PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENIPUAN CALON JEMAAH UMROH PADA TAHAP PENYIDIKAN (Studi Kasus di Polresta Bandar Lampung)

  PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENIPUAN CALON JAMAAH UMRAH PADA TAHAP PENYIDIKAN (Studi Kasus di Polresta Bandar Lampung) (Jurnal Skripsi) Oleh Bevi Septrina FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

  

ABSTRAK

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA

PENIPUAN CALON JEMAAH UMROH PADA TAHAP PENYIDIKAN

(Studi Kasus di Polresta Bandar Lampung)

Oleh

  

Bevi Septrina, Diah Gustiniati, Firganefi

  Email: Beviseptrina81@gmail.com Hukum sebagai konfigurasi peradaban manusia yang sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan masyarakat sebagai komunitas dimana manusia tumbuh dan berkembang pula. Salah satu bentuk kejahatan yang masih terjadi di masyarakat yaitu penipuan, dan penggelapan. Penipuan dapat terlaksana cukup dengan bermodalkan kemampuan berkomunikasi yang baik sehingga seseorang dapat meyakinkan orang lain. Penipuan yang dilakukan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab yang terhadap calon jamaah terutama kepada calon jamaah yang kurang jeli dalam memilih biro perjalanan. Penipuan terhadap penyelenggaraan ibadah umrah yang melanggar kewenangan dan penyalahgunaan hak, walaupun pemerintah telah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Umroh yang telah berlangsung kurang lebih 4 tahun diberlakukannya, namun masih banyak biro perjalanan umrah yang melakukan penipuan kepada calon jemaah umrah. Kasus penipuan terkait yang di teliti adalah mengenai tindak pidana penipuan yang memiliki unsur

  • – tujuan agar korban membayar sejumlah uang yang akan digunakan untuk biaya umroh yaitu dengan menggunakan profesi dan lembaga palsu (penyalur umroh)tipu muslihat atau rangkaian kebohongan untuk mengelabuhi korban. Adapun masalah dalam kasus penipuan ini yaitu: a) bagaimanakah penegakan hukum terhadap pelaku tindak pidana penipuan calon jemaah umroh pada tahap penyidikan (studi kasus di polresta bandar lampung). b) apa saja faktor penghambat kepolisian dalam penyidikan tindak pidana penipuan calon jemaah umroh pada tahap penyidikan (studi kasus di polresta bandar lampung). Berdasarkan penelitian ini terdapat 3 tahap penegakan hukum yaitu: a) tahap formulasi adalah tahap penegakan hukum pidana inabstacto oleh badan pembentukan undang-undang, tahap ini sering di sebut tahap legislatif. b) tahap aplikasi adalah tahap penegakan hukum pidana oleh aparat penegak hukum mulai dari kepolisian, kejaksaan hingga pengadilan, tahap kedua ini sering disebut tahap yudikatif. c) tahap eksekusi adalah tahap penegakan hukum pidana secara konkret oleh aparat pelaksanaan pidana,tahap ini sering disebut tahap kebijakan eksekutif atau

  

ABSTRACT

LAW ENFORCEMENT AGAINST CRIME PLAYERS CANDIDATES FOR

FRAUD INVESTIGATION JEMAAH UMROH ON STAGE

(Case Study in Police Bandar Lampung)

By

  

