Analisa Perubahan Penggunaan Ornamen Melayu pada Rumah tinggal di Kota Medan

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Jurusan Teknik Arsitektur

Jl. Dr. Mansyur No. 09 Padang Bulan, Medan

LAMPIRAN

Bapak/Ibu yang saya hormati,

Saya mahasiswa jurusan Teknik Arsitektur Universitas Sumatera Utara. Dalam hal ini sedang melakukan penelitian dalam menyelesaikan tugas mata kuliah Skripsi. Kuisioner ini berhubungan dengan persepsi anda mengenai ornament Melayu pada bangunan rumah tinggal dan pemerintahan di Kota Medan. Hasil kuisioner ini tidak dipublikasikan melainkan untuk kepentingan penelitian semata.

Atas bantuan, kesediaan waktu, dan kerjasamanya, saya ucapkan terima kasih.

DATA RESPONDEN

 Umur : ……….. Tahun

 Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan

 Pendidikan terakhir : 1. Dimanakah anda tinggal?

฀………

2. Sudah berapa lama anda tinggal dirumah tinggal anda yang sekarang?

฀≤ 5 tahun ฀ 20 tahun

฀ 10 tahun ฀….tahun

3. Apakah rumah tinggal yang anda tempati sekarang adalah rumah anda sendiri?

฀ Iya ฀ Tidak

4. Apakah rumah tinggal yang anda tempati sekarang adalah rumah yang anda bangun sendiri?

฀ Iya ฀ Tidak

5. Pada tahun berapakah anda membangun rumah?

฀………..

6. Berapa usia rumah tinggal anda sekarang?

฀……tahun

7. Material apa yang anda gunakan pada bangunan rumah tinggal anda?

฀ Batu Bata ฀Kayu


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Jurusan Teknik Arsitektur

Jl. Dr. Mansyur No. 09 Padang Bulan, Medan

8. Berapa luas bangunan rumah tinggal anda?

฀………m2

9. Berapa lantai bangunan rumah tinggal anda?

฀1 lantai ฀3 lantai

฀2 lantai ฀…lantai

10.Apakah anda mengetahui ornamen Melayu?

฀Mengetahui ฀Tidakmengetahui

11.Apakah anda mengetahui ornamen ornamen dibawah ini? Beri tanda pada ornamen yang anda ketahui.

Kelompok daun pakis

Genting tak putus

Bunga Kundur Bunga Melati

Bunga Manggis

Bunga cengkeh


(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Jurusan Teknik Arsitektur

Jl. Dr. Mansyur No. 09 Padang Bulan, Medan

Bunga Kala

Daun Salada

Ornamen Bayam peraksi Ornamen Bayam peraksi

Gambar

Semut beriring

Lebah bergantung

Pelana Kuda Kencana

Itik sekawan

Ikan


(4)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Jurusan Teknik Arsitektur

Jl. Dr. Mansyur No. 09 Padang Bulan, Medan

Gambar

Bintang-bintang

Ukiran Kiambang

Awan selimpat Ukiran Awan Boyan

Ukiran Awan Semayang Ukiran Awan Jawa

Gambar

Ragam hias jala-jala Ricih Wajid


(5)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Jurusan Teknik Arsitektur

Jl. Dr. Mansyur No. 09 Padang Bulan, Medan

12.Apakah anda menggunakan ornamen Melayu pada bangunan rumah tinggal anda? ฀Ya

฀Tidak

13.Ornamen Melayu apa yang anda gunakan pada bangunan rumah tinggal anda?

฀………...

14.Menurut anda pentingkah penggunaan ornamen Melayu pada bangunan rumah tinggal dan bangunan lainnya di Kota Medan?

฀Ya, alasannya... ...

฀Tidak, alasannya ... ... 15.Kenapa anda tidak menggunakan ornament Melayu pada bangunan rumah tinggal

anda?

฀Biaya yang mahal

฀Sudah ketinggalan jaman

฀Tidak Menarik

฀Alasan lainnya……….

16.Apakah leluhur (kakek. Nenek, Ayah, ibu, saudara) anda dahulu pernah menggunakan ornamen Melayu pada bangunan rumah tinggal?

฀Iya ฀Tidak

17.Apakah menurut anda ornamen Melayu mengalami perubahan?

฀Iya ฀Tidak

18.Apakah masih ada ornamen Melayu yang masih bertahan hingga saat ini?

฀ Ada (sebutkan)………


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, Dwi Retno Sri (2008). Kontinuitas dan Perubahan Vastusastra pada Bangunan Joglo Yogyakarta, Universitas Negeri Yogyakarta.

Amanati, Ratna (2010). Kearifan Arsitektur Melayu dalam Menanggapi Lingkungan Tropis, Teknik Arsitektur Universitas Riau Najoan, Stephanie Jill, Mandey, Johansen, 2011. Transformasi sebagai Trategi Desain. Vol 8 NO 2.

Fram dan Weiler (1984). Continuity with Change,Planning for the conservation of man-made heritage.Toronto and Charlottetown.

Ismudiyanto dan Haryadi (1988-1989). Kontinuitas dan Perubahan dari Bangunan Tradisional Jawa di Kotagede dalam Hubungan dengan Pengaruh Kebudayaan Belanda. Media Teknik. Jurnal.

Julaihi Wahid dan Bhakti Alamsyah (2013). Jelajah Identifikasi Arsitektur di Sumatera Utara, Graha Ilmu.

Kartini, Ayu (2014). Analisa penerapan ornamen bernuansa Melayu ditinjau dari bentuk dan warna di Kota Medan, Universitas Negeri Medan.

Moleong, L, J (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Muhadjir, Noeng (2000). Metode Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Rake Sarasin

Nazir, Mohammad (1999). Metode Penelitian, Edisi Ketiga. Jakarta : Ghalia Indonesia


(7)

Prawoto, Amran E. Makna simbolikRagam Hias Pada Arsitektur Rumah Melayu. Perpustakaan Tengku Luckman Sinar.

Rahmi, D.H. dkk (2012). Pusaka saujana Borobudur:Perubahan dan kontinuitasnya (Borobudur Cultural Landscape: Change and Continuity) Jurusan Arsitektur dan Perencanaan, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada.

Sinar, Tengku Luckman, SH, (1993). Motif dan Ornamen Melayu. Lembaga pembinaan dan pengembangan seni budaya Melayu (SATGAS- MABMI)

Stone, Sally (2012). Continuity in Architecture, Manchester school of Architecture, University of East London, Docklands Campus. Conference Proceedings.

Thompson, G. F. dan Steiner, F. R. (ed), (1997). Ecological Design and Planning, John Wiley & Sons, Inc, New York.

Takari, Muhammad (2013). Kesenian Melayu : Kesinambungan, Perubahan, dan strategi budaya. Departemen etnomusikologi FIB USU dan Majelis adat Budaya Melayu Indonesia (MABMI).

Umri, Syahwan Hadi, (2010). Ragam Hias Arsitektur Rumah Melayu. Mitra Aksara Panaitan.


(8)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Menurut Moleong (2002) penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun rekayasa manusia. Selanjutnya Moleong (2002) mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah suatu penelitian ilmiah, yang bertujuan untuk memahami suatu fenomena dalam konteks sosial secara alamiah dengan mengedepankan proses interaksi komunikasi yang mendalam antara peneliti dengan fenomena yang diteliti misalnya prilaku, persepsi, motivasi, dan tindakan.

3.2. Variabel Penelitian

Menurut Silaen S. dan Widiyono (2013) variabel merupakan segala sesuatu dalam berbagai nilai, yaitu suatu fenomena yang dapat memperlihatkan sesuatu yang dapat diobservasi dan diukur. Sedangkan variabel menurut Muhadjir (2000) adalah objek penelitian yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Variabel dalam penelitian ini adalah persepsi atau pendapat masyarakat Melayu tentang jarang ditemukan penggunaan ornamen Melayu pada rumah tinggal di Kota Medan.


(9)

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Melayu di Kota Medan.

Sampel adalah sebagian jumlah dan karakteristik dari populasi tersebut, yang hendak dijadikan penelitian. Dalam penelitian ini akan digunakan teknik sampling acak secara proporsional dengan stratifikasi (Proportionate Stratified Random Sampling). Teknik sampling acak dibagikan pada organisasi masyarakat Melayu yaitu Laskar Melayu Hangtuah dengan menggunakan rumus Slovin yaitu : h = N / 1 + Ne2. Dari data Laskar Melayu Hangtuah diketahui bahwa ada ± 1000 anggota di Kota Medan. Hasil rumus Slovin dari ±1000 didapatkan hasil 91 kuesioner dengan toleransi kesalahan 10%. Peneliti menambahkan 9 kuesioner lagi agar genap menjadi 100 kuesioner.

3.4. Metode Pengumpulan Data

Jenis pengumpulan data yang digunakan ada dua yaitu pengumpulan data primer dan pengumpulan data sekunder.

3.4.1. Pengumpulan Data Primer

Data primer (sumber data utama) adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya (subyek penelitian), diamati dan dicatat, yang dilakukan melalui wawancara, hasil kuisoner dan observasi (pengamatan). Observasi atau


(10)

pengamatan dapat diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Observasi yang digunakan adalah observasi partisipasi, di mana peneliti terlibat langsung dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Data primer dalam penelitian ini adalah kuesioner yang dibagikan ke responden.

3.4.2. Pengumpulan Data Sekunder

Menurut Moleong (2002) data sekunder adalah data yang tidak dilakukan secara langsung oleh peneliti, seperti buku, majalah ilmiah, arsip, dokumentasi pribadi dan resmi dan sebagainya. Data sekunder dalam penelitian ini adalah yang berkaitan dengan teori.

3.5. Lokasi Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini ditetapkan sesuai keberadaan masyarakat Melayu yang mengisi kuesioner yaitu masyarakat Melayu yang berdomisili di Kota Medan. Masyarakat Melayu yang mengisi kuesioner adalah organisasi masyarakat Melayu yaitu Laskar Melayu Hangtuah.

3.6. Metoda Analisis Data

Menurut Moleong (2002) metoda analisis data merupakan proses mengatur urutan data, mengorganisasikan dalam suatu pola dan ukuran untuk dijadikan suatu kesimpulan. Jadi, analisis berdasar pada data yang telah diperoleh


(11)

dari penelitian yang sifatnya terbuka. Berdasarkan uraian diatas, maka metoda analisis data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

3.6.1. Reduksi data

Reduksi data adalah termasuk dalam kategori pekerjaan metoda data. Data yang berupa catatan lapangan sebagai bahan mentah, dirangkum, diseleksi. Masing-masing dimasukkan tema yang sama atau permasalahan yang sama.

Jadi laporan yang berasal dari lapangan sebagai bahan mentah, disingkat dan dirangkum, direduksi, disusun lebih sistematis, difokuskan pada pokok-pokok yang penting sehingga lebih mudah dikendalikan dan mempermudah peneliti dalam mencari kembali data yang diperoleh jika diperlukan.

3.6.2. Display Data

Hasil reduksi perlu mendisplay secara tertentu untuk masing-masing pola, kategori, fokus, tema yang hendak dipahami dan dimengerti persoalannya. Display data dapat membantu peneliti untuk dapat melihat gambaran keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari hasil penelitian.

3.6.3. Kesimpulan

Muara dari kesimpulan kegiatan análisis data kualitatif terletak pada penuturan tentang apa yang dihasilkan, dapat dimengerti berkenaan dangan suatu masalah yang diteliti. Dari sinilah lahir kesimpulan atau permasalahan yang bobotnya tergolong komprehensif dan mendalam. Hal ini akan sangat bergantung pada kemampuan peneliti dalam :


(12)

 Merinci fokus masalah yang benar-benar menjadi pusat perhatian untuk ditelaah secara mendalam

 Melacak, mencatat, mengorganisasikan setiap data yang relevan untuk masing-masing fokus masalah yang telah ditelaah

 Manyatakan apa yang dimengerti secara utuh tentang suatu masalah yang diteliti.


