PEMERIKSAAN SAMPEL AIR

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Perhitungan WHO/UNICEF, terdapat sekitar 1,1
milyar penduduk dunia yang masih kekurangan air bersih serta hampir
2,5 milyar penduduk belum memiliki akses terhadap sarana sanitasi.
Selain itu, sekitar 10.000 penduduk di negara berkembang meninggal
setiap harinya karena penyakit yang disebabkan minimnya air bersih
dan sanitasi lingkungan (Parera, 2013).
Terbatasnya ketersediaan air baku menjadi salah satu
masalah yang dihadapi dalam penyediaan layanan air bersih di
Indonesia. Air bersih adalah air yang dipergunakan untuk keperluan
sehari-hari dan kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan air
bersih sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
dan dapat diminum apabila dimasak. Masih banyak penduduk dunia
yang kekurangan air bersih. Lebih dari 100 juta penduduk Indonesia
kekurangan akses terhadap air bersih dan 150 juta sumber air yang
terkontaminasi (Parera, 2013).
Air adalah substansi dasar yang sangat dibutuhkan oleh
mahluk hidup. Air juga menjadi kebutuhan dalam setiap rumah tangga,
kegiatan pertanian, ekonomi dan industri. Permasalahan air setiap hari

semakin kompleks. Masalah yang umum saat ini dihadapi adalah
konsumsi air yang terus meningkat seiring dengan pertambahan

1

2

penduduk, sedangkan sumber air bersih semakin menurun dari segi
kualitas dan kuantitas (Solihin, 2017).
Widyanto (2012) mengatakan, di Indonesia Pemerintah
mendirikan usaha Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) bertujuan
untuk menyediakan air bersih yang struktur organisasinya berinduk
pada pemerintah daerah. PDAM merupakan badan usaha yang harus
menjalankan dua fungsi sekaligus, yaitu sebagai social oriented dan
profit oriented. Social oriented adalah pelayanan yang baik terhadap
masyarakat dalam penyediaan air bersih, sedangkan profit oriented
adalah tujuan untuk menghasilkan laba sebagai dana untuk beroperasi
dan sebagai sumber penerimaan daerah. Maka sudah menjadi
keharusan agar didalamnya menjalankan kedua fungsi tersebut.
(Solihin, 2017).

Faktor yang penting dan dominan dalam penentuan derajat
kesehatan masyarakat adalah keadaan lingkungan. Salah satu
komponen lingkungan yang mempunyai peranan cukup besar dalam
kehidupan adalah air. Air merupakan suatu sarana utama untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, mutlak diperlukan bagi
setiap makhluk hidup, dan kebersihan air adalah syarat utama bagi
terjaminnya

kesehatan,

salah

satu

kebutuhan

diperlukan

bagimasyarakat adalah air minum (Narsi, 2017).
Upaya untuk memenuhi kebutuhan air minum adalah produksi

air minum isi ulang yang pada saat ini telah berkembang pesat di
seluruh daerah di Indonesia, utamanya di perkotaan seiring dengan
pertumbuhan industri air dalam kemasan. Namun, pada era sekarang

3

ini kesadaran masyarakat untuk mendapatkan air yang memenuhi
syarat kesehatan semakin meningkat. Seiring dengan majunya
teknologi diiringi dengan semakin sibuknya aktivitas manusia maka
masyarakat cenderung memilih cara yang lebih praktis dengan biaya
yang relatif murah (Narsi, 2017).
Salah satu pemenuhan kebutuhan air minum yang menjadi
alternatif yaitu dengan menggunakan air minum isi ulang yang dijual di
depot air minum. Depot air minum adalah usaha industri yang
melakukan proses pengolahan air baku menjadi air minum dan
menjual langsung kepada konsumen. Permintaan konsumen yang
terus meningkat menyebabkan depot-depot air minum isi ulang
bermunculan. Meski lebih murah, tidak semua depot air minum isi
ulang terjamin keamanan produknya, hal ini terjadi karena lemahnya
pengawasan dari dinas terkait. Pengawasan yang kurang terhadap

depot air minum isi ulang tersebut memungkinkan mutu air minum isi
ulang yang dihasilkan tidak memenuhi standar mutu yang telah
ditetapkan (Narsi, 2017).
Effendi (2003) mengatakan, masalah utama yang dihadapi
berkaitan dengan sumber daya air adalah kuantitas air yang sudah
tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat dan kualitas
air untuk keperluan domestik yang semakin menurun dari tahun ke
tahun. Kegiatan industri, domestik, dan kegiatan lain berdampak
negatif terhadap sumber daya air, termasuk penurunan kualitas air.