Bevi Septrina, Diah Gustiniati, Firganefi

Email

  Law as a configuration appropriate human civilization with the growth and development of society as a community where human beings grow and develop as well. One form of crime that still exist in society, namely fraud, and embezzlement. Fraud can be accomplished simply with the ability to communicate well so that one can convince others. Fraud committed by a person who is not responsible to the pilgrims, especially the pilgrims who are less keen in choosing a travel agency. Fraud against the organization of pilgrimage in violation of authority and abuse of rights, although the government has issued Law No. 13 Year 2008 on the Implementation of still travel agency umrah who commit fraud to prospective Umrah pilgrims. Cases of fraud related to that researched is the criminal fraud that has elements - the aim that the victim pay any money will be used for pilgrimage by using false professions and institutions (channeling Umrah) ruse or a series of lies to deceive the victim. The problem in the case of fraud are: a) how the law enforcement against criminal fraud prospective Umrah pilgrims at the investigation stage (a case study in the city Police Lampung). b) any factors inhibiting the police in the investigation of criminal fraud prospective Umrah pilgrims at the investigation stage (a case study in the city Police Lampung). Based on this research there are three stages of law enforcement, namely: a) the formulation stage is the stage of a criminal law enforcement agencies inabstacto by the formation of law, this stage is often called the legislative stage. b) the application stage is the stage of criminal enforcement by law enforcement officers from the police, the prosecutor's office to the court, the second stage is often called the judicial stage. c) the execution stage is the stage of enforcement of criminal law in a concrete way by the authorities of criminal enforcement, this phase is often called executive or administrative policy stage.

  Keywords: Law enforcement, Umrah Jemaah Candidate Fraud, Investigations

I. PENDAHULUAN

  Hukum sebagai konfigurasi peradaban manusia yang berjalan seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan masyarakat sebagai komunitas dimana manusia tumbuh dan berkembang pula. Belakangan ini, sering terjadi berbagai perubahan dalam masyarakat Indonesia yang kemudian dikenal sebagai krisis moral. Salah satu bentuk kejahatan yang masih sangat banyak terjadi di masyarakat yaitu penipuan, dan penggelapan. Bagi para oknum, tindak pidana tersebut tidaklah begitu sulit untuk dilakukan. Penipuan dapat terlaksana cukup dengan bermodalkan kemampuan berkomunikasi yang baik sehingga seseorang dapat meyakinkan orang lain. Penipuan adalah suatu bentuk obral janji. Sifat umum dari obral janji itu adalah bahwa orang dibuat keliru, dan oleh karena itu ia rela menyerahkan barang atau uangnya. Kejahatan penipuan itu termasuk

  “materieel delict” artinya untuk kesempurnaannya harus terjadi akibat.

  Bab XXV Pasal 378 KUHP, yaitu: "Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu muslihat ataupun dengan rangkaian kebohongan menggerakkan orang lain untuk menyerahkan sesuatu benda 1 Tri Andrisman . Delik Tertentu dalam KUHP .

  Bandar Lampung :Unila 2011.hlm. 176

  kepadanya, atau supaya memberi hutang maupun menghapuskan piutang, diancam karena penipuan dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun. Kejahatan berupa penipuan dan penggelapan diancam dengan sanksi pidana, dalam penegakannya masih kurang memiliki efek jera terhadap pelanggarannya, karena dalam penegakan hukum pidana tidak hanya cukup dengan diaturnya suatu perbuatan yang diatur dalam undang-undang, namun dibutuhkan juga aparat hukum sebagai pelaksana atas ketentuan undang-undang serta lembaga yang berwenang untuk menangani suatu kejahatan seperti kepolisian, kejaksaan dan pengadilan

  2 Kerangka teori yang digunakan

  teori-teori yang berkaitan dengan penegakan hukum dalam perkara tindak pidana penipuan calon jemaah umroh di Bandar Lampung (Studi Kasus di Polresta Bandar Lampung) dengan berdasarka hukum yang berlaku di Indonesia. Dalam arti luas, proses penegakan hukum itu melibatkan semua subjek hukum dalam setiap hubungan hokum. Dalam arti sempit, dari segi subjeknya, penegakan hukum hanya diartikan sebagai upaya aparatur penegakan hukum tertentu untuk menjamin dan memastikan bahwa suatu aturan hukum berjalan sebagaimana seharusnya. Dalam memastikan tegaknya hukum, 2 Soerjono Soekanto .Pengantar Penelitian Hukum

1 Sebagaimana diatur dalam Buku Kedua

  . UI Press :Jakarta. 1986 .hlm.125 adiperlukan aparatur penegak hukum hukum adalah mentalitas atau yang diperkenankan untuk kepribadian penegak hukum. menggunakan daya paksa. Ditinjau c.

