JAS Vol 15 No 1 Aksi Petani dan Gerakan Politik Pedesaan 13-Review_Buku

RESENSI BUKU

PANGAN DI BAWAH
KUASA MODAL
Tri Hadiyanto Sasongko

1

Judul Buku

:

Lapar: Negeri Salah Urus!

Penulis

:

Khudori

Penerbit


:

Resist Book, Yogyakarta

Tahun

:

2005

Jml Halaman :

Pengantar

xi + 228

Mendengar lagu tersebut membuat
kita membayangkan Indonesia seba-


...Bukan lautan, hanya kolam susu

gai negeri agraris yang subur dan

Kail dan jala cukup menghidupimu

makmur. Sawah terbentang dengan

Tiada badai tiada topan kau temui

luas, petani-petani mencangkul di sa-

Ikan dan udang menghampiri dirimu

wahnya dengan penuh semangat ka-

Orang bilang tanah kita tanah surga

rena hasil panennya sangat berlim-


Tongkat kayu dan batu jadi tanaman

pah. Tidak ada rakyat yang miskin,
apalagi kelaparan. Semua rakyat hi-

(Kolam Susu, Koes Ploes)

dup berkecukupan, makmur, dan bahagia. Pendeknya, inilah surga dunia!

1 Staf Peneliti Divisi Agraria di Yayasan AKATIGA

JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006

213

PANGAN DI BAWAH KUASA MODAL

Orang tidak perlu membanting tulang

hukimo mengungkap alasan klasik,


dan memeras keringat hanya untuk

umbi-umbian sudah habis sejak Okto-

mendapatkan sesuap nasi. Tetapi,

ber 2005. Tidak ada pangan lain, ma-

apakah gambaran negeri makmur itu

syarakat terlambat menanam. De-

memang betul adanya? Ataukah ha-

ngan kata lain, One Pahebol, Sang Bu-

nya legenda semata? Jika itu hanya le-

pati, mengatakan bahwa ke-55 orang


genda, lalu bagaimana masa depan

tersebut meninggal akibat kesalahan

pertanian dan kehidupan petani Indo-

sendiri. Pejabat negara seenak perut-

nesia?

nya sendiri mengacungkan telunjuk
pada rakyatnya. Siapa suruh malas

Fakta menunjukkan bahwa orang ke-

dan terlambat menanam pangan? 2

laparan tidak semata-mata karena tidak ada pangan. Kelaparan juga bisa


Secara agregat, tidak terlalu salah jika

terjadi di kawasan (negeri) yang pa-

surplus panen di suatu negara diklaim

ngannya berlimpah. Tidak Percaya?

