Peranan Hakim dalam Pembatalan Perjanjian Kontrak Baku antara Pihak Penyedia dan Pengguna Jasa Terkait Asas Keseimbangan

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Revolusi Industri di Inggris yang dimulai pada abad ke-18 kiranya dapat
dianggap sebagai awal dari proses perubahan pola kehidupan masyarakat yang
semula merupakan masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Berkembang
dan semakin majunya teknologi kemudian mendorong pula peningkatan volume
produksi barang dan jasa.1 Aktivitas ekonomi akan dirasakan hidup jika tercipta
suasana yang mendukung kelancaran arus produksi barang dan jasa dari penyedia
barang dan jasa kepada konsumen.2Perkembangan inilah yang mengubah
hubungan antara penyedia produk dan pemakai produk yang semakin
berjarak.3Produk barang dan jasa yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan
hidup manusia semakin lama semakin canggih, sehingga timbul kesenjangan
terhadap kebenaran informasi dan daya tanggap konsumen. Kondisi tersebut
menempatkan konsumen dalam posisi yang lemah.4
Setiap orang, pada suatu waktu, dalam posisi tunggal sendiri maupun
berkelompok bersama orang lain, dalam keadaan apapun pasti menjadi konsumen
untuk suatu produk barang atau jasa tertentu. Keadaan yang universal ini pada
beberapa sisi menunjukan adanya berbagai kelemahan pada konsumen sebagai


1

Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen (Jakarta:Sinar Grafika,
2009), hlm. 3.
2
Yusuf Shofie, Kapita Selekta Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia (Bandung:
PT.Citra Aditya Bakti,2008), hlm. 23.
3
Kristiyanti, Op.Cit., hlm. 3.
4
Ibid.

Universitas Sumatera Utara

pengguna jasa

sehingga konsumen sebagai pengguna jasa tidak mempunyai

kedudukan yang “aman.5Oleh karena itu, mengingat lemahnya kedudukan
konsumen sebagai pengguna jasa


pada umumnya dibandingkan dengan

kedudukan produsen sebagai penyedia jasa yang relatif lebih kuat dalam banyak
hal6 maka secara mendasar konsumen sebagai pengguna jasa juga membutuhkan
perlindungan hukum demi menjamin hak-hak yang dimiliki nya.
Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tanggal 16
APRIL 1985 telah mengeluarkan resolusi nomor A/RES/39/248 tentang pedoman
perlindungan konsumen (Guidelines for Customer Protection). Butir ke-19
resolusi tersebut menyatakan: “Konsumen hendaknya dilindungi dari kontrakkontrak yang merugikan, seperti kontrak baku sepihak, tidak dicantumkannya
hak-hak essensial dalam kontrak dan persyaratan kredit yang tidak adil”.7
Perlindungan terhadap hak konsumen dari pemberlakuan kontrak-kontrak yang
merugikan dipandang secara material maupun formal makin terasa sangat penting,
mengingat makin lajunya ilmu pengetahuan dan teknologi yang merupakan motor
penggerak bagi produktivitas dan efisiensi produsen atas barang atau jasa yang
dihasilkannya dalam rangka mencapai sasaran usaha.8 Dalam rangka mengejar
dan mencapai kedua hal tersebut, akhirnya baik langsung ataupun tidak langsung,
konsumen sebagai pengguna jasa lah yang akan merasakan dampaknya.
Peran sentral aspek hukum kontrak dalam membingkai pola hubungan
hukum para pihak pada dunia bisnis semakin dirasakan urgensinya. Kontrak


5

Ibid., hlm. 5.
Ibid.
7
Shofie, Op.Cit., hlm. 41.
8
Kristiyanti, Op.Cit., hlm. 5.

6

Universitas Sumatera Utara

merupakan instrumen penting yang senantiasa membingkai hubungan hukum dan
mengamankan transaksi mereka. Hampir tiada satu pun aktifitas bisnis yang
mempertemukan para pelaku bisnis dalam pertukaran kepentingan mereka tanpa
kontrak. Kontrak menjangkau begitu luas aspek hubungan masyarakat,
sebagaimana diungkapkan oleh D.G Cracknell,“contract is one of the few areas of
law with which almost everyone comes into day-to-day contract”. Disadari atau


tidak, maka setiap langkah bisnis yang dilakukan oleh para pelaku bisnis, pada
dasarnya adalah merupakan langkah hukum, yang notabene berada pada ranah
hukum kontrak.9
Pertukaran kepentingan antar pelaku dalam dunia bisnis barang dan jasa
merupakan

hal yang lazim terjadi.

Permasalahan timbul ketika pertukaran

kepentingan ini harus berlangsung secara proporsional, saling menguntungkan,
dan tidak berat sebelah atau tidak seimbang. Dari sudut pandang tersebut, hukum
kontrak

memainkan

peran

krusial


sebagai

penjamin

berlakunya

asas

keseimbangan di seluruh proses kontrak, mulai dari perundingan, pembentukan,
dan pelaksanaan perjanjian atau kontrak tersebut. Hakikat hukum kontrak pada
dasarnya untuk memenuhi kebutuhan hukum pelaku bisnis, dalam arti tidak
sekadar mengatur namun lebih dari itu memberi keleluasaan dan kebebasan
sepenuhnya kepada para pelaku bisnis untuk menentukan apa yang menjadi
kebutuhan mereka. Hal ini karena para pelaku bisnis yang lebih paham dan
mengetahui seluk-beluk berbagai kebutuhan dalam kegiatan bisnisnya10

9

Agus Yudha Hernoko, Hukum Perjanjian Asas Proporsionalitas dalam Kontrak

Komersial (Jakarta: Prenada Media Group,2010), hlm. 96-97.
10
Ibid.