  Faktor sarana atau fasilitas dari sudut objeknya, mencakup pendukung makna yang luas dan sempit. Dalam Faktor sarana atau fasilitas arti luas, penegakan hukum pendukung mencakup perangkat mencakup nilai-nilai keadilan yang lunak dan perangkat keras, salah terkandung di dalamnya bunyi aturan satu contoh perangkat lunak formal maupun nilai-nilai keadilan adalah pendidikan, pendidikan yang hidup dalam masyarakat. Dalam yang diterima oleh polisi dewasa arti sempit, penegakan hukum hanya ini cenderung pada hal-hal yang menyangkut penegakan peraturan praktis konfensional, sehingga

  3

  yang formal dan tertulis. dalam banyak hal polisi Teori faktor-faktor yang mengalami hambatan di dalam mempengaruhi penegakan hukum tujuannya, diantaranya tentang menurut soerjono soekanto: kejahatan computer, dalam a. tindak pidana kusus yang selama

  Faktor hukum Praktik penyelenggaraan hukum ini masih diberikan wewenang di lapangan ada kalanya terjadi kepada jaksa, hal tersebut karena pertentangan antara kepastian secara teknis yuridis polisi disebab kan oleh konsepsi belum siap. keadilan merupakan suatu d.

  Faktor masyarakat rumusan yang bersifat abstrak, Penegak hukum berasal dari sedangkan kepastian hukum masyarakat dan bertujuan untuk merupakan suatu prosedur yang mencapai kedamaian di dalam telah ditentukan secara masyarakat. Setiap warga normative. masyarakat atau kelompok b. sedikit banyaknya mempunyai

  Faktor penegak hukum Fungsi hukum, mentalitas atau kesadaran hukum, persoalan kepribadian petugas penegak yang timbul adalah tarap hukum memainkan peranan kepatutan hukum, yaitu penting, kalau peraturan sudah kepatuhan hukum yang tinggi, baik, tetapi kualitas petugas sedang atau kurang kurang baik, ada masalah. Oleh e.

  Faktor kebudayaan karena itu salah satu kunci Berdasarkan konsep kebudayaan keberhasilan dalam penegakan sehari-hari, orang begitu sering membicarakan tentang 3 kebudayaan. Kebudayaan

  Dikutip dari

  menurut soerjono soekanto,

  

  mempunyai fungsi yang sangat besar bagi manusia dan

  diakses pada 12 mei 2015, 21:58 manusia dapat mengeti bagaimana seharusnya bertindak, berbuat, dan menentukan sikapnya kalau mereka berhubungan dengan orang lain. Dengan demikian kebudayaan adalah suatu garis pokok tentang perikelakuan yang menetapkan peraturan mengenai apa yang harus dilakukan dan apa yang dilarang. Adapun Istilah yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah : a.

  Penegakan hukum adalah proses dilakukannya upaya untuk tegaknya atau berfungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman perilaku dalam lalu lintas atau hubungan- hubungan hukum dalam bernegara.

  4 b.

  Pelaku adalah Pelaku adalah mereka yang melakukan, yang menyuruh melakukan, dan yang turut serta melakukan perbuatan.

  5 c.

  Tindak pidana adalah suatu perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum yang disertai ancaman atau sanksi yang berupa pidana tertentu, bagi barang siapa melanggar larangan tersebut.

  6 d.

  Penipuan adalah Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau 4 Dikutip dari

   diakses pada 12 mei 2015, 21:58 5 Pasal 55 ayat (1) KUHP 6 Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana. (Jakarta:

  orang lain dengan melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu muslihat ataupun dengan rangkaian kebohongan menggerakkan orang lain untuk menyerahkan sesuatu benda kepadanya, atau supaya memberi hutang maupun menghapuskan piutang.

  7 e.

  Umrah adalah salah satu ibadah dalam agama islam, yang dilaksanakan dengan cara melakukan beberapa ritual umraah di kota Mekkah.

  8 f.

  Calon jama'ah adalah wadah bagi ummat islam dalam menjalankan ibadah. Didalam jamaah, terdapat imam atau amir aada imam ada makmum.

