Dampak sosial ekonomi pengembangan jeruk
Jurnal Agrisistem, Juni 2013, Vol. 9 No.1
ISSN 2089-0036
DAMPAK SOSIAL EKONOMI PENGEMBANGAN JERUK KEPROK
SELAYAR (STUDI KASUS DI KELURAHAN BONTOLANGKASA,
KECAMATAN BISSAPPU, KABUPATEN BANTAENG)
The social and economic impact in the development of citrus farming keprok
selayar (case study in Bontolangkasa Village, Bisappu District, Bantaeng
Regency)
Sudirman, H dan Basri, A
Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Gowa
*
E-mail: [email protected]
ABSTRAK
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dampak sosial dan ekonomi dalam
pengembangan usahatani jeruk Keprok Selayar. Responden ditentukan secara Simple
Random Sampling sebanyak 30 Orang dari jumlah populasi. Data dianalisis secara
deskriptif kualitatif dan kuantitatif yang diperoleh dari responden dengan wawancara
langsung atau menggunakan daftar pertanyaan kuisioner. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa dampak sosial yang terjadi setelah pengembangan usahatani jeruk Keprok Selayar
adalah adanya penyerapan tenaga kerja, peningkatan pengetahuan petani dalam hal
penyiangan, pemupukan, pemangkasan, pengendalian hama dan penyakit serta panen dan
pasca panen. Dampak ekonomi pengembangan jeruk Keprok Selayar adalah sebagian besar
petani mengalami peningkatan pendapatan rata-rata sebesar Rp 4.564.400,- sehingga
meningkatkan kesejahteraan dan mampu membayar pajak bumi dan bangunan.
Kata kunci : Dampak sosial, dampak ekonomi dan jeruk Keprok Selayar
ABSTRACT
The research objective was to determine the social and economic impact in the
development of citrus farming Keprok Selayar.Respondens determined by simple random
sampling as many as 30 people of the total population. Data were analyzed by descriptive
and qualitative analysis obtained from the respondents as direct interviews using
questionnaires or questioner. Hasilpenelitian shows that the social impacts that occur after
the development of farming jerok Keprok Selayar is the employment, increasing farmers'
knowledge in terms of weeding, fertilizing, pruning, pest and disease control, and
harvesting and post-harvest. The economic impact is the development of citrus Tangerines
Selayar most farmers have increased revenue average Rp 4.564.400,-, increased welfare
payments and an increase in property tax.
Keywords: Social impact, economic impact and oranges Tangerines Selayar
77
Jurnal Agrisistem, Juni 2013, Vol. 9 No.1
PENDAHULUAN
Buah jeruk merupakan salah satu jenis
buah yang paling banyak digemari oleh
masyarakat. Konsumsi jeruk dalam negeri
tahun 2010 adalah 2.355.500 tom atau
meningkat 1,5 kali dibanding konsumsi
tahun 2004 yaitu sebesar 1.570.333 ton
(Suryani dkk., 2005) Terdapatnya
kecenderungan kekurangan produksi
dibandingkan konsumsi jeruk di Indonesia
merupakan peluang bagi pelaku agribisnis
disektor ini (Lesmana, 2009).
Pada saat ini sebagian besar petani buah
menyadari bahwa komoditas buah jeruk
dapat mempengaruhi sosial ekonomi
masyarakat, baik dari segi peningkatan
taraf hidup, terutama peningkatan
pendapatan dan peningkatan kesejahteraan
keluarga. Disamping itu buah jeruk
banyak mengandung vitamin, terutama
vitamin A dan C.
Jeruk keprok selama kurun waktu 20052009 mencapai produksi 504.063 ton atau
sekitar 100.813 ton tahun-1 dengan nilai
mencapai US 80.569.300 (BPS, 2010).
Jeruk keprok sampai saat ini mempunyai
nilai ekonomi pada masyarakat luas di
Indonesia dan mempunyai nilai komersial
yang tinggi. Disamping itu, bibit jeruk
juga mudah diperoleh. Sedangkan kulit
buahnya mudah dikupas, serat cukup
halus, air banyak, manis dan segar, bijinya
sedikit dan kecil.