sebagai indikator mantapnya keta-

Tahun 2004 lalu Badan Pusat Statistik

hanan pangan negara tersebut. Na-

(BPS) melaporkan bahwa produksi pa-

mun demikian, tercapainya ketahanan

di kita melampaui kebutuhan domes-


pangan di tingkat makro tidak berarti

tik. Dengan gagah berani, pemerintah

tiadanya masalah dalam ketahanan

mengklaim Indonesia akan kembali

pangan di tingkat mikro, yaitu tingkat

meraih

beras

rumah tangga. Distribusi pangan yang

yang pernah dicapai pada tahun 1984

tidak merata di tingkat regional dan


sekaligus bisa mengekspor beras. Te-

rumah

tapi, bagai disambar petir di siang bo-

rawan pangan di tingkat yang paling

long, di awal tahun 2005 kita dike-

bawah. Pemenang Nobel Ekonomi ta-

jutkan dengan kabar kelaparan kronis

hun 1998, Amartya Sen, dalam buku-

yang melanda 10 kabupaten di Nusa

nya Inequality Reexamined, mema-


Tenggara Timur (NTT) akibat gagal pa-

parkan tentang pentingnya akses dan

nen. Tidak cukup sampai di situ, berita

aspek kebebasan daripada keterse-

kelaparan juga berhembus hingga Pa-

diaan. Sen menunjukkan bahwa di In-

pua, tepatnya di tujuh distrik di Kabu-

dia dan China kurang pangan justru

paten Yahukimo. Tercatat 55 orang

terjadi saat jumlah produksi pangan


meninggal dan 112 kritis akibat kela-

per kapita meningkat. Jadi, kelaparan

paran. Yang menyebalkan, Bupati Ya-

atau kurang gizi terjadi bukan karena

status

swasembada

tangga

bisa

memunculkan

2 Kompas, 12 Desember 2005


214

JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006

RESENSI BUKU

tidak ada pangan, tapi karena orang

kutik. Berbagai layanan sosial dicabut,

tidak bisa memiliki pangan (Sen

berbagai subsidi ditiadakan. Dalam

1996).

kondisi itu rakyat dan petani miskin
menjadi sendirian.

Lalu, mengapa pangan menjadi seperti dua sisi mata uang? Di satu sisi

Buku ini secara umum mengupas ber-

terjadi kelimpahan pangan dan di sisi

bagai permasalahan pangan dan se-

lain muncul kelaparan dan kekurang-

gala sesuatu yang melingkupinya,

an gizi? Pangan kini telah bertransfor-

baik di tingkat global ataupun lokal.

masi menjadi komoditi alias barang

Penulis buku, Khudori, bukan hanya

yang bisa diperdagangkan (Appan-

mampu menguraikan berbagai per-

durai 1986), sehingga seseorang atau

masalahan secara sistematis dan ter-

sekelompok orang dapat meraih ke-

perinci, namun juga menyajikannya

untungan atasnya. Itulah sebabnya

dengan gaya bahasa yang ringan na-

para pengusaha kaya berebut me-

mun kritis sehingga memudahkan

nguasai industri ini. Berbagai restoran

pembaca untuk memahaminya.

siap saji dengan embel-embel gaya
hidup modern telah menjerat dan

Kelebihan lain buku ini adalah bahwa

mengubah pola konsumsi masyara-

pembaca tidak hanya disodorkan ber-

kat. Orang dicitrakan merasa keting-

bagai teori dan wacana semata, na-

galan zaman bila belum pernah men-

mun juga diperkaya oleh berbagai da-

cicipi pangan siap saji tersebut.

ta statistik dan studi kasus, baik di
tingkat makro ataupun mikro. Hal ini

Masalah kemudian menjadi semakin

memudahkan pembaca untuk “mem-

pelik ketika pangan dan pertanian ha-

bumikan” isu-isu yang dipaparkan se-

rus diliberalisasi dan tunduk pada hu-

cara memikat oleh penulis. Di akhir

kum pasar. Dengan kredo pasar be-

tulisannya,

bas, para penganjur paham neolibe-

mengajukan solusi untuk keluar dari

ralisme memaksa negara-negara ber-

permasalahan yang telah dijelaskan

kembang untuk meliberalisasi pasar

panjang lebar di atas.

penulis

juga

mencoba

domestiknya. Lewat tekanan IMF dan
Bank Dunia, melalui proyek hutang-

Sistematika penulisan adalah sebagai

nya, pemaksaan itu semakin sempur-

berikut. Bagian pertama buku ini ber-

na. Karena tidak punya komitmen

isi urgensi meneriakkan HAM pangan.

