Analisa Perubahan Penggunaan Ornamen Melayu pada Rumah tinggal di Kota Medan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.

Neo Vernakular
Neo Vernakular adalah salah satu paham atau aliran yang berkembang

pada era Post Modern yaitu aliran arsitektur yang muncul pada pertengahan tahun
1960-an, Post Modern lahir disebabkan pada era modern timbul protes dari para
arsitek terhadap pola-pola yang berkesan monoton (bangunan berbentuk kotakkotak).Oleh sebab itu, lahirlah aliran-aliran baru yaitu Post Modern.
Menurut Charles A. Jenck ada 6(enam) aliran yang muncul pada era Post
Modern

diantaranya,

historiscism,

straight

revivalism, neo


vernakular, contextualism, methapor dan post modern space. Menurut Budi A

Sukada (1988) dari semua aliran yang berkembang pada Era Post Modern ini
memiliki 10 (sepuluh) ciri-ciri arsitektur sebagai berikut.









Mengandung unsur komunikatif yang bersikap lokal atau populer.
Membangkitkan kembali kenangan historik.
Berkonteks urban.
Menerapkan kembali teknik ornamentasi.
Bersifat representasional (mewakili seluruhnya).
Berwujud metaforik (dapat berarti bentuk lain).
Dihasilkan dari partisipasi.

Mencerminkan aspirasi umum.

7
Universitas Sumatera Utara




Bersifat plural.
Bersifat ekletik.
Untuk dapat dikategorikan sebagai arsitektur post modern tidak harus

memenuhi kesepuluh dari ciri-ciri diatas. Sebuah karya arsitektur yang memiliki
enam atau tujuh dari ciri-ciri diatas sudah dapat dikategorikan kedalam arsitektur
post modern.Charles Jenks seorang tokoh pencetus lahirnya post modern
menyebutkan tiga alasan yang mendasari timbulnya era post modern, yaitu.
1. Kehidupan sudah berkembang dari dunia serba terbatas ke dunia tanpa
batas, ini disebabkan oleh cepatnya komunikasi dan tingginya daya tiru
manusia.
2. Canggihnya teknologi menghasilkan produk-produk yang bersifat pribadi.

3. Adanya kecenderungan untuk kembali kepada nilai-nilai tradisional atau
daerah, sebuah kecenderungan manusia untuk menoleh ke belakang.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa arsitektur post modern dan
aliran-alirannya merupakan arsitektur yang menggabungkan antara tradisional
dengan non tradisinal, modern dengan setengah nonmodern, perpaduan yang lama
dengan yang baru. Dalam timeline arsitektur modern, vernakular berada pada
posisi arsitektur modern awal dan berkembang menjadi Neo Vernakular pada
masa modern akhir setelah terjadi eklektisme dan kritikan-kritikan terhadap
arsitektur modern.

8
Universitas Sumatera Utara

Kriteria-kriteria yang mempengaruhi arsitektur Neo Vernakular adalah
sebagai berikut.


Bentuk-bentuk menerapkan unsur budaya, lingkungan termasuk iklim
setempat diungkapkan dalam bentuk fisik arsitektural (tata letak denah,
detail, struktur dan ornamen)




Tidak hanya elemen fisik yang diterapkan dalam bentuk modern, tetapi
juga elemen nonfisik yaitu budaya pola pikir, kepercayaan, tata letak yang
mengacu pada makro kosmos dan lainnya menjadi konsep dan kriteria
perancangan.



Produk pada bangunan ini tidak murni menerapkan prinsip-prinsip
bangunan vernakular melainkan karya baru (mengutamakan penampilan
visualnya).
Latar belakang penerapan tema arsitektur neo vernakular pada pendopo

bupati berkeinginan melestarikan unsur-unsur atau ciri arsitektur lokal dengan
mengikuti perkembangan zaman yang semakin berkembang.
2.1.1. Pengertian Neo Vernakular
Kata NEO atau NEW berarti baru atau hal yang baru, sedangkan kata
vernacular berasal dari kata vernaculus (bahasa latin) yang berarti asli. Maka

arsitektur vernakular dapat diartikan sebagai arsitektur asli yang dibangun oleh
masyarakat setempat.
Arsitektur Vernakular konteks dengan lingkungan sumberdaya setempat
yang dibangun oleh masyarakat dengan menggunakan teknologi sederhana untuk