Beberapa jenis jeruk keprok yang sampai
sekarang masih diusahakan petani secara
besar-besaran adalah: jenis Keprok Siam,
Keprok Garut, Keprok Punten, Keprok
Tejakula, Keprok Madura, dan Keprok
Selayar yang sementara dikembangkan di
Kabupaten Bantaeng. Jenis jeruk keprok
ini mampu berbuah beberapa kali dalam
setahun. Setiap sesudah musim kering,
tanaman ini selalu membentuk cabangcabang baru dan berbunga, sehingga
produksi dapat dijamin tersedia di pasar
buah.
78
ISSN 2089-0036
Hasil lain dari buah jeruk di negara-negara
maju seperti Amerika Serikat, adalah
pemanfaatan limbah buah jeruk berupa
kulit luar, kulit dalam dan biji. Limbah
buah jeruk tersebut setelah diteliti dan
dikaji ternyata dapat menghasilkan hasil
ikutan yang mempunyai nilai ekonomi
yang tinggi berupa produk-produk baru
seperti: gula tetes (molases) atau sirup,
alkohol, minyak dari kulitnya, minyak
dari bijinya, pektin untuk pembuatan jelly,
dan makanan ternak sesudah melalui
pengeringan. Sedangkan minyak dari kulit
buah jeruk ini banyak di pergunakan
sebagai: minyak goreng, bahan sabun
wangi, pengharum minuman dan sebagai
aroma campuran kue-kue dan ice cream.
Ditinjau dari segi manfaatnya, buah jeruk
merupakan buah-buahan utama yang
sangat dibutuhkan. Mengingat jumlah
penduduk yang terus bertambah seiring
dengan meningkatnya permintaan akan
buah, maka budidaya jeruk Keprok
Selayar mempunyai prospek yang
potensial.
Kelurahan Bontolangkasa Kecamatan
Bissappu Kabupaten Bantaeng sebagai
salah satu kelurahan penghasil jeruk
Keprok Selayar dan merupakan komoditi
andalan daerah tersebut. Sehubungan
dengan itu maka peneliti mengambil
kelurahan ini sebagai obyek penelitian.
Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui
dampak
pengembangan
usahatani jeruk Keprok Selayar yang
ditimbulkan berupa dampak sosial dan
dampak
ekonomi
serta
besarnya
peningkatan pendapatan.
BAHAN DAN METODE
Penelitian dilaksanakan di Kelurahan
Bontolangkasa
Kecamatan
Bissappu
Kabupaten Bantaeng. Pemilihan lokasi
penelitian didasarkan pada pertimbangan,
wilayah ini terdapat banyak petani yang
mengembangkan usahatani jeruk Keprok
Jurnal Agrisistem, Juni 2013, Vol. 9 No.1
Selayar. Penelitian dilaksanakan pada
bulan April sampai Mei 2013.
Populasi
penelitian
adalah
petani
pengembangan
usahatani
jeruk.
Responden ditentukan secara Simple
Random Sampling sebanyak 30 orang dari
jumlah populasi 298 orang. Metode
penelitian yang digunakan adalah metode
survei, data yang dikumpulkan adalah data
primer dan sekunder. Data primer
diperoleh melalui wawancara langsung
dengan petani jeruk Keprok Selayar
dengan
menggunakan
kuisioner
sedangkan data sekunder diperoleh dari
Dinas Pertanian dan Badan Pelaksana
Penyuluhan
Pertanian
Kabupaten
Bantaeng yang mendukung penelitian ini.
Analisis Data
Data dianalisis secara deskriptif kualitatif
yang diperoleh dari responden melalui
wawancara
langsung
dengan
menggunakan daftar pertanyaan kuisioner
untuk mengetahui dampak sosialnya.
1. Untuk mengetahui dampak ekonomi
digunakan rumus:
π = TR – TC
Dimana:
π = Pendapatan
TR = Total
Revenue
Penerimaan)
TC = Total Cost (Total Biaya)
(Total
2. Untuk
mengetahui
peningkatan
pendapatan dalam pengembangan jeruk
Keprok Selayar, maka digunakan
rumus
B/C
ratio
(Soekartawi
dkk.,1995), sebagai berikut:
B/C
TR
TC
ISSN 2089-0036
Kriteria:
B/C > 1, berarti usahatani jeruk Keprok
Selayar yang layak dilanjutkan.
