Hubungan Kualitas Tidur Dengan Adaptasi Fisiologis Masa Postpartum di Klinik Sumiariani Medan Johor

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.

Konsep Dasar Tidur
2.1

Pengertian tidur

Tidur adalah status perubahan kesadaran ketika persepsi dan reaksi individu
terhadap lingkungan menurun. Tidur dikarakteristikkan dengan aktivitas fisik
yang minimal, tingkat kesadaran yang bervariasi, perubahan

proses fisiologi

tubuh, dan perubahanan respon terhadap stimulus eksternal (Wahid dan Nurul,
2007).
Hampir sepertiga dari waktu kita, dipergunakan untuk tidur.Hal tersebut
didasarkan pada keyakinan bahwa tidur dapat memulihkan atau mengistirahatkan
fisik setelah seharian beraktivitas, mengurangi stress dan kecemasan, serta dapat

meningkatkan kemampuan dan konsentrasi saat hendak melakukan aktivitas
sehari-hari (Rukiyah, Yulianti, Liana, 2011).
Berdasarkan teori perbaikan (Repair and Restoration Theory of Sleep) tidur
penting untuk merevitalisasi dan memperbaiki kembali proses fisiologis agar
tubuh dan fikiran tetap sehat dan berfungsi dengan benar. Teori ini menyatakan
bahwa tidur NREM berguna untuk memperbaiki fungsi fisiologis dan tidur REM
berguna memperbaiki fungsi mental (Garliah, 2008).
Tidur memberikan waktu kepada neuron untuk beristirahat dan memulihkan
diri.Tidur juga penting bagi sistem syaraf untuk bekerja dengan baik. Seseorang
yang hanya tidur sebentar, saat terbangun akan merasa mengantuk, tidak mampu

6
Universitas Sumatera Utara

7

berkonsentrasi di keesokan harinya, mengalami gangguan memori dan
penampilan fisik (Agustin, 2012). Menurut Boyle, (2009) mengatakan
penyembuhan luka dipengaruhi oleh salah satunya kurang tidur.
2.2


Fisiologi tidur

Aktivitas tidur diatur dan dikontrol oleh dua sistem pada batang otak, yaitu
Reticular Activating System (RAS) dan (Bulbar Synchronizing Region (BSR).
RAS di bagian atas batang otak diyakini memiliki sel-sel khusus yang dapat
mempertahankan kewaspadaan dan kesadaran; memberi stimulus visual,
pendengaran, nyeri, sensori raba, emosi serta proses berfikir. Pada saat sadar,
RAS melepaskan katekolamin, sedangkan pada saat tidur terjadi pelepasan serum
serotonin dari BSR (Tarwoto, Wartonah, 2003 dalam Chayatin & Mubarak,
2007).
Menurut Potter & Perry, (2005) seseorang tetap terjaga atau tertidur
tergantung pada keseimbangan impuls yang diterima dari pusat yang lebih tinggi
(misalnya pikiran), reseptor sensori perifer (stimulus bunyi dan atau cahaya) dan
sistem limbik (emosi). Ketika seseorang mencoba tertidur, mereka akan menutup
mata dan berada pada posisi yang relaks. Stimulus ke RAS menurun.Pada
beberapa bagian, BSR mengambil alih, yang menyebabkan tidur.
2.3

Ritme sirkardian


Setiap makhluk hidup memiliki bioritme (jam biologis) yang berbeda.Pada
manusia, bioritme ini dikontrol oleh tubuh dan disesuaikan dengan faktor
lingkungan (cahaya, kegelapan, gravitasi dan stimulus elektromagnetik). Bentuk

Universitas Sumatera Utara

8

bioritme yang paling umum adalah ritme sirkardian yang melengkapi selama
siklus 24 jam (Lilis, Taylor, Lemone, 1998 dalam Chayatin & Mubarak,2007).
Irama sirkardian mempengaruhi pola fungsi biologis utama dan fungsi
perilaku. Fluktuasi dan prakiraan suhu tubuh, denyut jantung, tekanan darah,
sekresi hormon, kemampuan sensorik, dan suasana hati tergantung pada
pemeliharaan siklus sirkardian 24 jam (Potter & Perry, 2005). Dalam hal ini,
fluktuasi denyut jantung, tekanan darah, temperatur, sekresi hormon, metabolisme
dan penampilan serta perasaan individu bergantung pada ritme sirkardiannya
(Lilis, Taylor, Lemone, 1998 dalam Chayatin & Mubarak,2007).
Tidur adalah salah satu irama biologis tubuh yang sangat kompleks.
Sinkronisasi sirkardian terjadi jika individu memiliki pola tidur-bangun yang

mengikuti jam biologisnya. Individu akan bangun pada saat ritme fisiologis paling
tinggi atau paling aktif dan akan tidur pada saat ritme tersebut paling rendah
(Lilis, Taylor, Lemone, 1998 dalam Chayatin & Mubarak,2007).
2.4

Tahapan tidur

Berdasarkan

penelitian

yang

dilakukan

dengan

bantuan

alat


Elektroensepalogram (EEG), Elektro-okulogram (EOG), dan Elektrokiogram
(EMG), diketahui ada dua tahapan tidur, yaitu non-rapid eye movement (NREM)
dan rapid eye movement (REM). (Chayatin & Mubaraq, 2007)
2.4.1

Tidur NREM

Tidur NREMdisebut juga sebagai tidur gelombangpendek karena gelombang
otak yang ditunjukkan oleh orang yang tidur lebih pendek daripada gelombang
alfa dan beta yang ditunjukkan oleh orang yang sadar. Pada tidur NREM terjadi