9
Universitas Sumatera Utara

memenuhi kebutuhan karakteristik yang mengakomodasi nilai ekonomi dan
tatanan budaya masyarakat dari masyarakat tersebut.Dalam pengertian umum,
arsitektur Vernacular merupakan istilah yang banyak digunakan untuk menunjuk
arsitektur indigenous kesukaan, tribal, arsitektur kaum petani atau arsitektur
tradisional.
Pengertian Arsitektur Vernakular sering disamakan dengan Arsitektur
Tradisional. Joseph Prijotomo tahu bahwa secara konotatif tradisi dapat diartikan
sebagai pewarisan atau penerusan norma-norma adat istiadat atau pewarisan
budaya yang turun-temurun dari generasi ke generasi.
2.1.2. Arsitektur Neo-Vernakular
Arsitektur neo-vernakular tidak hanya menerapkan elemen-elemen fisik
yang diterapkan dalam bentuk modern tapi juga elemen non fisik seperti budaya,

pola pikir, kepercayaan, tata letak, religi dan lain-lain.Menurut Leon Krier(1971)
bangunan adalah sebuah kebudayaan seni yang terdiri dalam pengulangan dari
jumlah tipe-tipe yang terbatas dan dalam penyesuaiannya terhadap iklim lokal,
material dan adat istiadat.
Arsitektur Neo-Vernakular merupakan suatu paham dari aliran Arsitektur
Post-Modern yang lahir sebagai respon dan kritik atas modernisme yang
mengutamakan nilai rasionalisme dan fungsionalisme yang dipengaruhi
perkembangan

teknologi

industri.

Arsitektur

Neo-Vernakular

merupakan

arsitektur yang konsepnya pada prinsipnya mempertimbangkan kaidah-kaidah


10
Universitas Sumatera Utara

normative, kosmologis, peran serta budaya lokal dalam kehidupan masyarakat
serta keselarasan antara bangunan, alam, dan lingkungan.
Aliran ArsitekturNeo Vernakular sangat mudah dikenal dan memiliki
kelengkapan berikut ini : hampir selalu beratap bubungan, detrail terpotong,
banyak keindahan dan menggunakan material bata-bata.
2.1.3.

Ciri – Ciri Arsitektur Neo-Vernakular
Menurut Charles Jencks dalam bukunya “language of Post-Modern

Architecture (1990)” maka dapat dipaparkan ciri-ciri Arsitektur Neo-Vernakular

sebagai berikut.
a. Selalu menggunakan atap bumbungan.Atap bumbungan menutupi tingkat
bagian tembok sampai hampir ke tanah sehingga lebih banyak atap yang
diibaratkan sebagai elemen pelidung dan penyambut dari pada tembok

yang digambarkan sebagai elemen pertahanan yang menyimbolkan
permusuhan.
b. Batu bata (dalam hal ini merupakan elemen konstruksi lokal).Bangunan
didominasi penggunaan batu bata abad 19 gaya Victorian yang merupakan
budaya dari arsitektur barat.
c. Mengembalikan bentuk-bentuk tradisional yang ramah lingkungan dengan
proporsi yang lebih vertikal.
d. Kesatuan antara interior yang terbuka melalui elemen yang modern
dengan ruang terbuka di luar bangunan.
e. Warna-warna yang kuat dan kontras.

11
Universitas Sumatera Utara

Dari ciri-ciri di atas dapat dilihat bahwa Arsitektur Neo-Vernakular tidak
ditujukan pada arsitektur modern atau arsitektur tradisional tetapi lebih pada
keduanya. Hubungan antara kedua bentuk arsitektur diatas ditunjukkan dengan
jelas dan tepat oleh Neo-Vernakular melalui tren akan rehabilitasi dan pemakaian
kembali.
1. Pemakaian atap miring

2. Batu bata sebagai elemen lokal
3. Susunan masa yang indah.
Mendapatkan unsur-unsur baru dapat dicapai dengan pencampuran antara
unsur setempat dengan teknologi modern, tapi masih mempertimbangkan unsur
setempat, dengan ciri-ciri sebagai berikut.


Bentuk-bentuk menerapkan unsur budaya, lingkungan termasuk iklim
setempat diungkapkan dalam bentuk fisik arsitektural (tata letak denah,
detail, struktur dan ornamen).