kuat pada rakyatnya, pemerintah ne-

Pada bagian kedua, Khudori secara

gara berkembang seringkali tidak ber-

memikat memaparkan kondisi bagai-

JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006

215

PANGAN DI BAWAH KUASA MODAL

mana kelaparan dan kekurangan pa-

meningkatnya jumlah penduduk mis-

ngan dapat terjadi di tengah kelim-

kin dan rawan pangan dari tahun ke

pahan pangan. Bagian ketiga secara

tahun merupakan salah satu indika-

khusus mengupas bagaimana perbe-

sinya. Berdalih ikut serta dalam per-

daan pola konsumsi antara kaum mis-

dagangan dunia, Indonesia menjadi

kin dan kaya. Penulis menyampaikan

anggota berbagai lembaga multila-

peringatan tentang ancaman kelapar-

teral termasuk WTO dan AoA. Khudori

an tersembunyi pada bagian keempat

menyatakan

buku ini. Pada bagian selanjutnya

membuat Indonesia jatuh dari net

Khudori menggambarkan betapa pa-

food exporter country menjadi net

ngan telah terjerat dalam kuasa mo-

food importer country. Membuka pin-

dal. Di bagian terakhir, Khudori men-

tu impor lebar-lebar sama saja de-

coba menawarkan alternatif solusi un-

ngan memaksa petani kita yang gu-

tuk lepas dari kondisi keterjeratan

rem, miskin, dan tradisional untuk

pangan oleh pasar global, yaitu de-

bertarung vis a vis dengan petani ne-

ngan membangun kedaulatan pa-

gara maju yang kaya dan ditopang be-

ngan.

ragam proteksi serta subsidi besar-

bahwa

hal

tersebut

besaran dari negaranya.
Saatnya Meneriakkan HAM Pa-

Lebih lanjut, Khudori menyatakan

ngan

bahwa liberalisasi pangan tanpa memperhitungkan dampaknya pada kecu-

Di awal bab ini penulis memaparkan

kupan pangan adalah kedunguan pa-

bahwa kematian karena kelaparan

ling wahid. Kedunguan lain adalah ba-

90% diakibatkan oleh kemiskinan.

gaimana pemimpin negeri ini meng-

Prakarsa dunia mengatasi kelaparan

gantungkan ketersediaan pangan de-

global

karena

ngan “memanen pangan di pasar”,

jumlah penduduk yang mengalami

dan bukan di lahan sendiri dengan

kelaparan pada tahun 2004 telah me-

menggunakan sumber daya lokal dan

ningkat hingga satu miliar. Siapa

keragaman budaya yang ada. Men-

biang keladinya? Menurut Dirjen FAO,

diamkan perilaku “memanen pangan

Diouf, penyebabnya adalah ketidak-

di pasar” akan menyeret masyarakat

adilan pasar global.

miskin dan kelompok rentan lain ke

juga

tidak

berarti

posisi paling rentan akan kelaparan.
Di Indonesia, kondisi tersebut juga

Padahal, dalam perspektif HAM, hal

dikhawatirkan dapat terjadi. Terus

tersebut

216

merupakan

pelanggaran

JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006

RESENSI BUKU

HAM berat. Karena konstitusi menja-

jualnya rendah. Di sisi lain, tingkat ke-

min warga negara supaya tidak lapar,

tergantungan kita pada beras sangat

maka ketersediaan dan keterpenuhan

tinggi. Kampanye “berasisasi” yang

pangan (dan gizi) ialah prinsip HAM

dilakukan pemerintah Orba dituding

yang mendasar.

bukan hanya membuat kita sangat
tergantung pada beras, namun juga
“membunuh” berbagai pangan lokal.

Negeri Subur Kurang Pangan
Pangkal dari permasalahan di atas
Kelaparan atau kurang gizi terjadi bu-

adalah salah kaprah desain ketahanan

kan karena tidak ada pangan, tapi ka-

pangan. Ketika ketahanan pangan di-

rena orang tidak bisa memiliki pa-

maknai sebagai mencukupinya keter-

ngan. Itulah yang ingin Khudori tekan-

sediaan beras, maka pemerintah de-

kan dalam bab ini. Menurut data BPS

ngan segala upaya berusaha mema-

(2004), dari empat belas komoditas

sukkan beras ke Indonesia. Perilaku

penting, hanya dua komoditas (kede-

“memanen pangan di pasar” telah ter-

lai dan sayuran) yang cenderung me-

bukti menjerumuskan kita sebagai ne-

nurun produksinya. Di sisi lain, jumlah

gara pengimpor beras terbesar di se-

penduduk miskin dan rawan pangan

luruh bumi. Ironis memang, jika

juga mengalami peningkatan signi-

mengingat kita juga dikenal sebagai

fikan. Khudori mengatakan bahwa ti-

negara agraris yang subur makmur,

dak ada jaminan bahwa kurang pa-

tanahnya bisa ditanami sepanjang ta-

ngan dapat terhindari kalau pangan

hun, dan sumber daya alamnya ber-

berlimpah. Kelaparan dapat tercipta

limpah.

