PELAKSANAAN PENGUPAHAN TERHADAP TENAGA KERJA BONGKAR MUAT DI PELABUHAN PANJANG

ABSTRACT
IMPLEMENTATION OF WAGE LABOR STEVEDORE
IN PORT OF PANJANG

BY
BAYU FAHMY PUJAKESUMA
Remuneration is a very important aspect in the process of loading and
unloading in ports. Wages Stevedoring be something to consider in the loading
and unloading activities so that workers unloading decent gain.
According to the provisions of the Law of the Republic of Indonesia Number 13
Year 2003 on Manpower is "every worker / laborer is entitled to earn a decent
living that meets human beings" As for the loading and unloading of regulated
tariffs in Kepmenhub No. 35 of 2007, which contained about unloading rates in
the port is "For wholesale rates based on the provincial minimum wage".
As for the problem of this research is the implementation of the Wage How
To Stevedoring by Cooperative TKBM in the Port of Panjang and Is the limiting
factor in the implementation of the Wage Against Stevedoring by Cooperative
TKBM in the Port of Panjang
To be able to answer the issues to be discussed, then the juridical and
empirical approach that uses primary data and secondary data. The primary data
obtained through field studies. Secondary data were obtained through literature.

Data analysis was done by descriptive analysis.
Based on the research results it can be concluded that the Form wage labor is
done by cooperatives unloading at the Port of Panjang can be done with the daily
wage or piece rate TKBM While the minimum wage is calculated at the same as a
lack of provincial minimum wage (UMP) / Minimum Wages District / city
designated by the Governor / Regent / Mayor, for the daily minimum wage is
calculated by the formula:Minimum wage divided province twenty-one (21) days
Work
To avoid any deviation from the implementation of the Wage Against
Stevedoring At the Port of Panjang Cooperative was formed Stevedoring nurtured
and monitored by several government agencies including the Port Administrator
(ADPEL), Department of Cooperatives, Department of Labor, and the Department
of Transportation

ABSTRAK
PELAKSANAAN PENGUPAHAN TERHADAP TENAGA KERJA
BONGKAR MUAT DI PELABUHAN PANJANG

OLEH
BAYU FAHMY PUJAKESUMA

Pengupahan merupakan aspek yang sangat penting dalam proses bongkar
muat dipelabuhan. Upah Bongkar Muat menjadi suatu hal yang diperhatikan
dalam aktivitas bongkar muat sehingga tenaga kerja bongkar muat mendapatkan
kesejerahteraan yang layak.
Menurut ketentuan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan adalah “setiap pekerja/ buruh berhak memperoleh
penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”
Sedangkan bagi penetapan tarif bongkar muat diatur dalam Kepmenhub Nomor
35 Tahun 2007 yang memuat tentang tarif bongkar muat di pelabuhan
yaitu"Untuk tarif borongan berpedoman pada upah minimum provinsi”.
Adapun yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah
Bagaimanakah Pelaksanaan Pengupahan Terhadap Tenaga Kerja Bongkar Muat
oleh Koperasi TKBM di Pelabuhan Panjang dan Apakah faktor penghambat
dalam Pelaksanaan Pengupahan Terhadap Tenaga Kerja Bongkar Muat oleh
Koperasi TKBM di Pelabuhan Panjang
Untuk dapat menjawab permasalahan yang akan dibahas, maka dilakukan
pendekatan yuridis dan empiris yang menggunakan data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh melalui studi lapangan. Data sekunder diperoleh
melalui studi pustaka. Analisa data dilakukan dengan cara analisis deskriptif.
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Bentuk

pengupahan yang dilakukan oleh koperasi tenaga kerja bongkar muat di
Pelabuhan Panjang dapat dilakukan dengan upah harian atau upah borongan
Sedangkan Upah minimum TKBM dihitung sekurang-kurangya sama dengan
upah minimum provinsi (UMP)/Upah Minimum Kabupaten/Kota yang ditetapkan
oleh Gubernur/Bupati/Walikota, untuk UMR harian dihitung dengan rumusan :
Upah Minimun Provinsi dibagi dua puluh satu (21) hari Kerja
Untuk menghindari adanya penyimpangan terhadap Pelaksanaan Pengupahan
Terhadap Tenaga Kerja Bongkar Muat Di Pelabuhan Panjang dibentuk lah
Koperasi Tenaga Kerja Bongkar Muat yang dibina dan diawasi oleh beberapa
instansi pemerintah diantaranya Administratur Pelabuhan (ADPEL), Dinas
Koperasi, Dinas Ketenagakerjaan , dan Dinas Perhubungan

PELAKSANAAN PENGUPAHAN TERHADAP
TENAGA KERJA BONGKAR MUAT (TKBM)
DI PELABUHAN PANJANG

Oleh
BAYU FAHMY PUJAKESUMA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
SARJANA HUKUM
Pada
Bagian Hukum Administrasi Negara
Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2015

PELAKSANAAN PENGUPAHAN TERHADAP
TENAGA KERJA BONGKAR MUAT (TKBM)
DI PELABUHAN PANJANG

( Skripsi)

Oleh

Bayu Fahmy Pujakesuma


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2015

DAFTAR ISI

Riwayat Hidup…………………………………………………….

vii

Halaman Persembahan…………………………………………...

viii

Motto……………………………………………………………….

ix


Sanwacana………………………………………………………....

x

Daftar Isi…………………………………………………………...

xii

I. PENDAHULUAN .........................................................................

1

1.1 Latar Belakang .............................................................................
1.2 Permasalahan Dan Ruang Lingkup..............................................
1.2.1 Permasalahan.......................................................................
1.2.2 Ruang Lingkup....................................................................
1.3 Tujuan Penelitian .........................................................................
1.4 Kegunaan Penelitian.....................................................................

