Pemberian Antibiotik Propilaksis Secara Umum

PEMBERIAN ANTIBIOTIK PROPILAKSIS SECARA UMUM
Tambar Kembaren, Herlina Maria Sitorus
Divisi Penyakit Tropikal Infeksi
Dep.Ilmu Penyakit Dalam FK USU RSUP.H.Adam Malik
PENDAHULUAN
Bakteri adalah suatu mikroorganisme yang bersel satu yang beberapa diantaranya
hidup sebagai koloni normal di beberapa jaringan tubuh.Tetapi jika bakteri tersebut
menginvasi jaringan tubuh maka akan terjadi reaksi yang disebut dengan infeksi.Bakteri
sendiri tidak mudah untuk menginvasi

namun lebih mudah menginvasi

jika keadaan

imunitas tubuh yang rendah seperti penyakit kanker,HIV, atau tindakan yang dapat
mengakibatkan masuknya kuman ke dalam jaringan.1
Salah

satu

upaya


pencegahan

terjadinya

infeksi

diberikan

antibiotik

profilaksis.Diberikan pada pasien setelah adanya paparan terhadap penyebab infeksi dan atau
pada pasien dengan faktor resiko tertentu.Faktor resiko mengandung pengertian bahwa
kondisi tertentu yang menyebabkan kemungkinan terjadinya infeksi menjadi sedemikian
besar atau dampak yang ditimbulkan infeksi tersebut akan merugikan terhadap pasien
(meningkatkan morbiditas dan mortalitas).Faktor resiko tersebut mencakup faktor penjamu
yang rentan(imunokompromais) atau akibat tindakan tertentu misalnya pembedahan atau
dampak infeksi yang memberatkan karena komplikasi penyakitnya.23
Namun penggunaanya harus dibatasi secara spesifik dan disesuaikan indikasi untuk
menghindari kelebihan biaya,toksisitas dan resistensi antibiotik. Antibiotik profilaksis dapat

dianggap

sebagai

pencegahan

primer(pencegahan

dari

awal

infeksi),pencegahan

sekunder(pencegahan kekambuhan atau reaktivasi infeksi) atau juga dapat diberikan sebagai
pencegahan infeksi dengan menghilangkan koloni bakteri.2 Pada fasilitas kesehatan Kanada
ditemukan

antibiotik


yang

resisten

yaitu

methicillin

resistan

staphylococcus

aureus,vancomycin resistant enterococcus dan extended-spectrum-beta-lactamase-producingorganism. Pedoman terapi empiris berbeda dengan profilaksis.Terapi propilaksis sering
dijumpai ketidaksesuaian penggunaan antibiotik broadspektrum dan penerusan pemberian
terapi tanpa rekomendasi periode waktu yang ditetapkan. Hal ini menyebabkan meningkatnya
efek yang buruk dan mengakibatkan terjadinya resistensi. Resistensi antibiotik disebabkan

1
Universitas Sumatera Utara


ketidaksesuain pemberian antibiotik dan keterbatasan pilihan terapi menyebabkan tingginya
angka morbiditas dan mortalitas.
ANTIBIOTIK PROFILAKSIS PADA TINDAKAN BEDAH
Infeksi pada luka operasi adalah penyebab utama penyakit pasca operasi.Hampir 25%
dari semua infeksi nosokomial yang terjadi di Amerika Serikat terjadi setiap tahun
diakibatkan oleh infeksi pasca operasi.CDC (Center for Disease Control Prevention)
memperkirakan bahwa sekitar 500.000 kasus infeksi luka operasi terjadi setiap tahun di
Amerika. Angka infeksi nosokomial untuk luka operasi di Indonesia dilaporkan sebesar 2,3
% - 18,3 % (Triatmodjo, 1993).Hasil penelitian Nainggolan (1994) di RSU Sleman
didapatkan kasus infeksi nosokomial luka operasi sebesar 3,5 %.