Tidak hanya elemen fisik yang diterapkan dalam bentuk modern, tetapi
juga elemen non-fisik yaitu budaya, pola pikir, kepercayaan, tata letak
yang mengacu pada makro kosmos, religi dan lainnya menjadi konsep dan
kriteria perancangan.




Produk pada bangunan ini tidak murni menerapkan prinsip-prinsip
bangunan vernakular melainkan karya baru (mangutamakan penampilan
visualnya).

12
Universitas Sumatera Utara

2.1.4. Prinsip Desain Arsitektur Neo-Vernakular
Adapun beberapa prinsip-prinsip desain arsitektur Neo-Vernakular secara
terperinci adalah sebagai berikut.


Hubungan Langsung, merupakan pembangunan yang kreatif dan adaptif
terhadap arsitektur setempat disesuaikan dengan nilai-nilai/fungsi dari
bangunan sekarang.



Hubungan Abstrak, meliputi interprestasi ke dalam bentuk bangunan yang
dapat dipakai melalui analisa tradisi budaya dan peninggalan arsitektur.




Hubungan Lansekap, mencerminkan dan menginterprestasikan lingkungan
seperti kondisi fisik termasuk topografi dan iklim.



Hubungan Kontemporer, meliputi pemilihan penggunaan teknologi,
bentuk ide yang relevan dengan program konsep arsitektur.



Hubungan Masa Depan, merupakan pertimbangan mengantisipasi kondisi
yang akan datang.

13
Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.1.Perbandingan Arsitektur Ttradisional, Vernakular dan Neo Vernakular.
Perbandingan
Tradisional
Vernakular
Neo Vernakular

Ideologi

Prinsip

Ide Desain

Terbentuk
oleh
tradisi
yang
diwariskan
secara
turuntemurun,berdasarkan
kultur dan kondisi
lokal.

Tertutup
dari
perubahan zaman,
terpaut pada satu
kultur kedaerahan,
dan
mempunyai
peraturan
dan
norma-norma
keagamaan
yang
kental

Terbentuk oleh
tradisi
turun
temurun
tetapi
terdapat
pengaruh
dari
luar baik fisik
maupun nonfisik,
bentuk
perkembangan
arsitektur
tradisional.
Berkembang
setiap waktu
untuk
merefleksikan
lingkungan,
budaya dan
sejarah dari
daerah dimana
arsitektur
tersebut berada.
Transformasi
dari situasi kultur
homogen ke
situasi yang lebih
heterogen.

Penerapan elemen
arsitektur
yang
sudah ada dan
kemudian sedikit
atau
banyaknya
mengalami
pembaruan menuju
suatu karya yang
modern.

Arsitektur
yang
bertujuan
melestarikan
unsur-unsur lokal
yang
telah
terbentuk
secara
empiris oleh tradisi
dan mengembangkannya
menjadi
suatu
langgam
yang
modern.
Kelanjutan
dari
arsitektur
vernakular

Ornamen sebagai
pelengkap, tidak
Lebih
meninggalkan
mementingkan fasat nilainilai
Bentuk
desain
atau
bentuk, setempat tetapi
lebih modern.
ornamen
sebagai dapat melayani
suatu keharusan.
aktifitas
masyarakat
didalam.

Sumber : Sonny Susanto, Joko Triyono, Yulianto Sumalyo (2013)

14
Universitas Sumatera Utara

2.2.

Perubahan dan Keberlanjutan (Change and Continuity)

2.2.1. Pengertian Perubahan dan Keberlanjutan (Change and Continuity)
Change adalah sesuatu yang sudah mengalami perubahan dan pergeseran

