PEMANFAATAN MINYAK GORENG BEKAS MENJADI DETERGEN ALAMI MELALUI KOMBINASI TRANS-ESTERIFIKASI DAN SULFONAS

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

PEMANFAATAN MINYAK GORENG BEKAS
MENJADI DETERGEN ALAMI MELALUI KOMBINASI
TRANS-ESTERIFIKASI DAN SULFONASI

BIDANG KEGIATAN:
PKM PENELITIAN

Diusulkan oleh:
Iqbal Ryan Ramadhan
Faqihudin Mubarok
Indriyanti
Ricky Sudiantoro
Muhammad Arifuddin

21030114130165
21030114120106
21030114120059
21030114130162
21030115140186


2014
2014
2014
2014
2015

UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2015

i

ii

DAFTAR ISI
Halaman Judul...................................................................................................... i
Halaman Pengesahan .......................................................................................... ii
Daftar Isi.............................................................................................................iii
Daftar Tabel ....................................................................................................... iv

Daftar Gambar ..................................................................................................... v
Ringkasan ........................................................................................................... vi
Bab 1. Pendahuluan ............................................................................................. 1
I.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
I.2 Perumusan Masalah ................................................................................ 1
I.3 Tujuan ..................................................................................................... 2
I.4 Luaran ..................................................................................................... 2
I.5 Manfaat ................................................................................................... 2
Bab 2.Tinjauan pustaka ....................................................................................... 2
2.1 Deterjen .................................................................................................. 2
2.2 Minyak Goreng ...................................................................................... 3
2.3 Trans-Esterifikasi ................................................................................... 4
2.4 Sulfonasi ................................................................................................ 4
Bab 3. Metode Penelitian .................................................................................... 5
3.1 Alat dan Bahan ...................................................................................... 5
3.2 Rancangan Penelitian ............................................................................ 5
3.3 Prosedur Penelitian ............................................................................... 6
Bab 4. Biaya dan Jadwal Kegiatan Program ...................................................... 7
4.1 Anggaran Biaya ................................................................................... 7
4.2 Jadwal Kegiatan .................................................................................... 7

Daftar Pustaka ..................................................................................................... 7
Lampiran - Lampiran .......................................................................................... 9
Lampiran 1. Biodata Ketua, Anggota, dan Dosen Pembimbing ......................... 9
Lampiran 2. Justifikasi Anggaran ..................................................................... 16
Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Peneliti dan Pembagian Tugas ............ 18
Lampiran 4. Surat Pernyataan Ketua Peneliti ................................................... 19

iii

DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Jadwal Kegiatan Program ................................................................... 7
Tabel 4.2 Rancangan Biaya Habis Pakai ............................................................ 7

iv

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Bagan Alur Kegiatan Penelitian ........................................................ 6

v


RINGKASAN
Penggunaan deterjen bubuk di Indonesia mulai mengalami peningkatan
drastis pada tahun 1990-an seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan
perkembangan industri tekstil dan jasa laundry. Hampir 80% adalah deterjen yang
terbuat dari bahan sintetis yang tidak ramah lingkungan.
Salah satu bahan alternatif yang ramah lingkungan adalah memanfaatkan
minyak goreng bekas menjadi bahan baku deterjen yang ramah lingkungan.
Kelebihan deterjen dengan bahan baku minyak goreng bekas adalah limbah
minyak goreng yang terbuang sia-sia dapat digunakan kembali sehingga
mengurangi beban lingkungan karena sampah.
Penelitian ini akan mengkaji apakah karakteristik detergen dari minyak
goreng bekas memenuhi kriteria sebagai pencuci dan bagaimana kondisi optimum
untuk menghasilkan deterjen dari minyak goreng bekas. Metode penelitian yang
digunakan adalah trans-esterifikasi dan sulfonasi dengan menggunakan variabel
proses pada kecepatan konstan 100 rpm, 120 rpm, 140 rpm dengan waktu operasi
30 menit, 60 menit, 90 menit, pada suhu 50°C, 55°C, 60°C.
Kata kunci: deterjen, minyak goreng, sulfonasi, trans-esterifikasi.