Infeksi terjadi karena flora

normal masuk ke daerah steril. Timbulnya infeksi pasca bedah merupakan penyebab utama
peningkatan mortalitas dan morbiditas pasien rawat inap di rumah sakit sehingga terputusnya
kendali infeksi dapat mengakibatkan komplikasi septik yang mungkin dapat meningkatkan
risiko terhadap kesehatan pasien dibandingkan penyakit semula atau pembedahannya. Sekitar
70% dari seluruh infeksi nosokomial dilaporkan terjadi pada pasien yang menjalani
pembedahan, serta hal ini dapat menimbulkan dampak terhadap fungsi sosial rumah sakit.2
Jenis mikroorganisme patogen yang diduga menginfeksi luka pada bedah orthopaedi

adalah S. aureus, E. coli dan Pseudomonas.Berbagai faktor mempengaruhi dari timbulnya
infeksi luka operasi seperti virulensi bakteri,imunologi seseorang,persiapan pre operasi,dan
penatalaksanaan intraoperasi. Infeksi operasi seringkali terjadi pada pasien yang menjalani
operasi besar .Tanda dan gejala infeksi dapat berupa pus yang produktif sampai tanda-tanda
infeksi sistemik yang berat. (antibiotik prophylaksis in surgery)Tujuan dari pemberian
antibiotik profilaksis pre operatif adalah untuk mencegah infeksi post operasi. .Pemberian
antibiotik profilaksis pada prosedur bedah ini bukan tindakan sterilisasi pada jaringan tetapi
untuk menurunkan kolonisasi bakteri dan juga bukan tindakan profilaksis untuk mencegah
kontaminasi postoperatif.Antibiotik profilaksis diberi sesuai dengan farmakodinamik dan
farmakokinetik sehingga dapat efektif pada serum dan jaringan selama tindakan dan beberapa
jam setelah tindakan.Ini penting untuk mengenali perbedaan antara terapi profilaksis dan
empiric.2,3
Terapi profilaksis diindikasikan untuk prosedur yang berhubungan dengan
kemungkinan terjadinya infeksi pemberian antibiotik harus mencakup mikroorganisme yang
2
Universitas Sumatera Utara

berpotensi

mengkontaminasi


jaringan

pada

saat

dilakukan

suatu

tindakan

pembedahan.Konsentrasi antibiotik harus dipertahankan selama proses operasi.Pemberian
antibiotik empiris digunakan setelah proses pembedahan jika dijumpai permasalahan infeksi
setelah operasi. 3,4,5
Terdapat perubahan yang berbeda dari pedoman yang sebelumnya (guideline 1999)
yang akan diuraikan dibawah ini.3
1. Pemberian waktu yang tepat sebelum tindakan pre operasi
Pemberian antibiotik profilaksis 60 menit sebelum tindakan insisi operasi.Kondisi

imi mempunyai kerangka waktu yang lebih spesifik dari guideline yang
sebelumnya dimana pemberian antibiotik profilaksis diberikan sewaktu tindakan
induksi oleh anestesi.Beberapa agent seperti Vancomisin dan golongan
Fluoroquinolone membutuhkan pemberian lebih dari satu jam bahkan sampai dua
jam sebelum tindakan incisi.
2.Pemilihan jenis dan dosis antibiotik
Keterangan termasuk hubungan dengan berat badan yang mendekati dengan dosis
terutama pada pasien yang obesitas dan kemungkinan untuk mengulang dosis
pada tindakan operasi yang berlangsung lebih lama.Obesitas sangat berhubungan
dengan infeksi luka operasi.Farmakokinetik dapat dirubah pada pasien yang obese
jadi dosis yang disesuaikan dengan berat badan diperlukan pada pasien yang
obesitas.Perhitungan dosis dan pemberian terapi lanjutan diperlukan untuk semua
pasien selama intraoperasi untuk memastikan serum dan konsentrasi antibiotik
dalam jaringan adekuat jika lamanya operasi melebihi dua setengah kali masa
antibiotik atau terjadi perdarahan yang banyak sewaktu operasi.
Rekomendasi untuk pemilihan antibiotik.(Table 1)

3
Universitas Sumatera Utara


Tabel 1. Bakteri penyebab infeksi luka operasi

4
Universitas Sumatera Utara

Table 2 Jenis antibiotik pada tindakan bedah

5
Universitas Sumatera Utara

3.Lamanya pemberian antibiotik
Rekomendasi terbaru

menyatakan untuk mempersingkat waktu pemberian

antibiotik termasuk kepada pemberian antibiotik single dose atau meneruskan
kurang dari 24 jam.Pedoman ini ditujukan untuk pasien dengan usia diatas 18
tahun.Pada guideline ini tidak begitu menghiraukan pada pasien dengan gangguan
fungsi hati atau ginjal,sehingga pemberian antibiotik tidak perlu disesuaikan untuk