Universitas Sumatera Utara

Melalui kontrak perbedaan tersebut diakomodasi dan selanjutnya dibingkai
dengan perangkat hukum sehingga mengikat para pihak. Dalam kontrak bisnis,
pertanyaan mengenai sisi kepastian dan keadilan justru akan tercapai apabila
perbedaan yang ada di antara para pihak terakomodasi melalui mekanisme
hubungan kontraktual yang bekerja secara proporsional dan seimbang. 11 Dengan
demikian, kontrak sebagai proses mata rantai hubungan para pihak harus
dibangun berdasarkan pemahaman keadilan yang dilandasi atas pengakuan hak
para kontraktan. Pengakuan terhadap eksistensi hak para kontraktan tersebut
termanifestasi dalam pemberian peluang dan kesempatan yang sama dalam
pertukaran kepentingan (hak dan kewajiban).12Namun demikian pengakuan
terhadap hak, kebebasan dan kesamaan dalam pertukaran kepentingan (hak dan
kewajiban)

tersebut


tetap

harus

dalam

bingkai

aturan

main

yang

mempertimbangkan prinsip distribusi yang proporsional dan seimbang.13
Teori hukum yang berlaku saat ini secara umum diakui bahwa asas-asas
hukum, disamping perundang-undangan, kebiasaan, dan putusan pengadilan juga
dianggap sebagai “sumber hukum”.14Asas hukum merupakan landasan atau
pondasi yang menopang kukuhnya suatu norma hukum. Asas hukum berfungsi

sebagai pondasi yang memberikan arah, tujuan serta penilaian fundamental,
mengandung nilai-nilai, dan tuntutan-untutan etis. Bahkan dalam satu mata rantai
sistem, asas, norma, dan tujuan hukum berfungsi sebagai pedoman dan ukuran
atau kriteria bagi perilaku manusia. Melalui asas hukum, norma hukum berubah
11

Ibid., hlm. 2.
Ibid., hlm. 89.
13
Ibid.
14
Herlien Budiono, Asas Keseimbangan bagi Hukum Perjanjian Indonesia (Bandung: PT
Citra Aditya bakti,2006), hlm. 75.
12

Universitas Sumatera Utara

sifatnya menjadi bagian suatu tatanan etis yang sesuai dengan nilai
kemasyarakatan. Meskipun asas hukum bukan norma hukum, namun tidak ada
norma hukum yang dapat dipahami tanpa mengetahui asas-asas hukum yang

terdapat didalamnya15 sebab asas-asas hukum tersebut berfungsi untuk
menafsirkan aturan-aturan hukum dan juga memberi kan pedoman bagi suatu
perilaku. 16
Umumnya, asas hukum berubah mengikuti norma hukumnya, sedangkan
norma hukum akan berubah mengikuti perkembangan masyarakat sehingga
dipengaruhi oleh dimensi ruang dan waktu.17 Dalam konteks pembahasan asasasas hukum kontrak, Niewenhuis dalam disertasinya yang berjudul “Drie
Beginselen van Het Contractenrecht”, yang menjelaskan hubungan fungsional
antara asas-asas hukum dengan norma atau peraturan hukum. Menurut
Niewenhuis asas-asas hukum itu berfungsi sebagai pembangun sistem karena
asas-asas itu bukan hanya memengaruhi hukum positif, tetapi juga di dalam
banyak keadaan menciptakan suatu sistem. Jadi suatu sistem tidak akan ada tanpa
adanya asas-asas. Lebih lanjut asas-asas itu sekaligus membentuk sistem “check
and balance”, artinya asas-asas itu akan saling tarik-menarik menuju proses
keseimbangan.18
Perbicangan mengenai eksistensi perjanjian di berbagai kajian akademis
acap

kali

dikaitkan


dengan

“keseimbangan

dalam

berkontrak”

(asas

keseimbangan) di antara para pihak. Namun demikian, seakan tidak pernah

15

Hernoko, Op.Cit., hlm. 23.
Budiono, Op.Cit., hlm. 82.
17
Hernoko,Op.Cit., hlm. 24.
18

Ibid., hlm. 25.

16

Universitas Sumatera Utara

hentinya muncul anggapan bahwa perjanjian yang terjalin antara pihak-pihak
tidak memberikan keseimbangan posisi bagi salah satunya. Perjanjian yang
demikian dianggap tidak adil dan berat sebelah, sehingga memunculkan upaya
untuk mencari dan menggali temuan-temuan baru di bidang hukum perjanjian
agar dapat menyelesaikan problematika ketidakseimbangan dalam hubungan
kontraktual.
Kebebasan berkontrak yang merupakan „roh‟ dan „napas‟sebuah kontrak
atau perjanjian, secara implisit memberikan panduan bahwa dalam berkontrak
pihak-pihak diasumsikan mempunyai kedudukan yang seimbang pula bagi para
pihak. Fenomena adanya ketidakseimbangan dalam berkontrak sebagaimana
tersebut dapat dicermati dari beberapa model perjanjian, terutama perjanjianperjanjian antara konsumen dengan pelaku usaha secara tertulis dalam bentuk
standar/baku yang didalamnya memuat isi atau klausul yang isinya (cenderung)
berat sebelah19 karena adanya pengalihan tanggung jawab atau penghapusan
tanggung jawab yang semestinya dibebankan kepada pihak pelaku usaha kepada
pihak konsumen sebagai pembeli dan/atau pengguna jasa atau adanya klausul
yang sifatnya hanya melindungi pelaku usaha. Itulah faktor yang menjadi dasar
mengapa kotrak baku dianggap sebagai kontrak yang berat sebelah, tidak
seimbang, dan tidak adil. Selain itu, didalam penggunaan nya, kontrak baku kerap
melakukan penyalahgunaan keadaan dalam bentuk pencantuman klausul-klausul
yang sama sekali tidak mencerminkan keseimbangan, hal ini terjadi karena adanya
jaminan kebebasan dalam menentukan isi kontrak oleh hukum perjanjian yang

19

Ibid., hlm. 2.