  Walaupun ribuan umat salat di masjid bersama, tp tanpa ada imam, tidak bisa dikatakan salat jama'ah. Akan tetapi walau hanya 3 orang, kalau salah satu maju menjadi imam, maka itu salat berjama'ah.

  1. Pengertian Penegakan Hukum

  Menurut Satjipto Rahardjo, menjelaskan bahwa hakekat daripenegakan hukum adalah suatu proses untuk mewujudkan keinginan-keinginan atau ide-ide hukum menjadi kenyataan. Keinginan hukum adalah pikiran badan pembentuk Undang- undang. yang berupa ide atau konsep- konsep tentang keadilan, kepastian hukm 7 Pasal 378 KUHP 8 Dikutip di wikipedia, pengertian umraah.diakses pada 12 mei 2016, pukuk 23:34

  dankemanfaatan sosial yang dirumuskan dalam peraturan hukum.

9 Menurut Soerjono Soekanto, penegakan

  hukum adalah, keserasian hubungan antara nilai-nilai yang dijelaskan dalam kaidah-kaidah yang pasti dan berwujud dengan perilaku sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir untuk meciptakan, memelihara dan mempertahankan kedamaian pergaulan hidup. Lebih lanjut dikatakan bahwa penegakan hukum bukanlah semata-mata berarti pelaksanaan perundang-undangan walaupun kenyataan di indonesia kecendrungannya adalah demikian.

  Pidana di Indonesia . (Bandung: Eresco, 1986), hlm.55 14 Moeljatno, Perbuatan Pidana dan Pertanggungjawaban pidana . (Jogjakarta, 1978), hlm.56

  1.Bagaimanakah penegakan hukum terhadap pelaku tindak idana penipuan calon jemaah umroh pada tahap penyidikan (studi kasus di polresta bandar lampung)? dalam penyidikan tindak pidana penipuan calon jemaah umroh pada tahap penyidikan (studi kasus di polresta bandar lampung) ? Pendekatan yang digunakan dalam penulisan skripsi ini guna membahas permasalahan yang penulisan ajukan dalam penelitian ini yaitu pendekatan yuridis normatif dan dilengkapi dengan pendekatan yuridis empiris sebagai data lengkap guna memperoleh suatu hasil penelitian yang bener dan objektif. Adapun jenis dan sumber data primer dan sekunder. Metode pengumpulan data 13 Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum

  dikemukakan di atas, maka permasalahan yang akan dibahas oleh penulis dalam penulisan skripsi ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

  14 Berdasarkan latar belakang yang telah

  mendefinisikan tindak pidana adalah kelakuan/handeling yang diancam dengan pidana yang bersifat melawan hukum, yang berhubungan dengan kesalahan dan yang dilakukan oleh orang yang mampu bertanggung jawab.

  13 Menurut Simons

  Wirjono Prodjodikoro mengatakan bahwa tindak pidana adalah suatuperbuatan yang pelakunya dapat dikenakan hukum pidana.

  Suatu Tinjauan Sosiologis , (Sinar Baru, Bandung 2001), hlm. 15 10 Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, (Rajawali, Jakarta, 1986) hlm.3 11 Moeljatno, Perbuatan Pidana dan Pertanggungjawaban pidana . (Jogjakarta, 1978), hlm. 54 12 Hari Saherodji, Pokok-Pokok Kriminologi,

  9 Satjipto Rahardjo, Masalah Penegakan Hukum

  pidana diartikan sebagai suatu perbuatan yang melanggarhukum atau dilanggar oleh undang-undang dari beberapa definisi tindak pidanadiketahui pada dasarnya adalah suatu bentuk perbuatan dan tingkah laku yang melanggar hukum dan perundang-undangan lain serta melanggar norma sosial hingga masyarakat menentangnya.

  Menurut Moeljatno tindak pidana merupakansuatu perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum yang disertai tertentu, bagi barangsiapa melanggar larangantersebut.

   Pengertian Tindak Pidana

  10 2.

