Tinjauan hukum Islam terhadap penarikan kembali Nafkah Madiah istri oleh suami akibat perceraian: studi kasus di Kelurahan Semolowaru Kecamatan Sukolilo kota Surabaya.

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENARIKAN KEMBALI
NAFKAH MAD{IAH ISTRI OLEH SUAMI AKIBAT PERCERAIAN
(Studi Kasus di Kelurahan Semolowaru Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya)

SKRIPSI

Oleh
Muhamad Romli
NIM. C01213060

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Fakultas Syariah dan Hukum
Jurusan Hukum Perdata Islam Prodi Hukum Keluarga
Surabaya
2017

ABSTRAK

Skripsi ini adalah hasil penelitian lapangan yang berjudul “Tinjauan Hukum
Islam Terhadap Penarikan Kembali Nafkah Mad{iah Istri Akibat Perceraian (Studi
Kasus di Kelurahan Semolowaru Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya)”. Penelitian

ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan, apa faktor penyebab suami menarik
kembali nafkah madia{h istri akibat perceraian di Kelurahan Semolowaru Kecamatan
Sukolilo Kota Surabaya? serta bagaimana tinjauan Hukum Islam terhadap penarikan
kembali nafkah madia{h istri akibat perceraian di Kelurahan Semolowaru Kecamatan
Sukolilo Kota Surabaya? sedangkan data penulis kumpulkan dalam penelitian adalah
dengan cara interview dan dokumentasi. Selanjutnya data tersebut dianalisis dengan
metode deskriptif analitis.
Hasil penelitian menyebutkan bahwa faktor penyebab suami menarik kembali
nafkah mad{iah istri akibat perceraian di Kelurahan Semolowaru Kecamatan Sukolilo
Kota Surabaya adalah kerena suami pada waktu itu benar-benar kesulitan dalam hal
ekonomi, serta suami merasa istri kurang setia pada masa menjalani rumah tangga
bersama istri, kerena istri tidak menemani serta merawat suami ketika suami sakit di
desa, dan suami melakukan hal itu tanpa melihat ketentuan yang berlaku, dalam hal
ini baik suami atau istri kurang memahami masalah hukum akibat pengetahuan
mereka yang kurang memadai sehingga tidak adanya kesadaran hukum.
Menurut analisis hukum Islam tentang penarikan kembali nafkah mad{iah istri
akibat perceraian di Kelurahan Semolowaru Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya
adalah sebagaimana tercantum dalam pasal 80 (4) huruf a KHI menyatakan bahwa
pemberian nafkah, kiswah, tempat kediaman merupakan kewajiban penuh suami
terhadap istri, bukan malah mengambil hak istrinya. Penariakan kembali nafkah

mad{iah istri akibat perceraian tidak di perbolehkan kerena nafkah termasuk hibah
(pemberian), oleh kerena itu suami tidak boleh mengambil kembali nafkah mad{iah
yang sudah di berikan kepada istri.
Sejalan dengan uraian diatas, hendaknya mantan suami tidak melakukan
penarikan kembali nafkah mad}iah istri akibat perceraian kerena nafkah merupakan
kewajiban penuh atas suami, sedangkan mantan istri jangan merasa takut kepada
mantan suami untuk tidak menyerahkan nafkahnya kerena itu merupakan hak untuk
istri.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM ........................................................................................

i

PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................................

ii


PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................................

iii

PENGESAHAN ..............................................................................................

iv

ABSTRAK ......................................................................................................

v

KATA PENGANTAR ....................................................................................

vi

DAFTAR ISI ...................................................................................................

viii


DAFTAR TRANSLITERASI ........................................................................

xi

BAB

PENDAHULUAN .................................................................

1

A. Latar Belakang Masalah ..................................................

1

B. Identifikasi dan Batasan Masalah ....................................

7

C. Rumusan Masalah ............................................................


8

D. Kajian Pustaka ..................................................................

9

E. Tujuan Penelitian .............................................................

10

F. Kegunaan Hasil Peneltian ................................................

11

G. Definisi Oprasional ..........................................................

12

H. Jenis Penelitian .................................................................


12

I. Sistematika Pembahasan ..................................................

17

NAFKAH MENURUT HUKUM ISLAM ............................
A. Pengertian Nafkah ............................................................

19
19

B. Dasar Hukum Nafkah .......................................................

21

C. Hikmah Kewajiban Nafkah ..............................................

23


D. Sebab-sebab yang Mewajibkan Nafkah ...........................

24

E. Hak da Kewajiban Suami Terhadap Istri ........................

27

1. Hak Suami atas Istri ...................................................

27

2. Kewajiban Suami Terhadap Istri ...............................

28

BAB

I


II

viii
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

F. Hak dan Kewajiban Istri terhadap Suami ........................

29

1. Hak Istri atas Suami ...................................................

29

2. Kewajiban Istri terhadap Suami ................................

34

G. Hak dan Kewajiban Suami Istri .......................................

36


1. Hak Bersama Suami Istri ...........................................

37

2. Kewajiban Suami Istri ................................................

38

H. Harta Dalam Perkawinan .................................................

40

I. Hak dan Kewajiban Suami Terhadap Istri Setelah
BAB

III

Perceraian .........................................................................


45

PENARIKAN KEMBALI NAFKAH
MADIAH ISTRI AKIBAT PERCERAIAN DI
KELURAHAN SEMOLOWARU KECAMATAN
SUKOLILO KOTA SURABAYA .......................................

50

A. Deskripsi Tentang Kehidupan Rumah Tangga Bapak Slamet
Romdhoni dengan Ibu Khoiril Ashwati ..........................

50

B. Faktor yang Menyebabkan Suami Menarik Kembali Nafkah
Madiah Istri Akibat Perceraian .......................................

53

C. Pandangan Tokoh Masyarakat Terhadap Penarikan Kembali

BAB

BAB

IV

V

Nafkah Madiah Istri Akibat Perceraian ..........................

54

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENARIKAN
KEMBALI NAFKAH MAD{IAH ISTRI AKIBAT
PERCERAIAN DI KELURAHAN SEMOLOWARU
KECAMATAN SUKOLILO KOTA SURABAYA ...............