Universitas Sumatera Utara

9

penurunan sejumlah fungsi fisiologi tubuh. Di samping itu, semua proses
metabolik termasuk tanda-tanda vital, metabolisme, dan kerja otot melambat.
Tidur NREM sendiri terbagi atas 4 tahap (I-IV).Tahap I-II disebut sebagai tidur
ringan (light sleep) dan tahap III-IV disebut sebagai tidur dalam (deep sleep atau

delta sleep) (Chayatin & Mubaraq, 2007).
2.4.2

Tidur REM

Tidur REM biasanya terjadi setiap 90 menit dan berlangsung selama 5-30
menit.Tidur REM tidak senyenyak tidur NREM, sebagian besar mimpi terjadi
pada tahap ini.Selama tidur REM, otak cenderung aktif dan metabolismenya
meningkat hingga 20 %. Pada tahap ini individu menjadi sulit dibangunkan atau
justru dapat bangun dengan tiba-tiba, tonus otot terdepresi, sekresi lambung
meningkat, dan frekuansi jantung dan pernafasan seringkali tidak teratur
(Chayatin & Mubaraq, 2007).
2.5

Siklus tidur

Selama tidur, individu melewati tahap tidur NREM dan REM. Siklus tidur
yang komplit normalnya berlangsung selama 1.5 jam, dan setiap orang biasanya
melalui 4-5 siklus selama 7-8 jam tidur. Siklus tersebut dimulai dari tahap NREM
yang berlanjut ke tahap REM. Tahap NREM I-III berlangsung selama 30 menit,

kemudian diteruskan ke tahap IV selama ± 20 menit. Setelah itu, individu kembali
melalui tahap III dan II selama 20 menit.Tahap I REM muncul sesudahnya dan
berlangsung selama 10 menit (Chayatin & Mubaraq, 2007).

Universitas Sumatera Utara

10

2.6

Kualitas tidur

Kualitas tidur adalah suatu keadaan yang dapat dilihat dari kemampuan
individu dalam mempertahankan tidur dan mendapatkan kebutuhan tidur yang
cukup dari tidur REM dan NREM (Kozier & Erb, 1987).Kualitas tidur adalah
kepuasan

seseorang

terhadap


tidur,

sehingga

seseorang

tersebut

tidak

memperlihatkan perasaan lelah, mudah terangsang, gelisah, lesu, apatis,
kehitaman disekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah, mata perih,
sakit kepala, dan sering menguap atau mengantuk (Hidayat, 2006).
Kualitas tidur yang baik akan ditandai dengan tidur yang tenang, merasa
segar pada pagi hari, dan merasa semangat untuk melakukan aktivitas (Craven &
Hirnle, 2000). Seseorang yang tidak cukup untuk mendapatkan waktu tidur
cenderung lekas marah, konsentrasi kurang, dan sulit membuat keputusan (Kozier,
Erb, Berman & Snyder, 2004).
Tidur yang tidak adekuat dan berkualitas buruk dapat menyebabkan

gangguan keseimbangan.Secara fisiologis, kualitas tidur yang buruk dapat
menyebabkan rendahnya tingkat kesehatan individu dan meningkatkan kelelahan
atau mudah letih.Secara psikologis, rendahnya kualitas tidur dapat mengakibatkan
ketidakstabilan emosional, kurang percaya diri, dan bertindak ceroboh (Jenkins,
2005).
Banyak orang sibuk salah mengira bahwa mereka adalah orang yang dapat
tidur dengan baik karena mereka dapat segera tertidur begitu masuk kamar tidur.
Ini sebetulnya merupakan indikasi yang jelas akan adanya kekurangan tidur.

Universitas Sumatera Utara

11

Orang yang dapat beristirahat dengn baik memerlukan waktu 15-20 menit untuk
tertidur (Maas, 2002 dalam Harahap, 2007).
Kualitas tidur seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya:
1.6.1

Rasa nyeri


Setiap penyakit yang menyebabkan nyeri dan distress fisik dapat
menyebabkan gangguan tidur.Individu yang sakit memerlukan waktu tidur yang
lebih banyak daripada biasanya.Di samping itu, siklus bangun tidur selama sakit
juga dapat mengalami gangguan (Chayatin & Mubaraq, 2007).
Masa nifas berkaitan dengan gangguan tidur, terutama segera setelah
melahirkan.Tiga hari pertama merupakan hari yang sulit bagi ibu akibat nyeri
perineum.Perineum pasca partus berkorelasi erat dengan durasi kala II
persalinan.Rasa tidak nyaman di kandung kemih, perineum serta gangguan bayi,
semuanya dapat menyebabkan kesulitan tidur, yang dapat mempengaruhi daya
ingat dan kemampuan psikomotor (Bobak, et al., 2005).
1.6.2

Kelelahan

Kondisi tubuh yang lelah dapat mempengaruhi pola tidur seseorang.Semakin
lelah seseorang, semakin pendek siklus tidur REM yang dilaluinya. Setelah
beristirahat biasanya siklus REM akan kembali memanjang. Pada ibu postpartum
Gay, Lee dan Lee (2005) melaporkan bahwa gangguan tidur setelah melahirkan
berhubungan dengan tingkat kelelahan yang meningkat.