Universitas Sumatera Utara

dimiliki oleh pelaku usaha. Kebebasan tersebut didukung pula secara tidak
langsung oleh sifat dari kontrak baku itu sendiri yakni take it or leave it, hal inilah
yang kerap membangun kepercayaan diri dari pelaku usaha dalam membentuk
kontrak baku yang tidak seimbang. Kontrak yang demikian sering kali diibaratkan
dengan pertarungan antara “David vs. Goliath”, dimana berhadapan dua kekuatan
yang tidak seimbang, antara pihak yang mempunyai bargaining position kuat
(yang diposisikan sebagai

Goliath) dengan pihak yang lemah bargaining

position-nya (yang diposisikan sebagai David). Dengan demikian pihak yang

lemah bargaining position-nya hanya sekedar menerima segala isi kontrak dengan
terpaksa (taken for granted), sebab apabila ia mencoba menawar dengan alternatif
lain kemungkinan besar akan menerima konsekuensi kehilangan apa yang ia
butuhkan. Jadi hanya ada dua alternatif pilihan bagi pihak yang lemah bargaining
position-nya untuk menerima atau menolak (take it or leave it).20

Perjanjian baku biasanya berupa formulir yang isi, bentuk, serta cara
penutupannya telah terstandarisasi atau dibakukan secara sepihak oleh
pelakuusaha. Artinya,salah satu pihak dalam kontrak yang umumnya dengan
posisi tawar (bargaining position) yang lebih tinggi mendiktekan ketentuan
kontrak dan pihak yang lebihlemah harus menerima apa adanya terhadap isi
kontrak yang sudah disiapkan.21 Dalam praktiknya di dunia bisnis baik barang dan
jasa, penggunaan perjanjian baku sudah mulai berkembang, salah satu contoh
konkrit yang dapat dilihat ada pada praktik pemberian kredit di lingkungan

20

Ibid.
Lenny Rachmad,“Klausula Baku Dalam Kontrak Rentan Batal Demi Hukum”,
http://www.jpplawyer.com/2009/05-Klausula-Baku-Dalam-Kontrak-Rentan-Batal-DemiHukum.(diakses pada tanggal 26 Januari 2016).
21

Universitas Sumatera Utara

perbankan misalnya, terdapat klausul mewajibkan nasabah untuk tunduk terhadap
segala petunjuk dan perturan bank, baik yang sudah ada tau yang akan diatur
kemudian, atau klausul yang membebaskan bank dari kerugian nasabah sebagai
akibat tindakan bank. Dalam praktiknya, bank juga kerap mencantumkan klausulklausul yang mencerminkan ketidakseimbangan, yang akhirnya merugikan
nasabah. Selain itu, dalam praktik penyediaan jasa parkir misalnya, kerap para
pihak penyedia jasa parkir menggunakan klausul yang menekankan bahwa segala
kehilangan dan kerusakan yang terjadi pada kendaraan pihak pengguna jasa parkir
menjadi tanggung jawab si pihak pengguna jasa parkir. Klausul tersebut diatas
pada umumnya merupakan klausul ekstensi yang isinya terkesan lebih
memberatkan satu pihak.
Semakin tinggi tingkat pemakaian suatu barang dan jasa maka semakin
besar pula peluang untuk terjadinya sengketa di antara para pihak, sehingga
keadaan tersebut mengkehendaki adanya penanganan yang khusus demi
melindungi kepentingan pihak yang lemah akibat penerapan kontrak baku. Tujuan
dibentuknya hukum serta aparat penegak hukum adalah untuk melindungi hak
setiap subjek hukum serta menegakkan dan menjamin adanya kepastian hukum
bagi para pencari keadilan, singkatnya tujuan hukum tersebut adalah untuk
memberikan perlindunngan hukum. Perlindungan hukum merupakan gambaran
dari fungsi hukum untuk mewujudkan tujuan-tujuan hukum, yakni keadilan,
kemanfaatan dan kepastian hukum.
Perlindungan hukum adalah suatu perlindungan yang diberikan kepada
subjek hukum sesuai dengan aturan hukum baik itu yang bersifat preventif

Universitas Sumatera Utara

(pencegahan) maupun yang bersifat respresif (pemaksaan), baik yang secara
tertulis maupun tidak tertulis dalam rangka menegakkan hukum.22 Melalui hakim
sebagai penegak hukum maka sesuai amanat undang-undanghakim diwajibkan
untuk menggali, mengikuti dan memahami nilai-nilai hukum yang hidup di
tengah-tengah masyarakat. Dalam proses penegakan hukum tersebut para hakim
juga melakukan penemuan hukum. Penemuan hukum tersebut sangat berguna
untuk menyelesaikan sengketa meskipun undang-undang yang berkaitan dengan
sengketa belum ada atau sudah ketinggalan jaman. Putusan-putusan hakim sering
didasarkan pada asas kepastian hukum, asas keadilan dan kepatutan. Dalam suatu
kasus, putusan hakim lebih mendasarkan putusannya pada asas kepastian
hukum,tetapi pada kasus yang lain lebih mendasarkan pada asas keadilan dan
kepatutan. 23
Memperhatikan ciri-ciri kontrak baku dan dihubungkan dengan praktik
penggunaan nya selama ini, maka pihak penyedia jasa sebagai pihak yang kerap
menyusun dan menyediakan kontrak baku memiliki potensi untuk melakukan
penyalahgunaan keadaan terhadap pihak pengguna jasa yang nantinya akan
dihadapkan pada pilihan take it or leave it. Potensi pihak penyedia jasa dalam
melakukan penyalahgunaan keadaan bertendesi menimbulkan posisi yang tidak
seimbang diantara para pihak yang pada akhirnya menimbulkan suatu kedudukan
yang lemah bagi pihak pengguna jasa. Ajaran penyalahgunaan keadaan sendiri