64

PENUTUP ...............................................................................
A. Kesimpulan .......................................................................

65

B. Saran-Saran .......................................................................

76

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ix
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada dasarnya pernikahan adalah fitrah dari manusia. Rasullulah saw
menyebut menikah adalah sunahnya. Kita paham betul bahwa setiap
pasangan

muslim dan muslimah mempunyai tujuan yang utama dalam

menikah yaitu mendapatkan ridha Allah swt, dalam tujuan tersebut
tersimpan perwujudan membentuk keluarga yang saki@nah mawaddah

warah{mah. Keluarga sakinah merupakan dambaan setiap pasangan suami
istri dalam kehidupan rumah tangga. Kita juga menyadari bahwa setiap
keluarga

sakinah

dapat

menciptakan

kedamian,

kebahagian

serta

kesejahteraan.
Sebagaimana Firman Allah swt dalam QS. Ar-Ruum: 21, yang
berbunyi:
            
       
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan
untukmuisteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cendrung dan
merasa tentram kepadanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kamu yang berfikir.1
Upaya membentuk keluarga sakinah perlu adanya pemenuhan hak dan
kewajiban dari suami istri, dimana hak dan kewajiban itu memiliki makna
dalam diri masing-masing baik suami ataupun istri.
1

Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah (Bandung: CV. Penerbit Diponegoro
2010), 571.

1
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

Sepasang suami istri yang dipersatukan oleh ikatan pernikahan juga
sadar bahwa keluarga adalah organisasi kecil yang memiliki aturan dalam
pengelolahannya, oleh kerena itu sepasang suami istri harus bisa memahami
hak dan kewajiban dirinya atas pasangannya dan anggota keluarga lainnya.
Sepasang suami istri dalam berinteraksi di dalam rumah tangga sepatutnya
melandasi hubungan mereka dengan semangat mencari keseimbangan,
menegakkan keadilan, menebar kasih sayang dan mendahulukan menunaikan
kewajiban dari pada menuntut hak. Jika suami istri sama-sama sudah
menjalankan tanggung jawab masing-masing maka akan terwujudlah
ketentraman dan ketenangan hati sehingga sempurnalah kebahagian hidup
berumah tangga. Dengan demikian, tujuan hidup berkeluarga akan terwujud
sesuai dengan tatanan agama, yakni Saki@nah, mawaddah, warah{mah.2
Dalam pasal 80 KHI disebutkan bahwa seorang suami berfungsi
sebagai pembimbing, pelindung, dan penanggung jawab atas segala
keperluan istri dan keluarga dalam rumah tangga, sedangkan dalam pasal 83
menjelaskan bahwa kewajiban seorang istri adalah berbakti lahir batin
kepada suami serta mengatur segala keperluan rumah tangga.3 Bahwa suami
patut memberikan nafkah lahir ataupun batin. Kaum muslimin sepakat
bahwa perkawinan merupakan salah satu penyebab adanya kewajiban
pemberian nafkah seperti halnya kekerabatan. Nafkah atas istri ditetapkan
Nash-nya dalam firman Allah surat al-Baqarah,ayat 233 :

Slamet Abidin Aminuddin, Fiqih Munakahat (Bandung: Pustaka Setia, 2008), 146.
Undang-Undang Perkawinan dilengkapi dengan Kompilasi Hukum Islam di Indonesia (Surabaya:
Arkolat), 205-207.
2

3

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

     
"Dan kewajiban ayah adalah memberi makan dan pakian kepada ibu
dengan cara yang ma’ruf".
Yang dimaksud para ibu di atas adalah istri-istri, sedangkan yang
dimaksud dengan ayah adalah para suami.4 Juga berdasarkan hadis yang
berbunyi :

ِ ‫َ ولَه َن َعلَي ُكم ِرْزقُه َن وكِسوتُه َن بِالمعر‬: ‫م في حجة الوداع‬.‫قال رسول اه ص‬
‫وف (رواه‬
ُ َْ َ ُ ْ ْ ُ
ُْ َ
)‫مسلم‬
“Rasullulah s.a.w bersabda pada haji wada’ (pengabisan) kewajiban
suami terhadap istriny memberikan belanja dan pakian dengan cara yang
ma’ruf. (H.R. Muslim)”.5
Berbagai persoalan perkawinan banyak timbul pada saat ini juga
banyak muncul pada masa sebelumnya, persoalan yang selalu menarik untuk
diperbincangkan, yaitu khususnya permasalahan pemenuhan hak dan
kewajiban suami kepada istri yang banyak diantara suami tidak memenuhi
hak dan kewajiban nafkah suami untuk istri baik lahir atau batin selama
perkawianan, kerena soal ini bukan hanya menyangkut akal, harkat dan
martabat hidup manusia, akan tetapi mempunyai nilai-nilai akhlak yang
luhur yang merupakan kunci utama dalam mewujudkan suatu keseimbangan
hak ataupun kewajiban, oleh kerena itu, perkawinan merupakan suatu
perjanjian yang kokoh (perikatan) antara suami dan istri, yang sudah barang

4

Muhammad Al Jawwad Mughniyah, Fiqih Lima Madzhab (Jakarta: Lentara, 2006), 400.
Abu Husin Muslim bin Al-Hajjaj al-Quraisy, Sahih Muslim Juz I (Beirut: Dar al-fikr), 560-562.