apabila harga tidak terjangkau atau
bahan pangan tidak diperoleh karena

Di bagian akhir bab ini, Khudori me-

distribusinya timpang. Di sinilah pen-

maparkan secara cukup rinci khusus

tingnya aksesibilitas rakyat atas pa-

mengenai bantuan beras bagi rakyat

ngan.

miskin (raskin). Menurut Khudori ada
beberapa keunggulan program ini.

Lebih lanjut, Khudori menyatakan

Pertama, bantuan langsung diterima

bahwa beras sebagai pangan pokok

oleh rakyat miskin. Kedua, dapat ikut

sebagian besar masyarakat Indonesia

menggerakkan ekonomi desa. Ketiga,

tidak pernah bisa menjadi komoditas

sebagai investasi SDM yang bebas

andalan rumah tangga petani, karena

risiko. Namun demikian Khudori juga

biaya produksinya mahal dan harga

mencatat risiko bahwa raskin justru

JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006

217

PANGAN DI BAWAH KUASA MODAL

dapat menjadi racun. Pertama, pro-

rupakan kebutuhan manusia di atas

gram ini sama saja dengan memak-

kebutuhan lainnya. Berbeda dengan

sakan rakyat untuk memakan beras

kebutuhan pendidikan dan kesehatan

(nasi) bila diterapkan di kawasan

yang memungkinkan ditunda bebe-

yang tidak mengkonsumsi beras (na-

rapa saat, kebutuhan akan pangan

si). Kedua, ternyata dalam penyalur-

harus tersedia setiap saat.

annya, raskin juga mengalami manipulasi sehingga “tidak tepat sasaran.”

Bagi kaum miskin, makan hanyalah
soal banyak atau sedikit, sering atau

meng-

jarang makan. Dalam kemiskinan,

usulkan beberapa alternatif solusi

mustahil kebutuhan gizi bisa dipenuhi.

Sebagai

penutup

Khudori

agar raskin lebih tepat sasaran. Per-

Lebih mustahil lagi adalah meng-

tama, dilakukan sosialisasi pada petu-

indahkan keamanan pangan. Padahal

gas di lapangan agar memahami mak-

idealnya pangan juga harus meme-

sud, tujuan, dan mekanisme penya-

nuhi gizi, aman, bermutu, dan bera-

luran raskin sehingga tak terjadi kesa-

gam. Kecukupan pangan juga harus

lahan. Kedua, mekanisme penyaluran

memenuhi kaidah terjangkau oleh

perlu disederhanakan sehingga mem-

masyarakat miskin, tersedia setiap

permudah proses kontrol. Ketiga,

saat (baik saat panen maupun pacek-

pengawasan penyaluran raskin perlu

lik), dan bisa diakses siapa saja.

diperketat dan ditingkatkan. Keempat, sistem pelaporan harus dibuat

Sementara itu, bagi kaum kaya, pa-

tertib dan baik. Kelima, diadakan eva-

ngan bukan hanya perkara perut, me-

luasi penyaluran setiap bulannya. Ke-

lainkan

enam, diadakan pos pengaduan agar

(Redana 1997). Citra atau image

juga

sebuah

gaya

hidup

rakyat berani dan mudah melaporkan

menjadi sangat penting ketimbang

kecurangan penyaluran raskin. Ketu-

pangan itu sendiri. Salah satu citra

juh, diterapkan sanksi yang tegas dan

yang ditawarkan adalah citra modern

keras.

