KEUANGAN NEGARA MATERI WORKSHOP JUKNIS SPJ ( Keuangan Negara)
PERTANGGUNGJAWABAN
ANGGARAN PENELITIAN
Joseph Heryanto S
Surakarta, 10 Februari 2018
Pejabat Perbendaharaan
PRESIDEN
BUN
PA
Menteri
KUASA
BUN
Kepala
Satker
ex
officio
KUASA PA
penugasan
Fungsional
Perintah bayar
BENDAHARA
PPSPM
PPK
Perintah bayar
Pengguna Anggaran (PA)
Kewenangan
1. Pasal 4 ayat (2)
UU No 1 Tahun
2004 tentang
Perbendaharaan
Negara
2. mengatur lebih
lanjut
pelaksanaan
anggaran yang
menjadi
tanggung
jawabnya
Tanggungjawab
Formal
Bertanggungjawa
b terhadap
pelaksanaan
kewenangan
Pasal 4 ayat (2)
UU No 1 Tahun
2004 tentang
Perbendaharaan
Negara
Tanggungjawab
Materiial
Kewenangan
yang
dilimpahkan
Penggunaan
anggaran dan
hasil yang
dicapai atas
beban
anggaran
negara
1.Penujukan
KPA untuk UB
dan TP
kepada
gubernur/bu
pati/walikota
2.Penujukan
KPA untuk DK
kepada
Gubernur
3.Penujukan
Pejabat
perbendahar
aan lain
kepada KPA
Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)
Prinsip
1. Bersifat exofficio
2. Tidak terikat
periode tahun
anggaran
3. Dlm kondisi
tertentu, dpt
merangkap PPK
atau PPSPM
4. Penujukan
berakhir jika
tidak ada alokasi
tahun
berikutnya
Kewenangan
Tanggungjawab
Formal
Tanggungjawab
material
Pasal 8
PP 45 Tahun
2013 tentang
Tata Cara
Pelaksanaan
APBN
Tanggungjawab
atas
pelaksanaan
kewenangan
dalam Pasal 8
PP 45 Tahun
2013 tentang
Tata Cara
Pelaksanaan
APBN
1.Pengguna
an
anggaran
2.Keluaran
(output)
yang
dihasilkan
atas
beban
anggaran
negara
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
Prinsip
1. Melaksanaan
kewenangan KPA
melakukan tindakan
berakibat beban
anggaran
2. Tidak terikat periode
tahun anggaran
3. Dpt lebih dari 1
4. Tidak merangkap
PPSPM dan
bendahara
Kewenangan
Pasal 12
PP 45 Tahun 2013
tentang Tata Cara
Pelaksanaan APBN
Tanggungjawab
1. Tanggungjawab
terhadap
pelaksanaan
kewenangan Pasal
12 PP 45 Tahun
2013
2. Kebenaran
material dan
akibat yang timbul
dari penggunaan
bukti mengenai
hak tagih kepada
negara
Pejabat Penandatangan SPM (PPSPM)
Prinsip
Kewenangan
Tanggungjawab
1. Melaksanaan
kewenangan KPA
melakukan
pengujian tagihan
dan perintah
pembayaraan atas
beban anggaran
2. Tidak terikat periode
tahun anggaran
3. Satu DIPA 1 PPSPM
4. Tidak merangkap
PPK dan bendahara
Pasal 15 PP 45 Tahun 2013
:
Menguji SPP dan dok
pendukung
Menolak/mengembalika
n SPP jika tidak
memenuhi syarat
membebankan tagihan
pada MA yg disediakan
menerbitkan SPM
Menyimpan dan
menjaga keutuhan dok
hak tagih
Melaporakan pengujian
dan perintah
pembayaran kpd KPA
1. Tanggungjawab
terhadap
pelaksanaan
kewenangan Pasal
15 PP 45 Tahun 2013
2. Kebenaran,kelengka
pan dan keabsahan
administrasi
dokumen hak tagih
pembayaran/dasar
penerbitan SPM dan
akibat yg timbul dari
pengujian yg
dilakukan
Bendahara
Prinsip
1. Ditunjuk oleh
Menteri/Kepala
Satker
2. Tidak terikat periode
tahun anggaran
3. Tidak merangkap
KPA atau Kuasa BUN
4. Pejabat fungsional
5. Harus memiliki
sertifikat
Tugas
Bendahara
Penerimaan : Pasal
19
Bendahara
pengeluaran: Pasal
23
Tanggungjawab
1. Secara pribadi atas
uang/surat
berharga yang
berada dalam
pengelolaannya
(BPeng)
2. Secara pribadi atas
uang Pendapatan
Negara yang
berada dalam
pengelolaannya
3. Secara fungsional
kepada Kuasa BUN
Dasar Hukum Pengujian dan Pembayaran Tagihan
UU 17/2003 tentang Keuangan Negara
UU 1/2004 tentang Perbendaharaan Negara
UU 15/2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab
Keuangan Negara
PP 45/2013 tentang pelaksanaan APBN
PERPRES 54/2010 tentang PBJP dan perubahannya
PMK 190/2012 tentang pelaksanaan APBN
PMK 113/2012 tentang Perjadin Dalam Negeri dan Per DJPBN 22/2012
PMK 164/2015 tentang Perjadin Luar Negeri dan PMK 227/2016
KEP DJPB 187/2017 dan KEP DJPB 617/2017 dan KEP DJPB 658/2017 ttg
AKUN
PMK 49/2017 tentang SBM 2018
PMK 106/2016 tentang SBK 2017
ANGGARAN PENELITIAN
9
10
11
12
13
14
15
1
6
Bukti Perjanjian
Bukti
Pembelian
(s/d 10 juta)
• E-Purchasing
• Pembelian secara
online
Surat
Pesanan
Kuitansi
(s/d 50 juta)
Bukti
Perjanjian
• Jasa Konsultansi
di atas Rp 50 juta
• Barang/Pek.
Konstruksi/Jasa
Lainnya
di atas Rp 200 juta
Surat
Perjanjian
Surat
Perintah
Kerja (SPK)
• Jasa Konsultansi
s.d Rp 50 juta
• Barang/Pek. Konstruksi/
Jasa Lainnya
s.d Rp 200 juta
Lampiran SPBy :
A. Pembayaran
Tunai :
1. Kuitansi/bukti pembelian yang telah disahkan PPK
beserta faktur pajak dan SSP; dan
2. Nota/bukti
penerimaan
barang/jasa
atau
dokumen pendukung lainnya yang diperlukan
dan telah disahkan oleh PPK.
B. Uang Muka Kerja :
1. rencana pelaksanaan kegiatan/pembayaran;
2. rencana kebutuhan dana; dan
3. batas waktu pertanggungjawaban penggunaan
uang muka kerja, dari penerima uang muka kerja.
Company Logo
Lampiran SPBy :
C. BPP :
1. Penyaluran dana UP kepada BPP oleh Bendahara
Pengeluaran dilakukan berdasarkan SPBy yang
ditandatangani oleh PPK atas nama KPA yang
dilampiri rincian kebutuhan dana masing-masing
BPP.
2. Atas penyaluran dana UP bagi BPP, Bendahara
Pengeluaran membuat kuitansi/bukti penerimaan
atas penyaluran dana UP sebanyak 2 (dua)
lembar dengan ketentuan:
a. lembar ke-1 disampaikan kepada BPP sebagai
bukti bahwa dana UP telah diterima oleh BPP.
b. lembar ke-2 disimpan oleh Bendahara
Pengeluaran.
Company Logo
PERJALANAN DINAS DALAM NEGERI
PMK 113/PMK.05/2012
PER DJPB - 22/PB/2013
Lingkup Perjalanan Dinas Dalam Negeri
1. Mengatur mengenai pelaksanaan dan pertanggungjawaban
Perjalanan Dinas bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri, dan
Pegawai Tidak Tetap yang dibebankan pada Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
2. Perjalanan Dinas, meliputi:
• a. Perjalanan Dinas Jabatan; dan
• b. Perjalanan Dinas Pindah.
3. Pegawai Negeri, meliputi:
a. Pegawai Negeri Sipil;
b. Calon Pegawai Negeri Sipil;
c. Anggota Tentara Nasional Indonesia; dan
d. Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Perjalanan Dinas Jabatan
1. Perjalanan Dinas Jabatan digolongkan menjadi:
a. Perjalanan Dinas Jabatan yang melewati batas Kota; dan
b. Perjalanan Dinas Jabatan yang dilaksanakan di dalam Kota.
2. Batas Kota khusus untuk Provinsi DKI Jakarta meliputi kesatuan
wilayah Jakarta Pusat, Jakarta Timur, Jakarta Utara, Jakarta Barat,
dan Jakarta Selatan.
3. Perjalanan Dinas Jabatan yang dilaksanakan di dalam Kota , terdiri
atas:
a. Perjalanan Dinas Jabatan yang dilaksanakan lebih dari 8
(delapan) jam; dan
b. Perjalanan Dinas Jabatan yang dilaksanakan sampai dengan 8
(delapan) jam.
Surat Tugas
•
Perjalanan Dinas Jabatan oleh Pelaksana SPD dilakukan sesuai perintah
atasan Pelaksana SPD yang tertuang dalam Surat Tugas.
•
Kewenangan penerbitan Surat Tugas dapat didelegasikan kepada
pejabat yang ditunjuk Surat Tugas paling sedikit mencantumkan :
a.
b.
c.
d.
Pemberi tugas;
Pelaksana tugas;
Waktu pelaksanaan tugas; dan
Tempat pelaksanaan tugas.
•
•
Surat Tugas menjadi dasar penerbitan SPD oleh PPK.
Dalam penerbitan SPD, PPK berwenang untuk menetapkan tingkat biaya
Perjalanan Dinas dan alat transpor yang digunakan untuk
melaksanakan Perjalanan Dinas Jabatan yang bersangkutan dengan
memperhatikan kepentingan serta tujuan Perjalanan Dinas tersebut.