Keletihan meningkatkan persepsi nyeri.Rasa kelelahan menyebabkan sensasi
nyeri semakin intensif dan menurunkan kemampuan koping.Apabila keletihan

Universitas Sumatera Utara

12

disertai kesulitan tidur, maka persepsi nyeri bahkan dapat bertambah berat.Nyeri
seringkali lebih berkurang setelah individu mengalami suatu periode tidur yang
lelap dibanding pada akhir hari yang melelahkan (Potter & Perry, 2005).
1.6.3

Perubahan fisik

Perubahan yang mendadak dan dramatis menyebabkan ibu yang berada
dalam masa nifas menjadi sensitif terhadap faktor-faktor yang dalam keadaan
normal mampu diatasinya
1.6.4

Adaptasi lingkungan baru

Faktor lingkungan dapat membantu sekaligus menghambat proses tidur.
Tidak adanya stimulus tertentu atau adanya stimulus yang asing dapat
menghambat tidur.Sebagai contoh, temperature yang tidak nyaman atau ventilasi
yang buruk dapat mempengaruhi tidur seseorang.Suara juga mempengaruhi tidur,
butuh ketenangan untuk tidur, hindari dari kebisingan (Potter & Perry, 2005).
Bayi baru lahir menghabiskan sebagian besar waktunya dengan tidur. Ratarata total lamanya bayi baru lahir tidur adalah 16-19 jam dalam 24 jam. Hanya
saja setiap kali tidur waktunya tidak lama.Siklus tidur bayi baru lahir masih
terpengaruh kebiasaannya ketika didalam kandungan, dimana bayi justru lebih
banyak tidur pada siang hari dan sebaliknya lebih aktif di malam hari.Hal ini
menyebabkan ibu sering terbangun di malam hari.
Bayi yang hanya minum ASI akan bangun setiap 1-2 jam untuk menyusu.
Hal ini disebabkan karena ASI itu sendiri sifatnya mudah dicerna, sehingga lebih
mudah dan lebih cepat diserap oleh pencernaan bayi.Tetapi akibatnya,
bayiakancepat lapar dan terbangun. Sehingga ibu yang menyusui bayinya

Universitas Sumatera Utara

13

cenderung lebih kurang tidur daripada ibu yang memberi bayinya susu formula di
malam hari. Sementara bayi yang minum susu formula, biasanya akan tidur lebih
lama sekitar 3-4 jam karena pencernaan bayi lebih lambat mencerna(Ding 2005)
1.6.5

Perubahan emosi

Ansietas dan depresi seringkali mengganggu tidur seseorang. Kondisi
ansietas dapat meningkatkan kadar norepineprin darah melalui stimulasi sistem
saraf simpatis. Kondisi ini menyebabkan berkurangnya siklus tidur NREM tahap
IV dan tidur REM serta seringnya terjaga saat tidur.
1.6.6

Stimulan

Kafein yang terkandung dalam beberapa minuman dapat merangsang SSP
sehingga dapat menggangu kualitas tidur.Sedangkan konsumsi alkohol yang
berlebihan dapat menggangu siklus tidur REM. Ketika pengaruh alkohol telah
hilang, individu seringkali mengalami mimpi buruk.Mengkonsumsi alkohol dan
kafein merupakan salah satu penyebab gangguan tidur yang diakibatkan oleh
faktor gaya hidup (Klein, 2004 dalam alawiyah, 2009).
1.6.7

Obat-obatan

Beberapa jenis obat yang dapat menyebabkan gangguan tidur antara lain:
diuretik menyebabkan insomnia, antidepresan menyupresi REM, beta bloker
menimbulkan insomnia, dan narkotika menyupresi REM (Tarwoto & Wartonah,
2010).

Universitas Sumatera Utara

14

2.7

Parameter kualitas tidur

Untuk mengukur kualitas tidur seseorang digunakanparameter kualitas tidur
Pittsburg Quality Sleep Index (PSQI).PSQI adalah suatu metode penilaian yang
berbentuk kuesioner yang digunakan untuk mengukur kualitas tidur dan gangguan
tidur orang dewasa dalam interval satu bulan.Adapun parameter kualitas tidur
tersebut menurut Buysse et al., (1989).
2.7.1

Waktu yang dibutuhkan untuk dapat tidur (Sleep latency)

Waktu yang dibutuhkan untuk dapat tidur (sleep latency) adalah waktu yang
dihabiskan oleh seseorang sejak munculnya keinginan untuk tidur sampai
tercapainya tidur tahap Rapid Eye Movement (REM).Seseorang dengan kualitas
tidur yang baik menghabiskan waktu < 15 menit untuk dapat memasuki tahap
tidur selanjutnya secara lengkap.Sebaliknya lebih > 30 menit untuk bisa tertidur di
malam hari maka kemungkinan mengalami masalah tidur (Rafknowledge, 2004).
2.7.2

Total jam tidur

Total jam tidur adalah lamanya waktu tidur dikurangkan dengan lamanya
waktu terbangun saat tidur. Kebutuhan tidur orang dewasa adalah sekitar 7-8 jam/
hari (Tarwoto & Wartonah, 2010).Biasanya total jam tidur akan berubah sesuai
dengan pertambahan usia. Mendekati saat melahirkan, posisi tidur yang serba sulit
dan sering buang air kecil mempengaruhi total jam tidur ibu (Prasadja, 2006
dalam Harahap, 2007).