(13)

BAB IV

DATA RESPONDEN

4.1. Umur

Responden berdasarkan umur tidak ditentukan oleh peneliti tetapi ditentukan oleh responden yang mengisi. Responden yang paling muda adalah berumur 24 tahun dan paling yang tua adalah 67 tahun (Usia lanjut). Responden yang lebih banyak berumur > 40 tahun yaitu 47%, dan umur 30 – 40 tahun sebanyak 34%. Sedangkan responden yang mempunyai nilai terendah adalah umur 24 – 30 tahun yaitu 19%. Responden berdasarkan umur dapat dilihat pada diagram dibawah ini.

Diagram 4.1. Responden Berdasarkan Umur 19%

34%

47%

Umur


(14)

4.2. Jenis Kelamin

Responden berdasarkan jenis kelamin. Laki- laki adalah responden yang paling banyak mengisi yaitu sebanyak 91% berbanding sangat jauh dari perempuan yaitu hanya 9%. Responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada diagram dibawah ini.

Diagram 4.2. Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 91%

9%

Jenis Kelamin Laki - laik Perempuan


(15)

4.3. Pendidikan Terakhir

Responden berdasarkan pendidikan terakhir. Responden yang paling banyak mengisi adalah berpendidikan SMA yaitu 76%, dan S1 sebanyak 17%. Sedangkan responden yang mempunyai nilai terendah adalah S2 dan SMP yaitu 4% dan 3%. Responden berdasarkan pendidikan terakhir dapat dilihat pada diagram dibawah ini.

Diagram 4.3. Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir 3%

69%

24%

4%

Pendidikan Terakhir


(16)

4.4. Data Pertanyaan Kuesioner Berdasarkan Variabel Yang Dinilai 4.4.1. Pengetahuan Terhadap Ornamen Melayu

Berdasarkan hasil penelitian dari seluruh kuesioner yang dibagikan bahwa pengetahuan responden terhadap ornamen Melayu lebih banyak yang mengetahui, yaitu sebanyak 97 %. Sedangkan responden yang tidak mengetahui lebih sedikit yaitu 3 %. Pengetahuan responden terhadap ornamen Melayu dapat dilihat pada diagram di bawah ini.

Diagram 4.4. Responden Berdasarkan Pengetahuan Terhadap Ornamen Melayu

4.4.2. Jenis Ornamen Melayu Yang Paling Banyak Diketahui

Jenis ornamen Melayu yang paling banyak diketahui oleh responden hanya ada tiga jenis ornamen. Ketiga jenis ornamen tersebut adalah lebah bergantung, bunga kuda laut, dan kelompok daun pakis. Responden lebih banyak mengetahui ornamen lebah bergantung yaitu sebanyak 30%. Ornamen bunga kuda laut dan kelompok daun pakis sama – sama 6%. Sedangkan ragam hias jala-jala

97%

3% Mengetahui Tidak mengetahui


(17)

lebih sedikit yaitu 2%. Responden yang tidak mengetahui (mengisi) kuesioner jenis ornamen Melayu adalah 38% dari total keseluruhan. Jenis ornamen Melayu yang paling banyak diketahui oleh responden dapat dilihat pada gambar diagram dibawah ini.

Diagram 4.5. Ornamen Melayu Yang Paling Banyak Diketahui

4.4.3. Penggunaan Ornamen Melayu Pada Rumah Tinggal Oleh Leluhur

Berdasarkan data yang diperoleh bahwa responden lebih banyak mengatakan bahwa dahulu leluhur mereka menggunakan ornamen Melayu pada rumah tinggal yaitu sebanyak 79 %. Sedangkan leluhur yang tidak menggunakan adalah 21%. Penggunaan ornamen Melayu pada rumah tinggal oleh leluhur dapat dilihat pada diagram dibawah ini.

30%

6% 6% 5%

2% 3%

5% 5%

38%

Lebah bergantung Bunga kuda laut Kelompok daun pakis

Bunga sekaki Semut beriring Bintang-bintang


(18)

Diagram 4.6. Penggunaan Ornamen Melayu Pada Rumah Tinggal Oleh Leluhur

4.4.4. Penggunaan Ornamen Melayu pada Rumah Tinggal

Penggunaan ornamen Melayu pada rumah tinggal, diketahui bahwa responden banyak yang tidak menggunakan ornamen pada rumah tinggal yaitu sebanyak 86 %. Sedangkan responden yang menggunakan ornamen pada rumah tinggal lebih sedikit yaitu 14 %. Penggunaan ornamen Melayu pada rumah tinggal dapat dilihat pada gambar diagram dibawah ini.

Diagram 4.7. Penggunaan Ornamen Melayu Pada Rumah Tinggal 79%

21%

Iya Tidak

14%

86%


(19)

4.4.5. Ornamen Melayu Yang Digunakan Pada Rumah Tinggal

Ornamen lebah bergantung adalah ornamen yang paling banyak digunakan pada bangunan rumah tinggal yaitu 38%. Sedangkan ornamen bunga melur dan jala – jala sama yaitu 15%. Ornamen semut beriring, awan boyan, bintang – bintang, dan pucuk rebung sama – sama 8%. Ornamen Melayu yang digunakan pada rumah tinggal dapat dilihat pada gambar diagram dibawah ini.

Diagram 4.8. Ornamen Melayu Yang Digunakan Pada Rumah Tinggal

4.4.6. Alasan Mengapa Tidak Menggunakan Ornamen Pada Rumah Tinggal

Alasan mengapa tidak menggunakan ornamen Melayu pada rumah tinggal diketahui bahwa responden lebih banyak mengatakan alasan biaya yang mahal yaitu 76 % dan alasan lainnya sebanyak 22 %. Sedangkan untuk alasan sudah ketinggalan jaman dan tidak menarik yaitu sama – sama 1 %. Alasan mengapa

38%

15%

8% 8% 8% 8%

15%

Lebah bergantung Bunga Melur Semut beriring Awan boyan


(20)

tidak menggunakan ornamen Melayu pada rumah tinggal dapat dilihat pada diagram dibawah ini.

Diagram 4.9. Alasan Mengapa Tidak Menggunakan Ornamen Melayu Pada Rumah Tinggal

4.4.7. Rumah Yang Ditempati Sekarang Adalah Rumah Sendiri

Responden lebih banyak yang mempunyai rumah sendiri yaitu 67%. Sedangkan responden yang tidak mempunyai rumah sendiri yaitu 33%. Rumah tinggal yang ditempati adalah rumah tinggal sendiri dapat dilihat pada diagram dibawah ini

Diagram 4.10. Rumah Tinggal Yang Ditempati Adalah Rumah Sendiri 65%

1% 1%

19%

Biaya yang mahal Sudah Ketiggalan jaman Tidak Menarik Alasan Lainnya

67%

33%


(21)

4.4.8. Rumah Yang Ditempati Adalah Rumah Yang Dibangun Sendiri

Responden lebih banyak tidak membangun rumah tinggal sendiri yaitu sebanyak 69 %. Sedangkan responden yang membangun rumah tinggal sendiri sebanyak 31%. Rumah tinggal yang ditempati adalah rumah tinggal yang dibangun sendiri dapat dilihat pada gambar diagram dibawah ini.

Diagram 4.11. Rumah Yang Ditempati Adalah Rumah Yang Dibangun Sendiri

4.4.9. Tahun Pembangunan Rumah Tinggal

Tahun pembangunan rumah tinggal responden lebih banyak dibangun diatas tahun 2000 yaitu 56% dan dibangun pada tahun 1986 – 2000 yaitu 21%. Sedangkan yang paling sedikit adalah dibangun sekitaran tahun 1966 – 1985 yaitu 9%. Tahun pembangunan rumah tinggal yang ditempati dapat dilihat pada diagram dibawah ini.

31%

69%


(22)

Diagram 4.12. Tahun Pembangunan Rumah Tinggal Yang Ditempati

4.4.10. Lama Tinggal Dirumah Yang Sekarang

Responden banyak yang menjawab lama tinggal pada rumah yang sekarang adalah 10 tahun sampai 20 tahun yaitu 35%. 1 tahun sampai 10 tahun 30%. Sedangkan yang menjawab >40 tahun adalah yang paling sedikit yaitu 12%. Berapa lama tinggal di rumah yang sekarang dapat dilihat pada gambar diagram dibawah ini.

Diagram 4.13. Berapa Lama Tinggal Dirumah Yang Sekarang 14%

9%

21%

56%

1945 - 1965 1966 - 1985 1986 - 2000 > 2000

30%

35%

23%

12%


(23)

4.4.11. Usia Rumah Tinggal

Responden paling banyak tidak mengisi (tidak tahu) yaitu 68%. Yang mengisi (menjawab)10 tahun – 20 tahun yaitu 11%. Sedangkan yang paling sedikit menjawab adalah 20 tahun – 30 tahun yaitu 3%. Usia rumah tinggal dapat dilihat pada gambar diagram dibawah ini.

Diagram 4.14. Usia Rumah Tinggal

4.4.12. Jumlah Lantai Rumah Tinggal

Responden yang mempunyai rumah tinggal satu lantai lebih banyak yaitu 74% dibandingkan dengan bangunan rumah tinggal dua lantai yaitu 26% sedangkan untuk bangunan tiga lantai dan seterusnya tidak ada yaitu 0%. Jumlah lantai rumah tinggal yang sekarang dapat dilihat pada diagram dibawah ini.

9% 11%

3%

9%

68%

1 tahun - 10 tahun 10 tahun - 20 tahun 20 tahun - 40 tahun


(24)

Diagram 4.15. Jumlah Lantai Rumah Tinggal

4.4.13. Material Dasar Yang Digunakan Pada Rumah Tinggal

Responden lebih banyak menggunakan batu bata sebagai bahan dasar rumah tinggal yaitu sebanyak 78%, dan responden yang menggunakan bahan dasar kayu lebih sedikit yaitu 5%. Sedangkan yang menggunakan bahan lainnya yaitu 17 %. Penggunaan batu bata, kayu dan bahan lainnya dapat dilihat pada diagram dibawah ini.

74%

26%

0% 0%


(25)

Diagram 4.16. Material Yang Digunakan Pada Rumah Tinggal

4.4.14. Luas Rumah Tinggal

Luas bangunan yang paling banyak adalah > 90. Tipe 70 dan 90 sama – sama 26%. Sedangkan tipe yang paling sedikit adalah tipe 45 yaitu 11%. Luas rumah tinggal yang ditempati dapat dilihat pada gambar diagram dibawah ini.

Diagram 4.17. Luas Bangunan Rumah Tinggal 78%

5%

17%

Batu Bata Kayu Lainnya

11%

26% 26%

37%


(26)

4.4.15. Kawasan Rumah Tinggal

Responden banyak yang bertempat tinggal pada kawasan urban (perkotaan) yaitu sebanyak 71%, dan pada kawasan rural (pedesaan) atau pinggiran Kota sebanyak 26%. Sedangkan pada kawasan industrial park paling sedikit yaitu 3%. Lokasi rumah tinggal dapat dilihat pada gambar diagram dibawah ini.

Diagram 4.18. Lokasi Rumah Tinggal

4.4.16. Kepentingan Penggunakan Ornamen Melayu Pada Rumah Tinggal Dan Bangunan Lainnya

Responden lebih banyak merasa pentingnya penggunaan ornamen Melayu pada bangunan rumah tinggal dan lainnya di Kota Medan yaitu sebanyak 95%. Sedangkan responden yang tidak merasa pentingnya penggunaan ornamen Melayu pada rumah tinggal dan bangunan lainnya lebih sedikit yaitu 5%.