6
Universitas Sumatera Utara

pasien ketika antibiotik profilaksis ini diberikan sebagai dosis tunggal pra operasi
sebelum insisi bedah.
Sebelumnya telah disampaikan keberhasilan profilaksis antibiotik tergantung
pada waktu yang tepat sebelum kontaminasi.Hal ini untuk memberikan
konsentrasi serum dan pada jaringan yang melebihi hambat minimum konsentrasi
antibiotik terhadap organisme yang terkait dengan prosedur.
Faktor

lain

sebagai

perhatian

pengendalian

infeksi


seperti

teknik,durasi,prosedur,rumah sakit dan lingkungan operasi,persiapan pra operasi
( misalnya scrub-bedah,anti sepsis kulit) suhu dan kontrol glikemik.
Idealnya antibiotik profilaksis pada tindakan bedah harus
1. Mencegah Infeksi post operasi
2. Mencegah morbiditas dan mortalitas akibat infeksi post operasi
3. Mengurangi lama dan biaya perawatan
4. Mencegah efek buruk
5. Tidak mempunyai efek buruk terhadap flora normal terhadap pasien atau
mikroorganisme yang ada di rumah sakit
Untuk mendapatkan kondisi ini antibiotik yang diberikan
1. Membunuh secara aktif kuman pathogen yang mengkontaminasi
lingkungan operasi.
2. Memberikan dosis dan waktu yang sesuai untuk memastikan konsentrasi
yang adekuat pada jaringan dan serum.
3. Aman
4. Pemberian antibiotik dengan waktu yang efektif untuk meminimalkan efek
yang buruk,resistensi dan biaya.


Mikroorganisme penyebab umum infeksi luka operasi1,3,4
Mikroorganisme penyebab umum infeksi luka operasi adalah mikroorganisme
nornal

kulit

seperti

S.aureus.Pada

tindakan

operasi

seperti

operasi

digestif,operasi jantung,transplantasi ginjal dan hati mikroorganisma yang
dominan adalah gram negatif dan juga enteroccoci .

7
Universitas Sumatera Utara

Tabel 3. Jenis tindakan, mikrorganisma,antibiotik yang dianjurkan ,pilihan jika alergi
penisilin dan dosis pemberian

ANTIBIOTIK PROFILAKSIS PADA TINDAKAN OBSTETRI 6,7
Komplikasi tindakan obstetri mengakibatkan infeksi yang

mempunyai angka

mortalitas dan mortalitas yang tinggi.Keadaan ini akan menyebabkan lamanya perawatan
dan kondisi ini sering

diakibatkan infeksi dari saluran kemih,endometrisis,infeksi

luka,infeksi perineum. Luka infeksi seperti selulitis,abses diakibatkan oleh tindakan
laparatomi.Infeksi pelvis seperti abses dan hematom adalah akibat tindakan bedah pada
kavum abdomen Luka selulitis adalah resiko dari tindakan histerektomi. Endometritis
diakibatkan tindakan sectio caesaria dan tindakan aborsi. Infeksi saluran kemih diakibatkan
tindakan pemasangan kateter urin.Banyak penelitian dilakukan dalam menilai efektititas
antibiotik

dari jenis antibiotik,dosis,cara pemberian untuk menilai manfaat

pemberian

antibiotik profilaksis dalam menurunkan kejadian infeksi. Pemberian antibiotik propfilaksis
pada tindakan elektif sectio caesaria masih kontraversi.Dari 4 penelitian meta-analisis
dijumpai

antibiotik

profilaksis

menurunkan

infeksi

postoperatif

dan

kejadian

endometritis.Sehingga para ahli mengambil kesimpulan untuk memberi antibiotik profilaksis
sebelum tindakan sectio caesaria. Cefazolin adalah generasi pertama dari sefalosporin dan
8
Universitas Sumatera Utara