yang diakibatkan oleh perkembangan zaman ataupun perubahan budaya, ekonomi
pada masyarakat. Contohnya seperti penggunaan panggung pada rumah Melayu
yang saat ini sudah jarang kita temui.Sedangkangkan Continuity atau kontinuitas
adalah sesuatu yang terus berlanjut dan berkelangsungan berdasarkan periode
periode tertentu. Contohnya seperti penggunaan warna kuning pada bangunan
Melayu yang sudah ada dari zaman dahulu dan tetap berlanjut dan dipertahankan
sampai saat ini..Menurut Takari (2013) keberlanjutan (kesinambungan) adalah
meneruskan apa-apa yang telah diciptakan sebelumnya, dan mengaplikasikannya
secara fungsional di masa seni itu hidup.Perubahan menurut Alvin Toffler (1981)
dalam Orinaru (2012) seorang futuris dari Amerika Serikat mengatakan bahwa
perubahan bukan sekedar penting dalam kehidupan tetapi perubahan itu sendiri
adalah kehidupan.Jadi changeandcontinuity adalah sesuatu yang berlanjut atau
dipertahankan dari zaman dahulu hingga sekarang tetapi ada perubahan yang
terjadi bisa diakibatkan oleh perkembangan zaman atau akibat modernisasi dan
globalisasi.Modernisasi dan globalisasi pada perubahan dan keberlanjutan
diakibatkan oleh pembangunan yang terus- menerus oleh manusia. Menurut
Rahmi, D.H. dkk (2012) mengatakan bahwa perubahan-perubahan yang ada
sampai saat ini diperkirakan masih merupakan akibat dari dinamika pembangunan
yang terus berjalan, yang tidak dapat dihindari. Dinamika pembagunan adalah
modernisasi dari perkembangan dan kemajuan teknologi dan ekonomi.Walaupun

15
Universitas Sumatera Utara

perubahan

tidak dapat

dihindari

dalam suatu bangunan tetap

terjaga

keberlangsungannya atau kontinutasnya.
2.2.2. Perubahan dan Keberlanjutan Pada bangunan di Suatu Kawasan
Seperti yang sudah dijelaskan bahwa perubahan tidak dapat dihindari dari
suatu

bangunan

maupun.Perubahan

pada

bangunan

dipengaruhi

oleh

perkembangan teknologi dan ekonomi.Dari perkembangan teknologi dan ekonomi
inilah yang secara tidak langsung menciptakan masyarakat modern. Umumnya
masyarakat modern menginginkan bangunan yang berarsitektur modern juga
dikarenakan mengikuti gaya arsitektur luar.Seperti yang dikatakanUmri (2010)
bahwa penggunaan daun rumbia pada bahan atap rumah tinggal Melayu yang
dahulu

digunakan

oleh

masayarakat

Melayu

dan

sekarang

dengan

perkembangannya perubahan terjadi pada bahan atap.Saat ini masyarakat Melayu
menggunakan bahan atap pada rumah tinggal Melayu dengan bahan dari seng dan
genteng.

16
Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.1. Rumah tinggal Melayu yang menggunakan bahan daun rumbia
(Sumber: Survey langsung)

Gambar 2.2. Bangunan rumah tinggal Melayu di yang menggunakan bahan seng
(Sumber: Survey langsung)

17
Universitas Sumatera Utara

Hal ini telah membuktikan bahwa seiring kemajuan teknologi dan
ekonomi terjadi perubahan pada bangunan. Perubahan pada bangunan tidak
langsung begitu saja terjadi tetapi mengalami proses yang tidak sebentar.
Menurut Fram dan Weiler (continuity with change 1984) mengatakan bahwa pada
akhirnya kita melihat bahwa continuity and change adalah hal yang tidak
bertentangan.

Gambar 2.3. Bangunan yang mempertahankan peninggalan leluhur
(Sumber: ebook Continuity with Change)

Fram dan Weiler (continuity with change 1984) menambahkan bahwa
dalam kasus ini manusia memegang perubahan yang mempengaruhi dan
mengubah perubahan tersebut untuk keuntungan manusia itu sendiri. Kualitas
kehidupan sangat bergantung pada kemampuan manusia untuk mempertahankan,
dalam konteks melanjutkan perubahan, rasa tempat, rasa waktu, dan
kelayakannya. Banyak bangunan dan lanskap dari kawasan ini yang kita warisi
menunjukkan seberapa baik para leluhur. Sekarang, ketika perubahan lebih cepat

18
Universitas Sumatera Utara

dan biaya yang jauh lebih tinggi, manusia harus bekerja lebih keras untuk
merawat apa yang terbaik dari masa lalu yang telah ditinggalkan oleh leluhur.

Gambar 2.4. Bangunan yang mengalami perubahan dan keberlanjutan
(Sumber: ebook Continuity with Change)
Menurut Fram dan Weiler (continuity with change 1984) bahwa dunia
telah melihat banyak pertempuran antara mereka yang ingin mempertahankan
tradisi, status, dan mereka yang mencari revolusi.Dalam mempertahankan dan
merehabilitasi sifat nilai warisan tidak jauh dari konflik.Setiap generasi
tampaknya berusaha untuk membuktikan dirinya lebih baik, lebih maju, dari
pendahulunya. Generasi lainnya membangun kekuasaan mereka dengan
melampaui sejarah dan keturunan mereka dengan membangun kembali atau
mengubah lingkungan dalam gambaran masa depan. Perjuangan antara
historisisme dan modernisme selalu pahit, dan merupakan hal yang tak terelakkan.

