Pengaruh pelaksanaan sholat dhuha berjamah di sekolah terhadap kebiasaan sholat wajib peserta didik di SMA Budi Utomo Prambon.

(1)

PENGARUH PELAKSANAAN SHOLAT DHUHA BERJAMAAH DI SEKOLAH TERHADAP KEBIASAAN SHOLAT WAJIB PESERTA DIDIK

DI SMA BUDI UTOMO PRAMBON

SKRIPSI

Oleh:

YELI VENTIKA AGUSTIN NIM: D71213143

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN (FTK)

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


(2)

(3)

(4)

(5)

ABSTRAK

Yeli Ventika Agustin, 2017: “Pengaruh Pelaksanaan Sholat Dhuha Berjamaah di Sekolah

Terhadap Kebiasaan Sholat Wajib Peserta Didik di SMA Budi Utomo Prambon” Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya.

Dosen : Dr. H. Saiful Jazil, M.Ag

Dalam perkembangan zaman pada saat ini, pendidik tidak hanya harus bisa menguasai tekhnologi, mengupdate ilmu-ilmu pengetahuan, tetapi pendidik juga harus mampu memberikan pegangan terhadap anak didik dengan ilmu-ilmu keagamaan. Mengajak peserta didik untuk lebih mendekatkan diri kepada sang khaliq dengan melaksnakan kebiasaan-kebiasaan baik. Sholat sunnah dhuha sangat dianjurkan oleh Rasulullah SAW. karena banyak sekali keistimewaan yang terkandung dalam sholat sunnah dhuha. Sholat sunnah dhuha menurut banyak orang berguna untuk memohon keluasan rezeki. Namun tidak hanya itu, banyak hikmah yang terkandung didalamnya jika kita melaksanakan sholat sunnah dhuha secara istiqomah. Sholat Sunnah dhuha berjamaah yang dilaksnakan di sekolah, sedikit banyak akan membawa dampak dan pengaruh terhadap kebiasaan sholat wajib peserta didik.

Skripsi ini dalam penelitiannya bertujuan untuk mengetahui sejauh mana “Pengaruh

Pelaksanaan Sholat Sunnah Dhuha Berjamaah di Sekolah Terhadap Kebiasaan Sholat Wajib Peserta Didik di SMA Budi Utomo Prambon”.

Berdasarkan tingkat eksplanasi maka penelitian ini termasuk penelitian asosiatif, yaitu penelitian yang mencari hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lainnya. Dan menurut jenis datanya, penelitian ini menggunakan jenis data kuantitatif. Adapun skala pengukurannya menggunakan skala Likert, paradigma dalam penelitian ini adalah paradigma sederhana dimana penelitian ini terdiri dari satu variabel dependent dan satu variabel independent jadi untuk mencari besarnya hubungan X dengan Y digunakan teknik korelasi sederhana. Dalam penelitian ini subjek penelitiannya adalah 25% dari jumlah keseluruhan peserta didik SMA Budi Utomo Prambon tahun ajaran 2016/2017 yang berjumlah 63 peserta didik. Teknik pengumpulan datanya menggunakan angket. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis statistik product moment korelasi sederhana yang kemudian diuji hipotesis dengan menggunakan uji signifikan korelasi product moment yang yang dikonsultasikan dengan r tabel pada taraf signifikan 5% dan 1% untuk memberikan interpretasi bahwa hipotesisi alternatif diterima atau ditolak. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara pengaruh pelaksanaan shalat dhuha berjamaah terhadap kebiasaan sholat wajib peserta didik di SMA Budi Utomo Prambon. Karena terdapat nilai dari hasil product moment sebesar 0, 810.


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

DAFTAR TRANSLITERASI ... xix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1


(7)

B. Rumusan Masalah ... 18

C. Tujuan Penelitian... 18

D. Manfaat Penelitian ... 18

E. Hipotesis ... 20

F. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian ... 21

G. Definisi Istilah atau Definisi Operasional ... 22

H. Metodologi Penelitian ... 23

I. Sistematika Penelitian... 23

BAB II LANDASAN TEORI A.Pembahasan tentang Sholat dhuha ... 25

1. Pengertian Sholat... 25

2. Pengertian Sholat Sunnah Dhuha ... 29

3. Waktu Sholat Dhuha ... 31

4. Hikmah Sholat Dhuha ... 33

5. Keutamaan Sholat Dhuha ... 34

6. Mukjizat Sholat Dhuha... 38


(8)

B.Pembahasan tentang Sholat Wajib ... 44

1. Pengertian Sholat Wajib ... 44

2. Keutamaan Sholat Wajib ... 44

3. Urgensi Sholat Wajib Dalam Islam ... 46

4. Perintah Sholat Wajib... 49

5. Hukum Mengerjakan Sholat Lima Waktu ... 55

C.Pengaruh Pelaksanaan Sholat Dhuha Berjamaah Terhadap Kebiasaan Sholat Wajib Peserta Didik ... 57

BAB III METODE PENELITIAN ... 60

A.Jenis Penelitian ... 60

B.Tempat dan Waktu Penelitian ... 62

C.Sumber Data Penelitian ... 63

D.Populasi dan Sampel Penelitian ... 64

E. Variabel dan Indikator Penelitian ... 65

F. Pengumpulan Data Penelitian ... 69

G.Analisis Data Penelitian ... 70

H.Instrumen Penelitian ... 70

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 72


(9)

1. Sejarah Singkat SMA Budi Utomo Prambon ... 72

2. Letak Geografis SMA Budi Utomo Prambon ... 72

3. Profil Sekolah SMA Budi Utomo Prambon ... 73

4. Visi dan Misi Budi Utomo Prambon ... 74

5. Struktur Organisai ... 75

6. Keadaan Guru dan Karyawan ... 77

7. Keadaan Sarana dan Prasarana ... 81

B.Papaparan Hasil Penelitian ... 83

1. Proses Pelaksanaan Sholat Dhuha ... 83

2. Tujuan Pelaksanaan Sholat Dhuha ... 85

C.Penyajian Data ... 86

1. Penyajian Data pelaksanaan Sholat Dhuha Berjamaah di Sekolah ... 87

2. Penyajian Data Kebiasaan Sholat Wajib Peserta Didik ... 91

D. Analisis Data Penelitian 1. Pengaruh Pelaksanaan Sholat Dhuha Berjamaah ... 95

2. Kebiasaan Sholat Wajib Peserta Didik ... 96

3. Pengaruh Pelaksanaan Sholat Dhuha Berjamaah di Sekolah Terhadap Kebiasaan Sholat Wajib Peserta Didik ... 96


(10)

BAB V PENUTUP ... 105

1. Kesimpulan ... 105 2. Saran ... 106 DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR LAMPIRAN


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

No. 01 ... 75

No. 02 ... 82

No. 03 ... 88

No. 04 ... 91

No. 05 ... 92

No. 06 ... 93

No. 07 ... 93

No. 08 ... 94

No. 09 ... 94


(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Struktur Organisasi Sekolah..


(13)


(14)

DAFTAR TRANSLITERASI

Pedoman transliterasi Arab-Latin ini diambil dari Buku Pedoman Penulisan Makalah, Tesis, dan Disertasi Program Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya (Surabaya: Program Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya, 2005).

No. Arab Indonesia No. Arab Indonesia

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

ا

ب

ت

ث

ج

ح

خ

د

ذ

ر

ز

س

ش

ص

ض

b

t

th

j

h

kh

d

dh

r

z

s

sh

s

d

16.

17.

18.

19.

20.

21.

22.

23.

24.

25.

26.

27.

28.

29.

ط

ظ

ع

غ

ف

ق

ك

ل

م

ن

و

ه

ء

ي

T

z

gh

f

q

k

l

m

n

w

h

y

Untuk menunjukkan bunyi hidup panjang (mad) caranya dengan menuliskan coretan horizontal (macron) diatas huruf, seperti: â, î, dan û.


(15)

BAB 1

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Pada zaman yang semakin modern ini, dunia sering dilanda perubahan-perubahan besar yang mendasar, menyeluruh dan berlangsung dengan cepat. Proses modernisasi berjalan terus dan merupakan pertanda yang dianggap biasa terdapat di setiap penjuru dunia. Dalam bergelut dengan gejala modernisasi tidak jarang manusia kehilangan arah, bahkan kehilangan dirinya sendiri, sehingga ia berpegang pada yang tampak baik dari luar dan mengenyampingkan nilai-nilai mental spiritual yang telah dianut secara turun-menurun. Sesuai dengan firman Allah Swt yang berbunyi :

اي ق ْفأ صْبأ عْ ّس عج ح ْ يف خف ّ س ّ ث

ْش

Artinya: “Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan kedalam (tubuh)nya ruh (ciptaan)-Nya.Dan Dia jadikan bagi kamu pendengaran, pengalihan, penglihatan, dan (perasaan) hati (tetapi)kamu sedikit sekali bersyukur” [As-Sajdah (32) : 9]1

Dunia pendidikan, khususnya pendidikan Indonesia semakin berkembang dengan pesat. Pembaharuan-pembaharuan dalam bidang pendidikan seperti pembaharuan kurikulum buku-buku paket, sarana prasarana yang menunjang

1Mujamma’ Al Malik Fahd Li Thiba’at Al Mush-haf Asy-Syarif,

Al-Qur’an dan Terjemahan, (Madinah Munawwaroh, KSA, 2005), h. 661.


(16)

2

dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan terus didorong dengan subsidi-subsidi dari pemerintah pusat. Namun yang sangat mengkhawatirkan adalah perbaikan media pendidikan ini tidak diiringi dengan perubahan yang positif. Sehingga timbul kemerosotan moral yang sangat membahayakan bangsa Indonesia. Untuk itulah, sekarang ini pendidikan Indonesia tidak hanya membutuhkan teori/materi ajar yang hanya dikaji dan dimengerti, melainkan dibutuhkan pengimplementasian dari teori tersebut kedalam kehidupan sehari-hari, sehingga akan membentuk sebuah dimensi kepribadian dalam meniti kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bertanah air.

Sebagai bangsa Indonesia, kita harus mengartikan pendidikan sebagai perjuangan bangsa, yaitu pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan berdasarkan pada Pancasila dan UUD 1945 dalam operasionalnya, pendidikan nasional dengan sifat dan kekhususan tujuannya, yang dikelola dalam perjenjangan sesuai dengan tahapan atau tingkat perkembangan peserta didik, keluasan dan kedalaman bahan pengajaran. Oleh karena itu pendidikan berlangsung harus sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam UU No. 20 Tahun 2003, pasal 37 ayat (1) tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa Pendidikan Nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pendidikan


(17)

3

agama islam bukan hanya mempelajari teori saja, karena Pendidikan Agama merupakan ilmu praktis. Jadi untuk mendapatkan hasil yang maksimal lembaga pendidikan harus memberikan fasilitas untuk peserta didik agar bisa mempraktekkan apa yang ia pelajari disekolah dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Pendidikan merupakan proses transformasi budaya dan nilai-nilai luhur kepribadian, yang dilaksanakan secara sistematis dan terprogram.2Pendidikan dalam proses mencapai tujuannya perlu dikelola dalam suatu system terpadu dan serasi. Salah satu tanggung jawab yang harus diemban oleh sekolah dalam memegang amanah sebagai seorang adalah mendidik peserta didik dengan baik. Baik itu dalam pengembangan potensinya, ketaqwaannya, akhlaknya, pengetahuannya, ibadahnya, dll.

