Perilaku Masyarakat dalam Menyimpan dan Menggunakan Obat

 

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Perilaku
1. Defenisi Perilaku
Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau
lingkungan (Depdiknas, 2005).Dari pandangan biologis perilaku merupakan suatu
kegiatan atau aktifitas organisme yang bersangkutan.
Robert Kwick (1974), menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau
perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari.
(dikutip dari Notoatmodjo, 2003).
2. Domain Perilaku
Perilaku manusia sangat kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang sangat
luas. Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku dalam
tiga domain yaitu terdiri dari domain kognitif, domain afektif dan domain
psikomotor.
Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan dan untuk
pengukuran hasil maka ketiga domain ini diukur dari pengetahuan, sikap dan
tindakan (Notoatmodjo, 2003).
1.


Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.Pengetahuan atau kognitif merupakan
domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Penginderaan

 
Universitas Sumatera Utara

 

terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar manusia diperoleh melalui mata dan
telinga (Notoatmodjo, 2003).
2. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan yang dicakup didalam domain kogntif mempunyai 6 tingkatan, yaitu:
a. Pengetahuan (Knowledge) Pengetahuan diartikan sebagai mengingat suatu
materi yang telah dipelajari sebelumnya. Yang termasuk pengetahuan ini
adalah bahan yang dipelajari/rangsang yang diterima.

b. Memahami (Comprehention) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan
menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat
menginterpretasikan suatu materi tersebut secara benar.
c. Aplikasi

(Aplication)

Aplikasi

diartikan

sebagai

suatu

kemampuan

untukmenggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi
sebenarnya (riil). Aplikasi disini dapat diartikan penggunaan hukum,rumus,
metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks lain.

d. Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan
materi atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam
kaitannya suatu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari
penggunaan kata-kata kerja.
e. Sintesis (Synthesis) Sintesis merujuk pada suatu kemampuan untuk
menjelaskan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru. Bisa diartikan juga sebagai kemampuan untuk
menyusun formasi baru dari formasi-formasi yang ada.

 
Universitas Sumatera Utara

 

f. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk
melaksanakan penelitian terhadap suatu obyek. Penelitian ini berdasarkan
suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang
telah ada.
3. Cara Memperoleh Pengetahuan
Dari berbagai cara yang telah digunakan untuk memperoleh kebenaran

pengetahuan sepanjang sejarah dapat dikelompokkan menjadi dua yakni:
1. Cara tradisional
Cara penemuan pengetahuan pada periode ini anatara lain meliputi: Cara
coba-coba ini dilakukan dengan kemungkinan, Cara kekuasaan dari otoritas,
Berdasarkan pengalaman pribadi, Melalui jalan pikiran.
2. Cara modern
Cara modern atau cara baru dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini
lebih sitematis, logis dan ilmiah.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2010), faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
pengetahuan, antara lain :
a. Tingkat Pendidikan
Pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan sehingga terjadi
perubahan perilaku positif yang meningkat.
b. Informasi
Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan
mempunyai pengetahuan lebih luas.

 
Universitas Sumatera Utara


 

c. Budaya
Tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi kebutuhan
yang meliputi sikap dan kepercayaan.
d. Pengalaman
Sesuatu yang pernah dialami seseorang akan menambah pengetahuan tentang
sesuatu yang bersifat informal.
e. Sosial Ekonomi
Tingkat kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup. Semakin
tinggi tingkat sosial ekonomi akan menambah tingkat pengetahuan.
2. Sikap ( attitude)
1. Pengertian
Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup
terhadap suatu stimulus atau objek.Sikap adalah kecenderungan bertindak dari
individu, berupa respon tertutup terhadap stimulus ataupun objek tertentu. Jadi,
sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap
suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo ,2010)
Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi

merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap merupakan kesiapan untuk
bereaksi terhadap objek dilingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap
objek.

 
Universitas Sumatera Utara

 

2. Tingkatan sikap
Dalam hal sikap, dapat dibagi dalam berbagai tingkatan, antara lain :
a.

Menerima

(receiving),

diartikan

bahwa


orang

(subjek)

mau

dan

memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).
b.

Merespon (responding), yaitu dapat berupa memberikan jawaban apabila
ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan.

c.

Menghargai (valuating), yaitu dapat berupa mengajak orang lain untuk
mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah.


d.

Bertanggung jawab (responsible) atas segala sesuatu yang telah dipilihnya
(Notoatmodjo, 2003).

3.