obat kategori B pada ibu hamil yang diindikasikan pada tindakan sectio caesaria.Diberikan
secara intravena mempunyai waktu paruh 1,8 jam berefek secara baik pada bakteri gram
positif dan mempunyai efek sedang terhadap bakteri gram negatif. Dianjurkan pemberian 1-2
gram secara intravena tidak lebih dari 30 menit sebelum dilakukan incisi. Dan penambahan
obat dapat dipertimbangkan jika terjadi perdarahan lebih 1500ml atau lamannya tindakan
lebih dari 4 jam.
Cochrane 2004 melakukan penelitian pemberian antibiotik profilaksis pada
tindakan forceps dan vacum.Dijumpai pada 393 wanita hanya 2 yang mengalami endometritis
dan panjangnya hari rawatan.Tidak dijumpai perbedaan pada yang memperoleh antibiotik
profilaksis dan pada yang tidak mendapat antibiotik profilaksis. Pada laserasi perineum
dianjurkan pemberian antibiotik single dose intravena Cefotetan,Cefoxitin yang bermakna
pada sebagai antibiotik profilaksis.Rekomendasi pemberian antibiotik pada tindakan
kebidanan dapat dilihat di tabel berikut

Tabel 4 .Rekomendasi Antibiotik pada tindakan Kebidanan

ANTIBIOTIK PROFILAKSIS PADA GASTROENTEROHEPATOLOGI
Antibiotik profilaksis pada Endoscopi
Tindakan dari endoscopi dapat menimbulkan trauma yang mengakibatkan masuknya
kuman dari jaringan mucosa atau dapat berasal dari alat endoskopi yang terkontaminasi atau
injeksi zat kontras. Setelah tindakan endoskopi dapat terjadi bakterimia oleh karena itu
diperlukan pemberian antibiotik propilaksis untuk tindakan endoskopi.Prosedur endoskopi
yang beresiko tinggi seperti dilatasi esofagus dan skleroterapi.Pada 3`penelitian prospektif
9
Universitas Sumatera Utara

dijumpai infeksi 12-22% yang diakibatkan oleh bouginage esofagus dan hasil kultur
mikroorganisma yang dijumpai adalah bakteri komensal .Pada suatu penelitian kuman yang
dijumpai adalah Streptococcus viridans (79%).Prosedur dilatasi untuk struktur malignansi
lebih sering dijumpai keadaan bakterimia dibandingkan dengan benign striktur.Pada tindakan
skleroterapi dijumpai 0-52% keadaan bakterimia dan pada ligasi varises dijumpai 1-25%
,tindakan ERCP dengan

non obstruksi saluran empedu dijumpai 6,4% dan 18% pada

keadaan obstruksi saluran empedu.Gastroskopi dengan atau biopsi kejadian bakteremia 0-8%
dan tindakan kolonoskopi dijumpai 0-25% kejadian bakterimia.8
Tujuan dari pemberian antibiotik pada tindakan endoskopi adalah untuk mengurangi
infeksi akibat kejadian iatrogenik pada tindakan endoskopi. Terjadinya infeksi endocarditis
dihubungkan dengan tindakan endoskopi tetapi American Heart Association (AHA) 2007
tidak menemukan hubungan antara tindakan endoskopi dengan kejadian Infeksi
Endocarditis.Tetapi kejadian Infeksi endocarditis lebih sering ditemukan pada kasus prostetic
pada katup jantung,adanya infeksi endocarditis sebelumnya,pasien kelainan jantung
bawaan.Infeksi selain infeksi endocarditis.Antibiotik profilaksis bermanfaat bagi tindakan
endoskopi untuk mengurangi kejadian infeksi lainnya.8,9
ERCP8
Tindakan drainage pada ERCP adalah pilihan utama untuk penalaksanaan cholangitis
akut. Antibiotik selalu diberikan pada pasien dengan cholangitis akut dan tidak
direkomendasikan pemberian antibiotik profilaksis single dose untuk tindakan ERCP.Efek
dari tindakan ERCP adalah cholangitis dan sepsis.Namun pemberian antibiotik profilaksis
tidak menurunkan kejadian bakterimia pada tindakan ini.Dari beberapa penelitian
menunjukan jika pasien drainage bilirubin yang tidak komplit dijumpai 91% kejadian
sepsis.Keadaan ini dijumpai pada kasus hilar cholangiocarcinoma dan primary sclerosing
cholangitis. Dan ada satu penelitian yang menunjukan kebaikan dari penerusan antibiotik

profilaksis sampai beberapa hari.Pemberian antibiotik

menurunkan perburukan pada

tindakan yang memakai kontras pada kasus pancreatic pseudocyst.