Universitas Sumatera Utara

15

2.7.3

Frekuensi terbangun

Frekuensi terbangun adalah sering atau tidaknya seseorang terbangun dari
tidurnya yang dapat dipengaruhi lingkungan ataupun akibat adanya keinginan
untuk buang air kecil. Terbangun di malam hari berpengaruh pada pengurangan
total waktu tidur ( Buysse et al., 1989).
2.7.4

Lama waktu tidur siang

Tidur siang dianjurkan jika memang malam sebelumnya kekurangan tidur
karena

berfungsi untuk mengurangi hutang tidur, memenuhi hutang tidur

diperlukan untuk meningkatkan dorongan homeostatik tidur. Bagi ibu postpartum,
tidur siang bisa dilakukan untuk berjaga-jaga karena akan kekurangan tidur pada
malam harinya.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa jika orang tidur siang untuk
persiapan berjaga semalam suntuk, maka keesokan harinya kinerja mereka akan
lebih baik daripada orang yang tidak melakukan tidur siang persiapan. Mereka
bahkan 30% lebih awas dan optimis daripada yang tidak tidur siang (Maas, 2002
dalam Harahap, 2007).Ibu postpartum yang kecapaian hendaknya tidur siang
selama 1 – 2 jam sewaktu bayinya tidur siang (Bobak, et al, 2005).
2.7.5

Terbangun cepat dipagi hari

Pada ibu postpartum, setelah tidur siang yang panjang, waktu tidur malam
kemungkinan menjadi lebih pendek.Selain itu, depresi pasca melahirkan dapat
menyebabkan ibu terbangun pagi-pagi dan tidak dapat tertidur kembali (Maas,
2002 dalam Harahap, 2007).

Universitas Sumatera Utara

16

2.7.6

Kepuasan tidur

Kepuasan tidur adalah keadaan kualitas dan kuantitas tidur yang baik
sehingga seseorang merasa puas saat terbangun dari tidur dan siap untuk
beraktivitas.Kepuasan tidur tergantung dengan kondisi lingkungan, kesehatan
fisik dan kesehatan jiwa (Neubauer, 1999 dalam Harahap, 2007).
Kepuasan terhadap tidur seseorang dapat dilihat dari kemampuan individu
dalam mempertahankan tidur dan mendapatkan kebutuhan tidur yang cukup dari
tidur REM dan tidur NREM.Kepuasan tidur dapat diketahui dengan melakukan
pengkajian yang meliputi data subjektif dan objektif (Craven & Hirnle,
2000).Data subjektif dapat dievaluasi berdasarkan persepsi klien tentang
parameter tersebut. Jika klien puas dengan kualitas tidurnya maka klien
mempunyai kualitas tidur yang baik ( Potter& Perry, 2005). Data objektif dapat
dilihat dari pemeriksaan fisik dan diagnostik. Pemeriksaan fisik dapat diobservasi
dari penampilan wajah seperti adanya lingkaran hitam disekitar mata, mata sayu
dan konjungtiva merah, perilaku irritable, respon lambat, kurang perhatian, sering
menguap, menarik diri, tremor, bingung, postur tubuh tidak stabil, tangan tremor
dan kurang koordinasi (Tarwoto & Wartonah, 2004).
2.7.7
Individu

Merasa segar saat bangun di pagi hari
yang

tidur

sesuai

dengan

jumlah

tidur

pada

tahap

perkembanganakan merasa segar saat bangun di pagi hari (Musbikin, 2005).
Kriteria seseorang dikatakan merasa segar bangun pagi hari adalah tidak merasa
sakit kepala saat bangun dari tidur dan tubuh tidak terasa lemah dan lunglai(Maas,
2002 dalam Harahap, 2007).

Universitas Sumatera Utara

17

3. Konsep Dasar Postpartum
3.1

Defenisi postpartum

Postpartum adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta
keluar lepas dari rahim, sampai 6 minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya
organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami perubahan
seperti perlukaan dan lain sebagainya berkaitan saat melahirkan (Suhemi,
Widyasih, dan Rahmawati, 2009), serta adaptasi terhadap adanya anggota
keluarga baru (Mitayani, 2009).
3.2

Tahapan Masa Postpartum

Menurut Rukiyah, Yulianti, Liana, (2011) masa nifas dibagi menjadi 3
tahap, yaitu puerperium dini, puerperium intermedial, dan remote puerperium.
3.2.1

Puerperium dini

Puerperium dini yaitu pemulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan
berjalan-jalan.Dalam agama Islam, dianggap bersih dan boleh bekerja setelah 40
hari (Sulistyawati,2009).
3.2.2

Puerperium intermedial

Puerperium intermedial merupakan masa pemulihan menyeluruh alat-alat
genital yang lamanya 6-8 minggu.
3.2.3

Remote puerperium

Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
terutama bila selama hamil atau bersalin memiliki komplikasi.Waktu untuk sehat
sempurna dapat berlangsung selama berminggu-minggu, bulanan, bahkan tahunan
(Sulistyawati,2009).

