PENGAJUAN KEBERATAN OLEH WAJIB PAJAK PENGHASILAN DAN PENGENAAN SANKSI DENDA (Studi Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kedaton Bandar Lampung)

  PENGAJUAN KEBERATAN OLEH WAJIB PAJAK PENGHASILAN DAN PENGENAAN SANKSI DENDA (Studi Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kedaton Bandar Lampung) (Jurnal Ilmiah) Oleh Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA HUKUM Pada Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2018

  

ABSTRAK

PENGAJUAN KEBERATAN OLEH WAJIB PAJAK PENGHASILAN DAN

PENGENAAN SANKSI DENDA

(Studi Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kedaton Bandar Lampung)

Oleh

  

Nadia Setyasari, Nurmayani, S.H.,M.H., Upik Hamidah, S.H., M.H.

  Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung Jalan Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No.1 Bandar Lampung, 35145

  Email : krusial antara wajib pajak dan petugas pajak dikarenakan perbedaan pendapat antara wajib pajak dengan petugas pajak dalam menentukan besarnya pajak,hal tersebut menyebabkan wajib pajak mengajukan keberatan apabila merasa kurang atau tidak puas atas suatu ketetapan pajak yang dikenakan kepadanya sesuai dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Kurangnya kesadaran dan kepatuhan masyarakat dalam melaporkan dan membayar pajak menyebabkan wajib pajak dikenakan sanksi administrasi berupa denda. Permasalahan dalam penelitian : 1) Bagaimanakah pelaksanaan pengajuan keberatan oleh Wajib Pajak Penghasilan terhadap ketetapan pajak dan pengenaan sanksi denda? 2) Apakah faktor-faktor penghambat Wajib Pajak Penghasilan dalam mengajukan keberatan dan pengenaan sanksi denda? Penelitian ini menggunakan pendekatan hukum normatif dan empiris. Jenis data yaitu data Primer dan data Sekunder yang dikumpulkan dengan wawancara dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan yaitu Analisis deskriptif kualitatif. Hasil dari penelitian menunjukkan: 1) Pelaksanaan pengajuan keberatan di KPP Kedaton sesuai dengan Undang-Undang No.16 Tahun 2009 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.Wajib Pajak Penghasilan yang mengajukan keberatan rata-rata wajib pajak penghasilan badan. Pengajuan Keberatan dikarenakan wajib pajak merasa tidak puas akan Surat Ketetapan yang diterbitkan oleh petugas pajak.Tingkat kepatuhan wajib pajak belum optimal. 2) Faktor penghambat wajib pajak yaitu: a) Kurangnya pengetahuan Wajib Pajak dalam pengajuan keberatan, b) Wajib Pajak tidak memenuhi persyaratan pengajuan keberatan,c) Prosedur pengajuan keberatan yang terlalu panjang d) Surat Permohonan Keberatan melewati batas waktu yang telah ditentukan. e) Terjadi eror sistem dalam pengenaan sanksi denda yang menyebabkan keterlambatan penerbitan STP dan SKPKB. Kata Kunci : Keberatan Pajak , Pajak Penghasilan, Sanksi Denda

  

ABSTRACT

SUBMISSION TAX OBJECTION BY THE INCOME TAXPAYER AND

  

IMPOSITION OF FINE SUNCTION

(Study At Office Of Tax Service Pratama Kedaton Bandar lampung)

By

Nadia Setyasari, Nurmayani, S.H.,M.H., Upik Hamidah, S.H., M.H.

  Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung Jalan Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No.1 Bandar Lampung, 35145

  Email : Issuance of tax assessment letters raises a crucial problem between taxpayers and tax officers due to differences of opinion between the taxpayer with the tax officer in determining the amount of tax, it causes the taxpayer to file an objection if they feel less or dissatisfied with a tax assessment imposed on him in accordance with Law Number 16 Year 2009 Concerning General Provisions and Procedures of Taxation.

  Lack of people’s awareness and compliance in reporting and paying taxes causes taxpayers to be subject to administrative sanctions in the form of fines. The problems in the research are listed as follows : 1) How is the implementation of the submission tax objections by the Income Taxpayer against the tax assessment and the imposition of a fine sanction? 2) What are the inhibiting factors of the Income Taxpayer in submission tax objections and imposition of fine sanction? his research used normative and empirical legal approaches. The data sources consisted of primary data and secondary data which were collected through interview and documentation. The data analyzed using qualitative descriptive analysis. The results of the research indicated that : 1) Implementation of the submission tax objections in KPP Pratama Kedaton already in accordance with Law Number

  16 Year 2009 Concerning General Provisions and Procedures of Taxation. Income Taxpayers who submission object most corporate income taxpayers. Submission of Objection due to taxpayers are not satisfied with the Tax Assessment Letter issued by the tax officer. Compulsory compliance level is not yet optimal 2) Inhibiting factors are: a) Lack of Tax payer knowledge in submisition tax objections , b) Taxpayer does not meet the requirements of submissition tax objections, c) Procedure of filing that is too long d) Letter of Objection Request exceeded the time limit specified. e) There is an error system in the imposition of STP and SKPKB sanctions.

  Keywords: Tax objections, Income tax, Sanction of fine

I. PENDAHULUAN

  Negara Indonesia adalah negara berkembang yang melaksanakan pembangunan di berbagai bidang. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara dengan mewujudkan tujuan pembangunan nasional sebagaimana yang tercantum dalam Alinea ke- IV Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi “Melindungi darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial”.