5

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

tentu akan mengakibatkan timbulnya hak-hak dan kewajiban bagi kedua
belah pihak.6 Perkawinan disini merupakan perjanjian yang suci, apabila
didalam membina perkawian timbul adanya ketidaktahuan antara hak dan
kewajiban ataupun setelah adanya sutau perceraian yang diakibatkan unsur
kesalahan di antara kedua belah pihak, maka sebenarnya ketentuan hak dan
kewajiban seorang suami itu sudah ditentukan oleh agama dan UndangUndang.
Pada kali ini peneliti mengambil suatu permasalahan yang menyangkut
perilaku seorang suami yang tidak bisa dikatakan bahwa nilai-nilai tanggung
jawab tidak ada dalam diri suami yang tidak mencerminkan sikap seseorang
pemimpin, pembimbing, ataupun pelindung bagi seorang isteri dan anakanaknya, hal ini terjadi permasalahan yaitu nafkah mad>{iah yang diberikan
suami didalam perkawinan yang seharusnya patut dimiliki oleh istri diambil
kembali akibat adanya perceraian.
Nafkah disini berupa barang-barang berupa kebutuhan untuk istri
sendiri serta sebagian harta yang diberikan kepada istri selama perkawinan,
di sini jelas bahwa seorang suami tidak menempatkan istri dalam tanggung
jawabnya, kewajiban suami bagi seorang istri di pandang hanya sebuah teori
saja bukan norma dan kewajiban.
Pada permasalahan yang terjadi di Kelurahan Semolowaru Kecamatan
Sukolilo Kota Surabaya ini tentang penarikan nafkah mad{iah oleh suami
akibat adanya perceraian, hal ini dititik beratkan di dalam konteks nafkah
6

Umar Said, Hukum Islam di Indonesia (Bandung: CV Cempaka,1996), 5.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

mad{iah selama perkawianan berlangsung, kerana nafkah itu diberikan selama
perkawinan dan tidak termasuk nafkah iddah yang terjadi setelah adanya
perceraian.
Peristiwa ini terjadi setelah adanya perceraian antara kedua belah
pihak suami istri, di mana sebagian barang-barang pemberian nafkah mad{iah
yang diberikan oleh suami selama perkawinan berlangsung ditarik kembali
akibat adanya percerian. Setelah peneliti bertanya kepada salah seorang
tokoh masyarakat yang memiliki pengaruh didaerah tersebut yang bernama
H. Nurul Huda di kelurahan semolowaru kecamatan sukolilo kota surabaya,
dikatakan benar ada kejadian seperti itu yaitu suami yang menarik kembali
nafkah mad{iah yang berupa barang-barang dan sebagian harta yang telah
diberikan akibat adanya perceraian, beliau berkata “Memang ada kejadian
seperti itu, dikarenakan suami merasa bahwa pihak istri pada saat menjalani
rumah tangga tidaklah setia mendampingi suami yang pada waktu itu tengah
di timpa musibah,”7 maka dalam hal ini berdasarkan ketentuan dalam
Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 149, apabila terjadi percearaian, maka
mantan suami masih memiliki kewajiban terhadap mantan istri, meliputi :
1. Pemberian mut’ah yang layak
2. Memberikan nafkah,maskan dan kiswah selama masa iddah
3. Melunasi mahar yang terhutang
4. Memberikan biaya hadhonah bagi anak yang belum berusia 21 tahun.8

7

Nurul Huda, Wawancara, Surabaya, 14 Oktober 2016.
Undang-Undang Perkawinan dilengkapi dengan Kompilasi Hukum Islam di Indonesia
(Surabaya: Arkolat), 227-228.
8

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

Barang pemberian atau nafkah oleh suami kepada istri akibat
perceraian seharusnya tidak boleh ditarik kembali dimaksudkan agar istri
dapat memenuhi semua kebutuhannya. Sepantasnya suami memikirkan
kewajiban yang ada dalam ketentuan di atas, bukan malah memikirkan
kepentingannya sendiri.
Dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka perlu diadakan
penelitian untuk mencari solusi penyelesaiannya bagi suami yang hanya
memikirkan kepentingannya sendiri dan tidak memandang hak dan
kewajiban suami, serta faktor apa yang melatarbelakangi suami menarik
kembali nafkah mad{iah istri akibat perceraian tersebut, khususnya pada
barang dan harta pemberian suami setelah perceraian, yaitu pemenuahan hak
dan kewajiban seorang suami terhadap istri yang tidak dipenuhi secara
sepenuhnya.
Penyelesaian permasalahan dikaji dan ditinjau melalui norma-norma
dan ketentuan hukum Islam, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dan membahasnya melalui skripsi dengan judul : “Tinjauan
Hukum Islam terhadap Penarikan Kembali Nafkah Mad{iah Istri Oleh Suami
Akibat

perceraian (Studi Kasus di Kelurahan Semolowaru Kecamatan

Sukolilo Kota Surabaya)”

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

B.

Identifikasi dan Batasan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Sesuai dengan paparan latar belakang masalah diatas dapat
diketahui timbulnya beberapa masalah sebagai berikut :
a. Deskripsi tentang penarikan kembali nafkah mad{iah istri oleh suami
setelah perceraian.
b. Pengertian nafkah mad{iah dan sebab-sebab suami mewajibkan nafkah
terhadap istri.
c. Kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan suami setelah adanya
perceraian.
d. Hak-hak apa saja yang harus diterima istri setelah adanya percerian.
e. Hak dan kewajiban suami istri selama perkawinan ataupun setelah
terjadinya perceraian.
f. Faktor-faktor yang mendasari suami menarik nafkah mad{iah akibat
perceraian.
g. Ketentuan Undang-Undang perkawinan atau hukum Islam mengenai
aturan tentang penarikan kembali nafkah mad{iah istri oleh suami
akibat perceraian.
2. Batasan Masalah
Sehubungan dengan adanya suatu permasalahan di atas, maka
untuk memberikan arah yang jelas dalam penelitian ini penulis
membatasi hanya pada masalah berikut ini :

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

1. Faktor penyebab suami menarik kembali nafkah

mad{iah istri akibat

perceraian di Kelurahan

semolowaru Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya.
2. Menganalisis

secara

hukum

Islam

mengenai

penarikan kembali nafkah mad{iah istri oleh suami
akibat

perceraian

di

Kelurahan

Semolowaru

Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya.

C. Rumusan Masalah
Rumusan Masalah adalah kajian pokok dari suatu kegiatan penelitian
oleh sebab itu sebelum observasi dilakukan, agar peneliti ini lebih terarah
perlu diberikan rumusan masalah terlebih dahulu.9 Berdasarkan dari
pemaparan latar belakang masalah diatas, muncullah beberapa rumusan
masalah diantaranya:
1. Apa faktor penyebab suami menarik kembali nafkah mad{iah istri akibat
perceraian di Kelurahan Semolowaru Kecamatan Sukolilo Kota
Surabaya?
2. Bagaimana Tinjauan Hukum Islam terhadap penarikan kembali nafkah

mad{iah istri oleh suami akibat perceraian di Kelurahan Semolowaru
Kecamatan Sukolilo kota Surabaya?