57%

21%

2%


(27)

Pentingkah penggunaan ornamen Melayu pada bangunan rumah tinggal dan bangunan lainnya oleh responden dapat dilihat pada diagram dibawah ini.

Diagram 4.19. Pentingkah Menggunakan Ornamen Melayu Pada Rumah Tinggal Dan Bangunan Lainnya

4.4.17. Perubahan Pada Ornamen Melayu

Responden banyak yang mengatakan bahwa ornamen Melayu tidak mengalami perubahan dengan persentase 76%. Sedangkan yang mengatakan mengalami perubahan hanya 24%. Perubahan pada ornamen Melayu dapat dilihat pada diagram di bawah ini.

95

5


(28)

Diagram 4.20. Perubahan Pada Ornamen Melayu

4.4.18. Ornamen Melayu Yang Bertahan Hingga Saat Ini

Responden lebih banyak mengatakan bahwa masih ada ornamen Melayu yang bertahan hingga saat ini yaitu 97%. Sedangkan yang mengatakan tidak ada yang bertahan hanya 3%. Responden menjawab ornamen yang bertahan adalah ornamen lebah bergantung. Tetapi ada juga responden yang tidak mengerti tentang ornamen Melayu. Dengan mengatakan bahwa ornamen yang masih bertahan hingga saat ini adalah Istana Maimun dan kantor Camat, Lurah di Kota Medan.Yang mereka sebutkan adalah bangunan yang menggunkan ornamen Melayu bukan ornamennya. Ornamen Melayu yang bertahan hingga saat ini dapat dilihat pada diagram dibawah ini.

24%

76%


(29)

Diagram 4.21. Ornamen Melayu Yang Bertahan Hingga Saat Ini 97%

3%


(30)

BAB V ANALISA HASIL

5.1. Analisa berdasarkan Umur

Berdasarkan data yang telah diketahui bahwa responden lebih banyak berumur > 40 tahun yaitu 47%, dan umur 30 – 40 tahun sebanyak 34% sedangkan responden yang mempunyai nilai terendah adalah umur 24 – 30 tahun yaitu 19%.

Dari data di atas dapat dianalisa bahwa responden yang mengisi kuesioner 81 % adalah usia diatas 30 tahun yaitu dari penjumlahan umur > 40 tahun dengan umur 30 – 40 tahun (47% + 34% = 81%). Pengisian ini memenuhi kebutuhan dari yang diharapkan karena diasumsikan pada umur seperti ini sudah dewasa dan rata – rata sudah menikah dan sudah memiliki rumah. Responden yang sudah dewasa sudah bertanggung jawab atas kondisi rumah tinggal yang ditempati dan dapat merawat dan memperbaiki jika rumah yang ditempati mengalami kerusakan.

5.2. Analisa Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan data pada jenis kelamin diketahui bahwa laki – laki adalah yang paling banyak mengisi kuesioner yaitu 91%. Dari data tersebut dapat dianalisa bahwa pengisian ini sesuai dengan kebutuhan yang diharapkan karena diasumsikan laki – laki adalah kepala rumah tangga (yang memiliki rumah). Dengan kebiasaan masyarakat Melayu yang memegang syariat Islam dimana laki – laki sangat berpengaruh dalam pengambilan keputusan dalam rumah tangga


(31)

tidak terkecuali dalam pembangunan rumah tinggal. Laki – laki juga mengerti bila terjadi kerusakan pada rumah tinggal dan diharapkan mampu untuk merawat dan memperbaiki jika terjadi kerusakan pada rumah.

5.3. Analisa Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Berdasarkan data yang diketahui bahwa responden banyak berpendidikan terakhir SMA yaitu 76%, dan S1 sebanyak 17% sedangkan responden yang mempunyai nilai terendah adalah S2 dan SMP yaitu 4% dan 3%. Dari data tersebut dapat dianalisa bahwa pengisian ini memenuhi kebutuhan, karena diasumsikan responden lebih banyak yang berpendidikan bahkan responden yang paling sedikit berpendidikan SMP. Responden yang berpendidikan diasumsikan mengetahui ornamen Melayu dari bangku pendidikan (sekolah) dan mereka dapat mempelajari ornamen Melayu melalui buku – buku. Responden yang berpendidikan diharapkan mampu mempelajari dan membedakan yang mana ornamen Melayu dan yang bukan, bahkan responden dapat mengetahui penempatan ornamen Melayu pada bagian – bagian rumah tinggal dan mengetahui makna apa yang ada pada ornamen tersebut.


(32)

5.4. Analisa Pertanyaan Kuesioner Berdasarkan Variabel Yang Dinilai

5.4.1. Analisa Pengetahuan Terhadap Ornamen Melayu

Berdasarkan data yang telah diketahui bahwa responden lebih banyak mengetahui ornamen Melayu yaitu sebanyak 97 % sedangkan responden yang tidak mengetahui ornamen Melayu lebih sedikit yaitu 3 %. Dari data tersebut dapat dianalisa bahwa pengetahuan responden terhadap ornamen Melayu masih banyak yang mengetahui dibandingkan dengan yang tidak mengetahui ornamen Melayu. Banyaknya responden yang mengetahui ornamen Melayu membuktikan bahwa masyarakat Melayu di Kota Medan masih banyak yang mengenal dan mempertahankan peninggalan leluhur mereka tentang ornamen Melayu. Jumlah responden yang tidak mengetahui ornamen Melayu (3%) membuktikan bahwa perubahan terjadi pada pengetahuan responden terhadap ornamen Melayu dimana jumlah yang mengetahui tidak mencapai 100%. Sedangkan dari contoh – contoh ornamen Melayu yang dibagikan kepada responden membuktikan bahwa keberlanjutan terjadi pada ornamen Melayu. Keberlanjutan yang terjadi yaitu masih adanya masyarakat yang mengetahui ornamen Melayu.


(33)

5.4.2. Analisa Jenis Ornamen Melayu Yang Paling Banyak Diketahui

Berdasarkan teori yang didapat ada 30 jenis ornamen Melayu, diketahui bahwa hanya ada tiga jenis ornamen Melayu yang paling banyak diketahui oleh responden. Ketiga jenis ornamen tersebut adalah lebah bergantung, bunga kuda laut, dan kelompok daun pakis.

Data di atas dapat dianalisa bahwa dari 30 jenis ornamen Melayu hanya ada 8 jenis ornamen Melayu yang diketahui oleh responden dan ornamen yang paling banyak diketahui adalah lebah bergantung. Sedangkan ada 22 jenis ornamen Melayu yang tidak lagi diketahui (dikenal) oleh responden. Berdasarkan pernyataan responden diketahui bahwa banyaknya ornamen Melayu yang tidak diketahui (dikenal) mengalami perubahan dan keberlanjutan. Perubahan yang terjadi pada ornamen yang tidak diketahui terjadi karena banyaknya responden yang tidak menggunakan ornamen Melayu dan saat ini sangat jarang ornamen Melayu ditemui tetapi, masih ada ornamen yang bertahan hingga saat ini yaitu 8 jenis ornamen yang telah disebutkan pada data diatas. Peneliti menyimpulkan bahwa yang mengetahui ornamen Melayu tidak sebanyak 97% tetapi dapat diasumsikan dengan 97% -38% = 59%. Jadi responden yang mengetahui ornamen Melayu adalah 59% dengan lebah bergantung sebagai ornamen yang paling banyak diketahui. Ornamen Melayu yang mengalami perubahan adalah ornamen yang sudah tidak diketahui lagi oleh responden yaitu ada 22 ornamen. 22 ornamen tersebut adalah bunga melati, genting tak putus, bunga kendur, bunga cengkeh, bunga manggis, bunga melur, bunga cina, bunga kala, daun salada, bayam praksi, pelana kuda kencana, itik sekawan, naga, ikan, kiambang, awan boyan, awan


(34)

selimpat, awan Jawa, awan semayang. Sedangkan ornamen yang masih bertahan ada delapan ornamen yaitu ornamen lebah bergantung, bunga sekaki, ragam hias jala – jala, bunga kuda laut, semut beriring, ricih wajid, kelompok daun pakis, dan bintang – bintang.

5.4.3. Analisa Penggunaan Ornamen Melayu pada Rumah Tinggal Oleh Leluhur

Responden lebih banyak mengatakan bahwa dahulu leluhur mereka menggunakan ornamen Melayu pada bangunan rumah tinggal yaitu 79 % , sedangkan leluhur yang tidak menggunakan ornamen Melayu pada bangunan rumah tinggal adalah 21%.

Berdasarkan data diatas dapat dianalisa bahwa leluhur responden dahulu menggunakan ornamen Melayu pada rumah tinggal. Penggunaan ornamen Melayu oleh leluhur responden dapat membuktikan bahwa dahulu masyarakat Melayu banyak yang bangga dengan ornamen Melayu dan dijadikan simbol rumah tinggal dimana hal tersebut dapat membedakan jenis rumah tinggal mereka dengan rumah tinggal masyarakat lainnya. Sekarang penggunaan ornamen Melayu pada rumah tinggal responden sebagian dipengaruhi oleh kekeluargaan karena leluhur pakai maka responden pakai. Saat ini sebagian penggunaan ornamen Melayu pada rumah tinggal sudah mengalami perubahan dimana responden yang menggunakan ornamen Melayu pada rumah tinggal hanya 14% saja. Sedangkan yang masih bertahan yaitu sebanyak 14% menggunakan ornamen Melayu pada rumah tinggal.


(35)

5.4.4. Analisa Penggunaan Ornamen Melayu Pada Rumah Tinggal

Penggunaan ornamen Melayu pada bangunan rumah tinggal diketahui bahwa responden banyak yang tidak menggunakannya. Responden hanya mengetahui saja ornamen Melayu tetapi tidak menggunakannya pada bangunan rumah tinggal sendiri 86%. Hanya sebagian kecil saja yang menggunakan ornamen Melayu pada bangunan rumah tinggalnya 14%. Pernyataan responden di atas dapat dianalisa bahwa penggunaan ornamen Melayu pada bangunan rumah tinggal mengalami perubahan dan keberlanjutan (Change and Continuity). Perubahan yang terjadi yaitu dahulu leluhur responden menggunakan ornamen pada rumah tinggal tetapi sekarang sebagian besar responden tidak menggunakannya lagi pada rumah tinggal. Keberlanjutan yang terjadi yaitu masih ada responden yang menggunakan ornamen Melayu pada rumah tinggal mereka walaupun hanya sebagian kecil saja. Hal ini membuktikan bahwa sebagian responden ingin mempertahankan peninggalan leluhur mereka dengan masih mempertahankan penggunaan ornamen Melayu pada rumah tinggal.

5.4.5. Analisa Ornamen Melayu yang Digunakan Pada Rumah Tinggal

Ornamen lebah bergantung adalah ornamen yang paling banyak digunakan pada bangunan rumah tinggal yaitu 38%, sedangkan ornamen bunga melur dan jala – jala sama yaitu 15%. Sedangkan ornamen semut beriring, awan boyan, bintang – bintang, dan pucuk rebung sama – sama 8%.

Berdasarkan data diatas diketahui bahwa ornamen lebah bergantung adalah jenis ornamen yang paling banyak digunakan oleh responden pada rumah


(36)

tinggal, hal ini membuktikan pertanyaan jenis ornamen Melayu yang paling banyak diketahui dimana lebah bergantung adalah ornamen yang paling banyak diketahui oleh responden. Peneliti menyimpulkan bahwa salah satu faktor yang membuat lebah bergantung banyak diketahui oleh responden adalah karena lebah bergantung banyak juga digunakan pada rumah tinggal dan bangunan lainnya di Kota Medan hal ini menunjukkan bahwa continuity terjadi pada penggunaan ornamen Melayu di rumah tinggal responden.