  Dalam melaksanakan pembangunan nasional diperlukan biaya yang besar, salah satu pendapatan negara yang diperlukan untuk membiayai pembangunan adalah pajak. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang sangat penting disamping minyak dan gas bumi.

  Tahun 2009 jo Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan, Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang- Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. 1 Adrian Sutedi, Hukum Pajak,(Jakarta :

  Setiap pajak yang dipungut oleh pemerintah harus berdasarkan undang-undang sehingga tidak mungkin ada pajak yang dipungut berdasarkan Keputusan Presiden (Kepres) atau berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) atau peraturan lainnya yang hierarkinya lebih rendah dari undang-undang. Pajak yang dipungut dari masyarakat dapat digunakan sebagai alat untuk mencapat tujuan ekonomi dan pembangunan. dua macam sanksi dalam perpajakan yaitu : sanksi administratif dan sanksi pidana , Sanksi administrasi biasanya berupa denda (dalam UU Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan disebut sebagai bunga, denda atau kenaikan), dengan besaran bervariasi mulai dari 2%, 48%, 50%, 100%, 150%, hingga 200% dari kekurangan pembayaran pajak atau Dasar Pengenaan Pajak (DPP).

  2 Sanksi denda dikenakan dalam hal

  Wajib Pajak mengajukan keberatan, tetapi ditolak atau dikabulkan sebagian. Keberatan Wajib Pajak yang ditolak atau dikabulkan sebagian ini menyebabkan adanya sanksi administrasi berupa denda . Sanksi ini dihitung dari jumlah pajak berdasarkan keputusan keberatan dikurangi dengan pajak yang telah dibayar sebelum mengajukan keberatan. Dalam menentukan besarnya pajak yang terutang sering terjadi perselisihan wajib pajak dan petugas pajak. Perselisihan tersebut terjadi karena adanya perbedaan pendapat 2 Muh. Djafar Saidi, Perlindungan Hukum

1 Berdasarkan Undang-Undang No. 16

  Wajib Pajak Terhadap Penyelesaian Sengketa Pajak, (Jakarta : PT Raja Grafindo, antara wajib pajak dan petugas pajak mengenai suatu masalah seperti peraturan dan penafsiran fiskus atas suatu fakta, dan kesalahan dalam penghitungan dan penulisan. Fakta dilapangan yang terjadi bahwa adanya Wajib Pajak yang tidak setuju atas hasil ketetapan pajak berupa Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) maupun atas Surat Tagihan Pajak (STP). Adanya pengenaan sanksi denda sebesar 50% (lima puluh persen) apabila wajib pajak keberatan tersebut ditolak atau dikabulkan sebagian. Apabila Wajib pajak mengajukan banding, atas putusan banding tersebut wajib pajak dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar 100% (seratus persen) apabila putusan tersebut ditolak atau diterima sebagian, Bahkan adanya pengenaan sanksi administrasi berupa denda sebesar 200% apabila wajib pajak penerima tax amnesty dengan sengaja atau tidak sengaja tidak melaporkan asset kekayaannya.

  Permasalahan yang menjadi krusial dari fakta di lapangan yaitu banyak nya wajib pajak penghasilan, baik itu wajib pajak pribadi wajib pajak badan , maupun PPh 21 yang dikenakan sanksi administrasi berupa denda dikarenakan Wajib pajak tidak lapor dan telat lapor sama sekali atas SPT nya, dan wajib pajak tersebut mengajukan keberatan atas SKPKB (Surat Keterangan Pajak Kurang Bayar) dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar 50%. Adanya hambatan bagi Wajib Pajak penghasilan (PPh) dalam mengajukan keberatan dikarenakan kurangnya pemahaman dalam proses pengajuan keberatan yang menimbulkan akibat berkas pengajuan tersebut tidak dapat diproses oleh Kantor Pelayanan Pajak.

  Berdasarkan Undang-Undang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan dijelaskan Wajib Pajak mempunyai hak untuk mengajukan keberatan atas suatu ketetapan pajak dengan mengajukan keberatan secara tertulis kepada Direktur Jenderal Pajak paling lambat 3 bulan sejak tanggal surat ketetapan, dan atas keberatan tersebut Direktur Jenderal paling lama dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan sejak surat keberatan diterima dari Wajib Pajak yang mengajukan.

  Pasal 25 ayat (9) dan (10) Undang- Undang KUP dijelaskan Bahwa : Dalam hal keberatan Wajib Pajak ditolak atau dikabulkan sebagian, Wajib Pajak dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar 50% (lima puluh persen) dari jumlah pajak berdasarkan keputusan keberatan dikurangi dengan pajak yang telah dibayar sebelum mengajukan keberatan. Dalam hal Wajib Pajak mengajukan permohonan banding, sanksi administrasi berupa denda sebesar 50% (lima puluh persen) sebagaimana dimaksud pada ayat (9) tidak dikenakan. Apabila dilihat dalam Pasal 27 ayat 5 (d) Undang-Undang KUP dijelaskan : Dalam hal permohonan banding ditolak atau dikabulkan sebagian, Wajib Pajak dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar 100% (seratus persen) dari jumlah pajak berdasarkan Putusan Banding dikurangi dengan pembayaran pajak yang telah dibayar sebelum mengajukan keberatan. Berdasarkan Pasal 2 ayat (1), Peraturan Menteri Keuangan Nomor 202/PMK.03/2015 Tentang Tata Cara Pengajuan Dan Penyelesaian Keberatan, dijelaskan bahwa : Wajib pajak dapat mengajukan keberatan hanya kepada Direktur Jendral Pajak atas suatu : Surat Ketatapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB), Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN) , serta pemotongan atau dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan.