Dalam lingkup pendidikan, tidak hanya pengetahuan saja yang ditekankan dan mendapat perhatian khusus, tetapi serangkaian kegiatan yang lainnya pun juga juga dipandang perlu untuk mendapat perhatian. Salah satunya adalah ibadah peserta didik yang dilakukan disekolah.

Ibadah merupakan upaya mendekatkan diri kepada Allah Swt. Sholat merupakan ibadah paling pokok bagi setiap muslim. Ibadah ini berkedudukan tinggi di mata Allah SWT. Karena sholat merupakan ibadah yang pertama kali

2

Benni Setiawan, maniefesto pendidikan di Indonesia (Yogyakarta: Arus Media, 2006), h. 11.


(18)

4

akan dihisab di yaumul qiyyamah. Sholat dapat membedakan antara orang beriman dan tidak beriman. Mereka yang mengerjakan sholat dapat menemukan jalan hidupnya. Kehidupan mereka akan menjadi lebih terarah, tentram dan bahagia. Sholat merupakan kunci dari semua amalan. Oleh karena itu, apabila kuncinya tidak utuh, hanya separuh, sepertiga, dan seterusnya, maka pasti amalan yang lain akan jauh dari kebaikan. Betapa kecewanya musholli yang mengharapkan pahala amalan, ternyata dia menerima pahala shalatnya dalam keadaan tidak utuh.3 Allah memerintahkan kepada para Nabi dan Rasulnya untuk berdakwah dan mengajak para umatnya untuk menyembah dan meng-Esa-kan-Nya. Sampai kemudian Nabi terakhir juga mendapat perintah beribadah dan membawa syariat islam.

Berdasarkan pandangan ahli fiqih bahwa sholat adalah beberapa ucapan atau rangkaian ucapan dan perbuatan (gerakan) yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam, yang dengannya kita beribadah kepada Allah Swt dan menurut syarat-syarat yang sudah ditentukan oleh agama.4 Kita sadari bersama dan tidak bisa kita sangkalkan adanya kontribusi dan sumbangsih menjalankan sholat terhadap kita. Bahkan, didalam ibadah kita hanya menggerakkan badan

3

Muhammad Makhdlori, Menyingkap Mukjizat Sholat Dhuha (Yogyakarta: Diva Press, 2013), h. 36.

4


(19)

5

bagai robot, aktifitas ini pun sudah berguna. Manfaatnya sekurang-kurangnya menyehatkan jiwa.5

Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Sesungguhnya seorang hamba melakukan sholat, tidak ditulis pahala sholat itu untuknya selain sepersepuluh, sepersembilan, seperdelapan, sepertujuh, seperenam, seperlima, seperempat, sepertiga dan seperdua. (HR. Ahmad, dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih

al-Jami’ nomor 1626).

Berangkat dari pemahaman sebagaimana hadits tersebut, maka untuk meraih nilai kesempurnaan sholat (sholat fardhu), Nabi sangat menganjurkan untuk melakukan ibadah tambahan, yakni sholat sunnah. Sholat sunnah ini bisa dilakukan di rumah, di masjid, atau di tempat-tempat yang dianggap suci.

Sholat merupakan solusi dan jalan keluar dari setiap kegundahan dan kesempitan, misalnya dengan sholat dhuha. Sholat dhuha adalah jenis sholat sunnah yang dikerjakan pada saat manusia mulai menjalankan aktivitas kesehariannya, sholat tersebut dilakukan seorang muslim ketika masuk waktu dhuha. Waktu dhuha adalah waktu ketika matahari mulai naik kurang lebih 7 hasta sejak terbitnya (sekitar pukul tujuh pagi) hingga waktu dzuhur. Jumlah rakaat sholat dhuha bisa dengan 2, 4, 6, 8 atau 12 rakaat. Dan dilakukan satuan 2 kali salam.

5

M. Shodiq Mustika, Pelatihan Sholat untuk Kecerdasan dan Kesuksesan Hidup


(20)

6

Sholat dhuha adalah sholat sunnah muakad, karena Rasulullah selalu mengerjakannya. Rasulullah juga selalu menasehati para sahabatnya untuk selalu mengerjakan sholat tersebut.6 Mereka yang mau menjalankan sholat dhuha adalah orang-orang yang bersyukur. Karena mereka yakin dengan menambah syukur, akan bertambah pula kenikmatan Allah Swt. yang diterimanya. Maka untuk menambah dan menjaga rezeki kita, tidak ada salahnya bila kita selalu menjaga kedekatan kita kepada Allah Swt. Ada banyak pahala bagi siapapun yang mengerjakan sholat dhuha. Bagi mereka yang meninggalkannya (sholat dhuha), Allah Swt juga tidak memberi keburukan apapun kepadanya. Namun apabila kita berpijak pada kehidupan Rasulullah Saw., beliau senantiasa mengerjakan sholat dhuha.7 Hal ini didasarkan pada hadits Abu Hurairah yang meriwayatkan,

“Rasulullah Saw berpesan tiga hal kepadaku (yang tidak pernah kutinggalkan

sampai aku mati nanti), yaitu puasa tiga hari pada setiap bulan, dua rakaat dhuha dan shalat Witir sebelum tidur (HR. Bukhori).

Didalam Surah Adh-Dhuha Allah swt bersumpah dengan waktu dhuha dan waktu malam yang artinya:

ىحُ

ىجس ۡيّ

Artinya: “Demi waktu matahari sepenggalahan naik, dan demi malam apabila telah sunyi.” (QS. Ad-dhuha [93]:1-2).

6

Irma Mutiara Sholiha, Misteri Dahsyatnya Sholat Tahajud, Subuh dan Dhuha

(Yogyakarta: Media Ilmu Abadi, 2015),h.115. 7


(21)

7

Dari penggalan ayat diatas, beberapa ahli fiqih menafsirkan bahwa kedua waktu tersebut merupakan waktu yang paling utama untuk beribadah dalam setiap harinya.Dalam Surat adh-Dhuha dijelaskan bahwa ketika matahari naik sepenggalan dan demi malam apabila telah sunyi (gelap), Allah sangat dekat kepada hamba-hambaNya dan tidak mau meninggalkannya jika sang hamba tersebut mendekatkan diri kepada-Nya. Pada waktu itulah Allah swt sangat memperhatikan hambaNya yang paling gentol mendekatkan diri kepadaNya. Ditengah malam yang sunyi, dimana orang-orang sedang tidur nyenyak tetapi hamba Allah yang pintar mengambil kesempatan disaat itu dengan bermujahadah melawan kantuk dan dinginnya malam dan air wudhu’, bangun untuk menghadap Khaliqnya, tidak lain hanya untuk mendekatkan diri kepadanya.

Demikian juga dengan waktu dhuha, Allah mengisyaratkan bahwa disaat matahari naik sepenggalahan, disaat itu pula sinyal illahi telah memancarkan keniscayaan bagi hamba yang mau membuka “stasiun” kalbu untuk menerima karunia yang akan diberikan kepadanya. Ritual sholat, atau lebih khususnya sholat dhuha merupakan pengembangan diri untuk dapat menguatkan sinyal magnetika yang sebetulnya memancar meliputi aura tubuh dalam diri seseorang. Karena ibadah sholat merupakan bentuk penyembahan, pemasrahan, dan pengikhlasan diri dari setiap upaya yang dikerjakan melalui aktivitas keseharian. Karena penyembahan, pemasrahan, pengikhlasan merupakan kekuatan yang sangat dahsyat. Begitu pula perlaksanaan sholat adalah upaya dalam mengaktifkan


(22)

8

Inneryang dalam aturannya menggunakan gerakan batin dan gerakan zhahir (eksotetis) seperti mengangkat tangan, ruku’, sujud, dan lain sebagainya.8

Waktu dhuha merupakan waktu yang sangat menyenangkan, setidaknya bagi orang yang merasakan nikmatnya waktu pagi. Jika beberapa orang beranggapan bahwa melakukan sholat dhuha untuk memohon rezeki kepada Allah Swt., hal itu memang benar adanya. Akan tetapi, lebih dari itu, yang paling dibutuhkan adalah kesadaran hati setiap orang untuk memanfaatkanwaktu pagi agar tidak terlepas dan selalu terkontrol dari Allah Swt., Tuhan Yang Maha Penyayang.

Saat kita melaksanakan sholat dhuha berarti kita memberikan asupan kepada hati dan jiwa. Dengan demikian, orang yang melaksanakan sholat dhuha dengan baik, maka ia akan mendapatkan kesegaran yang tidak tertandingi. Hal tersebut dikarenakan waktu dhuha mengikuti irama alam yang sangat segar. Oleh karena itu jangan menyia-nyiakan waktu yang berkah tersebut.

Dalam tubuh kita terdapat 360 persendian. Sebagai bentuk syukur kita kepada Allah Swt. maka setiap persendian haruslah disedekahi. Jika setiap orang dimintai bersedekah dengan harta benda terhadap fakir miskin atas 360 sendi setiap hari, tentulah sangat memberatkan. Namun Allah Swt. memberikan kemurahan sedekah itu bisa digantikan dengan menunaikan dua rakaat sholat dhuha.9

8

Muhammad Makhdlori, Menyingkap Mukjizat Sholat Dhuha, h.45. 9


(23)

9

Buraidah pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda “Pada diri manusia terdapat 360 persendian. Ia harus menyedekahi setiap persendian itu.” salah seorang sahabat bertanya, “Siapakah yang mampu melakukan hal itu, wahai

Rasulullah?” beliau bersabda: “hendaknya engkau menimbun dahak yang ada di

masjid, atau menyingkirkan sesuatu (yang mengganggu di jalan. Jika tak mampu juga, maka dua rakaat sholat dhuha mencukupi bagimu.” (HR. Ahmad).10

Waktu dhuha memiliki keutamaan karena pada waktu dhuha orang-orang sibuk dengan kehidupan duniawinya dan mereka yang tahu pasti akan meninggalkannya sebentar untuk kembali mengingat Allah swt, sebagaimana yang dikatakan oleh sahabat Zaid bin Arqam ra ketika beliau melihat orang-orang yang sedang melaksanakan shalat dhuha: “Ingatlah, sesungguhnya mereka telah mengetahui bahwa shalat itu dilain saat ini lebih utama. Sesungguhnya Rasulullah saw bersabda: “Shalat dhuha itu (shalatul awwabin) shalat orang yang kembali kepada Allah, setelah orang-orang mulai lupa dan sibuk bekerja, yaitu pada waktu anak-anak unta bangun karena mulai panas tempat berbaringnya.” (HR Muslim).

Selanjutnya yang dimaksud dengan shalat berjama’ah adalah shalat yang dikerjakan secara bersama-sama yang paling sedikitnya dilakukan dengan dua orang atau lebih yaitu imam dan makmum secara bersama-sama. Shalat berjamaah memiliki nilai 27 derajat lebih baik daripada shalat sendiri. Shalat berjama‟ah

10

Zakia Ahmad, Sholat Dhuha Untuk Wanita (Yogyakarta: Wacana Nusantara, 2014), h.10.