10
Universitas Sumatera Utara

Endoscopic Ultrasound-Fine Needle Aspiration (EUS-FNA)8
Kejadian infeksi yang ditemui pada EUS-FNA.Pada suatu penelitaian

672 pasien

dengan lesi solid tetapi tidak mendapat antibiotik propilaksis angka kejadian infeksi hanya
ditemui

pada

3

orang.Pemberian

antibiotik

pada

kasus

lesi

yang

solid

tidak

direkomendasikan.Pada lesi kistik dijumpai 14% kejadian infeksi berat setelah EUSFNA.Kemudian penelitian retrospektif menunjukan pada 603 pasien yang mendapat
pemberian antibiotik profilaksis yaitu fluorokuinolon pada lesi yang kistik dan berikan lagi 3
hari berikutnya hanya ditemukan 1 orang yang mendapat sepsis.Pada lesi kistik dianjurkan
pemberian antibiotik.
Percutaneus endoscopic gastrostomy (PEG) 8
Pasien dengan Peg sangat rentan terhadap infeksi yang dipengaruhi umur,pemberian
nutrisi ,keadaan immunosupresi dan pengobatan yang sedang dijalani.Suatu penelitian
menunjukan penurunan insidens dari infeksi daerah stoma dengan pemberian antibiotik
profilaksis seperti cefazolin 1 gr sebelum tindakan PEG yang diberikan 30 menit sebelum
tindakan.
Pedoman pemberian antibiotik dapat dilihat pada tabel berikut ini 10

11
Universitas Sumatera Utara

Tabel 5 .Rekomendasi pemberian Antibiotik profilaksis pada endoskopi

Tabel 6.Pemberian antibiotik profilaksis pada tindakan ERCP

Tabel 7.Pemberian antibiotik profilaksis pada pasien beresiko endokarditis

12
Universitas Sumatera Utara

Tabel 8.Pemberian antibiotik profilaksis pada keadaan immunosupresif sebelum tindakan endoskopi

Pendarahan Saluran Cerna Bagian Atas Pada Sirosis Hepatis 11
Pemberian antibiotik untuk jangka pendek sebagai profilaksis infeksi bakteri pada
pasien dengan perdarahan varises menunjukkan hasil yang baik Pada satu studi prospektif
acak membandingkan norfloxacin 400 mg dua kali sehari selama 7 hari (n=60) dengan
kontrol tanpa terapi (n=59), norfloksasin menunjukkan insiden SBP yang lebih rendah (3.3%
vs. 16.9%; p 300 sel / uL. Penatalaksanaan Pasien HIV untuk profilaksis
PCP dapat dilihat pada tabel berikut
Profilaksis Toxoplasmic Enchepalitis
Jika pasien dicurigai menderita Toxoplasmic Enchepalitis maka dilakukan
pemeriksaan immuoglobulin G (IgG) antibodi Toxoplasma untuk mendeteksi infeksi latent
15
Universitas Sumatera Utara

toxoplasma.Semua pasien HIV walaupun tidak memilik antibodi IgG toxoplasma harus
dilakukan konseling mengenai sumber infeksi toxoplasma dan disarankan memakan makanan
yang masak.Harus mencuci tangan setelah berkebun dan kontak dengan tanah,mencuci buah
sebelum dimakan dan jika memliki binatang peliharaan seperti kucing harus diberi makan
yang masak tidak boleh mentah.
Pasien Toxoplasma - seropositif yang memiliki jumlah limfosit CD4 + T 21 resiko ,dan bila nilai 500 / uL .
• Menilai kembali untuk infeksi jamur yang tidak terdiagnosis .