22

Politkum.Blogspot.Com/2013/05/Pengertian-Perlindungan-Hukum.Html.(diakses
tanggal 26 Januari 2016).
23
H.P.Panggabean, Praktik Standaard Contract (Perjanjian Baku) Dalam Perjanjian
Kredit Bank (Bandung: PT.Alumni,2012), hlm. 88.

Universitas Sumatera Utara

telah mulai dipergunakan sebagai dasar pemutusan perkara dan alasan pembatalan
suatu perjanjian.
Kebebasan berkontrak memang merupakan suatu asas yang mempunyai
kedudukan penting dalam pembentukan suatu kontrak sejak tahap pra kontraktual
hingga post kontraktual dan merupakan asas yang menjamin adanya kebebasan
bagi pihak-pihak dalam perjanjian untuk menentukan klausul apa yang akan
dicantumkan dalam perjanjiannya, namun dalam khasanah hukum perjanjian juga
dikenal asas keseimbangan yang juga merupakan asas yang mempunyai
kedudukan penting dalam pembuatan suatu kontrak, yang mana asas
keseimbangan tersebut menjamin pihak-pihak dalam perjanjian benar-benar
mempunyai kedudukan yang seimbang dan proporsional. Hukum pada hakikatnya
adalah untuk melindungi kepentingan manusia. Dalam setiap hubungan hukum
yang menimbulkan hak dan kewajiban di antara para pihak, haruslah tercipta
keseimbangan didalamnya agar tidak terjadi konflik kepentingan yang akhirnya
menciderai serta melemahkan hak salah satu pihak.

Sesuai dengan tujuan

dibentuknya hukum dan aparat penegak hukum sebagai penegak hukum , maka
disinilah peran keduanya dalam memberikan perlindungan serta

jaminan

kepastian hukum bagi pihak pencari keadilan yang dalam hal ini dapat disebut
pihak pengguna jasa atau yang menerima perjanjian kontrak baku tersebut.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah
yang menjadi pembahasan dalam skripsi ini adalah :

Universitas Sumatera Utara

1. Bagaimana kedudukan perjanjian kontrak baku ditinjau dari hukum perjanjian?
2. Bagaimana pengaturan mengenai pembatalan perjanjian di Indonesia?
3. Bagaimana peranan hakim dalam pembatalan perjanjian kontrak baku antara
pihak penyedia dan pengguna jasa terkait asas keseimbangan?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
1. Tujuan penulisan
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian
skripsi ini antara lain:
a. Untuk mengetahui kedudukan perjanjian kontrak baku ditinjau dari hukum
perjanjian.
b. Untuk mengetahui pengaturan mengenai pembatalan perjanjian

di

Indonesia.
c. Untuk mengetahui peranan hakim dalam pembatalan perjanjian kontrak
baku antara pihak penyedia dan pengguna jasa terkait asas keseimbangan.
2. Manfaat penulisan
Adapun manfaat dari penulisan skripsi ini antara lain:
a. Secara teoritis
Skripsi ini diharapkan mampu mengisi ruang-ruang kosong dalam ilmu
pengetahuan di bidang hukum yang berkenaan dengan substansi penulisan skripsi
ini sehingga dapat memberi sumbangsih pemikiran dan dijadikan bahan kajian
yang

bermanfaat sebagai tambahan dokumentasi segi hukum dalam rangka

membahas perkembangan perjanjian kontrak baku dalam dunia bisnis baik di

Universitas Sumatera Utara

bidang barang maupun jasa serta bagaimana peranan hakim dalam pembantalan
perjanjian baku yang dinilai tidak memberikan kedudukan yang seimbang di
antara para pihak.
b. Secara praktis
Secara praktis skripsi ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran dan menambah wawasan dan pengetahuan secara umum bagi
masyarakat tentang perkembangan perjanjian kontrak baku serta bagaimana
peranan hakim dalam pembatalan perjanjian kontrak baku yang dinilai

tidak

memberikan kedudukan yang seimbang di antara para pihak bilamana terjadi
permasalahan hukum yang ada kaitannya dengan penggunaan perjajian kontrak
baku di kemudian hari dan juga sebagai bahan kajian untuk para akademisi dan
peneliti lainnya yang ingin mengadakan penelitian yang lebih mendalam lagi
terkait substansi dari penulisan skripsi ini.
c. Secara akademis
Secara akademis, manfaat penulisan skripsi ini adalah sebagai tugas akhir
untuk memperoleh gelar kesarjanaan dalam hal ini Sarjana Hukum di Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara.