4

Kondisi ini dapat menimbulkan gangguan, kerusakan, dan bahaya bagi
mahluk hidup yang bergantung pada sumber daya air (Endar, 2014).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana cara mengukur air sumur
bor di Pampang.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui hasil pengukuran suhu pada air sumur bor di

Pampang.
b. Untuk mengetahui hasil pengukuran kekeruhan pada air sumur
bor di Pampang.
c. Untuk mengetahui hasil pengukuran pH pada air sumur bor di
Pampang.
C. Prinsip Kerja
1. Suhu
a. Untuk mengukur suhu dengan thermometer harus dilaukan
ditempat pengambilan sampel.
b. Nyalakan thermometer tekan tombol on.
c. Atur satuan pengukuran untuk suhu yaitu 0C.
d. Tunggulah hingga angka yang terdapat pada pH meter stabil.
e. Tekan hold dan catat angka yang diperoleh.
2. Kekeruhan
a. Ambil sampel air yang akan diukur.
b. Masukkan sampel air kedalam botol cuvet sampai garis batas
pengisian (10 ml), lalu ditutup.
c. Ambil clean solution tuangkan secukupnya ke kain halus.
d. Pegang tutup cuvet dan lap bagian permukaan luar cuvet
dengan kain halus yang telah diberikan clean solution.

e. Masukkan cuvet ke dalam turbidimeter, lalu tekan tombol on.
f. Tunggulah angka yang muncul pada turbidimeter.
g. Catat hasil pengukuran, kemudian matikan turbidimeter dengan
menekan tombol off.

5

h. Keluarkan cuvet dari dalam turbiditimeter, buang sampel air,
bersihkan alat dengan tissue dan simpan kembali alat ke
tempatnya.
3. pH.
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Ambil sampel air yang akan diukur.
Nyalakan pH meter tekan tombol on.

pH meter dicelupkan kedalam sampel air.
Tunggulah hingga angka yang terdapat pada pH meter stabil.
Tekan hold dan catat angka yang muncul pada layar pH meter.
Setelah selesai menggunakan alat, bersihkan dengan tissue
dan simpan kembali ke tempatnya.

6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum tentang Air
1. Pengertian Air
Asdak (2004) mengatakan, air merupakan faktor penentu
dalam pengaturan iklim di permukaan bumi untuk kebutuhan
manusia. Air adalah kekayan alam yang dikaruniakan Allah S.W.T
sebagai sarana kehidupan yang amat penting dan menyangkut hajat
hidup orang banyak. Komposisi air dipermukaan bumi 70% di laut
dan 30% nya di darat dan udara (Gusril, 2016).
Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi
kehidupan makhluk hidup di bumi ini. Air sangat dibutuhkan di

berbagai daerah khususnya di Indonesia. Air dimanfaatkan oleh
manusia untuk kebutuhan sehari-hari seperti MCK (Mandi, Cuci,
Kakus) serta untuk dikonsumsi. Air yang baik dikonsumsi adalah air
yang bersih. Air dikatakan bersih apabila tidak berwarna, berbau dan
berasa. Air bersih bisa didapat dari sumber mata air seperti sungai,
danau, air pengunungan dan air sumur (Gusril, 2016).
Air merupakan keperluan utama bagi kehidupan. Keperluan
air di suatu daerah semakin lama akan selalu mengalami kenaikan
seiring dengan pertambahan penduduk, sedangkan air sendiri
berkurang dari segi kualitas, kuantitas, juga kontinuitas. Tubuh
manusia 75% terdiri atas air. Manusia memerlukan air terutama
untuk minum. Sementara itu, ketersediaan air terutama air tawar di