1

5
5
5
6
6

II. TINJAUAN PUSTAKA..............................................................

7

2.1 Pengupahan ..................................................................................
2.1.1 Pengertian Pengupahan .......................................................
2.1.2 Jenis- Jenis Pengupahan......................................................
2.2 Hukum Perburuhan ......................................................................
2.2.1 Pengertian Hukum Perburuhan ...........................................
2.2.2 Hakekat Hukum Perburuhan ...............................................
2.2.3 Sifat Hukum Perburuhan.....................................................
2.3 Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM).........................................
2.3.1 Pengertian Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM)..............
2.3.2 Bongkar Muat .....................................................................

2.3.3 Federasi Serikat Tenaga Kerja Bongkar Muat (FSTKBM)
2.4 Koperasi Tenaga Kerja Bongkar Muat (KTKBM) ......................
2.4.1 Pengertian Koperasi Tenaga Kerja
Bongkar Muat (KTKBM) ....................................................
2.4.2 Landasan dan Asas Koperasi ...............................................
2.4.3 Tujuan, Fungsi dan Peranan Koperasi .................................
2.4.4 Anggaran Dasar Koperasi ....................................................
2.4.5 Ciri-ciri Koperasi Tenaga Kerja Bongkar Muat...................
2.4.6 Prinsip Koperasi Tenaga Kerja Bongkar Muat ....................
2.5 Pelabuhan Panjang .......................................................................

7
7
9
10
10
10
13
14
14

14
15
15
15
17
17
18
19
19
20

III. METODE PENELITIAN .........................................................

21

3.1 Pendekatan Masalah.....................................................................
3.2 Sumber Dan Jenis Data ................................................................
3.3 Metode Pengumpulan Dan Pengolahan Data...............................
3.4 Analisis Data ................................................................................


21
21
22
23

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................

24

4.1 Gambaran Umum Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM)
di Pelabuhan Panjang ...................................................................
4.1.1` Koperasi Tenaga Kerja Bongkar Muat Di
Pelabuhan Panjang .............................................................
4.1.2 Uraian Tugas Struktur Organisasi Koperasi TKBM……...

24
25
25

4.2 Pelaksanaan Pengupahan Terhadap Tenaga Kerja

Bongkar Muat (TKBM) di Pelabuhan Panjang............................
4.2.1 Pedoman Perhitungan Besaran Tarif...................................
4.2.2 Penjelasan Perhitungan ......................................................
4.3 Hambatan-hambatan Dalam Pelaksanaan Pengupahan Terhadap
Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) di Pelabuhan Panjang .....
4.3.1 Faktor Intern........................................................................
4.3.1 Faktor Ekstern .....................................................................

39
39
40

V. KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................

41

5.1 Kesimpulan ..................................................................................

41

5.2 Saran.............................................................................................

42

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

26
28
29

MOTO

Kesempatan hanya datang sekali dan tidak akan dating untuk kedua kalinya, maka
pergunakannah kesempatan itu sebaik-baiknya.
Hidup itu diibaratkan sebuah jalan terkadang kita menemui jalan yang mulus, jalan
yang berliku, jalan, bebatuan, dan jalan yang terpenuhi dengan lumpur, namun bila
kita menjalaninya dengan sabar dan ikhlas insyaaallah kita dapat melewatinya.
Jangan pernah menyerah dan putus asa selama harapan itu masih ada walaupun
harapan itu kecil

”cogito ergo sum (aku berfikir maka aku ada)”

Kupersembahkan Skripsi ini kepada :

Kepada kedua orang tuaku Ayahandaku Ibnu Farid dan Ibundaku Mira yang telah
setia membimbingku hingga aku mendapat gelar Sarjana.
Asik-adikku yang tercinta Etrika Ayudhia Astrias dan Taufan Maulana
Pamungkas yang selalu berdoa dan menanti keberhasilanku
Seluruh sahabatku yang aku sayangi
Almamaterku tercinta

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pringsewu pada tanggal 25 September 1986.
Anak

pertama dari tiga bersaudara dari pasangan bapak Ibnu Farid

dan ibu

Mira.Pendidikan dimulai di SD Gula Putih Mataram

Lampung Tengah diselesaikan pada tahun 2000, kemudian dilanjutkan
pada SMP Gula Putih Mataram Lampung Tengah diselesaikan pada tahun 2003, dan
dilanjutkan pendidikan pada SMAN 1 Kasihan Bantul Yogjakarta diselaikan pada
tahun 2006, dan pada tahun 2007 penulis diterima sebagai Mahasiswa di Fakultas
hukum di Universitas Lampung.

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan
karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul :
“PELAKSANAAN PENGUPAHAN TERHADAP TENAGA KERJA BONGKAR
MUAT DI PELABUHAN PANJANG”
Yang merupakan salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana hukum pada Universitas
Lampung.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan
motivasi dan saran dari semua pihak. Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan
ucapan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Heryandi, S.H.,M.S, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas
Lampung
2. Bapak Dr. Yuswanto , S.H.,M.Hum selaku Pembantu Dekan I Fakultas Hukum
Universitas Lampung
3. Ibu Yulia Neta, S.H., M.H selaku Pembantu Dekan II Fakultas Hukum Universitas
Lampung
4. Bapak Dr. Hamzah, S.H.,M.H selaku Pembantu Dekan III Fakultas Hukum
Universitas Lampung
5. Ibu Upik Hamidah, S.H.,M.H selaku Ketua Bagian Hukum Administrasi Negara pada
Fakultas Hukum Universitas Lampung
6.

Ibu Nurmayani, S.H.,M.H yang telah memberikan masukan dan semangat untuk
menyelesaikan skripsi ini

7. Bapak Elman Eddy Patra, S.H.,M.H selaku Pembimbing I yang telah memberikan
Bimbingannya

8. Ibu Sri Sulastuti, S.H.,M.H selaku Pembimbing II yang telah memberikan banyak
waktunya dalam proses bimbingannya.
9. Bapak Syamsir Syamsu, S.H.,M.H selaku Pembahas I yang banyak memberikan
masukan dalam penulisan skripsi ini.
10. Bapak Satria Prayoga, S.H.,M.H selaku Pembahas II yang telah memberikan saran
dan masukannya dalam pembuatan skripsi ini.
11. Seluruh staf bagian Hukum Administrasi Negara.
12. Terima kasih pula penulis ucapkan kepada instansi-instansi terkait yang telah banyak
memberikan masukannya dalam pembuatan skripsi ini.
13. Keluarga besarku yang telah banyak memberikan dorongannya untuk menyelesaikan
skripsi ini
14. Teman-temanku ku tersayang.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan
saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Akhirnya semoga tulisan ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.