D. Keaslian Penulisan
Skripsi ini berjudul“ Peranan Hakim Dalam Pembatalan Perjanjian
Kontrak Baku Antara Pihak Penyedia dengan Pengguna Jasa Terkait Asas
Keseimbangan”. Untuk mengetahui orisinalitas penulisan, sebelum melakukan
penulisan skripsi, terlebih dahulu dilakukan penelusuran terhadap berbagai judul

Universitas Sumatera Utara

skripsi yang tercatat pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Dalam
penelusuran yang dilakukan, ditemukan beberapa penelitian skripsi yang telah
dilakukan oleh alumni Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utarabaik yang
terkait dengan perjanjian kontrak baku. Adapun judul dari penelitian-penelitian,
antara lain:
1. Perlindungan Hukum Bagi Pelanggan PT.Telkom dalam Kontrak Baku oleh
Nizarly, Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara, 2010.
2. Aspek Hukum Pelaksanaan Perjanjian Baku oleh Developer Properties (Studi
pada PT. Multi Cipta Property) oleh Melva Theresia Simamora, Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara, 2013.
3. Pelaksanaan Perjanjian Baku dalam Perjanjian Pengangkutan Barang Melalui
Perusahaan Angkutan darat di Kota Medan (Studi di Perusahaan Pengangkutan
Barang CV.ASIMURNI) oleh Ramadani Fitria Manurung, Program Studi
Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 2011.
4. Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Pemanfaatan Perjanjian
Baku

Pada

Perusahaan

Asuransi

(Studi

Kasus

PT.AMERICAN

INTERNATIONAL GROUP LIFE MEDAN) oleh Indri S Putri, Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara, 2009.
5. Kontrak Baku dalam Perspektif Unconscioability (Doktrin Ketidakadilan)
(Studi Penelitian di PT.Bank Danamon Indonesia,Tbk oleh Corodiol Medog
Surbakti, Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara, 2006.

Universitas Sumatera Utara

Penelitian-penelitian tersebut secara teknis memang sama dengan skripsi
ini yaitu mengkaji kontrak baku namun meskipun begitu tetaplah terdapat
perbedaan pada aspek pembahasannya seperti kelima penelitian tersebut memiliki
kasus pembahasan yang berbeda dengan skripsi ini, kemudian pada penelitian
pertama dan keempat membahas aspek perlindungan konsumen, lalu pada
penelitian kedua dan ketiga membahas pada aspek pelaksanaan perjanjian kontrak
baku, sedang penelitian kelima membahas perspektif doktrin ketidakadilan pada
perjanjian kontrak baku. Sedangkan penelitian skripsi ini membahas tentang aspek
pembatalan perjanjian oleh hakim terhadap kontrak baku yang dinilai tidak
mengandung asas keseimbangan yang dalam hal ini mencantumkan tiga (3) kasus
terkait penerapan perjanjian kontrak baku dalam tiga bidang pelayanan jasa yang
berbeda yakni perbankan, penerbangan dan perparkiran yang dimana kasus-kasus
tersebut telah diputuskan oleh hakim penyelesaiannya.
Pusat Dokumentasi dan Informasi Hukum Perpustakaan Universitas
Cabang Fakultas Hukum melalui surat tertanggal 23 September 2015 yang
menyatakan bahwa “tidak ada judul yang sama dan tidak adanya keterkaitan”.
Surat tersebut dijadikan dasar bagi Ibu Windha, S.H., M.Hum selaku Ketua
Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara untuk
menerima judul yang diajukan karena substansi yang terdapat dalam skripsi ini
dinilai berbeda dengan judul-judul skripsi lain yang terdapat dilingkungan
perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
Permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini adalah murni hasil pemikiran
yang didasarkan pada pengertian-pengertian, teori-teori dan aturan hukum yang

Universitas Sumatera Utara

berlaku yang diperoleh melalui referensi-referensi Buku, media elektronik dan
bantuan dari berbagai pihak, dalam rangka memenuhi tugas akhir dan memenuhi
syarat guna memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara. Penelitian ini disebut asli sesuai dengan asas keilmuan yaitu
jujur, rasional, objektif dan terbuka serta dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah. Apabila dikemudian hari terdapat judul yang sama atau telah tertulis orang
lain dalam berbagai tingkat kesarjanaan, maka akan bertanggung jawab
sepenuhnya.

E. Tinjauan Pustaka
Kontrak atau perjanjian sangat berperan penting dalam membentuk
hubungan hukum di antara kedua belah pihakdalam kegiatan pelayanan jasa.
Dewasa ini, perjanjian atau kontrak antara penyedia jasa dengan pengguna jasa
nyaris selalu menggunakan perjanjian atau kontrak yang berbentuk standar atau
baku. Dalam hukum perjanjian, perjanjian atau kontrak demikian dinamakan
perjanjian kontrak baku.
Pihak penyedia jasa kerap membuat klausul-klausul yang bersifat
membatasi tanggungjawab nya dalam perjanjian kontrak baku tersebut. Dengan
klausul tersebut, pihak penyedia jasa berusaha membebaskan diri dari kewajiban
nya menanggung kemungkinan apabila terjadi kerugian pada pihak penyedia jasa
sebagai konsumen, sehingga apabila terjadi kerugian maka kerugian akan
ditanggung atau dibebankan pada pengguna jasa. Bentuk perjanjian seperti ini
biasanya banyak terdapat dalam kegiatan jual-beli, pengangkutan laut, parkir

Universitas Sumatera Utara

kendaraan, polis asuransi, dan kredit perbankan. Adapun beberapa unsur yang
termasuk dalam bahan kajian penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Pengertian perjanjian kontrak baku
Istilah perjanjian kontrak baku berasal dari terjemahan bahasa Inggris,
yaitu standaard contract. Standaard contract atau kontrak baku merupakan
perjanjian yang telah ditentukan dan dituangkan dalam bentuk formulir.24
Perjanjian kontrak baku dialihbahasakan dari istilah yang dikenal dalam bahasa
Belanda yaitu “standaard contract” atau “standaard voorwaarden”. Kontrak
baku adalah kontrak yang berbentuk tertulis yang telah digandakan berupa
formulir-formulir yang isinya telah distandarkan atau dibakukan terlebih dahulu
secara sepihak oleh pelaku usaha, serta ditawarkan secara massal, tanpa
mempertimbangkan perbedaan kondisi yang dimiliki konsumen.25
2. Kebatalan dalamperjanjian (nulitas)
Kebatalan perjanjian (nulitas) diatur dalam Pasal 1466 Kitab UndangUndang Hukum