5.4.6. Analisa Mengapa Tidak Menggunakan Ornamen Melayu Pada Rumah Tinggal

Responden lebih banyak mengatakan alasan biaya yang mahal yaitu 76 % , alasan lainnya sebanyak 22 %, sedangkan untuk alasan sudah ketinggalan jaman dan tidak menarik yaitu sama – sama 1 %.

Berdasarkan data diatas bahwa responden tidak menggunakan ornamen Melayu pada bangunan rumah tinggal karena alasan biaya yang mahal. Penggunaan ornamen Melayu memang memerlukan biaya yang mahal karena ukiran ornamen Melayu sangat sulit dan tukang yang mengerjakan juga sangat sulit dijumpai saat sini. Bahan yang digunakan adalah kayu yang berkualis agar tidak cepat rusak dan saat ini untuk mencari kayu yang berkualitas baik sangat mahal, hal ini yang menjadikan andil dalam perubahan yang terjadi pada penggunaan ornamen Melayu di rumah tinggal. Dahulu masyarakat tidak susah mencari bahan kayu yang bagus untuk pembuatan ornamen Melayu dan biayanya tidak terlalu mahal karena dahulu bahan yang digunakan sangat mudah


(37)

didapatkan. Berdasarkan penjelasan di atas bahwa perubahan terjadi pada penggunaan ornamen Melayu di rumah tinggal karena biaya yang mahal dan masyarakat yang miskin.

5.4.7. Rumah yang ditempati sekarang adalah rumah sendiri

Responden lebih banyak yang mempunyai rumah sendiri yaitu 67% sedangkan responden yang tidak mempunyai rumah sendiri yaitu 33%.

Berdasarkan data di atas bahwa responden lebih banyak yang mempunyai rumah sendiri. Diasumsikan bahwa responden yang mempunyai rumah sendiri dapat dengan leluasa menggunakan ornamen Melayu pada rumah tinggal. Responden yang mempunyai rumah sendiri akan mampu melakukan perawatan dan perbaikan bila terjadi kerusakan pada rumah tinggal. Responden yang memiliki rumah sendiri dapat diasumsikan kedalam kelompok masyarakat golongan menengah ke atas (kaya) dan responden yang belum memiliki rumah tinggal sendiri dapat dikelompokkan kedalam masyarakat golongan menengah ke bawah (miskin) jadi continuity bisa terjadi karena adanya responden yang kaya karena mampu membeli rumah dan menggunakan ornamen Melayu pada rumah tinggal tersebut.


(38)

5.4.8. Analisa Rumah Yang Ditempati Adalah Rumah Yang Dibangun Sendiri

Responden lebih banyak tidak membangun rumah tinggal sendiri (membeli langsung jadi) yaitu sebanyak 69 % sedangkan responden yang membangun rumah tinggal sendiri sebanyak 31%.

Berdasarkan data diatas bahwa dari 67% responden yang mempunyai rumah tinggal sendiri dibagi lagi menjadi dua bagian yaitu rumah tinggal yang dibangun sendiri dengan rumah tinggal yang dibeli langsung jadi. Persentase yang paling banyak adalah dari 67% responden yang mempunyai rumah sendiri 69% nya membelinya secara rumah langsung jadi dan hanya 31% yang membangun rumah tinggal tinggal sendiri. Responden yang membeli rumah langsung jadi akan sulit menggunakan ornamen Melayu pada rumah tersebut karena rumah langsung jadi kebanyakan modelnya tidak sesuai dengan rumah adat Melayu disamping itu jika dilakukan renovasi pada rumah tersebut akan mengeluarkan biaya yang mahal. Hal inilah salah satu faktor yang mempengaruhi responden tidak menggunakan ornamen Melayu pada rumah tinggal. Berdasarkan analisa di atas bahwa perubahan yang terjadi pada penggunaan ornamen Melayu pada rumah tinggal terjadi karena responden saat ini membeli rumah langsung jadi tidak membangunnya langsung.


(39)

5.4.9. Analisa Tahun Pembangunan Rumah Tinggal

Pembangunan rumah tinggal responden lebih banyak dibangun diatas tahun 2000 yaitu 56%, dan dibangun pada tahun 1986 – 2000 yaitu 21%, sedangkan yang paling sedikit adalah dibangun sekitaran tahun 1966 – 1985 yaitu 9%.

Berdasarkan data di atas bahwa pembangunan rumah tinggal responden banyak dilakukan sekitaran tahun 2000 an, dimana pada tahun tersebut bentuk bangunan yang dibangun adalah bangunan modern dan banyak dibangun pada area perumahan. Rumah tinggal modern sangat jauh berbeda dengan rumah tinggal yang menggunakan ornamen Melayu, hal ini salah satu yang mempengaruhi responden tidak menggunakan ornamen Melayu. Pernyataan ini sesuai dengan pernyataan responden pada pertanyaan analisa rumah tinggal yang ditempati adalah rumah yang dibeli langsung jadi tidak dibangun sendiri. Perubahan yang terjadi pada penggunaan ornamen Melayu dirumah tinggal terjadi karena pada tahun 2000 an rumah yang dibangun adalah rumah modern yang tidak sesuai dengan rumah yang dibangun dahulu yaitu bangunan rumah Melayu.

5.4.10. Analisa Berapa lama tinggal dirumah yang sekarang

Responden lebih banyak tinggal rata – rata pada 10 sampai 20 tahun yaitu 35%. Dan 1 sampai 10 tahun 30%, sedangkan >40 tahun adalah yang paling sedikit yaitu 12%.


(40)

Berdasarkan data di atas bahwa responden sudah lama tinggal pada rumah tinggal mereka yaitu rata – rata 20 tahun. Pernyataan ini tidak berkorelasi dengan pernyataan responden pada pertanyaan analisa tahun pembangunan rumah tinggal yang diketahui bahwa responden menbangun rumah di atas tahun 2000 an, jika dihitung sampai saat ini responden paling lama tinggal adalah 15 tahun. Pernyataan responden di atas pada pertanyaan tahun pembangunan rumah tinggal diketahui bahwa responden membangun rumah tinggal di atas tahun 2000 an dimana pada era tersebut bangunan yang dibangun adalah bangunan modern tetapi pada pernyataan responden berapa lama tinggal dirumah sekarang banyak yang mengatakan 10 sampai 20 tahun. Kesimpulannya adalah jika dilihat dari berapa lama tinggal dirumah yang sekarang dapat diketahui bahwa rumah tinggal yang mereka ditempati adalah rumah modern.

5.4.11. Analisa Usia Rumah Tinggal

Responden paling banyak tidak mengisi (tidak tahu) usia rumah tinggal yaitu 68%. Sedangkan yang tahu usia rumah tinggal 10 tahun – 20 tahun yaitu 11%, dan yang paling sedikit tahu usia rumah tinggal adalah 20 tahun – 30 tahun yaitu 3%.

Berdasarkan data di atas bahwa responden banyak yang tidak mengetahui tahun berapa pembangunan rumah tinggal mereka. Jawaban pernyataan responden di atas tentang usia rumah tinggal sesuai dengan jawaban pertanyaan responden tentang lebih banyak membeli rumah langsung jadi. Karena jika mereka membeli rumah langsung jadi maka mereka tidak akan tahu kapan pembangunan rumah


(41)

tersebut. Hal ini berkorelasi dengan jawaban tentang rumah yang ditempati adalah rumah yang dibangun sendiri. Perubahan terjadi pada penggunaan ornamen Melayu dirumah tinggal berdasarkan dari usia rumah tinggal diketahui bahwa jawaban responden tidak membangun rumah tinggal sendiri tetapi membelinya langsung jadi. Rumah langsung jadi tidak menggunakan ornamen Melayu karena rumah yang dibangun adalah rumah modern. Dahulu leluhur membangun rumah tinggal dengan menggunakan ornamen Melayu. Akan tetapi saat ini sudah mengalami perubahan karena responden tidak menggunakan ornamen Melayu pada rumah tinggal.

5.4.12. Analisa Jumlah Lantai Rumah Tinggal

Responden yang mempunyai rumah tinggal satu lantai lebih banyak yaitu 74% dibandingkan dengan bangunan rumah tinggal dua lantai yaitu 26% sedangkan untuk bangunan tiga lantai dan seterusnya tidak ada yaitu 0%.

Berdasarkan data di atas responden jauh lebih banyak menggunakan rumah tinggal satu lantai dibandingkan rumah yang dua lantai (bertingkat) hal ini tidak mempengaruhi responden untuk menggunakan ornamen Melayu pada rumah tinggal karena ornamen Melayu sebenarnya bisa saja digunakan pada pintu, jendela, dan ventilasi. Berdasarkan teori dahulu rumah tinggal Melayu berkolong saat ini rumah tinggal yang ditempati responden tidak berkolong maka rumah tinggal yang ditempati oleh responden saat ini mengalami perubahan yaitu dari rumah yang berkolong menjadi rumah yang tidak berkolong.


(42)

5.4.13. Analisa Material Yang Digunakan pada Rumah Tinggal

Responden lebih banyak menggunakan batu bata sebagai bahan dasar rumah tinggal yaitu sebanyak 78% sedangkan responden yang menggunakan bahan dasar kayu lebih sedikit yaitu 5% dan yang menggunakan bahan lainnya yaitu 17 %.

Diasumsikan bahwa responden yang menggunakan bahan kayu adalah masyarakat miskin. Sedangkan responden yang menggunakan bahan dasar batu bata adalah masyarakat kaya. Berdasarkan data di atas bahwa jawaban pertanyaan yang paling banyak tentang material yang digunakan pada rumah tinggal adalah batu bata. Jika responden kaya maka mampu membeli bahan dan memberi upah untuk tukang yang mengerjakannya. Jika responden miskin maka tidak mampu untuk membeli bahan dan mempekerjakan tukang karena bahan yang digunakan saat sangat sulit ditemukan dan harganya mahal. Tukang untuk mengerjakan ukiran ornamen Melayu pun sangat sulit ditemukan dan upahnya mahal.

5.4.14. Analisa Luas Rumah Tinggal

Luas rumah tinggal yang paling banyak adalah > 90. Tipe 70 dan 90 sama – sama 26% sedangkan tipe yang paling sedikit adalah tipe 45 yaitu 11%.

Berdasarkan data di atas bahwa luas rumah tinggal responden lebih banyak > 90 m2. Hal ini membuktikan bahwa responden adalah dari masyarakat golongan menengah keatas karena bangunan rumah tinggal yang bertipe >90 m2 adalah termasuk rumah yang cukup besar. Jika rumah tinggal luas maka banyak tempat


(43)

yang bisa digunakan untuk penempatan ornamen Melayu. Ornamen Melayu banyak digunakan pada bagian ventilasi, pintu, jendela, tiang, lisplank, dan lain – lain dari bagian – bagian rumah ini maka ornamen yang diketahui lebih banyak lagi karena banyak yang digunakan pada bagian – bagian rumah tinggal. Jika rumah tinggal tidak luas maka ornamen yang digunakan pada rumah tinggal sedikit. Kesimpulannya adalah jika banyak ornamen yang digunakan pada rumah tinggal maka ornamen Melayu pada rumah tersebut mengalami keberlanjutan karena ornamen yang digunakan tetap tetapi jika rumah tinggal tidak luas maka sedikit ornamen yang digunakan yang mengakibatkan perubahan terjadi pada penggunaan ornamen Melayu.

4.2.15. Analisa Kawasan Rumah Tinggal

Responden banyak yang bertempat tinggal pada kawasan urban (perkotaan) yaitu sebanyak 71%, dan pada kawasan rural (Pedesaan) atau pinggiran kota sebanyak 26%. Sedangkan pada kawasan industrial park paling sedikit yaitu 3%.