(24)

10

hukumnya sunnah muakkad, yang penting untuk dikerjakan karena memiliki nilai yang jauh lebih tinggi derajatnya dibandingkan dengan shalat seorang diri. Begitu pula sebaliknya dengan shalat dhuha dapat dilakukan secara berjama’ah untuk dapat meningkatkan kualitas keimanan yang ada pada diri seseorang, akan terjalin ikatan batin sesama muslim, dan terjalin ukhuwah Islamiyah.

Dengan dilaksanakannya shalat dhuha secara berjamaah hal ini merupakan suatu bentuk upaya untuk dapat membiasakan melaksanakan shalat tepat waktu. Apabila sudah masuk waktunya shalat dhuha maka peserta didik yang sedang menjalankan kegiatan pembelajaran akan berhenti sejenak dan melaksanakan shalat dhuha berjamaah. Sehingga dapat menimbulkan perubahan pola pikir maupun perubahan perilaku mereka. Dan juga dapat menjadi pendorong agar mereka selalu hidup rukun dan saling tolong menolong, hormat menghormati, dengan demikian akan membawa berkah bagi kita, apabila didalam melaksanakan shalat itu tanpa ada paksaan dari siapapun namun terdorong oleh kata hati kita sendiri disertai dengan rasa ikhlas. Dengan shalat kita juga akan dihindarkan dari pikiran ataupun perbuatan yang tidak baik.

Dengan begitu peserta didik menjadi terbiasa melakukan shalat berjamaah dan menghargai ataupun menggunakan waktu mereka ke hal yang lebih positif dan bermanfaat. Selain itu juga memberikan kesadaran pada diri peserta didik untuk melaksanakan shalat tepat pada waktunya tanpa meninggalkan kewajiban belajarnya.


(25)

11

Pembiasaan sholat dhuha berjamaah disekolah dianggap perlu. Karena dengan terbiasa mengikuti sholat dhuha berjamaah disekolah, peserta didik akan menjadi terlatih untuk menjalankan sholat tepat waktu dan berjamaah baik itu sunnah maupun wajib, dan dimanapun tempatnya.

Sekolah Menengah Atas (SMA) merupakan masa peralihan dari remaja menuju taraf dewasa. Tentunya kesadaran untuk melaksanakan shalat sunnah

dhuha, apalagi dengan berjam’ah itu masih sering mengalami kesulitan karena

antara siswa yang satu dengan yang lain berbeda-beda. Berdasarkan hal ini perlu adanya perhatian khusus terhadap diri seorang siswa untuk diberikan sebuah kesejukan ruhani, karena merupakan sebuah komunikasi dengan Tuhannya. Sehingga terbentuk generasi muda yang berkepribadian baik dan berbudi pekerti luhur.

Namun yang sering kita temui dilingkup sekolah adalah masih banyak peserta didik yang mengabaikan shalat dhuha berjamaah, walaupun sholat dhuha berjamaah sudah di programkan oleh sekolah menjadi salah satu kegiatan ekstrakulikuler. Banyak peserta didik yang sengaja tidak mengikuti sholat dhuha berjamaah disekolah dengan berbagai macam alas an yang kurang masuk akal.

Akan tetapi disini, mau tidak mau, rela ataupun terpaksa, peserta didik harus tetap mengikuti kegiatan yang sudah diprogramkan oleh sekolah. Karena kegiatan sholat dhuha berjamaah memberikan kebiasaan positif, dan juga mempengaruhi


(26)

12

emosional para siswa karena setelah mengikuti berbagai mata pelajaran yang sebelumnya telah dilaksanakan, maka seorang siswa terkadang mengalami stres dan diharapkan sholat dhuha ini sebagai penawar tekanan otak mereka. Dengan begitu, pikiran akan terasa jernih dan rileks kembali.

Sholat dhuha juga berjamaah di sekolah juga melatih peserta didik untuk berdisiplin. Karena budaya disiplin di Indonesia saat ini sangatlah jarang. Dan ungkapan jam karet bagi orang Indonesia sangatlah melekat. Kita akrab dengan istilah ini yakni jam yang selalu molor, sangat elastic sebagaimana sifat karet. Akibat saking elastisnya jam yang kita pakai, beberapa kegiatan sering molor. Dengan diadakannya sholat dhuha berjamaah disekolah, diharapkan peserta didik mampu menjadi pribadi yang disiplin dan tepat waktu dalam segala hal. Khususnya dalam mengerjakan sholat, baik disekolah, dirumah dan dimanapun. Karena Allah telah banyak menyinggung tentang pentingnya pemanfaatan waktu. Seperti wa al-‘ashr, wa al-dhuha, wa al-lail, dan seterusnya.

Sholat yang sebagaimana difirmankan oleh Allah :

ف ّص ۡي ق ف

ْ يقأف ۡ ۡأ ۡ ف ۚۡ ب ج ى ع ٗد عق ٗ يق َّ ْ ك ۡ

ٗ ق ۡ ّ ٗ ك ي ۡ ۡ ى ع ۡ ك ّص ّ ۚ ّص

Artinya: “Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di

waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman


(27)

13

Dengan melakukan sholat sesuai dengan ketentuan waktu yang telah digariskan Allah berarti kita dilatih untuk melakukan hidup disiplin, dengan memandang pentingnya waktu.11

Kemudian terlepas dari keutamaan sholat dhuha berjamaah, peneliti tidak mengupasnya secara habis, tetapi disini peneliti mencoba meneliti pengaruh sholat dhuha berjamaah terhadap kebiasaan sholat wajib. Di sekolah tersebut, sholat dhuha menjadi wajib karena kegiatan sholat dhuha berjamaah sudah menjadi program/kegiatan sekolah yang wajib dilaksanakan oleh setiap peserta didik, jika tidak mengikutinya maka akan mendapat punishment tersendiri dari sekolah. Sholat dhuha berjamaah di sekolah jelas mendapat pengawasan dari pihak sekolah. Nah bagaimana dengan sholat wajib peserta didik dirumah. Apakah selalu mereka kerjakan baik jamaah atau munfarid, ataukah malah mereka tinggalkan.

Sebagai seorang muslim dan muslimah tentunya kita sudah mengetahui, bahwa salah satu kewajiban seorang muslim adalah melaksanakan shalat lima waktu. Shalat wajib harus didirikan dalam satu hari satu malam sebanyak lima kali, berjumlah 17 rakaat. Rukun islam yang kedua ini sebagai bentuk penghambaan kepada sang pencipta yakni Allah SWT, yang telah menciptakaan bumi, langit beserta isinya. Sebagai seorang muslim sudah sepatutnya kita untuk

11

Suwito NS,Sholat Khusyu’ di Tempat Kerja (Purwokerto: STAIN Purwokerto Press, 2006),h.98.


(28)

14

senantiasa mematuhi segala perintahnya dan larangannya karena dengan demikian kita akan menjadi manusia yang akan mendapatkan kebaikan baik di dunia maupun di akherat. Seorang muslim yang tidak melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslim maka ia di pertanyakan kemuslimannya karena seorang muslim yang sesungguhnya ia akan taat kepada Allah dan rosulnya.

ْ ، ع ئ س ح ص ْ ح ص ْ ف ، اّص يقْ ْ ي ْ عْ ب بس حي ّ أ

ع ئ س سف ْ سف

Artinya: “Amalan yang pertama kali dihisab dari seorang hamba adalah shalatnya. Bila shalatnya baik maka baik pula seluruh amalnya, sebaliknya jika shalatnya rusak maka rusak pula seluruh amalnya.” (HR. Ath-Thabarani dalam Ausath, dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Ash-Shahihah no. 1358 karena banyak jalannya)

Shalat merupakan ibadah yang sangat penting bagi seorang muslim karena shalat merupakan induk amal, apabila shalat kita baik maka amal yang lain juga Insya Allah akan baik tetapi sebaliknya apabila shalat kita kurang baik maka amal yang lain pun akan mengikutinya karena shalat adalah tiang agama. Kalau tiangnya runtuh maka ambruklah agama seseorang. Oleh karenanya seorang muslim hendaknya terus memperbaiki shalatnya, karena dengan shalat kita baik maka kita akan senantiasa terjaga agama kita dan kita terjaga dari perbuatan-perbuatan buruk.


(29)

15

Dengan mendinamiskan sholat lima waktu sama halnya kita menyucikan jiwa. Apalagi dibarengi dengan rutinitas sholat-sholat sunnah, termasuk dalam hal ini adalah sholat dhuha. Jika kita melakukan sholat dengan baik, maka kita akan selalu diberikan bimbingan dan perlindungan dari segala celah dan kesesatan dosa, baik yang sen gaja maupun tidak sengaja.

Allah Swt. berfirman:

ۡ ءٓ ش ۡحفۡ ع ى ۡ ّص ّ ۖ ّص قأ ب ۡ كۡي يح أ ٓ ۡ

ع ۡص ۡعي َّ ۡكأ َّ ۡك

Artinya: “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS. Al-’Ankabut [29]: 45).

Sholat adalah hubungan antara seorang hamba dengan Tuhannya yang dilakukan manusia dengan eksistensi jasad, akal dan jiwanya. Sholat sebagai perbuatan yang di ulang-ulang dan berlangsung secara terus menerus, ia menjadi kegiatan yang berakar kuat dalam kehidupan seorang muslim. Perbuatan yang diulang-ulang tersebut menguasai kesadaran orang yang selalu melaksanakan sholat, sehingga apabila ia terlambat dari salah satu kewajiban hingga tidak dapat


(30)

16

melaksanakannya, dia merasa ada sesuatu yang merugikannya dan bersikap gelisah. Disana akan ada kaitan antara sholat dan kebiasaan. 12

Beberapa hal tersebut kita peroleh dari lingkungan yang ada disekitar kita. Berdasarkan hal ini kita mengulangi berbagai perbuatan, lalu ia menjadi sifat yang melekat pada diri kita yang dilakukan secara rutin. Pengaruh kebiasaan akan menentukan sebagian besar perbuatan kita, akan tetapi bukan berarti bahwa sholat hanya bentuk rutinitas yang dilakukan secara otomatis tanpa ada kehidupan dan ruh di dalamnya. Jika sholat hanya merupakan rutinitas dalam melakukan perbuatan yang tidak bermakna, ia menjadi sia-sia belaka.

Orang yang memiliki kebiasaan sholat akan melaksanakan sholat seperti salah satu kebiasaannya. Jika dia tidak melaksanakannya, dia akan merasa ada sesuatu yang kurang. Ada desakan melakukan perbuatan yang biasa ia lakukan. Kebiasaan sholat tumbuh dilingkungan religius. Terdapat banyak kebiasaan yang dapat dibentuk oleh lingkungan, misalkan lingkungan keluarga, masyarakat dan sekolah. Disanalah peserta didik belajar banyak hal dan mencari serta melakukan apa yang mereka senangi hingga menjadi suatu kebiasaan.

Ketika zaman berubah dengan begitu cepat, apa yang bisa dilakukan oleh seorang pendidik, kecuali memberi arahan dan membangun tembok yang besar untuk anak didiknya sebagai benteng pelindung dari kejamnya zaman. Apabila

12

Muhammad Bahnasi, Sholat Sebagai Therapi Psikologi (Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2008),h. 185.


(31)

17

perkembangan yang begitu pesat ini tidak dibarengi dengan bekal agama yang ada pada dirinya maka akibatnya akan berbahaya. Apalagi Indonesia pada saat ini sedang mengalami krisis moral. Yang mana mereka sangat membutuhkan bimbingan untuk kearah yang lebih baik.