vi


1

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Deterjen adalah produk yang sering digunakan oleh masyarakat untuk
membersihkan pakaian. Penggunaan deterjen bubuk di Indonesia mulai
mengalami peningkatan drastis pada tahun 1990-an seiring dengan meningkatnya
jumlah penduduk dan perkembangan industri tekstil dan jasa laundry. Dalam lima
tahun terakhir pemakaian deterjen bubuk mengalami peningkatan yang cukup
signifikan yaitu sebesar 10% per tahun. Pada tahun 2007, kapasitas penggunaan
deterjen di Indonesia mencapai 500.000 ton per tahun dimana baru 62% dipenuhi
dari produksi domestik.
Dari semua deterjen yang digunakan tersebut, hampir 80% adalah deterjen
yang terbuat dari bahan sintetis yang tidak ramah lingkungan. Bahayanya jika
terjadi di lingkungan perairan akan menurunkan kualitas perairan beserta biota di
dalamnya karena tidak mudah terdegradasi. Apabila masalah ini tidak segera
dicarikan solusi maka manusia sebagai konsumen terakhir akan menjadi
akumulator dari limbah deterjen tersebut. Limbah surfaktan dan bahan pembentuk
lainnya pada deterjen sintetis sulit di degradasi oleh alam, oleh karena itu akan
menumpuk dan menyebabkan polusi air yang apabila dikonsumsi oleh makhluk

hidup akan menyebabkan gangguan kesehatan akut. Sebagai contoh adalah
deterjen yang memakai surfaktan ABS akan sulit diuraikan oleh alam. Selain itu
juga deterjen yang memakai STTP sebagai bahan tambahan akan menyebabkan
pertumbuhan pesat alga yang akan membuat sungai menjadi dangkal (Sugiharto,
2009).
Hingga sekarang bahan-bahan pencuci pakaian yang ramah lingkungan
telah dikembangkan, namun harganya mahal. Salah satu bahan alternatif yang
murah adalah memanfaatkan minyak goreng bekas menjadi bahan baku deterjen
yang ramah lingkungan. Minyak goreng mengandung FFA (Free Fatty Acid) atau
asam lemak bebas (Ketaren, 1996). Kandungan asam lemak bebas inilah yang
kemudian akan diesterifikasi dengan methanol menghasilkan metal ester.
Sedangkan kandungan trigliserida akan ditransesterifikasi dengan methanol
menghasilkan metal ester dan gliserol. Kemudian metal ester tersebut disulfonasi
untuk membentuk surfaktan yang akan menjadi bahan baku pembuatan detergen
(Rindang Tambun, 2006). Kelebihan deterjen dengan bahan baku minyak goreng
bekas adalah limbah minyak goreng yang terbuang sia-sia dapat digunakan
kembali sehingga mengurangi beban lingkungan karena sampah.
Penelitian ini akan mengkaji apakah karakteristik detergen dari minyak
goreng bekas memenuhi kriteria sebagai pencuci dan bagaimana kondisi optimum
untuk menghasilkan deterjen dari minyak goreng bekas.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana cara menghasilkan produk detergen dengan bahan baku alami
yang ramah lingkungan
2. Bagaimana karakteristik detergen dari minyak goreng bekas yang dapat
digunakan sebagai pencuci?
3. Bagaimana kondisi optimum dari detergen dengan bahan baku minyak goreng
bekas?