Perdata (selanjutnya disebut KUH Perdata) s.d. 1456 KUH

Perdata. Ada tiga penyebab timbulnya pembatalan kontrak, yaitu:26
a. Adanya perjanjian yang dibuat oleh orang-orang yang belum dewasa dan
dibawah pengampuan.
b. Tidak mengindahkan bentuk perjanjian yang disyaratkan dalam undangundang.
c. Adanya cacat kehendak.

24

Ibid., hlm. 10.
Ibid., hlm. 8.
26
Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Perikatan Pada Umumnya (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada,2004), hlm. 134.
25

Universitas Sumatera Utara

Ilmu hukum membedakan perjanjian ke dalam perjanjian konsensuil,
perjanjian riil dan perjanjian formil. Perjanjian konsensuil merupakan bentuk
perjanjian yang paling sederhana, karena hanya mensyaratkan adanya kesepakatan
antara mereka yang membuatnya.27 Perjanjian konsensuil ini harus memenuhi
persyaratan seperti ditentukan dalam Pasal 1320 KUH Perdata, antara lain:28
a. Terdapat kata sepakat diantara mereka yang berjanji.
b. Mereka yang berjanji tersebut haruslah cakap menurut hukum.
c. Ada suatu hal atau pokok persoalan tertentu yang diperjanjikan.
d. Objek yang diperjanjikan adalah sesuatu yang diperbolehkan oleh hukum
(merupakan kausa yang halal), dan bukan suatu sebab yang terlarang.
Keempat syarat tersebut merupakan syarat yang mutlak harus dipenuhi
agar suatu perjanjian dapat dianggap sah.29Keabsahan dari tiap perjanjian
ditentukan oleh terpenuhi atau tidaknya syarat-syarat yang ditentukan oleh
undang-undang. Jika suatu perjanjian tidak sah maka berarti perjanjian itu
terancam batal.30Perjanjian yang sah dan mengikat adalah perjanjian yang
memenuhi unsur-unsur dan syarat-syarat yang ditetapkan oleh undang-undang.
Perjanjian yang sah dan mengikat diakui dan memiliki akibat hukum (legally
concluded contract). Menurut ketentuan Pasal 1320 KUH Perdata, setiap

perjanjian selalu memiliki empat unsur dan pada setiap unsur melekat syaratsyarat yang ditentukan undang-undang.31Perjanjian yang tidak memenuhi unsur-

27

Ibid.
Ibid.
29
Ibid.
30
Ibid., hlm. 135.
31
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia (Bandung: PT. Citra Aditya
Bakti,2010), hlm. 299.
28

Universitas Sumatera Utara

unsur dan syarat-syarat seperti yang ditentukan diatas tidak akan diakui oleh
hukum walaupun diakui oleh pihak-pihak yang membuatnya, tetapi tidak
mengikat, artinya tidak wajib dilaksanakan.32 Apabila dilaksanakan juga, sampai
suatu ketika ada pihak yang tidak mengakuinya dan menimbulkan sengketa.
Apabila diajukan ke pengadilan, pengadilan akan membatalkan atau menyatakan
perjanjian itu batal.33
3. Asas keseimbangan dalam perjanjian
Menurut Bellefroid, asas hukum secara umum adalah norma dasar yang
dijabarkan dari hukum positif dan yang oleh ilmu hukum tidak dianggap berasal
dari aturan-aturan yang lebih umum. Asas hukum merupakan pengendapan
hukum positif dalam suatu masyarakat.34Asas hukum dibagi menjadi dua, yaitu:
asas hukum umum dan asas hukum khusus. Asas hukum umum adalah asas
hukum yang berhubungan dengan seluruh bidang hukum, seperti asas lex
posteriori derogat legi priori. Sedangkan asas hukum khusus adalah asas yang

berfungsi dalam bidang tertentu yang lebih sempit, seperti dalam bidang hukum
perdata, hukum pidana, dan sebagainya, misalnya asas pacta sunt servanda , dan
asas legalitas.35
Perjanjian adalah suatu “proses” yang bermula dari suatu janji menuju
kesepakatan (bebas) dari para pihak dan berakhir dengan pencapaian tujuan:

32

Ibid.
Ibid.
34
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar (Yogyakarta: Liberty,2008),
33

hlm. 34.
35

Ibid., hlm. 36.

Universitas Sumatera Utara

perjanjian yang tercapai dalam semangat dan jiwa keseimbangan.

36

Sebagaimana

dimaknai dalam bahasa sehari-hari, kata “seimbang” (evenwicht) menunjuk pada
pengertian suatu “keadaan pembagian beban di kedua sisi berada dalam keadaan
seimbang.37Asas Keseimbangan adalah asas yang mengkehendaki kedua belah
pihak memenuhi dan melaksanakan perjanjian. Kreditur mempunyai kekuatan
untuk menuntut prestasi dan jika diperlukan dapat menuntut pelunasan prestasi
melalui kekayaan debitur, namun kreditur memikul pula kewajiban untuk
melaksanakan perjanjian tersebut dengan itikad baik. Dalam hal ini, perjanjian
yang dibuat di antara kedua belah pihak haruslah memberi kedudukan yang sama
diantara keduanya, artinya tidak boleh ada yang lebih dirugikan ataupun
diuntungkan, meskipun debitur kerap menduduki posisi yang lemah, namun hakhaknya tidak boleh diciderai, perjanjian harus mampu mengakomodir kepentingan
dari kedua belah pihak secara seimbang.