•
Perjalanan Dinas Jabatan di dalam Kota yang dilaksanakan sampai dengan
8 (delapan) jam dapat dilakukan tanpa penerbitan SPD.
Format SPD
Halaman 1
(Lampiran I PMK)
Pada Keterangan lain-lain dicantumkan
Nomor dan tanggal Surat Tugas
Format SPD
Halaman 2
(Lampiran I PMK)
Untuk PDJ yang biayanya
dibebankan pada DIPA
Pelaksana SPD
ditandatangani oleh Kepala
Satker atau Pejabat yang
ditunjuk pada instansi
Pelaksana SPD
Untuk PDJ yang biayanya
dibebankan pada DIPA Satker
Penyelenggara, tidak perlu
ditandatangani oleh Kepala
Satker atau Pejabat yang
ditunjuk atau Atasan
Pelaksana SPD
Biaya Perjalanan Dinas Jabatan (1)
Perjalanan Dinas Jabatan terdiri atas komponenkomponen sebagai berikut:
a. uang harian;
b. biaya transpor;
c. biaya penginapan;
d. uang representasi;
e. sewa kendaraan dalam Kota; dan/atau
f. biaya menjemput/mengantar jenazah.
Biaya Perjalanan Dinas Jabatan (2)
2) Uang harian terdiri atas:
a. uang makan;
b. uang transpor lokal; dan
c. uang saku.
3) Biaya transpor terdiri atas:
a. perjalanan dinas dari tempat kedudukan sampai tempat
tujuan keberangkatan dan kepulangan termasuk biaya ke
terminal bus/ stasiun/ bandara/pelabuhan keberangkatan;
b. retribusi yang dipungut di terminal bus/stasiun/
bandara/pelabuhan keberangkatan dan kepulangan.
Biaya Perjalanan Dinas Jabatan (3)
4)
Biaya penginapan merupakan biaya yang diperlukan untuk menginap:
a. di hotel; atau
b. di tempat menginap lainnya.
5)
Dalam hal Pelaksana SPD tidak menggunakan biaya penginapan, berlaku
ketentuan sebagai berikut:
a. Pelaksana SPD diberikan biaya penginapan sebesar 30% (tiga
puluh persen) dari tarif hotel di Kota Tempat Tujuan sebagaimana
diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan mengenai Standar Biaya;
b. Biaya penginapan sebagaimana dimaksud pada huruf a dibayarkan
secara lumpsum.
•
6) Uang representasi dapat diberikan kepada Pejabat Negara, Pejabat
Eselon I, dan Pejabat Eselon II selama melakukan Perjalanan Dinas.
Biaya Perjalanan Dinas Jabatan (4)
7) Sewa kendaraan dalam Kota dapat diberikan kepada
Pejabat Negara untuk keperluan pelaksanaan tugas di
Tempat Tujuan.
8) Sewa kendaraan sudah termasuk biaya untuk
pengemudi, bahan bakar minyak, dan pajak.
9) Biaya menjemput/mengantar jenazah meliputi biaya
bagi penjemput/pengantar, biaya pemetian dan biaya
angkutan jenazah.
10)Komponen biaya Perjalanan Dinas Jabatan
dicantumkan pada Rincian Biaya Perjalanan Dinas
(Lampiran II PMK).
Format Rincian
Biaya Perjadin
(Lampiran II PMK)
Biaya Perjalanan Dinas Jabatan (5)
•
a.
Biaya Perjalanan Dinas Jabatan, digolongkan dalam 3 (tiga)
tingkat, yaitu:
Tingkat A untuk Ketua/Wakil Ketua dan Anggota pada Majelis
Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
Perwakilan Daerah, Badan Pemeriksa Keuangan, Mahkamah
Agung, Mahkamah Konstitusi, Menteri, Wakil Menteri, pejabat
setingkat Menteri, Gubernur, Wakil Gubernur, Bupati, Wakil
Bupati, Walikota, Wakil Walikota, Ketua/Wakil Ketua/ Anggota
Komisi, Pejabat Eselon I, dan Pejabat Lainnya yang setara;
b. Tingkat B untuk Pejabat Negara Lainnya, Pejabat Eselon II, dan
Pejabat Lainnya yang setara;
c.
Tingkat C untuk Pejabat Eselon III/PNS Golongan IV, Pejabat
Eselon IV/PNS Golongan III, PNS Golongan II dan I.
Biaya Perjalanan Dinas Jabatan (6)
• Biaya Perjalanan Dinas diberikan berdasarkan tingkat
biaya Perjalanan Dinas, dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. uang harian dibayarkan secara lumpsum dan
merupakan batas tertinggi sebagaimana diatur dalam
Peraturan Menteri Keuangan mengenai Standar Biaya;
b. biaya transpor pegawai dibayarkan sesuai dengan
Biaya Riil berdasarkan Fasilitas Transpor ;
c. biaya penginapan dibayarkan sesuai dengan Biaya Riil
dan berpedoman pada Peraturan Menteri Keuangan
mengenai Standar Biaya;
a. Biaya Perjalanan Dinas Jabatan dibayarkan sebelum
Perjalanan Dinas Jabatan dilaksanakan.
b. Dalam hal Perjalanan Dinas Jabatan harus segera
dilaksanakan, biaya Perjalanan Dinas dapat
dibayarkan setelah Perjalanan Dinas selesai.
PELAKSANAAN DAN PROSEDUR
PEMBAYARAN BIAYA PERJALANAN DINAS
1) Pembayaran biaya Perjalanan Dinas diberikan dalam
batas pagu anggaran yang tersedia dalam DIPA satuan
kerja berkenaan.
2) Pembayaran biaya Perjalanan Dinas kepada Pelaksana
SPD paling cepat 5 (lima) hari kerja sebelum
Perjalanan Dinas dilaksanakan.
3) Pada akhir tahun anggaran, menyesuaikan dengan
ketentuan yang mengatur mengenai langkah-langkah
menghadapi akhir tahun anggaran.
MEKANISME PEMBAYARAN
1) Pembayaran biaya Perjalanan Dinas dilakukan melalui
mekanisme UP dan/atau mekanisme Pembayaran Langsung (LS).
2) Pembayaran biaya Perjalanan Dinas dengan mekanisme LS
dilakukan melalui:
a. Perikatan dengan penyedia jasa;
b. Bendahara Pengeluaran; atau
c. Pelaksana SPD.
3) Perjalanan Dinas Jabatan yang dilakukan perikatan dengan pihak
penyedia jasa meliputi :
a. Perjalanan Dinas Jabatan dalam rangka pelaksanaan tugas
dan fungsi yang melekat pada jabatan; dan
b. Perjalanan Dinas Jabatan dalam rangka mengikuti rapat,
seminar dan sejenisnya.
MEKANISME UP
1) Pembayaran biaya Perjalanan Dinas dengan mekanisme UP
dilakukan dengan memberikan uang muka kepada Pelaksana SPD
oleh Bendahara Pengeluaran.
2) Pemberian uang muka tersebut berdasarkan persetujuan
pemberian uang muka dari PPK dengan melampirkan:
a.
Surat Tugas atau surat keputusan pindah;
b.
Fotokopi SPD;
c.
Kuitansi tanda terima uang muka; dan
d.
Rincian perkiraan biaya Perjalanan Dinas.
KELEBIHAN/KEKURANGAN PEMBAYARAN
1) Pembayaran biaya Perjalanan Dinas Jabatan dengan mekanisme LS dilakukan
melalui transfer dari Kas Negara ke rekening Bendahara Pengeluaran, pihak ketiga
atau Pelaksana SPD.
2) Dalam hal biaya Perjalanan Dinas Jabatan yang dibayarkan kepada Pelaksana SPD
melebihi biaya Perjalanan Dinas Jabatan yang seharusnya dipertanggungjawabkan,
kelebihan biaya Perjalanan Dinas Jabatan tersebut harus disetor ke Kas Negara
melalui PPK.
3) Penyetoran kelebihan pembayaran tersebut dilakukan dengan:
a.
menggunakan Surat Setoran Pengembalian Belanja (SSPB) untuk tahun
anggaran berjalan; atau
b.
menggunakan Surat Setoran Bukan Pajak (SSBP) untuk tahun anggaran lalu.
4) Dalam hal biaya Perjalanan Dinas Jabatan yang dibayarkan kepada Pelaksana SPD
kurang dari yang seharusnya, dapat dimintakan kekurangannya.
5) Pembayaran kekurangan biaya Perjalanan Dinas Jabatan dimaksud dapat dilakukan
melalui mekanisme UP atau LS.
PERTANGGUNGJAWABAN PERJALANAN DINAS
1)
Pelaksana SPD mempertanggungjawabkan pelaksanaan Perjalanan Dinas kepada
pemberi tugas dan biaya Perjalanan Dinas kepada PPK paling lambat 5 (lima) hari
kerja setelah Perjalanan Dinas dilaksanakan.
2)
Pertanggungjawaban biaya Perjalanan Dinas, disertai dengan:
a.
Surat Tugas yang sah dari atasan Pelaksana SPD;
b.
SPD yang telah ditandatangani oleh PPK dan pejabat di tempat pelaksanaan
Perjalanan Dinas atau pihak terkait yang menjadi Tempat Tujuan Perjalanan
Dinas;
c.
tiket pesawat, boarding pass, airport tax, retribusi, dan bukti pembayaran
moda transportasi lainnya;
d.
Daftar Pengeluaran Riil sesuai dengan format sebagaimana tercantum dalam
Lampiran IX PMK;
e.
bukti pembayaran yang sah untuk sewa kendaraan dalam Kota berupa
kuitansi atau bukti pembayaran lainnya yang dikeluarkan oleh badan usaha
yang bergerak di bidang jasa penyewaan kendaraan; dan
f.
bukti pembayaran hotel atau tempat menginap lainnya.