9

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta: UI Pers, 1986), 21.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

D. Kajian Pustaka
Permasalahan mengenai penarikan nafkah mad{iah ini adalah termasuk
masalah yang harus ditemukan kunci penyelesaiannya, kerena dampak pada
masyarakat Kelurahan Semolowaru atau masyarakat pada umumnya agar
nantinya tidak terulang lagi kasus serupa. Kajian pustaka pada penelitian ini
pada dasarnya adalah untuk mendapatkan gambaran hubungan topik yang
akan diteliti dengan penelitian sejenis yang mungkin pernah dilakukan oleh
peneliti lain sebelumnya sehingga diharapkan tidak ada pengulangan materi
penelitian secara mutlak.
Adapun penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan para peneliti
antara lain:
1. Skripsi Indrawati Lina, “Prespektif Hukum Islam Terhadap Penyelesaian

Perkara Banding Suami Tidak Memberi Nafkah Kepada Istri ” Putusan
no.164/pdt.g/2006/pta.sby, Tahun 2008. Pada intinya membahas tentang
suami yang tidak

mau memberi nafkah kepada istri serta tidak

memandang tugas suami dalam rumah tangga adalah sebagai kepala
keluarga yang memenuhi segala keperluan istri dan kelalian suami akan
kewajibannya terhadap istri sebagai alasan perceraian.10
2. Skripsi Muhamad Fuad, “Prospektif Hukum Islam Terhadap Suami Yang

Lalai Dari Tanggung Jawab Akan Kewajibannya Serta Kelalian Itu
Dijadikan Alasan Untuk Bercerai” (Studi Kasus di Desa Jogoloyo
Kecamatan Sumobito Kabupaten Jombang)” Tahun 2002, pada intinya
10

Indrawati Lina, “Prespektif Hukum Islam Terhadap Penyelesaian Perkara Banding Suami
Tidak Memberi Nafkah Kepada Istri ” (Skripsi--IAIN Sunan Ampel, Surabaya, 2008), 12.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

membahas suami yang lalai akan tanggung jawab dijadikan alasan untuk
bercerai.11
3. Skripsi Joko Santosa, “Prespektif

Hukum Islam Terhadap Kurang

Terpenuhinya Nafkah Sebagai Alasan Perceraian Di Masa Krisis
Ekonomi” (Studi Kasus Pengadilan Agama Bantul 2008-2009), yang
intinya membahas kurang terpenuhinya nafkah di masa krisis di gunakan
sebagai alasan perceraian.12
Dari kajian pustaka yang ada, titik perbedaan peneliti ini dengan
beberapa skripsi sebelumnya adalah pada pokok bahasannya. Skripsi ini lebih
menjelaskan tentang penarikan kembali nafkah mad{iah istri pasca percerian,
akan tetapi peneliti yang lain mengacu pada kelalian tanggung jawab
kewajiban suami terhadap istri, serta kurang terpenuhinya nafkah sebagai
alasan perceraian.

E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitan yang dicapai adalah :
1. Mengetahui faktor penyebab suami menarik kembali nafkah mad{iah istri
akibat perceraian di Kelurahan Semolowaru Kecamatan Sukolilo Kota
Surabaya.
11

Muhamad Fuad, “Prospektif Hukum Islam Terhadap Suami Yang Lalai Dari Tanggung Jawab
Akan Kewajibannya Serta Kelalian Itu Dijadikan Alasan Untuk Bercerai” (Studi Kasus di Desa
Jogoloyo Kecamatan Sumobito Kabupaten Jombang)” (Skripsi--IAIN Sunan Ampel, Surabaya,
2002), 10, pada intinya membahas suami yang lalai akan tanggung jawab, dan alasan tersebut
dijadikan alasan perceraian.
12
Joko Santosa, “Prespektif Hukum Islam Terhadap Kurang Terpenuhinya Nafkah Sebagai
Alasan Perceraian Di Masa Krisis Ekonomi” (Studi Kasus Pengadilan Agama Bantul 2008-2009).
(Skripsi-- UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2010). 10, yang pada intinya kurang terpenuhinya
nafkah di masa krisis digunakan alasan perceraian.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

2. Mengetahui dari sudut pandang hukum Islam tentang penarikan kembali

nafkah mad{iah oleh suami akibat perceraian di Kelurahan Semolowaru
Kecamatan Sukolio Kota Surabaya.

F. Kegunaan Hasil Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka peneliti yang peneliti
lakukan ini memiliki kegunaan hasil penelitian yaitu:
1. Secara Teoritis
a. Sebagai sumbangan pemikiran dalam pengembangan ilmu hukum
keluarga Islam atau ahwal as-syahsiyah.
b. Sebagai bahan informasi, masukan dan evaluasi bagi para mahasiswa
atau praktisi hukum dalam penyelesaian masalah tentunya mengenai
nafkah.
c. Sebagai penambah wawasan keilmuwan pengalaman bagi mahasiswa
ataupun masyarakat umum.
2. Secara Praktis
a. Untuk memberikan input dan Sosial yang tepat untuk mengatasi
masalah kesenjangan problamatika mengenai nafkah dalam bidang
hukum keluarga Islam.
b. Sebagai pedoman dan dasar bagi peneliti lain dalam mengkaji
penelitian yang lebih mendalam.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

G. Definisi Oprasional
Untuk memperjelas kemana arah pembahasan masalah yang diangkat,
maka penulis perlu memberikan defenisi dari judul tersebut yakni dengan
menguraikan sebagai berikut:
1. Hukum Islam: Hukum Islam disini adalah ketentuan yang berdasarkan alQur’an, hadis dan fiqih para ulama, serta ketentuan-ketentuan yang
terkandung dalam KHI dan UU No.1 Tahun 1974.
2. Penarikan Kembali Nafkah Mad{iah Isteri oleh Suami: Nafkah mad{iah di
sini adalah nafkah terdahulu yang pernah diberikan oleh suami kepada
istri, penarikan nafkah terdahulu yang dilakukan oleh suami kepada istri
akibat perceraian ini, berupa barang dan uang pemberian yang diberikan
suami kepada istri selama perkawinan yang ditarik atau diambil kembali
oleh suami setelah adanya perceraian, barang pemberian itu seperti
nafkah dan barang bawaan selama perkawinan.