19
Universitas Sumatera Utara

2.2.3. Peranan Perubahan dan Keberlanjutan Pada Bangunan
Perubahan pada bangunan menurut Ismudiyanto dan Haryadi, M.Arch
(1988-1989) dibagi menjdi dua bagian yaitu bagian pertama adalah bagian yang
konstan, yang disebut sebagai core atau inti adalah bagian bangunan yang tidak
berubah atau mengalami perubahan yang sangat perlahan.Bagian kedua adalah
bagian bangunan yang lain, yang disebut periphery atau nir inti adalah bagian dari
bangunan yang mengalami perubahan cepat.
Menurut Kevin Lynch (continuity with change 1984) mengatakan bahwa
perubahan dan pengulangan adalah perasaan hidup, hal berlalu, kematian yang
akan datang, begitupun dengan pengetahuan. Di dunia begitu banyak ciptaan
manusiayang terus menerus berganti dan sering membingungkan.Manusia
menjangkau

dunia

kemudian

mengubahnya

atau

melestarikannya

dan

membuatnya menjadi terlihat seperti keinginan.Argumen dari suatu perencanaan
yang kemudian menuju kepada perubahan.
Menurut Thompson dan Steiner (1997) dalam Rahmi (2012) perubahan
dapat mengarah ke peningkatan kualitas dan penurunan kualitas.Dari pendapat ini
perubahan dan keberlanjutan sangat perperan dalam kualitas suatu bangunan.
Perubahan dan Keberlanjutan itu juga saling berperan satu sama lain, seperti yang
dikatakan oleh Rahmi (2012) bahwa dimana ada perubahan di situ juga pasti ada
keberlanjutan.

20
Universitas Sumatera Utara

2.2.4. Perubahan dan Keberlanjutan Arsitektur
Stone (2012) keberlanjutan dalam arsitektur adalah sebuah konsep yang
berakar pada kontekstualisme, yaitu menganalisa dan memahami sifat dan kualitas
tempat atau kawasan perkotaan untuk mengembangkan unsur-unsur baru tetapi
tetap mempertahankan sifat dan karakter dari kawasan tersebut.

Gambar 2.5. Bangunan yang mempertahankan sifat kawasan
(Sumber: Golden apple boutique)

Sedangkan menurut Fram dan Weiler (continuity with change 1984)
mengatakan bahwa pembangunan baru harus kompatibel dengan bentuk dan pola
pembangunan tradisional. Tujuannya adalah untuk kesinambungan dengan
perubahan agar hubungannya harmonis antara masa lalu dan sekarang.

21
Universitas Sumatera Utara

2.3.

Arsitektur Melayu

2.3.1. Pengertian Arsitektur Melayu
Menurut Wahid dan Alamsyah (2013) arsitektur Melayu merupakan
bangunan yang dirancang berbentuk rumah tempat kediaman atau rumah tinggal.
Rumah merupakan hasil cara hidup masyarakat Melayu yang berpegang pada nilai
keluarga, adat, agama dan masyarakat banyak. Umri (2010) mengatakan bahwa
dalam mendirikan rumah masyarakat Melayu juga mempunyai kaidah-kaidah
yang berlandaskan pada adat, iklim dan syariat islam sehingga segalanya harus
diperhatikan, misalnya dalam segi religious, kesehatan, rezeki, dan lain-lain.
Pengaruh iklim dimanifestasikan dalam bentuk rumah berkolong/panggung dan
bertiang tinggi dengan banyak jendela yang ukurannya hampir sama tinggi dengan
pintu, banyaknya jendela dan lubang angin tujuannya untuk memberi udara dan
cahaya yang cukup bagi penghuninya. Hal itu juga di ungkapkan oleh Amanati
(2010), semua bangunan Melayu selalu memiliki tiang panggung, memiliki atap
miring yang lebar atapnya selalu lebih besar dari luas bangunan sehingga interior
menjadi lebih teduh dan nyaman, memiliki beranda atau teras, dan bukaan besar
di hampir seluruh dinding.
2.3.2. Bentuk Arsitektur Melayu
Menurut Umri (2010) mengatakan bahwa bentuk arsitektur Melayu adalah
rumah yang memakai kolong.Rumah seperti ini menurut Umri (2010) rumah
panggung. Pembangunan model rumah seperti ini , dapatlah dipahami bahwa