  Berdasarkan uraian tersebut cukup adilkah apabila seorang wajib pajak yang telah mengajukan keberatan baik itu berupa keberatan atas surat ketetapan pajak kurang bayar (SKPKB) maupun Surat Tagihan Pajak (STP) , baik keberatan Wajib Pajak tersebut ditolak maupun dikabulkan sebagian dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar 50% , dan apabila Wajib Pajak mengajukan banding denda atas keberatan sebesar 50% tersebut dihapuskan namun Wajib Pajak dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar 100% dalam hal permohonan banding ditolak atau dikabulkan sebagian.

  Sebagai dasar berpijak, sudah seharusnya asas keadilan dipegang teguh agar tercapai sistem perpajakan yang baik. Akan tetapi prinsip keadilan adalah sesuatu yang sangat abstrak dan subjektif. Meskipun demikian di dalam Hukum Pajak, keadilan dikemukakan sebagai berikut:

  “Asas keadilan menjelaskan bahwa pajak itu harus adil dan merata. Pajak dikenakan kepada orang-orang pribadi sebanding dengan kemampuannya untuk membayar pajak tersebut dan juga sesuai dengan manfaat yang diterimanya dari negar a”.

  3 Kehidupan masyarakat yang semakin

  dinamis ketentuan dan tata cara perpajakan pun telah mengalami perubahan. Hal ini diharapkan bahwa lebih memberikan keadilan, meningkatkan pelayanan kepada Wajib Pajak, meningkatkan kepastian dan penegakan hukum, serta perpajakan sehingga tidak ada lagi masyarakat Indonesia yang tidak paham akan sistem perpajakan. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai “Pengajuan Keberatan Oleh Wajib Pajak Penghasilan (PPh) Dan Pengenaan Sanksi Denda Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

  1. Bagaimanakah pelaksanaan pengajuan keberatan oleh Wajib Pajak penghasilan terhadap ketetapan pajak dan pengenaan sanksi denda ? 2. Faktor- faktor apakah yang menjadi penghambat dalam pelaksanaan pengajuan keberatan bagi Wajib Pajak dan pengenaan sanksi denda?

  II. METODE PENELITIAN

  2.1. Pendekatan Masalah

  Pendekatan masalah merupakan proses pemecahan atau penyelesaian masalah melalui tahap-tahap yang 3 telah ditentukan sehingga mencapai tujuan penelitian.

4 Pendekatan

  masalah yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Pendekatan secara yuridis normatif

  research) dengan cara membaca,

  Hukum, ( Jakarta: Universitas Indonesia UI-

  Data yang telah diolah kemudian dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif, yaitu Data yang telah diolah kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Analisis deskriptif kualitatif adalah analisis yang diwujudkan dengan cara menggambarkan kenyataan atau keadaan-keadaan atas suatu objek 7 Ibid. 8 Soerjono Soekanto. Pengantar Penelitian

  2.3. Analisis Data

  terkait dengan Pengajuan keberatan oleh wajib pajak penghasilan dan pengenaan sanksi denda. Studi lapangan dilakukan dengan wawancara langsung dan memberikan pertanyaan kepada responden penelitian dengan pertanyaan yang telah dipersiapkan.

  8

  Studi lapangan, dilakukan melalui penelitian langsung dilapangan guna memperoleh informasi yang dibutuhkan

  b.

  memahami berbagai literatur yang terkait dengan objek penelitian baik berupa bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier.

  Pengumpulan data, dilakukan melalui Studi Kepustakaan (library

  Pendekatan yuridis normatif yaitu penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder sebagai bahan dasar untuk diteliti dengan cara mengadakan penelusuran terhadap peraturan-peraturan dan literatur-literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang

  digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a.

  7 Prosedur pengumpulan data yang

  Data Sekunder Data merupakan hal yang penting dalam suatu penelitian, karena dalam penelitian hukum normatif yang dikaji adalah bahan hukum yang berisi aturan-aturan yang bersifat normatif.

  13-14. 6 2.

  Penelitian Hukum,. (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2004), hlm. 112. 5 Soerjono Soekanto & Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan Singkat ), (Jakarta: Rajawali Pers, 2001), hlm.

  Data Primer Data primer adalah data utama yang diperoleh secara langsung dari lapangan penelitian dengan cara melakukan wawancara dengan kepada narasumber untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian. 4 Abdulkadir Muhammad, Hukum dan

  6 1.

  Sumber dan jenis data terdiri dari data primer dan data sekunder, yaitu sebagai berikut:

  Pendekatan secara yuridis empiris Pendekatan yuridis empiris dilakukan dengan meneliti secara langsung ke lapangan untuk melihat secara langsung penerapan peraturan perundang-undangan atau aturan hukum yang berkaitan dengan penegakan hukum, serta melakukan wawancara dengan beberapa responden yang dianggap dapat memberikan informasi mengenai pelaksanaan penegakan hukum tersebut.

  5 2.

2.2. Sumber dan Jenis Data

  dalam bentuk uraian kalimat berdasarkan keterangan-keterangan dari pihak-pihak yang berhubungan langsung dengan penelitian ini. Hasil analisis tersebut kemudian di interprestasikan guna memberikan gambaran yang jelas terhadap permasalahan yang jelas terhadap permasalahan yang diajukan.