Universitas Sumatera Utara

18

3.3

Adaptasi Fisiologis Postpartum

Adaptasi fisiologis adalah proses penyesuaian terhadap hal-hal yang bersifat
karakteristik selama masa postpartum. Perubahan fisiologis yang terjadi sangat
jelas, dianggap hal normal, dimana proses-proses pada kehamilan berjalan terbalik
( Bobak, et al., 2005).
3.3.1

Sistem Reproduksi
3.3.1.1 Involusi Uteri

Selama masa postpartum, alat-alat interna maupun eksterna berangsurangsur kembali seperti keadaan sebelum hamil.Perubahan keseluruhan alat
genetalia ini disebut involusi (Saleha, 2009). Involusi adalah proses kembalinya
uterus ke kondisi sebelum kehamilan, yang dimulai sesaat setelah pengeluaran
plasenta dengan kontraksi otot uterus. Dalam 12 jam persalinan, tinggi fundus
uteri (TFU) ± 1 cm diatas umbilikus dan turun 1-2 cm tiap harinya. Enam hari
postpartum,

fundus

uteri

setinggi

pertengahan

antara

umbilikus

dan

simfisis.Sembilan hari postpartum, uterus tidak teraba karena masuk ke rongga
pelvis.Satu sampai dua minggu postpartum, berat uterus berkisar antara 350-500
gr dan pada minggu ke 6 postpartum, berat uterus antara 50-60 gram (Rukiyah,
Yulianti, Liana, 2011).
Involusi uterus melibatkan pereorganisasian dan pengguguran desidua serta
pengelupasan situs plasenta yang diperlihatkan dengan pengurangan dalam
ukuran, berat dan warna serta banyaknya lokea.Desidua tertinggal di dalam uterus.
Desidua yang tertinggal ini akan berubah menjadi dua lapis sebagai akibat invasi
leukosit. Suatu lapisan yang lambat laun akanmamual neorco, suatu lapisan

Universitas Sumatera Utara

19

superfisial yang akan dibuang sebagai bagian dari lokia yang akan dikeluarkan
melalui lapisan dalam yang sehat dan fungsional yang berada di sebelah
endometrium basilar didalam lapisan zona basalis. Pembentukan kembali
sepenuhnya endometrium pada situs plasenta akan memakan waktu kira-kira 6
minggu (Saleha, 2009).
3.3.1.2 Lokea
Lokea adalah cairan secret yang berasal dari cavum uteri dan vagina selama
masa postpartum.Lokea biasanya berlangsung ± 2 minggu setelah bersalin namun
penelitian terbaru mengindikasikan bahwa lokea menetap hingga 4 minggu dan
dapat berhenti atau berlanjut hinga 56 hari setelah bersalin.Lokea mempunyai bau
yang khas, tidak seperti bau menstruasi. Bau ini lebih terasa tercium pada lokia
serosa, bau ini juga akan semakin lebih keras jika bercampur keringat dan harus
cermat membedakannya dengan bau busuk yang menandakan adanya infeksi.
Lokia dimulai sebagai suatu pelepasan cairan dalam jumlah yang banyak pada
jam-jam pertama setelah melahirkan. Kejadian lokea ini akan berkurang
jumlahnya sebagai lokea rubra, lalu berkurang sedikit menjadi sanguinolenta,
serosa dan akhirnya lokea alba. Hal yang biasa ditemui adalah adanya jumlah
lokia yang sedikit pada saat ibu berbaring dan jumlahnya meningkat pada saat ibu
berdiri. Jumlah rata-rata pengeluaran lokia adalah kira-kira 240-270 ml.Lochea
dapat dibagi menjadi beberapa jenis yaitu: a) Lochea rubra/cruenta, muncul pada
hari 1-2 pasca persalinan, berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel,
desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan meconium. b) Lochea sanguinolenta,
berwarna merah dan kuning berisi darah dan lendir, yang keluar pada hari ke

Universitas Sumatera Utara

20

3sampai ke-7 pasca persalinan.c) Lochea serosa, dimulai dengan versi yang lebih
pucat dari lochia rubra. Lochia ini berbentuk serum dan berwarna merah jambu
kemudian menjadi kuning.Cairan tidak berdarah lagi padahari ke 7-14 pasca
persalinan.d) Lochea alba, dimulai dari hari ke-14 kemudian makin lama makin
sedikit hingga sama sekali berhenti sampai 1 atau 2 minggu berikutnya.
Bentuknya seperti cairan putih berbentuk krimserta terdiri atas leukosit dan sel-sel
desidua.e) Lochea purulenta, terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau
busuk.f) Locheastatis, lochea tidak lancar keluar.
3.3.1.3 Endometrium
Perubahan pada endometrium adalah timbulnya thrombosis, degenerasi, dan
nekrosis di tempat implantasi plasenta. Pada hari pertama tebalendometrium 2,5
mm, mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua, dan selaput
janin. Setelah 3 hari mulai rata, sehingga tidak ada pembentukan jaringan parut
pada bekas implantasi plasenta (Saleha, 2009).
3.3.1.4 Serviks
Perubahan yang terjadi pada serviks ialah bentuk serviks agak menganga
seperti corong, segera setalah bayi lahir.Bentuk ini disebabkan oleh corpus uteri
yang dapat mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi sehingga
seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan serviks berbentuk semacam cincin,
serviks berwarna merah kehitaman karena penuh dengan pembuluh darah.
Konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat laserasi atau perlukaan kecil
karena robekan kecil yang terjadi selama berdilatasi maka serviks tidak akan
pernah kembali lagi ke keadaan seperti hamil.