Lampung Selatan,
Penulis

Juni 2015

BAYU FAHMY PUJAKESUMA

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada perkembangannya Pelabuhan Panjang merupakan salah satu pelabuhan yang
memiliki peran yang sangat penting dalam kegiatan arus barang baik impor
maupun ekspor, yang berada di arus lalu lintas selat sunda dan sangat aktif dalam
kegiatan

perdagangan.

Pelabuhan

Panjang

juga

merupakan

pelabuhan

internasional yang berfungsi melayani kegiatan dan alih muat angkutan laut
nasional dan internasional dalam jumlah besar dan jangkauan pelayanan yang luas
serta merupakan simpul dalam transportasi laut internasional.

Pelabuhan Panjang juga merupakan pelabuhan yang dijadikan tempat oleh kapal
dagang dalam pelayaran yang singgah untuk memuat atau membongkar
muatannya. Maka dari itu Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) merupakan
faktor yang paling penting dalam menjamin proses bongkar muat dari dan
kedalam kapal. Ketersedian tenaga kerja bongkar muat dengan keterampilan yang
memadai dan dengan jumlah yang tepat selalu menjadi tujuan dari pelaksanaan
bongkar muat meskipun tidak melupakan faktor pendukung lainnya yang

2

berpengaruh dalam proses bongkar muat seperti mesin crane (mesin pengangkut),
forklift, dan lain sebagainya.

Kegiatan bongkar muat kapal meliputi membongkar dan memuat isi muatan kapal
yang mana setiap kapal memiliki jenis muatan barang tersendiri seperti General
Kargo, Curah Kering, Curah Cerah, Container, Mobil dan Ternak. Banyaknya
barang yang akan di bongkar muat dalam kapal membutuhkan tenaga kerja yang
cukup banyak untuk membongkar isi muatan kapal ke gudang penyimpanan
sementara begitu juga sebaliknya. Sehingga membutuhkan biaya untuk melakukan
aktivitas tersebut yang mana disebut upah.

Kegiatan bongkar muat barang maka dapat dihubungkan dengan Upah Bongkar
Muat yang merupakan salah satu faktor produktivitas tenaga kerja itu sendiri.
Tenaga kerja pelabuhan sangat berperan aktif dalam proses bongkar muat di
pelabuhan, karena mereka yang terjun langsung di lapangan, sehingga sangat
membantu dalam kelancaran proses bongkar muat. Maka dengan demikian Upah
Bongkar Muat menjadi suatu hal yang diperhatikan dalam aktivitas bongkar muat
sehingga tenaga kerja bongkar muat mendapatkan kesejerahteraan yang layak.

Untuk itu sebagai wujud peran serta pemerintah pada tahun 1990 dibentuklah
Koperasi Tenaga Kerja Bongkar Muat yang kemudian operasional bongkar muat
dikendalikan oleh Koperasi Tenaga Kerja Bongkar Muat.
Sesuai dengan tujuan koperasi yakni mensejahterakan anggotanya maka koperasi
tenaga kerja bongkar muat menerapkan sistem pengupahan borongan dengan

3

besaran tarif berkisar Rp 8.000 - Rp 9.600

per ton yang diatur di dalam

kesepakatan kerja bersama (KKB) antara Koperasi TKBM Pelabuhan Panjang dan
Asosiasi Perusahaan Bongkar Muat Indonesia (APBMI).

Pembayaran upah dilakukan oleh perusahaan bongkar muat ke koperasi.
Kemudian koperasi membayarkan kepada pekerja/ buruh TKBM
Keuntungan yang didapat dengan adanya Koperasi TKBM adalah pembayaran
dilakukan melalui koperasi serta adanya pemerataan kerja dengan pembagian tiga
shift dalam sehari yang memungkinkan semua TKBM mendapatkan pekerjaan,
dan adanya jaminan sosial tenaga kerja.

Menurut ketentuan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan adalah “setiap pekerja/ buruh berhak memperoleh
penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”
Sedangkan bagi penetapan tarif bongkar muat diatur dalam Kepmenhub Nomor
35 Tahun 2007 yang memuat tentang tarif bongkar muat di pelabuhan
yaitu"Untuk tarif borongan berpedoman pada upah minimum provinsi”.

Sistem pengupahan yang ideal didalam hubungan perburuhan antara majikan dan
buruh, hak pemberian upah tersebut berada pada majikan dan hak menerima upah
tersebut berada pada buruh. Artinya seyogyanya Koperasi TKBM yang memiliki
hak untuk memberikan upah kepada TKBM. .
Namun terkadang dalam pelaksanaan pengupahan masih sering terjadi
ketidaksesuaian dengan yang ada didalam peraturan perundang-undangan. Bahkan

4

terkadang upah sering menjadi pemicu konflik antara pihak Koperasi TKBM
dengan para TKBM.