  Pelaksanaan pengajuan keberatan terjadi dikarenakan Wajib Pajak merasa kurang atau tidak puas atas suatu ketetapan pajak yang dikenakan kepadanya atau atas pemotongan/ pemungutan oleh pihak ketiga. Sesuai ketentuan Pasal 25 UU KUP, upaya hukum keberatan diajukan ke Direktorat Jendral Pajak , yaitu ke kantor pelayanan pajak tempat dimana wajib pajak terdaftar. Untuk dapat mengajukan upaya hukum keberatan, maka wajib pajak harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan yaitu ;

  9 a.

  Diajukan secara tertulis dengan menggunakan bahasa indonesia b.

  Diajukan dalam jangka 3 bulan sejak tanggal surat, tanggal pemotongan atau pemungutan, kecuali wajib pajak dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan diluar kekuasaan.

  No.202/PMK.03/2015 Tentang Tata Cara

  c. Mengemukan jumlah pajak terhutang atau jumlah pajak yang dipotong atau dipungut atau jumlah rugi menurut penghitungan wajib pajak disertai alasan-alasan yang jelas.

  d. Untuk satu surat keberatan diajukan terhadap waktu ketetapan pajak atau pemotongan/pemungutan pajak. Mekanisme dalam pengajuan keberatan pajak di Kantor Pelayanan tahapan, tahapan pertama yaitu prosedur penerimaan surat keberatan di kantor pelayanan pajak pratama kedaton dan tahapan kedua yaitu prosedur penyiapan dan pengiriman berkas keberatan wajib pajak di kantor pelayanan pajak pratama kedaton ke unit peneliti keberatan pajak (Direktorat Jenderal Pajak Kanwil Bengkulu-Lampung).

III. PEMBAHASAN

3.1. Pelaksanaan Wajib Pajak Keberatan Pajak

  Prosedur yang pertama, yaitu prosedur penerimaan surat keberatan oleh wajib pajak ke kantor pelayanan pajak. Dalam hal ini wajib pajak menyampaikan surat keberatan secara langsung ke Tempat Pelayanan Terpadu (TPT), Petugas TPT di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kedaton meneliti berkas pengajuan keberatan tersebut apakah Wajib Pajak yang mengajukan keberatan tersebut terdaftar atau tidak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kedaton, Jika tidak maka petugas TPT mengembalikan Surat Keberatan dan memberitahukan tempat seharusnya Wajib Pajak menyampaikan surat keberatan.

  Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Dika selaku seksi pelaksana pengajuan keberatan dan banding

9 Peraturan Menteri Keuangan

  pajak ada saja beberapa wajib pajak yang salah tempat dalam mengajukan keberatan, contohnya keberatan yang seharusnya diajukan ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tanjung Karang namun berkas keberatan tersebut diajukan ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kedaton.

  mengajukan keberatan tersebut terdaftar di KPP Pratama Kedaton maka petugas TPT KPP Pratama Kedaton menindaklanjuti surat membuat,mengisi,danmenandatangan i daftar dokumen lampiran surat keberatan serta mencetak Lembar Pengawasan Arus Dokumen (LPAD) dan Bukti Penerimaan Surat (BPS) dengan mengisi tanggal penerimaan surat sesuai dengan tanggal diterimanya surat keberatan di TPT. Selanjutnya Petugas TPT menyerahkan Daftar Dokumen Lampiran Surat Keberatan lembar ke- 1 dan BPS kepada wajib pajak, sedangkan LPAD,Surat Keberatan dan Daftar Dokumen Lampiran Surat Keberatan lembar ke-2 dikirimkan ke Seksi Pelayanan untuk diproses sesuai dengan SOP Tata Cara Penyiapan dan Pengiriman Berkas Keberatan ke Unit Pelaksana Peneliti Keberatan.

  Dalam prosedur kedua yaitu penyiapan dan pengiriman berkas keberatan di Kantor Pelayanan Pajak ke Unit Pelaksana Peneliti Keberatan (Direktorat Jenderal Pajak Kanwil Bengkulu-Lampung), yaitu : 1.

  Pelaksana Seksi Pelayanan menerima LPAD (Lembar

  Pengawasan Arus Dokumen), 10 Berdasarkan hasil wawancara

  dengan Bpk Dika selaku seksi pelaksana pengajuan keberatan, Pada Tanggal 3

  Surat Keberatan, dan Daftar Dokumen Lampiran Surat Keberatan dari Petugas TPT.

  Dalam hal terdapat gangguan pada SIDJP (Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak) maka LPAD dan Surat Keberatan dikirim ke Unit Pelaksana Penelitian Keberatan melalui faximile. Apabila tidak terdapat gangguan pada SIDJP maka proses dilanjutkan dengan membuat dan mencatat tahapan pelaksana kegiatan Lembar keberatan dan meneruskannya kepada Kepala Seksi Pelayanan untuk diparaf sesuai dengan tahapan pelaksana kegiatan yang telah dilakukan.

10 Dalam hal Wajib Pajak yang

  2. Kepala Seksi Pelayanan memaraf lembar pengawasan penelitian berkas keberatan sesuai dengan tahapan pelaksanaan kegiatan yang telah dilakukan.

  3. Pelaksana Seksi Pelayanan mengisi konsep lembar isian kelengkapan berkas dan meneruskan kepada Kepala Seksi Pelayanan.