Lampiran IX PMK
PERJALANAN DINAS LUAR NEGERI
PMK 164/PMK.05/2015
PMK 227/PMK.05/201
Lingkup Perjalanan Dinas Luar Negeri
1. Mengatur mengenai pelaksanaan dan pertanggungjawaban
Perjalanan Dinas bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri, dan
Pegawai Tidak Tetap yang dibebankan pada Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
2. Perjalanan Dinas, meliputi:
• a. Perjalanan Dinas Jabatan; dan
• b. Perjalanan Dinas Pindah.
3. Pegawai Negeri, meliputi:
a. Pegawai Negeri Sipil;
b. Calon Pegawai Negeri Sipil;
c. Anggota Tentara Nasional Indonesia; dan
d. Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia.
PERPAJAKAN
KEWAJIBAN PERPAJAKAN
BENDAHARA PENGELUARAN
KEWAJIBAN MATERIL
Menghitung
pajak terutang
Pasal 21/26 UU PPh
Pasal 22 UU PPh
Pasal 23 UU PPh
Pasal 4 (2) UU PPh
UU PPN dan PPnBM
Bea Meterai
KEWAJIBAN FORMIL
Mendaftarkan diri
Pembukuan
Memungut/Memotong
Menyetor
Melapor
UU KUP
Jenis – Jenis Pajak
PPh 21 / 26
PPh 22
PPh 23
PPh Final
PPN / PPnBM
2/9/2018
Pajak Pemotongan / Pemungutan atas Penghasilan yang Diberikan Kepada
Karyawan / Pegawai Tidak Tetap / Honorer dll.
Pajak Pemotongan / Pemungutan atas Pembelian Barang Oleh
Bendaharawan.
Pajak Pemotongan / Pemungutan atas Pembayaran Jasa Oleh
Bendaharawan
Pajak Pemotongan / Pemungutan atas Pembayaran Transaksi yang bersifatn
Final Seperti Sewa Tanah/Bangunan, Jasa Konstruksi
Pajak Pertambahan Nilai yang dikenakan atas transaksi Penjualan Barang
Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak.
43
Jatuh tempo pembayaran dan pelaporan
Pajak
Jenis Pembayaran
Batas Pembayaran
(Selambat-lambatnya)
Batas Pelaporan
(Selambat-lambatnya)
PPh Pasal 21
Tanggal 10 bulan takwim
berikutnya setelah masa pajak
berakhir
Tanggal 20 setelah masa pajak
berakhir
PPh Pasal 22, bendahara
Disetor 7 (tujuh) hari setelah
tanggal pelaksanaan pembayaran/
penyerahan barang
14 hari (paling lambat) setelah masa
pajak berakhir
PPN/PPnBM oleh bendahara
Disetor 7 (tujuh) hari setelah
tanggal pelaksanaan pembayaran
Akhir bulan berikutnya setelah masa
pajak berakhir
PPh Pasal 23/26
PPh Pasal 4 (2)
Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran bertepatan dengan hari
ibur, pembayaran atau penyetoran dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya
Dalam hal jatuh tempo penyampaian laporan
Bertepatan dengan hari libur, penyampaian
Laporan wajib pajak dilakukan paling lambat
pada hari kerja berikutnya tanggal jatuh tempo
PMK No.80/PMK.03/2010 Jo PMK-242/PMK.03/2014
PAJAK PENGHASILAN
www.themegallery.c
SUBYEK PAJAK
46
Pengertian Pajak Penghasilan
• Pekerjaan atau jabatan
• Jasa dan
• Kegiatan
Yang Dilakukan Subjek Pajak Orang
Pribadi
Atas Penghasilan Berupa:
Gaji, Upah, Honorarium, Tunjangan, dan Pembayaran lain
dengan nama/bentuk apapun
Subjek Pajak DN
Subjek Pajak LN
PPh Pasal 21
PPh Pasal 26
PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK (PTKP)
PMK-101/PMK.010/2016
PTKP
Sebelum
Untuk diri pegawai
Tambahan untuk pegawai yang kawin
Tambahan untuk setiap anggota kel.
sedarah dan semenda dengan garis
keturunan lurus serta anak angkat yang
menjadi
tanggungan
pegawai
sepenuhnya (maksimal 3 anak)
Sekarang
36.000.000 54.000.000
3.000.000 4.500.000
3.000.000
4.500.000
T.M.T Tahun Pajak 2016
48
TARIF PPh Pasal 21
Berdasarkan Pasal 17 UU Nomor 36 Tahun 2008)
a. Untuk WPOP dalam negeri yang memiliki NPWP
Lapisan penghasilan Kena Pajak
Tarif PPh
S.d. Rp.50.000.000,-
5%
Di atas Rp.50 juta s.d. Rp.250 juta
15 %
Di atas Rp.250 juta s.d. Rp.500 juta
25 %
Di atas Rp.500.000.000,-
30 %
b. Untuk WPOP dalam negeri yang tidak memiliki NPWP lebih
tinggi 20% dari tarif WPOP yang memiliki NPWP
dan hanya untuk PPh 21 yang bersifat tidak final
49
PPh pasal 21 atas Pejabat Negara/PNS/TNI/Polri
dan Pensiunannya
(PMK 262/PMK.03/2010)
50
Penghasilan yang dikenai PPh pasal 21
Ps 2, 3 PMK 262/PMK.03/2010
Penghasilan yang sifatnya tetap dan teratur
- Pejabat Negara (Gaji, Tunjangan, Imbalan lain)
- PNS, TNI, Polri (Gaji dan tunjangan)
- Pensiunan (Uang Pensiun dan Tunjangan)
Penghasilan lain berupa honorarium atau
imbalan lain dengan nama apapun yang menjadi
beban APBN/APBD
TIDAK TERMASUK BIAYA PERJALANAN DINAS
51
PENGHASILAN BRUTO
- GAJI KEHORMATAN
- GAJI
- TUNJANGAN YG TERKAIT
DIKURANGI:
- BIAYA JABATAN, 5% DARI
PENGH.
BRUTO MAKS
Rp 6.000.000,-/ THN ATAU
Rp 500.000,-/BLN
- UANG PENSIUN
- TUNJANGAN YG TERKAIT
DIKURANGI:
BIAYA PENSIUN, 5% DARI
PENGH. BRUTO (UANG PENSIUN)
- HONORARIUM
- IMBALAN LAIN DGN
NAMA APAPUN
YANG DTERIMA PEJABAT NEGARA,
PNS, ANGGOTA TNI/POLRI
DIBEBANKAN KPD
KEUANGAN NEGARA/
DAERAH
MAKS Rp 2.400.000,00/THN
ATAU Rp 200.000,00/BLN
DIPOTONG PPh Ps. 21 :
0%/5%/15% DARI PENGH. BRUTO
(FINAL)
- IURAN YG TERIKAT DGN
PENGH. TETAP (IURAN
PENSIUN, IURAN THT)
PENGHASILAN
NETO
Dikurangi
TARIF PS.17 UU PPh
PAJAK TERUTANG
DITANGGUNG OLEH PEMERINTAH
PTKP
PENGHASILAN KENA PAJAK
52
Pemotongan PPh pasal 21 atas penghasilan
yang bersifat tidak tetap dan tidak teratur
Honorarium dan imbalan lain yang dengan nama
apapun yg menjadi beban APBN/APBD, dikenai PPh
Pasal 21 bersifat final dengan tarif:
0%
1. PNS Gol I dan Gol II
2. Anggota TNI dan Polri pangkat Tambata dan Bintara
3. Pensiuannya
5%
1. PNS Gol.III
2. Anggota TNI dan Polri pangkat Perwira Pertama
3. Pensiuannya
15%
1. Pejabat Negara
2. PNS Gol.IV
3. Anggota TNI dan Polri Pangkat Perwira Menengah dan Tinggi
4. Pensiuannya
TMT 01.01.2011
PPh pasal 21 Lainnya
(Perdirjen pajak No.32/PJ/2015)
54
PPh Pasal 21 atas Penghasilan
Pegawai Tidak Tetap
Pegawai Tidak Tetap/Tenaga Kerja Lepas adalah pegawai
yang hanya menerima penghasilan apabila pegawai yang
bersangkutan bekerja berdasarkan jumlah hari bekerja,
jumlah unit pekerjaan yang dihasilkan atau penyelesaian
suatu jenis pekerjaan yang diminta oleh pemberi kerja
Penghasilan berupa upah harian, upah mingguan, upah
borongan atau upah yang dibayarkan secara bulanan
55
PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 LAINNYA
Pegawai kontrak/
honorer yang
dibayar bulanan
Penghasilan
per bulan
Dikali 12
Dikurangi PTKP
kali Tarif Pasal 17
dibagi 12
=PPh Psl 21
sebulan
Penerima Upah harian,
mingguan, satuan,
borongan.
Peserta Kegiatan
Tarif Ps 17 X Jmlh Bruto
≤ Rp 450.000/hari;
TIDAK DIPOTONG
>Rp 450.000/hari;
kumulatif ≤4.500.000
= 5% x (upah sehari –
Rp450.000)
Saat kum >Rp 4.500.000
dan ≤10.200.000
dlm 1 bln
= 5% x (upah sehari–
PTKP/360)
Saat kum >10.200.000
dlm 1 bln
= (disetahunkan–PTKP)/12
Penjelasan :
Tentang batasan sebesar
Rp.10.200.000,- sesuai dengan
Perdirjen Pajak No.Per16/PJ/2016 pada pasal 15 ayat
(2) disebutkan : Dalam hal
jumlah penghasilan kumulatif
dalam satu bulan kalender
TELAH MELEBIHI
Rp10.200.000,00 (sepuluh juta
dua ratus ribu rupiah), PPh
Pasal 21 dihitung dengan
menerapkan tarif Pasal 17 ayat
(1) huruf a Undang-Undang
Pajak Penghasilan atas jumlah
Penghasilan Kena Pajak yang
disetahunkan.