Cara sederhana bagi peserta didik yang gagal memperoleh kebiasaan sholat dirumah, seperti yang ia dapatkan disekolah yakni dengan cara, peserta didik harus mendaki tangga setahap demi setahap. Setiap tahap dilakukan pada waktunya. Setaiap tahap harus memiliki rentang waktunya tersendiri untuk hasil yang lebih maksimal harus ada pengawasan khusus dari orang tua.

Banyak usaha untuk memperdalam jiwa keagamaan dan salah satunya adalah dengan melaksanakan sholat. Seperti dilaksanakan sholat dhuha berjamaah di SMP Budi Utomo Prambon. Yang mana dari kegiatan tersebut diharapkan bisa mempengaruhi ibadah peserta didik yang dilaksanakan di rumah agar lebih baik. Dalam rangka usaha untuk memberikan informasi tentang bagaimana aktifitas pelaksanaan sholat dhuha berjamaah di sekolah penelitian ini juga untuk mengetahui pengaruh sholat shuha berjamaah di sekolah terhadap kebiasaan peserta didik di rumah. Berpijak dari uraian diatas, peneliti inin mengkaji lebih dalam tentang Pengaruh Sholat Dhuha Berjamaah di Sekolah Terhadap Kebiasaan Sholat Wajib Peserta Didik di SMA Budi Utomo Prambon


(32)

18

B.Rumusan Masalah

1. Bagaimana proses pelaksanaan sholat dhuha berjamaah peserta didik di Sekolah Menengah Atas (SMA) Budi Utomo Prambon?

2. Bagaimana kebiasaan sholat wajib peserta didik Sekolah Menengah Atas (SMA) Budi Utomo Prambon?

3. Adakah pengaruh sholat dhuha berjamaah disekolah terhadap kebiasaan sholat wajib peserta didik?

C.Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui proses pelaksanaan sholat dhuha berjamaah di Sekolah Menengah Atas (SMA) Budi Utomo Prambon

2. Untuk mengetahui kebiasaan sholat wajib peserta didik Sekolah Menengah Atas (SMA) Budi Utomo Prambon

3. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh sholat dhuha berjamaah di sekolah terhadap kebiasaan sholat wajib peserta didik

D.Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan adanya manfaat yang dapat kita ambil, Manfaat praktis yang dapat kita peroleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi peserta didik adalah : dapat menjadi acuan para peserta didik untuk meningkatkan intensitas dalam melaksanakan ibadah sunnah, khususnya shalat Dhuha dengan berjamaah dan pelaksanaan sholat wajibnya.

2. Bagi orang tua adalah: dapat menjadi acuan pemikiran orang tua agar lebih memperhatikan putra-putrinya dalam melaksanakan kewajibannya yaitu ibadah


(33)

19

terutama shalat lima waktu. Dan orang tua juga dapat memberikan bimbingan dan pembinaan dalam membangkitkan sikap positif pada putra-putrinya.

3. Bagi lembaga adalah: dengan diadakanya shalat dhuha berjamaah maka hal ini akan membiasakan peserta didik untuk melaksanakan shalat secara berjamaah,menghidupkan sholat-sholat sunnah khususnya sholat sunnah dhuha. Dan penelitian ini di anggap penting dalam memberikan informasi pengaruh kebiasaan shalat berjamaah dalam melaksanakan ibadah shalat. Dan juga Memperoleh informasi obyectif secara konkret tentang kondisi pelaksanaan kegiatan sholat dhuha berjamaah di sekolah apakah sudah maksimal ataukah masih banyak evaluasi.

Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah:

1. Dapat memberikan manfaat berkaitan dengan pengembangan ilmu pendidikan agama Islam khususnya pada pembiasaan sholat sunnah dan fardhu peserta didik.

2. Untuk mengembangkan nilai-nilai keagamaan dan mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

3. Untuk meningkatkan mutu pendidikan agama Islam dalam bidang kerohaniannya sehingga menjadi peserta didik yang imtaq nya baik.

4. Menambah pengetahuan yang lebih matang dalam menambah wawasan dalam bidang penelitian, sehingga dapat dijadikan sebagai latihan dan pengalaman teknik-teknik yang baik khususnya dalam membuat karya tulis ilmiah, juga sebagai kontribusi nyata bagi dunia pendidikan.


(34)

20

E.Hipotesis

Secara etimologis, hipotesis dibentuk dari dua kata, yaitu kata “hypo" artinya

“di bawah" dan “thesa" artinya “pendapat". Kedua kata itu kemudian digunakan secara bersama menjadi hypothesis.13 Hipotesis adalah jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data permasalahan yang terkumpul.14 Penggunaan hipotesis dalam penelitian karena hipotesis sesungguhnya baru sekedar jawaban sementara terhadap hasil penelitian yang akan dilakukan. Dengan hipotesis, penelitian menjadi jelas arah pengujiannya dengan kata lain hipotesis membimbing peneliti dalam melaksanakan penelitian di lapangan baik sebagai objek pengujian maupun dalam pengumpulan data. Hipotesis yang diajukan dalam skripsi ini menggunakan hipotesis alternatif (Ha) dan hipotesis nol (Ho). Hipotesis nol (Ho) Sering disebut dengan hipotesis statistic yaitu hipotesis yang diuji dengan statistic. Hipotesis ini mempunyai bentuk dasar atau memiliki statement yang menyatakan tidak ada hubungan antara variable X dan variable Y yang akan diteliti. Hipotesis nol dibuat dengan kemungkinan besar untuk ditolak, ini berarti apabila terbukti bahwa hipotesis nol ini tidak benar dalam arti hipotesis itu ditolak, maka disimpulkan bahwa ada hubungan antara variable X dan variable Y.

Hipotesis alternative dapat langsung dirumuskan apabila ternyata pada penelitian, hipotesis nol ditolak. Hipotesis ini menyatakan ada hubungan, yang

13

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif (Jakarta: Kencana, 2005),h.85. 14

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 1998),h.67.


(35)

21

berarti ada signifikasi hubungan antara variable independen (X) dan variable dependen (Y). Hipotesis ini disiapkan untuk suatu kecenderungan menerima statement-nya atau kebenarannya.15

Adapun jika hipotesis nol ditolak, maka secara otomatis hipotesis alternatif diterima, dan sebaliknya. Penulis mencoba membuktikan hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternative (Ha).

Hipotesis analitif (Ha) : Ada pengaruh sholat dhuha berjama’ah peserta didik di sekolah terhadap kebiasaan sholat wajib siswa di rumah

Hipotesis nol (Ho) : Tidak ada pengaruh sholat dhuha berjamaah peserta didik di sekolah terhadap kebiasaan sholat wajib siswa di rumah

Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah hipotesis

alternatif (Ha) yang berbunyi: Ada pengaruh sholat dhuha berjama’ah di sekolah

terhadap kebiasaan sholat wajib peserta didik di rumah. F. Ruang Lingkup Penelitian

Dalam melakukan penelitian, kami meneliti Sekolah Menengah Atas (SMA) Budi Utomo Prambon. SMA ini menjadi objek penelitian kami dengan pertimbangan bahwa SMA tersebut telah melaksankan kegiatan sholat dhuha berjamaah setiap harinya. Dan kami juga akan meneliti kebiasaan sholat wajib peserta didik.

15


(36)

22

Adapun penelitian ini ruang lingkupnya adalah pada persoalan pengaruh sholat dhuha berjamaah yang dilakukan di sekolah terhadap kebiasaan sholat wajib peserta didik.

G. Definisi Istilah / Definisi Operasional

Peneliti akan menjelaskan pengertian yang terkandung dalam judul

1. Pengaruh adalah kekuatan yang ada atau timbal balik dari sesuatu seperti orang, benda yang turut membantu watak kepercayaan atau perbuatan seseorang.16

2. Sholat Dhuha adalah shalat sunat yang dikerjakan pada waktu pagi hari, diwaktu matahari sedang naik. Shalat dhuha dilakukan seorang muslim ketika waktu dhuha. Waktu dhuha adalah waktu ketika matahari mulai naik kurang lebih 7 hasta sejak terbitnya (kira-kira pukul tujuh pagi) hingga waktu dzuhur.

Jumlah raka’at shalat dhuha bisa dengan 2,4,8 atau 12 raka’at. Dan dilakukan

dalam satuan 2 raka’at sekali.17

3. Jamaah adalah salat yang dikerjakan oleh dua atau lebih orang secara bersama-sama dengan satu orang di depan sebagai imam dan yang lainnya di belakang sebagai makmum. Shalat berjamaah minimal atau paling sedikit dilakukan oleh dua orang, namun semakin banyak orang yang ikut solat berjama'ah tersebut jadi jauh lebih baik. Shalat berjama'ah memiliki nilai 27 derajat lebih baik daripada sholat sendiri.

16

Peter Salim, Yenny Salim, kamus Bahasa Indonesia Kontemporer (Jakarta: Modern English Press, 1991),h.1126.

17 Moh. Rifa’i,


(37)

23

4. Kebiasaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan berulang-ulang.

5. Sholat wajib. Shalat secara bahasa berarti, doa. Secara istilah berarti syariat, artinya semua perkataan dan perbuatan yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam.18 Sholat dalam agama menempati kedudukan yang tak dapat ditandingi oleh ibadah manapun. Ia merupakan tiang agama dimana ia tak dapat tegak kecuali dengan itu.19 Sholat fardhu yang diwajibkan oleh Allah Swt. dalam sehari semalam adalah 5 waktu, yakni waktu dzuhur, ashar,

maghrib, isya’ dan subuh.20

H.Metodologi Penelitian

Penelitian memerlukan suatu cara pendekatan yang tepat untuk memperoleh data yang akurat untuk itu diperlukan adanya suatu metode penelitian. Untuk memperoleh pemahaman yang komperehensif tentang permasalahan yang dikaji penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif lebih menekankan pada penelitian diskriptif melibatkan pengumpulan data untuk menguji hipotesis yang berkaitan dengan status dan kondisi objek yang diteliti pada saat dilakukan penelitian.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode observasi, interview, dokumentasi dan angket penelitian itu menggunakan teknik analisa deskriptif dengan prosentasi. Sedangkan untuk mengelolah data yang terkumpul melalui

18

Syekh Hasan Ayyub, Fikih Ibadah, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2004),h.113. 19

Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah (Bandung: PT. Al-ma’arif, 1973),h.205.

20


(38)

24

angket, penulis menggunakan analisa product moment menggunkan korelasi variable x dan y menggunakan rumus

r

xy

=

Ʃ

XY

X

) (Ʃ

Y)

√ [(

n

X

2

(

X)

2

(n Y)

2

(

Y)

2

)]

Keterangan :

r xy : angka indeks korelasi “r” product moment n : Jumlah responden

XY : Jumlah hasil perkalian antara skor x dan skor y X : Jumlah skor x

Y : Jumlah skor y

I. Sistematika Penelitian

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan menyeluruh, dalam penyusunan skripsi ini penulis membagi atas beberapa bab. Sebelum memasuki Bab I, terdapat lembaran formal yang terdiri dari sampul dalam, nota pembimbing, pernyataan keaslian, persetujuan pembimbing, pengesahan, abstrak, kata pengantar, daftar isi, daftar table, daftar gambar dan daftar transliterasi.