Untuk menunjang pelaksanaan sistem pengupahan yang baik dan dapat
mensejahterakan TKBM maka perlu adanya pengawasan dari lembaga-lembaga
terkait misalnya Administratur Pelabuhan (Adpel)

dan

Dinas Tenaga Kerja

(Disnaker)

Dengan demikian penulis tertarik untuk meneliti pelaksanaan pengupahan
terhadap tenaga kerja bongkar muat oleh Koperasi TKBM di Pelabuhan Panjang
tahun 2010-2011. Sehingga penulis membuat judul penelitian ini “Pelaksanaan
Pengupahan Terhadap Tenaga Kerja Bongkar Muat oleh Koperasi TKBM di
Pelabuhan Panjang”

5

1.2 Permasalahan dan Ruang Lingkup

1.2.1 Permasalahan

Dari uraian-uraian diatas maka yang menjadi permasalahan dalam skripsi ini
adalah :
a. Bagaimanakah Pelaksanaan Pengupahan Terhadap Tenaga Kerja Bongkar
Muat oleh Koperasi TKBM di Pelabuhan Panjang?
b. Apakah faktor penghambat dalam Pelaksanaan Pengupahan Terhadap Tenaga
Kerja Bongkar Muat oleh Koperasi TKBM di Pelabuhan Panjang?

1.2.2 Ruang Lingkup

Agar penelitian ini lebih berfokus pada permasalahan di atas, maka ruang lingkup
dari penelitian ini yaitu; sumber keilmuan yang digunakan adalah Hukum
Administrasi Negara khususnya hukum tenaga kerja.

Penelitian ini dilakukan pada Koperasi Tenaga Kerja Bongkar Muat Pelabuhan
Panjang yang berada di Jln. Sumatra Komplek Pelabuhan Panjang No. 46 Bandar
Lampung. Dengan adanya pembatasan ruang lingkup diharapkan penelitian ini
dapat dilakukan dengan seksama dan sistematis guna mendapatkan hasil yang
baik.

6

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui pelaksanaan pengupahan terhadap tenaga kerja bongkar
muat oleh Koperasi TKBM di Pelabuhan Panjang.
b. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menghambat pelaksanaan pengupahan
terhadap

tenaga kerja bongkar muat oleh Koperasi TKBM di Pelabuhan

Panjang.

1.4 Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Secara teoritis, penelitian ini berguna untuk pengembangan ilmu hukum
admininistrasi negara khususnya hukum tenaga kerja yang memiliki
keterkaitan dengan pelaksanaan pengupahan terhadap tenaga kerja bongkar
muat oleh Koperasi TKBM di Pelabuhan Panjang
b. Secara praktis, penelitian ini dapat menjadi sumber rujukan dan menjadi
perbandingan penelitian-penelitian yang akan datang serta menjadi bahan
pertimbangan untuk pihak-pihak yang berkepentingan terutama dalam
pelaksanaan pengupahan terhadap tenaga kerja bongkar muat oleh Koperasi
TKBM di Pelabuhan Panjang sehingga akan
positif dimasa yang akan datang.

memberikan dampak yang

7

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengupahan

2.1.1 Pengertian Pengupahan

Menurut Kartasapoetra (1992:

) upah merupakan balas jasa yang merupakan

pengeluaran-pengeluaran pihak pengusaha, yang diberikan kepada para buruhnya
atas penyerahan jasa jasanya dalam waktu tertentu kepada pihak pengusaha.

Sedangkan menurut Edwin B. Flippo (1992: ) Upah adalah harga untuk jasa yang
telah diterima atau diberikan oleh orang lain bagi kepentingan seseorang atau
badan hukum

Di dalam pasal 1 ayat (30) Undang-Undang No 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan pengertian upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan
dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja
kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian
kerja, kesepakatan atau peraturan perundang undangan, termasuk tunjangan bagi
pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau
akan dilakukan.

8

Upah dapat dibedakan menjadi :
1. Upah Minimun Provinsi
Adalah upah minimum yang berlaku untuk seluruh kabupaten atau kota
disatu provinsi. Dasar hukum penetapan UMP adalah Peraturan Menteri
Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Nomor 7 Tahun 2013 Tentang Upah
Minimum. UMP ditetapkan oleh Gubernur dengan memperhatikan
rekomendasi Dewan Pengupahan Provinsi.
2. Upah Minimum Regional
Adalah suatu standar minimum yang diguanakan pengusaha atau pelaku
industry untuk memberikan upah kepada pegawai, karyawan atau buruh
dalam lingkungan usahanya.

Penetapan upah minimum didasarkan kepada kebutuhan hidup layak (KHL) yang
direkomendasikan oleh Dewan Pengupahan Provinsi dan disahkan oleh Gubernur.
Komponen-komponen upah diantaranya,
a. Gaji Pokok
Adalah imbalan dasar ( Basic Salary) yang dibayarkan kepada pekerja
menurut tingkat atau jenis pekerjaanyang besarnya ditetapkan berdasarkan
kesepakatan
b. Tunjangan Tetap
Adalah pembayaran kepada pekerja yang dilakukan secara teratur dan
tidak dikaitkan dengan kehadiran pekerja atau pencapaian prestasi kerja
tertentu (Pasal 94 UU No. 13/2003 Tentang Ketenagakerjaan)

9

c. Tunjangan Tidak Tetap
Adalah pembayaran yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan
dengan pekerja yangdiberikan secara tidak tetap dan dibayarkan menurut
satuan waktu yang tidak sama dengan waktu pembayaran upah
pokok,seperti tunjangan transport, tunjangan makan yang didasarkan pada
kehadiran.

2.1.2 Jenis-Jenis Pengupahan

Berdasarkan bentuknya, upah dibagi menjadi beberapa jenis diantaranya:
a. Upah nominal ialah sejumlah uang yang dibayarkan kepada para buruh yang
berhak secara tunai sebagai imbalan atas pengerahan jasa jasa atau
pelayanannya sesuai dengan ketentuan ketentuan yang terdapat dalam
Perjanjian Kerja di bidang industri atau perusahaan ataupun dalam suatu
organisasi kerja, dimana ke dalam upah tersebut tidak ada tambahan atau
keuntungan yang lain yang diberikan kepadanya
b. Upah nyata yang dimaksud dengan upah nyata ini ialah upah uang yang nyata
yang benar benar harus diterima oleh seseorang yang berhak. Upah nyata ini
ditentukan oleh daya beli upah tersebut
c. Upah hidup yakni upah hidup yang lebih luas, yang tidak hanya kebutuhan
pokoknya saja yang dapat dipenuhi melainkan juga sebagian dari kebutuhan
sosial keluarganya, misalnya bagi pendidikan, bagi bahan pangan yang
memiliki nilai nilai gizi yang lebih baik, iuran asuransi jiwa dan beberapa
lainnya lagi.