Bukan Pegawai
Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri pengacara, akuntan,
arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai dan aktuaris
Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang sinetron,
bintang iklan, sutradara, kru film, foto model, peragawan/ti, pemain drama, penari,
pemahat, pelukis dan seniman lain
Olahragawan
Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh dan moderator
Pengarang, peneliti dan penerjemah
Pemberi Jasa dalam segala bidang termasuk teknik, komputer dan sistem aplikasinya,
telekomunikasi, elektronika, gotografi, ekonomi dan sosial serta pemberi jasa kepada
suatu kepanitiaan
Agen Iklan
Pengawas atau pengelola proyek
Pembawa pesanan atau yang menemukan langganan atau yang menjadi perantara
Petugas Penjaja barang dagangan
Petugas dinas luar asuransi
Distributor perusahaan MLM
Berupa honorarium, komisi, fee dan imbalan sejenisnya dengan nama dan dalam bentuk
apapun
57
Bukan Pegawai
Berkesinambungan
Tidak
Berkesinambungan
Tarif Ps 17 X 50% x
1. Tidak mendapat penghasilan di
tempat lain
2. Ber-NPWP
Tidak Memenuhi
syarat
Memenuhi syarat
Jmlh Bruto
50% Jml bruto x
Tarif Pasal 17
(lapisan tarif
berdasar 50%x
Jumlah bruto
kumulatif)
(50% Jml bruto-PTKP)
x Tarif Pasal 17
(lapisan tarif berdasar
Jumlah PKP kumulatif)
PPh pasal 21 atas Peserta kegiatan
1. Peserta Perlombaan dalam segala bidang
2. Peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan atau
kunjungan kerja
3. Peserta atau anggota dalam suatu kepanitiaan sebagai
penyelenggara kegiatan tertentu
4. Peserta Pendidikan dan pelatihan
5. Peserta Kegiatan lainnya
Penghasilan dengan nama dan dalam bentuk apapun :
uang saku, uang representasi, uang rapat, honorarium,
hadiah atau penghargaan dan penghasilan sejenis lainnya
59
PPh Pasal 21:
Peserta Kegiatan
TARIF PS. 17
DITERAPKAN ATAS :
JUMLAH PENGHASILAN BRUTO
PEMBAYARAN YANG BERSIFAT UTUH
DAN TIDAK DAPAT DIPECAH
61
PPh Pasal 22 adalah pajak yang dipungut
oleh Bendahara Pemerintah sehubungan
dengan pembayaran atas penyerahan
barang, dan badan-badan tertentu yang
melakukan kegiatan di bidang impor atau
kegiatan usaha di bidang lain, serta Wajib
Pajak badan tertentu untuk memungut pajak
dari pembeli atas penjualan barang yang
tergolong sangat mewah.
(UU 36/2008 PASAL 22 AYAT 1 HURUF a, b, DAN c)
62
62
Obyek PPh pasal 22
• Penyerahan barang yang dibeli dari sumber dana
APBN/APBD
• Dikecualikan dari Pemungutan PPh pasal 22
a. Pembayaran atas penyerahan barang paling
banyak 2 juta dan bukan jumlah yang dipecahpecah
b. Pembayaran untuk pembelian BBM, listrik, gas, air
minum, benda pos
c. Pembayaran untuk pembelian barang sehubungan
dengan penggunaan dana BOS
63
SAAT PEMUNGUTAN
PADA SETIAP PELAKSANAAN
PEMBAYARAN ATAS PENYERAHAN
BARANG OLEH REKANAN
TARIF 1,5 %
DARI HARGA/NILAI
PEMBELIAN BARANG
Kalau Rekanan Tidak Memiliki NPWP
Tarif 100% lebih tinggi (3%)
64
PAJAK PENGHASILAN
PASAL 23 ( PPh 23 )
Objek PPh Pasal 23
Tarif 15% dari jumlah Bruto:
1.
2.
3.
4.
Dividen,
Bunga,
Royalti,
Hadiah, penghargaan, Bonus dan sejenisnya
selain yang telah dipotong PPh Pasal 21 ayat (1)
huruf e UU No.36/2008
Tarif 2 % dari jumlah Bruto:
1. Sewa dan penghasilan lain penggunaan harta
2. Jasa Teknik, Jasa Manajemen, Jasa Konsultan dan
Jasa lain selain yang telah dipotong PPh Pasal 21.
TIDAK ADA NPWP 100 % LEBIH
TINGGI
2/9/2018
66
67
• Bendahara berhak melakukan pemotongan
PPh pasal 26 terhadap WP Luar Negeri yang
memperoleh pembayaran yang mana
pembayaran tersebut berasal dari
APBN/APBD
• Obyek Pajak : dikenakan terhadap WPLN
baik orang pribadi maupun badan selain BUT
yang menerima penghasilan dari Indonesia
• Tarif :
Penghasilan Brutto x 20%
68
Penghasilan yang diterima atau diperoleh orang
pribadi dengan status wajib pajak luar negeri,
sebagai imbalan atas pekerjaan, jasa dan kegiatan,
dikenakan PPh pasal 26 dengan tarif : 20% x
Penghasilan bruto dan bersifat final.
Apabila WP luar negeri tersebut berubah status,
maka pemotongan PPh-nya tidak bersifat final
Contoh :
Kementerian Pendidikan membayar tenaga ahli dari Australia
sebesar US$ 1.000,00 (kurs pada saat pembayaran kepada
tenaga ahli tersebut US$ 1 = Rp.10.000,00).
Maka : PPh pasal 26 yang dikenakan kepada tenaga ahli
tersebut adalah sebesar :
20% x (Rp.10.000,00 x 1.000,00) = Rp. 2.000.000,00.
69
70
Obyek PPh pasal 4 (2)
Penghasilan dari
Jasa Kontruksi
PP 40 Tahun 2009
Penghasilan Jasa
Persewaan Tanah
dan/atau
Bangunan
PP 5 Tahun 2002
Penghasilan dari
Pengalihan Hak
atas Tanah
dan/atau
Bangunan
PP 34 Tahun 2016
71
JASA KONSTRUKSI
PPh Bersifat Final
Pelaksana
Kontruksi
Tidak
Mempunyai
kualifikasi usaha
Mempunyai
kualifikasi
usaha
Kecil
2%
Perencana/Pengawas
Kontruksi
Dengan
kualifikasi
usaha
Tanpa
kualifikasi
usaha
4%
6%
Non Kecil
3%
4%
72
PPh Ps 4 ayat (2) atas Persewaan Tanah dan atau
Bangunan
•
10% (sepuluh persen)
DARI JUMLAH PEMBAYARAN ATAU JUMLAH PENERIMAAN YG
MERUPAKAN BAGIAN NILAI KONTRAK TIDAK TERMASUK PPN
PPh Ps 4 ayat (2) atas Pengalihan Hak atas Tanah dan
atau Bangunan
• 2,5% (sepuluh persen) DARI JUMLAH Bruto
PEMBAYARAN kecuali pengalihan kepada
Pemerintah guna melaksanakan pembangunan
untuk kepentingan umum
Pemungutan PPN
BKP
JKP
Di Daerah Pabean
PKP Rekanan
Faktur Pajak
UU PPN
Pasal 1
Faktur pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat
oleh PKP yang melakukan penyerahan BKP/JKP
Pasal 14 (1)
Orang atau badan yang tidak dikukuhkan menjadi
Pengusaha Kena Pajak dilarang membuat Faktur Pajak
.
75
Objek Pajak
1. Penyerahan BKP dan atau JKP oleh PKP Rekanan
2. Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar daerah
Pabean didalam daerah Pabean
3. Pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean
didalam Daerah Pabean
Dikecualikan dari pemungutan PPN dan PPn BM
1.
2.
3.
PPN
dan
PPnBM
4.
5.
6.
7.
Pembayaran ≤ Rp. 1 Juta termasuk PPN dan PPn BMdan
tidak dipecah
Pembayaran untuk pembebasan Tanah
Pembayaran atas Penyerahan BKP dan atau JKP yang
menurut perundangan – undangan PPN men-dapat fasilitas
PPn tidak dipungut atau dibebaskan dari pengenaan PPN
Penyerahan BBM / Non BBM oleh Pertamina
Pembayaran Rekening Telepon
Jasa Angkutan Udara oleh Perusahaan Penerbangan
Pembayaran lain yang tidak dikenakan PPN
76
PPN
dan
PPnBM
Tarif
PPN
= 10 % dari harga barang
Dapat diubah serendah2nya 5% dan
setinggi-tingginya 15%
PPn BM = 10 % s.d. 200 % (Pasal 8 UU
PPN)
2/9/2018
77
Prinsip pemungutannya :
a. Bea meterai dikenakan atas dokumen;
b. Satu dokumen hanya terutang satu bea
meterai;
c.Rangkap/tindasan
(yang
ikut
ditandatangani) terutang
bea meterai
sama dengan aslinya.
79
Pengenaan Bea Meterai
No
Objek
1 Surat perjanjian dan surat-surat lainnya yang dibuat
dengan tujuan untuk digunakan sebagai alat
pembuktian mengenai perbuatan, kenyataan atau
keadaan yang bersifat perdata.
2 akta-akta notaris termasuk salinannya.
3 akta-akta yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta
Tanah termasuk rangkap-rangkapnya.
4 Surat yang memuat jumlah uang, seperti kuitansi,
billing statement, dll:
a
0 s.d. Rp250.000,00;
b
Di atas Rp250.000,00 s.d. Rp1.000.000,00;
c
Di atas Rp1.000.000,00.
Tarif
Rp.6.000,00
Rp.6.000,00
Rp.6.000,00
Rp.3.000,00
Rp.6.000,00
80
Pengenaan Meterai
No
Objek
6 Cek dan bilyet giro.
7 Efek atau sekumpulan efek dengan nama dan
dalam bentuk apapun:
a Harga nominal Rp.250.000,00 sampai dengan
Rp1.000.000,00;
b Harga nominal di atas Rp1.000.000,00.
8 Dokumen yang akan digunakan sebagai alat
pembuktian di muka Pengadilan.