Sifat Sikap
Menurut Sunaryo 2004, Sifat sikap terbagi dua yaitu :

a.

Sikap adalah kesiapan merespon yang sifatnya positif atau negatif
terhadap suatu objek atau situasi secara konsisten. Attitude diartikan dengan
sikap terhadap objek tertentu, yang dapat merupakan sikap pandangan atau
sikap perasaan, tetapi sikap tersebut disertai oleh kecendrungan untuk
bertindak sesuai dengan objek tadi. Sikap masih merupakan kesiapan atau
kesediaan untuk bertindak , bukan pelaksana motif tertentu. Dengan kata lain
bahwa sikap itu belum merupakan tindakan atau aktivitas, tetapi merupakan


 
Universitas Sumatera Utara

 

suatu kecenderungan (predisposisi) untuk bertindak terhadap objek di
lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.
b.

Sikap selalu berkenaan dengan suatu objek, dan sikap terhadap
objek ini disertai dengan perasaan positif atau negatif. Orang mempunyai
sikap positif terhadap suatu objek yang bernilai dalam pandangannya, dan ia
akan bersikap negatif terhadap objek yang dianggap tidak bernilai atau
merugikan. Sikap ini kemudian akan mendorong ke arah sejumlah perbuatan
yang satu sama lainnya berhubungan .hal yang menjadi objek sikap
bermacam-macam. Sekalipun demikian, orang hanya dapat mempunyai sikap
terhadap hal-hal yang diketahuinya. harus ada sekedar informasi pada
seseorang untuk dapat bersikap terhadap suatu objek. Informasi merupakan
kondisi pertama untuk suatu sikap. Bila berdasarkan informasi itu timbul
perasaan positif atau negatif terhadap objek dan menimbulkan kecenderungan

untuk bertingkah laku tertentu, terjadilah sikap.

4.

Pengukuran Sikap

Likert (1932) dalam Notoatmodjo (2003) mengajukan metodenya sebagai
alternatif yang lebih sederhana harus dibandingkan dengan skala Thurstone.Skala
Thurstone yang terdiri dari 11 point disederhanakan menjadi dua kelompok, yaitu
yang favorabel dan unfavorabel. Sedangkan aitem yang netral tersebut, likert
mengggunakan teknik konstruksi test yang lain. Masing-masing responden
diminta melakukan egreement atau disegmennya untuk masing-masing aitem
dalam skala yang terdiri dari 4 point (sangat setuju, setuju, tidak setuju, sangat
tidak setuju).Semua aitem yang favorabel kemudian diubah nilainya dalam angka,

 
Universitas Sumatera Utara

 


yaitu untuk sangat setuju nilainya 3 sedangkan untuk sangat tidak setuju nilainya
0.Sebaliknya untuk aitem yang unfavorabel nilai skala yang sangat setuju nilainya
0 sedangkan untuk yang sangat tidak setuju nilainya adalah 3. Seperti halnya skala
Thurstone skala likert disusun dan diberikan skor sesuai dengan sikap interval
sama (equal-interval scale).

Pernyataan positif

pernyataan negative

sangat setuju

(SS)

=3

sangat setuju

(SS) = 0

setuju

(S)

=2

setuju

(S)

tidak setuju

(TS)

=1

tidak setuju

(TS) = 2

sangat tidak setuju

(STS)

=0

sangat tidak setuju (STS) = 3

=1

5. Tindakan (Practice)
Tindakan atau praktek adalah respon atau reaksi konkret seseorang terhadap
stimulus atau objek. Respon ini sudah dalam bentuk tindakan (action) yang
melibatkan aspek psikomotor atau seseorang telah mempraktekkan apa yang
diketahui atau disikapi. Tindakan atau perilaku kesehatan terjadi setelah seseorang
mengetahui stimulus kesehatan, kemudian mengadakan penilaian terhadap apa
yang diketahui dan memberikan respon batin dalam bentuk sikap. Proses
selanjutnya diharapkan subjek akan melaksanakan apa yang diketahui atau
disikapinya (Notoatmodjo, 2003).
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan, untuk
terbentuknya sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata diperlukan factor
pendukung dan suatu kondisi yang memungkinkan antara lain adalah fasilitas.

 
Universitas Sumatera Utara

 

Disamping faktor fasilitas juga diperlukan faktor dukungan (support) dari pihak
lain.