H.

Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah Field Research (penelitian lapangan) yaitu
penelitian yang langsung terjun kelapangan.13
1.

Karakteristik Lokasi Penelitian: Tempat penelitian adalah Kelurahan
Semolowaru Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya. Adapun peneliti
memilih lokasi ini dengan dasar :

13

Moh. Kasiran Metodologi Penelitian (Malang Uin Maliki Pers, 2010), 11.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

a. Di Kelurahan Semolowaru ini terdapat kasus tentang Suami yang
menarik kembali nafkah mad{iah istri akibat perceraian.
b. Bahwa Penarikan kembali nafkah mad{iah istri dikarenakan adanya
beberapa faktor, dan hal ini yang menarik peneliti untuk melakukan
penelitian.
2. Data yang dikumpulkan
a. Data tentang suami istri yang telah bercerai dan suami yang
menarik kembali nafkah mad{iah yang diberikan kepada istri akibat
perceraian di Kelurahan Semolowaru Kecamatan Sukolilo Kota
Surabaya.
b. Data berupa keterangan keseluruhan Kelurahan Semolowaru
Kecamatan Sukolilo mulai dari data demografi desa, keadaan
masyarakat, ekonomi, agama dan lain-lain.
3. Sumber Data
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan, sumber yang
digunakan yaitu sumber primer dan sekunder, terdiri dari :
a. Sumber Primer: adalah sumber data yang bersifat utama dan
penting yang memungkinkan

untuk mendapatkan

sejumlah

informasi yang diperlukan yang berkaitan dengan penelitian.14
Terdiri dari dua responden, yaitu:

14

Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum (Jakarta: PT Raja Grafindo,1997), 116.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

1) Suami yang telah bercerai yaitu suami yang menarik kembali
nafkah mad{iah istri akibat perceraian di Kelurahan Semolowaru
Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya.
2) Tokoh Masyarakat dan warga Kelurahan Semolowaru yang
mengetahui permasalahan tentang penarikan kembali nafkah

mad{iah akibat perceraian di Kelurahan Semolowaru Kecamatan
Sukolilo Kota Surabaya.
b. Sumber Sekunder yaitu sumber data yang diperoleh dari buku-buku,
artikel, karya ilmiah yang memiliki hubungan dengan penelitian,
terdiri dari :
1)

Kompilasi Hukum Islam.

2)

Undang-Undang perkawianan No. 1 Tahun 1974 tentang
perkawinan.

3)

Sayyid sabiq, Fiqh as-Sunnah.

4)

Abdul Rahman Ghozali, Fiqh Munakahat.

5)

Muhamad Jawad Mughninyah, fiqih lima madzhab .

6)

Abdurrahman Dan Haris Abdulloh, Tarjamah Bida>yatul

Mujtahid.
4. Teknik Pengumpulan Data.
Proses memperoleh data ini menggunakan teknik pengumpulan
data sebagai berikut :
a. Interview (wawancara)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

Interview (wawancara) merupakan sauatu percakapan yang
diarahkan pada suatu masalah tertentu, ini merupakan proses tanya
jawab

lisan,

dimana

dua

orang

atau

lebih

berhadap-

hadapan.15Dilakukan pada tokoh masyarakat, serta pihak yang
bersangkutan.
b. Dokumentasi
Dokumentasi adalah metode pengumpulan data yang
memperoleh melalui dokumen-dokumen, atau menyelididki benda
tertulis seperti buku-buku, majalah, peraturan-peraturan, catatan
harian. Data yang dikumpulkan dengan metode ini merupakan data
sekunder.16 Metode ini digunakan peneliti untuk mengetahui data
suami istri yang bercerai, masyarakat dan gambaran atau keadaan di
Kelurahan Semolowaru Kecamatan Sukililo Kota Surabaya.
5. Teknik Pengumpulan Data
Data-data yang berhasil dihimpun selanjutnya diolah dengan
teknik pengolahan data sebagai berikut :
a. Editing, yaitu pemeriksaan kembali seluruh data yang diperoleh
mengenai kejelasan data, kesesuaian data yang satu dan yang lainnya,
relevansi keseragaman satuan kelompok dengan data.
b. Pengorganisasian

kelompok

data,

yaitu

menyusun

dan

mensistematikan data-data yang diperoleh dalam kerangka paparan

15

Masruhan, Metodologi Penelitian Hukum (Surabaya: Hilal Pustaka, 2013) , 235.
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Hukum Suatu pendekatan Praktik (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2006), 158.
16

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

yang sudah direncanakan sebelumnya,sehingga menghasilkan bahanbahan untuk merumuskan suatu diskripsi.
6. Teknik Analisis Data
Setelah data terkumpul, langkah selanjutnya adalah menganalisis
data. Dalam penelitian ini penulis menggunakan analisis data kualitatif,
dengan metode deksriptif kualitatif, yakni penelitian yang bertujuan
untuk menggambarkan keadaan atau fenomena hukum

melalui sudut

pandang sosial.17 Dalam hal ini penulis ingin mengetahui hal-hal yang
berhubungan dengan penarikan kembali nafkah mad{iah isteri akibat
perceraian di Kelurahan Semolo waru Kecamatan Sukolilo Kota
Surabaya, serta bagaimanana masyarakat Kelurahan Semolowaru
Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya memandang hal tersebut.
Dalam mendeksripsikan data yang telah diperoleh, penulis
menggunakan pola berfikir induktif, yaitu berangkat dari premis-premis
minor atau fakta-fakta khusus atau empiris, kemudian fakta fakta khusus
digeneralisasikan ke dalam premis umum atau dituangkan dalam sebuah
teori baru.18
Dalam tahapan ini, peneliti akan menganalisis penarikan kembali
nafkah mad{iah isteri setelah perceraian berdasakan hukum Islam dengan
menggunakan pola pikir induktif, yaitu menggambarkan hasil penelitian
diawali dengan mengemukakan kenyataan yang bersifat khusus dari hasil

17

.Lexy J.Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rusdha Karya, 2006),
103.
18
Moh Nazir, Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988), 51-52.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

penelitian tentang adanya penarikan kembali nafkah mad}iah isteri setelah
perceraian, serta kemudian dicocokkan dengan teori atau dalil yang
bersifat umum tentang penarikan kembali nafkah mad}iah isteri setelah
perceraian.