Universitas Sumatera Utara

21

Muara serviks yang berdilatasi sampai 10 cm saat persalinan akan menutup
secara perlahan dan bertahap. Setelah bayi lahir, tangan dapat masuk ke dalam
rongga rahim. Setelah 2 jam, hanya dapat dimasukkan 2-3 jari. Pada minggu ke -6
postpartum, serviks sudah menutup kembali (Sulistyawati, 2009).
3.3.1.5 Vagina
Vagina dan lubang vagina pada permulaan puerperium merupakan suatu
saluran yang luas berdinding tipis.Secara berangsur-angsur luasnya berkurang,
tetapi jarang sekali kembali seperti ukuran seorang nulipara.Rugae timbul
kembali pada minggu ke tiga. Himen tampak sebagai tonjolan jaringan yang kecil,
yang dalam proses pembentukan berubah menjadi karunkulae mitiformisyang
khas bagi wanita multipara (Saleha, 2009).
3.3.1.6 Kelenjar mammae
Pada semua wanita yang telah melahirkan proses laktasi terjadi secara alami.
Proses menyusui mempunyai dua mekanisme fisiologis, yaitu produksi susu dan
sekresi susu (let down). Setelah melahirkan, hormon yang dihasilkan plasenta
tidak ada lagi (hormon laktogenik).Sampai hari ketiga setelah melahirkan, efek
prolactin pada payudara mulai bisa dirasakan.Pembuluh darah payudara mulai
menjadi bengkak terisi darah, sehingga timbul rasa hangat, bengkak, dan rasa
sakit.Sel- sel acini yang menghasilkan ASI juga mulai berfungsi.Ketika bayi
menghisap puting, refleks saraf merangsang lobus posterior pituitari untuk
mensekresi

hormon

oksitosin.

Oksitosin

merangsang

refleks

let

down

(mengalirkan), sehingga menyebabkan ejeksi ASI melalui sinus aktiferus
payudara ke duktus yang terdapat pada puting. Ketika ASI dialirkan karena isapan

Universitas Sumatera Utara

22

bayi atau dengan dipompa sel-sel acini terangsang untuk menghasilkan ASI lebih
banyak.Refleks ini dapat belanjut sampai waktu yang cukup lama (Saleha, 2009).
3.3.2

Sistem Pencernaan

Biasanya ibu akan mengalami konstipasi setelah persalinan. Biasanya buang
air besar akan tertunda 2-3 hari postpartum.Hal ini disebabkan karena pada waktu
persalinan, alat pencernaan mengalami tekanan yang menyebabkan kolon menjadi
kosong, pengeluaran cairan berlebih pada waktu persalinan, kurangnya asupan
cairan dan makanan, serta kurangnya aktivitas tubuh (Rukiyah, Yulianti, Liana,
2011).
Pasca melahirkan, kadar progesterone juga mulai menurun. Namun
demikian, faal usus memerlukan waktu 3-4 hari untuk kembali normal. Nafsu
makan, pasca melahirkan biasanya ibu merasa lapar dan mulai makan 1-2 jam
setelah melahirkan (Varney, Helen 2007). Pemulihan nafsu makan memerlukan
waktu 3-4 hari sebelum faal usus kembali normal.Secara khas tonus dan motilitas
otot traktus cerna menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir (Rukiyah,
Yulianti, Liana, 2011).
3.3.3

Sistem perkemihan

Pelvis renalis dan ureter yang meregang dan berdilatasi selama kehamilan,
kembali normal pada akhir minggu keempat pascapartum (Varney, Helen
2007).Diuresis postpartum normal terjadi dalam 24 jam pertama setelah
melahirkan sebagai respon terhadap penurunan estrogen dan berakhir hingga hari
ke 5 pascapartum. Diuresis adalah rute utama tubuh untuk membuang kelebihan
cairan interstisial dan kelebihan volume darah.Kemungkinan terdapat spasme

Universitas Sumatera Utara

23

sfingter dan edema leher buli-buli sesudah bagian ini mengalami kompresi antara
kepala janin dan tulang pubis selama persalinan.Protein dapat muncul di dalam
urin akibat perubahan otolitik di dalam uterus.Kandung kemih masa postpartum
mempunyai kapasitas yang bertambah besar dan relatif tidak sensitif terhadap
tekanan cairan intravesika.Haluaran urin mungkin > dari 3000 mL per hari.Urin
dalam jumlah besar akan dihasilkan dalam waktu 12-36 jam sesudah melahirkan
(Rukiyah, Yulianti, Liana, 2011).
3.3.4

Tanda-tanda vital

Setelah melahirkan tanda-tanda vital ibu postpartum mengalami beberapa
perubahan.Perubahan tersebut meliputi peningkatan tekanan darah sistol dan
diastol selama 4 hari setelah melahirkan. Fungsi pernafasan akan kembali normal
setelah 6 bulan, diafragma menurun, aksis jantung dan EKG kembali normal
(Bobak, et al., 2005).
3.3.4.1 Suhu Badan
Suhu tubuh adalah keseimbangam antara panas yang dihasilkan tubuh
dengan panas yang dikeluarkan tubuh (Erb & Kozier, 2009).Perubahan dalam
suhu tubuh, sebagai contoh berkorelasi dengan gangguan kualitas tidur.Secara
normal, suhu tubuh meningkat pada siang hari, menurun secara bertahap
kemudian turun secara tajam setelah seseorang tidur. Jika siklus tidur-bangun
menjadi terganggu, fungsi fisiologis lain dapat berubah juga. Kegagalan untuk
mempertahankan siklus tidur-bangun individual yang biasa dapat secara
berlawanan mempengaruhi kesehatan seseorang (Potter & perry, 2005).