Berdasarkan data diatas bahwa responden yang tidak menggunakan ornamen Melayu pada bangunan rumah tinggal sebagian dipengaruhi oleh lokasi (kawasan) rumah tinggal responden, dimana pada kawasan perkotaan rata – rata bangunan rumah tinggal dijadikan perumahan (rumah langsung jadi). Peneliti melihat hal inilah yang menyebabkan responden banyak yang tidak menggunakan ornamen Melayu pada bangunan rumah tinggal karena rumah yang mereka beli sudah tidak sesuai dengan bangunan rumah tinggal adat Melayu yang mempunyai


(44)

ciri – ciri penggunaan ornamen Melayu. Perubahan yang terjadi pada rumah tinggal adalah karena saat ini pembangunan rumah tinggal diperkotaan sudah banyak membangun dengan tipe rumah modern.

4.2.16. Kepentingan penggunaan Ornamen Melayu pada bangunan rumah tinggal dan bangunan lainnya

Responden lebih banyak merasa pentingnya penggunaan ornamen Melayu pada bangunan rumah tinggal dan lainnya di Kota Medan yaitu sebanyak 95 % sedangkan responden yang tidak merasa pentingnya penggunaan ornamen Melayu pada bangunan rumah tinggal dan bangunan lainnya lebih sedikit yaitu 5 %.

Berdasarkan data di atas bahwa responden merasa pentingnya penggunaan ornamen Melayu pada bangunan rumah tinggal dan lainnya di Kota Medan dengan berbagai banyak alasan. Alasan responden yang paling banyak dari kuesioner adalah untuk melestarikan ornamen Melayu, karena kota Medan tanah Deli, dan identitas. Pernyataan responden tidak berkorelasi dengan pertanyaan analisa penggunaan ornamen Melayu pada rumah tinggal yaitu responden tidak menggunakan ornamen Melayu pada rumah tinggal tetapi banyak yang mengatakan bahwa penggunaan ornamen sangat penting pada bangunan rumah tinggal dan bangunan lainnya. Peneliti mengasumsikan bahwa responden merasa penting penggunaan ornamen Melayu pada rumah tinggal dan bangunan lainnya tetapi responden meninggalkan ornamen Melayu dengan cara tidak menggunakannya pada rumah tinggal. Terjadi perubahan pada penggunaan ornamen Melayu dirumah tinggal dimana dahulu ornamen Melayu digunakan


(45)

pada rumah tinggal dan saat ini sudah jarang digunakan oleh responden pada rumah tinggal.

5.4.17. Analisa Perubahan pada Bentuk Ornamen Melayu

Responden lebih banyak mengatakan bahwa ornamen Melayu tidak mengalami perubahan yaitu 76% , sedangkan yang mengatakan mengalami perubahan adalah 24 %.

Berdasarkan data diatas bahwa menurut responden bentuk ornamen Melayu di Kota Medan tidak mengalami perubahan. Pernyataan responden tidak sesuai dengan teori yang ada. Jika dibandingkan ornamen yang ada pada teori dengan jenis ornamen Melayu saat ini yang masih ada dilapangan maka dapat terlihat perubahan yang terjadi. Salah satu perubahan bentuk ornamen yang terjadi adalah bentuk ornamen lebah bergantung. Jika dilihat pada teori ujung ornamen lebah bergantung tidak runcing tetapi saat ini yang masih ada di lapangan ornamen lebah bergantung pada ujungnya adalah runcing. Sedangkan yang masih tetap bertahan pada bentuk ornamen lebah bergantung adalah pada warnanya.

5.4.18. Analisa Ornamen Melayu Yang Bertahan Hingga Saat Ini

Responden lebih banyak mengatakan bahwa masih ada ornamen Melayu yang bertahan hingga saat ini yaitu 97 % , sedangkan yang mengatakan tidak ada yang bertahan adalah 3 %.

Berdasarkan data diatas bahwa menurut responden masih ada ornamen Melayu yang bertahan hingga saat ini di Kota Medan. Ornamen yang paling


(46)

banyak bertahan yang disebutkan responden adalah ornamen lebah bergantung. Pernyataan responden tentang ornamen Melayu yang bertahan hingga saat ini sesuai dengan yang ada di lapangan. Tetapi ada sebagian responden yang tidak mengerti tentang peletakan ornamen Melayu. Responden mengatakan bahwa ornamen yang masih bertahan hingga saat ini adalah Istana Maimun dan kantor Camat, Lurah di Kota Medan. Pernyataan responden tersebut tidak sesuai karena pertanyaannya adalah ornamen Melayu yang masih bertahan hingga saat ini sedangkan yang mereka jawab adalah bangunan yang menggunakan ornamen Melayu bukan ornamennya.


(47)

5.5. Pembahasan

Berdasarkan pertanyaan tentang pengetahuan responden terhadap ornamen Melayu, diketahui bahwa yang mengetahui ornamen Melayu sebanyak 97%. Jawaban pertanyaan pengetahuan responden terhadap ornamen Melayu tidak sesuai atau tidak berkorelasi dengan jawaban pertanyaan lainnya yaitu jenis ornamen yang paling banyak diketahui dan jawaban pertanyaan penggunaan ornamen Melayu pada rumah tinggal. Jawaban responden tentang jenis ornamen yang paling banyak diketahui adalah dari 30 jenis ornamen yang ada hanya 8 ornamen saja yang diketahui. Sedangkan ada 22 jenis ornamen yang tidak diketahui. Jawaban pertanyaan lainnya adalah responden banyak yang tidak menggunakan ornamen Melayu pada rumah tinggal. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa ketertarikan responden terhadap ornamen Melayu sudah berkurang karena banyak yang sudah tidak mengetahui dan tidak menggunakannya pada rumah tinggal.

Perubahan (Change) yang terjadi pada pertanyaan analisa pengetahuan responden terhadap ornamen Melayu adalah dari jawaban responden banyak yang tidak mengetahui ornamen Melayu dan dari 30 jenis ornamen Melayu hanya 8 ornamen saja yang diketahui oleh responden.

Pertanyaan analisa jenis ornamen Melayu yang paling banyak diketahui oleh responden adalah dari 30 jenis ornamen Melayu hanya 8 ornamen saja yang diketahui dan ada 22 ornamen yang tidak diketahui. Ornamen yang diketahui oleh responden adalah lebah bergantung, bunga sekaki, ragam hias jala – jala, bunga


(48)

kuda laut, semut beriring, ricih wajid, kelompok daun pakis, dan bintang – bintang. Ornamen lebah bergantung adalah ornamen yang paling banyak diketahui oleh responden. Pertanyaan analisa jenis ornamen Melayu yang paling banyak diketahui yaitu ornamen lebah bergantung sesuai dengan pertanyaan analisa ornamen Melayu yang digunakan pada rumah tinggal. Ornamen yang digunakan pada rumah tinggal adalah ornamen lebah bergantung. Dari jawaban responden di atas dapat disimpulkan bahwa saat ini tidak semua ornamen Melayu diketahui oleh masyarakat Melayu. Hanya sebagian kecil saja yang masih diketahui oleh masyarakat Melayu dan ornamen lebah bergantung adalah ornamen yang paling banyak diketahui kerena ornamen lebah bergantung yang paling banyak digunakan pada rumah tinggal.

Perubahan (Change) yang terjadi pada pertanyaan analisa jenis ornamen Melayu yang paling banyak diketahui adalah banyak jenis ornamen Melayu yang sudah tidak diketahui oleh responden. Responden hanya mengetahui ornamen lebah bergantung, bunga sekaki, ragam hias jala – jala, bunga kuda laut, semut beriring, ricih wajid, kelompok daun pakis, dan bintang – bintang.

Pertanyaan analisa penggunaan ornamen Melayu pada rumah tinggal oleh leluhur, diketahui bahwa 79% menggunakan ornamen Melayu pada rumah tinggal. Jawaban pertanyaan tentang penggunaan ornamen Melayu pada rumah tinggal oleh leluhur tidak sesuai atau tidak berkorelasi dengan jawaban pertanyaan lainnya yaitu penggunaan ornamen Melayu pada rumah tinggal. Diketahui bahwa banyak yang tidak menggunakan ornamen pada rumah tinggal. Alasan responden


(49)

tidak menggunakan ornamen Melayu karena biaya yang mahal. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian responden yang tidak menggunakan ornamen Melayu pada rumah tinggal diakibatkan karena biaya yang mahal dan bagi sebagian responden yang menggunakan ornamen Melayu pada rumah tinggal dikarenakan pengaruh dari kekeluargaan karena leluhur memakai maka responden ikut memakai.

Perubahan (Change) yang terjadi pada pertanyaan analisa penggunaan ornamen Melayu pada rumah tinggal oleh leluhur adalah saat ini responden banyak yang tidak menggunakan ornamen Melayu pada rumah tinggal hanya sebagian kecil saja yang menggunakannya yaitu 14%. Perubahan terjadi karena biaya yang mahal dimana saat ini untuk mencari tukang dan kayu yang digunakan untuk pembuatan ornamen Melayu sangat sulit.

Pertanyaan analisa mengapa tidak menggunakan ornamen Melayu pada rumah tinggal diketahui bahwa responden banyak mengatakan biaya yang mahal. Jawaban pertanyaan responden tentang mengapa tidak menggunakan ornamen Melayu pada rumah tinggal tidak sesuai atau tidak berkorelasi dengan jawaban pertanyaan lainnya yaitu tentang rumah yang ditempati adalah rumah sendiri dengan persentase sebanyak 67% dan jawaban pertanyaan tentang luas rumah tinggal dengan tipe 90 dan tipe >90 persentasenya sebanyak 63%. Jawaban pertanyaan rumah tinggal yang ditempati adalah rumah sendiri dan jawaban pertanyaan luas rumah tinggal menunjukkan bahwa responden adalah masyarakat kaya. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa alasan responden tidak


(50)

menggunakan ornamen Melayu karena biaya yang mahal tidak sesuai karena responden adalah masyarakat kaya.

Perubahan (Change) yang terjadi pada pertanyaan analisa mengapa tidak menggunakan ornamen Melayu pada rumah tinggal adalah karena saat ini untuk menggunakan ornamen Melayu pada rumah tinggal membutuhkan biaya yang mahal. Perubahan terjadi karena biaya yang mahal dimana saat ini untuk mencari tukang dan kayu yang digunakan untuk pembuatan ornamen Melayu sangat sulit.

Pertanyaan analisa rumah yang ditempati adalah rumah sendiri, diketahui bahwa sebanyak 67% memiliki rumah sendiri. Jawaban pertantaan ini dapat disimpulkan bahwa responden menggunakan ornamen Melayu dan dapat menjaga, merawat ornamen jika terjadi kerusakan. Jawaban pertanyaan di atas tidak sesuai atau tidak berkorelasi dengan jawaban pertanyaan lainnya yaitu tentang penggunaan ornamen Melayu pada rumah tinggal. Diketahui bahwa jawaban responden adalah tidak menggunakan ornamen Melayu pada rumah tinggal sebanyak 86%. Namun dari jawaban pertanyaan lainnya yaitu tentang penggunaan ornamen Melayu pada rumah tinggal oleh leluhur diketahui bahwa leluhur menggunakan ornamen Melayu, dengan persentase sebanyak 79%. Jawaban pertanyaan – pertanyaan di atas membuktikan bahwa leluhur tidak memaksakan penerusnya (responden) untuk tetap menggunakan ornamen Melayu pada rumah tinggal. Perubahan (Change) yang terjadi pada pertanyaan analisa rumah yang ditempati milik sendiri adalah dahulu leluhur menggunakan ornamen


(51)

Melayu tetapi saat ini banyak responden yang sudah tidak menggunakan ornamen Melayu.