B/C = 1, berarti usahatani jeruk Keprok
Selayar impas (seimbang)
B/C < 1, berarti usahatani jeruk Keprok
Selayar tidak layak dilanjutkan
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Dampak
Sosial
Usahatani Jeruk
Pengembangan
1. Penyerapan Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan faktor terpenting
dalam usahatani ataupun pemenuhan
dalam kebutuhan rumah tangga, petani
dan anggota keluarganya. Faktor tenaga
kerja merupakan unsur penentu dalam
usahatani, demikian pula usahatani
komersial seperti di negara-negara maju.
Tenaga kerja keluarga pada saat kritis
menunjukkan peranan yang menentukan,
artinya tenaga kerja keluarga dibutuhkan
atau menentukan pada saat dilakukan
pembinaan usaha atau keadaan kritis
dalam usahatani.
Perbedaan penggunaan tenaga kerja
setelah adanya pengembangan jeruk
Keprok Selayar dapat dilihat pada Tabel
1. Tabel 1, menunjukkan bahwa setelah
pengembangan jeruk keprok jumlah
tenaga kerja yang dilibatkan dalam
kegiatan usahatani meningkat. Data
menunjukkan dari 30 responden, terdapat
19 orang (63,33%) yang meningkat
penggunaan tenaga kerjanya. Hal ini
menunjukkan bahwa pengembangan jeruk
keprok berdampak terhadap peningkatan
penyerapan tenaga kerja. Sedangkan
perbedaan waktu yang dibutuhkan dalam
satu hari kerja setelah pengembangan
jeruk Keprok Selayar dapat dilihat pada
Tabel 2.
79
Jurnal Agrisistem, Juni 2013, Vol. 9 No.1
ISSN 2089-0036
Tabel 1. Jumlah dan persentase petani responden berdasarkan penggunaan tenaga kerja
setelah pengembangan jeruk Keprok Selayar di Kelurahan Bontolangkasa
Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng
Penggunaan Tenaga Kerja
Jumlah (orang)
Persentase (%)
Meningkat
Tidak Meningkat
19
11
63,33
36,67
Jumlah
30
100,00
Sumber: Data primer setelah diolah, 2013.
Tabel 2. Jumlah dan persentase petani responden berdasarkan waktu kerja dalam sehari
setelah pengembangan jeruk Keprok Selayar di Kelurahan Bontolangkasa
Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng
Waktu Kerja
Sehari
Setelah Pengembangan
Jumlah (orang)
Persentase (%)
> 6 Jam
4
13,33
6 Jam
26
86,67
Jumlah
30
100,00
Sumber: Data primer setelah diolah, 2013.
Tabel 2, dapat diketahui bahwa setelah
pengembangan jeruk keprok, sebagian
besar responden (86,67%) memiliki waktu
kerja lebih singkat (6 jam sehari). Hal ini
memberi
peluang
bagi
mereka
memanfaatkan waktu luangnya untuk
istirahat atau kegiatan produktif lainnya.
Jam kerja tersebut berkurang karena
terjadinya peralihan usahatani dari
usahatani jagung menjadi usahatani jeruk,
dimana usahatani jagung bersifat musiman
sehingga menggunakan waktu kerja secara
kontinyu, sedangkan usahatani jeruk
hanya menggunakan waktu kerja pada
waktu-waktu
tertentu.
Adapun
penggunaan
tenaga
kerja
setelah
pengembangan jeruk Keprok Selayar
dapat dilihat pada Tabel 3.
80
Sebelum Pengembangan
Jumlah (orang)
30
30
Persentase (%)
100,00
100,00
Tabel 3, diketahui bahwa sebelum
pengembangan jeruk Keprok Selayar,
seluruh responden hanya menggunakan
tenaga kerja dari dalam keluarga, tetapi
setelah pengembangan jeruk keprok
sebagian
dari
responden
(40%)
memanfaatkan tenaga kerja dari luar
keluarga. Hal ini berarti bahwa
pengembangan jeruk keprok berdampak
kepada penciptaan kesempatan kerja bagi
petani lainnya.