  4. Kepala Seksi Pelayanan menyetujui dan menandatangani

  Lembar Isian Kelengkapan Berkas.

  5. Pelaksana Seksi Pelayanan membuat konsep Surat Pengantar untuk mengirimkan berkas dan meneruskannya kepada Kepala Seksi Pelayanan.

  6. Kepala Seksi Pelayanan meneliti dan memaraf konsep surat pengantar dan meneruskannya kepada Kepala KPP.

  7. Kepala KPP menyetuji dan menandatangani Surat Pengantar dan mengembalikannya kepada Pelaksana Seksi Pelayanan. Seksi Pelayanan menatausahakan Surat Pengantar dan Surat Keberatan dan meneruskannya kepada Pelaksana SubBagian Umum

8. Pelaksana

  Pelaksana SubBagian Umum menerima dan mengirimkan Surat Pengantar dan Berkas Keberatan kepada Wajib Pajak dengan Tata Cara Penyampaian Dokumen di KPP, proses selesai.

  Tahun 2016 Tahun 2017

  Sumber : (Kantor Pelayanan Pajak Kedaton Bandar Lampung Tahun 2017) Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa pada Tahun 2014 Wajib Pajak yang mengajukan keberatan sebanyak 70 orang yang, pada tahun 2015 sebanyak 65 orang, Selanjutnya Pada Tahun 2016 yang mengajukan keberatan sebanyak 10 orang Sedangkan pada tahun 2017 tidak ada Wajib Pajak yang mengajukan keberatan. Berdasarkan wawancara dengan Bpk Dika selaku seksi pelaksana pengajuan keberatan dan banding, rata-rata keberatan yang diajukan oleh

  65 10 -

  70

  10 4 - PPh Pasal 29 3 - - - Jumlah:

  25

  53 6 - PPh Pasal 21 4 - - - PPh Badan

  35

  PPh Orang Pribadi 3 2 - - PPh Badan

  Tahun 2014 Tahun 2015

  Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Yeni selaku Wajib Pajak Penghasilan (PPh Pasal 21) dia mengajukan keberatan atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) dimana Upaya pengajuan keberatan tersebut diajukan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kedaton Bandar Lampung, namun dalam jangka waktu ± 6 hari, surat pengajuan keberatan Ibu Yeni dikembalikan oleh Pihak KPP Kedaton Bandar Lampung dan diberitahukan secara lisan bahwa batas waktu pengajuan keberatan telah melebihi batas waktu yang telah ditentukan yaitu 3 bulan sejak dikeluarkannya Surat Ketetapan Pajak sehingga pengajuan keberatan Ibu Yeni tidak dapat diproses.

  Jumlah Wajib Pajak PPh yang mengajukan keberatan Jenis Pajak Penghasilan

  Penghasilan (PPh) yang di KPP Kedaton Bandar Lampung Tahun 2014- 2017

  25 Berikut ini merupakan jumlah wajib pajak yang mengajukan keberatan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kedaton Bandar Lampung. Tabel 1. : Data Wajib Pajak

  Wajib Pajak PPh pasal 21 4. Wajib Pajak PPh pasal 29 5. Wajib Pajak PPh Badan pasal

  2. Wajib Pajak PPh Badan 3.

11 Berdasarkan wawancara kepada Bpk

  dengan Ibu Yeni selaku wajib pajak, Pada Tanggal 9 November 2017 12 Berdasarkan hasil wawancara dengan Bpk.Dika, Pada Tanggal 2 November

  Wajib Pajak PPh Orang Pribadi 11 Berdasarkan hasil wawancara

  12 1.

  Dika selaku seksi pelaksana dibidang Keberatan dan Banding di KPP Kedaton Bandar Lampung, yang mengajukan keberatan atas suatu ketetapan pajak yaitu:

  Wajib Pajak yaitu keberatan atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) dan kebanyakan yang mengajukan keberatan yaitu Wajib Pajak Penghasilan (PPh) Badan.

  prinsip-prinsip yang baik yang disebut dengan the four canons of

  Prinsip keadilan (equality), artinya bahwa beban pajak harus sesuai dengan kemampuan relatif dari setiap wajib pajak.

  14 a.

  taxation , yaitu:

13 Tindak Lanjut setelah berkas

  dengan Bpk.Dika selaku seksi pelaksana pengajuan keberatan dan banding, pada

  Konsep kesetaraan dan keadilan di bidang perpajakan merupakan urat nadi sistem perpajakan yang baik . Berdasarkan fakta lapangan apabila dikaitkan dengan teori Adam Smith, pengenaan pajak harus memenuhi 13 Berdasarkan hasil wawancara

  Apabila wajib pajak merasa tidak puas akan keputusan tersebut maka wajib pajak dapat mengajukan upaya banding ke Peradilan Pajak, selanjutnya apabila keputusan tersebut menyatakan keberatan yang diajukan wajib pajak tersebut ditolak atau diterima sebagian maka wajib pajak dikenakan sanksi denda sebesar 100%.

  b.

  keberatan Wajib Pajak diteliti oleh Unit Peneliti Keberatan (Direktorat Jenderal Pajak ) sesuai dengan ketentuan Pasal 26 ayat (3) Undang- Undang KUP,ada empat kemungkinan keputusan yang dapat dikeluarkan Direktorat Jenderal Pajak dalam jangka waktu 12 bulan keputusan tersebut dapat berupa : ditolak, diterima sebagian, diterima seluruhnya, menambahnya besarnya jumlah pajak yang terhutang. Apabila keputusan keberatan tersebut, ditolak , maupun diterima sebagian maka wajib pajak dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar 50% dari jumlah pajak terhutang yang diajukan keberatan, dikurangi pajak yang telah dibayar sebelum mengajukan keberatan.

  c.