I.

Sistematika Pembahasan
Sistemika pembahasan dipaparkan dengan tujuan untuk penulisan dan
pemahaman. Disusun dalam beberapa bab yang terdiri dari sub bab. Adapun
sistematika pembahasan ini adalah sebagai berikut :
Bab Pertama merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang,
rumusan masalah, kajian pustaka, tujuan dan kegunaan penelitian, defenisi
oprasional, dan metode penelitian serta sistematika pembahasan.
Bab Kedua memuat tentang Landasan Teori mengenai pengertian
nafkah, dasar hukum nafkah, sebab-sebab mewajibkan nafkah, hak dan
kewajiban suami istri dalam perkawinan atau setelah perkawinan.
Bab Ketiga merupakan hasil penelitian atau data penelitian mengenai
penarikan kembali nafkah mad{iah

istri akibat perceraian

yaitu kondisi

geografis, demografis, pendidikan, sosial, ekonomi serta agama masyarakat
Kelurahan Semolowaru Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya.
Bab Keempat merupakan proses menganalisis secara mendetail, dan
fokusnya dalam segi hukum Islam terhadap penerikan kembali nafkah

mad{iah istri akibat perceraian di Kelurahan Semolowaru Kecamatan
Sukolilo Kota Surabaya.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

Bab Kelima berisi Kesimpulan dan saran-saran, kesimpulan yang ada
akan menjawab dalam rumusan masalah, sedangkan saran-saran dapat
menjadi agenda pembahasan lebih lanjut di masa mendatang.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II
NAFKAH MENURUT ISLAM
A. Pengertian Nafkah

Nafaqah merupakan kewajiban suami terhadap isterinya dalam bentuk
materi, karena kata nafaqah itu sendiri memiliki konotasi materi. Sedangkan
kewajiban dalam bentuk nonmateri, seperti memuaskan hajat seksual isteri tidak
termasuk dalam artian nafaqah, meskipun dilakukan oleh suami terhadap
isterinya. Selama ini digunakan secara tepat untuk maksud ini adalah nafkah
batin sedangkan dalam bentuk materi disebut nafkah lahir. Menurut bahasa
nafkah itu tidak ada lahir atau batin, yang ada adalah hal-hal lahiriyah atau
materi.1
Kata nafaqah yang berasal dari kata َ َ ‫ ا ْن‬dalam bahasa Arab secara
etimologi mengandung arti :‫ وقل‬،‫ نقص‬yang berarti berkurang. Juga berarti ،‫فنى‬
‫ ودهب‬yang berarti hilang atau pergi.2
Menurut Amir Syarifuddin, seseorang dikatakan memberikan nafaqah
apabila membuat harta yang dimilikinya menjadi sedikit kerena dilenyapkannya
atau dipergikannya untuk kepentingan orang lain. Bila kata nafaqah ini
dihubungkan dengan perkawinan mengandung arti “sesuatu yang di keluarkan
dari hartanya untuk kepentingan isterinya sehingga menyebabkan hartanya

1

M. Tholib, Perkawinan Menurut Islam (Surabaya: Al-Ikhlas, 1993), 78.
Ahmad Warson Munawwir, Kamus Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap
Progresif, 1997), 1598.

2

(Surabaya: Pustaka

19
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20

menjadi berkurang”, dengan demikian nafaqah istri berarti pemberian yang
wajib dilakukan oleh suami pada istri dalam masa perkawinannya, setiap
kewajiban agama itu merupakan beban hukum, sedangkan prinsip pembebanan
hukum itu tergantung kemampuan subyek hukum untuk memikulnya.3
Berdasarkan firman Allah Swt dalam Surat Al-Baqarah, ayat 286 :
             

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya
dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya”.
Pada dasarnya yang berlaku dalam fiqh, kewajiban memberi nafkah oleh
suami kepada istrinya merupakan prinsip pemisahan harta anatara suami dan
istri. Yaitu seseorang suami adalah pencari rezeki yang berkedudukan sebagai
pemberi nafkah. Sebaliknya seseorang istri berkedudukan sebagai penerima
nafkah. Nafkah dapat dikatakan belanja kebutuhan pokok, maksudnya adalah
kebutuhan pokok yang diperlukan oleh orang-orang yang membutuhkannya.4
Arti nafkah menurut yang disepakati ulama adalah belanja untuk
keperluan makan yang mencakup sembilan bahan pokok pakaian dan perumahan
atau dalam bahasa sehari-hari disebut sandang, pangan, dan papan, jadi nafkah
bisa diartikan memenuhi kebutuhan dan keperluan hidup meliputi makanan,

3
4

Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia (Jakarta: Kencana, 2006), 165.
Ibid, 171.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21

pakaian, tempat tinggal, serta biaya rumah tangga dan pengobatan bagi istri
sesuai dengan keadaan, termasuk juga biaya pendidikan anak.5
Pemberian nafkah merupakan kewajiban suami terhadap keluarga. Namun,
setelah melaksanakan

kewajibannya memberi nafkah keluarga,

semua

mempunyai hak-hak tertentu kepada istri dan anak-anaknya. Itulah makna hak
dan kewajiban dalam Islam yang menekankan tumbuhnya rasa keadilan. Tidak
bisa dipungkiri mencari nafkah untuk keluarga bukannya pekerjaan mudah bagi
suami. Kerena itu dalam Islam, upaya seorang suami menunaikan kewajibannya
memberi nafkah kepada anak dan istri masuk dalam kategori ibadah.

B. Dasar Hukum Nafkah
Adapun kewajiban memeberikan nafkah didasarkan pada Al-Quran
sebagai berikut :
           
“Dan kewajiban ayah memberi Makan dan pakaian kepada Para ibu dengan
cara ma'ruf. seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar
kesanggupannya”. (QS. Al-Baqarah: 233).6
Rizki yang di maksud dalam ayat ini ialah makanan secukupnya,
“pakaian” ialah baju atau penutup badan, dan ma’ru>f yaitu kebaikan sesuai

5

Slamet Abidin Aminudin, Fiqih Munakahat I (Bandung: CV Pustaka, 1999), 162.
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah (Bandung: CV. Penerbit Diponegoro
2010), 47.