7

dunia hanya sekitar 3% dan 97% lainnya merupakan air laut. Air
yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia hanya
sekitar 0,3%. Untuk pertama kalinya Indonesia memproduksi Air
Minum Dalam Kemasan (AMDK) pada tahun 1972. Tingginya minat
masyarakat terutama mahasiswa dalam mengkonsumsi AMDK dan

semakin mahalnya harga AMDK mendorong tumbuhnya depo-depo
Air Minum Isi Ulang (AMIU) diberbagai tempat terutama sekitar
daerah kampus karena merupakan daerah tempat tinggal (kos-kos)
mahasiswa (Melinda, 2017).
Slamet (2007) mengatakan, kebutuhan masyarakat terhadap
air bervariasi dan bergantung pada keadaan iklim, standar
kehidupan dan kebiasaan masyarakat. Konsumsi air bersih di
perkotaan

indonesia

berdasarkan

keperluan

rumah

tangga,

diperkirakan sebanyak 138,5 l/org/hari dengan rincian untuk mandi,

cuci dan kakus 12 liter, minum 2 liter, cuci pakaian 10,7 liter,
kebersihan rumah 31,4 liter, tanaman 11,8 liter, cuci kendaraan 21,8
liter, wudhu 16,2 liter, lain-lain 33,3 liter (Melinda, 2017).
Air merupakan sumber daya alam yang berperan penting
dalam kehidupan manusia, salah satunya adalah untuk dikonsumsi.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
492 tahun 2010, air minum adalah air yang melalui proses
pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat
kesehatan dan dapat langsung diminum. Saat ini masyarakat umum
belum mengetahui tentang standar kualitas air minum. Air minum

8

aman bagi kesehatan apabila memenuhi persyaratan fisika,
mikrobiologis, kimiawi dan radioaktif (Amani, 2017).
Kualitas air menyatakan tingkat kesesuaian air terhadap
penggunaan tertentu dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia,
mulai dari air untuk memenuhi kebutuhan langsung yaitu air minum,
mandi dan cuci, air irigasi atau pertanian, peternakan, perikanan,
rekreasi dan transportasi. Kualitas air mencakup tiga karakteristik,

yaitu fisika, kimia dan biologi (Hasrianti, 2016).
Kualitas air dapat diketahui dengan melakukan pengujian
tertentu terhadap air tersebut. Pengujian yang biasa dilakukan
adalah uji kimia, fisik, biologi, atau uji kenampakan (bau dan warna).
Kualitas air menggambarkan kesesuaian atau kecocokan air untuk
penggunaan tertentu, misalnya: air minum, perikanan, pengairan
atau irigasi, industri, rekreasi dan sebagainya. Peduli kualitas air
adalah mengetahui kondisi air untuk menjamin keamanan dan
kelestarian dalam penggunaannya (Hasrianti, 2016).
2. Syarat Air Bersih
Persyaratan kualitas menggambarkan mutu dari air baku air
bersih. Sesuai dengan ketentuan badan dunia (WHO) maupun
badan setempat (Departemen Kesehatan) serta ketentuan atau
peraturan lain yang berlaku seperti APHA (American Public Health
Association atau Asosiasi Kesehatan Masyarakat AS), layak
tidaknya air untuk kehidupan manusia ditentukan berdasarkan

9

persyaratan kualitas secara fisik, secara kimia dan secara biologis
(Quddus, 2014).
a. Syarat-syarat fisik
Secara fisik air bersih harus jernih, tidak berbau dan tidak
berasa. Selain itu juga suhu air bersih sebaiknya sama dengan
suhu udara atau kurang lebih 25 0C, dan apabila terjadi
perbedaan maka batas yang diperbolehkan adalah 25 0C ± 300C.
Batas maksimum kekeruhan air yaitu 25 NTU dan warna air 50
TCU (Quddus, 2014).
b. Syarat-syarat Kimia
Air bersih tidak boleh mengandung bahan-bahan kimia
dalam jumlah yang melampaui batas. Beberapa persyaratan
kimia antara lain adalah: pH yang diperbolehkan berkisar antara
6,5–9,0, total solid, zat organik, CO2 agresif, kesadahan, kalsium
(Ca), besi (Fe), mangan (Mn), tembaga (Cu), seng (Zn), chloride
(Cl), nitrit, flourida (F), serta logam berat (Quddus, 2014).
c. Syarat-syarat bakteriologis dan mikrobiologis
Menurut Quddus (2014), syarat-syarat bakteriologis dan
mikrobiologis dibagi menjadi dua bagian yaitu:

1) Bakteri

10

Bakteri merupakan kelompok mikroorganisme yang
penting pada penanganan air. Bakteri adalah jasad renik
yang

sederhana,

tidak

berwarna,

satu

sel.

Bakteri

berkembangbiak dengan cara membelah diri, setiap 15–30
menit pada lingkungan yang ideal. Bakteri dapat bertahan
hidup dan berkembangbiak dengan cara memanfaatkan
makanan terlarut dalam air. Bakteri tersebut berperan dalam
dekomposisi unsur organik dan akan menstabilkan buangan
organik. Bakteri yang mendapatkan perhatian di dalam air
minum terutama adalah bakteri Escherichia coli yaitu koliform
yang dijadikan indikator dalam penentuan kualitas air minum
(Quddus, 2014).