10

d. Upah Wajar Upah wajar dimaksudkan sebagai upah yang secara relatif
ditandai cukup wajar oleh pengusaha dan para buruhnya sebagai uang imbalan
atas jasa jasa yang diberikan buruh kepada pengusaha atau perusahaan, sesuai
dengan Perjanjian Kerja di antara mereka.

2.2 Hukum Perburuhan

2.2.1 Pengertian Hukum Perburuhan

Menurut Prof. Iman Soepomo SH, Hukum perburuhan adalah himpunan
peraturan, baik tertulis maupun tidak, yang berkenaan dengan kejadian dimana
seseorang bekerja pada orang lain dengan menerima upah.
Kata “per-buruh-an”, yaitu kejadian atau kenyataan dimana seseorang, biasanya
disebut buruh, bekerja pada orang lain, biasanya disebut majikan, dengan
menerima upah, dengan sekaligus mengenyampingkan persoalan antara pekerjaan
bebas (diluar hubungan kerja) dan pekerjaan yang dilakukan dibawah pimpinan (=
bekerja pada) orang lain, mengenyampingkan pula persoalan antara pekerjaan
(arbeid) dan pekerja (arbeider).
Bahwasanya hukum perburuhan ini – lain halnya dengan hukum tenaga kerja atau
hukum angkatan kerja – tidak juga meliputi pekerjaan bebas (diluar hubungan
kerja) yang menurut Van Esveld adalah bertentangan dengan tujuan yang utama,
yaitu melindungi mereka yang perekonomiannya lemah, tidak usah disimpulkan
bahwa bukan buruh yang perekonomiannya lemah itu, dengan sendirinya tidak
akan mendapat perlindungan pula. Sila keadilan sosial yang ditujukan kepada
seluruh rakyat, bahkan kepada seluruh umat manusia, jadi juga kepada bukan

11

buruh. Soalnya hanyalah bahwa perlindungan bagi bukan-buruh ini terletak diluar
bidang hukum perburuhan (Indonesia).
Untuk sekedar membuktikan bahwa perumusan ini adalah selaras dengan
perundang-undangan perburuhan dewasa ini, dapat dilihat antara lain dalam
Undang-Undang Kerja Nomor 12 Tahun 1948 yang dapat dipandang menduduki
tempat yang sangat penting dalam hukum perburuhan, dimana dikatakan bahwa
pekerjaan ialah “pekerjaan yang dijalankan oleh buruh untuk majikan dalam
hubungan kerja dengan menerima upah.”
Bila kita menyelidiki dengan lebih seksama perumusan itu, maka tampak
beberapa hal yang memerlukan penjelasan,antara lain :
a. Himpunan peraturan
Himpunan atau kumpulan peraturan ini hendaknya jangan diartikan
seolah-olah peraturan-peraturan mengenai perburuhan telah lengkap dan
telah dihimpun secara teratur (sistimatis), misalnya dalam Kitab UndangUndang Hukum Perburuhan.
Perlu diperhatikan bahwa peraturan-peraturan itu, baik dalam arti-kata
formil maupun dalam arti-kata materiil, ada yang ditetapkan oleh penguasa
dari atas (heteronoom) dan ada pula yang timbul didunia perburuhan
sendiri, ditetapkan oleh buruh, majikan atau bersama-sama buruh dan
majikan (otonom).
b. Bekerja atau melakukan pekerjaan pada orang lain.
Bekerja pada orang lain atau badan bila majikan itu merupakan badan
hukum, dengan sendirinya dapat dikatakan, mengenyampingkan semua
pekerja lainnya secara bebas (swa-pekerja). Bekerja pada orang lain pada

12

umumnya berarti melakukan pekerjaan dibawah pimpinan pihak lainnya
itu. Tetapi ada kalanya bahwa walaupun pekerjaan itu dilakukan secara
bebas, namun hubungannya adalah hubungan kerja. Sebaliknya ada
pekerjaan yang dilakukan dibawah pimpinan orang lain, tetapi pekerjaan
itu tidak masuk perburuhan, misalnya pekerjaan yang dilakukan orang lain
secara suka rela, pekerjaan yang dilakukan karena perintah negara
(pekerjaan orang hukuman).
c. Dengan menerima upah
Upah ini merupakan imbalan dari pihak majikan yang telah menerima
pekerjaan dari pihak buruh itu dan pada umumnya adalah tujuan dari
buruh untuk melakukan pekerjaan. Bila tiada upah, pada umumnya juga
tiada hubungan kerja.
d. Soal-soal yang berkenaan.
Hukum perburuhan dalam beberapa hal telah mulai berlaku juga sebelum
terjadinya hubungan antara buruh dengan majikan (penempatan dalam
arti-kata yang luas, soal magang), tetap berlaku juga bila pada waktu buruh
tidak dapat melakukan pekerjaan (misalnya sakit, mendapat kecelakaan)
atau tidak mempunyai pekerjaan (pengangguran, latihan kerja, pemberian
pekerjaan darurat dan lain-lain) dan terus berlaku juga bila hubungan
antara buruh dan majikan itu diputuskan karena buruh itu tidak mampu
lagi melakukan pekerjaan karena usia tinggi, cacat badan dan lain-lain.

