Slide PSI 369 Pertemuan III

Kuliah 3
Adriatik Ivanti, M.Psi, Psi

Learning
disability ?



LD adalah istilah umum untuk
menggambarkan kondisi sso yang
mempengaruhi cara belajar dan
keberfungsiannya di dalam kehidupan
sehari-hari.
 Di bawah payung LD, terdapat disorder yang
mempengaruhi sso dalam mendengar,
berbicara, membaca, bernalar, dan
berhitung aritmatik. Namun, bukan berarti,
sso yang LD tidak dapat melihat dan
mendengar.



Kesulitan dalam pencapaian dan peningkatan
akademik







Mereka memiliki inteligensi yang mendekati
rata-rata dan di atas rata-rata. Tampilan fisik
dan perilaku spt anak lain sehingga sulit untuk
dibedakan  hidden handicap.
Sehingga, orang tua, guru, dan dokter tidak
menyadari kondisi ini. Alhasil, mereka disebut
sebagai anak pemalas, anak aneh, dan anak
berprestasi rendah.
Efek dari kondisi ini bisa berkisar ringan – berat.
Bila LD co-ocurring dengan ADHD, social
maladjustment, dan masalah emosi maka mrk

menjadi lebih terbatas kemampuannya.

Individu dgn LD biasanya lebih banyak
mendapatkan feedback negatif dari hasil
pekerjaannya sehingga tidak jarang mrk
frustrasi, marah, depresi, cemas, dan
merasa tidak berguna



Anak LD menunjukkan pola perkembangan
yang tidak biasa
 Masalah belajar bukan disebabkan oleh
lingkungan yang tidak menguntungkan
 Bukan pula disebabkan oleh MR atau
gangguan emosional







LD mempengaruhi kemampuan membaca,
menulis, berbicara, mengeja, matematika,
dan penalaran. LD juga dapat
mempengaruhi atensi, memory, koordinasi,
keterampilan sosial, dan kematangan
emosi
Anak LD lemah di satu area akademis tapi
punya kelebihan di area lain
Bermasalah dalam input maupun output

Faktor Penyebab
1.

2.
3.

4.
5.


Faktor keturunan
Terdapat masalah ketika kehamilan,
melahirkan, atau kelahiran prematur
Kondisi prenatal  kurang oksigen,
kurang nutrisi, merokok, obat2an,
dan minum alkohol
Post-birth trauma, deman yang
sangat tinggi, head trauma
Terkontaminasi aluminium, arsenic,
mercury

Karakteristik Primer





Deficit perceptual  visual dan auditori
 terjadi karena otak salah

menginterpretasikan informasi sensori.
80% siswa LD memiliki masalah di area
membaca  kesulitannya terletak dari
pengenalan huruf sehingga menyulitkan
untuk belajar membaca
Pengenalan huruf  suara huruf,
membaca simbol/huruf, recall bunyi
huruf, dan kemamp generalisasi
informasi tertulis dan bacaan

Karakteristik sekunder


Karena kelamaan mengalami
kegagalan akademik  low self
esteem, motivasi belajar rendah,
gaya belajar metakognitifnya tidak
strategic, dan kemampuan
copingnya rendah  sehingga sering
tidak masuk sekolah, sakit2an,

absen, cemas, tidak mandiri








Anak LD tidak ‘pintar’
LD hanya alasan atas kemalasan, tidak
termotivasi, tidak bertanggung jawab
LD hanya didiagnosa pada anak, orang dewasa
tidak

Dyslexia dan LD adalah istilah yang sama
LD hanya mempengaruhi area akademis tidak
mempengaruhi area lain






Orang dewasa dengan LD tidak dapat sukses
di Perguruan tinggi
Anak LD diidentifikasi di usia TK dan kelas 1
Laki-laki potensinya lebih besar daripada
pada perempuan

Inclusionary criterion – beda antara potensi
dengan yang aktual
2. Exclusionary criterion – bukan disebabkan
oleh gangguan pendengaran dan
penglihatan, MR, gangguan emosional,
perbedaan budaya
3. Need criterion – ada kebutuhan akan
layanan pendidikan khusus, gangguan yang
dialami dapat membuat ia tidak bisa
belajar
1.









Underachiever di diagnosa LD

Diagnosa LD lebih diterima daripada
diagnosa gangguan lain, seperti mild MR.
guru dan orangtua lebih ‘memilih’
klasifikasi ini
Guru dan orangtua lebih aware

Meningkatnya risiko sosial dan kultural 
stressor biologis dan psikososial

Karakteristik LD


Karakteristik Umum hasil
gangguan fungsi otak
1.

Hiperaktivitas

2.

Perceptual-motor impairments

3.

Ketidakmatangan emosi

4.

Gangguan koordinasi

5.


Gangguan rentang perhatian

6.

Impulsif

7.

Gangguan memori dan berpikir

8.

Kesulitan belajar khusus

9.

Gangguan berbicara dan mendengar

10.


Ada tanda-tanda gangguan neurologi

Karakteristik yang berkaitan
dengan Membaca







LD = kesulitan membaca?
Bisa jadi iya, bisa juga tidak. Karena tidak
semua siswa yang memiliki LD, memiliki
kesulitan membaca. Dampak LD bisa
menyeluruh
Kesulitan membaca meliputi: phonological
awareness, rapid automatic naming,
reading recognition, reading
comprehension
Disleksia = kesulitan membaca yang
tergolong parah

Disleksia






Masalah neurologi
Sehingga siswa yang memiliki kesulitan
membaca baru dapat membaca di kelas 2
dan kelas 3.
Hanya 1% dari populasi kesulitan belajar
yang memiliki disleksia.
Dapat dikenali pertama pada early
reading skill  Phonological awareness n
rapid naming





Phonological awareness: pengenalan
terhadapa kata-kata, suku kata, atau
suara yang muncul di bahasa verbal dan
muncul ke dalam perilaku penghilangan,
penambahan, dan penggantian huruf
ketika berbahasa
Rapid automatic naming : kemampuan
untuk secara cepat menyebutkan
stimulus, seperti angka, huruf, atau
gambar.



Kesulitan belajar huruf, membunyikan,
atau memasangkan huruf dengan
bunyinya
 Seringkali bermasalah ketika membaca
keras, sering berhenti dan mengulang
 Tidak memahami apa yang ia baca
 Tulisannya berantakan dan cara pegang
pensil yang aneh
 Sangat sulit mengekspresikan ide dengan
menulis



Bermasalah dalam mengingat bunyi dari
huruf, atau perbedaan antara bunyi kata
 Bermasalah dalam memahami lelucon
 Kesulitan mengikuti arahan
 Salah pengucapan atau menggunakan kata
dengan bunyi yang hampir mirip
 Kesulitan mengorganisasikan apa yang ingin
dikatakan atau tidak bisa memikirkan apa
kata yang akan digunakan dalam menulis atau
percakapan



Tidak mampu mengikuti aturan sosial
dalam percakapan seperti bergantian, atau
berdiri terlalu dekat dengan yang
mendengarkan
 Sulit membaca simbol matematika dan
membaca huruf
 Tidak dapat menceritakan cerita dalam
urutan yang benar
 Tidak tahu dimana harus memulai tugas
dan setelah itu harus kemana

Bagaimana cara identifikasi

1.
2.

3.

Initial identification  oleh guru,
orang tua, atau orang lain

Response to intervention  suatu
proses untuk menentukan respon
siswa

Penggunaan tes terstandardisasi 