Adapun tingkatan-tingkatan dalam tindakan atau praktek adalah:
1. Persepsi (Percepion)
Yaitu mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan
yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.
2. Respon terpimpin (Guided respon)
Yaitu dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai
dengan contoh adalah indikator praktek tingkat kedua.
3. Mekanisme (Mechanism)
Yaitu apabila seseorang telah melakukan sesuatu dengan benar secara
otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah
mencapai praktek tingkat tiga.
4. Adopsi (Adoption)
Yaitu suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan
baik.Artinya tindakan itu sudah dimodifikasikannya tanpa mengurangi
kebenaran tindakan tersebut.
B.Pengertian, Penggolongan, Penyimpanan dan Penggunaan Obat

 
Universitas Sumatera Utara

 

1. Pengertian Obat
Obat menurut WHO (2011) adalah senyawa kimia yang dapat
mempengaruhi organisme hidup dan yang dipergunakan untuk keperluan
diagnosis, pencegahan, dan pengobatan suatu penyakit. Sedangkan menurut UU
No.36 tahun 2009 tentang kesehatan, obat adalah bahan atau paduan bahan
termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi/menyelidiki
system fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis,
pencegahan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia.
Definisi lain menurut Tan dan Rahardja (2007) obat adalah semua zat baik
kimiawi, hewani, maupun nabati yang dalam dosis layak dapat menyembuhkan,
meringankan, atau mencegah penyakit atau gejala-gejalanya.
Sedangkan menurut Widjajanti (2009), obat adalah semua zat baik kimia
maupun tumbuh-tumbuhanyang dalam dosis yang layak mampu mempengaruhi
organ-organ tubuh yang normal.
2. Penggolongan Obat
Secara internasional dikenal ada 3 nama obat yang berlaku saat ini, yaitu :
Nama kimia adalah nama zat tunggal maupun campuran dari kandungan obat,
Nama generik merupakan nama resmi (official name), Nama dagang ( nama
paten) adalah nama khas obat milik perusahaan yang dilindungi oleh hukum yaitu
merek terdaftar ( Tan & Rahardja, 2007).
Penggolongan obat menurut Farmakope Indonesia adalah berdasarkan pada
bentuk sediaan obat yaitu bentuk obat sesuai dengan proses pembuatan obat
tersebut dalam bentuk seperti yang akan digunakan. Semua obat yang beredar

 
Universitas Sumatera Utara

 

juga digolongkan secara farmakologis berdasarkan penggunaannya. Seperti
penggolongan obat berdasarkan waktu pemakaiannya, yaitu : Golongan obat yang
harus diminum sebelum makan. Golongan obat yang harus diminum sesudah
makan.Golongan obat yang harus diminum sewaktu makan.Golongan obat yang
sebaiknya diminum pagi hari.Golongan obat yang sebaiknya diminum malam hari
(Widjajanti, 2009).
Selain itu untuk distribusi dan keamanan pemakaiannya, obat juga
diklasifikasi menurut cara perolehannya. Pengaturan mengenai obat mana yang
dijual di apotik dan obat mana yang dapat dijual di tempat lain sudah baku
menurut kategori obat yang ada. Pengkategorian obat tersebut dilakukan untuk
meningkatkan keamanan, ketepatan penggunaan dan pengamanan distribusi obat
(Anief, 2002).
5. Penyimpanan Obat
Penyimpanan merupakan kegiatan pengaturan perbekalan farmasi menurut
persyaratan yang ditetapkan menurut bentuk sediaan dan jenisnya, suhu dan
kestabilannya mudah tidaknya meledak/terbakar, dan tahan/tidaknya terhadap
cahaya, disertai dengan sistem informasi yang selalu menjamin ketersediaan
perbekalan farmasi sesuai kebutuhan (Adhelia, 2011).
Hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan obat yang aman adalah
tanggal kadaluarsa (expired date) dari masa berlakunya obat. Penyimpanan obat
atau penggunaan wadah yang tidak sesuai dapat menurunkan mutu obat atau
merusak obat.Wadah bukan sekedar pembungkus saja melainkan pelengkap yang
mampu menjaga dan menjamin mutu bahan sediaan (Aritonang, 2006).