Bab I merupakan pendahuluan yang memuat mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, hipotesis, ruang lingkup


(39)

25

penelitian, definisi operasional, metodologi penelitian dan sistematika pembahasan.

Bab II merupakan pembahasan yang memuat mengenai: pengertian sholat sunnah dhuha, hukum sholat sunnah dhuha, waktu pelaksanaan sholat dhuha, keutamaan sholat dhuha, mukjizat sholat dhuha, keutamaan sholat berjamaah. Selanjutnya tinjauan mengenai sholat wajib yang meliputi: pengertian sholat wajib, keutamaan sholat wajib, hukum sholat wajib, urgensi sholat wajib dalam islam, perintah sholat wajib, hukum mengerjakan sholat lima waktu..

Bab III mengenai metode penelitian yang memuat tentang jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan data, teknik analisis data, dan instrument penelitian.

Bab IV mengenai laporan hasil penelitian yang memuat tentang latar belakang objek, yang meliputi sejarah singkat Sekolah Menengah Atas (SMA) Budi Utomo, profil, visi, misi, struktur organisasi, keadaan guru dan karyawan, keadaan sarana dan prasarana. Kemudian selanjutnya meliputi hasil penelitian tentang proses pelaksanaan sholat dhuha berjamaah di Sekolah Menegah Atas Budi Utomo dan pengaruh sholat dhuha berjamaah di sekolah terhadap kebiasaan sholat wajib peserta didik di SMA Budi Utomo Prambon.

Bab V berisi tentang penutup, pada bagian akhiri ini terdiri kesimpulan dan saran. Dan juga dilanjutkan daftar pustaka juga lampiran-lampiran sebagai pelengkap dalam penyusunan skripsi ini.


(40)

BAB II

LANDASAN TEORI

A.Sholat Dhuha 1. Pengertian Sholat

Menurut bahasa, kata asholah berarti ad-du’a (doa). Dinamakan dengan sholat karena didalamnya mencakup doa-doa, nbahkan hampir semua isi dari sholat adalah doa. Orang yang melakukan sholat, ucapannya tidak terlepas dari doa, ibadah, pujian, atau permohonan.1

Secara umum, kata sholat itu berasal dari kata dasar sholla-sholatun (al-Marbawy, h. 360; Mahmud Yunus, h. 220, Munawwir, 1997: 792) yang berarti doa atau permohonan berkah, doa dengan orientasi kebaikan. Maka untuk menegaskannya sebagai suatu system ibadah khusus umumnya diberi

tambahan “al” (isim ma’rifah) dideapnnya menjadi ash-Sholah atau kita

bahasakan menjadi sholat atau sembahyang. Ibn mandzur memaknai ash-Sholah sebagai “rukuk dan sujud” yang merupakan gerakan inti dari ibadah sholat. Maka disini bisa berarti ash-Sholah yang berarti kewajiban atau kebutuhan manusia (untuk berdoa terhadap dirinya sendiri atau seruan seorang hamba kepada Tuhan) juga berarti sholat merupakan ash-Sholatumminallah (Rahmat dari Allah).2

1

M. Lutfi Al Barasy, Tuntunan Sholat Lengkap (Surabaya: Anugerah, 2016), h.27. 2


(41)

27

Istilah sholat sebagai doa ini kemudian dipadankan ke bahasa inggris dengan kata prayer (doa) maka secara tegas bisa dikatakan, sholat adalah bentuk doa paling murni atau paling tinggi (par excellent).

Pengertian itu mengindikasikan bahwa perwujudan dari pola kesadaran akan kehadiran Tuhan dalam hidup manusia, harus pula termanifestasikan dalam bentuk ibadah secara simbolik. Tujuan utama dari sholat jelas adalah membina “kontak” dengan Tuhan, sebagai tujuan intrinsic, dimana hal tersebut telah pula diperintahkan Tuhan kepada Nabi Musa dalam Firman Allah SWT:

ٓ ك ل

ل مقأ ين عٱف نأ َٓ هل َٓ َ نأ ٓي ن

٤١

Artinya: “Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak)

selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku” (Q.S. Thaha [20]: 140

Sedangkan dalam fikih, sholat diberi batasan pengertian sebagai sekumpulan bacaan (ucapan), dan tingkah laku yang dibuka dengan takbir dan ditutup dengan salam disertai dengan persyaratan-persyaratan yang khusus.

Sholat diawali dengan takbiratulihram, seseorang dalam sholatnya dituntut agar seluruh sikap dan perhatiannya ditujukan semata-mata hanya kepada obyek seruan, yaitu pencipta seluruh alam raya, dengan sikap sebagai seorang hamba yang sedang menghadap Tuhannya. Situasi sholat sebagai peristiwa menghadap Tuhan tersebut hendaknya dinyatakan dengan membaca doa iftitah sebagaimana termaktub dalam al-Qur’an

نيك ش ل نم نأ ٓ م ي ح

ۡ

سل طف ل ي ج ت ج ي ن

٩٧

Artinya: “Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama


(42)

28

yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan” (Q.S. Al-An’am [6]: 79)

Dengan sikap badan seperti rukuk, sujud (penempelan kening pada

permukaan tanah), “kepasrahan” dan “ketundukan” itu dinyatakan sejelas -jelasnya. Bacaan suci yang mengiringi, seakan dirancang sebagai dialog denganNya. Maka sholat yang sempurna yaitu yang dilakukan dengan kekhusyukan dan kehadiran hati serta ketenangan (tuma’ninah) seluruh anggota badan, oleh Ali Ahmad al-Jurjawi dinyatakan sebagai pernyataan iman

yang sempurna. Oleh karena itu Imam Syafi’I menjadikan tuma’ninah sebagai rukun pada setiap gerakan.

Kunci kemenangan Islam dari segi ibadah adalah Sholat, dan kunci kemengan Islam dari segi muamalah adalah Jihad. Disinilah Rasulullah saw menegaskan "pangkal segala perkara adalah Islam (sikap pasrah kepada Allah), tiang penyangganya adalah sholat, dan puncak tertingginya ialah perjuangan dijalan Allah (jihad). Dua hal tersebut yang akhir-akhir ini mulai kabur dan ditinggalkan oleh generasi muda Islam sehingga tunas-tunas pemuda muslim yang berkualitas yang diharapkan membuat orang kafir dan orang musyrik ketakutan terhadap pengikut Muhammad (QS. Al-Fath [48]: 29) semakin lama semakin hilang.3

Sholat menempati posisi yang sangat penting dalam Islam karena merupakan tiang agama. Dengan kata lain, tegaknya keislaman dalam diri kita bergantung pada tiang penyangganya, yaitu sholat.

3


(43)

29

Dalam sebuah hadits yang disampaikan oleh Abdulah bin Qurth, Rasulullah Saw bersabda, “amal yang kali pertama akan dihisab pada hari kiamat adalah sholat. Bila sholat seseorang baik, seluruh amalnya juga akan baik. Demikian sebaliknya, seseorang yang sholatnya buruk, maka akan buruk pula seluruh

amalnya.” (HR. Thabrani).

Pentingnya sholat ini tergambar dalam salah satu wasiat Rasulullah Saw pada detik-detik terakhir hidupnya. Rasulullah saw ۖerkata “jagalah sholat! Jagalah sholat! Dan lindungilah hamba-hamۖa sahayamu!”4

Jadi sholat adalah pilar terakhir dari tegaknya agama Islam. bila ia runtuh, islam pun akan runtuh. Hal ini seperti yang disampaikan Rasulullah dalam sebuah hadits bersabda yang artinya:

Sesungguhnya pilar-pilar Islam akan runtuh satu persatu. Ketika runtuh pilar pertama maka manusia akan berpegang pada pilar berikutnya. Keruntuhan pilar Islam berawal dari diabaikannya hukum-hukum Islam, dan pilar teakhir yang akan runtuh adalah sholat” (HR. Ibnu Hibban).

Maka sholat kita adalah akhir agama kita. Sholat adalah amal yang akan diipertanyakan kepada kita kelak dihari kiamat diantara amal-amal kita. Maka tidak ada lagi Islam dan tidak pula agama setelah tidak adanya sholat, sebab sholat itulah yang paling akhir yang menghilangkan Islam.

Sholat merupakan kewajiban umat Islam yang pertama dan merupakan yang terakhir kali sisrna dalam Islam. jika yang pertama dan terakhir tidak ada, maka sirnalah semuanya, sebab segala sesuatu jika ujung dan pangkalnya tidak

ada, maka sirnalah semuanya. Imam Ahmad menyeۖutkan: “segala sesuatu

4Syaikah Jalal Muhammad Syafi’I,

The power of Sholat (Bandung: MQ Publishing, 2006),h.40.


(44)

30

yang telah hilang ujungnya berarti telah hilang seluruhnya, maka jika shalat

seseorang telah hilang, berarti telah hilanglah agamanya”.5

Demuikian pentingnya sholat hingga Islam memerintahkan kita agar selalu melaksanakan sholat dimanapun dan kapanpun. Allah swt berfirman:

ل ع ْا ح

نيت ق َ ْا م ق طس ل

ل

٨٣٢

َ ج ف مت خ ف

عت ْا ن ت مل م م ع ك َ ْا ك ٱف مت مأ ٓا ف ن ك أ

٨٣٧

Artinya: “Peliharalah semua shalat(mu), dan (peliharalah) shalat wusthaa. Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu´. Jika kamu dalam keadaan takut (bahaya), maka shalatlah sambil berjalan atau berkendaraan. Kemudian apabila kamu telah aman, maka sebutlah Allah (shalatlah), sebagaimana Allah telah mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui (QS. Al-Baqarah [2]: 238-239) 2. Pengertian Sholat Sunnah Dhuha

Sholat dhuha merupakan sholat sunnah muakkad. Sholat dhuha menjadi sunnah muakkad sebab Rasulullah Saw. selalu mengerjakannya. Rasulullah Saw. juga selalu menasehati para sahabatnya untuk untuk selalu mengerjakan sholat tersebut. Namun nasehat ini juga berlaku untuk seluruh umatnya kecuali ada dalil yang menunjukkan kekhususannya.

Hal ini berdasarkan pada hadits Abu Hurairah yang meriwayatkan,

“Rasulullah Saw. ۖerpesan tiga hal kepadaku (yang tidak pernah aku

tinggalkan sampai aku mati nanti), yaitu puasa tiga hari pada setiap bulan, dua rakaat Dhuha dan sholat Witir sebelum tidur(HR. Al- Bukhori).