11 Secara yuridis tindak

12 Menurut

  yang digunakaan dalam penelitian yaitu studi kepustakaan dan studi lapangan.

II. PEMBAHASAN A. Penegakan Hukum Terhadap Pelaku Tindak Pidana Penipuan Jemaah Umroh Pada Tahap Penyidikan (Studi Kasus di Polresta Bandar Lampung)

  Ada 3 (tiga) tahap penegakan hukum dalam kepolisian yaitu: a.

  Tahap formulasi adalah tahap penegakan hukum pidana in abstracto oleh badan pembentuk undang-undang. Dalam tahap ini pembentukan undang-undang melakukan kegiatan memilih nilai- nilai yang sesuai dengan dan situasi masa kini dan masa yang akan datang, kemudian merumuskannya undangan pidana untuk mencapai hasil perundang-undangan pidana yang paling baik, dalam arti memenuhi syarat keadilan dan daya guna. Tahap ini dapat juga disebut dengan tahap kebijakan legislatif.

  b.

  Tahap aplikasi adalah tahap penegakan hukum pidana (tahap penerapan hukum pidana) oleh aparat-aparat penegakan hukum mulai dari kepolisian, kejaksaan hingga pengadilan.

  c.

  Tahap eksekusi adalah tahap penegakan (pelaksana) hukum pidana secara konkret oleh aparat pelaksana pidana. Dalam tahap ini aparat pelaksana pidana bertugas menegakkan peraturan pidana yang telah dibuat oleh pembentukan undang-undang melaui penerapan pidana yang telah ditetapkan oleh menjalankan tugasnya harus berpedoman kepada peraturan perundang-undangan pidana yang telah dibuat oleh pembentukan undang-undang dan nilai-nilai keadilan serta daya guna. Tahap ini sering juga disebut tahap eksekutif atau administratif. Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak akademisi hukum Universitas Lampung Prof. Dr. Sanusi Husin, dalam proses penyidikan kasus tidak pidana penipuan calon jemaah umroh di Kota Bandar Lampung terdapat 3 tahapan pemeriksaan, peninjauan tempat kejadian perkara, dan penyidikan.

  15 1.

   Pemeriksaan

  Pemeriksaan merupakan dasar penting dalam menyelesaikan suatu tindak pidana. tersangka dan saksi-saksi yang menguatkan suatu laporan dalam suatu tindak pidana. Berdasarkan hasil penelitian, pihak kepolisian telah melakukan pemeriksaan terhadap Mila Yuliana dan Hendri Dunan Pakpahan atas kasus penipuan para calon jemaah umroh terkait laporan korban dan saksi-saksi. Pada kasus ini tidak dilakukan pemanggilan terlebih dahulu oleh pihak kepolisian terhadap para saksi-saksi karena saksi datang bersama korban yang selanjutnya dibuatkan berita acara pemeriksaan selaku saksi.

  15 Wawancara Sanusi Husin, (Bandar Lampung,26 september 2016. Pukul 10.15 WIB)

2. Tempat Kejadian

  B. Penghambat Peninjauan Faktor-Faktor Perkara Kepolisian Dalam Penegakan

  Peninjauan tempat kejadiaan perkara Hukum Tindak Pidana dilakukan setelah adanya keterangan kuat Penipuan Calon Jemaah Umroh dari saksi-saksi dan pengakuan dari Pada Tahap Penyudukan (Studi tersangka. Peninjauan tempat kejadian Kasus di Polresta Bandar perkara ini terkait dengan lokasi dimana Lampung). tersangka melakukan tindak pidana 1.

  Faktor Aparat Penegak Hukum penipuan kepada para calon jemaah

  17

  umroh yang dilakukan oleh tersangka. . Menurut Brigpol Irhamsyah Abror , kurangnya koordinasi antar pihak kepolisian membuat informasi yang 3.