 
Universitas Sumatera Utara

 

Obat akan mengalami kerusakan apabila tidak disimpan secara baik.
Kerusakan obat akan mengakibatkan obat menjadi tidak berkhasiat lagi atau
efektivitasnya berkurang. Cara penyimpanan masing-masing obat disesuaikan
dengan sifatnya. Hal-hal yang mempengaruhi kerusakan obat adalah : suhu, air,
cahaya, benturan fisik, dan bercampur dengan bahan atau obat lain.
Penyimpanan dimaksudkan agar obat tercegah dari cemaran, peruraian,
terhindar dari pengaruh udara, kelembaban, panas dan cahaya.Ketentuan
mengenai penyimpanan umumnya tertera pada kemasan obat atau leaflet.
Beberapa cara penyimpanan obat sebagai berikut (Widodo, 2004).Yaitu
:Disimpan dalam wadah tertutup baik, yaitu harus terlindungi dari masuknya
bahan padat dan mencegah terjadinya kehilangan bahan..Disimpan dalam wadah
tertutup rapat, sehinnga isi terlindungi dari masuknya bahan cair, bahan padat,
bahan uap dan mencegah terjadinya kehilangan, perekatan, atau penguapan
bahan.Disimpan terlindung cahaya sehingga cahaya tidak bisa menembus
wadah.Disimpan pada suhu hangat, yaitu pada suhu antara 30°C hingga
40°C.Disimpan pada suhu kamar, yaitu pada suhu antara 15°C hingga
30°C.Disimpan ditempat yang sejuk, yaitu pada suhu antara 8°C hingga
15°C.Disimpan ditempat dingin, yaitu pada suhu tidak lebih dari 8°C
Sebaiknya obat-obat yang disimpan dibiarkan pada kemasan aslinya dan
jangan menyimpan obat dilemari es kecuali petunjuknya memang demikian,
jangan pula mencampur beberapa obat dalam satu wadah atau mencampur obat
dengan bahan lain (seperti makanan, kosmetik).

 
Universitas Sumatera Utara

 

Umumnya

obat-obatan

yang

dikeluarkan

oleh

apotek

sudah

dicek

kadaluarsanya tetapi untuk pemakaian ulang pada waktu yang lain perlu informasi
tentang batas kadaluarsa obat. Penyimpanan obat dalam keluarga sangat baik
menggunakan kotak khusus obat agar memudahkan dalam pengambilan dan tidak
tercampur dengan barang lain. Apabila obat sudah mencapai masa kadaluarsa,
biasanya terjadi perubahan fisik. Cara mengetahui obat rusak yaitu : tablet terjadi
perubahan warna, bau dan rasa, timbul bintik-bintik noda, lubang-lubang, pecah,
retak, terdapat benda asing, menjadi bubuk dan lembab. Tablet salut terjadi
perubahan salutan seperti pecah, basah, lengket satu sama lainnya dan terjadi
perubahan warna. Kapsul cangkang kapsul menjadi lembek, terbuka sehingga
isinya keluar, melekat satu sama lain, dapat juga melekat pada kemasan. Puyer
terjadi perubahan warna, timbul bau, noda binti-bintik, lembab serta mencair.
Salep/krim/lotion/cairan terjadi perubahan warna, bau, timbul endapan atau
kekeruhan, mengental, timbul gas, memisah menjadi dua bagian, mengeras,
sampai pada kemasan atau wadah menjadi rusak.
Tabel Jangka Waktu Penyimpanan Obat
Jenis obat

Jangka waktu

Jenis obat

Jangka waktu

Tablet/kapsul

3 tahun

Salep mata

6 bulan

Salep/pasta (tube)

3 tahun

Salep/pasta (pot)

6 bulan

Serbuk/tabur

1 tahun

Cairan untuk kulit

6 bulan

Pil

1 tahun

Tetes telinga

6 bulan

Krim/gel (tube)

6 bulan

Tetes/semprot hidung

3 bulan

Larutan tetesan

6 bulan

Krem (pot)

3 bulan

 
Universitas Sumatera Utara

 