Universitas Sumatera Utara

24

3.3.4.2 Nadi
Nadi adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan frekuensi, irama,
dan volume detak jantung yang dapat dikaji pada lokasi sentral/ perifer (Erb &
Kozier, 2009).Nadi dalam keadaan normal selama masa nifas kecuali karena
pengaruh partus lama, persalinan sulit dan kehilangan darah yang berlebihan.
Denyut nadi dan curah jantung tetap tinggi selama jam pertama setelah bayi lahir.
Kemudian mulai menurun dengan frekuensi yang tidak diketahui.Pada minggu ke8 sampai ke-10 setelah melahirkan, denyut nadi kembali ke frekuensi sebelum
kehamilan.
3.3.4.3 Tekanan Darah.
Tekanan darah normal manusia adalah sistolik antara 90-120 mmHg dan
diastolic 60-80 mmHg.Pada ibu postpartum tekanan darah pasca melahirkan pada
kasus normal, tekanan darah biasanya tidak berubah.Perubahan tekanan darah
menjadi

lebih

rendah

pasca

melahirkan

dapat

diakibatkan

oleh

pendarahan.Sedangkan tekanan darah tinggi pada postpartum merupakan tanda
terjadinya pre-eklampsia postpartum. Menurut Potter & Perry, (2005 ) selama
tidur NREM bermanfaat dalam memelihara fungsi jantung.
3.3.4.4 Pernafasan
Pernafasan adalah aktivitas bernafas.Faktor yang mempengaruhi pernafasan
salah satunya adalah aktivitas fisik yang dibuktikan dengan pernafasan meningkat
dalam hal frekuensi dan kedalaman saat beraktivitas fisik (Erb & Kozier,
2009).Frekuensi pernafasan normal pada orang dewasa adalah 16-24 kali/
menit.Pada ibu postpartum umumnya pernafasan lambat dan normal.Hal ini

Universitas Sumatera Utara

25

dikarenakan ibu dalam keadaan pemulihan atau dalam kondisi istirahat.Keadaan
pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Bila suhu
tidak normal, pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan
khusus pada saluran nafas (Rukiyah, Yulianti, Liana, 2011). Penambahan berat
badan pada ibu menyebabkan ibu mendengkur saat tidur sehingga membuat ibu
kesulitan tidur.
3.3.5

Sistem muskuloskeletal

Sistem musculoskeletal pada ibu postpartum termasuk penyebab relaksasi
dan hipermobilitas sendi.Adaptasi sistem musculoskeletal ibu yang terjadi
mencakup hal-hal yang dapat membantu relaksasi dan hipermobilitas sendi dan
perubahan pusat berat ibu akibat pembesaran uterus. (Rukiyah, Yulianti, Liana,
2011).
Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah partus. Pembuluh-pembuluh
darah yang berada di antara anyaman otot-otot uterus akan terjepit. Proses ini
akan menghentikan pendarahan setelah plasenta dilahirkan. Ligamen-ligamen,
diafragma pelvis, serta fasia yang meregang pada waktu persalinan, secara
berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tak jarang uterus jatuh
ke belakang dan menjadi retrofleksi karena ligamentum rotundum menjadi
kendor.Stabilisasi sendi secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu postpartum
(Sulistyawati, 2009).
3.4

Gambaran kualitas tidur ibu postpartum
Kebutuhan istirahat dan tidur pada ibu postpartum sangat diperlukan dalam

proses penyembuhan organ-organ reproduksi(Bobak, et al., 2005).Istirahat yang

Universitas Sumatera Utara

26

memuaskan bagi ibu postpartum merupakan masalah yang sangat penting
sekalipun tidak mudah dicapai(Rukiyah, Yulianti, Liana, 2011).
Fungsi tidur pada masa postpartum adalah untuk mengistirahatkan tubuh
yang letih, meningkatkan kekebalan tubuh dari serangan penyakit, mempercepat
involusi uteri, memperbanyak produksi ASI, menambah konsentrasi, dan
kemampuan fisik.Ibu postpartum memerlukan istirahat yang cukup, istirahat yang
dibutuhkan ibu postpartum sekitar 7-8 jam pada malam hari dan 1-2 jam pada
siang hari (Bobak, et al., 2005).
Keinginan ibu untuk memenuhi kebutuhan bayinya mampu membuat ibu
mengabaikan dorongan tidur.Hal ini dapat dibuktikan dengan mengamati ibu yang
sering kali tertidur tidak pada tempat dan waktu yang tepat.Ibu postpartum kadang
tertidur sambil duduk saat menyusui bayinya (Duncan & Lavery, 2003 dalam
Harahap, 2007).Jadi, dengan tubuh yang letih dan mungkin pula pikiran yang
sangat aktif, ibu sering perlu diingatkan dan dibantu agar mendapatkan istirahat
yang cukup (Rukiyah, Yulianti, Liana, 2011).
3.5

Hubungan kualitas tidur dengan adaptasi fisiologis masa postpartum
Hubungan

kualitas

tidur

dengan

adapatasi

fisiologis

masa

postpartumantaralain: involusi uteri,involusi uteri dimulai sesaat setelah
pengeluaran plasenta dengan kontraksi otot uterus. Normalnya uterus akan
mengalami penyusutan setiap harinya dan dinding endometrium pada bekas
implantasi plasenta akan mengalami nekrotik dan keluar cairan secret berupa
lokea dan akan sembuh ± 6 minggu setelah melahirkan. Ketika kualitas tidur
terganggu ibu akan merasa kurang tidur yang dibuktikan dengan perasaan lelah,