13

2.2.2 Hakekat Hukum Perburuhan.

Prinsip negara kita adalah : tidak seorangpun boleh diperbudak, diperulur atau
diperhamba; perbudakan, perdagangan budak dan perhambaan dan segala
perbuatan berupa apapun yang bertujuan kepada itu dilarang. Yuridis buruh
adalah memang bebas. Tetapi sosiologis buruh adalah tidak bebas. Karena sebagai
orang yang tidak mempunyai bekal hidup lain daripada tenaganya itu, ia terpaksa
untuk bekerja pada orang lain. Dan majikan inilah yang pada dasarnya
menentukan syarat-syarat kerja itu. Tenaga buruh yang terutama menjadi
kepentingan majikan merupakan sesuatu yang sedemikian melekatnya pada
pribadi buruh, sehingga buruh itu selalu harus mengikuti tenaganya ketempat dan
pada saat majikan memerlukannya serta mengeluarkannya menurut kehendak
majikan itu. Dengan demikian, maka buruh juga jasmaniah dan rohaniah tidak
bebas.

2.2.3 Sifat Hukum Perburuhan
Menempatkan buruh pada suatu kedudukan yang terlindung terhadap kekuasaan
majikan berarti menetapkan peraturan-peraturan yang memaksa majikan bertindak
lain daripada yang sudah-sudah.
Sanksi terhadap pelanggaran atas pelanggaran atas peraturan ini biasanya ialah
tidak sahnya atau batalnya tindakan yang melanggar itu diancam pula dengan
pidana kurungan atau denda.
Kitab Undang-undang Hukum Perdata pasal 1602s menetapkan bahwa dalam hal
upah buruh seluruhnya atau sebagian ditetapkan berupa pemondokan, makan atau

14

keperluan hidup lainnya, majikan wajib memenuhinya menurut kebiasaan
setempat.
2.3 Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM)

2.3.1 Pengertian Tenaga Kerja Bongkar Muat

Menurut peraturan menteri perhubungan Nomor 35 KM tahun 2007 Tentang
Perhitungan Tarif pelayanan jasa bongkar muat barang dari dan ke kapal di
pelabuhan “ Tenaga Kerja Bongkar Muat adalah semua tenaga kerja yang
terdaftar pada pelabuhan setempat yang melakukan pekerjaan bongkar muat di
pelabuhan”

2.3.2 Bongkar Muat

Adapun ruang lingkup pelaksanaan bongkar muat yang dilalukan oleh tenaga
kerja bongkar muat (TKBM) meliputi kegiatan:
a) Stevedoring

adalah

pekerjaan

membongkar

barang

dari/

kapal

ke

dermaga/tongkang/ truk atau memuat barang dari dermaga/ tongkang/ truk ke
dalam kapalsampai dengan tersusun dalam palka dengan menggunakan Derek
kapal atau Derek darat.
b) Cargodoring adalah pekerjaan membongkar barang dari tali/ jala-jala di
dermaga dan mengangkut dari dermaga ke gudang/ lapangan penumpukan
selanjutnya menyusun di gudang/lapangan penumpukan barang atau
sebaliknya
c) Receiving/delivery adalah pekerjaan memindahkan barang dari timbunan/
tempat penumpukan di gudang/ lapangan penumpukan dan menyerahkan

15

sampai tersusun diatas kendaraan di pintu gudang/ lapangan penumpukan atau
sebalikya.

2.3.3 Federasi Serikat Tenaga Kerja Bongkar Muat (FSTKBM)

Federasi serikat tenaga kerja bongkar muat (FSTKBM) adalah organisasi yang
dibentuk dari, oleh dan untuk pekerja/buruh bongkar muat yang bersifat bebas,
terbuka, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab guna memperjuangkan,
membela serta melindungi hak dan kepentingan pekerja/buruh bongkar muat
beserta keluarganya

2.4 Koperasi Tenaga Kerja Bongkar Muat (KTKBM)

2.4.1 Pengertian Koperasi Tenaga Kerja Bongkar Muat (KTKBM)

Pengertian Koperasi Menurut buku Hukum Koperasi Indonesia oleh R.T Sutantya
Rahardja Hadhikusuma, SH, M.H secara umum koperasi berasal dari kata-kata
latin yaitu Cum yang berarti dengan, dan Aperari yang berarti bekerja. Dari dua
kata ini, dalam bahasa inggris dikenal istilah Co dan Operation, dalam bahasa
Belanda disebut dengan istilah Cooperative Vereneging yang berarti bekerja sama
dengan orang lain

untuk mencapai suatu tujuan tertentu.1

Kata Cooperation kemudian diangkat menjadi istilah ekonomi sebagai kooperasi
yang dibakukan menjadi suatu bahasa ekonomi yang dikenal koperasi, yang
berarti organisasi ekonomi dengan keanggotaan yang sifatnya sukarela, oleh

1

R.T Sutantya Rahardja Hadhikusuma, SH, M.H, Hukum Koperasi Indonesia,
RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2001, hlm;20

16

karena itu koperasi dapat didefinisikan sebagai berikut : Koperasi adalah suatu
perkumpulan atau organisasi ekonomi yang beranggotakan orang-orang atau
badan-badan yang memberikan kebebasan masuk dan keluar sebagai anggota
menurut peraturan yang ada, dengan bekerja sama secara kekeluargaan
menjalankan suatu usaha, dengan tujuan mempertinggi kesejahteraan jasmaniah
para anggotanya.

Dalam buku Koperasi oleh Ima Suwandi, koperasi menurut P.E Weeraman adalah
kumpulan orang-orang atau badan hukum yang bertujuan untuk perbaikan sosial
ekonomi anggotanya dengan memenuhi kebutuhan anggotanya dengan jalan
berusaha saling membantu antara yang satu dengan yang lainnya dengan cara
keuntungan, usaha tersebut baru didasarkan atas prinsip-prinsip koperasi.
Masih dalam Buku Koperasi oleh Ima Suwandi, Koperasi menurut Drs. Chaniago
adalah suatu perkumpulan yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum
yang memberikan kebebasan masuk dan keluar sebagai anggota dengan cara
bekerja sama secara kekeluargaan menjalankan usaha untuk mempertinggi
kesejahteraan jasmaniah para anggotanya.