Tarif
Rp.3.000,00
Rp.3.000,00
Rp.6.000,00
Rp.6.000,00
81
Terima Kasih
ANGGARAN PENELITIAN
Joseph Heryanto S
Surakarta, 10 Februari 2018
Pejabat Perbendaharaan
PRESIDEN
BUN
PA
Menteri
KUASA
BUN
Kepala
Satker
ex
officio
KUASA PA
penugasan
Fungsional
Perintah bayar
BENDAHARA
PPSPM
PPK
Perintah bayar
Pengguna Anggaran (PA)
Kewenangan
1. Pasal 4 ayat (2)
UU No 1 Tahun
2004 tentang
Perbendaharaan
Negara
2. mengatur lebih
lanjut
pelaksanaan
anggaran yang
menjadi
tanggung
jawabnya
Tanggungjawab
Formal
Bertanggungjawa
b terhadap
pelaksanaan
kewenangan
Pasal 4 ayat (2)
UU No 1 Tahun
2004 tentang
Perbendaharaan
Negara
Tanggungjawab
Materiial
Kewenangan
yang
dilimpahkan
Penggunaan
anggaran dan
hasil yang
dicapai atas
beban
anggaran
negara
1.Penujukan
KPA untuk UB
dan TP
kepada
gubernur/bu
pati/walikota
2.Penujukan
KPA untuk DK
kepada
Gubernur
3.Penujukan
Pejabat
perbendahar
aan lain
kepada KPA
Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)
Prinsip
1. Bersifat exofficio
2. Tidak terikat
periode tahun
anggaran
3. Dlm kondisi
tertentu, dpt
merangkap PPK
atau PPSPM
4. Penujukan
berakhir jika
tidak ada alokasi
tahun
berikutnya
Kewenangan
Tanggungjawab
Formal
Tanggungjawab
material
Pasal 8
PP 45 Tahun
2013 tentang
Tata Cara
Pelaksanaan
APBN
Tanggungjawab
atas
pelaksanaan
kewenangan
dalam Pasal 8
PP 45 Tahun
2013 tentang
Tata Cara
Pelaksanaan
APBN
1.Pengguna
an
anggaran
2.Keluaran
(output)
yang
dihasilkan
atas
beban
anggaran
negara
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
Prinsip
1. Melaksanaan
kewenangan KPA
melakukan tindakan
berakibat beban
anggaran
2. Tidak terikat periode
tahun anggaran
3. Dpt lebih dari 1
4. Tidak merangkap
PPSPM dan
bendahara
Kewenangan
Pasal 12
PP 45 Tahun 2013
tentang Tata Cara
Pelaksanaan APBN
Tanggungjawab
1. Tanggungjawab
terhadap
pelaksanaan
kewenangan Pasal
12 PP 45 Tahun
2013
2. Kebenaran
material dan
akibat yang timbul
dari penggunaan
bukti mengenai
hak tagih kepada
negara
Pejabat Penandatangan SPM (PPSPM)
Prinsip
Kewenangan
Tanggungjawab
1. Melaksanaan
kewenangan KPA
melakukan
pengujian tagihan
dan perintah
pembayaraan atas
beban anggaran
2. Tidak terikat periode
tahun anggaran
3. Satu DIPA 1 PPSPM
4. Tidak merangkap
PPK dan bendahara
Pasal 15 PP 45 Tahun 2013
:
Menguji SPP dan dok
pendukung
Menolak/mengembalika
n SPP jika tidak
memenuhi syarat
membebankan tagihan
pada MA yg disediakan
menerbitkan SPM
Menyimpan dan
menjaga keutuhan dok
hak tagih
Melaporakan pengujian
dan perintah
pembayaran kpd KPA
1. Tanggungjawab
terhadap
pelaksanaan
kewenangan Pasal
15 PP 45 Tahun 2013
2. Kebenaran,kelengka
pan dan keabsahan
administrasi
dokumen hak tagih
pembayaran/dasar
penerbitan SPM dan
akibat yg timbul dari
pengujian yg
dilakukan
Bendahara
Prinsip
1. Ditunjuk oleh
Menteri/Kepala
Satker
2. Tidak terikat periode
tahun anggaran
3. Tidak merangkap
KPA atau Kuasa BUN
4. Pejabat fungsional
5. Harus memiliki
sertifikat
Tugas
Bendahara
Penerimaan : Pasal
19
Bendahara
pengeluaran: Pasal
23
Tanggungjawab
1. Secara pribadi atas
uang/surat
berharga yang
berada dalam
pengelolaannya
(BPeng)
2. Secara pribadi atas
uang Pendapatan
Negara yang
berada dalam
pengelolaannya
3. Secara fungsional
kepada Kuasa BUN
Dasar Hukum Pengujian dan Pembayaran Tagihan
UU 17/2003 tentang Keuangan Negara
UU 1/2004 tentang Perbendaharaan Negara
UU 15/2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab
Keuangan Negara
PP 45/2013 tentang pelaksanaan APBN
PERPRES 54/2010 tentang PBJP dan perubahannya
PMK 190/2012 tentang pelaksanaan APBN
PMK 113/2012 tentang Perjadin Dalam Negeri dan Per DJPBN 22/2012
PMK 164/2015 tentang Perjadin Luar Negeri dan PMK 227/2016
KEP DJPB 187/2017 dan KEP DJPB 617/2017 dan KEP DJPB 658/2017 ttg
AKUN
PMK 49/2017 tentang SBM 2018
PMK 106/2016 tentang SBK 2017
ANGGARAN PENELITIAN
9
10
11
12
13
14
15
1
6
Bukti Perjanjian
Bukti
Pembelian
(s/d 10 juta)
• E-Purchasing
• Pembelian secara
online
Surat
Pesanan
Kuitansi
(s/d 50 juta)
Bukti
Perjanjian
• Jasa Konsultansi
di atas Rp 50 juta
• Barang/Pek.
Konstruksi/Jasa
Lainnya
di atas Rp 200 juta
Surat
Perjanjian
Surat
Perintah
Kerja (SPK)
• Jasa Konsultansi
s.d Rp 50 juta
• Barang/Pek. Konstruksi/
Jasa Lainnya
s.d Rp 200 juta
Lampiran SPBy :
A. Pembayaran
Tunai :
1. Kuitansi/bukti pembelian yang telah disahkan PPK
beserta faktur pajak dan SSP; dan
2. Nota/bukti
penerimaan
barang/jasa
atau
dokumen pendukung lainnya yang diperlukan
dan telah disahkan oleh PPK.
B. Uang Muka Kerja :
1. rencana pelaksanaan kegiatan/pembayaran;
2. rencana kebutuhan dana; dan
3. batas waktu pertanggungjawaban penggunaan
uang muka kerja, dari penerima uang muka kerja.
Company Logo
Lampiran SPBy :
C. BPP :
1. Penyaluran dana UP kepada BPP oleh Bendahara
Pengeluaran dilakukan berdasarkan SPBy yang
ditandatangani oleh PPK atas nama KPA yang
dilampiri rincian kebutuhan dana masing-masing
BPP.
2. Atas penyaluran dana UP bagi BPP, Bendahara
Pengeluaran membuat kuitansi/bukti penerimaan
atas penyaluran dana UP sebanyak 2 (dua)
lembar dengan ketentuan:
a. lembar ke-1 disampaikan kepada BPP sebagai
bukti bahwa dana UP telah diterima oleh BPP.
b. lembar ke-2 disimpan oleh Bendahara
Pengeluaran.
Company Logo
PERJALANAN DINAS DALAM NEGERI
PMK 113/PMK.05/2012
PER DJPB - 22/PB/2013
Lingkup Perjalanan Dinas Dalam Negeri
1. Mengatur mengenai pelaksanaan dan pertanggungjawaban
Perjalanan Dinas bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri, dan
Pegawai Tidak Tetap yang dibebankan pada Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
2. Perjalanan Dinas, meliputi:
• a. Perjalanan Dinas Jabatan; dan
• b. Perjalanan Dinas Pindah.
3. Pegawai Negeri, meliputi:
a. Pegawai Negeri Sipil;
b. Calon Pegawai Negeri Sipil;
c. Anggota Tentara Nasional Indonesia; dan
d. Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Perjalanan Dinas Jabatan
1. Perjalanan Dinas Jabatan digolongkan menjadi:
a. Perjalanan Dinas Jabatan yang melewati batas Kota; dan
b. Perjalanan Dinas Jabatan yang dilaksanakan di dalam Kota.
2. Batas Kota khusus untuk Provinsi DKI Jakarta meliputi kesatuan
wilayah Jakarta Pusat, Jakarta Timur, Jakarta Utara, Jakarta Barat,
dan Jakarta Selatan.
3. Perjalanan Dinas Jabatan yang dilaksanakan di dalam Kota , terdiri
atas:
a. Perjalanan Dinas Jabatan yang dilaksanakan lebih dari 8
(delapan) jam; dan
b. Perjalanan Dinas Jabatan yang dilaksanakan sampai dengan 8
(delapan) jam.
Surat Tugas
•
Perjalanan Dinas Jabatan oleh Pelaksana SPD dilakukan sesuai perintah
atasan Pelaksana SPD yang tertuang dalam Surat Tugas.
•
Kewenangan penerbitan Surat Tugas dapat didelegasikan kepada
pejabat yang ditunjuk Surat Tugas paling sedikit mencantumkan :
a.
b.
c.
d.
Pemberi tugas;
Pelaksana tugas;
Waktu pelaksanaan tugas; dan
Tempat pelaksanaan tugas.
•
•
Surat Tugas menjadi dasar penerbitan SPD oleh PPK.
Dalam penerbitan SPD, PPK berwenang untuk menetapkan tingkat biaya
Perjalanan Dinas dan alat transpor yang digunakan untuk
melaksanakan Perjalanan Dinas Jabatan yang bersangkutan dengan
memperhatikan kepentingan serta tujuan Perjalanan Dinas tersebut.
•
Perjalanan Dinas Jabatan di dalam Kota yang dilaksanakan sampai dengan
8 (delapan) jam dapat dilakukan tanpa penerbitan SPD.