24
Universitas Sumatera Utara

Nilai ANC kurang dari 500 / uL maka :

• Jika pasien tidak pernah mendapat vankomisin ,diberikan

vankomisin jika

kriteria terpenuhi .
• Jika pasien sudah pernah mendapat vankomisin ,dipertimbangkan penghentian
jika kultur negatif untuk MRSA .
• Pertimbangkan untuk menambahkan terapi antijamur empiris ( lihat di bawah )
Antijamur dapat diberi pada keadaan berisiko tinggi pasien neutropenia yang
mengalami demam .Dengan kriteria pasien-pasien ini termasuk orang-orang yang
tetap demam setelah 4-7 hari pemberian antibiotik spektrum luas , tetapi secara
klinis stabil dan tanda-tanda klinis atau radiografi infeksi jamur . Pada pasien
berisiko rendah , risiko infeksi jamur rendah . Oleh karena itu , antijamur empiris
tidak boleh digunakan secara rutin .

Empirik terapi antijamur :
• Amfoterisin B liposomal kompleks 3 mg / kg q24h atau
• Vorikonazol 6 mg / kg q12h X 2 dosis , kemudian 4 mg / kg Q12 h atau
• Posaconazole 200 mg PO setiap 6 jam untuk 7d , kemudian 400 mg PO q12h atau
• Itrakonazol 200 mg IV q12h untuk 2d , kemudian 200 mg IV atau PO q24h untuk
7 hari , kemudian 400 mg PO q24h setelahnya atau
• caspofungin 70 mg IV selama 1 dosis , kemudian 50 mg IV q24h atau
• Micafungin 100-150 mg IV q24h atau
• Anidulafungin 200 mg IV selama 1 dosis , kemudian 100 mg IV q24h
• Pasien yang sudah di profilaksis antijamur harus beralih ke kelas yang berbeda
jika demam terus berlanjut .
• Lanjutkan terapi selama 2 minggu jika pasien telah stabil dan tidak ada infeksi
diidentifikasi .

25
Universitas Sumatera Utara

KESIMPULAN
Profilaksis antimikroba umumnya digunakan untuk pencegahan infeksi pada
tindakan bedah,kebidanan,kasus-kasus perdarahan saluran cerna,peritonitis bakteri
spontan dengan sirosis pada pasien dengan kondisi imunocompromised (HIV dan
malignansi). Resiko dan kebaikan dari pemberian antibiotik harus didiskusikan
terhadap pasien. Resiko alergi yang mungkin berat dan mengancam jiwa dapat terjadi
pada pasien dan juga peradangan usus akibat pemberian bakteri mugkin juga dapat
terjadi.Dipertimbangkan juga tentang keadaan fungsi ginjal dan hati dari pasien
tersebut.
Penggunaan antibiotik profilaksis memberikan manfaat dalam mengurangi
morbiditas dan mortalitas .Penggunaan antibiotik

selalu berdasarkan kebutuhan

mengingat antibiotik profilaksis hanya untuk pencegahan bukan untuk terapi.
Pemakaian antibiotik yang cukup tinggi berhubungan erat dengan peningkatan
masalah resistensi antibiotik.Oleh sebab itu, penggunaan antibiotik harus berdasarkan
justifikasi yang tepat sehingga menurunkan resistensi antibiotik yang beberapa tahun
terakhir menjadi sorotan penting didunia.

26
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR PUSTAKA
1. Enzler Mark.J,Berbani E,Osman Douglas.R, Antimicrobal Prophylaxis
inAdults,Symposium on Antimicrobal Therapy,mayo Clinic pro.2011;86(7):
686-761.
2. Zweigne J,Magloralos.A.P,Sytematic Review and Evidence Base Guidance an
Perioperative Antibiotic Prophylaxis,European Center for Disease Prevention
and Control.2013
3. Anandita Widya,Pola Resistensi Bakteri yang Diisolasi dari Ruang Intesive
Care Unit Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta2006-2008.2009
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
4. Bratzler.W

Dale,DellingerP,Oslen

Keith.M,Clinical

Guideline

for

Antimicrobal Prophylaxis in Surgery, AM.J.Health Syst Pharm feb 2013;70
5. File.M

Thomas,New

Guideline

for

Antimicrobal

Prophylaxis

inSurgery,Infectious Disease in Clinical. 2013;21(3)
6. Departement of Surgical Education,Antibiotic Prophylaxis in Surgery,revised
2012;13
7. Schalkwyk.Van

Julie,Eyk.van

Procedures,Axecutive

and

nacy