Universitas Sumatera Utara

27

mudah terangsang, gelisah, lesu, apatis, kehitaman disekitar mata, kelopak mata
bengkak, konjungtiva merah, mata perih, sakit kepala, dan sering menguap atau
mengantuk (Hidayat, 2006).
Secara fisiologis, kualitas tidur yang buruk dapat menyebabkan rendahnya
tingkat kesehatan individu (Jenkins, 2005). Ketika kurang tidur, daya tahan tubuh
menjadi lemah, dengan daya tahan tubuh melemah akan menghambat proses
penyembuhan (Coad & Dunstall, 2006). Ketika proses penyembuhan terganggu,
terjadi kegagalan penyembuhan tempat plasenta sehingga proses pengeluaran
lokhea terganggu, jika dibiarkan akan menyebabkan infeksi dan menghambat
proses involusi uteri. Ini sesuai dengan pendapat Marni, (2012) yang mengatakan
bahwa kurang istirahat dan gangguan

tidur akan mempengaruhi ibu dalam

beberapa hal diantaranya menghambat proses involusi uteri.
Kelenjar mammae, faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan dan
pengeluaran ASI diantaranya adalah faktor istirahat (Rukiyah, Yulianti, Liana,
2011). Menurut Bobak, et al (2005) ibu yang menyusui mengalami gangguan pola
tidur yang lebih besar. Istirahat dan tidur yang cukup diperlukan untuk pelemasan
sel-sel dalam jaringan payudara, bila tidak mendapatkan istirahat yang cukup,
akan mengalami kelemahan dalam menjalankan fungsinya (Ibrahim, 1998 dalam
Harahap, 2007).
Menurut hasil penelitian Umaroh, (2011) tentang hubungan pola istirahat
ibu nifas dengan kelancaran produksi ASI menyatakan dari 10 ibu postpartum
terdapat 8 ibu postpartum dengan pola istirahat kurang menunjukkan produksi

Universitas Sumatera Utara

28

ASI

tidak lancar dan 2 ibu postpartum dengan pola istirahat yang cukup

menunjukkan produksi ASI lancar.
Sistem pencernaan,

setelah benar- benar pulih dari efek analgesia,

anesthesia, dan keletihan ibu biasanya merasa sangat lapar (Bobak, 2005). Potter
& Perry, (2005) berpendapat makan besar sebelum tidur sering menyebabkan
gangguan pencernaan dan mengganggu kemampuan tidur. Pada jam 12.00 siang –
08.00 malam merupakan saat yang tepat untuk mengkonsumsi makanan padat
karena siklus pencernaan bekerja lebih aktif dan sebaliknya saat jam 08.00 malam
keatas sebaiknya tidak makan makanan padat karena lambung tidak boleh penuh
dengan makanan saat tidur karena mengganggu proses pencernaan. Pada saat jam
08.00 malam keatas tubuh dalam keadaan istirahat total/ tidur. Tubuh akan mulai
menyerap, mengasimilasi, dan mengedarkan zat makanan. Kurang tidur dimalam
hari akan menimbulkan dorongan untuk merasa lapar sehingga akan menggangu
aktivitas pencernaan. Ibu postpartum rentan mengalami konstipasi karena
Sistem kardiovaskuler, ketika kurang tidur formation reticularis pada pusat
eksitasi di batang otak akan merangsang Asscendend Reticular Activation System
(ARAS) sehingga saraf simpatis akan meningkat, yang akan merangsang
vasomotorcenter

sehingga

terjadi

vasokonstriksi

pembuluh

darah

yang

menyebabkan Total Peripheral Resistance (TPR) meningkat sehingga tekanan
darah meningkat. Selain itu pengaruh sistem saraf simpatis yang meningkat
merangsang kardiovaskuler yang bersifat inotropik dan kronotropik bertambah,
keduanya menyebabkan cardiac output dan tekanan darah meningkat (Ganong,
2008).

Universitas Sumatera Utara

29

Sistem musculoskeletal, kondisi tubuh yang lelah dapat mempengaruhi
kualitas tidur seseorang.Semakin lelah seseorang, semakin pendek siklus tidur
REM yang dilaluinya. Setelah beristirahat biasanya siklus REM akan kembali
memanjang (Gay, Lee dan Lee (2005).Kelelahan diatur secara pusat oleh
otak.Terdapat struktur susunan syaraf pusat yang sangat penting dalam
mengontrol fungsi secara luas dan konsekuen yaitu reticular formation (sistem
penggerak) pada medulla yang dapat meningkatkan dan mengurangi sensitifitas
dari cortex serebri (pusat kesadaran) (Rodahl, 1986 dalam Andiningsari, 2009).
Keadaan dan perasaan lelah merupakan reaksi fungsional dari pusat
kesadaran yaitu cortex serebri yang dipengaruhi oleh sistem penghambat
(inhibisi) dan sistem penggerak (aktivasi) yang saling bergantian.Sistem
penghambat terdapat dalam thalamus yang mampu menurunkan kemampuan
manusia bereaksi (Rodahl, 19986 dalam Andiningsari, 2009).
Ibu postpartum mengalami kelelahan setelah melahirkan. Kondisi ini
menghambat ibu untuk melakukan aktivitas segera setelah proses persalinan,
misalnya melakukan mobilisasi dini. Mobilisasi dini adalah kemampuan individu
untuk bergerak secara mudah, bebas, dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi
kebutuhan

aktivitas

guna

mempertahankan

kesehatannya

(Hidayat,

A

2009).Mobilisasi dini minimal dilakukan 8-24 jam setelah persalinan. Salah satu
fungsi mobilisasi dini adalah untuk memperlancar pengeluaran lokhea dan sisa
plasenta, dengan mobilisasi dini kontraksi uterus akan baik sehingga proses
kembalinya uterus akan berjalan dengan baik dan tidur ibu tidak akan terganggu
(Carpenito, 1999 dalam Saleha 2009).

Universitas Sumatera Utara