   Penyidikan

16 Menurut hasil wawancara dengan Ismail didapatkan aparat kepolisian saling

  Haryanto selaku penyidik di Poltabes tumpang tindih. Padahal informasi dari Kota Bandar Lampung, pengungkapan para korban dan saksi memiliki andil pelaku tindak pidana penipuan calon yang sangat besar pada tahap penyidikan. jemaah umroh di Kota Bandar Lampung Atas dasar hal tersebut pula kepercayaan dapat ditempuh polisi dengan cara: masyarakat Kota Bandar Lampung a. terhadap para penegak hukum juga laporan informasi tindak pidana penipuan dari masyarakat; semakin rendah. Namun pada tindak penunjukan penyelidikan kasus dan Kota Bandar Lampung pada tahap penangkapan kepada anggota penyidikan, faktor penghambat lebih kepolisian yang memiliki cenderung karena kurangnya koordinasi kompetensi pada bidangnya; antar aparat penegak hukum.

  c. oleh anggota 2. penyelidikan Faktor Keabsahan Biro Perjalanan kepolisian untuk mengungkap Biro jasa yang melayani penyelenggaraan dentitas pelaku dan melakukan perjalanan haji atau umroh juga harus pemeriksaan kebenaran laporan selalu diawasi secara ketat oleh penipuan calon jemaah umroh Pemerintah melalui kementerian terkait. melalui identifikasi kebenaran; Pada saat ini semakin banyak biro jasa

  d. aparat kepolisian yang menawarkan kemudahan- kerjasama dengan dinas terkait seperti kantor kemudahan dalam penyelenggaraan haji imigrasi untuk mengetahui dan umroh yang tidak memiliki legalitas informasi paspor dan keabsahan yang jelas dan terdaftar secara resmi. Hal biro perjalanan para calon jemaah ini menjadi celah bagi para pelaku tindak umroh serta pihak kelurahan kriminal penyelenggaraan haji dan umroh domisili tersangka. 17 16 Wawancara dengan Irhamsyah Abror selaku penyidik Poltabes Bandar Lampung 14 September

  wawancara dengan Ismail Haryanto selaku penyidik di Poltabes kota Bandar Lampung, 2016. di Kota Bandar Lampung. Pendataan secara terperinci dan koordinasi antara Dinas terkait dengan pihak kepolisian dapat menjadi solusi yang cukup baik untuk meminimalisir tindak pidana penipuan kepada para calon jemaah umroh di Kota Bandar Lampung.

  3. Keserasian Lembaga atau Kantor Terkait

  Menurut Aiptu Ismail Haryanto, koordinasi antara aparat kepolisian dengan pihak kantor imigrasi masih kurang terjalin dengan baik. Hal ini membuat penerbitan paspor dan segala bentuk perizinan para calon jemaah haji/ umroh sering disalahgunakan oleh para pelaku tindak pidana penipuan calon jemaah umroh khususnya di Kota Bandar Lampung. Menurut Prof. Dr.Sanusi Husin. faktor pada tindak pidana sebagai berikut:

  1. Faktor kebudayaan Faktor kebudayaan yang sebenarnya bersatu padu dengan factor masyarakat, karena didalamnya diketengahkan masalah system nilai-nilai yang menjadi inti dari kebudayaan spiritual atau non materiel. Menurut Prof. Dr. Sanusi Husin, masyarakat Indonesia khususnya Kota Bandar Lampung memiliki budaya yang sebenarnya kurang baik untuk dilakukan yaitu selalu mengikuti kegiatan/tindakan dan informasi yang diikuti oleh kerabat atau orang yang dikenalnya tanpa mengetahui secara rinci apa yang dilakukan oleh orang sebelumnya.

  2. Faktor sarana atau fasilitas. Dengan dukungan sarana dan fasilitas yang memadai penegakan hukum akan dapat terlaksana dengan baik. Sarana dan fasilitas yang dimaksud, antara lain, baik, peralatan yang mumpuni, dan sumber dana yang memadai. Bila sarana dan fasilitas tersebutdapat dipenuhi maka penegakan hukum akan berjalan maksimal.