2) Virus
Virus adalah berupa makhluk yang bukan organisme
sempurna, antara benda hidup dan tidak hidup, berukuran
sangat kecil antara 20–100 nm atau sebesar 1/50 kali ukuran
bakteri. Perhatian utama virus pada air minum adalah
terhadap kesehatan masyarakat, karena walaupun hanya 1
virus mampu menginfeksi dan menyebabkan penyakit. Virus
berada dalam air bersama tinja yang terinfeksi, sehingga
menjadi sumber infeksi (Quddus, 2014).

B. Tinjauan Umum tentang Suhu

11

1. Pengertian Suhu
Suhu merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi
kehidupan organisme di lautan, karena suhu sangat mempengaruhi
baik aktivitas metabolisme maupun perkembangan dari organismeorganisme laut. Berdasarkan hasil pengamatan pada setiap
perlakuan, suhu air laut umumnya berkisar antara 28°-32°C
(Rukminasari, 2014).
Keadaan ini disebabkan oleh jenis bak, kedalaman dan
waktu pengamatan yang sama, dengan demikian efeknya hampir
sama dalam menerima dan mempertahankan suhu. Dalam setiap
perlakuan cenderung mengalami peningkatan suhu. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Sumawidjadja (1974) bahwa variasi suhu
harian maupun tahunan merupakan hasil dari radiasi matahari dan
penguapan. Selain itu pula dengan kondisi suhu pada pH 8 yang
didapatkan tersebut tergolong optimal untuk pertumbuhan dan
perkembangan alga, dimana hal ini sesuai dengan pernyataan
Luning (1990), bahwa suhu optimal untuk pertumbuhan alga di
daerah tropis berkisar antara 15°C-30°C (Rukminasari, 2014).
2. Sensor Suhu
Modul sensor suhu menggunakan IC LM35 yang diletakkan
dalam wadah sehingga dapat melakukan pengukuran dalam air.
Modul ini akan mengkonversi suhu menjadi tegangan. Nilai

12

perubahan tegangan ini linier sesuai dengan kenaikan tingkat suhu
dengan nilai perubahan 10 mV/°C (Amani, 2016).
3. Dampak Kesehatan pada Suhu
Menurut Sandi (2017), kondisi lingkungan yang tidak
bersahabat, menyebabkan beberapa kelainan patologi tubuh
terutama yang disebabkan oleh paparan panas dan kelembaban
udara yang tinggi di antaranya adalah :
a. Pingsan panas (Heat syncope) merupakan kelainan ganggunan
pemindahan panas yang cukup serius. Gangguan ini dicirikan
dengan pening dan diikuti pingsan. Pada umumnya disebabkan
karena latihan pada lingkungan yang panas dalam jangka waktu
cukup

panjang.

Vasodilatasi

sistemik

berlebih

akibat

peningkatan suhu tubuh diprediksi sebagai penyebabnya.
b. Kejang panas (Heat cramp) adalah jenis penyakit gangguan
panas yang ditandai dengan perasaan nyeri dan kejang pada
perut, kaki, tangan dan tubuh berkeringat. Keadaan ini
disebabkan oleh karena tidak terjadinya keseimbangan antara
cairan dan garam di dalam tubuh. Ketidakseimbangan ini terjadi
selama olahraga berat dan berkepanjangan dalam di lingkungan
panas. Pengeluaran banyak garam bersamaan dengan keringat
hanya digantikan air putih.
c. Kelelahan panas (Heat exhaustion) adalah merupakan reaksi
dari seluruh tubuh terhadap terpaan panas dalam waktu yang