Pertanyaan analisa rumah yang ditempati adalah rumah yang dibangun sendiri, diketahui bahwa sebanyak 69% responden tidak membangun rumah sendiri (membeli langsung jadi). Jawaban pertanyaan ini sesuai dengan jawaban pertanyaan tentang mengapa tidak menggunakan ornamen Melayu pada rumah tinggal. Alasannya karena banyak responden yang tidak membangun rumah tinggal sendiri. Jawaban pernyataan inilah yang mengakibatkan banyak responden tidak menggunakan ornamen Melayu pada rumah tinggal. Rumah yang tidak dibangun sendiri (rumah dibeli langsung jadi) tidak ada yang menggunakan ornamen Melayu. Biasanya rumah yang dibangun langsung jadi ditujukan untuk masyarakat luas (tidak memandang suku tertentu) maka rumah yang dibangun adalah rumah modern. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa rumah yang tidak dibangun sendiri (dibeli langsung jadi) adalah rumah yang tidak menggunakan ornamen Melayu karena rumah yang dibangun adalah rumah modern.

Perubahan (Change) yang terjadi pada pertanyaan analisa rumah yang ditempati adalah rumah yang dibangun sendiri adalah banyak responden yang membeli rumah langsung jadi yang tidak menggunakan ornamen Melayu karena rumah yang dibeli langsung jadi biasanya adalah rumah modern.

Pertanyaan analisa material yang digunakan pada rumah tinggal diketahui bahwa responden banyak yang menjawab menggunakan bahan batu bata.


(52)

Responden yang menjawab bahan batu bata sebanyak 78%. Jawaban pertanyaan tentang material yang digunakan sesuai dengan jawaban pertanyaan lainnya yaitu jawaban pertanyaan tentang luas rumah tinggal dan jawaban pertanyaan tentang rumah yang ditempati adalah rumah sendiri. Dari jawaban pertanyaan - pertanyaan di atas dapat disimpulkan bahwa responden adalah masyarakat kaya dimana rumah yang ditempati adalah rumah sendiri yaitu sebanyak 67% dengan luas rumah >90 m2 sebanyak 37%, tipe 90m2 sebanyak 26%.

Pertanyaan analisa kawasan rumah tinggal diketahui bahwa responden banyak yang bertempat tinggal pada kawasan perkotaan (urban). Dimana pada kawasan ini rumah yang dibangun adalah rumah modern. Jawaban pertanyaan tentang kawasan rumah tinggal sesuai dengan jawaban pertanyaan lainnya yaitu tentang mengapa tidak menggunakan ornamen Melayu pada rumah tinggal dan tentang rumah yang ditempati adalah rumah yang dibangun sendiri. Berdasarkan jawaban pertanyaan – pertanyaan diatas dapat disimpulkan bahwa responden tidak menggunakan ornamen Melayu pada rumah tinggal karena rumah yang ditempati adalah rumah yang tidak dibangun sendiri dan berada pada kawasan perkotaan (urban). Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kawasan perkotaan (urban) adalah kawasan yang penggunaan ornamen Melayu pada rumah tinggal sangat jarang karena rumah tinggal pada kawasan tersebut adalah rumah tinggal modern

Perubahan (Change) yang terjadi pada pertanyaan analisa kawasan rumah tinggal adalah karena saat ini banyak responden yang bertempat tinggal pada


(53)

kawasan perkotaan (urban) dimana pada kawasan perkotaan rumah yang dibangun adalah rumah modern.

Pertanyaan analisa tentang pentingnya penggunaan ornamen Melayu pada bangunan rumah tinggal dan bangunan lainnya, diketahui bahwa sebanyak 95% responden mengatakan bahwa ornamen Melayu penting digunakan pada rumah tinggal dan bangunan lainnya. Alasannya adalah Kota Medan tanah Deli dan penggunaan ornamen Melayu adalah Identitas. Jawaban dari pertanyaan ini tidak sesuai atau tidak berkorelasi dengan jawaban pertanyaan lainnya yaitu tentang penggunaan ornamen Melayu pada rumah tinggal. Dimana banyak responden menjawab tidak menggunakan ornamen Melayu pada rumah tinggal, akan tetapi responden memberikan alasan bahwa penggunaan ornamen Melayu pada rumah tinggal adalah identitas. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa responden mengakui ornamen Melayu penting digunakan sebagai identitas, tetapi tidak menggunakannya pada rumah tinggal mereka.

Perubahan (Change) yang terjadi pada jawaban pertanyaan kepentingan penggunaan ornamen Melayu pada bangunan rumah tinggal adalah pola pikir responden terhadap pentingnya penggunaan ornamen Melayu.

Pertanyaan analisa perubahan yang terjadi pada ornamen Melayu, diketahui bahwa jawaban responden banyak yang mengatakan tidak mengalami perubahan yaitu sebanyak 76%. Jawaban pertanyaan di atas tidak sesuai atau tidak berkorelasi dengan jawaban pertanyaan lainnya yaitu jenis ornamen yang paling banyak diketahui dan jawaban pertanyaan tentang ornamen yang masih bertahan


(54)

hingga saat ini. Jawaban responden tentang jenis ornamen yang diketahui adalah dari 30 jenis ornamen hanya 8 ornamen saja yang diketahui. Sedangkan jawaban tentang ornamen yang masih bertahan, responden banyak yang menjawab bahwa ornamen yang bertahan hingga saat ini adalah bangunan Istana Maimun dan kantor pemerintahan di Kota Medan. Yang responden jawab adalah bangunan yang menggunakan ornamen Melayu bukan ornamen Melayu yang bertahan. Dari jawaban pertanyaan tentang ornamen yang masih bertahan diketahui bahwa responden banyak yang tidak mengenal ornamen Melayu. Jawaban pertanyaan – pertanyaan di atas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan responden tentang ornamen Melayu sudah mengalami perubahan. Perubahan yang terjadi adalah karena saat ini kurangnya pengenalan ornamen Melayu oleh leluhur terhadap responden.

Pertanyaan ornamen Melayu yang bertahan hingga saat ini, diketahui bahwa sebanyak 97% ornamen Melayu tidak berubah. Jawaban dari pertanyaan ini tidak sesuai dengan pemahaman responden tentang penggunaan ornamen Melayu. Dimana responden mengatakan bahwa ornamen yang masih bertahan hingga saat ini adalah bangunan Istana Maimun dan kantor pemerintahan di Kota Medan seperti kantor Camat, Lurah, dan lain lain. Yang responden sebutkan adalah bangunan yang menggunakan ornamen Melayu bukan bentuk ornamennya. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa responden sudah tidak memahami penggunaan peletakan ornamen Melayu.


(55)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan ornamen Melayu pada rumah tinggal mengalami perubahan (Change). Perubahan penggunaan ornamen Melayu pada rumah tinggal terjadi karena biaya yang mahal dan bahan yang digunakan untuk ornamen Melayu sudah sulit didapatkan. Faktor yang mempengaruhi responden tidak menggunakan ornamen Melayu pada rumah tinggal adalah karena rumah tinggal yang ditempati tidak dibangun sendiri atau rumah yang dibeli langsung jadi dan responden banyak yang bertempat tinggal pada kawasan perkotaan (urban) dimana pada kawasan ini rumah yang dibangun adalah rumah modern.

6.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap ornamen Melayu maka peneliti memberikan saran yang diharapkan dapat menjadi masukan dan bahan pertimbangan yaitu :

Pemerintah diharapkan mampu mengajak masyarakat khususnya masyarakat Melayu untuk menggunakan ornamen Melayu pada bangunan rumah tinggal dan bangunan lainnya karena dikhawatirkan ornamen Melayu hilang. Pemerintah juga diharapkan tidak mengajak masyarakat Melayu saja tetapi mengajak masyarakat suku lainnya di Kota medan karena masyarakat Kota Medan saat ini bukan hanya masyarakat Melayu saja tetapi ada banyak lagi suku


(56)

lainnya seperti batak, Nias, Jawa, dll. Bukan hanya pemerintah masyarakat juga harus ikut andil dalam menjaga dan melestarikan ornamen Melayu khusus untuk masyarakat Melayu, seharusnya dapat memelihara dan mempertahankan ornamen Melayu pada bangunan rumah tinggal dan bangunan lainnya dengan cara menggunakan ornamen Melayu pada bangunan rumah tinggal sendiri.

Penelitian ini dapat menjadi dasar untuk penelitian selanjutnya yang lebih detail tentang jarangnya penggunaan ornamen Melayu di kota Medan (hilang). Selain itu perlu adanya penelitian lebih lanjut yang respondennya lebih heterogen sehingga diketahui secara detail apa yang menyebabkan ornamen Melayu benar – benar hilang di Kota Medan.


(57)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Neo Vernakular

Neo Vernakular adalah salah satu paham atau aliran yang berkembang pada era Post Modern yaitu aliran arsitektur yang muncul pada pertengahan tahun 1960-an, Post Modern lahir disebabkan pada era modern timbul protes dari para arsitek terhadap pola-pola yang berkesan monoton (bangunan berbentuk kotak-kotak).Oleh sebab itu, lahirlah aliran-aliran baru yaitu Post Modern.

Menurut Charles A. Jenck ada 6(enam) aliran yang muncul pada era Post Modern diantaranya, historiscism, straight revivalism, neo vernakular, contextualism, methapor dan post modern space. Menurut Budi A Sukada (1988) dari semua aliran yang berkembang pada Era Post Modern ini memiliki 10 (sepuluh) ciri-ciri arsitektur sebagai berikut.

 Mengandung unsur komunikatif yang bersikap lokal atau populer.  Membangkitkan kembali kenangan historik.

 Berkonteks urban.

 Menerapkan kembali teknik ornamentasi.  Bersifat representasional (mewakili seluruhnya).  Berwujud metaforik (dapat berarti bentuk lain).  Dihasilkan dari partisipasi.


(58)

 Bersifat plural.  Bersifat ekletik.

Untuk dapat dikategorikan sebagai arsitektur post modern tidak harus memenuhi kesepuluh dari ciri-ciri diatas. Sebuah karya arsitektur yang memiliki enam atau tujuh dari ciri-ciri diatas sudah dapat dikategorikan kedalam arsitektur post modern.Charles Jenks seorang tokoh pencetus lahirnya post modern menyebutkan tiga alasan yang mendasari timbulnya era post modern, yaitu.

1. Kehidupan sudah berkembang dari dunia serba terbatas ke dunia tanpa batas, ini disebabkan oleh cepatnya komunikasi dan tingginya daya tiru manusia.

2. Canggihnya teknologi menghasilkan produk-produk yang bersifat pribadi. 3. Adanya kecenderungan untuk kembali kepada nilai-nilai tradisional atau

daerah, sebuah kecenderungan manusia untuk menoleh ke belakang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa arsitektur post modern dan aliran-alirannya merupakan arsitektur yang menggabungkan antara tradisional dengan non tradisinal, modern dengan setengah nonmodern, perpaduan yang lama dengan yang baru. Dalam timeline arsitektur modern, vernakular berada pada posisi arsitektur modern awal dan berkembang menjadi Neo Vernakular pada masa modern akhir setelah terjadi eklektisme dan kritikan-kritikan terhadap arsitektur modern.


(59)

Kriteria-kriteria yang mempengaruhi arsitektur Neo Vernakular adalah sebagai berikut.

 Bentuk-bentuk menerapkan unsur budaya, lingkungan termasuk iklim setempat diungkapkan dalam bentuk fisik arsitektural (tata letak denah, detail, struktur dan ornamen)

 Tidak hanya elemen fisik yang diterapkan dalam bentuk modern, tetapi juga elemen nonfisik yaitu budaya pola pikir, kepercayaan, tata letak yang mengacu pada makro kosmos dan lainnya menjadi konsep dan kriteria perancangan.