2

1.3 Tujuan
1. Menjelaskan proses pembuatan detergen dari minyak goreng bekas dengan
metode trans-esterifikasi dan sulfonasi.
2. Menjelaskan karakteristik minyak detergen dari minyak goreng bekas yang
dapat digunakan sebagai pencuci.
3. Menjelaskan kondisi terbaik dari detergen dengan bahan baku minyak goreng
bekas.
1.4 Luaran yang diharapkan

1. Data kondisi optimum untuk menghasilkan deterjen dari minyak goreng
bekas.
2. Artikel ilmiah yang dipublikasikan pada jurnal nasional atau dipresentasikan
pada seminar nasional.
3. Laporan penelitian.
1.5 Manfaat
Manfaat program ini adalah memberikan informasi tentang proses
pembuatan dan karakteristik detergen dari minyak goreng bekas dengan metode
trans-esterifikasi dan sulfonasi.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Detergen
Deterjen berasal dari bahasa latin yaitu detergere yang berarti
membersihkan. Detergen merupakan penyempurnaan dari produk sabun. Deterjen
sering disebut dengan istilah detergen sintetis yang mana detergen berasal dari
bahan-bahan turunan minyak bumi. Dibanding dengan produk terdahulu yaitu
sabun, deterjen mempunyai keunggulan antara lain mempunyai daya cuci yang
lebih baik serta tidak terpengaruh oleh kesadahan air.
Deterjen terdiri dari beberapa komponen utama yaitu surfaktan (agen aktif
permukaan), seperti Linear Alkyl Benzene Sulfonate (LAS) dan Alkyl Benzene

Sulfonate (ABS). LAS termasuk dalam kategori surfaktan anionik yang lebih
mudah didegradasi secara biologi daripada ABS. Akan tetapi menurut Sarialam
(2009), LAS hanya terdegradasi sampai 50%, dan membutuhkan waktu sembilan
hari. Builders, seperti trinatrium polifosfat (TSPP), trinatriumfosfat terklorinasi,
DEA (dietanolamina), dan senyawa fosfat kompleks yang dapat menyebabkan
eutrofikasi (pengkayaan unsur hara yang berlebihan). Selain komponen utama
yang telah disebutkan sebelumnya, deterjen juga mengandung bahan aditif lainnya
seperti alkali, bahan pengawet, bahan pemutih, dan bahan pewarna, bahan anti
korosif dan enzim. Oleh karena itu diperlukan kontrol terhadap komponen
utama dari deterjen yang memiliki potensi menyebabkan polusi lingkungan
dengan tujuan pengurangan resiko pada lingkungan.
Kebutuhan akan detergen meningkat dengan adanya dua kelemahan pada
sabun. Pertama, sabun merupakan garam dari asam lemah, larutannya agak basa
karena adanya hidrolisis parsial. Masalah kedua ialah bahwa sabun biasa
membentuk garam dalam air sadah yang mengandung kation logam-logam
tertentu seperti Ca, Mg, Fe, dan Kation-kation tersebut menyebabkan garam-

3

garam natrium atau kalium dari asam karboksilat yang semula larut menjadi

garam-garam karboksilat yang tidak larut mengakibatkan warna cokelat pada
pakaian (Heinemann., 1992).
2.2 Minyak Goreng
Minyak goreng adalah minyak yang berasal dari lemak tumbuhan atau
hewan yang dimurnikan dan berbentuk cair dalam suhu kamar dan
biasanyadigunakan untuk menggoreng bahan makanan (Wikipedia, 2009).
Minyak goreng berfungsi sebagai pengantar panas, penambah rasa gurih, dan
penambah nilai kalori bahan pangan.
Minyak goreng dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa golongan
(Ketaren, 2005) yaitu :
Berdasarkan sifat fisiknya, dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Minyak tidak mengering (non drying oil).
2. Minyak nabati setengah mengering (semi drying oil), misalnya minyak biji
kapas, minyak biji bunga matahari, kapok, gandum, croton, jagung, dan urgen.
3. Minyak nabati mengering (drying oil), misalnya minyak kacang kedelai, biji
karet, safflower, argemone, hemp, walnut, biji poppy, biji karet, perilla, tung,
linseed dan candle nut.
Berdasarkan sumbernya dari tanaman, diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Biji-bijian palawija, yaitu minyak jagung, biji kapas, kacang, rape seed, wijen,
kedelai, dan bunga matahari.