2. Pengetahuan Petani
Pengetahuan pada umumnya akan
mempengaruhi cara berpikir petani.
Pengetahuan
yang
relatif
tinggi
menyebabkan petani lebih dinamis.
Pengetahuan petani dapat diperoleh dari
dua sumber yaitu formal dan non formal.
Jurnal Agrisistem, Juni 2013, Vol. 9 No.1
ISSN 2089-0036
Pengetahuan membaca dan menulis dapat
digunakan petani untuk membuat catatan
tentang usahataninya dan memperoleh
informasi tentang cara pengembangan
usahataninya.
2.1. Penanaman
Kegiatan penanaman bukan hanya dengan
cara menanam dalam lahan yang telah
siap, tetapi perlu kehati-hatian karena
sering terjadi jika dilakukan oleh tenaga
kerja yang tidak terampil, maka benih
yang ditanam tersebut akarnya patah atau
juga cara menanamnya tidak beraturan
jaraknya
Tabel 4 menunjukkan seluruh responden
(100%) telah meningkat pengetahuannya
tentang cara bercocok tanam jeruk Keprok
Selayar. Sebelum menanam, lubang harus
diisi dengan pupuk organik ± 20 kg
lubang-1, pemberian pupuk organik
minimal 2 minggu sebelum tanam.
Lubang tanam yang sudah ditutup dengan
pupuk organik dibuat lubang tanam yang
kira-kira lebar dan dalamnya agak besar
dari ukuran polybag. Polybag lalu
dimasukkan ke dalam lubang sedalam
dengan leher akar atau setinggi
pertumbuhan polybag, kemudian disiram
untuk memadatkan tanah dan menghindari
kekeringan. Peningkatan pengetahuan ini
dapat
berdampak
pula
terhadap
penyebaran pengetahuan kepada petani
lainnya di Kelurahan Bontolangkasa
Tabel 3. Jumlah dan persentase petani responden berdasarkan sumber tenaga kerja setelah
pengembangan jeruk Keprok Selayar di Kelurahan Bontolangkasa Kecamatan
Bissappu Kabupaten Bantaeng
Setelah Pengembangan
Sebelum Pengembangan
Jumlah
(orang)
18
Persentase
(%)
60,00
Jumlah
(orang)
30
Persentase
(%)
100,00
12
40,00
-
-
30
100,00
30
100,00
Sumber Tenaga Kerja
Dalam Keluarga
Dalam keluara dan di
luar Keluarga
Jumlah
Sumber: Data primer setelah diolah, 2013.
Tabel 4. Jumlah dan persentase petani responden berdasarkan peningkatan pengetahuan
setelah pengembangan jeruk Keprok Selayar di Kelurahan Bontolangkasa
Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng
Peningkatan Pengetahuan Cara Menanam
Meningkat
Tidak Meningkat
Jumlah
Jumlah (orang)
Persentase (%)
30
30
100,00
100,00
Sumber: Data primer setelah diolah, 2013.
81
Jurnal Agrisistem, Juni 2013, Vol. 9 No.1
ISSN 2089-0036
2.2. Penyiangan
2.3. Pemupukan
Kegiatan penyiangan dilakukan untuk
menghilangkan gulma yang tumbuh
disekeliling tanaman jeruk, kegiatan
penyiangan
dilakukan
dengan
mengerahkan seluruh tenaga kerja baik
dari dalam keluarga maupun di luar
keluarga.
Perbedaan
dalam
hal
penyiangan tanaman setelah adanya
pengembangan jeruk Keprok Selayar
dapat dilihat pada Tabel 5.
Kegiatan pemupukan bertujuan untuk
meningkatkan
pertumbuhan
dan
perkembangan tanaman jeruk serta untuk
meningkatkan
produksinya
dengan
memperhatikan
cara
pemupukan,
misalnya: waktu, dosis dan jenis yang
sesuai anjuran.