Diriwayatkan oleh Muslim bahwa Rasulullah Saw. senantiasa mengerjakan sholat sunnah Dhuha. Hal ini sebagaimana yang diriwayatkan

5


(45)

31

oleh Aisyah bahwa Rasulullah Saw. biasa mengerjakan empat rakaat dan bisa juga lebih sesuai kehendak Allah. (HR Muslim).6

Jumlah rakaat dalam sholat Dhuha yang shahih tidak ada batasan jumlahnya. Namun dalam hadits Rasulullah Saw. mewasiatkan dua rakaat sholat Dhuha (HR. Bukhari). Selain itu Aisyah meriwayatkan bahwa Rasulullah biasa mengerjakan sholat dhuha empat rakaat dan beliau menambah rakaatnya sesuai kehendak Allah (HR. Muslim). Diriwayatkan Jabir dan Anas bahwA Rasulullah Saw. pernah mengerjakan sholat dhuha enam rakaat.

ditegaskan pula dari Ummu Hani’ ۖinti Aۖi Thaliۖ ۖahwa Rasulullah Saw.

mengerjakan sholat dhuha delapan rakaat setealh matahari naik dirumahnya

pada saat pemۖeۖasan kota Makkah. (HR. Bukhari). Amr ۖin ‘Aۖasah

meriwayatkan hadits yang menunjukkan bahwa jumlah rakaat sholat dhuha itu tidak mempunyai batasan maksimal. Dalam hadits tersebut disebutkan,

“kerjakan sholat suۖuh, lalu berhentilah sholat hingga matahari terbit dan naik. Sebab matahari itu terbit diantara dua tanduk setan. Dan pada saat demikian orang-orang kafir bersujud padanya. Kemudian sholatlah karena sholat itu disaksikan dan dihadiri (malaikat) sampai bayang-bayang tombak menjadi sangat pendek. Kemudian hentikan sholat karena pada saat itu neraka jahanam

sedang mendidih…(HR. Muslim). Hal tersebut juga dikuatkan dalam Sunan

Aۖi Daud diseۖutkan “Kemudian berhentilah sholat hingga matahari terbit dan naik sekitar satu atau dua tomۖak”.

6

Irma Mutiara Sholihah, Misteri Dahsyatnya Sholat Tahajud, Subuh dan Dhuha


(46)

32

Adapun Niat shalat dhuha sebagai berikut :

ل لاعتلى ه ىّل ى ْْتعْكل ل حضللال ن سل ىِّصلُأ

Artinya : “Saya niat shalat dhuha dua rakaat karena Allah ta’ala”

Adapun Doa Setelah Shalat Dhuha yang bisa kita panjatkan ialah sebagai berikut 7:

لْدقلةلد ْلاول ت قلة ْلاولُلاَل امجْلاول ءاَلءاَْلاول ءاُلءاحضلالنىالمهللا

ل

لىءامسلال ىِل ىِ ْ ى لنَل ْنىالمهللال تم ْصىعل م ْصىعْلاول تل

ل

ل ىِل نَل ْنىاول ْْىزْناف

لاًدْيىعبلنَل ْنىاولهْرىِهطفلاًمارحلنَل ْنىاولهْ ىِِيفلاً ىِْعملنَل ْنىاولهْجلىرْخلافل ىضْ ْْا

ل ىدابىعل ْيتاامل ىِىتال ىت ْدقول ىت قول ىُاَول ىءاَول ىءاُل ىِق ىِل هْبىِر ف

ل

ل ْْىحىلاصلا

Artinya : “Ya Tuhanku, sesungguhnya waktu dhuha adalah dhuha-Mu, keagungan adalah keagungan-Mu, keindahan adalah keindahan-Mu, kekuatan adalah kekuatan-Mu, kekuasaan adalah kekuasaan-Mu, penjagaan adalah penjagaan-Mu. Wahai Tuhanku, apabila rezeki di atas langit, maka turunkahlah. Apabila berada dibumi, maka keluarkanlah. Apabila sukar, maka mudahkanlah. Apabila haram, maka sucikanlah. Apabila jauh, maka dekatkanlah dengan kebenaran dhuha-Mu, keagunganmu-Mu, keindahan-Mu, kekuatan-Mu, dan kekuasaan-Mu. (Wahai Tuhanku), datangkanlah kepadaku apa yang telah engkau datangkan kepada hamba-hamba-Mu yang

saleh.”8 3. Waktu Sholat Dhuha

Kesibukan seperti apapun yang kita lakukan setiap pagi, tetap luangkanlah waktu yang berharga untuk melaksanakan sholat dhuha. Tepat tibanya waktu sholat dhuha adalah ketika matahari mulai naik sepenggalan. Jika kita

7

Mukhammad Maskub, Tuntunan Shalat Wajib Dan Sunat ‘Ala Aswaja, h. 509

8


(47)

33

sesuaikan dengan waktu jam, waktu pelaksanaan sholat dhuha dalam beberapa kitab dijelaskan, sholat dhuha yakni sholat yang dikerjakan pada waktu dhuha yaitu waktu antara naiknya matahari setinggi tombak, kira-kira jam menunjukkan pukul 07.00 sampai pada masuknya waktu dhuhur, kira-kira jam 11.00.9

Namun waktu yang paling utama dalam melaksanakan sholat dhuha adalah pada pagi hari disaat matahari sedang naik (kira-kira jam 7.00 pagi). Sholat ini lebih baik dikerjakan setelah matahari terik. Diriwayatkan dari Zaid bin Arqam bahwa Rasulullah Saw bersabda: “sholat orang-orang yang banyak bertobat adalah ketika anak-anak unta merasa kepanasan”.

Jadi sebenarnya orang yang mengerjakan sholat dhuha setelah matahari naik sekitar satu tombak, itu tidak dilarang. Namun siapa saja yang mengerjakannya setelah panas terik sebelum waktunya habis itu lebih baik.10 Waktu dhuha itu munculnya ketika matahari mencapai 7 hasta kira-kira pukul 06.30 dan ini adalah awal mulanya makhluk hidup di bumi melakukan aktifitasnya masing-masing. Mulai dari mencari ilmu, bekerja dan mencari rezeki yang telah diturunkan Allah ke muka bumi. Dalam keadaan yang sibuk diharapkan manusia mampu dan mau mengingat Tuhannya dengan meluangkan waktu sibuknya untuk beribadah kepada Allah SWT.

Sholat dhuha merupakan sholat pada siang hari yang dianjurkan. Pahalanya disisi Allah sangat besar. Nabi SAW biasa melakukannya, dan mendorong kaum muslimin untuuk melakukannya. Beliau menjelaskan barang siapa yang

9

Nur K, Magnet Rezeki Dengan Sholat Dhuha (Yogyakarta: Semesta hikmah, 2016),h.3. 10


(48)

34

sholat empat rakaat pada siang hari niscaya Allah mencukupinya pada sore hari.

Adapun mengenai sholat dhuha, Allah berfirman:

ىحض خأ يل شطغأ

٨٧

Artinya: “dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita, dan menjadikan siangnya terang benderang” (QS. an-Naziat [79] : 29)

Didalam ungkapan ini lafadz al-lail atau malam hari di mudlhafkan kepada As-sama’ dikarenakan malam hari merupakan kegelapan ۖaginya, dan dimudlofkan pula pada matahari karena matahari merupakan cahaya baginya.11 Seharusnya dalam melaksanakan sholat dhuha yang perlu diperhatikan adalah kekhusyukan shalat kita. Mampukan hati kita menghubungkan diri kepada Allah Swt. Jangan pandang sholat dhuha sebagai beban. Bila sholat dhuha telah menjadi kebutuhan, maka rahmat Allah Swt. Juga segera turun untuk memenuhi kebutuhan kita.

4. Hukum Sholat Dhuha

Shalat dhuha itu hukumnya sunnah muakad, yakni sholat sunnah yang diutamakan. Banyak hadits yang menunjukkan bahwasannya sholat dhuha sangat dianjurkan. Demikian pendapat kebanyakan ulama. Menurut sebagian ulama, sholat dhuha itu tidak dianjurkan kecuali ada sebab. Sebagian lagi ada yang berpendapat sholat dhuha dianjurkan untuk dikerjakan di rumah. Dan

seۖagian yang lain ۖerpendapat sholat dhuha itu ۖid’ah.12

11

Imam Jalaluddin Al-Mahalily, Imam Jalaluddin As.Shuyuti, Tafsir Jalalin, terj., Bahrun Abu Bakar (Bandung: Sinar Bulan, 1990),h. 2651.

12

Syaikh Hasan Ayyub, Fikih Ibadah, terj., Abdul Rasyid Shiddiq (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2002),h.444.


(49)

35

5. Keutamaan Sholat Dhuha

Ada banyak pahala bagi siapapun yang mengerjakan sholat dhuha. Bagi mereka yang meninggalkannya (sholat dhuha), Allah Swt. Juga tidak member keburukan apapun keadanya. Namun, bila kita berpijak kepada kehidupan Rasulullah Saw., beliau senantiasa mengerjakan sholat dhuha. Hal ini setidaknya tergambar pada hadits berikut:

Dari Aۖu Sa’id Al-Khudri, ia berkata:

Nabi Saw. selalu shalat dhuha sampai-sampai kami mengira bahwa beliau tidak pernah meninggalkannya, tetapi jika meninggalkannya sampai-sampai kami mengira bahwa beliau tidak pernah mengerjakannya.” (HR. Tirmidzi dan Ahmad dari Abu Said al-Khudri)

Rasulullah Saw.adalah teladan bagi umat manusia. Beliau menjadi rujukan, seperti seseorang yang berada dalam kegelapan, maka Rasulullah Saw.sebagai penerang dan pemberi jalan kebenaran. Oleh karena itu, beliau tidak memerintahkan sesuatu apapun jika beliau tidak mngerjakan.

Demikian halnya dengan sholat dhuha, tentunya Rasulullah Saw. terlebih dahulu mengerjakan sholat dhuha dan istiqomah menjalankannya. Kemudian ia

ۖerpesan kepada sahaۖat Aۖu Hurairah dan Aۖu Darda’ untuk selalu

mengerjakan sholat dhuha. Wasiat Rasulullah Saw. untuk kedua sahabatnya itu adalah wasiat untuk kita semua.

Menunaikan sholat dhuha selain sebagai wujud kepatuhan kepada Allah dan Rasulnya juga sebagai manifestasi syukur dan takwa kita kepada Allah


(50)

36

Swt. Amal ibadah apapun yang disyariatkan-Nya, mengandung banyak sekali keutamaan dan hikmah. 13

Terdapat beberapa hadits dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam tentang keutamaan shalat Dhuha, di antaranya;

Dari Abu Dzar radhiallahu anhu, dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam, beliau bersabda, "

ْمك حأ ْنم ماس لك ع ح ْ ي

ي ْحت لك ، ق ص حي ْست ل ف ، ق ص

يْ ن ، ق ص ف ْع ْل ب ْمأ ق ص ي ْ ت لك ، ق ص ي ْ ت لك ، ق ص

م عك ْ ي تعْك كل ْنم ْجي ، ق ص ْ ْلا ْنع

ح لا ْن

،م سم ا )

مق

1111

) .