6

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

dengan ketentuan agama, tidak berlebihan dan tidak pula berkekurangan. Juga
dijelaskan di dalam QS. At-Thalaq: 6-7:
             
     
“Tempatkanlah mereka (para istri) di mana kamu bertempat tinggal
menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk
menyempitkan (hati) mereka. dan jika mereka (istri-istri yang sudah
ditalaq) itu sedang hamil, Maka berikanlah kepada mereka nafkahnya
hingga mereka bersalin”.
Firman Allah dalam QS. At-Thal>aq ayat 7 yaitu :
       
“Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa
yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan
sesudah kesempitan”.

: ‫ يارسول ال ان سفيان رجل شحيح‬:‫عن عائشة رضي ال ع ها ان داب ت عتبة قالت‬
‫و و ل ي علم قال خذي مايكفيك وولدك‬. ‫وليس ي عطن وولدى ال ما أخذ ت م‬
)‫بالمعروف (روا البخاري و مسلم‬
Dari Aisyah bahwa Hindun binti Utbah pernah bertanya. “wahai Rasulullah
sesungguhnya Abu Syfyan adalah orang yang kikir. Ia tidak mau memberi
nafkah kepadaku dan anak-anakku, sehingga aku mesti mengambil dari
padanya tanpa sepengetahuannya “Maka Rasulullah bersabda” Ambillah
apa yang mencukupi bagimu dan anakmu dengan cara yang baik” (H.R.
Bukhari dan Muslim).7
Ab>u ‘Abdulloh Muhamad bin Isma>’i>l al-Bukhari, Sahih al-Bukhari Juz VII (Beirut: Dar al-Kutub al‘Ilmiyah,tt), 85.
7

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

Agama menetapkan bahwa suami bertanggung jawab mengurus kehidupan
istrinya, kerena itu suami diberi derajat setingkat lebih tinggi dari istrinya,
sebagaimana firman Allah swt dalam QS. Al-Baqarah: 228 yaitu :
            
Dan Para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya
menurut cara yang ma'ruf. akan tetapi Para suami, mempunyai satu
tingkatan kelebihan daripada isterinya. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.
Dan ayat ini, diketahui bahwasannya suami harus memenuhi hak dan
kewajiban terhadap istrinya, kerena suami mempunyai tanggung jawab dalam
rumah tangga.

C. Hikmah Kewajiban Nafkah
Syariat mewajibkan nafkah atas suami terhadap istrinya. Nafkah hanya
diwajibkan atas suami, kerena tuntutan akad nikah dan kerena keberlangsungan
bersenag-senang

sebagaimana

istri

wajib

taat

kepada

suami,

selalu

menyertainya, mengatur rumah tangga, mendidik anak-anaknya. Ia tertahan
untuk melaksanakan haknya “Setiap orang yang tertahan untuk hak orang lain
dan manfaatnya, maka nafkahnya atas orang yang menahan kerenanya”.8

8

Abdul Aziz Muhamad Azzam , Fiqih Munakahat Khitbah, Nikah, Talaq (Jakarta: Amzah, 2009),
212.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

D. Sebab yang Mewajibkan Nafkah
Di dalam sebuah perkawinan tentu adanya suatu hak dan kewajiban antara
suami dan istri dengan kebutuhan, tugas masing-masing serta prinsip dasar
membina ketentraman dalam rumah tangga. Kewajiban suami telah ditetapkan
agama dalam hal menanggung nafkah istri tidaklah bebas tanpa syarat, artinya
suami baru wajib memberikan nafkah istrinya apabila telah memenuhi beberapa
persyaratan.9
Beberapa persyaratan berkaitan dengan kewajiban pemberian nafkah,
bahwasannya di wajibkan suami terhadap istri, berdasarkan akad nikah yang
telah berlangsung kini terikat oleh kepentingan suaminya, dengan kewajiban
melayani kebutuhannya, bertanggung jawab atas pengolaan rumah tangganya
dan tidak lagi bebas bepergian atau bekerja di luar rumah untuk kepentingan
dirinya sendiri, kecuali dengan persetujuan suaminya, kerenanya, kewajiban
memberi nafkah seperti itu, bergantung pada terpenuhinya tiga hal yaitu :
1. Akad nikah antara suami dan istri telah berlangsung sah.
2. Si istri dalam keadaan siap untuk melangsungkan kehidupan suami istri
3. Tidak adanya hambatan dari pihak istri yang dapat menghilangkan atau
mengurangi hak suami untuk memperoleh layanan sewajarnya.10

9
10

Sayyid Sabiq, Terjemah Fiqih Sunnah (Bandung: Al-Ma’a>rif, 1996), 148.
Muhamad Bagir AL-Habsy , Fiqih Praktis (Bandung: Mizan, 2002), 138.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

Dalam pemenuhan hak dan kewajiban nafkah mempunyai kriteria
bagaimana nafkah itu diberikan dan tentunya kepada siapa seharusnya nafkah
itu diberikan. Sehingga seseorang wajib memberi nafkah disebakan oleh :
1. Hubungan Kekerabatan
Diwajibkan memberikan nafkah kepada kerabat kerena asal dan kasih
sayang. Asal yang dimaksud di sini adalah orang tua menjadi asal
keturunanya maka orang tua wajib memberi anaknya nafkah dan anak wajib
memberi nafkah kepada saudaranya baik terhadap laki-laki atau perempuan.11
Kewajiban anak memberi nafkah kepada orang tuanya

dengan

ketentuan anak dalam keadaan mampu dan orang tua tidak mempunyai harta.
Begitu juga sebaliknya orang tua wajib memberikan nafkah kepada anaknya
sampai anaknya telah dewasa dan dapat berusaha untuk mencari nafkah
untuk kebutuhannya.
2. Hubungan Kepemilikan
Memberikan nafkah kepada hamba merupakan kewajiban sesuai
dengan kemampuannya. Sesungguhnya orang yang mempunyai hamba wajib
memberinya nafkah berupa makanan. Pakian secukupnya sesuai dengan
kemampuannya.12