F. Metode Penelitian
Penelitian harus dilakukan secara sistematis dan teratur agar dapat
memperoleh data yang valid dan akurat.Oleh karena itu, metode yang dipakai
sangatlah menentukan. Metode penelitian yaitu suatu tipe pemikiran yang
dipergunakan dalam penelitian yang tersusun atas tahap-tahap atau urutan-urutan
bagaimana penelitian itu dilakukan. Dalam penulisan skripsi ini, metode yang
dipakai adalah sebagai berikut :

36

Herlien Boediono, Asas Keseimbangan bagi Hukum Perjanjian Indonesia (Bandung:
Citra Aditya Bakti,2006), hlm. 315.
37
Ibid., hlm. 304.

Universitas Sumatera Utara

1. Spesifikasi penelitian
Kata penelitian berasal dari terjemahan Bahasa Inggris, yaitu research.
Kata research berasal dari re (kembali) dan to search (mencari). Research berarti
mencari kembali. Karena itu, penelitian pada dasarnya merupakan “suatu upaya
pencarian”. Pada dasarnya yang dicari adalah pengetahuan atau pengetahuan yang
benar.38 Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan
analisa dan kontruksi, yang dilakukan secara metodologis, sistematis, dan
konsisten.39
Jenis penelitian yang akan digunakan dalam skripsi ini adalah penelitian
hukum (legal research), dimana pada skripsi ini akan diangkat suatu isu
permasalahan hukum sebagai topik yang akan dibahas lebih lanjut. Menurut
Soerjono Soekanto, tipologi penelitian hukum dapat dibagi dalam hukum normatif
dan hukum empiris. Hal ini di ungkapkan sebagai berikut:40
a. Penelitian Hukum Normatif
Penelitian hukum normatif atau penelitian yuridis normatif, terdiri atas:
1) Penelitian terhadap asas-asas hukum.
2) Penelitian terhadap sistematika hukum.
3) Penelitian terhadap taraf sinkronisasi hukum.
4) Penelitian sejarah hukum.
5) Penelitian perbandingan hukum.
b. Penelitian hukum empiris
Penelitian hukum empiris atau sosiologis, terdiri atas:
38

Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum (Jakarta: Sinar Grafika,2009), hlm. 1.
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta: UI Press, 2014), hlm. 42.
40
Ali, Op.Cit., hlm. 12.

39

Universitas Sumatera Utara

1) Penelitian terhadap identifikasi hukum.
2) Penelitian terhadap efektivitas hukum.
Jenis penelitian hukum yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah
penelitian hukum normatif, yaitu penelitian hukum yang dilakukan dengan cara
meneliti bahan pustaka atau bahan sekunder.41 Pada penelitian hukum jenis ini,
seringkali hukum dikonsepkan sebagai apa yang tertulis dalam peraturan
perundang-undangan (law in books) atau hukum dikonsepkan sebagai kaidah atau
norma yang merupakan patokan berperilaku manusia yang dianggap pantas.42
Dengan demikian penelitian ini meliputi penelitian terhadap sumber-sumber
hukum, peraturan-peraturan perundang-undangan, dan buku-buku yang terkait
dengan penulisan skipsi ini.
Penulisan skripsi ini bersifat penelitian deskriptif yaitu penelitian yang
dimaksud untuk memberikan data serta gambaran tentang keadaan yang menjadi
objek penelitian yakni bagaimana peranan hakim dalam pembatalan perjanjian
kontrak baku

antara pihak penyedia dan pengguna jasa terkait asas

keseimbangan. Pendekatan penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah
pendekatan yuridis, yaitu dengan menganalisis permasalahan dalam penelitian
melalui pendekatan terhadap asas-asas hukum, yang mengacu pada norma-norma
hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan serta literatur hukum
yang berhubungan dengan permasalahan skripsi ini.

41

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif : Suatu Tinjauan
Singkat (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2003), hlm. 13.
42
Amiruddin dan H. Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum (Jakarta :
PT. RajaGrafindo Persada, 2006), hlm. 118.

Universitas Sumatera Utara

2. Data penelitian
Sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh.43 Sumber data
dapat dari data primer dan data sekunder. Penelitian yuridis normatif
menggunakan jenis data sekunder sebagai data utama. Data sekunder adalah data
yang diperoleh dari kepustakaan. Data sekunder merupakan data primer yang
telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau
oleh pihak lain44. Data sekunder berfungsi untuk mencari data awal/informasi,
mendapatkan batasan/definisi/arti suatu

istilah. Data sekunder yang dipakai

adalah sebagai berikut :
a. Bahan hukum primer
Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang mempunyai otoritas
(autoritatif).45 Bahan hukum tersebut terdiri atas:
1) Peraturan perundang-undangan, seperti KUH Perdata dan
Tahun 1999 tentang

UU No 8

Perlindungan Konsumen (selanjutnya disebut

UUPK).
2) Catatan-catatan resmi atau risalah dalam pembuatan suatu peraturan
perundang-undangan.
3) Putusan-putusan yang dikeluarkan oleh lembaga peradilan baik pada
tingkat pertama maupun hingga kasasi.

43

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka
Cipta, 2010), hlm. 172.
44
Husein Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis (Jakarta : PT.
RajaGrafindo Persada, 2005), hlm. 4.
45
Ali, Op. Cit., hlm. 47.