Format SPD
Halaman 1
(Lampiran I PMK)
Pada Keterangan lain-lain dicantumkan
Nomor dan tanggal Surat Tugas
Format SPD
Halaman 2
(Lampiran I PMK)
Untuk PDJ yang biayanya
dibebankan pada DIPA
Pelaksana SPD
ditandatangani oleh Kepala
Satker atau Pejabat yang
ditunjuk pada instansi
Pelaksana SPD
Untuk PDJ yang biayanya
dibebankan pada DIPA Satker
Penyelenggara, tidak perlu
ditandatangani oleh Kepala
Satker atau Pejabat yang
ditunjuk atau Atasan
Pelaksana SPD
Biaya Perjalanan Dinas Jabatan (1)
Perjalanan Dinas Jabatan terdiri atas komponenkomponen sebagai berikut:
a. uang harian;
b. biaya transpor;
c. biaya penginapan;
d. uang representasi;
e. sewa kendaraan dalam Kota; dan/atau
f. biaya menjemput/mengantar jenazah.
Biaya Perjalanan Dinas Jabatan (2)
2) Uang harian terdiri atas:
a. uang makan;
b. uang transpor lokal; dan
c. uang saku.
3) Biaya transpor terdiri atas:
a. perjalanan dinas dari tempat kedudukan sampai tempat
tujuan keberangkatan dan kepulangan termasuk biaya ke
terminal bus/ stasiun/ bandara/pelabuhan keberangkatan;
b. retribusi yang dipungut di terminal bus/stasiun/
bandara/pelabuhan keberangkatan dan kepulangan.
Biaya Perjalanan Dinas Jabatan (3)
4)
Biaya penginapan merupakan biaya yang diperlukan untuk menginap:
a. di hotel; atau
b. di tempat menginap lainnya.
5)
Dalam hal Pelaksana SPD tidak menggunakan biaya penginapan, berlaku
ketentuan sebagai berikut:
a. Pelaksana SPD diberikan biaya penginapan sebesar 30% (tiga
puluh persen) dari tarif hotel di Kota Tempat Tujuan sebagaimana
diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan mengenai Standar Biaya;
b. Biaya penginapan sebagaimana dimaksud pada huruf a dibayarkan
secara lumpsum.
•
6) Uang representasi dapat diberikan kepada Pejabat Negara, Pejabat
Eselon I, dan Pejabat Eselon II selama melakukan Perjalanan Dinas.
Biaya Perjalanan Dinas Jabatan (4)
7) Sewa kendaraan dalam Kota dapat diberikan kepada
Pejabat Negara untuk keperluan pelaksanaan tugas di
Tempat Tujuan.
8) Sewa kendaraan sudah termasuk biaya untuk
pengemudi, bahan bakar minyak, dan pajak.
9) Biaya menjemput/mengantar jenazah meliputi biaya
bagi penjemput/pengantar, biaya pemetian dan biaya
angkutan jenazah.
10)Komponen biaya Perjalanan Dinas Jabatan
dicantumkan pada Rincian Biaya Perjalanan Dinas
(Lampiran II PMK).
Format Rincian
Biaya Perjadin
(Lampiran II PMK)
Biaya Perjalanan Dinas Jabatan (5)
•
a.
Biaya Perjalanan Dinas Jabatan, digolongkan dalam 3 (tiga)
tingkat, yaitu:
Tingkat A untuk Ketua/Wakil Ketua dan Anggota pada Majelis
Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
Perwakilan Daerah, Badan Pemeriksa Keuangan, Mahkamah
Agung, Mahkamah Konstitusi, Menteri, Wakil Menteri, pejabat
setingkat Menteri, Gubernur, Wakil Gubernur, Bupati, Wakil
Bupati, Walikota, Wakil Walikota, Ketua/Wakil Ketua/ Anggota
Komisi, Pejabat Eselon I, dan Pejabat Lainnya yang setara;
b. Tingkat B untuk Pejabat Negara Lainnya, Pejabat Eselon II, dan
Pejabat Lainnya yang setara;
c.
Tingkat C untuk Pejabat Eselon III/PNS Golongan IV, Pejabat
Eselon IV/PNS Golongan III, PNS Golongan II dan I.
Biaya Perjalanan Dinas Jabatan (6)
• Biaya Perjalanan Dinas diberikan berdasarkan tingkat
biaya Perjalanan Dinas, dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. uang harian dibayarkan secara lumpsum dan
merupakan batas tertinggi sebagaimana diatur dalam
Peraturan Menteri Keuangan mengenai Standar Biaya;
b. biaya transpor pegawai dibayarkan sesuai dengan
Biaya Riil berdasarkan Fasilitas Transpor ;
c. biaya penginapan dibayarkan sesuai dengan Biaya Riil
dan berpedoman pada Peraturan Menteri Keuangan
mengenai Standar Biaya;
a. Biaya Perjalanan Dinas Jabatan dibayarkan sebelum
Perjalanan Dinas Jabatan dilaksanakan.
b. Dalam hal Perjalanan Dinas Jabatan harus segera
dilaksanakan, biaya Perjalanan Dinas dapat
dibayarkan setelah Perjalanan Dinas selesai.
PELAKSANAAN DAN PROSEDUR
PEMBAYARAN BIAYA PERJALANAN DINAS
1) Pembayaran biaya Perjalanan Dinas diberikan dalam
batas pagu anggaran yang tersedia dalam DIPA satuan
kerja berkenaan.
2) Pembayaran biaya Perjalanan Dinas kepada Pelaksana
SPD paling cepat 5 (lima) hari kerja sebelum
Perjalanan Dinas dilaksanakan.
3) Pada akhir tahun anggaran, menyesuaikan dengan
ketentuan yang mengatur mengenai langkah-langkah
menghadapi akhir tahun anggaran.
MEKANISME PEMBAYARAN
1) Pembayaran biaya Perjalanan Dinas dilakukan melalui
mekanisme UP dan/atau mekanisme Pembayaran Langsung (LS).
2) Pembayaran biaya Perjalanan Dinas dengan mekanisme LS
dilakukan melalui:
a. Perikatan dengan penyedia jasa;
b. Bendahara Pengeluaran; atau
c. Pelaksana SPD.
3) Perjalanan Dinas Jabatan yang dilakukan perikatan dengan pihak
penyedia jasa meliputi :
a. Perjalanan Dinas Jabatan dalam rangka pelaksanaan tugas
dan fungsi yang melekat pada jabatan; dan
b. Perjalanan Dinas Jabatan dalam rangka mengikuti rapat,
seminar dan sejenisnya.
MEKANISME UP
1) Pembayaran biaya Perjalanan Dinas dengan mekanisme UP
dilakukan dengan memberikan uang muka kepada Pelaksana SPD
oleh Bendahara Pengeluaran.
2) Pemberian uang muka tersebut berdasarkan persetujuan
pemberian uang muka dari PPK dengan melampirkan:
a.
Surat Tugas atau surat keputusan pindah;
b.
Fotokopi SPD;
c.
Kuitansi tanda terima uang muka; dan
d.
Rincian perkiraan biaya Perjalanan Dinas.
KELEBIHAN/KEKURANGAN PEMBAYARAN
1) Pembayaran biaya Perjalanan Dinas Jabatan dengan mekanisme LS dilakukan
melalui transfer dari Kas Negara ke rekening Bendahara Pengeluaran, pihak ketiga
atau Pelaksana SPD.
2) Dalam hal biaya Perjalanan Dinas Jabatan yang dibayarkan kepada Pelaksana SPD
melebihi biaya Perjalanan Dinas Jabatan yang seharusnya dipertanggungjawabkan,
kelebihan biaya Perjalanan Dinas Jabatan tersebut harus disetor ke Kas Negara
melalui PPK.
3) Penyetoran kelebihan pembayaran tersebut dilakukan dengan:
a.
menggunakan Surat Setoran Pengembalian Belanja (SSPB) untuk tahun
anggaran berjalan; atau
b.
menggunakan Surat Setoran Bukan Pajak (SSBP) untuk tahun anggaran lalu.
4) Dalam hal biaya Perjalanan Dinas Jabatan yang dibayarkan kepada Pelaksana SPD
kurang dari yang seharusnya, dapat dimintakan kekurangannya.
5) Pembayaran kekurangan biaya Perjalanan Dinas Jabatan dimaksud dapat dilakukan
melalui mekanisme UP atau LS.
PERTANGGUNGJAWABAN PERJALANAN DINAS
1)
Pelaksana SPD mempertanggungjawabkan pelaksanaan Perjalanan Dinas kepada
pemberi tugas dan biaya Perjalanan Dinas kepada PPK paling lambat 5 (lima) hari
kerja setelah Perjalanan Dinas dilaksanakan.
2)
Pertanggungjawaban biaya Perjalanan Dinas, disertai dengan:
a.
Surat Tugas yang sah dari atasan Pelaksana SPD;
b.
SPD yang telah ditandatangani oleh PPK dan pejabat di tempat pelaksanaan
Perjalanan Dinas atau pihak terkait yang menjadi Tempat Tujuan Perjalanan
Dinas;
c.
tiket pesawat, boarding pass, airport tax, retribusi, dan bukti pembayaran
moda transportasi lainnya;
d.
Daftar Pengeluaran Riil sesuai dengan format sebagaimana tercantum dalam
Lampiran IX PMK;
e.
bukti pembayaran yang sah untuk sewa kendaraan dalam Kota berupa
kuitansi atau bukti pembayaran lainnya yang dikeluarkan oleh badan usaha
yang bergerak di bidang jasa penyewaan kendaraan; dan
f.
bukti pembayaran hotel atau tempat menginap lainnya.