13

cukup lama (berjam-jam atau bahkan berhari-hari). Pengeluaran
keringat saat atau setelah latihan tidak sepenuhnya diganti.
Gejala dari penyakit ini adalah berkeringat sangat banyak, tubuh
lemah kulit pucat dan pening, napas pendek dan cepat, mualmual dan pusing, kemudian diikuti pingsan. Pada keadaan ini
suhu tubuh meningkat mencapai 37°C - 40°C.
d. Kegawatan panas (Heat stroke) merupakan penyakit akibat
gangguan panas yang dapat menyebabkan koma dan kematian.
Keadaan ini disebabkan karena beraktivitas pada lingkungan
yang panas dan kelembaban yang tinggi. Gejalanya adalah
denyut jantung kencang, suhu tubuh meningkat mencapai 40°C
dan bahkan lebih, kulit kering dan kebiruan. Juga ditandai
dengan menggigil, mual, pening, kebingungan, tidak berkeringat
dan pingsan.
4. Nilai Ambang Batas Suhu
Nilai

ambang

batas

suhu

yang

telah

memenuhi

persyaratan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
492/MENKES/PER/IV/2010 tidak melebihi batas yang telah ada
yaitu Suhu udara ±3, suhu udara yaitu 25°C (Melinda, 2017).
C. Tinjauan Umum tentang Kekeruhan
1. Pengertian Kekeruhan
Kekeruhan adalah efek optik yang terjadi jika sinar
membentuk material tersuspensi di dalam air. Kekeruhan air dapat

14

ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan organik dan anorganik
seperti lumpur dan buangan, dari permukaan tertentu yang
menyebabkan air sungai menjadi keruh. Kekeruhan walaupun
hanya sedikit dapat menyebabkan warna yang lebih tua dari warna
sesungguhnya (Quddus, 2014).
Air yang mengandung kekeruhan tinggi akan mengalami
kesulitan bila diproses untuk sumber air bersih. Kesulitannya antara
lain dalam proses penyaringan. Hal lain yang tidak kalah
pentingnya adalah bahwa air dengan kekeruhan tinggi akan sulit
untuk didisinfeksi, yaitu proses pembunuhan terhadap kandungan
mikroba yang tidak diharapkan. Tingkat kekeruhan dipengaruhi oleh
pH air, kekeruhan pada air minum umumnya telah diupayakan
sedemikian rupa sehingga air menjadi jernih (Quddus, 2014).
Kekeruhan di dalam air bukan merupakan sifat dari air
yang

membahayakan

tetapi

dapat

menimbulkan

dampak

kekhawatiran terkandungnya senyawa kimia yang berbahaya bagi
makhluk

hidup.

Kekeruhan

disebabkan

oleh

materi

yang

tersuspensi atau tidak larut sehingga berdampak pada organisme
di air. Wireless sensor system dengan sistem telemetri dapat
menjadi solusi dari pengukuran yang dilakukan jarak jauh dari
kekeruhan air (Pramusinto, 2016).
Pemantauan kekeruhan menjadi masalah yang kompleks
bagi lingkungan. Sehingga solusi pemantauan kadar kekeruhan

15

tersebut dapat menggunakan metode wireless sensor system
dimana dapat dilakukan pemantauan pada titik-titik pengukuran
tanpa harus berada pada lokasi tersebut yang terkoneksi juga
jaringan WiFi dimana data dibaca oleh sensor kekeruhan kemudian
data hasil pembacaan diubah oleh Analog To Digital Converter
(ADC) yang kemudian diproses oleh mikrokontroler dan selanjutnya
disimpan dalam basis data, kemudian data dikirim melalui jaringan
WiFi dan diterima oleh stasiun pemantau dan data ditampilkan
pada stasiun monitoring dengan realtime (Pramusinto, 2016).
2. Sensor Kekeruhan
Sensor kekeruhan bekerja dengan fisis sinar infrared
dipancarkan oleh LED kemudian sinar infrared tersebut akan
melalui air dan ditangkap oleh fototransistor. Intensitas yang
diterima oleh fototransistor berbanding lurus dengan tingkat
kekeruhan dari air. Prinsip tersebut menggunakan hukum LambertBeer yang menyatakan jumlah radiasi cahaya yang diserap atau
ditransmisikan oleh suatu larutan merupakan fungsi eksponen dari
konsentrasi zat dan tebal larutan. Fungsi tersebut di tunjukkan oleh
persamaan (Pramusinto, 2016).
3. Dampak Kekeruhan pada Air
Kekeruhan disebabkan oleh adanya material endapan dalam
air yang merupakan tempat menempelnya bakteri, dengan
demikian air yang mengandung endapan tinggi akan berpotensi

16

menangkap bakteri. Dengan makin meningkatnya konsentrasi
bakteri dalam air, maka akan menyebabkan air menjadi tercemar
dan tidak layak diminum. Dari aspek kesehatan, jika air yang
tercemar bakteri dikonsumsi oleh manusia sebagai air minum akan
menyebabkan manusia menderita diare. Jika air ini terpapar terus
menerus pada kulit manusia maka dapat menyebabkan munculnya
penyakit kulit pada manusia (Melinda, 2017).
4. Nilai Ambang Batas Kekeruhan
Nilai ambang batas standar kekeruhan air minum yang
diperbolehkan sesuai baku mutu standar kualitas air minum
Peraturan