22
Universitas Sumatera Utara

rumah suku Melayu biasanya terletak di tepi pantai yang tidak jauh dari laut.
Menurut Umri (2010) mengatakan bahwa rumah Melayu pada umumnya
mempunyai bentuk yang sama. Seandainya ada perbedaan, hanyalah dalam hal
besar kecilnya rumah tersebut, sesuai dengan kedudukan dan martabat si
empunya.Umri (2010) menambahkan bahwa fungsi dari kolong rumah tersebut
yang pertama adalah penyelamat dari air pasang dan bahaya banjir.Di samping itu
sebagai pengaman dari ancaman binatang buas, sebagai tempat penyimpanan
perkakas-perkakas untuk bekerja.Menurut Wahid dan Alamsyah (2013) rumah
tinggal Melayu biasanya terdiri dari tiga bagian yaitu lantai, dinding, dan atap.
2.3.3. Elemen Arsitektur Melayu


Pintu
Pintu adalah salah satu elemen yang sangat penting dalam suatu rumah
tinggal ataupun bangunan.Pintu dalam rumah Melayu sangatlah penting
peletakannya dan biasanya mempunyai ornament – ornamen yang
memiliki arti. Menurut Wahid dan Alamsyah (2013) pintu rumah Melayu
biasanya terletak di depan rumah dan arahnya menyerong karena letak
seperti itu dinyakini lebih sopan. Pintu rumah Melayu dihadapkan ke arah
matahari terbit dan matahari terbenam.Posisi ini dipercaya guna memohon
rezeki dari Allah SWT.



Jendela
Menurut Wahid dan Alamsyah (2013) jendela dalam asli kata Melayu
disebut sebagai tingkap atau kauri. Jendela pada bangunan Melayu
biasanya memanjang ke atas dan berukuran sama tinggi dari pintu. Jendela

23
Universitas Sumatera Utara

dalam

arsitektur

Melayu

sangat

penting

dan

memiliki

ukiran-

ukiran.biasanya ukiran-ukiran dalam jendela Melayu bermotif sinar
matahari dan tumbuhan. Hal ini dijelaskan oleh Julaihi Wahid dan Bhakti
Alamsyah mengatakan jendela dibuat angina-angindari papan yang diukir
dengan motif sinar matahari atau tumbuhan bunga dan daun.


Dinding
Dinding dalam suatu bangunan adalah sebuah pemisah antara ruang satu
dengan ruang yang lain dan dinding juga berfungsi sebagai stuktur
pemikul beban yang diteruskan dari atap bangunan. Dinding dalam
arsitektur Melayu biasanya terbuat dari kayu. Menurut Wahid dan
Alamsyah (2013) dinding pada rumah Melayu bukan hanya sebagai unsur
struktur bangunan saja namun juga mengedepankan fungsi pelindung dan
simbolik.



Lantai
Menurut Wahid dan Alamsyah (2013) lantai rumah Melayu asli
mempunyai paras yang bertingkat-tingkat yang menunjukkan keutamaan
fungsi kegunaan ruang. Tingkat paling tinggi adalah rumah induk.



Atap
Atap adalah penutup bangunan yang fungsi utamanya melindungi bagian
dalam bangunan dari panas sinar matahari maupun air hujan.Menurut Aziz
(2009) atap adalah penutup bagian atas dari bangunan, termasuk rangka
yang mendukungnya.Menurut Umri (2010) Dahulu atap Melayu bahan
utamanya adalah daun rumbia, yang dianyam dan kebanyakan mempunyai

24
Universitas Sumatera Utara

daya tahan sampai 20 tahun.Umri (2010) menambahkan atap pada
bangunan Melayu dimodifikasi dengan bentuk mencuat ke kanan dan ke
kiri sehingga menampilkan bentuk yang sesuai dan indah.Atap dapur yang
mencuat ke atas bersimbolkan gajah minum dengan simbol kekuatan.