dan gaya hidup baru. Ada penciptaan
“norma baru” di masyarakat yang
membuat orang merasa menjadi be-

Pangan bagi Si Miskin dan Si Kaya

gitu udik bila belum pernah menyantap pizza, hamburger, atau sebang-

Pangan, meski wujudnya sama, ter-

sanya.

nyata bisa memiliki arti yang berbeda

dianggap pangan elite oleh sebagian

bagi si miskin dan si kaya. Pangan me-

besar masyarakat kita. Dengan me-

218

Pangan

siap

saji

tersebut

JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006

RESENSI BUKU

nyantap pangan siap saji, konsumen

sitas pada anak-anak. Penelitian Mei-

bukan hanya akan merasa kenyang,

lany pada tahun 2002 menyimpulkan

namun juga akan terdongkrak kelas

bahwa satu dari tiga anak SD di Ja-

sosialnya (karena mampu menyantap

karta telah mengalami obesitas. Pe-

“pangan elite”).

san moral lainnya adalah bahwa pangan siap saji memang dapat mem-

Mengkonsumsi pangan siap saji ter-

bunuh secara tidak langsung. Pemicu

nyata mengandung risiko besar. Film

utama berbagai penyakit kronis se-

“Supersize Me” menunjukkan bahwa

perti kardiovaskuler, diabetes melitus,

mengkonsumsi pangan siap saji terus

dan kanker adalah obesitas (Schlosser

menerus akan menyebabkan obesi-

2004). Khudori juga mengingatkan

tas. Seorang lelaki bernama Morgan

bahwa pangan berbahaya lainnya juga

Spurlock selama 30 hari nonstop (pa-

dapat ditemukan pada pangan pab-

gi-siang-petang-malam)

hanya

rikan besar atau industri kecil. Telah

mengkonsumsi pangan yang dijual di

banyak kasus keracunan pangan ter-

McDonald's: aneka burger, kentang

jadi setelah anak-anak menyantap pa-

goreng, plus minuman bersoda. Efek-

ngan yang dijual di depan sekolah

nya dahsyat. Awalnya, berdasarkan

mereka. Juga kasus pangan berfor-

pemeriksaan menyeluruh oleh tiga

malin yang kini tengah ramai dibica-

ahli (ahli jantung, ahli gizi, dan dokter

rakan di media massa.

umum), Spurlock dinyatakan segarbugar. Namun, setelah 'berdiet' ala
McDonald's, bobotnya naik 11,25 kg.

Bom Waktu Kelaparan Tersembu-

Kadar kolesterolnya melejit 230 mg/dl

nyi

darah dari yang tadinya hanya 180
mg/dl. Livernya pun terancam baha-

Banyaknya jumlah anak-anak yang

ya, seperti pecandu alkohol berat.

menderita cacingan, anemia, dan kekurangan gizi kronis juga menjadi

Pesan moral film Supersize Me sangat

perhatian Khudori. Kondisi kurang gizi

relevan saat ini. Obesitas kini menjadi

atau gizi buruk dapat terjadi kapan

pemicu penyebab kematian kedua

saja dan di mana saja. Penyebab gizi

setelah merokok di AS. Di Indonesia,

buruk ini sangat kompleks dan rumit,

gejala ini juga mulai nampak. Saat ini

tidak ada faktor tunggal yang menjadi

diperkirakan 10 dari setiap 100 pen-

penyebab. Cara dan gaya hidup dalam

duduk Jakarta menderita obesitas.

mengkonsumsi pangan dapat menjadi

Yang paling mengerikan adalah obe-

JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006

219

PANGAN DI BAWAH KUASA MODAL

salah satu penyebabnya.