Menteri

Kesehatan

Republik

Indonesia

No.492/MENKES/PER/IV/2010 yaitu 5 NTU. Apabila data tidak
melebihi batas maka menunjukkan bahwa kualitas dari semua
sampel air minum isi ulang sudah baik dari segi parameter fisik
(Melinda, 2017).
D. Tinjauan Umum tentang pH
1. Pengertian pH
pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk
menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh
suatu larutan. Konsep pH pertama kali diperkenalkan oleh
kimiawan Denmark Soren Peder Lauritz Sorensen pada tahun
1909. Alat ukur keasaman pada air tersebut digunakan untuk
mengukur kandungan pH atau kadar keasaman pada air mulai dari

17

pH 0 sampai pH 14. Dimana pH normal memiliki nilai 6.5 hingga 7.5
sementara bila nilai pH < 6.5 menunjukkan zat tersebut memiliki
sifat asam sedangkan nilai pH > 7.5 menunjukkan zat tersebut
memiliki sifat basa. pH 0 menunjukkan derajat keasaman yang
tinggi, dan pH 14 menunjukkan derajat kebasaan tertinggi (Azmi,
2014).
Asam secara umum merupakan senyawa kimia yang bila
dilarutkan dalam air akan menghasilkan larutan dengan pH lebih
kecil dari 7. Dalam definisi modern, asam adalah suatu zat yang
dapat memberi proton (ion H+) kepada zat lain yang disebut basa,
atau dapat menerima pasangan elektron bebas dari suatu basa.
Suatu asam bereaksi dengan suatu basa dalam reaksi penetralan
untuk membentuk garam (Azmi, 2014).
Derajat keasaman air minum harus netral, tidak boleh
bersifat asam atau basa. Air murni mempunyai pH 7. pH < 7
menandakan air bersifat asam, sedangkan pH > 7 menandakan air
bersifat basa (rasanya pahit). pH air Sungai Kaliyasa berkisar 7,65–
7,72 yang berarti normal, sesuai standar baku yaitu 6,5 - 9,0
(Sasongko, 2014).
2. Sensor Derajat pH
Sensor adalah komponen yang digunakan untuk mendeteksi
suatu besaran fisik menjadi besaran listrik sehingga dapat dianalisa
dengan rangkaian listrik tertentu. pH adalah singkatan dari power of

18

hydrogen yang memiliki arti ukuran kekuatan suatu asam (Azmi,
2014).
Sebuah pH meter terdiri dari sebuah elektroda (probe
pengukur) yang terhubung ke sebuah alat elektronik yang
mengukur dan menampilkan nilai pH. Prinsip kerja utama pH meter
adalah terletak pada sensor probe berupa elektrode kaca (glass
electrode) dengan jalan mengukur jumlah ion H3O+ di dalam
larutan.Ujung elektrode kaca adalah lapisan kaca setebal 0.1 mm
yang berbentuk bulat (bulb). Bulb ini dipasangkan dengan silinder
kaca non konduktor atau plastik memanjang, yang selanjutnya diisi
dengan larutan HCl (0,1 mol/dm3). Di dalam larutan HCl, terendam
sebuah kawat elektrode panjang berbahan perak yang pada
permukaannya terbentuk senyawa setimbang AgCl. Konstannya
jumlah larutan HCl pada sistem ini membuat elektrode Ag/AgCl
memiliki nilai potensial stabil. Inti sensor pH terdapat pada
permukaan bulb kaca yang memiliki kemampuan untuk bertukar ion
positif (H+) dengan larutan terukur (Azmi, 2014).
Pada sebuah sistem pH meter secara keseluruhan, selain
terdapat elektrode kaca juga terdapat elektrode referensi. Kedua
elektrode tersebut sama-sama terendam ke dalam media ukur yang
sama. Elektrode referensi digunakan untuk menciptakan rangkaian
listrik pH meter. Untuk menghasilkan pembacaan pH yang valid,