 Produk pada bangunan ini tidak murni menerapkan prinsip-prinsip bangunan vernakular melainkan karya baru (mengutamakan penampilan visualnya).

Latar belakang penerapan tema arsitektur neo vernakular pada pendopo bupati berkeinginan melestarikan unsur-unsur atau ciri arsitektur lokal dengan mengikuti perkembangan zaman yang semakin berkembang.

2.1.1. Pengertian Neo Vernakular

Kata NEO atau NEW berarti baru atau hal yang baru, sedangkan kata vernacular berasal dari kata vernaculus (bahasa latin) yang berarti asli. Maka arsitektur vernakular dapat diartikan sebagai arsitektur asli yang dibangun oleh masyarakat setempat.

Arsitektur Vernakular konteks dengan lingkungan sumberdaya setempat yang dibangun oleh masyarakat dengan menggunakan teknologi sederhana untuk


(60)

memenuhi kebutuhan karakteristik yang mengakomodasi nilai ekonomi dan tatanan budaya masyarakat dari masyarakat tersebut.Dalam pengertian umum, arsitektur Vernacular merupakan istilah yang banyak digunakan untuk menunjuk arsitektur indigenous kesukaan, tribal, arsitektur kaum petani atau arsitektur tradisional.

Pengertian Arsitektur Vernakular sering disamakan dengan Arsitektur Tradisional. Joseph Prijotomo tahu bahwa secara konotatif tradisi dapat diartikan sebagai pewarisan atau penerusan norma-norma adat istiadat atau pewarisan budaya yang turun-temurun dari generasi ke generasi.

2.1.2. Arsitektur Neo-Vernakular

Arsitektur neo-vernakular tidak hanya menerapkan elemen-elemen fisik yang diterapkan dalam bentuk modern tapi juga elemen non fisik seperti budaya, pola pikir, kepercayaan, tata letak, religi dan lain-lain.Menurut Leon Krier(1971) bangunan adalah sebuah kebudayaan seni yang terdiri dalam pengulangan dari jumlah tipe-tipe yang terbatas dan dalam penyesuaiannya terhadap iklim lokal, material dan adat istiadat.

Arsitektur Neo-Vernakular merupakan suatu paham dari aliran Arsitektur Post-Modern yang lahir sebagai respon dan kritik atas modernisme yang mengutamakan nilai rasionalisme dan fungsionalisme yang dipengaruhi perkembangan teknologi industri. Arsitektur Neo-Vernakular merupakan arsitektur yang konsepnya pada prinsipnya mempertimbangkan kaidah-kaidah


(61)

normative, kosmologis, peran serta budaya lokal dalam kehidupan masyarakat serta keselarasan antara bangunan, alam, dan lingkungan.

Aliran ArsitekturNeo Vernakular sangat mudah dikenal dan memiliki kelengkapan berikut ini : hampir selalu beratap bubungan, detrail terpotong, banyak keindahan dan menggunakan material bata-bata.

2.1.3. Ciri – Ciri Arsitektur Neo-Vernakular

Menurut Charles Jencks dalam bukunya “language of Post-Modern Architecture (1990)” maka dapat dipaparkan ciri-ciri Arsitektur Neo-Vernakular sebagai berikut.

a. Selalu menggunakan atap bumbungan.Atap bumbungan menutupi tingkat bagian tembok sampai hampir ke tanah sehingga lebih banyak atap yang diibaratkan sebagai elemen pelidung dan penyambut dari pada tembok yang digambarkan sebagai elemen pertahanan yang menyimbolkan permusuhan.

b. Batu bata (dalam hal ini merupakan elemen konstruksi lokal).Bangunan didominasi penggunaan batu bata abad 19 gaya Victorian yang merupakan budaya dari arsitektur barat.

c. Mengembalikan bentuk-bentuk tradisional yang ramah lingkungan dengan proporsi yang lebih vertikal.

d. Kesatuan antara interior yang terbuka melalui elemen yang modern dengan ruang terbuka di luar bangunan.


(62)

Dari ciri-ciri di atas dapat dilihat bahwa Arsitektur Neo-Vernakular tidak ditujukan pada arsitektur modern atau arsitektur tradisional tetapi lebih pada keduanya. Hubungan antara kedua bentuk arsitektur diatas ditunjukkan dengan jelas dan tepat oleh Neo-Vernakular melalui tren akan rehabilitasi dan pemakaian kembali.

1. Pemakaian atap miring

2. Batu bata sebagai elemen lokal 3. Susunan masa yang indah.

Mendapatkan unsur-unsur baru dapat dicapai dengan pencampuran antara unsur setempat dengan teknologi modern, tapi masih mempertimbangkan unsur setempat, dengan ciri-ciri sebagai berikut.

 Bentuk-bentuk menerapkan unsur budaya, lingkungan termasuk iklim setempat diungkapkan dalam bentuk fisik arsitektural (tata letak denah, detail, struktur dan ornamen).

 Tidak hanya elemen fisik yang diterapkan dalam bentuk modern, tetapi juga elemen non-fisik yaitu budaya, pola pikir, kepercayaan, tata letak yang mengacu pada makro kosmos, religi dan lainnya menjadi konsep dan kriteria perancangan.

 Produk pada bangunan ini tidak murni menerapkan prinsip-prinsip bangunan vernakular melainkan karya baru (mangutamakan penampilan visualnya).


(63)

2.1.4. Prinsip Desain Arsitektur Neo-Vernakular

Adapun beberapa prinsip-prinsip desain arsitektur Neo-Vernakular secara terperinci adalah sebagai berikut.

 Hubungan Langsung, merupakan pembangunan yang kreatif dan adaptif terhadap arsitektur setempat disesuaikan dengan nilai-nilai/fungsi dari bangunan sekarang.

 Hubungan Abstrak, meliputi interprestasi ke dalam bentuk bangunan yang dapat dipakai melalui analisa tradisi budaya dan peninggalan arsitektur.  Hubungan Lansekap, mencerminkan dan menginterprestasikan lingkungan

seperti kondisi fisik termasuk topografi dan iklim.

 Hubungan Kontemporer, meliputi pemilihan penggunaan teknologi, bentuk ide yang relevan dengan program konsep arsitektur.

 Hubungan Masa Depan, merupakan pertimbangan mengantisipasi kondisi yang akan datang.


(64)

Tabel 2.1.Perbandingan Arsitektur Ttradisional, Vernakular dan Neo Vernakular. Perbandingan Tradisional Vernakular Neo Vernakular

Ideologi

Terbentuk oleh tradisi yang diwariskan secara

turun-temurun,berdasarkan kultur dan kondisi lokal.

Terbentuk oleh tradisi turun temurun tetapi terdapat

pengaruh dari luar baik fisik maupun nonfisik, bentuk

perkembangan arsitektur tradisional.

Penerapan elemen arsitektur yang sudah ada dan kemudian sedikit atau banyaknya mengalami

pembaruan menuju suatu karya yang modern.

Prinsip

Tertutup dari perubahan zaman, terpaut pada satu kultur kedaerahan, dan mempunyai peraturan dan norma-norma

keagamaan yang kental Berkembang setiap waktu untuk merefleksikan lingkungan, budaya dan sejarah dari daerah dimana arsitektur tersebut berada. Transformasi dari situasi kultur

homogen ke situasi yang lebih

heterogen.

Arsitektur yang bertujuan

melestarikan unsur-unsur lokal yang telah terbentuk secara empiris oleh tradisi dan mengembang-kannya menjadi suatu langgam yang modern. Kelanjutan dari arsitektur

vernakular

Ide Desain

Lebih

mementingkan fasat atau bentuk, ornamen sebagai suatu keharusan.

Ornamen sebagai pelengkap, tidak meninggalkan nilai- nilai setempat tetapi dapat melayani aktifitas

masyarakat didalam.

Bentuk desain lebih modern.


(65)

2.2. Perubahan dan Keberlanjutan (Change and Continuity)

2.2.1. Pengertian Perubahan dan Keberlanjutan (Change and Continuity)

Change adalah sesuatu yang sudah mengalami perubahan dan pergeseran yang diakibatkan oleh perkembangan zaman ataupun perubahan budaya, ekonomi pada masyarakat. Contohnya seperti penggunaan panggung pada rumah Melayu yang saat ini sudah jarang kita temui.Sedangkangkan Continuity atau kontinuitas adalah sesuatu yang terus berlanjut dan berkelangsungan berdasarkan periode periode tertentu. Contohnya seperti penggunaan warna kuning pada bangunan Melayu yang sudah ada dari zaman dahulu dan tetap berlanjut dan dipertahankan sampai saat ini..Menurut Takari (2013) keberlanjutan (kesinambungan) adalah meneruskan apa-apa yang telah diciptakan sebelumnya, dan mengaplikasikannya secara fungsional di masa seni itu hidup.Perubahan menurut Alvin Toffler (1981) dalam Orinaru (2012) seorang futuris dari Amerika Serikat mengatakan bahwa perubahan bukan sekedar penting dalam kehidupan tetapi perubahan itu sendiri adalah kehidupan.Jadi changeandcontinuity adalah sesuatu yang berlanjut atau dipertahankan dari zaman dahulu hingga sekarang tetapi ada perubahan yang terjadi bisa diakibatkan oleh perkembangan zaman atau akibat modernisasi dan globalisasi.Modernisasi dan globalisasi pada perubahan dan keberlanjutan diakibatkan oleh pembangunan yang terus- menerus oleh manusia. Menurut Rahmi, D.H. dkk (2012) mengatakan bahwa perubahan-perubahan yang ada sampai saat ini diperkirakan masih merupakan akibat dari dinamika pembangunan yang terus berjalan, yang tidak dapat dihindari. Dinamika pembagunan adalah modernisasi dari perkembangan dan kemajuan teknologi dan ekonomi.Walaupun


(66)

perubahan tidak dapat dihindari dalam suatu bangunan tetap terjaga keberlangsungannya atau kontinutasnya.

2.2.2. Perubahan dan Keberlanjutan Pada bangunan di Suatu Kawasan

Seperti yang sudah dijelaskan bahwa perubahan tidak dapat dihindari dari suatu bangunan maupun.Perubahan pada bangunan dipengaruhi oleh perkembangan teknologi dan ekonomi.Dari perkembangan teknologi dan ekonomi inilah yang secara tidak langsung menciptakan masyarakat modern. Umumnya masyarakat modern menginginkan bangunan yang berarsitektur modern juga dikarenakan mengikuti gaya arsitektur luar.Seperti yang dikatakanUmri (2010) bahwa penggunaan daun rumbia pada bahan atap rumah tinggal Melayu yang dahulu digunakan oleh masayarakat Melayu dan sekarang dengan perkembangannya perubahan terjadi pada bahan atap.Saat ini masyarakat Melayu menggunakan bahan atap pada rumah tinggal Melayu dengan bahan dari seng dan genteng.


(67)

Gambar 2.1. Rumah tinggal Melayu yang menggunakan bahan daun rumbia (Sumber: Survey langsung)

Gambar 2.2. Bangunan rumah tinggal Melayu di yang menggunakan bahan seng (Sumber: Survey langsung)


(68)

Hal ini telah membuktikan bahwa seiring kemajuan teknologi dan ekonomi terjadi perubahan pada bangunan. Perubahan pada bangunan tidak langsung begitu saja terjadi tetapi mengalami proses yang tidak sebentar. Menurut Fram dan Weiler (continuity with change 1984) mengatakan bahwa pada akhirnya kita melihat bahwa continuity and change adalah hal yang tidak bertentangan.