pemerintah justru lebih suka “memanen pangan di pasar” daripada “me-

Gizi buruk hanyalah satu dari empat

manen pangan di lahan sendiri”. Kebi-

masalah kelaparan tersembunyi di

jakan ketahanan pangan domestik le-

negara-negara berkembang, terma-

bih bertumpu pada pasar, bukan la-

suk Indonesia. Tiga lainnya adalah ke-

han. Ini menyebabkan semakin tidak

kurangan zat besi, kekurangan zat yo-

efisiennya produksi pangan dalam ne-

dium, dan kekurangan vitamin A. Hal

geri.

ini,

menurut

Khudori,

merupakan

“bom waktu” yang sangat serius. Tan-

Para pembuat kebijakan selalu men-

pa koreksi yang memadai, di masa de-

dengungkan alasan: selama kita me-

pan kita hanya akan menciptakan ba-

miliki dana yang cukup, kebutuhan

risan generasi muda yang berotak u-

pangan bisa dipenuhi dengan impor.

dang, bermental lembek, serta berna-

Alasan ini menurut Khudori memiliki

lar dan berkesadaran tumpul. Mereka

kelemahan. Karakteristik harga pasar

ini disebut lost generation.

yang fluktuatif jelas memukul Indo-

Selama ini usaha pemerintah lebih

nesia menjadi pengimpor beras terbe-

banyak menempuh jalan pintas: inter-

sar di dunia. Hal yang sama juga terja-

vensi gizi. Usaha tersebut misalnya

di pada komoditi gula. Jika pada tahun

adalah dengan meluncurkan program

1930-an industri gula kita tercatat ter-

PMT AS (Pemberian Makanan Tam-

efisien di dunia—bahkan bisa menjadi

bahan Anak Sekolah). Namun ter-

eksportir gula dunia—kini kita jatuh

nyata program ini tidak menunjukkan

menjadi importir gula terbesar kedua

hasil signifikan. Ironisnya, banyak pe-

setelah Rusia. Sementara itu, negara-

merintah

telah

negara maju justru menjalankan stra-

menghentikan program ini karena

tegi “menanam pangan di ladang sen-

sudah dianggap tidak penting lagi.

diri”. Mereka memberikan subsidi be-

nesia sebagai net importer. Kini Indo-

daerah

yang

kini

sar-besaran ke sektor pertanian. Bagi
negara maju subsidi bukan hanya unPangan Di Bawah Kuasa Modal

tuk meringankan beban hidup rakyat,
melainkan juga untuk melindungi ke-

Cukup tidaknya dan kurang lebihnya

daulatan negara dari ketergantungan

ketersediaan pangan di suatu negara

yang berlebihan terhadap negara lain.

sangat

Bagi negara maju pangan tidak dipan-

yang

220

ditentukan
dianutnya.

oleh

Sampai

kebijakan
saat

ini

dang sebagai barang privat, tetapi se-

JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006

RESENSI BUKU

bagai komoditas politik dan strategis.

miliar bungkus ludes terjual. Bisa dibayangkan betapa besar keuntungan

Pada bagian selanjutnya Khudori me-

yang diraih oleh para pengusaha mie

nyoroti perihal Badan Urusan Logistik

instant tersebut.

(Bulog). Selama 30 tahun lebih Bulog,
dalam batas tertentu, terbukti cukup

Sukses mie instant tak lepas dari pen-

berhasil dalam fungsi penyediaan,

citraan gandum sebagai “pangan mo-

distribusi, dan penyangga harga pa-

dern” yang praktis, siap disantap tan-

ngan. Sejak 10 Mei 2003, Bulog resmi

pa waktu lama, mudah disajikan, dan

menjadi Perum Bulog, dan dilegalkan

sebagainya. Bahkan sebuah riset me-

(diharuskan) menjalankan aktivitas

nunjukkan bahwa ada kecenderungan

bisnis dan mendatangkan keuntung-

beras telah menjadi bahan inferior,

an. Meski demikian, misi sosialnya

tergeser oleh gandum. Melalui pen-

masih melekat. Masalahnya, pengga-

citraan, mie instant dikukuhkan seba-

bungan kedua fungsi itu (sosial dan

gai pangan keluarga yang “lintas ba-

ekonomi) pasti akan menimbulkan

tas sosial”. Pangan yang tidak “mema-

komplikasi dan konflik kepentingan.