Suspensi

6 bulan

Tetes/bilas mata

1 bulan

4. Penggunaan Obat
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan obat menurut Pedoman
Penggunaan Obat Aritonang (2006) antara lain :Penggunaan obat tidak untuk
pemakaian yang terus-menerus. Menggunakan obat sesuai dengan anjuran yang
tertera pada etiket atau brosur.Menghindari penggunaan obat orang lain walaupun
gejala penyakitnya sama. Menghentikan pemakaian obat apabila terjadi hal-hal
yang tidak diinginkan.Untuk mendapatkan informasi penggunaan obat yang lebih
lengkap, tanyakan pada apoteker atau petugas kesehatan.
Pedoman Penggunaan Obat (2006), dijelaskan bahwa pemakaian obat oral
antara lain : Meminum obat dengan segelas air putih, mengikuti petunjuk dari
pelayanan kesehatan (saat makan atau saat perut kosong), seperti : minum obat
sebelum makan, minum obat setelah makan, dll. Untuk obat dengan kerja yang
diperlama (tablet salut) harus ditelan seluruhnya, tidak boleh dipecah atau
dikunyah. Pada obat dengan sediaan cair, gunakanlah sendok obat atau alat lain
yang telah diberi ukuran untuk ketepatan dosis. Jangan menggunakan sendok
rumah. Jika penderita sulit menelan sediaan obat, lakukan konsultasi dengan
petugas kesehatan/dokter untuk meminta pilihan sediaan dalam bentuk lain.
Sediaan cair untuk bayi dan balita harus jelas dosisnya, gunakan sendok takar
dalam kemasannya.
a. Menggunakan dan menyimpan obat Sirup
Obat bentuk sirup merupakan salah satu bentuk obat yang familiar di
masyarakat seperti halnya tablet, pil, serbuk dan kapsul. Terlebih lagi sirup

 
Universitas Sumatera Utara

 

merupakan jenis obat yang disukai anak-anak dan balita karena rasanya yang
manis dan enak sehingga memudahkan pasien untuk meminum obat. Di pasaran
banyak kita temui beragam jenis obat yang dikemas dalam sediaan sirup, misalnya
sirup obat batuk, sirup obat demam bahkan hingga sirup yang mengandung
antibiotik ( Adhelia. 2011).
Sebelum menggunakan obat perlu melakukan hal sebagai berikut agar obat
yang dikonsumsi berkhasiat dan manjur mengobati penyakit : Memperhatikan
tentang cara pakai obat. Selain diminum dengan menggunakan sendok, beberapa
sediaan likuida juga diberikan dalam bentuk tetes (drop) khususnya bagi balita.
Selain itu ada pula bentuk sediaan sirup kering misalnya antibiotik amoksisilin
yang harus dicampur terlebih dahulu dengan air sebelum dikonsumsi.Perhatikan
jenis sediaan likuida apakah termasuk larutan yang langsung dapat dikonsumsi
dengan sendok takar, diteteskan menggunakan alat penetes ataukah perlu
dicampur dengan air terlebih dahulu.Memperhatikan aturan pakainya. Aturan
pakai obat akan berpengaruh pada efektifitas dan keamanan terapi. Sebagai
contoh, obat yang diberi aturan pakai sehari tiga kali maka obat tersebut pada
dasarnya diminta untuk dikonsumsi tiap 8 jam agar menghasilkan efek terapi yang
sesuai sehingga usahakan tiap 8 jam mengonsumsi obat ini.
Pemakaian obat yang tidak sesuai dengan aturan pakainya dapat menyebabkan
overdosis (dosis terlalu tinggi) ataupun underdosis (dosis terlalu rendah) sehingga
berbahaya bagi tubuh.Biasanya obat bentuk likuida disertai dengan keterangan
“Kocok dahulu” khususnya bagi sediaan obat cair.Oleh karena itu, sebelum
digunakan sirup dikocok terlebih dahulu agar obat tercampur dengan

 
Universitas Sumatera Utara

 

merata.Memperhatikan takaran pemakaiannya. Takaran pakai obat akan sangat
mempengaruhi keberhasilan suatu terapi. Meminum sirup obat batuk dari
wadahnya harus menggunakan sendok takar dan tidak menggunakan sendok
makan yang ada dirumah.Jika aturan pakai obat sirup dalam takaran sendok teh
maka berarti harus mengonsumsinya sejumlah 5 mL, jika dalam takaran sendok
makan maka jumlah yang harus dikonsumsi adalah 15 mL.Sendok makan
dirumah bukanlah alat takar yang sesuai untuk hal itu sehingga gunakan alat takar
yang ada dalam produk obat.Memperhatikan lama pemakaian.Obat sirup tertentu
misalnya antibiotik harus dikonsumsi sampai tuntas, sedang obat sirup yang
membantu meredakan gejala seperti batuk, pilek, panas maupun alergi hanya
digunakan secukupnya saja hingga gejala mereda.Untuk itu perlu ditanyakan
kepada