Lampiran IX PMK
PERJALANAN DINAS LUAR NEGERI
PMK 164/PMK.05/2015
PMK 227/PMK.05/201
Lingkup Perjalanan Dinas Luar Negeri
1. Mengatur mengenai pelaksanaan dan pertanggungjawaban
Perjalanan Dinas bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri, dan
Pegawai Tidak Tetap yang dibebankan pada Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
2. Perjalanan Dinas, meliputi:
• a. Perjalanan Dinas Jabatan; dan
• b. Perjalanan Dinas Pindah.
3. Pegawai Negeri, meliputi:
a. Pegawai Negeri Sipil;
b. Calon Pegawai Negeri Sipil;
c. Anggota Tentara Nasional Indonesia; dan
d. Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia.
PERPAJAKAN
KEWAJIBAN PERPAJAKAN
BENDAHARA PENGELUARAN
KEWAJIBAN MATERIL
Menghitung
pajak terutang
Pasal 21/26 UU PPh
Pasal 22 UU PPh
Pasal 23 UU PPh
Pasal 4 (2) UU PPh
UU PPN dan PPnBM
Bea Meterai
KEWAJIBAN FORMIL
Mendaftarkan diri
Pembukuan
Memungut/Memotong
Menyetor
Melapor
UU KUP
Jenis – Jenis Pajak
PPh 21 / 26
PPh 22
PPh 23
PPh Final
PPN / PPnBM
2/9/2018
Pajak Pemotongan / Pemungutan atas Penghasilan yang Diberikan Kepada
Karyawan / Pegawai Tidak Tetap / Honorer dll.
Pajak Pemotongan / Pemungutan atas Pembelian Barang Oleh
Bendaharawan.
Pajak Pemotongan / Pemungutan atas Pembayaran Jasa Oleh
Bendaharawan
Pajak Pemotongan / Pemungutan atas Pembayaran Transaksi yang bersifatn
Final Seperti Sewa Tanah/Bangunan, Jasa Konstruksi
Pajak Pertambahan Nilai yang dikenakan atas transaksi Penjualan Barang
Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak.
43
Jatuh tempo pembayaran dan pelaporan
Pajak
Jenis Pembayaran
Batas Pembayaran
(Selambat-lambatnya)
Batas Pelaporan
(Selambat-lambatnya)
PPh Pasal 21
Tanggal 10 bulan takwim
berikutnya setelah masa pajak
berakhir
Tanggal 20 setelah masa pajak
berakhir
PPh Pasal 22, bendahara
Disetor 7 (tujuh) hari setelah
tanggal pelaksanaan pembayaran/
penyerahan barang
14 hari (paling lambat) setelah masa
pajak berakhir
PPN/PPnBM oleh bendahara
Disetor 7 (tujuh) hari setelah
tanggal pelaksanaan pembayaran
Akhir bulan berikutnya setelah masa
pajak berakhir
PPh Pasal 23/26
PPh Pasal 4 (2)
Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran bertepatan dengan hari
ibur, pembayaran atau penyetoran dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya
Dalam hal jatuh tempo penyampaian laporan
Bertepatan dengan hari libur, penyampaian
Laporan wajib pajak dilakukan paling lambat
pada hari kerja berikutnya tanggal jatuh tempo
PMK No.80/PMK.03/2010 Jo PMK-242/PMK.03/2014
PAJAK PENGHASILAN
www.themegallery.c
SUBYEK PAJAK
46
Pengertian Pajak Penghasilan
• Pekerjaan atau jabatan
• Jasa dan
• Kegiatan
Yang Dilakukan Subjek Pajak Orang
Pribadi
Atas Penghasilan Berupa:
Gaji, Upah, Honorarium, Tunjangan, dan Pembayaran lain
dengan nama/bentuk apapun
Subjek Pajak DN
Subjek Pajak LN
PPh Pasal 21
PPh Pasal 26
PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK (PTKP)
PMK-101/PMK.010/2016
PTKP
Sebelum
Untuk diri pegawai
Tambahan untuk pegawai yang kawin
Tambahan untuk setiap anggota kel.
sedarah dan semenda dengan garis
keturunan lurus serta anak angkat yang
menjadi
tanggungan
pegawai
sepenuhnya (maksimal 3 anak)
Sekarang
36.000.000 54.000.000
3.000.000 4.500.000
3.000.000
4.500.000
T.M.T Tahun Pajak 2016
48
TARIF PPh Pasal 21
Berdasarkan Pasal 17 UU Nomor 36 Tahun 2008)
a. Untuk WPOP dalam negeri yang memiliki NPWP
Lapisan penghasilan Kena Pajak
Tarif PPh
S.d. Rp.50.000.000,-
5%
Di atas Rp.50 juta s.d. Rp.250 juta
15 %
Di atas Rp.250 juta s.d. Rp.500 juta
25 %
Di atas Rp.500.000.000,-
30 %
b. Untuk WPOP dalam negeri yang tidak memiliki NPWP lebih
tinggi 20% dari tarif WPOP yang memiliki NPWP
dan hanya untuk PPh 21 yang bersifat tidak final
49
PPh pasal 21 atas Pejabat Negara/PNS/TNI/Polri
dan Pensiunannya
(PMK 262/PMK.03/2010)
50
Penghasilan yang dikenai PPh pasal 21
Ps 2, 3 PMK 262/PMK.03/2010
Penghasilan yang sifatnya tetap dan teratur
- Pejabat Negara (Gaji, Tunjangan, Imbalan lain)
- PNS, TNI, Polri (Gaji dan tunjangan)
- Pensiunan (Uang Pensiun dan Tunjangan)
Penghasilan lain berupa honorarium atau
imbalan lain dengan nama apapun yang menjadi
beban APBN/APBD
TIDAK TERMASUK BIAYA PERJALANAN DINAS
51
PENGHASILAN BRUTO
- GAJI KEHORMATAN
- GAJI
- TUNJANGAN YG TERKAIT
DIKURANGI:
- BIAYA JABATAN, 5% DARI
PENGH.
BRUTO MAKS
Rp 6.000.000,-/ THN ATAU
Rp 500.000,-/BLN
- UANG PENSIUN
- TUNJANGAN YG TERKAIT
DIKURANGI:
BIAYA PENSIUN, 5% DARI
PENGH. BRUTO (UANG PENSIUN)
- HONORARIUM
- IMBALAN LAIN DGN
NAMA APAPUN
YANG DTERIMA PEJABAT NEGARA,
PNS, ANGGOTA TNI/POLRI
DIBEBANKAN KPD
KEUANGAN NEGARA/
DAERAH
MAKS Rp 2.400.000,00/THN
ATAU Rp 200.000,00/BLN
DIPOTONG PPh Ps. 21 :
0%/5%/15% DARI PENGH. BRUTO
(FINAL)
- IURAN YG TERIKAT DGN
PENGH. TETAP (IURAN
PENSIUN, IURAN THT)
PENGHASILAN
NETO
Dikurangi
TARIF PS.17 UU PPh
PAJAK TERUTANG
DITANGGUNG OLEH PEMERINTAH
PTKP
PENGHASILAN KENA PAJAK
52
Pemotongan PPh pasal 21 atas penghasilan
yang bersifat tidak tetap dan tidak teratur
Honorarium dan imbalan lain yang dengan nama
apapun yg menjadi beban APBN/APBD, dikenai PPh
Pasal 21 bersifat final dengan tarif:
0%
1. PNS Gol I dan Gol II
2. Anggota TNI dan Polri pangkat Tambata dan Bintara
3. Pensiuannya
5%
1. PNS Gol.III
2. Anggota TNI dan Polri pangkat Perwira Pertama
3. Pensiuannya
15%
1. Pejabat Negara
2. PNS Gol.IV
3. Anggota TNI dan Polri Pangkat Perwira Menengah dan Tinggi
4. Pensiuannya
TMT 01.01.2011
PPh pasal 21 Lainnya
(Perdirjen pajak No.32/PJ/2015)
54
PPh Pasal 21 atas Penghasilan
Pegawai Tidak Tetap
Pegawai Tidak Tetap/Tenaga Kerja Lepas adalah pegawai
yang hanya menerima penghasilan apabila pegawai yang
bersangkutan bekerja berdasarkan jumlah hari bekerja,
jumlah unit pekerjaan yang dihasilkan atau penyelesaian
suatu jenis pekerjaan yang diminta oleh pemberi kerja
Penghasilan berupa upah harian, upah mingguan, upah
borongan atau upah yang dibayarkan secara bulanan
55
PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 LAINNYA
Pegawai kontrak/
honorer yang
dibayar bulanan
Penghasilan
per bulan
Dikali 12
Dikurangi PTKP
kali Tarif Pasal 17
dibagi 12
=PPh Psl 21
sebulan
Penerima Upah harian,
mingguan, satuan,
borongan.
Peserta Kegiatan
Tarif Ps 17 X Jmlh Bruto
≤ Rp 450.000/hari;
TIDAK DIPOTONG
>Rp 450.000/hari;
kumulatif ≤4.500.000
= 5% x (upah sehari –
Rp450.000)
Saat kum >Rp 4.500.000
dan ≤10.200.000
dlm 1 bln
= 5% x (upah sehari–
PTKP/360)
Saat kum >10.200.000
dlm 1 bln
= (disetahunkan–PTKP)/12
Penjelasan :
Tentang batasan sebesar
Rp.10.200.000,- sesuai dengan
Perdirjen Pajak No.Per16/PJ/2016 pada pasal 15 ayat
(2) disebutkan : Dalam hal
jumlah penghasilan kumulatif
dalam satu bulan kalender
TELAH MELEBIHI
Rp10.200.000,00 (sepuluh juta
dua ratus ribu rupiah), PPh
Pasal 21 dihitung dengan
menerapkan tarif Pasal 17 ayat
(1) huruf a Undang-Undang
Pajak Penghasilan atas jumlah
Penghasilan Kena Pajak yang
disetahunkan.