2. Kulit buah tanaman tahunan, yaitu minyak zaitun dan kelapa sawit.
3. Biji-bijian dari tanaman tahunan, yaitu kelapa, cokelat, inti sawit, cohume.
Berdasarkan ada atau tidaknya ikatan ganda dalam struktur molekulnya, yakni :
1. Minyak dengan asam lemak jenuh (saturated fatty acids).
Asam lemak jenuh antara lain terdapat pada air susu ibu (asam laurat) dan
minyak kelapa. Sifatnya stabil dan tidak mudah bereaksi/berubah menjadi asam
lemak jenis lain.
2. Minyak dengan asam lemak tak jenuh tunggal (mono-unsaturated fatty
acids/MUFA) maupun majemuk (poly-unsaturated fatty acids).
Asam lemak tak jenuh memiliki ikatan atom karbon rangkap yang mudah
terurai dan bereaksi dengan senyawa lain, sampai mendapatkan komposisi
yang stabil berupa asam lemak jenuh. Semakin banyak jumlah ikatan rangkap
itu (poly-unsaturated), semakin mudah bereaksi/berubah minyak tersebut.
3. Minyak dengan asam lemak trans (trans fatty acid)
Asam lemak trans banyak terdapat pada lemak hewan, margarin, mentega,
minyak terhidrogenasi, dan terbentuk dari proses penggorengan. Lemak trans
meningkatkan kadar kolesterol jahat, menurunkan kadar kolesterol baik, dan
menyebabkan bayi-bayi lahir premature.
Sifat-sifat minyak goreng dibagi ke sifat fisik dan sifat kimia (Ketaren,
2005), yakni Terdiri dari 2 golongan, golongan pertama yaitu zat warna alamiah,
yaitu secara alamiah terdapat dalam bahan yang mengandung minyak dan ikut
terekstrak bersama minyak pada proses ekstrasi. Zat warna tersebut antara lain α

4

dan β karoten (berwarna kuning), xantofil,(berwarna kuning kecoklatan), klorofil
(berwarna kehijauan) dan antosyanin(berwarna kemerahan). Golongan kedua
yaitu zat warna dari hasil degradasi zat warna alamiah, yaitu warna gelap
disebabkan oleh proses oksidasi terhadap tokoferol (vitamin E), warna cokelat
disebabkan oleh bahan untuk membuat minyak yang telah busuk atau rusak,
warna kuning umumnya terjadi pada minyak tidak jenuh.
Kelarutan, minyak tidak larut dalam air kecuali minyak jarak (castor oil),
dan minyak sedikit larut dalam alcohol,etil eter, karbon disulfide dan pelarutpelarut halogen. Titik cair dan polymorphism, minyak tidak mencair dengan tepat
pada suatu nilai temperature tertentu. Polymorphism adalah keadaan dimana
terdapat lebih dari satu bentuk Kristal. Titik didih (boiling point), titik didih akan
semakin meningkat dengan bertambah panjangnya rantai karbon asam lemak
tersebut. Titik lunak (softening point), dimaksudkan untuk identifikasi minyak
tersebut.
Hidrolisa, dalam reaksi hidrolisa, minyak akan diubah menjadi asam
lemak bebas dan gliserol. Reaksi hidrolisa yang dapat menyebabkan kerusakan
minyak atau lemak terjadi karena terdapatnya sejumlah air dalam minyak tersebut.
Oksidasi, proses oksidasi berlangsung bila terjadi kontak antara sejumlah oksigen
dengan minyak. Terjadinya reaksi oksidasi akan mengakibatkan bau tengik pada
minyak dan lemak. Esterifikasi, proses esterifikasi bertujuan untuk mengubah
asam-asam lemak dari trigliserida dalam bentuk ester. Dengan menggunakan
prinsip reaksi ini hidrokarbon rantai pendek dalam asam lemak yang
menyebabkan bau tidak enak, dapat ditukar dengan rantai panjang yan bersifat
tidak menguap.
2.3 Trans-esterifikasi
Mekanisme reaksi trans-esterifikasi dibagi menjadi tiga tahap. Tahap
pertama adalah penyerangan ikatan karbonil pada trigiserida oleh anion dari
alkohol dan membentuk zat antara tetrahedral. Pada tahap kedua, zat antara
tetrahedral bereaksi dengan alkohol dan membentuk anion dari alkohol. Pada
tahap akhir, zat antara tetrahedral mengalami transfer proton sehingga terbentuk
ester dan gliserol (Siti Miskah, 2008).