2.3.4. Penggunaan Warna Pada Arsitektur Melayu
Menurut Mahyudin Al Mudra (2004) penggunaan warna dalam Arsitektur
Melayu menggunakan 4 warna yaitu kuning, hijau, putih, dan coklat.


Kuning
Warna

kuning

dalam

keyakinan

masyarakat

Melayu

adalah

melambangkan kemegahan dan kesuburan serta kemakmuran dalam suatu
kehidupan.Warna kuning sering digunakan pada bangunan-bangunan
Melayu seperti Istana, Masjid, dan juga rumah penduduk.


Hijau
Pada umumnya warna hijau identik dengan agama islam. Sehingga warna
ini banyak digunakan oleh masyarakat Melayu pada bangunan Masjid
contohnya bisa dilihat dari Masjid Al Osmani di Belawan.



Putih
Warna putih dalam karakteristik melayu menurut Amini Padilla (2015)
melambangkan kesucian, dan dalam menjalankan suatu tugas sangat
dibutuhkan kejujuran agar terhindar dari kekerasan.



Coklat

25
Universitas Sumatera Utara

Warna coklat biasanya digunakan pada ornamen seperti ukiran pada kayu
dan digunakan juga pada lubang angin pada bangunan.

2.3.5. Penggunaan Ornamen Melayu
Penggunaan ornamen pada bangunan Melayu adalah hal yang wajib bagi
masyarakat Melayu karena ornamen merupakan ukiran-ukiran yang mempunyai
arti dan dipercayai oleh masyarakat Melayu.Ornamen biasanya diukir pada pintu,
jendela, tiang dll.Menurut Umri (2010) ornamen yang terdapat pada arsitektur
Melayu diukir sedemikian rupa oleh tangan-tangan terampil, telaten, dan cekatan
dengan penuh arti simbolis.
Menurut Umri (2010) mengatakan bahwa ornamen atau yang disebut juga
sebagai ragam hias adalah merupakan komponen seni yang sengaja dibuat untuk
tujuan sebagai hiasan. Selain mengandung unsur menghias factor keindahan
merupakan tujuan utamanya. Umri (2010) juga menambahkan bahwa ornamen
berfungsi sebagai mempercantik sehingga mempunyai nilai simbolik yang
berkaitan dengan falsafah hidup manusia maupun masyarakat tertentu. Menurut
Kartini (2014) berdasarkan motif hiasnya, motif ragam hias terbagi atas beberapa
jenis yaitu jenis motif tumbuh-tumbuhan, motif jenis hewan,motif jenis alam,
Motif Beraneka Ragam.
Menurut Umri (2010) bahwa penggunaan ornamen pada bangunan
arsitektur Melayu bukan hanya untuk keindahan dan simbolis saja, tetapi ornamen
yang digunakan pada bangunan Melayu bayak menggunakan ukiran terbuka
(terawang) yang berperan sebagai ventilasi (lubang angin) sehingga ruangan
26
Universitas Sumatera Utara

bangunan sirkulasi pertukaran udaranya cukup baik dan sempurna. Menurut
Wahid dan Alamsyah (2013) ornamen pada bangunan dapat ditemukan pada
bangunan rumah ibadah, rumah rakyat, dan hiasan alat senjata seperti keris,
pedang dan alat pakai sehari-hari (tempat sirih, kain tenunan dsb). Jenis ornamen
Melayu umumnya terdapat pada bagian rumah sebagai berikut :








Ornamen pada tudung angina
Ornamen pada lubang hawa (angina- angin)
Ornamen pada terali
Ornamen pada singab dalam dan penyekat

Tabel 2.2. Ornamen Melayu jenis tumbuh - tumbuhan

No

Gambar

1
Kelompok daun pakis

2
Genting tak putus

3
Bunga Kundur

Keterangan
Ditempatkan
pada
bidang
memanjang, seperti pada papan
tutup kaki dinding, daun pintu, lis
dinding, tiang dan lis ventilasi.Yang
termasuk kedalam kelompok ini
adalah semua bentuk bermotif
daun-daunan dan akar-akaran.
berbentuk tumbuhan bersulur dan
bergambar burung. Makna yang
terkandung adalah bahwa sesusahsusahnya
manusia
menjalanai
hidup, pasti ada batasnya karenanya
diharapkan manusia untuk selalu
bersabar dan tawakkal. Fungsi
ornamen ini adalah sebagai ventilasi
bagian dalam.
Motif ini diambil dari bentuk bunga
kundur (sejenis sayuran). Makna
dari
Bunga
Kundur
adalah
melambangkan ketabahan dalam
hidup.