19

elektrode referensi harus memiliki nilai potensial stabil dan tidak
terpengaruh oleh jenis fluida yang diukur (Azmi, 2014).
3. Dampak Kesehatan pada pH
Ketidakseimbangan

asam

basa

terjadi jika gangguan

primernya adalah kadar bikarbonat, sehingga peningkatan kadar
bikarbonat akan meningkatkan pH, yang disebut sebagai alkalosis
metabolik. Penurunan kadar bikarbonat menyebabkan penurunan
pH, disebut sebagai asidosis metabolik. Keseimbangan asam basa
tubuh dapat diketahui dengan menggunakan kertas lakmus melalui
urin. pH urin merupakan indikator prediksi cadangan mineral tubuh,
serta status asam atau basa (Masri, 2016).
4. Nilai Ambang Batas pH
Derajat

keasaman

atau

pH

merupakan

nilai

yang

menunjukkan aktivitas ion hidrogen dalam air. Nilai pH dipengaruhi
oleh beberapa parameter, antara lain aktivitas biologi, suhu,
kandungan oksigen dan ion-ion. Pengaruh pH terhadap air adalah
sangat besar, untuk air minum jika pH air terlalu rendah akan
berasa pahit atau asam, sedangkan jika terlalu tinggi maka air akan
berasa

tidak

enak

(kental

atau

licin).

Bebarapa

sampel

menunjukkan di bawah baku mutu menurut PERMENKES No. 492
Tahun 2010 tentang persyaratan kualitas air minum adalah 6.5 - 8.5
(Rosita, 2014).

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Thermometer
b. Turbiditymeter
c. pH Meter
d. Botol cuvet
e. Clean Solution
2. Bahan
a. Tissue
b. Aquades
c. Sampel air sumur bor di Pampang
B. Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Praktikum ini dilakukan

di

Laboratorium

Kesehatan

Lingkungan, Jurusan Kesehatan Lingkungan, Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Muslim Indonesia Makassar, pada hari,
Minggu, 4 Maret 2018 pada pukul 13.00 WITA sampai selesai.
C. Prosedur Kerja
1. Prinsip Kerja Thermometer
a. Untuk mengukur suhu dengan thermometer harus dilakukan
ditempat pengambilan sampel air.
b. Nyalakan thermometer tekan tombol on.

21

c. Atur satuan pengukuran untuk suhu yaitu oC.
d. Tunggulah hingga angka yang terdapat pada pH meter stabil.
e. Tekan hold dan catat angka yang diperoleh.
2. Prinsip Kerja Turbiditymeter
a. Masukkan sampel air kedalam cuvet sampai garis batas
pengisian.
b. Ambil clean solution tuangkan secukupnya ke kain halus,
c. Pegang tutup cuvet dan lap bagian permukaan luar cuvet
dengan kain halus yang telah diberikan clean solution.
d. Masukkan cuvet ke dalam turbiditymeter lalu tekan tombol on,
Tunggulah angka yang muncul pada turbiditymeter.
e. Catat hasil pengukuran, kemudian matikan turbiditymeter dengan
menekan tombol off.
f. Keluarkan cuvet dari dalam turbiditymeter, buang sampel air.
bersihkan alat dengan tissue dan simpan kembali alat ke
tempatnya.
3. Prinsip kerja pH meter
a. Ambil sampel air yang akan diukur.
b. Nyalakan pH meter tekan tombol lalu.
c. pH meter dicelupkan ke dalam sampel air.
d. Tunggulah hingga angka yang terdapat pada pH meter stabil.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Pengukuran Suhu
Tabel 4.1
Hasil Pengukuran Suhu
Universitas Muslim Indonesia Makassar
No
1.

Tempat Pengukuran Sampel

Hasil

Air Sumur Bor Pampang

31,2OC

Sumber data primer 2018

Berdasarkan hasil pengukuran suhu air sumur bor di
Pampang diatas dengan menggunakan thermometer hasil yang
diperoleh sebesar 31,2oC.
2. Pemeriksaan Kekeruhan
Tabel 4.2
Hasil Pengukuran Kekeruhan
Universitas Muslim Indonesia Makassar
No
1.

Tempat Pengukuran Sampel

Hasil

Air Sumur Bor Pampang

6,22

Sumber data primer 2018

Berdasarkan hasil pengukuran kekeruhan air sumur bor di
Pampang diatas dengan menggunakan turbiditymeter hasil yang
diperoleh sebesar 6,22 NTU.

3. Pemeriksaan pH Air

23

Tabel 4.2
Hasil Pengukuran pH
Universitas Muslim Indonesia Makassar
No
1.