Artinya: “Pada setiap persendian kalian harus dikeluarkan sedekahnya setiap pagi; Setiap tasbih (membaca subhanallah) adalah sedekah, setiap tahmid (membaca Alhamdulillah) adalah sedekah, setiap tahlil (membaca Lailaha illallah) adalah sedekah, setiap takbir (membaca Allahu Akbar) adalah sedekah, amar bil ma'ruf adalah sedekah, nahi

‘anil munkar adalah sedekah. Semua itu dapat terpenuhi dengan

(shalat) dua rakaat yang dilakukan di waktu Dhuha." (HR. Muslim, no. 1181) 14

Imam Nawawi rahimahullah berkata, "Sabda beliau shallallahu alaihi wa sallam,

ح لا ْنم عك ْ ي تعْك كل ْنم ْجي

Artinya: ‘'Semua itu dapat terpenuhi (cukup tergantikan) dengan (shalat) dua rakaat yang dilakukan di waktu Dhuha'’

13

Nur K, Magnet Rezeki, h.7. 14


(51)

37

Menurut beberapa hadits, sholat dhuha itu mengandung enam keutamaan. Diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Sebagai sedekah bagi persendian tubuh kita

Perintah sholat dhuha secara tidak langsung mengandung isyarat agar kita selalu mensyukuri segala nikmat dalam bentuk ibadah. Sesungguhnya 360 persendian itu hanya sebagian kecil dari sekian banyak nikmat yang tak bisa dihitung. Namun sebagai pernyataan syukur kita kepada Tuhan, cukuplah diganti dengan dua rakaat sholat dhuha.

b. Merupakan ghanimah yang besar

Orang yang mengerjakan sholat dhuha seperti mendapatkan ghanimah yang besar. Ghanimah adalah keuntungan dari harta rampasan perang. Zaman dahulu jika berperang dan menang, pasukan mendapatkan barang-barang rampasan. Rasulullah Saw bersabda yang artinya:

Maukah kalian kutunjukkan kepada tujuan paling dekat dari mereka (musuh yang akan diperangi), paling banyak ghanimah (keuntungan) dan

cepat kembalinya?” mereka menjawab “Tentu.” Rasululah Saw menjawab, “Barang siapa yang berwudhu, kemudian masuk kedalam masjid untuk melaksnakan sholat dhuha, maka dialah yang paling dekat tujuannya, lebih banyak ghanimahnya dan lebih cepat kembalinya.” (HR. Ahmad)

Hadits ini menjadikan kita semakin yakin bahwa sholat dhuha adalah amalan besar yang mengandung banyak kemanfaatan. Besarnya sholat dhuha bahkan digambarkan oleh Rasulullah Saw.tak sebanding dengan rampasan sebagai seorang yang syahid.15

c. Merupakan rumah di surga

15


(52)

38

Orang yang mengerjakan sholat dhuha akan dibangunkan rumah di Surga. Diterangkan dalam hadits, “Barangsiapa sholat dhuha seۖanyak empat rakaat dan empat rakaat sebelumnya, maka ia akan dibangunkan sebuah rumah di surga.” (Shahih al-Jami’: 634)

Setiap perbuatan ibadah yang memiliki keistimewaan balasannya juga istimewa. Ada yng berpendapat ۖahwa “rumah surga” yang dimaksudkan adalah kebahagiaan dunia dan akhirat. Kebahagiaan di dunia adalah keberuntungan-keberuntungan dan rezseki yang lancar.

d. Pahalanya seperti pahala umroh

Hadits dari Abu Umamah ra. menerangkan bahwa Rasulullah Saw pernah bersabda, “Barangsiapa keluar dari rumahnya dalam keadaan suۗi untuk melaksanakan sholat wajib, maka pahalanya seperti orang yang melaksanakan haji, dan barang siapa yang keluar untuk melaksanakan sholat dhuha maka pahalanya seperti orang yang melaksanakan umroh…” (Shahih al-Targhib: 673).

e. Dan pelakunya mendapatkan ampunan

Sangat beruntung orang yang mau mendirikan sholat dhuha. Ia akan mendapatkan ampunan dari Allah Swt. atas dosa-dosa yang telah diperbuatnya walaupun dosa-dosanya itu sebanyak buih dilautan. Orang yang rajin melaksanakan sholat dhuha, diampuni dosa-dosanya oleh Allah. Rasulullah Saw pernah bersabda, “Siapapun yang melaksankan sholat dhuha


(53)

39

dengan istiqomah, akan diampuni dosanya oleh Allah, sekalipun dosa itu sebanyak buih dilautan.” (HR. Tirmidzi).16

Telah diriwayatkan banyak hadits tentang keutamaan shalat dhuha, dan kami akan menyebutkan sebagiannya sebagai berikut. Abu Dzar meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw. bersabda, yang artinya:

Setiap pagi, setiap persendian kalian harus dikeluarkan sedekahnya. Setiap tasbih sedekah, setiap tahmid sedekah, setiap takbir sedekah, amar makruf sedekah, dan nahi mungkar sedekah. Semua ini bisa diwakili dengan dua rakaat sholat dhuha.” (HR. Ahmad, Muslim, dan Aۖu Dawud).

Abu Hurairah menuturkan, “Rasulullah telah mewasiatkan tiga hal kepadaku, puasa 3 hari setiap bulan, sholat dhuha 2 rakaat, dan sholat witir

seۖelum tidur.” (HR. Bukhari dan Muslim).17

6. Mukjizat Sholat Dhuha

Siapa yang mau menjalankan sholat sunnah dhuha baginya akan diberikan kemuliaan rezeki dan dijauhkan dari kemiskinan.18

Sholat dhuha itu mendatangkan rezeki dan menolak kemiskinan, dan tidak ada yang memelihara sholat kecuali hanya orang-orang yang bertaubat” (HR.Tirmidzi).

Barang siapa yang menjalankan sholat sunnah dhuha empat rakaat dan sebelum sholat dhuhur empat rakaat, maka akan didirikan baginya rumah di surga” (HR. Thaۖrani)

7. Keutamaan Sholat Berjamaah

Jamaah berarti berkelompok, bersama-sama atau dilakukan oleh banyak orang. Sehingga hal ini mengacu pada kebersamaan umat islam dalam berbagai persoalan kehidupan bermasyarakatnya. Oleh karena itu harus diomengerti

16

Zakia Ahmad, Sholat Dhuha Untuk Wanita (Yogyakarta: Wacana Nusantara, 2014),h.14-17.

17

Sulaiman Al-Faifi, Ringkasan Fikih Sunnah Sayyid Sabiq (Jakarta: Ummul Qura, 2013),h.160.

18


(54)

40

ۖahwa hakikat dari jamaah adalah “memۖentuk dan menۗipatakan ikatan

antara imam dan makmum, antara pemimpin dengan rakyat.

Adapun keharusan menegakkan jamaah dalam sebuah perkumpulan/masyarakat, terdapat firman Allah yang menyatakan,

ْا ق ت َ عي ج َ ل حب ْا

تع

٤٠٣

dan berpeganglah pada tali Allah (dalam rengkuhan islam) dan janganlah kamu bercerai-berai.” (QS. Ali-Imran [3]: 103)

Sholat berjamaah bukanlah hanya merupakan wacana fikih, namun lebih menekankan pada semangat atau ghiroh umat islam untuk mewujudkan pola masyarakat islami. Kepedulian sosial dan kepedulian dan kepedulian untuk saling menasihati serta pengutamaan asas musyawarah dalam memecahkan berbagai persoalan merupakan makna esensial dibalik perintah sholat berjamaah. Maka wajar jika didalam sholat berjamaah imam diharuskan memilikji kualifikasi (zahir batin, moralitas, spiritual dan sebagainya).19

Lebih dari itu semua, sholat dalam islam, memberikan pendidikan social yang terarah dan merupakan sekolah kemanusiaan yang tinggi, dalam suatu sistem yangtiada duanya sepanjang sejarah agama-agama dan bentuk-bentuk peribadahan.

Karena itu Islam mengajarkan bahwa seorang Muslim tidak cukup dalam menunaikan sholat hanya selalu sendirian, dengan mengasingkan diri dari masyarakat dan lingkungannya. Akan tetapi, ia juga dianjurkan secara serius

19


(55)

41

untuk menunaikan sholat dengan jamaah, bersama-sama, dan khususnya di masjid.20

Banyak keutamaan yang bisa kita dapatkan dengan menunaikan sholat berjamaah. Allah menjadikan pahala yang berlimpah-limpah karena menunaikan sholat berjamaah. Pahala ini dimulai sejak hati bergantung dimasjid, lal berjalan kemasiid untuk menunaikan sholat berjamaah didalamnya sampai seorang hamba selesai menunaikan sholat. Pahala itu tidfak hanya berhenti disini, namun masih terus menerus sampai hamba tersebut sampai kerumahnya. Ada beberapa keutamaan yang bisa didapatkan ketika sholat berjamaah, diantaranya yaitu:

a. Hati yang tergantung di masjid diۖawah naungan Allah Ta’ala

Diantara dalil yang menunjukkan keutamaan shalat berjamaah adalah bahwa orang yang sangat mencintai masjid untuk melakukan sholat

ۖerjamaah didalamnya, maka Allah ta’ala akan memۖerikan naungan

kepadanya pada hari tidak ada naungan selain naungan dariNya. Imam Bukhori dan Imam Muslim telah meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw, beliau bersabda:21

س

ع

ي

ْم

ي ه

ْ

َ

ِ

ل

ا

َ

ِ

ه

ا :

َْ

م

ْلا

ع

ل

ْ

ش

ن

ش

ف

ع

ب ه

ج

ل

ق

ْ

ه

م

ع

ق

ف

ْلا

س

ج

ج

ا

ت

ح

ف

َا

ْجا

ت

ع

ْى

ه

ت

ق

ع

ْي

ه

ج

ل

ْت

ه

ْما

ا

تا

ْ

ب

ج

ف

ق

ل

ا

ن

ا

خ

ا

20

Yusuf al-Qardlawi, Ibadah dalam Islam (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1998),h.408. 21

Fadlal Ilahi, Menggugat Kesunnatan Sholat Berjamaah (Yogyakarta: Pustaka Fahima, 2004),h.9.


(56)

42

ف

َا

ج

ل

ت

ا

ْخ

ح

ت

َ

ت

ْع

م

ش

ل

ه

م

ت

ْ

ق

ي

ْي

ه

ج

ل

ك

خ ه

ل

ي

ف

ض

ْت

ع

ْي

Artinya: “Tujuh golongan yang akan dinaungi olegh Allah pada hari tidak ada naungan selain naungan Allah: Imam yanga dil, pemuda ya ng tumbuh berkembang dalam beribadah kepada Tuhannya, laki-laki yang hatinya tergantung di masjid, dua orang yang saling mencintai karena Allah, bertemu karena Allah dan berpisah hanya karena allah, seorang laki-laki yang diajak seorang wanita yang memiliki kedudukan dan kecantikan, lalu

ia menolak dan berkata ‘sesungguhnya aku takut kepada Allah’, seorang

laki-laki yang bersedekah secara sembunyi-sembunyi sehingga tangan kirinya tidak tahu apa yang telah diinfakkan oleh tangan kanannya. Seorang laki-laki yang mengingat Allah ketika sedang sendirian lalu menetes air matanya

b. Keutamaan berjalan ke Masjid untuk menunaikan sholat berjamaah didalamnya

Sholat berjamaah adalah termasuk amal yang penuh pahala bagi seorang muslim, bahkan sejak sebelum memulai berjamaah, karena langkah-langkah orang yang keluar untuk sholat berjamaah sudah suatu amal kebaikan yang ditulis bahkan para malaikat saling berebut untuk menulisnya. Sholat berjamaah termasuk amal yang dengan melakukannya kesalahan diampuni dan derajat dinaikkan.

c. Orang yang datang ke masjid adalah orang yang mengunjungi Allah

Diantara dalil yang menunjukkan keutamaan sholat berjamaah di masjid adalah yang dijelaskan oleh Nabi Saw. bahwa orang yang datang ke masjid adalah orang yang mengunjungi Allah Swt. dan wajib bagi yang dikunjungi memuliakan yang mengunjungi. Imam thabrani meriwayatkan dari Salman RA dari Nabi Saw. bersabda yang artinya:


(57)

43

Barangsiapa berwudhu dirumahnya lalu ia memperbagus wudhunya kemudian datang ke masjid maka ia adalah orang yang mengunjungi Allah dan pastilah yang dikunjungi memuliakan yang mengunjungi.”

d. Allah senang dengan kedatangan seorang hamba ke masjid untuk melakukan sholat berjamaah

Diantara dalil keutamaan sholat berjamaah di masjid adalah apa yang diterangkan oleh Nabi Muhammad Saw yang bersabda sesuai dengan wahyu bahwa sebagian dari kegembiraan Allah adalah kedatangan seorang hamba ke masjid untuk menunaikan sholat didalamnya. Imam Ibnu Khuzaimah dari Abu Hurairah RA bahwa ia berkata: Rasulullah Saw bersabda:

Tidaklah ada ssalah seorang di antara kalian berwudlu, lalu ia memperbagus wudlunya dan menyempurnakannya kemudian datang ke masjid hanya untuk sholat didalamnya melainkan Allah bergembira sebagaimana gembiranya menanti orang yang tidak hadir dengan kedatangannya.”

e. Keutamaan menunggu sholat

Diantara keterangan yang menjelaskan keutamaan sholat berjamaah ialah bahwa orang yang duduk meunggu sholat, ia sama saja dalam keadaan sholat dan para malaikat memintakan ampun untuknya serta mendoakannya agar mendapat rahmat. Dari Abu Hurairah, Rasulullah Saw. bersabda:

Salah seorang diantara kalian selama ia duduk menunggu sholat, selagi tidak berhadats ia berada didalam keadaan shalat. Para malaikat mendoakannya: Ya Allah, ampunilah dia. Ya Allah berikanlah ia rahmat.” (HR. Muslim)22

22


(58)

44

f. Kekaguman Allah terhadap orang yang sholat berjamaah

Diantara dalil yang menunjukkan keutamaan sholat berjamaah di masjid ialah sebagaimana yang dikabarkan oleh Rasulullah Saw. bahwa Allah sungguh kagum kepada ornag yang sholat berjamaah. Imam Ahmad meriwayatkan dari Abdullah bin Umar Ra, ia berkata: aku mendengar Rasulullah Saw. bersabda:

Sesungguhnya Allah kagum kepada (orang yang melakukan) sholat berjamaah.”

g. Keutamaan sholat berjamaah dibandingkan dengan sholat sendirian

Rasulullah Saw ۖersaۖda: “Sholat jama’ah lebih utama daripada sholat

sendirian, sebanyak dua puluhy tujuh derajat (tingkatan.” (HR. Imam

Malik, Imam Ahmad, Muslim, Tirmidzi dan Nasa’i)23

Diantara dalil yang menunjukkan keutamaan sholat berjamaah adalah berlipat gandanya derajat orang yang melaksanakan sholat berjamaah dibanding sholat sendiri. Abdullah bin Umar meriwayatkan bahwa Nabi

Saw ۖersaۖda, “sholat jamaah itu lebih utama dua puluh tujuh kali lipat daripada sholat al-fadz.” Makna al-fadz adalah sholat yang dilakukan

sendirian. Seperti perkataan orang araۖ “fadza ar-rajul min ash-habihi” (lelaki itu memisahkan diri dari teman-temannya karena ia sendirian saja.24 Sholat jamaah disebutkan memiliki keutamaan 27 derajat dibandingkan dengan sholat munfarid. Yang dimaksud dengan derajat disini adalah tingkat keutamaan yang dimiliki sholat jamaah dibandingkan tingkat

23

Al-Ghazali, Rahasia-rahasia Sholat (Bandung: Penerbit Karisma, 1997),h.22. 24Syaikh Jalal Muhammad Syafi’I, The Power Of Shalat,h.53.


(1)

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisa data yang ۖerjudul “Pengaruh Pelaksanaan Sholat Dhuha Berjamaah di Sekolah Terhadap Kebiasaan Sholat Wajib Peserta Didik di SMA Budi Utomo Prambon. Tahun ajaran 2016-2017”, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Pelaksanaan sholat dhuha berjamaah di sekolah bisa dikategorikan baik, sebagaimana ditunjukkan dari data distribusi frekuensi menunjukkan bahwa dari sejumlah 63 peserta didik diperoleh presentasi sebesar 772,5% dengan kategori sangat baik, 377,07% dengan kategori baik, 280% dengan kategori cukup baik dan 69,11% peserta didik kurang berpartisipasi mengikuti program kegiatan sholat dhuha dengan dengan kategori kurang baik.

2. Kebiasaan sholat wajib peserta didik dirumah, sebagaimana ditunjukkan data distribusi frekuensi menunjukkan bahwa dari sejumlah 63 peserta didik diperoleh persentasi sebesar 1052,3% peserta didik dengan kategori sangat baik 261,83% dengan kategori baik, 136,42% dengan kategori cukup baik, dan 47,6% dengan kategori kurang baik.

3. Terdapat pengaruh yang signifikan tentang pembiasaan pelaksanaan sholat dhuha berjamaah di sekolah terhadap kebiasaan sholat wajib peserta didik di rumah. Sebagaimana data yang diperoleh menunjukkan bahwa hasil perhitungan korelasi


(2)

111

antara variabel pelaksanaan sholat dhuha dengan variabel kebiasaan sholat wajib adalah sebesar 0,810 dimana hasil perhitungan ini dikonsultasikan dengan r tabel dengan n 63, dan taraf kesalahan 5% sebesar 0,254, dengan ketentuan bila nilai r hitung lebih besar dari nilai r tabel, maka hipotesis Ha diterima dan H0 ditolak. (0,810 > 0,254).

B.Saran-saran

Setelah pembahasan tentang kesimpulan sebagaimana tersebut diatas, maka tidaklah berlebihan kiranya apabila peneliti memberikan saran-saran yang berkenaan dengan penelitian, adapun saran-saran tersebut adalah sebagai berikut:

1. Bagi lembaga pendidikan, diharapkan mampu meningkatkan inovasi-inovasinya

untuk mengembangkan ekstra keagamaan dan terus melaksanakan dan mengoptimalkan kegiatan sholat dhuha yang sudah dicanangkan.

2. Bagi dewan guru baik Ustadz atau Ustadzah SMA Budi Utomo Prambon

hendaknya turut serta dalam membina dan membimbing dan semoga selalu bisa menjadi panutan dan tauladan yang baik bagi anak-anak didiknya.

3. Bagi peserta didik hendaknya selalu mengikuti dan berpartisipasi dalam pelaksanaan sholat dhuha yang dicanangkan oleh sekolah dengan giat, karena itu semua adalah kebaikan untuk peserta didik sendiri.

4. Bagi lembaga pendidikan lain/ instansi-instansi lain hendaknya berusaha mengadakan program serupa dikalangan lembaganya. Sehingga dapat tercipta kebersamaan dalam mewujudkan sebuah generasi yang berkualitas.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

A.B., Haviva, Seimbangkan Dunia dan Akhiratmu, Jakarta: Suka Buku, 2014

Ahmad, Zakia Sholat Dhuha Untuk Wanita, Yogyakarta: Wacana Nusantara, 2014

Al-Barasy, Lutfi, Tuntunan Sholat Lengkap, Surabaya: Anugerah, 2016

Al-Faifi, Sulaiman, Ringkasan Fikih Sunnah Sayyid Sabiq, Jakarta: Ummul Qura, 2013

Al-Fauzan, Shalih bin Fauzan, Kitab Allah, Jakarta: PT. Darul Falah, 2007

Al-Ghazali, Imam, Keagungan Sholat, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005

Al-Ghazali, Rahasia-rahasia Sholat, Bandung: Penerbit Karisma, 1997

Al-Mahalily, Imam Jalaluddin, As.Shuyuti, Imam Jalaluddin, Tafsir Jalalin, terj., Bahrun Abu Bakar, Bandung: Sinar Bulan, 1990

Al-Qardlawi, Yusuf, Ibadah dalam Islam, Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1998

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 1998

Ayyub, Syaikh Hasan, Fikih Ibadah, terj., Abdul Rasyid Shiddiq, Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2002


(4)

Azwar, Saifuddin, Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007

Bahnasi, Muhammad, Sholat Sebagai Therapi Psikologi, Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2008

Bungin, Burhan, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Jakarta: Kencana, 2005

Bungin, Burhan, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Jakarta: Kencana, 2009

Fauziah, Maliha, Ibadah-ibadah Harian Berhadiah Surga, Jakarta: Sabil, 2013

Hadi, Sutrisno, Metode Research, Yogyakarta: Andi Offswt, 1986

Haryanto, Sentot, Psikologi Sholat, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002

Ilahi, Fadlal, Menggugat Kesunnatan Sholat Berjamaah, Yogyakarta: Pustaka Fahima, 2004

K, Nur, Magnet Rezeki Dengan Sholat Dhuha, Yogyakarta: Semesta Hikmah, 2016

Makhdlori, Muhammad, Menyingkap Mukjizat Sholat Dhuha, Yogyakarta: Diva

Press, 2013

Mizan al-Hikmah, juz 5

Muhammad Azzam, Abdul Aziz, dan Sayyed Hawwas, Abdul Wahhab, Fiqih


(5)

Mujamma’ Al Malik Fahd Li Thiۖa’at Al Mush-haf Asy-Syarif, Al-Qur’an dan

Musthafa Khalili, Berjumpa Allah dalam Sholat (Jakarta: Zahra Publishing House, 2006

Mustika, M. Shodiq, Pelatihan Sholat untuk Kecerdasan dan Kesuksesan Hidup,

Jakarta: PT Mizan Publik, 2007

Mustofa, Budiman, dan Sillaturohmah, Nur, Tuntunan Sholat Lengkap Wajib dan Sunnah, Surakarta: Shahih, 2010

Mutiara Sholiha, Irma, Misteri Dahsyatnya Sholat Tahajud, Subuh dan Dhuha,

Yogyakarta: Media Ilmu Abadi, 2015

NS, Suwito,Sholat Khusyu’ di Tempat Kerja, Yogyakarta: STAIN Purwokerto Press, 2006

Qayyim Al-Jauziyah, Ibnu, Rahasia dibalik Shalat, Jakarta: Pustaka Azzam, 2005

Rasyid, Sulaiman, Fiqh Islam, Bandung: CV. Sinar Baru, 1980

Rifa’i, Moh., Kumpulan Shalat-Shalat Sunnat, Semarang: CV Toha Putra, 1993 Sabiq, Sayyid, Fiqih Sunnah, Bandung: PT. Al-ma’arif, 1973

Salim, Peter, dan Salim, Yenny, kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, Jakarta: Modern English Press, 1991

Setiawan, Benni, maniefesto pendidikan di Indonesia, Yogyakarta: Arus Media, 2006


(6)

Sholikhin, Muhammad, The Miracle Of Shalat, Jakarta: Erlangga, 2011

Sudjono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: Raja Grafinido Persada, 2007

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Alfabeta: Bandung,2008

Sugiyono, Metodologi Penelitian Administrasi, Bandung: Alfabeta, 2001

Sugiyono, Statistika Umtuk Penelitian, Bandung: Alfabeta, 2015

Suryabrata, Sumadi, Metodologi Penelitian, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000