Sedangkan Koperasi, menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang
Perkoperasian adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan
hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi
sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan.
Selain itu, menurut buku “Beberapa Aspek Koperasi” pada umumnya dan
koperasi Indonesia di dalam Perkembangan oleh Nindyo Pramono, Koperasi
merupakan suatu perkumpulan atau organisasi ekonomi yang beranggotakan

17

orang-orang atau badan-badan yang memberikan kebebasan masuk dan keluar
sebagai anggota menurut peraturan yang ada, dengan bekerja sama secara
kekeluargaan menjalankan suatu usaha dengan tujuan mempertinggi kesejahteraan
jasmaniah para anggotanya

2.4.2 Landasan dan Asas Koperasi

Menurut ketentuan Bab II, bagian pertama, pasal 2 Undang-Undang Nomor 25
Tahun 1992, tentang Perkoperasian, disebutkan bahwa landasan hukum Koperasi
adalah Pancasila, dengan berasaskan kekeluargaan. Asas kekeluargaan ini adalah
asas yang memang sesuai dengan jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia dan telah
berakar-akar dalam jiwa bangsa Indonesia. Berdasarkan Hukum Koperasi
Indonesia oleh R.T Sutantya Rahardja, SH, M.H, Koperasi berasaskan
kekeluargaan.

2.4.3 Tujuan, Fungsi dan Peranan Koperasi

a.Tujuan
Berdasarkan Hukum Koperasi Indonesia oleh R.T Sutantya Rahardja, SH, M.H,
pada bab II, bagian kedua pasal 3 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang
Perkoperasian, tertuang tujuan koperasi, yaitu memajukan kesejahteraan anggota
pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan
perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil
dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang 1945.

18

b.Fungsi dan Peranan Koperasi
Tertuang dalam pasal 4 bahwa fungsi dan peran Koperasi adalah :
1. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi
anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk
meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya.
2. Berperan serta aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan
manusia dan masyarakat.
3. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan
perekonomian

nasional

dengan

koperasi

sebagai

soko

gurunya.

Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional
yang merupakan usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan dan
demokrasi ekonomi.

2.4.4 Anggaran Dasar Koperasi

Menurut buku Hukum Koperasi Indonesia oleh R.T Sutantya Rahardja
Hadikusuma, SH, M.H, anggaran dasar adalah merupakan keseluruhan aturan
yang mengatur secara langsung kehidupan dan hubungan antara koperasi dengan
para anggotanya untuk terselenggaranya tertib organisasi.2 Didalam praktek,
biasanya anggaran dasar koperasi memuat ketentuan-ketentuan pokok, yang
antara lain :
a) Nama koperasi
b) Maksud dan Tujuan

2

R.T Sutantya Rahardja Hadhikusuma, SH, M.H, Hukum Koperasi Indonesia,
RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2001, hlm;24

19

c) Syarat keanggotaan
d) Tentang Permodalan
e) Hak, kewajiban dan tanggung jawab anggota
f) Pengurus dan pengawas koperasi
g) Rapat anggota dan keputusan rapat anggota
h) Penetapan tahun buku

2.4.5 Ciri-ciri Koperasi TKBM

Berdasarkan hukun Koperasi Indonesia oleh R.T Sutantya Rahardjo, SH,M.H.
Ciri-ciri Koperasi adalah :
1. Koperasi bukan suatu organisasi perkumpulan modal, tetapi perkumpulan
orang-orang

yang

berasaskan

sosial,

kebersamaan

bekerja

dan

bertanggung jawab.
2. Keanggotaan koperasi tidak mengenal adanya paksaan apapun dan oleh
siapapun, bersifat sukarela, netral terhadap berbagai aliran.
3. Koperasi bertujuan meningkatkan kesejahteraan anggota dengan cara
bekerja sama secara kekeluargaan.

2.4.6 Prinsip Koperasi TKBM

Berdasarkan Hukum Koperasi Indonesia oleh R.T Sutantya Rahardja SH, M.H.
Dalam Bab II bagian Kedua pasal 5 Undang-Undang Dasar 1945 Nomor 25
Tahun 1992 Tentang Perkoperasian, diuraikan bahwa koperasi melaksanakan
prinsip koperasi sebagai berikut :
a) Keanggotaan bersifat sukarela

20

b) Pengelolaan dilakukan secara demokratis
c) Pembagian

sisa

hasil

usaha

dilakukan

secara

adil

sebanding

dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota
d) Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal
e) Kemandirian

2.5 Pelabuhan Panjang

Dalam peraturan pemerintah RI No. 69 Tahun 2001 tentang Kepelabuhan
Pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan disekitarnya
dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan
ekonomi, dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh, naik turun
penumpang dan/atau bongkar muat barang yang dilengkapi dengan fasilitas
keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat
perpindahan intra dan antar moda transportasi.

Pelabuhan Panjang terletak di Kecamatan Panjang Kota Bandar Lampung. Ada 4
(empat) fungsi Pelabuhan Panjang layaknya fungsi sebuah pelabuhan pada
umumnya, yaitu:
1. Sebagai tempat pertemuan (interface)
2. Gapura (gateaway)
3. Entitas Industri
4. Mata Rantai Transportasi

21

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Masalah

Pendekatan Masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
normatif empiris. Pendekatan normatif adalah dengan mempelajari ketentuanketentuan hukum dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
pendapat para ahli hukum yang berhubungan Pelaksanaan Pengupahan Terhadap
Tenaga Kerja Bongkar Muat oleh Koperasi TKBM di Pelabuhan Panjang.
Sedangkan pendekatan secara empiris dilakukan melihat kenyataan dalam praktek
mengenai Pelaksanaan Pengupahan Terhadap Tenaga Kerja Bongkar Muat oleh
Koperasi TKBM di Pelabuhan Panjang.

Penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu menggambarkan suatu keadaan kemudian
menguraikan secara detail berdasarkan data yang diperoleh dalam penelitian.