27
Universitas Sumatera Utara

4
Bunga Melati

Motif ini diambil dari bunga melati.
Makna dari Bunga Melati ini adalah
melambangkan kesucian, dan selalu
dipergunakan di berbagai upacara
sebagai alat upacara
bunga manggis disebut juga tampuk
manggis. Bunga Manggis memiliki
makna kemegahan.

5
Bunga Manggis

Bunga cengkeh memiliki makna
kemegahan.

6

Bunga cengkeh
Bunga Melurini mempunyai makna
yang sama dengan Bunga Melati,
yaitu melambangkan kesucian.

7
Bunga Melur

Bunga cina disebut juga Bunga
Susun Kelapa. Bunga Cina ini
mempunyai makna keikhlasan hati

8
Bunga cina

Motif ini diambil dari pucuk bambu
yang baru tumbuhMotif ini
melambangan
kesuburan
dankebahagiaan dalam kehidupan
manusia

9
Pucuk Rebung

10
Bunga Ketola.

11
Bunga Kuda Laut.

28
Universitas Sumatera Utara

12

Bunga Kala Bukit

13
Bunga Sekaki

14
Bunga Kala

15
Daun Salada

16
Ornamen Bayam peraksi

17
Ornamen Bayam peraksi
Sumber. Tengku Luckman Sinar

29
Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.3. Ornamen Melayu motif hewan

No

Gambar

1
Semut beriring

Keterangan
Bentuknya mirip semut yang
beriringan.
Ukiran
ini
ditempatkan pada bidang yang
memanjang, seperti kerangka
pintu, lis dinding, pintu dan
jendela, tiang dan lain
sebagainya. Maknanya adalah
memiliki hidup rukun serta
penuh kegotongroyongan
ornamen
kuda
kencana
terletak pada signab bagian
luar dengan motif stilir
tumbuhan.

2
Pelana Kuda Kencana

Motif ikan melambangkan
kesuburan dan kemakmuran.

3
Ikan

4
Lebah bergantung
5

Itik sekawan

Ukiran ini disebut juga dengan
ombak-ombak. Motif lebah
bergantung mempunyai arti
yang baik bagi kesehatan
tubuh serta mendatangkan
manfaat bagi manusia.
Itik sekawan atau Itik Pulang
Petang, ukiran ini menurut
masyarakat Melayu memiliki
arti kerukunan dan ketertiban.

6
Ukiran naga melambangkan
kesuburan dan kemakmuran
serta,
kecerdikan
dan
kekuasaan.
Naga
Sumber. Tengku Luckman Sinar

30
Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.4. Ornamen Melayu motif alam

No

Gambar

1
Bintang-bintang

Keterangan
Ukiran
ini
biasanya
ditempelkan
pada
loteng
sebagai tempat tali gantungan
lampu, pada panel daun pintu
dan daun jendela.

2

Awan selimpat

3

Ukiran Awan Semayang

4

Ukiran Awan Boyan

5

Ukiran Awan Jawa

6
Ukiran Kiambang

31
Universitas Sumatera Utara

7

Awan larat
Sumber. Tengku Luckman Sinar
Tabel 2.5.Ornamen Melayu motif beraneka ragam

No

Gambar

Keterangan
Ragam hias jala-jala berbentuk
belah ketupat. disusun dengan
cara kayu yang sejajar dan
saling berlawanan arah. Ragam

1

hias jala-jala dipasang pada
Ragam hias jala-jala

kasa pintu, kasa jendela rumah
rakyat.

Ragam

hias

lekuk-lekuk
disesuaikan
biola,

2

yang

ini

berbentuk

tebukan
dengan

yang
bentuk

terbentuk

dari

kepingan papan yang diukir
kemudian disatukan. Fungsinya
hanya sebagai pagar.

Ragam hias Terali Biola

3

Ragam hias ricih wajid atau
gigi
belalang,
berbentuk
potongan wajid. Ornamen ini
biasanya
diletakkan
pada
tudung angin atau lisplank

32
Universitas Sumatera Utara

Ricih Wajid

bangunan.

4

Ornamen pada ventilasi
Sumber. Tengku Luckman Sinar

33
Universitas Sumatera Utara