Tepat waktu artinya ditentukan oleh
musim dan jenis tanaman. Pupuk yang
sukar larut dalam air sebaiknya diberikan
pada saat memasuki musim hujan. Tepat
dosis artinya memperhatikan keadaan
tanah yang akan di pupuk dalam
hubungannya dengan kebutuhan tanaman
akan penggunaan unsur hara. Tepat jenis
artinya mengetahui jenis tanaman dan cara
pemberiannya. Kegiatan pemupukan tidak
melibatkan terlalu banyak tenaga kerja
dan dikerjakan oleh tenaga kerja laki-laki
dan anak-anak. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Tabel 6.
Tabel 5 menunjukkan 25 orang (83,33%)
responden menyatakan ada peningkatan
cara penyiangan setelah pengembangan
jeruk keprok dalam hal pembersihan
gulma dan sanitasi lahan untuk
menghindari serangan hama dan penyakit,
sebelum pengembangan jeruk keprok
tidak dilakukan.
Tabel 5. Jumlah dan persentase petani responden berdasarkan cara penyiangan setelah
pengembangan jeruk Keprok Selayar
Cara Penyiangan
Jumlah ( orang )
Persentase (%)
Meningkat
25
83,33
Tidak Meningkat
5
16,67
Jumlah
30
100,00
Sumber: Data primer setelah diolah, 2013.
Tabel 6. Jumlah dan persentase petani responden berdasarkan perbedaan pemupukan
setelah pengembangan jeruk Keprok Selayar di Kelurahan Bontolangkasa
Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng
Perbedaan Pemupukan
Jumlah (orang )
Persentase (%)
Meningkat
Tidak Meningkat
Jumlah
23
7
30
76,67
23,33
100,00
Sumber: Data primer setelah diolah, 2013.
82
Jurnal Agrisistem, Juni 2013, Vol. 9 No.1
ISSN 2089-0036
Tabel 6 menunjukkan pengembangan
jeruk Keprok Selayar berdampak terhadap
cara pemupukan yang dilakukan oleh
petani, 23 orang (76,67%) responden
melakukan pemupukan dengan cara yang
lebih baik setelah pengembangan jeruk
Keprok Selayar.
pengetahuan tentang cara pemangkasan.
Pemangkasan dilakukan pada tanaman
yang rimbun sehingga sinar matahari
dapat menembus ke dalam tajuk pohon,
cabang atau ranting yang sakit, tunastunas yang tumbuh di bawah okulasi atau
sambungan, cabang liar dan cabang air.
2.4. Pemangkasan
2.5. Pengendalian Hama dan Penyakit
Pemangkasan
tanaman
bertujuan
pembentukan cabang produktif pada
tanaman dengan maksud penggunaan
unsur hara yang terserap sebagian besar
lebih mengarah kepada pertumbuhan
generatif agar produksi yang dihasilkan
meningkat. Tujuan pemangkasan pada
umumnya
telah
diketahui
petani
responden melalui PPL, kelompok tani
dan petani pengalaman. Pemahaman
responden tentang pemangkasan dapat
dilihat pada Tabel 7
Kegiatan pemberantasan hama dan
penyakit termasuk salah satu kegiatan
yang terpenting dalam suatu kegiatan
usahatani, oleh karena kegiatan ini turut
menentukan hasil produksi yang akan
dicapai. Kegiatan ini tidak membutuhkan
terlalu banyak tenaga kerja, lebih jelasnya
dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8 menunjukkan seluruh responden
petani (100,00 %) mengetahui cara-cara
pengendalian hama dan penyakit setelah
pengembangan jeruk Keprok Selayar
dalam hal cara, waktu, dan dosis pestisida
yang digunakan.
Tabel 7 menunjukkan seluruh responden
(100,00%)
mengalami
peningkatan
Tabel 7. Jumlah dan persentase petani responden berdasarkan pengetahuan pemangkasan
setelah pengembangan jeruk Keprok Selayar di Kelurahan Bontolangkasa
Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng
Pengetahuan Pemangkasan
Jumlah (orang)
Meningkat
Tidak Meningkat
Jumlah
Sumber: Data primer setelah diolah, 2013.