Reaksi Esterifikasi dan Trans-esterifikasi (Siti Miskah, 2008)
2.4 Sulfonasi
Sulfonasi adalah proses kimia yang memasukkan gugus sulfonat SO3H
atau garamnya atau sulfonil halida, misalnya SO2Cl ke dalam suatu senyawa

5

organik. Gugus ini dapat terikat dengan atom C atau N. Dengan proses sulfonasi,
metil ester akan diubah menjadi metil ester sulfonat (MES) yang merupakan jenis
surfaktan yang ramah lingkungan (Ari Imam Sutanto, 2007)
Proses sulfonasi metil ester terjadi ketika bahan baku engalami kontak
langsung dengan gugus sulfonat, dimana reaksi pertama adalah masuknya SO3 ke
dalam gugus alkoksy sehingga membentuk SO3-mono-adduct dimana selanjutnya
bereaksi kembali dengan SO3 membentuk SO3-di=adduct.

Reaksi Sulfonasi Methyl Ester (Tano, 2003)

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan:
1. Magnetic stirrer
8. Kertas whatman
2. Beaker glass
9. Kertas pH
3. Thermometer
10. Erlenmeyer
4. Pengaduk
11. Tabung reaksi
5. Stopwacth
12. Kaki tiga
6. Sentrifuge
13. Kompor
7. Kain penyaring
14. Pendingin Leibig
Bahan yang digunakan:
1. Minyak goreng bekas
2. Methanol
3. NaOH
4. NaHSO3
5. Na2CO3

6. Zeolit Na
7. CMC
8. Aquadest
9. Parfum
10. Pewarna

3.2 Rancangan Penelitian
3.2.1 Kondisi Proses
1. Kecepatan konstan 120 rpm pada suhu 55°C dalam waktu 30 menit.
2. Kecepatan konstan 120 rpm pada suhu 55°C dalam waktu 60 menit.
3. Suhu 109°C selama 3 jam.
4. Suhu 55°C selama 1 jam.