Universitas Sumatera Utara

b. Bahan hukum sekunder
Bahan hukum sekunder adalah semua publikasi tentang hukum yang
merupakan dokumen yang tidak resmi.46 Bahan hukum sekunder terdiri atas
berupa buku-buku yang berkaitan dengan judul skripsi, artikel-artikel ilmiah,
hasil-hasil penelitian, laporan-laporan, makalah, skripsi, tesis, disertasi dan
sebagainya yang diperoleh melalui media cetak maupun media elektronik.
c. Bahan hukum tersier
Bahan hukum tersier yang mencakup bahan yang memberi petunjukpetunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum
sekunder, seperti: kamus hukum, jurnal ilmiah, ensiklopedia, dan bahan-bahan
lain yang relevan dan dapat dipergunakan untuk melengkapi data yang diperlukan
dalam penulisan skripsi ini.
3. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data dilakukan secara studi pustaka (library
research) dan juga melalui bantuan media elektronik, yaitu internet. Metode
library research adalah mempelajari sumber-sumber atau bahan tertulis yang

dapat dijadikan bahan dalam penulisan skripsi ini. Bahan hukum primer dan
bahan hukum sekunder dikumpulkan dengan melakukan penelitian kepustakaan
(studi kepustakaan). Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan
mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatancatatan dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang
46

Soekanto, Op.Cit., hlm. 34.

Universitas Sumatera Utara

dipecahkan.47 Penelitian kepustakaan dalam penulisan skripsi ini dilakukan
dengan cara mengumpulkan data yang terdapat dalam buku-buku, literatur,
peraturan perundang-undangan, hasil seminar, dan sumber-sumber lain yang
terkait dengan masalah yang dibahas dalam skripsi ini.
4. Analisa data
Penelitian hukum normatif yang menelaah data sekunder menyajikan data
berikut dengan analisisnya.48Metode analisis data dilakukan dengan metode
kualitatif, yaitu data yang diperoleh kemudian disusun secara sistematis dan
selanjutnya dianalisis secara kualitatif untuk mencapai kejelasan masalah yang
dibahas. Adapun metode analisis data secara kualitatif yang digunakan penulis,
yaitu berupa :
a. Mengumpulkan bahan hukum primer, sekunder, dan tersier yang relevan
dengan permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini.
b. Melakukan pemilahan terhadap bahan-bahan hukum relevan tersebut diatas
agar sesuai dengan masing-masing permasalahan yang dibahas.
c. Mengolah dan menginterpretasikan data guna mendapatkan kesimpulan
dari permasalahan.
d. Memaparkan kesimpulan, yang dalam hal ini adalah kesimpulan kualitatif,
yaitu kesimpulan yang dituangkan dalam bentuk pernyataan dan tulisan.

47
48

M. Nazil, Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia,2010), hlm.111.
Soekanto, Op.Cit., hlm. 69.

Universitas Sumatera Utara

G. Sistematika Penulisan
Dalam menghasilkan karya ilmiah yang baik, maka pembahasannya harus
diuraikan secara sistematis. Untuk memudahkan penulisan skripsi ini maka
diperlukan adanya sistematika penulisan yang teratur yang terbagi dalam bab per
bab yang saling berkaitan satu sama lain. Adapun sistematika penulisan yang
terdapat dalam skripsi ini adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini menguraikan hal-hal yang bersifat umum antara lain hal-hal
yang menjadi latar belakang penulisan skripsi, rumusan permasalahan sebagai
topik yang akan dibahas secara mendalam, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian
penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penelitian yang digunakan serta
sistematika penulisan skripsi.
BAB II KEDUDUKAN PERJANJIAN KONTRAK BAKU DITINJAU DARI
HUKUM PERJANJIAN
Pada bab ini akan membahas tentang pengaturan perjanjian dalam hukum
perjanjian di Indonesia, asas-asas dalam hukum perjanjain di Indonesia,
kedudukan perjanjian kontrak baku ditinjau dari hukum perjanjain, perkembangan
penerapan perjanjian kontrak baku di Indonesia, keterikatan para pihak dalam
perjanjain kontrak baku, dan batasan penggunaan perjanjain kontrak baku.

Universitas Sumatera Utara

BAB III PENGATURAN MENGENAI PEMBATALAN PERJANJIAN DI
INDONESIA
Pada bab ini akan membahas tentang perjanjian yang batal demi hukum
dan dapat dibatalkan, hal atau kondisi yang menyebabkan batalnya perjanjian,
akibat pembatalan perjanjian, dan pembatalan perjanjain oleh pihak yang
berwenang karena undang-undang.
BAB IV PERANAN HAKIM

DALAM PEMBATALAN PERJANJIAN

KONTRAK BAKU ANTARA PIHAK PENYEDIA DAN PENGGUNA JASA
TERKAIT ASAS KESEIMBANGAN
Pada bab ini akan membahas tentang peranan hakim dalam pembatalan
perjanjian dikaitkan dengan sifat dari perjanjain kontrak baku, pertimbangan
hakim mengenai asas keseimbangan dan penyalahgunaan keadaan pada perjanjian
kontrak baku, perlindungan hukum bagi pihak yang lemah kedudukannya daam
perjanjain kontrak baku, dan tanggung jawab pihak penyedia jasa terhadap
pengguna jasa.
BAB V PENUTUP
Bab ini merupakan kesimpulan dan saran dari skripsi ini. Pada bab ini
akan disimpulkan hasil uraian mulai dari bab I sampai dengan bab IV dengan
singkat dan sistematis, sebagai jawaban dari pembahasan dan terakhir ditutup
dengan saran-saran.

Universitas Sumatera Utara