lukan” dikonsumsi kelas atas tetapi

Karena sifatnya sekunder, misi sosial

juga “terjangkau” oleh kelas bawah.

sering menjadi kambing hitam kegagalan, terutama jika keuntungan ga-

Di bagian akhir bab ini, Khudori me-

gal diperoleh.

maparkan tentang pangan fungsional
bagi orang kaya. Pangan fungsional ini

Salah satu jenis pangan yang menjadi

bukan ditujukan untuk menghilang-

idola pengusaha dan konsumen ada-

kan rasa lapar, tetapi lebih pada me-

lah mie instant. Bisnis ini terbukti te-

ningkatkan kesehatan, kecantikan,

lah memberi keuntungan yang sangat

dan umur yang panjang. Berbagai

besar bagi para pengusaha. Kini Indo-

pangan (dan minuman) fungsional,

nesia menempati posisi kedua seba-

baik yang modern (omega 3, asam

gai produsen mie instant terbesar di

animo, oligosakarida, polyphenol, dll)

dunia setelah China. Titik baliknya a-

maupun yang tradisional (greentea,

dalah ketika diberlakukannya pem-

lidah buaya, garlic, tomat, dll) plus

bebasan tataniaga gandum dan terigu

terapi dan perawatannya laku keras

pada akhir tahun 1998 (atas desakan

bak kacang goreng, meski dengan

IMF). Kini Indonesia mengimpor gan-

harga selangit. Dalam hal ini untuk

dum sebanyak sekitar 4 ton setahun.

kesekian kalinya kelompok miskin ha-

Sepanjang tahun 2000, sekitar 8,6

nya bisa menjadi penonton. Semen-

JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006

221

PANGAN DI BAWAH KUASA MODAL

tara itu kaum kaya dapat menikmati

pasar global yang rentan, tetapi pada

umur panjang, bugar, dan kenikmatan

kemampuan rakyat sendiri. Sejarah

hidup lainnya.

telah membuktikan bahwa unsur yang
mampu menjamin keberlangsungan
pangan dan pertanian adalah kearifan

Membangun Kedaulatan Pangan

lokal dan keanekaragaman hayati.

Bagian ini merupakan bagian penutup

Pada tatanan praktis, Khudori mere-

buku ini. Dalam bagian ini Khudori

komendasikan penggalian potensi pa-

melontarkan

untuk

ngan lokal. Khudori mengatakan bah-

melepaskan diri dari belenggu modal

wa terdapat banyak bahan pangan lo-

atas pangan. Kedaulatan pangan di-

kal di Indonesia yang memiliki kua-

percaya sebagai salah satu alternatif

litas yang sama dengan beras. Ada ja-

untuk melepaskan diri dari belenggu

gung, sagu, serta puluhan ribu umbi-

globalisasi dan komersialisasi pangan

umbian yang tersebar di seluruh pelo-

serta demi menata masa depan per-

sok Indonesia. Bahan-bahan tersebut

tanian yang lebih baik. Kedaulatan pa-

sangat potensial dikembangkan seba-

ngan didefinisikan sebagai hak rakyat

gai pangan alternatif untuk meng-

untuk menentukan kebijakan dan

eliminasi ketergantungan kronis pada

strategi mereka sendiri atas produksi,

beras, sekaligus jawaban untuk mu-

distribusi, dan konsumsi pangan yang

sim paceklik dan kelaparan.

usulan

solusi

berkelanjutan yang menjamin hak
atas pangan bagi seluruh penduduk

Namun demikian, Khudori juga me-

bumi.