  Prinsip kecocokan (convenience), pajak jangan sampai terlalu menekan wajib pajak.

  d.

  Prinsip efisiensi (efficiency), pajak hendaknya menimbulkan kerugian yang minimal dalam arti jangan sampai biaya pemungutannya lebih besar dari jumlah penerimaan.

  Fakta dilapangan jika dikaitkan dengan prinsip keadilan apakah hal tersebut sesuai dengan prinsip keadilan sebagaimana dikemukakan oleh Adam Smith dan asas self

  asessment system . Setiap sistem

  perpajakan dapat berjalan dengan baik jika terdapat interaksi dan peran serta positif antara masyarakat wajib pajak dengan aparat perpajakan dalam melaksanakan peraturan perundang- undangan perpajakan. 14 Simon James dan Christopher

  Nobes, The Economic of Taxation (England :

  Prinsip kepastian (certainty), pajak hendaknya tegas, jelas, dan menjamin kepastian bagi setiap wajib pajak.

3.2. Pengenaan Sanksi Denda

  Sanksi denda adalah sanksi administrasi yang dikenakan terhadap pelanggaran yang berkaitan dengan kewajiban pelaporan. Misalnya, terkait keterlambatan pelaporan surat pemberitahuan tahunan (SPT) dimana batas waktu penyampaiannya telah ditentukan, baik itu SPT PPh Orang Pribadi, SPT PPh Badan, SPT masa PPn, dan sanksi denda sebesar 50% karena wajib pajak mengajukan keberatan dan keberatan tersebut ditolak atau diterima sebagian, dan melakukan banding pajak dan banding pajak tersebut ditolak atau diterima sebagian. Khusus untuk keterlambatan penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT), dikenakan denda per SPT yang terlambat dilaporkan sanksi administrasi berupa denda sesuai dengan Pasal 7 Ayat (1) Undang- Undang KUP yaitu : 1.

  Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) untuk Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai 2. Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) untuk Surat

  Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak badan .

  3. Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah) untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak orang pribadi dan Surat Pemberitahuan Masa lainnya. Berikut ini merupakan data wajib pajak yang dikenakan sanksi denda di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kedaton Bandar Lampung.

  Tabel.2 Data Wajib Pajak Penghasilan (PPh) yang dikenai Sanksi Denda atas Surat Tagihan Pajak (STP) dan Surat Keterangan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) di KPP Kedaton Bandar Lampung Tahun 2014-2017

  15 Jumlah Wajib Pajak PPh yang dikenakan Sanksi Denda Tahun

  2014 Tahun 2015 Tahun

  2016 Tahun 2017 STP 27.203 26.215 1.263 10.533

  SKPKB 154 168 121 262 Jumlah 27.357 26.383 1.384 10.795

  Sumber : (Data Kantor Pelayanan Pajak Kedaton Bandar Lampung Tahun 2017) Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa banyak nya jumlah Wajib Pajak yang dikenakan sanksi administrasi berupa denda, terutama sanksi denda dikarenakan Surat Tagihan Pajak (STP). Dari wawancara dengan beberapa Wajib Pajak di KPP Kedaton Bandar Lampung mereka merasa keberatan atau kurang puas dengan adanya sanksi denda dikarenakan hal itu cukup membebankan bagi mereka, kemudian menurut narasumber mereka selaku Wajib Pajak terkadang lupa dalam melakukan SPT masa maupun SPT tahunan dengan ketidaktahuan mereka tiba-tiba adanya Surat Tagihan Pajak (STP).

  16

  15 Berdasarkan hasil wawancara dengan seksi pelaksana pelayana umum KPP Kedaton Bandar Lampung, pada tanggal 03 Januari 2018 16 Berdasarkan hasil wawancara dengan Wajib Pajak di KPP Kedaton Bandar Berdasarkan wawancara dengan Ibu Anisa selaku pelaksana seksi pelayanan, kebanyakan wajib pajak penghasilan menganggap bahwa penarikan pajak oleh pemerintah membebani masyarakat dan kekhawatiran akan penyalahgunaan uang pajak seringkali menjadi pemikiran masyarakat. Narasumber juga mengatakan bahwa apabila Wajib Pajak merasa keberatan dapat mengajukan keberatan pajak, namun yang dapat diajukan hanya Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Berikut ini adalah contoh kasus pengenaan sanksi denda :

  1. Ahmad Jauludin selaku wajib pajak orang pribadi telat melaporkan SPT tahunan orang pribadi pada tahun 2016, Ahmad Jauludin melaporkan SPT tahunan Orang Pribadi pada tanggal 13 Maret 2017, karena telah melewati batas waktu pelaporan maka Ahmad Jauludin dikenakan sanksi denda sebesar Rp 100.000,00

  17 2.

  PT. Gold melaporkan SPT tahunan pada tanggal 3 Mei 2017, PT Gold menggunakan periode pembukuan Januari- Desember, pelaporan SPT tersebut melewati tenggang waktu pelaporan yaitu 4 bulan setelah tahun pajak berakhir. Dengan demikian PT.Gold dikenakan sanksi denda sebesar Rp 1.000.000,00.