dokter

atau

apoteker

tentang

lama

pemakaian

obat

sirup

tersebut.Pemakaian jangka panjang suatu obat tanpa indikasi penyakit yang jelas
dapat menyebabkan timbulnya penyakit baru seperti gangguan liver dan ginjal,
oleh karena itu gunakan obat dengan bijak.
Setelah menggunakan obat likuida seperti sirup, maka perlu menyimpannya di
tempat yang sesuai. Penyimpanan obat yang keliru dapat menyebabkan obat
mudah rusak, tidak stabil dan berisiko untuk dikonsumsi sehingga harus benarbenar memperhatikan lokasi dan cara penyimpanan obat, sebagai berikut:
Simpanlah obat pada tempat yang bersih, kering, terlindung dari cahaya matahari
langsung dan pada suhu ruangan (tidak terlalu panas atau dingin yaitu antara 2030 C). Beberapa obat terkadang perlu disimpan dalam suhu yang lebih dingin,
misal ditempatkan di dalam kulkas/lemari es, untuk itu tanyakan apoteker tentang

 
Universitas Sumatera Utara

 

cara penyimpanan obat tersebut. Sebaiknya memiliki tempat khusus untuk
penyimpanan obat yang memenuhi persyaratan tempat penyimpanan obat diatas.
Jangan simpan obat dalam freezer karena suhu yang terlampau dingin akan
merusak stabilitas obat sehingga obat tidak dapat digunakan lagi. Jangan simpan
obat di tempat yang panas misal di dashboard mobil atau ditempat yang terkena
cahaya matahari langsung seperti di jendela kamar karena suhu yang terlampau
panas akan dapat merusak stabilitas obat.
Jauhkan dari jangkauan anak-anak.Obat dapat berbahaya layaknya racun
sehingga jangan sampai obat yang disimpan terminum oleh anak-anak.Oleh
karena itu pilih tempat yang aman, yang tidak dapat dijangkau oleh anak-anak
karena biasanya rasa keingintahuan anak-anak terhadap suatu hal dapat
menyebabkan mereka tertarik untuk mengonsumsi obat yang kita simpan.Tutup
wadah sirup dengan rapat dan bersihkan bekas sirup yang tercecer dalam
kemasan.Dengan menutup wadah sirup rapat-rapat maka dapat meminimalkan
kontaminasi mikroba. Selain itu, wadah yang tertutup rapat juga dapat
memperlambat proses oksidasi obat. Oksidasi adalah proses terurainya obat yang
disebabkan oleh kandungan oksigen di udara, sehingga obat yang tertutup rapat
akan memiliki stabilitas yang lebih panjang. Beberapa obat misal sirup kering
yang berisi antibiotik, tidak boleh disimpan lebih dari 7 hari setelah tercampur
dengan air.Larutan oralit untuk anak-anak yang biasa tersedia dalam botol besar
juga hanya boleh disimpan selama 24 jam.
b. Menggunakan dan menyimpan obat Puyer

 
Universitas Sumatera Utara

 

Obat puyer dibagi menjadi dua.Pertama puyer yang dikemas dalam kemasan
khusus dalam pabrik farmasi untuk orang dewasa, seperti puyer sakit
kepala.Kedua puyer yang merupakan campuran obat dengan dosis tertentu.Puyer
dengan kemasan kertas ini umumnya diberikan untuk bayi dan anak.Selain itu
puyer lebih mudah diserap dan dialirkan keseluruh tubuh ketimbang tablet.Puyer
dalam kemasan kertas hanya aman dikonsumsi dalam hitungan hari atau paling
lama satu bulan.Cara penyimpanan juga berpengaruh terhadap lamanya daya
tahan obat.Puyer sebaiknya disimpan dalam kotak plastik berwarna gelap hingga
sinar matahari tidak menembus langsung.Sinar matahari bisa merusak kandungan
obat.Tambahkan juga silica gel (serbuk pengering) dalam kantung khusus agar
kondisi udara lembab tidak sampai merusak obat.Simpan obat dalam kondisi
sejuk (15-20°C) hindarkan penyimpanan puyer dalam kulkas.
c. Menggunakan dan menyimpan obat Tablet
Obat ini paling banyak ditemui dipasaran.Daya tahannya cukup lama. Proses
penyimpanannya lebih mudah ketimbang obat lain. Obat ini tidak cocok untuk
bayi dan anak batita karena belum memiliki kemampuan menelan atau
mengunyah obat.Disamping itu, rasa pahit dan baunya tidak enak.Tubuh
diperlukan waktu beberapa menit untuk menghancurkan dan diabsorpsi keseluruh
tubuh.Masa kadaluarsa obat bisa dideteksi dari perubahan warna atau perubahan
fisik (obat menjadi basah).

 
Universitas Sumatera Utara