Bukan Pegawai
Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri pengacara, akuntan,
arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai dan aktuaris
Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang sinetron,
bintang iklan, sutradara, kru film, foto model, peragawan/ti, pemain drama, penari,
pemahat, pelukis dan seniman lain
Olahragawan
Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh dan moderator
Pengarang, peneliti dan penerjemah
Pemberi Jasa dalam segala bidang termasuk teknik, komputer dan sistem aplikasinya,
telekomunikasi, elektronika, gotografi, ekonomi dan sosial serta pemberi jasa kepada
suatu kepanitiaan
Agen Iklan
Pengawas atau pengelola proyek
Pembawa pesanan atau yang menemukan langganan atau yang menjadi perantara
Petugas Penjaja barang dagangan
Petugas dinas luar asuransi
Distributor perusahaan MLM
Berupa honorarium, komisi, fee dan imbalan sejenisnya dengan nama dan dalam bentuk
apapun
57
Bukan Pegawai
Berkesinambungan
Tidak
Berkesinambungan
Tarif Ps 17 X 50% x
1. Tidak mendapat penghasilan di
tempat lain
2. Ber-NPWP
Tidak Memenuhi
syarat
Memenuhi syarat
Jmlh Bruto
50% Jml bruto x
Tarif Pasal 17
(lapisan tarif
berdasar 50%x
Jumlah bruto
kumulatif)
(50% Jml bruto-PTKP)
x Tarif Pasal 17
(lapisan tarif berdasar
Jumlah PKP kumulatif)
PPh pasal 21 atas Peserta kegiatan
1. Peserta Perlombaan dalam segala bidang
2. Peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan atau
kunjungan kerja
3. Peserta atau anggota dalam suatu kepanitiaan sebagai
penyelenggara kegiatan tertentu
4. Peserta Pendidikan dan pelatihan
5. Peserta Kegiatan lainnya
Penghasilan dengan nama dan dalam bentuk apapun :
uang saku, uang representasi, uang rapat, honorarium,
hadiah atau penghargaan dan penghasilan sejenis lainnya
59
PPh Pasal 21:
Peserta Kegiatan
TARIF PS. 17
DITERAPKAN ATAS :
JUMLAH PENGHASILAN BRUTO
PEMBAYARAN YANG BERSIFAT UTUH
DAN TIDAK DAPAT DIPECAH
61
PPh Pasal 22 adalah pajak yang dipungut
oleh Bendahara Pemerintah sehubungan
dengan pembayaran atas penyerahan
barang, dan badan-badan tertentu yang
melakukan kegiatan di bidang impor atau
kegiatan usaha di bidang lain, serta Wajib
Pajak badan tertentu untuk memungut pajak
dari pembeli atas penjualan barang yang
tergolong sangat mewah.
(UU 36/2008 PASAL 22 AYAT 1 HURUF a, b, DAN c)
62
62
Obyek PPh pasal 22
• Penyerahan barang yang dibeli dari sumber dana
APBN/APBD
• Dikecualikan dari Pemungutan PPh pasal 22
a. Pembayaran atas penyerahan barang paling
banyak 2 juta dan bukan jumlah yang dipecahpecah
b. Pembayaran untuk pembelian BBM, listrik, gas, air
minum, benda pos
c. Pembayaran untuk pembelian barang sehubungan
dengan penggunaan dana BOS
63
SAAT PEMUNGUTAN
PADA SETIAP PELAKSANAAN
PEMBAYARAN ATAS PENYERAHAN
BARANG OLEH REKANAN
TARIF 1,5 %
DARI HARGA/NILAI
PEMBELIAN BARANG
Kalau Rekanan Tidak Memiliki NPWP
Tarif 100% lebih tinggi (3%)
64
PAJAK PENGHASILAN
PASAL 23 ( PPh 23 )
Objek PPh Pasal 23
Tarif 15% dari jumlah Bruto:
1.
2.
3.
4.
Dividen,
Bunga,
Royalti,
Hadiah, penghargaan, Bonus dan sejenisnya
selain yang telah dipotong PPh Pasal 21 ayat (1)
huruf e UU No.36/2008
Tarif 2 % dari jumlah Bruto:
1. Sewa dan penghasilan lain penggunaan harta
2. Jasa Teknik, Jasa Manajemen, Jasa Konsultan dan
Jasa lain selain yang telah dipotong PPh Pasal 21.
TIDAK ADA NPWP 100 % LEBIH
TINGGI
2/9/2018
66
67
• Bendahara berhak melakukan pemotongan
PPh pasal 26 terhadap WP Luar Negeri yang
memperoleh pembayaran yang mana
pembayaran tersebut berasal dari
APBN/APBD
• Obyek Pajak : dikenakan terhadap WPLN
baik orang pribadi maupun badan selain BUT
yang menerima penghasilan dari Indonesia
• Tarif :
Penghasilan Brutto x 20%
68
Penghasilan yang diterima atau diperoleh orang
pribadi dengan status wajib pajak luar negeri,
sebagai imbalan atas pekerjaan, jasa dan kegiatan,
dikenakan PPh pasal 26 dengan tarif : 20% x
Penghasilan bruto dan bersifat final.
Apabila WP luar negeri tersebut berubah status,
maka pemotongan PPh-nya tidak bersifat final
Contoh :
Kementerian Pendidikan membayar tenaga ahli dari Australia
sebesar US$ 1.000,00 (kurs pada saat pembayaran kepada
tenaga ahli tersebut US$ 1 = Rp.10.000,00).
Maka : PPh pasal 26 yang dikenakan kepada tenaga ahli
tersebut adalah sebesar :
20% x (Rp.10.000,00 x 1.000,00) = Rp. 2.000.000,00.
69
70
Obyek PPh pasal 4 (2)
Penghasilan dari
Jasa Kontruksi
PP 40 Tahun 2009
Penghasilan Jasa
Persewaan Tanah
dan/atau
Bangunan
PP 5 Tahun 2002
Penghasilan dari
Pengalihan Hak
atas Tanah
dan/atau
Bangunan
PP 34 Tahun 2016
71
JASA KONSTRUKSI
PPh Bersifat Final
Pelaksana
Kontruksi
Tidak
Mempunyai
kualifikasi usaha
Mempunyai
kualifikasi
usaha
Kecil
2%
Perencana/Pengawas
Kontruksi
Dengan
kualifikasi
usaha
Tanpa
kualifikasi
usaha
4%
6%
Non Kecil
3%
4%
72
PPh Ps 4 ayat (2) atas Persewaan Tanah dan atau
Bangunan
•
10% (sepuluh persen)
DARI JUMLAH PEMBAYARAN ATAU JUMLAH PENERIMAAN YG
MERUPAKAN BAGIAN NILAI KONTRAK TIDAK TERMASUK PPN
PPh Ps 4 ayat (2) atas Pengalihan Hak atas Tanah dan
atau Bangunan
• 2,5% (sepuluh persen) DARI JUMLAH Bruto
PEMBAYARAN kecuali pengalihan kepada
Pemerintah guna melaksanakan pembangunan
untuk kepentingan umum
Pemungutan PPN
BKP
JKP
Di Daerah Pabean
PKP Rekanan
Faktur Pajak
UU PPN
Pasal 1
Faktur pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat
oleh PKP yang melakukan penyerahan BKP/JKP
Pasal 14 (1)
Orang atau badan yang tidak dikukuhkan menjadi
Pengusaha Kena Pajak dilarang membuat Faktur Pajak
.
75
Objek Pajak
1. Penyerahan BKP dan atau JKP oleh PKP Rekanan
2. Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar daerah
Pabean didalam daerah Pabean
3. Pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean
didalam Daerah Pabean
Dikecualikan dari pemungutan PPN dan PPn BM
1.
2.
3.
PPN
dan
PPnBM
4.
5.
6.
7.
Pembayaran ≤ Rp. 1 Juta termasuk PPN dan PPn BMdan
tidak dipecah
Pembayaran untuk pembebasan Tanah
Pembayaran atas Penyerahan BKP dan atau JKP yang
menurut perundangan – undangan PPN men-dapat fasilitas
PPn tidak dipungut atau dibebaskan dari pengenaan PPN
Penyerahan BBM / Non BBM oleh Pertamina
Pembayaran Rekening Telepon
Jasa Angkutan Udara oleh Perusahaan Penerbangan
Pembayaran lain yang tidak dikenakan PPN
76
PPN
dan
PPnBM
Tarif
PPN
= 10 % dari harga barang
Dapat diubah serendah2nya 5% dan
setinggi-tingginya 15%
PPn BM = 10 % s.d. 200 % (Pasal 8 UU
PPN)
2/9/2018
77
Prinsip pemungutannya :
a. Bea meterai dikenakan atas dokumen;
b. Satu dokumen hanya terutang satu bea
meterai;
c.Rangkap/tindasan
(yang
ikut
ditandatangani) terutang
bea meterai
sama dengan aslinya.
79
Pengenaan Bea Meterai
No
Objek
1 Surat perjanjian dan surat-surat lainnya yang dibuat
dengan tujuan untuk digunakan sebagai alat
pembuktian mengenai perbuatan, kenyataan atau
keadaan yang bersifat perdata.
2 akta-akta notaris termasuk salinannya.
3 akta-akta yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta
Tanah termasuk rangkap-rangkapnya.
4 Surat yang memuat jumlah uang, seperti kuitansi,
billing statement, dll:
a
0 s.d. Rp250.000,00;
b
Di atas Rp250.000,00 s.d. Rp1.000.000,00;
c
Di atas Rp1.000.000,00.
Tarif
Rp.6.000,00
Rp.6.000,00
Rp.6.000,00
Rp.3.000,00
Rp.6.000,00
80
Pengenaan Meterai
No
Objek
6 Cek dan bilyet giro.
7 Efek atau sekumpulan efek dengan nama dan
dalam bentuk apapun:
a Harga nominal Rp.250.000,00 sampai dengan
Rp1.000.000,00;
b Harga nominal di atas Rp1.000.000,00.
8 Dokumen yang akan digunakan sebagai alat
pembuktian di muka Pengadilan.
Tarif
Rp.3.000,00
Rp.3.000,00
Rp.6.000,00
Rp.6.000,00
81
Terima Kasih