Tempat Pengukuran Sampel

Hasil

Air Sumur Bor Pampang

8,22

Sumber data primer 2018

Berdasarkan hasil pengukuran pH air sumur bor di
Pampang diatas dengan menggunakan pH meter hasil yang
diperoleh sebesar 8,22.
B. Pembahasan
1. Pengukuran Suhu
Pengukuran suhu dilakukan di air sumur bor di
Pampang

dengan

mengambil

air

sumur

bor

kemudian

memasukkan sampel air kedalam gelas baiker dan dicek suhunya
dengan menggunakan Thermometer, hasil pengukuran suhu yang
didapatkan ialah 31,2oC. Sebagaimana Nilai ambang batas suhu
yang telah memenuhi persyaratan Peraturan Menteri Kesehatan
Republik

Indonesia

No.

492/MENKES/PER/IV/2010

tidak

memenuhi standar yang telah ada yaitu suhu udara ±3, suhu udara
yaitu 25°C.
2. Pengukuran Kekeruhan
Pemeriksaan kekeruhan bertujuan untuk mengetahui kualitas
air secara fisika yaitu kekeruhan. Kekeruhan dibawah 5 NTU
merupakan syarat untuk air yang baik. Pemeriksaan kekeruhan

24

dilakukan di air sumur bor di pampang dengan mengambil air
sumur kemudian memasukkan sampel air kedalam gelas baiker
dan dicek kekeruhannya dengan menggunakan Turbiditymeter,
hasil pengukuran kekeruhan yang didapatkan ialah 6,22 NTU.
Sebagaimana Nilai ambang batas standar kekeruhan air
minum yang diperbolehkan sesuai baku mutu standar kualitas air
minum

Peraturan

Menteri

Kesehatan

Republik

Indonesia

No.492/MENKES/PER/IV/2010 tidak memenuhi standar yang telah
ada yaitu 5 NTU.
3. Pengukuran pH
Pengukuran pH air dengan menggunakan alat pengukur pH
meter. pada pH meter dimasukkan kedalam gelas kimia yang berisi
sampel air. pH sampel air yang diperoleh berdasarkan pH meter
sebesar 8,22.
Sebagaimana nilai ambang batas standar pH air yang
diperbolehkan sesuai baku mutu standar kualitas air menurut
Peraturan

Menteri

Kesehatan

No.492/MENKES/PER/IV/2010

Republik

Indonesia

tentang persyaratan kualitas air

telah memenuhi standar yang telah ada yaitu 6.5 - 8.5.

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengukuran suhu dilakukan pada air sumur bor di Pampang dan
dicek

suhunya

dengan

menggunakan

Thermometer,

hasil

pengukuran suhu yang didapatkan ialah 31,2 oC sebagaimana tidak
memenuhi standar.
2. Hasil pengukuran kekeruhan yang didapatkan ialah 6,22 NTU.
Untuk sampel yang diukur nilai kekeruhan sangat tinggi dan telah
melebihi nilai ambang batas yang ditentukan oleh Kepmenkes
nomor

492/Menkes/Per/IV/2010

yaitu

5

NTU

sedangkan

dibandingkan dengan hasil laboratorium yaitu 6,22 NTU. Pada
sampel tersebut airnya sangat keruh sehingga kualitas airnya tidak
memenuhi syarat dan tidak boleh dikonsumsi sebagai air minum.
3. Pengukuran pH sampel air sumur bor di Pampang yang diperoleh
berdasarkan pH meter sebesar 8,22. Salah satu kandungan pada
air yang paling penting adalah kandungan asam pada air biasa
disebut kadar pH. Kadar pH ini dapat menentukan apakah air
tersebut dikategorikan baik, buruk, atau sedang. Peraturan Menteri
Kesehatan

Republik

Indonesia

No.492/MENKES/PER/IV/2010

tentang persyaratan kualitas air telah memenuhi standar yang telah
ada yaitu 6.5 - 8.5.

26

B. Saran
1. Sebelum melakukan pengukuran praktikan harus mensterilkan alat
lab sebelum digunakan.
2. Sebelum melakukan pengukuran, praktikan harus mengetahui cara
pengunaan alat-alat yang digunakan untuk pemeriksaan suhu,
kekeruhan, dan pH air beserta fungsinya agar tidak terjadi
kesalahan dalam melalukan praktikum saat sterilisasi berlangsung.
3. Dalam melakukan pengukuran diharapkan praktikan teliti dalam
mengukur dan tidak teledor agar data yang diperoleh tidak valid.