3.2 Sumber dan Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
a. Data Primer
Adalah data yang bersumber dari hasil penelitian di lapangan dengan cara mencari
dan mengumpulkan data atau keterangan yang sesungguhnya kepada informan

22

dan responden yang ditunjuk, dan mengetahui tentang pokok permasalahan yang
ditulis.
b. Data Sekunder
Adalah data yang bersumber dari hasil penelitian bahan-bahan kepustakaan dan
dokumentasi seperti buku-buku, literatur, ketentuan perundang-undangan dan
bahan tertulis lainnya yang memiliki keterkaitan dengan permasalahan yang
dibahas.

3.3 Metode Pengumpulan Dan Pengolahan Data

a. Metode Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan teknik sebagai berikut:
1. Studi Pustaka
Studi pustaka adalah prosedur pengumpulan data-data sekunder yang dilakukan
dengan cara membaca, menginventarisir, dan memahami referensi yang berupa
literatur, dokumen-dokumen, dan hasil penelitian yang berkaitan dengan obyek
penelitian, setelah itu dilakukan pengutipan dan penyusunan sesuai dengan
masalah yang dibahas. Studi ini dimaksudkan untuk referensi agar memperoleh
data yang konkret.
2. Studi Lapangan
Studi lapangan yaitu prosedur pengumpulan data primer dengan melakukan
penelitian lapangan dengan cara yaitu:
a. Observasi, yaitu mengamati secara langsung tentang “Pelaksanaan
Pengupahan Terhadap Tenaga Kerja Bongkar Muat oleh Koperasi TKBM
di Pelabuhan Panjang”.

23

b. Mengadakan wawancara dengan informan yang mengetahui dan
memahami tentang pokok permasalahan yang akan dibahas.

b. Pengolahan Data
Data diolah dengan cara sebagai berikut:
1.

Seleksi data, yaitu memilih data yang sesuai dengan permasalahan yang
akan dibahas, melengkapi data yang kurang lengkap dan membuang data
yang dirasakan kurang perlu.

2.

Klasifikasi data, yaitu mengelompokan data yang telah diseleksi dengan
mempertimbangkan jenis dan hubungannya guna mengetahui tempat
masing-masing data

3.

Sistematika data, yaitu menempatkan data pada posisi pokok bahasan atau
permasalahan dengan susunan sistematis

3.4 Analisis Data

Analisis data dilakukan secara kualitatif, komprehensif, dan lengkap. Secara
kualitatif artinya menguraikan data secara bermutu dalam bentuk kalimat yang
teratur, runtun, logis, tidak tumpang tindih, dan efektif, sehingga memudahkan
pemahaman dan interpretasi data.

Komprehensif artinya analisis data secara

mendalam dari berbagai aspek sesuai dengan ruang lingkup penelitian. Lengkap
artinya tidak ada bagian yang tidak terlupakan.

1

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari pembahasan-pembahasan dan uraian-uraian yang dikemukan dalam bab-bab
sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1.

Bentuk pengupahan yang dilakukan oleh koperasi tenaga kerja bongkar muat
di Pelabuhan Panjang dapat dilakukan dengan upah harian atau upah
borongan Sedangkan Upah minimum TKBM dihitung sekurang-kurangya
sama

dengan

upah

minimum

provinsi

(UMP)/Upah

Minimum

Kabupaten/Kota yang ditetapkan oleh Gubernur/Bupati/Walikota, untuk
UMR harian dihitung dengan rumusan :

2.

Faktor penghambat dari pelaksanaan Pengupahan Terhadap Tenaga Kerja
Bongkar Muat adalah:
a. Faktor intern
1. Pengupahan tenaga kerja bongkar muat tidak secara langsung
mengenai sasaran.
2. Adanya potongan biaya dalam pelaksanaan pengupahan yang
dibebankan kepada tenaga kerja bongkar muat itu sendiri

✁2

3. Upah tidak diterima secara langsung melainkan melalui supervisi
yang kemudian diberikan kepada kepala rombongan dan barulah ke
diberikan kepada setiap anggota TKBM
4. Tidak adanya keterbukaan antara pengurus koperasi TKBM dengan
para anggota TKBM

b. Faktor ektern

1. Lemahnya pengawasan dari pemerintah
2. Masih menggunakan cara yang konvensional dalam pembayaran upah
TKBM

5.2 Saran

Sebagai upaya untuk menunjang dalam pelaksanaan pengupahan perlu adanya
koordianasi antara semua pihak-pihak yang terkait untuk mengusakan beberapa
hal yaitu:

1. Menggunakan sistem yang lebih mudah efektif efisien dan tidak
merugikan pekerja
2. Meningkatkan kesejahteraan buruh TKBM dalam kehidupannya seharihari

DAFTAR PUSTAKA
Atmosudirjo.S. Prajudi. 1994. Hukum Administrasi Negara. Ghalia Indonesia.
Jakarta
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 2003 Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta
Muhamad, Abdulkadir, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, Citra Aditya
Bakti, Bandung
Nasir, Moh, 1998, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta
R.T Sutantya Rahardja Hadhikusuma, SH, M.H 2001, Hukum Koperasi
Indonesia, Raja Grafindo Persada, Jakarta,
Universitas Lampung. 2011 Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Universitas
Lampung Press. Bandar lampung
Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
Peraturan pemerintah RI No. 82 Tahun1999 tentang Angkutan perairan
Peraturan Pemerintah RI No. 69 Tahun 2001 tentang Kepelabuhan
Keputusan Menteri Perhubungan No. Km 14 Tahun 2002 tentang Tata Cara
Bongkar Muat Barang
Keputusan Menteri Perhubungan No. KM No. 35 Tahun 2007 tentang Pedoman
Dasar perhitungan Tarif Pelayanan Jasa Bongkar Muat
Kesepakatan bersama antara DPW APBMI Lampung dengan DPP. APINDO
Provinsi Lampung
Kesepakatan bersama DPW APBMI Lampung dengan KTKBM Pel. Panjang