angkut yang ditempuh dalam mengangkut tergantung dari lokasi awal barang ke tempat yang dituju. Tenaga kerja bongkar muat di Pelabuhan Benoa hanya dapat dilaksanakan oleh pekerja yang terdaftar di kantor Pelabuhan Benoa. Tenaga kerja bongkar muat berpotensi untuk terkena nyeri punggung bawah karena pekerjaan mereka mengangkat dan mengangkut barang yang mungkin tidak memenuhi standar ergonomi, masa kerja yang lama, beban kerja yang memberi tekanan pada daerah punggung pada saat mengangkut (Karaeng, 2013).
2.4 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah di Pelabuhan Benoa. Pelabuhan Benoa merupakan salah satu pelabuhan yang ada di Bali. Pelabuhan Benoa mulai dioperasikan sejak tahun 1924, berdasarkan STB 1924 No. 378, seiring dengan
(6)
keberadaan Bangsa Belanda di Kota Denpasar. Batas-batas lingkungan kerja pelabuhan dan daerah lingkungan kepentingan Pelabuhan Benoa ditetapkan dengan Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Dalam Negeri dan Menteri Perhubungan Nomor 15 Tahun 1990/KM.18 Tahun 1990 tanggal 14 Pebruari 1990 (PT. Pelabuhan Indonesia, 2012). Pelabuhan ini merupakan pintu masuk ke Kota Denpasar melalui jalur laut. Pelabuhan Benoa terletak di kawasan Pedungan. Banyak kapal yang berlabuh di Pelabuhan Benoa seperti kapal pesiar, kapal ikan, dan kapal angkut barang. Pelabuhan Benoa memiliki jasa tenaga kerja bongkar muat yang bertugas untuk mengangkat dan mengangkut barang dari darat ke kapal maupun sebaliknya Kegiatan angkut barang ini biasanya dilakukan oleh tenaga kerja bongkar muat yang berjumlah 48 orang. Berdasarkan observasi awal yang dilakukan di Kantor TKBM Pelabuhan Benoa, tenaga kerja yang bertugas dalam waktu yang tidak ditentukan. Tenaga kerja bongkar muat akan bekerja pada saat akan ada pengiriman barang. Proses angkut barang yang dilakukan yaitu menurunkan dan menaikkan barang jika ada kapal angkut barang yang tiba di pelabuhan.