  III. PENUTUP A. Simpulan

  Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka kesimpulan dalam penelitian ini adalah: 1)

  Penegakan hukum terhadap pelaku tindak pidana penipuan calon jemaah umroh di Kota Bandar Lampung pada tahap penyidikan dilakukan melalui 3 tahapan yaitu pemeriksaan, peninjauan tempat kejadian perkara, dan penyidikan. Pemeriksaan dilakukan kepada calon tersangka dan saksi-saksi yang menguatkan suatu Peninjauan tempat kejadiaan perkara dilakukan setelah adanya keterangan kuat dari saksi-saksi dan pengakuan dari tersangka. Penyidikan dilakukan setelah barang-barang bukti ditemukan oleh aparat kepolisian. Setelah barang bukti baik berupa uang maupun kwitansi ditemukan maka dilakukan introgasi kepada saksi-saksi terkait laporan tindak pidana. Penegakan hukum tindak pidanadengan menggunakan jalur penal atau upaya reprensif dilakukan untuk memperkecil ruang gerak pelaku tindak pidana penipuan calon jemaah umroh serta kesempatan tejadinya kejahatan. Adapun 3 (tiga) tahap dalam penegakan hukum yaitu: a) tahap formulasi adalah tahap penegakan hukum pidana in abstracto oleh badan pembentukan undang- tahap kebijakan legislatif. b) tahap aplikasi adalah tahap penegakan hukum pidana( tahap penerapan hukum pidana) oleh aparat-aparat penegakan hukum mulai dari kepolisian, kejaksaan hingga pengadilan, tahap ini sering disebut juga tahap kebijakan yudikatif. c) tahap eksekusi adalah tahap penegakan (pelaksanaan) hukum pidana secara konkret oleh aparat pelaksana pidana, tahap ini sering disebut juga tahap kebijakan eksekutif atau administratif. 2)

  Proses penegakan hukum sebagai upaya penanggulangan terhadap tindak pidana tidak terlepas dari faktor penghambat dalam upaya penegakan hukum pidana terutama terhadap calon jemaah umroh. Faktor a.

  Koordinasi aparat penegak hukum itu sendiri penegak hukum mempunyai peran yang penting dalam penegakan hukum itu sendiri, prilaku dan tingkahlaku aparat pun seharusnya mencerminkan suatu kepribadian yang dapat menjadi teladan bagi masyarakat dalam kehidupan sehari- hari. Aparat penegak hukum yang profesional adalah mereka yang dapat berdedikasi tinggi pada profesi sebagai aparat hukum, dengan demikian seorang aparat penegak hukum akan dapat melaksanakan tugas dan kewenangannya sebagai seorang penegak hukum dengan baik.

  b.

  Keabsahan biro perjalanan umroh Keabsahan berlakunya hukum dari segi peraturannya barulah merupakan satu segi, bukan merupakan satu-satunya penilaian.

  c.

  Keserasian antara aparat hukum dan pihak imigrasi Keserasian antara aparat hukum dan pihak imigrasi sangatlah dibutuhkan, untuk mencegah terjadinya penipuan. Sehingga perluu ditingkatkan keserasian antara aparat hukum dengan pihak migrasi.

  d.

  Faktor kebudayaan Berdasarkan konsep kebudayaan sehari- hari, orang begitu sering membicarakan tentang kebudayaan. Dengan demikian kebudayaan adalah suatu garis pokok tentang perikelakuan yang menetapkan peraturan mengenai apa yang harus dilakukan dan apa yang dilarang.

  e.

  Faktor sarana dan fasilitas Dengan dukungan sarana dan fasilits yang terlaksana dengan baik.

  B. SARAN

  Berdasarkan kesimpulan maka yang menjadi saran penulis adalah: a.

  Masyarakat harus meneliti informasi seputar penyelenggaraan ibadah umroh yang diketahui terlebih dahulu baik dari orang maupun perusahan b.

  Ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh pemerintah, khususnya Poltabes Bandar Lampung dan pihak Kementerian Agama cabang Provinsi Lampung yaitu melakukan koordinasi, legalisasi dan pendataan Yayasan Penyalur Ibadah Haji dan Umroh untuk meminimalisir tindak pidana penipuan calon jemaah umroh di Kota Bandar Lampung c. Pihak kepolisian harus selalu berkoordinasi dalam melakukan proses penyidikan terhadap laporan kasus yang sedang dalam tahap penyidikan.