  18 17 Berdasarkan hasil wawancara dengan pelaksana seksi pelayanan umum KPP Kedaton Bandar Lampung , pada tanggal 08 Desember 2017

  Sanksi denda juga dikenakan apabila wajib pajak karena keaalpaan tidak menyampaikan SPT, atau menyampaikan SPT namun isinya tidak benar sehingga dapat menimbulkan kerugian negara. Misalnya jika dalam tiga tahun ke depan Direktorat Jenderal Pajak menemukan ada harta yang tidak dilaporkan dalam SPT dan wajib pajak tidak ikut program tax amnesty, maka harta tersebut akan dianggap sebagai tambahan penghasilan.

  19 Hal

  ini diatur dalam Undang-Undang tersebut juga akan terkena sanksi yang diatur dalam Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP).

  Sanksi denda perpajakan dikenakan untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak dan meningkatkan basis pajak, hal ini dilihat dari data pengenaan sanksi denda di KPP Kedaton Bandar Lampung dan hasil wawancara dengan Ibu Annisa selaku seksi pelaksana pelayanan umum bahwa wajib pajak yang terdaftar di KPP Kedaton Bandar Lampung sejumlah 64.578 , namun masih banyak yang dikenakan sanksi denda dikarenakan telat penyampaian SPT sehingga adanya Surat Tagihan Pajak (STP) dan karena Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB).

  3.3.Faktor Penghambat Pelaksanaan Pengajuan Keberatan dan Pengenaan Sanksi Denda. pada tanggal 30 Desember 2017, pukul 24.00 wib diakses pada tanggal 30 Desember

  Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa Wajib Pajak di KPP Kedaton Bandar Lampung yang menjadi faktor penghambat Wajib Pajak dalam mengajukan keberatan dan pengenaan sanksi denda yaitu :

  1. Kurangnya wawasan dan pengetahuan Wajib Pajak terhadap perpajakan khususnya pengajuan keberatan atas suatu ketetapan pajak, hal ini menyebabkan tidak dapat diproses nya berkas keberatan yang diajukan wajib pajak.

  Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Anisa selaku seksi pelayanan umum, yang menjadi hambatan pengenaan sanksi administrasi berupa Lampung yaitu terkadang sistem operasi dalam pengenaan sanksi denda di KPP Kedaton mengalami kesalahan/eror hal ini menyebabkan keterlambatan penyampaian Surat Tagihan Pajak (STP) denda kepada wajib pajak.

2. Dalam mengajukan keberatan

  4. Prosedurnya dalam proses

  pengajuan keberatan terlalu panjang sehingga memakan waktu yang cukup lama.

  Berdasarkan hasil wawancara dengan Bpk Dika selaku seksi pelaksana pengajuan keberatan dan banding di KPP Kedaton Bandar Lampung, bahwa yang menjadi penghambat dalam proses pengajuan keberatan yaitu:

  1. Surat keberatan atau permohonan keberatan yang diajukan di KPP Kedaton Bandar Lampung tidak dimasukkan dalam jangka waktu yang telah ditentukan oleh undang-undang

  Dalam mengajukan keberatan Wajib Pajak tidak memenuhi alasan yang kuat.

  atau sedang mengajukan pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi, pengurangan atau pembatalan SKP yang tidak benar.

  3. Surat Keberatan Pajak yang

  diajukan wajib pajak salah tempat, artinya masih ada wajib pajak yang salah dalam pengajuan keberatan misalnya pengajuan keberatan seharusnya diajukan ke tempat Wajib Pajak terdaftar yaitu KPP Tanjung Karang Bandar Lampung namun wajib pajak tersebut mengajukan berkas keberatan di KPP Kedaton Bandar Lampung.

  Wajib Pajak tidak memenuhi syarat-syarat dalam mengajukan keberatan pajak; 3.

  IV. PENUTUP

  4.1 Kesimpulan

  1.Dinamika Pengajuan Keberatan oleh Wajib Pajak Penghasilan dikarenakan ketidaksesuaian Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) yang diterbitkan pihak pajak. Pengajuan Keberatan rata- rata diajukan oleh Wajib Pajak Penghasilan Badan, dalam hal ini pelaksanaan pengajuan keberatan di KPP Kedaton telah berjalan sesuai dengan Undang-Undang KUP dan Peraturan Menteri Keuangan No.202/PMK.03/2015 Tentang Tata Cara Pengajuan dan Penyelesaian Keberatan. Berdasarkan fakta dilapangan cukup banyak wajib pajak yang dikenakan sanksi denda dikarenakan telat melaporkan SPT, Surat Tagihan Pajak , dan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, hal

  2. Wajib Pajak masih dalam proses ini dikarenakan kurangnya tingkat kesadaran dan kepatuhan wajib pajak akan pentingnya membayar pajak.

  2. Faktor-faktor yang menjadi penghambat dalam pelaksanaan pengajuan keberatan oleh Wajib Pajak Penghasilan (PPh) dan pengenaan sanksi denda yaitu : a) Kurangnya wawasan dan pengetahuan Wajib Pajak terhadap perpajakan khususnya pengajuan keberatan atas suatu ketetapan memiliki alasan yang kuat dalam pengajuan keberatan c) Surat keberatan atau permohonan keberatan tidak dimasukkan dalam jangka waktu yang telah ditentukan oleh undang-undang. d) Wajib Pajak masih dalam proses atau sedang mengajukan pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi, pengurangan atau pembatalan SKP yang tidak benar. Sedangkan dalam pengenaan sanksi denda terkadang sistem operasi pepajakan eror/gangguan menyebabkan keterlambatan bagi pihak pajak untuk menerbitkan Surat Tagihan Pajak (STP) atau SKPKB kepada Wajib Pajak yang mengalami tunggakan pajak.