nyadari bahwa tidaklah mudah menggeser pola makan beras ke pola ma-

Khudori memaparkan bahwa untuk

kan nonberas. Banyak kendala teknis

menciptakan kedaulatan pangan, ne-

seperti ketersediaan pangan lokal

gara berkembang mesti melaksa-

tersebut, harga yang terjangkau, dan

nakan pola kebijakan yang mempro-

sebagainya,

mosikan keberlanjutan berdasarkan

seperti pola konsumsi beras yang

produksi pertanian keluarga, berskala

telah mendarah daging, gengsi sosial,

kecil dan terdiversifikasi, serta meng-

dan seterusnya. Namun demikian,

gantikan peran pertanian industrial

apabila serius dikembangkan, pangan

yang serba terpusat dan berorientasi

lokal merupakan potensi yang besar

ekspor. Masalah pangan dan perta-

untuk mengurangi ketergantungan

nian seharusnya tidak diletakkan di

terhadap

222

serta

pangan

masalah

impor

sosial

sekaligus

JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006

RESENSI BUKU

membuat masa depan pertanian In-

lewat reforma agraria tidak bisa dita-

donesia menjadi semakin baik.

war-tawar lagi. Membangun kedaulatan pangan yang tangguh lewat ke-

Khudori juga mengingatkan penting-

arifan sumber daya lokal dan merajut

nya perspektif gender dalam meran-

kebijakan pangan yang sensitif gen-

cang masa depan pertanian Indone-

der tanpa merubah struktur pengua-

sia. Dalam skala global, perempuan

saan dan kepemilikan tanah adalah o-

terbukti terlibat dalam proses panjang

mong kosong.

rantai pangan, baik pada saat produksi, distribusi, hingga tahapan kon-

Reforma agraria didefinisikan sebagai

sumsi pangan itu sendiri. Perempuan

upaya-upaya yang dilakukan oleh pe-

juga merupakan penanggung jawab

merintah (by grace) dan masyarakat

gizi anak mulai dari kandungan hing-

(by leverage) dalam merombak dan

ga fase-fase kritis pertumbuhan. Ber-

menata kembali bentuk-bentuk pe-

pijak pada besarnya peran perem-

nguasaan dan pemanfaatan sumber-

puan maka diperlukan kebijakan pa-

daya agraria dan hubungan-hubung-

ngan yang lebih sensitif gender.

an sosial agraria bagi sebesar-besarnya kemakmuran dan kesejahteraan

Sebagai penutup, Khudori menegas-

rakyat. Sumber daya agraria yang di-

kan ada empat prasyarat penting gu-

maksud di sini bukan hanya tanah,

na terwujudnya pembangunan perta-

melainkan juga sumber daya alam

nian: pertama, akses terhadap kepe-

lainnya seperti hutan, laut, sungai,

milikan tanah; kedua, akses input dan

udara, dan pangan. Sejarah meng-

proses produksi; ketiga, akses terha-

ajarkan bahwa tidak ada satu negara

dap pasar; dan keempat, akses terha-

pun yang pembangunan ekonominya

dap kebebasan. Dalam konteks ini,

berhasil dan memiliki fundamental

penataan struktur penguasaan tanah

kuat tanpa reforma agraria.

Daftar Rujukan
Appadurai, Arjun. 1986. “Introduction: Commodities and the Politics of Value”.
The Social Life of Things. Cambridge, New York, Melbourne: Cambridge
University Press.

JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006

223

PANGAN DI BAWAH KUASA MODAL

Redana, Bre. 1997. “Ongkos Sosial gaya Hidup Mutahir”, dalam Idi Ibrahim dan
Subandy (peny.). Ecstasy Gaya Hidup: Kebudayaan Pop dalam Masyarakat komoditas Indonesia. Bandung: Mizan.
Schlosser, Eric. 2004. Negeri Fast Food. Yogyakarta: INSIST Press.
Sen, Amartya. 1996. Inequality Reexamined. Cambridge: Harvard University
Press.
Surat Kabar
Kompas, 12 Desember 2005

224

JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006