DAFTAR PUSTAKA

  Penelitian Hukum . Jakarta: UI Press.

  Wawancara dengan Irhamsyah Abror selaku penyidik Poltabes Bandar Lampung 14 September 2016.

  Pukul 10.15 WIB) Wawancara dengan Ismail Haryanto selaku penyidik di Poltabes kota Bandar Lampung, Tanggal 14 September 2016.

  Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji wikipedia, pengertian umraah Wawancara Sanusi Husin, (Bandar Lampung,26 september 2016.

  Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

  Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)

  Kriminologi , Bandung: Aksara Baru.

  Saherodji, Hari. 1980. Pokok-Pokok

  Andrisman,Tri. 2011. Delik Tertentu

  dalam KUHP . Bandar

  Kriminologi . Bandung: Aksara Baru.

  , Bandung: Sinar Baru. Soehandi. 2006. Pokok-pokok

  Suatu Tinjauan Sosiologis

  Bandung: Eresco. Raharjo, Satjipto Rahardjo. 2001.

  Hukum Pidana di Indonesia .

  Jogjakarta: Bina Aksara. Prodjodikoro, Wirjono. 1986. Asas-Asas

  Moeljatno, 1978. Perbuatan Pidana dan Pertanggungjawaban pidana .

  Lampung:Universitas Lampung

  Soekanto, Soerjono 1986. Pengantar

Dokumen yang terkait

PENGAWASAN DINAS PERHUBUNGAN PROVINSI LAMPUNG TERHADAP KENAIKKAN TARIF ANGKUTAN PERUSAHAAN OTOBUS

0 0 10

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN STUDI BANDING DPRD KOTA BANDAR LAMPUNG DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH Yohanes Hendrico Tomson, Nurmayani, S.H., M.H., Satria Prayoga, S.H.,M.H. BAGIAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG ABSTRA

0 0 9

PEMBERLAKUAN PENGHAPUSAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG MEWAH (PPnBM) TERHADAP MOBIL MURAH RAMAH LINGKUNGAN DI BANDAR LAMPUNG Sanggam R Simanullang, Nurmayani., S.H., M.H., Marlia Eka Putri., S.H., M.H. Jurusan Hukum Administrasi Negara, Fakultas Hukum Un

0 0 12

PENGAWASAN OLEH BPPLH KOTA BANDAR LAMPUNG TERHADAP PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DALAM PROGRAM PENILAIAN PERINGKAT KINERJA PERUSAHAAN DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (PROPER) Adi Pangestu, Elman Eddy Patra, dan Satria Prayoga Program Studi Hukum Administra

0 3 9

PENINDAKLANJUTAN CONTACT CENTER 110 SEBAGAI WUJUD PELAYANAN PUBLIK POLRI (Studi pada Kepolisian Resor Kota Bandar Lampung)

0 0 15

PENERAPAN SANKSI ADMINISTRATIF TERHADAP PEGAWAI NEGERI SIPIL YANG MELAKUKAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI KOTA BANDAR LAMPUNG

1 1 10

PERAN DINAS PERTAMBANGAN DALAM PENGAWASAN TERHADAP PRAKTEK PENAMBANGAN BATU AKIK DI KECAMATAN TANJUNG BINTANG LAMPUNG SELATAN

0 0 14

KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP RETRIBUSI PELAYANAN KAPAL DI PELABUHAN PETI KEMAS PELINDO II CABANG PANJANG

1 1 16

UPAYA PENANGGULANGAN TERHADAP TINDAK PIDANA PENDANAAN TERORISME (Studi di Wilayah Kepolisian Daerah Lampung)

1 17 11

PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PENTRANSMISIAN MUATAN PENGHINAAN (Studi Putusan Nomor: 354/Pid.Sus/2016/PN JKT.SEL)

0 0 13