Gambar 2.3. Bangunan yang mempertahankan peninggalan leluhur (Sumber: ebook Continuity with Change)

Fram dan Weiler (continuity with change 1984) menambahkan bahwa dalam kasus ini manusia memegang perubahan yang mempengaruhi dan mengubah perubahan tersebut untuk keuntungan manusia itu sendiri. Kualitas kehidupan sangat bergantung pada kemampuan manusia untuk mempertahankan, dalam konteks melanjutkan perubahan, rasa tempat, rasa waktu, dan kelayakannya. Banyak bangunan dan lanskap dari kawasan ini yang kita warisi menunjukkan seberapa baik para leluhur. Sekarang, ketika perubahan lebih cepat


(69)

dan biaya yang jauh lebih tinggi, manusia harus bekerja lebih keras untuk merawat apa yang terbaik dari masa lalu yang telah ditinggalkan oleh leluhur.

Gambar 2.4. Bangunan yang mengalami perubahan dan keberlanjutan (Sumber: ebook Continuity with Change)

Menurut Fram dan Weiler (continuity with change 1984) bahwa dunia telah melihat banyak pertempuran antara mereka yang ingin mempertahankan tradisi, status, dan mereka yang mencari revolusi.Dalam mempertahankan dan merehabilitasi sifat nilai warisan tidak jauh dari konflik.Setiap generasi tampaknya berusaha untuk membuktikan dirinya lebih baik, lebih maju, dari pendahulunya. Generasi lainnya membangun kekuasaan mereka dengan melampaui sejarah dan keturunan mereka dengan membangun kembali atau mengubah lingkungan dalam gambaran masa depan. Perjuangan antara historisisme dan modernisme selalu pahit, dan merupakan hal yang tak terelakkan.


(70)

2.2.3. Peranan Perubahan dan Keberlanjutan Pada Bangunan

Perubahan pada bangunan menurut Ismudiyanto dan Haryadi, M.Arch (1988-1989) dibagi menjdi dua bagian yaitu bagian pertama adalah bagian yang konstan, yang disebut sebagai core atau inti adalah bagian bangunan yang tidak berubah atau mengalami perubahan yang sangat perlahan.Bagian kedua adalah bagian bangunan yang lain, yang disebut periphery atau nir inti adalah bagian dari bangunan yang mengalami perubahan cepat.

Menurut Kevin Lynch (continuity with change 1984) mengatakan bahwa perubahan dan pengulangan adalah perasaan hidup, hal berlalu, kematian yang akan datang, begitupun dengan pengetahuan. Di dunia begitu banyak ciptaan manusiayang terus menerus berganti dan sering membingungkan.Manusia menjangkau dunia kemudian mengubahnya atau melestarikannya dan membuatnya menjadi terlihat seperti keinginan.Argumen dari suatu perencanaan yang kemudian menuju kepada perubahan.

Menurut Thompson dan Steiner (1997) dalam Rahmi (2012) perubahan dapat mengarah ke peningkatan kualitas dan penurunan kualitas.Dari pendapat ini perubahan dan keberlanjutan sangat perperan dalam kualitas suatu bangunan. Perubahan dan Keberlanjutan itu juga saling berperan satu sama lain, seperti yang dikatakan oleh Rahmi (2012) bahwa dimana ada perubahan di situ juga pasti ada keberlanjutan.


(71)

2.2.4. Perubahan dan Keberlanjutan Arsitektur

Stone (2012) keberlanjutan dalam arsitektur adalah sebuah konsep yang berakar pada kontekstualisme, yaitu menganalisa dan memahami sifat dan kualitas tempat atau kawasan perkotaan untuk mengembangkan unsur-unsur baru tetapi tetap mempertahankan sifat dan karakter dari kawasan tersebut.

Gambar 2.5. Bangunan yang mempertahankan sifat kawasan (Sumber: Golden apple boutique)

Sedangkan menurut Fram dan Weiler (continuity with change 1984) mengatakan bahwa pembangunan baru harus kompatibel dengan bentuk dan pola pembangunan tradisional. Tujuannya adalah untuk kesinambungan dengan perubahan agar hubungannya harmonis antara masa lalu dan sekarang.


(72)

2.3. Arsitektur Melayu

2.3.1. Pengertian Arsitektur Melayu

Menurut Wahid dan Alamsyah (2013) arsitektur Melayu merupakan bangunan yang dirancang berbentuk rumah tempat kediaman atau rumah tinggal. Rumah merupakan hasil cara hidup masyarakat Melayu yang berpegang pada nilai keluarga, adat, agama dan masyarakat banyak. Umri (2010) mengatakan bahwa dalam mendirikan rumah masyarakat Melayu juga mempunyai kaidah-kaidah yang berlandaskan pada adat, iklim dan syariat islam sehingga segalanya harus diperhatikan, misalnya dalam segi religious, kesehatan, rezeki, dan lain-lain. Pengaruh iklim dimanifestasikan dalam bentuk rumah berkolong/panggung dan bertiang tinggi dengan banyak jendela yang ukurannya hampir sama tinggi dengan pintu, banyaknya jendela dan lubang angin tujuannya untuk memberi udara dan cahaya yang cukup bagi penghuninya. Hal itu juga di ungkapkan oleh Amanati (2010), semua bangunan Melayu selalu memiliki tiang panggung, memiliki atap miring yang lebar atapnya selalu lebih besar dari luas bangunan sehingga interior menjadi lebih teduh dan nyaman, memiliki beranda atau teras, dan bukaan besar di hampir seluruh dinding.

2.3.2. Bentuk Arsitektur Melayu

Menurut Umri (2010) mengatakan bahwa bentuk arsitektur Melayu adalah rumah yang memakai kolong.Rumah seperti ini menurut Umri (2010) rumah panggung. Pembangunan model rumah seperti ini , dapatlah dipahami bahwa


(73)

rumah suku Melayu biasanya terletak di tepi pantai yang tidak jauh dari laut. Menurut Umri (2010) mengatakan bahwa rumah Melayu pada umumnya mempunyai bentuk yang sama. Seandainya ada perbedaan, hanyalah dalam hal besar kecilnya rumah tersebut, sesuai dengan kedudukan dan martabat si empunya.Umri (2010) menambahkan bahwa fungsi dari kolong rumah tersebut yang pertama adalah penyelamat dari air pasang dan bahaya banjir.Di samping itu sebagai pengaman dari ancaman binatang buas, sebagai tempat penyimpanan perkakas-perkakas untuk bekerja.Menurut Wahid dan Alamsyah (2013) rumah tinggal Melayu biasanya terdiri dari tiga bagian yaitu lantai, dinding, dan atap.

2.3.3. Elemen Arsitektur Melayu  Pintu

Pintu adalah salah satu elemen yang sangat penting dalam suatu rumah tinggal ataupun bangunan.Pintu dalam rumah Melayu sangatlah penting peletakannya dan biasanya mempunyai ornament – ornamen yang memiliki arti. Menurut Wahid dan Alamsyah (2013) pintu rumah Melayu biasanya terletak di depan rumah dan arahnya menyerong karena letak seperti itu dinyakini lebih sopan. Pintu rumah Melayu dihadapkan ke arah matahari terbit dan matahari terbenam.Posisi ini dipercaya guna memohon rezeki dari Allah SWT.

 Jendela

Menurut Wahid dan Alamsyah (2013) jendela dalam asli kata Melayu disebut sebagai tingkap atau kauri. Jendela pada bangunan Melayu biasanya memanjang ke atas dan berukuran sama tinggi dari pintu. Jendela


(1)

5.4.2. Analisa Jenis Ornamen Melayu Yang Paling Banyak Diketahui 59

5.4.3. Analisa Penggunaan Ornamen Melayu Pada Rumah Tinggal Oleh Leluhur ... 60

5.4.4. Analisa Penggunaan Ornamen Melayu Pada Rumah Tinggal .... 61

5.4.5. Analisa Ornamen Melayu Yang Digunakan Pada Rumah Tinggal 61

5.4.6. Analisa Mengapa Tidak Menggunakan Ornamen Melayu Pada Rumah Tinggal ... 62

5.4.7. Analisa Rumah Yang Ditempati Sekarang Adalah Rumah Sendiri 63

5.4.8. Analisa Rumah Yang Ditempati Adalah Rumah Yang Dibangun Sendiri ... 64

5.4.9. Analisa Tahun Pembangunan Rumah Tinggal ... 65

5.4.10. Analisa Berapa Lama Tinggal Dirumah Yang Sekarang ... 65

5.4.11. Analisa Usia Rumah Tinggal ... 66

5.4.12. Analisa Jumlah Lantai Rumah Tinggal ... 67

5.4.13. Analisa Material Yang Digunakan Pada Rumah Tinggal ... 68

5.4.14. Analisa Luas Rumah Tinggal ... 68

5.4.15. Analisa Kawasan Rumah Tinggal ... 69

5.4.16. Analisa Kepentingan Penggunaan Ornamen Melayu Pada Rumah Tinggal Dan Bangunan Lainnya ... 70

5.4.17. Analisa Perubahan Pada Ornamen Melayu ... 71

5.4.18. Analisa Ornamen Melayu Yang Bertahan Hingga Saat Ini ... 71


(2)

ix

6.1. Kesimpulan ... 81

6.2. Saran ... 81

DAFTAR PUSTAKA ... 83

LAMPIRAN ... 85


(3)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Rumah tinggal Melayu yang menggunakan bahan daun rumbia 17

Gambar 2.2. Rumah tinggal Melayu yang menggunakan bahan seng ... 17

Gambar 2.3. Bangunan yang mempertahankan peninggalan leluhur ... 18

Gambar 2.4. Bangunan yang mengalami perubahan dan keberlanjutan ... 19


(4)

xi

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 4.1. Responden Berdasarkan Umur ... 39

Diagram 4.2. Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 40

Diagram 4.3. Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 41

Diagram 4.4. Responden Berdasarkan Pengetahuan Terhadap Ornamen Melayu ... 42

Diagram 4.5. Ornamen Melayu Yang Paling Banyak Diketahui ... 43

Diagram 4.6. Penggunaan Ornamen Melayu Pada Rumah Tinggal Oleh Leluhur ... 44

Diagram 4.7. Penggunaan Ornamen Melayu Pada Rumah Tinggal ... 44

Diagram 4.8. Ornamen Melayu Yang Digunakan Pada Rumah Tinggal ... 45

Diagram 4.9. Alasan Mengapa tidak menggunakan Ornamen Melayu Pada Rumah Tinggal ... 46

Diagram 4.10. Rumah Tinggal Yang Ditempati Adalah Rumah Sendiri ... 46

Diagram 4.11. Rumah Yang Ditempati Adalah Rumah Yang Dibangun Sendiri ... 47

Diagram 4.12. Tahun Pembangunan Rumah Tinggal Yang Ditempati ... 48

Diagram 4.13. Berapa Lama Tinggal Dirumah Yang Sekarang ... 48

Diagram 4.14. Usia Rumah Tinggal ... 49

Diagram 4.15. Jumlah Lantai Rumah Tinggal ... 50

Diagram 4.16. Material Yang Digunakan Pada Rumah Tinggal ... 51

Diagram 4.17. Luas Bangunan Rumah Tinggal ... 51


(5)

Diagram 4.18. Lokasi Rumah Tinggal ... 52 Diagram 4.19. Pentingkah Menggunakan Ornamen Melayu Pada Rumah

Tinggal dan Bangunan Lainnya ... 53 Diagram 4.20. Perubahan Pada Ornamen Melayu ... 54 Diagram 4.21. Ornamen Melayu Yang Bertahan Hingga Saat Ini ... 55


(6)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Perbandingan Arsitektur Tradisional, Vernakular dan Neo Vernakular

... 14

Tabel 2.2. Ornamen Melayu Jenis Tumbuh - Tumbuhan ... 27

Tabel 2.3. Ornamen Melayu Motif Hewan ... 30

Tabel 2.4. Ornamen Melayu Motif Alam ... 31

Tabel 2.5. Ornamen Melayu Motif Beraneka Ragam ... 32