6

3.2.2 Variabel
1. Kecepatan konstan
2. Waktu
3. Suhu

: 100 rpm, 120 rpm, 140 rpm
: 30 menit, 60 menit, 90 menit
: 50°C, 55°C, 60°C

3.3 Prosedur Penelitian
Adapun alur penelitian ini adalah sebagai berikut.

Tahap
persiapan

Tahap
Pelaksanaa
nPenelitian

Tahap
Analisa dan
Pembahasan

Tahap
Pelaporan Data

Gambar 1. Bagan Alur Kegiatan Penelitian
3.3.1 Penyiapan Bahan Baku
Bahan yang digunakan adalah minyak goreng bekas, methanol, NaOH,
NaHSO3, Na2CO3, Zeolit Na, CMC, aquades, parfum dan pewarna. Siapkan
minyak goreng bekas sebagai bahan baku, kemudian saring kotoran pada minyak
goreng bekas tersebut dan lakukan penghilangan air dengan cara pemanasan pada
suhu 100°C.
3.3.2 Pembuatan surfaktan
1. Campurkan asam sulfat 0,5 wt% dan methanol serta minyak goreng bekas
dengan molar rasio antara alcohol dan bahan baku minyak sebesar 6;1 dalam
wadah berpengaduk magnetic stirrer dengan kecepatan konstan 120 rpm pada
suhu 55°C dalam waktu 30 menit.
2. Selanjutnya campurkan NaOH 0,5 wt%, methanol, dan produk tahap pertama
dengan rasio molar antara alcohol dan produk tahap pertama sebesar 9:1
dalam wadah berpengaduk magnetic stirrer dengan kecepatan konstan 120
rpm pada suhu 55°C dalam waktu 60 menit.
3. Setelah itu diamkan hingga terbentuk dua lapisan atasa dan bawah, lapisan
atas merupakan metal ester dan gliserol di bagian bawah. Kemudian pisahkan
dua lapisan tersebut dengan sentrifuge. Kemudian setelah terpisah, metil ester
yang didapat dicuci dengan air distilat panas (10vol%). Keringkan air yang
terdistribusi dalam metil ester dengan garam penarika air (MgSO4 anhidrid).
4. Pisahkan metil ester dari garam-garam yang mengendap dengan penyaringan.
Filtrate yang diperoleh merupakan senyawa metil ester.
5. Kemudian metil ester yang diperoleh disulfonasi denagan NaHSO3 dengan
perbandingan mol reaktan 1:1,5 sambil dipanaskan pada suhu 109°C selama 3
jam. Selanjutnya hasil dimurnikan dengan methanol 35% dengan suhu 60°C
selama 1 jam.
6. Netralkan hasil hingga mencapai pH netral dengan NaOH 20% sehingga
terbentuklah Metil Ester Sulfonat (MES) yang merupakan surfaktan sebagai
bahan pembuatan deterjen.

7

3.3.3 Pencetakkan deterjen
Campurkan surfaktan hasil percobaan dengan NaHSO3, CMC, Na2CO3,
zeolit Na, pewarna, dan aquades dalam reactor. Panaskan campuran tersebut
sambil diaduk hingga homogeny. Setelah homogeny, api dimatikan kemudian
didinginkan. Setelah itu tambah parfum 1% berat. Kemudian larutkan cairan ke
bak filter, kemudian keringkan hingga berbentuk bubuk halus kering.

BAB 4. BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN
4.1 Anggaran Biaya

No
1
2
3
4

Tabel 4.1 Ringkasan Anggaran Biaya
Jenis Pengeluaran
Peralatan penunjang
Bahan habis pakai
Perjalanan
Lain-lain (Administrasi, publikasi seminar, laporan)
Total

Biaya (Rp)
2.950.000
5.136.000
2.230.000
1.580.000
11.896.000

Tabel 4.2 Jadwal Kegiatan program
No.

Bulan

Keterangan
1

1.

2.

3.

2

3

4

5

Persiapan
Reaktualisasi konsep
Persiapan administrasi
Penyiapan peralatan pendukung
Persiapan bahan baku
Uji coba peralatan
Pelaksanaan
Running
Analisa hasil
Studi pustaka
Penyusunan laporan pengolahan data
Penyusunan laporan
Presentasi

DAFTAR PUSTAKA
Heinemann, Rigby. 1992. Chemistry Two, Australian Pty. Ltd. Heinemann
Education : Australia
Ilyani S Andang. 2001. Gunakan Deterjen Seminimal Mungkin. [Online].
http://www.mail-archive.com/tlusakti@ypb.or.id/msg00343.html.
Schwartz, A.M., 1958, Surface Aktive Agents and Detergents, Interscience
Publisher, Inc : New York.

8

Sutanto, Ari Imam. 2009. Sintesa Metil Ester Sulfonat dari Metil Ester Berbahan
Baku PKO pada Skala Pilot Plant Buku Ajar Teknologi Oleokimia.
[Online]. http://Learning/Teknologi%20Oleokiia/Textbook/COVER pada
tanggal 13 Agustus 2009.