11
12

Abdul Fatah Idris dan Abu Ahmadi, Fiqih Islam Lengkap (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1994), 252.
Abi Abdillah Muhamad Ibni Qosim, Tausyih ala Ibn Qosim (Libanon: Darul Afkar,1996), 232.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

3. Hubungan Pernikahan
Akad nikah yang sah menyebabkan istri telah terikat dengan hak-hak
suaminya dan haram dikawini oleh orang lain, kerena itu ia berhak mendapat
nafkah dari orang yang mengikatnya yaitu suaminya. Banyaknya nafkah
sesuai dengan kebutuhan dan adat kebiasaan yang berlaku di tempat masingmasing, dengan mengingat tingkat dan keadaan suami.13 Firman Allah dalam
QS. Al-Baqarah: 228 :
    
“Dan Para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan
kewajibannya menurut cara yang ma'ruf”.14
Selain kewajiban suami mengenai pemberian nafkah terhadap istri
selama perkawinan, ada juga pemberian nafkah suami terhadap istri setelah
adanya perceraian. Para Ulama berbeda pendapat tentang pemberian wajib
nafkah suami kepada istri setelah perceraian. Menurut syafi’i berpendapat
bahwa, wanita yang ditinggal mati suaminya berhak memperoleh nafkah
berupa tempat tinggal semata.
Selanjutnya Syafi’i mengatakan bahwa apabila seorang wanita di
talak ba>’in, sedang dia dalam keadaan hamil, kemudian suaminya meninggal
dunia (ketika si istri masih dalam ‘iddah), maka nafkah atas si istri tidak
terputus. Sementara itu Hanafi mengatakan : apabila wanita ber-‘iddah
13
14

Slamet Abidin Aminudin, Fiqih Munakahat I (Bandung: CV Pustaka, 1999) 168.
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah . . . 102.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

tersebut dalam keadaan talaq raj’i dan suami yang menceraikannya itu
meninggal dunia ketika dia menjalani ‘iddah-nya, maka iddahnya beralih ke

‘iddah wafat dan kewajiban atas nafkah menjadi terputus, kecuali bila si
wanita itu diminta nafkahnya untuk menjadikan sebagai hutang oleh suami
(atas suami) yang betul-betul dilaksanakannya. Dalam kondisi serupa ini
nafkahnya tidak gugur.15

E. Hak dan Kewajiban Suami Terhadap Istri
1. Hak Suami Atas Istri
Di antara beberapa hak suami terhadap istri dalam hukum islam yang
paling pokok adalah:
a. Ditaati dalam hal yang tidak maksiat.
b. Istri menjaga dirinya sendiri dan harta suami.
c. Menjauhkan diri dari mencampuri sesuatu yang dapat menyusahkan
suami.
d. Tidak bermuka masam dihadapan suami.
e. Tidak menunjukkan keadaan yang tidak disenangi suami.16
Kewajiban taat kepada suami hanyalah dalam hal-hal yang dibenarkan
agama, bukan hal dalam kemaksiatan kepada Allah swt. Jika suami
menyuruh istri untuk berbuat maksiat, maka si istri harus menolaknya,
15
16

Muhamad Jawad Muqniyah, Fiqih Lima Madzhab (Jakarta: Lentera, 2006), 401.
Abdul Rahman Ghazali, Fiqih Munakahat (Jakarta: Kencana, 2008), 158.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

28

diantara ketaatan istri kepada suami adalah tidak keluar rumah, kecuali
dengan seizinnya.
Dalam Al-Qur’an surat an-Nisa>’, ayat 34 dijelaskan bahwa istri harus
bisa menjaga dirinya, baik ketika berada di depan suami maupun di
belakangnya, dan ini merupakan salah satu ciri istri yang shalihah.17Allah
SWT berfirman :
      
Sebab itu Maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi
memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah
memelihara mereka (Q.S. an-Nisa’: 34)18
2. Kewajiban Suami Terhadap Istri
Pada dasarnya kewajiban seorang suami terhadap istri dititik beratkan
dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 80 secara rinci yaitu :
a) Suami adalah pembimbing terhadap istri dan rumah tangganya, akan
tetapi mengenai hal-hal urusan rumah tangga yang penting-penting
diputuskan oleh suami istri bersama.
b) Suami wajib melindungi istrinya dan memberikan segala sesuatu
keperluan hidup berumah tangga sesuai dengan kemampuannya.
c) Suami wajib memberikan pendididkan agama kepada istrinya dan
memberi kesempatan belajar pengetahuan yang berguna dan bermanfaat
bagi agama, nusa dan bangsa.
d) Sesuai dengan penghasilannya suami menanggung :
a. Nafkah, kiswah dan tempat kediaman bagi istri.
b. Biaya rumah tangga, biaya perawatan dan biaya pengobatan bagi istri
dan anak.
c. Biaya pendidikan anak.
d. Kewajiban suami terhadap istrinya seperti pada ayat (4) huruf a dan b
diatas mulai berlaku sesudah tamkin sempurna dari istrinya.
17

Ibid,159-160.
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah . . . 108.

18

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

29

e. Istri dapat membebaskan suaminya dari kewajiban terhadap dirinya
sebagaimana tersebut pada ayat (4) huruf a dan b.
f. Kewajiban suami sebagaimana dimaksud ayat (5) gugur apabila istri
nushus.19
3. Hak dan Kewajiban Istri Terhadap Suami
1. Hak Istri Atas Suami
Hak istri harusnya terpenuhi oleh suami sesuai dengan tanggung
jawab penuh oleh suaminya dan seharusnya seseorang suami
memperlakukan istrinya dengan baik dengan baik dan membimbing serta
menjaga istri sesuai dengan ketentuan agama. Apabila semua itu sudah
terpenuhi dengan baik oleh suami maka terwujudlah ketentraman hati,
keteguhan iman serta kebahagian hidup berumah tangga akan tercipta.
Para fuqoha telah sependapat bahwa diantara hak istri atas suami
adalah nafkah hid