  1. Sebaiknya Pihak perpajakan lebih teliti dalam mengeluarkan Surat Ketatapan Pajak sehingga tidak ada kesalahpahaman antara pihak Wajib Pajak dan Fiskus sehingga dapat mengurangi masalah keberatan dan mewujudkan rasa keadilan bagi Wajib Pajak. Bagi Wajib Pajak yang dikenakan sanksi denda sebaiknya untuk memenuhi kebutuhan perpajakannya dengan tepat waktu agar tidak menimbulkan tunggakan pajak sehingga dikenai sanksi adminisitrasi berupa denda.

  2. Sebaiknya KPP Pratama mengadakan sosialisasi dalam bidang perpajakan khususnya tentang keberatan dan Wajib Pajak seharusnya menghadiri acara tersebut sehingga pengetahuan dan wawasan Wajib Pajak bertambah, serta menerbitkan atau memperbanyak literatur mengenai keberatan dikarenakan selama ini buku mengenai keberatan PPh OP maupun Badan sangat minim kalaupun ada pembahasannya sangat sederhana, supaya pembahasan mengenai keberatan dapat ditingkatkan dan mudah dimengerti oleh wajib pajak.

  3. Sebaiknya Wajib Pajak harus mengemukakan alasan secara konkrit mengapa Wajib Pajak tidak dapat menerima atau menyanggah materi atau dasar pengenaan SKP atau pemotongan pemungutan pajak, sehingga wajib pajak memiliki alasan yang kuat dalam mengajukan keberatan.

DAFTAR PUSTAKA

  Djafar, Saidi. 2007. Perlindungan Hukum Wajib Pajak dan Penyelesaian Sengketa pajak .

4.2 Saran

  Jakarta: Raja Grafindo James, Simons dan Christopher

  Nobes,2000. The Economic of Taxation . England : Pearson Education Limited.

  Muhammad, AbdulKadir. 2004.

  Hukum dan Penelitian Hukum. Bandung : Citra Aditya Bakti. Soekanto, Soerjono & Sri Mamudj.

  2001. Penelitian Hukum Normatif Jakarta: Rajawali Pers. Sutedi,Adrian.2011. Hukum Pajak,

  Jakarta : Sinar Grafika Peraturan Menteri Keuangan Nomor

  202/PMK.03/2015 tentang Tata Cara Pengajuan dan Penyelesaian Keberatan. http://www.infopajak.id/sanksi-bagi- yang-tidak-membayar-pajak- dengan benar,diakses pada tanggal 30 Desember 2017 https://www.cnnindonesia.com/ekono

  145632/pelanggar-aturan-tax- amnesty-terancam-sanksi-denda- pajak-200%, diakses pada tanggal 30 Desember 2017

Dokumen yang terkait

Penyelesaian Ganti Kerugian Daerah Oleh Pegawai Negeri Bukan Bendahara Di Provinsi Lampung

0 0 17

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PEMILU LEGISLATIF DALAM PASAL 309 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 2012 (Studi Perkara Nomor: 70/Pid./2014/PT.Tjk.)

0 0 9

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP DELIK PENCABULAN YANG DILAKUKAN OLEH OKNUM ANGGOTA POLISI (Studi Kasus Nomor.114Pid.2012PT.TK) Oleh: FERRY ADTIA HUTAJULU ABSTRAK - PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP DELIK PENCABULAN YANG DILAKUKAN OLEH OKNUM ANGGOTA PO

0 0 14

ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PENATAAN RUANG KOTA BERBASIS LINGKUNGAN (Studi di Kelurahan Bumi Waras Kota Bandar Lampung) (Jurnal)

0 0 14

ANALISIS TERHADAP FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA YANG DILAKUKAN OLEH WANITA (Studi pada Lembaga Pemasyarakatan Wanita Bandar Lampung) Dwi Agustina, Firganefi, Tri Andrisman email : dwie_agtyahoo.co.id Abstrak - ANALISIS TERHADAP FAKTOR-FA

0 0 13

PENERAPAN TARIF PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK PENERBITAN NOMOR REGISTRASI KENDARAAN BERMOTOR PILIHAN DI BANDAR LAMPUNG

0 0 16

PEMANFAATAN DANA BAGI HASIL PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA BANDAR LAMPUNG

0 0 24

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang - PENERAPAN SANKSI PIDANA BAGI CALON ANGGOTA LEGISLATIF YANG MELAKUKAN POLITIK UANG (MONEY POLITIC) BERDASARKAN UNDANG-UNDANG TENTANG PEMILIHAN UMUM (Studi Putusan No. 34/pid.B/2014/PN.LW)

0 0 7

PERAN BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DALAM PENINGKATAN DAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN DI KABUPATEN LAMPUNG UTARA

0 0 14

ANALISIS PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PELAKU PENIPUAN DENGAN MODUS OPERANDI MULTI LEVEL MARKETING INVESTASI EMAS OLEH Dewa Gede Sumantri, Mahasiswa Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Lampung. Email: dewagede127yahoo.com, Eddy Rifa’i, Diah G

0 0 12