9

LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1. Biodata Ketua dan Anggota, Biodata Dosen Pembimbing

10

11

12

Ricky Sudiantoro

13

14

15

16

Lampiran 2. Justifikasi Anggaran Kegiatan
1.
Peralatan Penunjang:
No
Kebutuhan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

Magnetic stirrer
Beaker glass 500ml
Beaker glass 100ml
Beaker glass 50ml
Kertas whatman
Kertas pH
Thermometer
Tabung reaksi
Pengaduk
Sentrifuge
Kain penyaring
Kaki tiga
Stopwatch
Kompor
Erlenmeyer 100ml

2.
Biaya Habis Pakai :
No
Kebutuhan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Minyak Goreng bekas
Methanol
NaOH
NaHSO3
Zeolit Na
CMC
Aquadest
Parfum
NaHSO3
Pewarna

3.
Perjalanan :
No
Kebutuhan
1.
2.
3.

Transportasi
Akomodasi
Mencari Literatur

Jumlah
4
2
4
2
8
1
2
10
2
1
3
1
1
1
2
Subtotal

Jumlah

Harga Satuan(Rp)
55.000
265.000
120.000
38.000
3.800
13.600
86.000
20.000
15.000
475.000
15.000
25.000
143.000
250.000
135.000

Harga Satuan(Rp)

10 liter
1 liter
500 gram
1 liter
2 kg
3 liter
5 liter
1 liter
2 kg
500 mg
Subtotal

10.000
750.000
600.000
650.000
400.000
325.000
15.000
150.000
450.000
73.000

Jumlah

Harga Satuan (Rp)

4x
2x
1x
Subtotal

300.000
340.000
150.000

Harga (Rp)
220.000
530.000
480.000
76.000
30.400
13.600
162.000
200.000
30.000
475.000
45.000
25.000
143.000
250.000
270.000
2.950.000

Harga (Rp)
90.000
750.000
600.000
650.000
800.000
975.000
75.000
150.000
900.000
146.000
5.136.000

Harga (Rp)
1.400.000
680.000
150.000
2.230.000

17

4.

Lain-lain
Publikasi :
No
Kebutuhan
1.

Publikasi

No

Pelaporan :
Kebutuhan

1.

Pembuatan Proposal

Jumlah

Harga Satuan (Rp)

2x
Subtotal

Jumlah

550.000

Harga Satuan (Rp)

3x
Subtotal

Total Jumlah Keseluruhan Biaya : Rp11.896.000

160.000

Harga (Rp)
1.100.000
1.100.000

Harga (Rp)
480.000
480.000

18

Lampiran 3. Sususan Organisasi Tim Peneliti dan Pembagian Tugas

No

Nama/NIM

Program
Studi

BidangIlm
u

AlokasiWaktu
(Jam/Minggu)

1

Iqbal Ryan R.
21030114130165

S1-Teknik
Kimia

Teknologi/
Rekayasa

12
jam/minggu

2

Faqihuddin M
21070115120106

S1-Teknik
Kimia

Teknologi/
Rekayasa

12
jam/minggu

3

Indriyanti
21030114120059

S1-Teknik
Kimia

Teknologi/
Rekayasa

12
jam/minggu

4

Ricky Sudiantoro
21030114130162

S1-Teknik
Kimia

Teknologi/
Rekayasa

12
jam/minggu

5

M. Arfuddin
21030115140186

S1-Teknik
Kimia

Teknologi/
Rekayasa

12
jam/minggu

UraianTugas
- Persiapan Bahan
baku
- Pembuatan
Surfaktan
- Persiapan Bahan
baku
- Pembuatan
Surfaktan
- Pembuatan
Surfaktan
- Pencetakan
deterjen
- Pembuatan
Surfaktan
- Pencetakan
deterjen
- Pembuatan
Surfaktan
- Pencetakan
deterjen

19