30
30
Persentase (%)
100,00
100,00
83
Jurnal Agrisistem, Juni 2013, Vol. 9 No.1
ISSN 2089-0036
Tabel 8. Jumlah dan persentase petani responden berdasarkan perbedaan pengendalian
hama dan penyakit setelah pengembangan jeruk Keprok Selayar di Kelurahan
Bontolangkasa Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng
Perbedaan Pengendalian Hama dan
Penyakit
Meningkat
Tidak Meningkat
Jumlah
Jumlah (orang)
Persentase (%)
30
100,00
-
-
30
100,00
Sumber: Data primer setelah diolah, 2013.
2.6. Panen dan Pasca Panen
Kegiatan panen merupakan saat yang
paling dinantikan oleh petani dan
keluarganya, bahkan terkadang pada
kegiatan ini diadakan pesta syukuran
bahwa apa yang selama ini diusahakan
dapat dinikmati hasilnya.
Kegiatan panen, jumlah tenaga kerja
yang dilibatkan biasanya lebih banyak
dari kegiatan-kegiatan lainnya, sehingga
tenaga kerja keluarga tidak mencukupi
olehnya itu petani menggunakan tenaga
kerja diluar
keluarga.
Tabel
9
menunjukkan sebelum pengembangan
jeruk keprok, seluruh responden hanya
melibatkan tenaga kerja keluarga dalam
kegiatan panen dan pasca penen. Namun
setelah pengembangan jeruk keprok
sebagian
responden
(40%)
juga
melibatkan tenaga kerja di luar keluarga
dalam kegiatan panen dan pasca panen,
sehingga akan berdampak terhadap
peningkatan pendapatan petani lainnya.
B. Dampak Ekonomi
1. Pendapatan
Berdasarkan hasil wawancara dengan
petani responden tentang dampak
ekonomi pengembangan jeruk Keprok
Selayar, diketahui bahwa pengembangan
jeruk keprok berdampak terhadap
84
pendapat petani. Untuk lebih jelasnya
dapat di;ihat pada Tabel 10.
Tabel 10 menunjukkan pengembangan
jeruk Keprok Selayar sangat berdampak
terhadap pendapatan petani. Hal ini dapat
dilihat bahwa 24 responden (80%)
mengalami peningkatan pendapatan
setelah pengembangan jeruk Keprok
Selayar.
Pengembangan jeruk Keprok Selayar
umumnya
dirasakan
oleh
petani
responden tentang dampak positifnya
terutama dalam peningkatan taraf hidup
masyarakat. Pendapatan yang diterima
seorang petani dalam satu tahun berbeda
dengan pendapatan yang diterima dengan
petani lain, bahkan seorang petani yang
berusahatani dengan luas lahan yang
sama sekalipun dari tahun ke tahun tidak
akan sama, hal ini ditunjukkan bahwa
dengan menanam jeruk Keprok Selayar,
petani mampu mengembangkan lahan
secara optimal dibandingkan dengan
petani yang tidak menanam jeruk keprok.
Hal ini dapat dilihat pada perbedaan
pendapatan antara sebelum menanam
jeruk keprok dengan setelah menanam,
yaitu Rp 2.107.000,- sebelum menanam
jeruk Keprok Selayar dan Rp 4.564.900,
setelah menanam jeruk Keprok Selayar
atau meningkat sebesar 38,63%.
Jurnal Agrisistem, Juni 2013, Vol. 9 No.1
ISSN 2089-0036
Tabel 9. Jumlah dan persentase petani responden berdasarkan sumber tenaga kerja setelah
pengembangan jeruk keprok
Sumber Tenaga Kerja
Setelah Pengembangan
Jumlah
Persentase
(orang )
(%)
Sebelum Pengembangan
Jumlah
Persentase
(orang)
(%)
Dalam Keluarga
18
60,00
30
100,00
Dalam keluarga dan di
luar Keluarga
12
40,00
-
-
Jumlah
30
100,00
30
100,00
Sumber: Data primer setelah diolah, 2013.
Tabel 10. Jumlah dan persentase petani responden berdasarkan perbedaan pendapatan
setelah pengembangan jeruk Keprok Selayar di Kelurahan Bontolangkasa
Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng
Perbedaan Pendapatan
Jumlah (orang)
Persentase (%)
Meningkat
24
80,00
Tidak Meningkat
6
20,00
Jumlah
30
100,00
Sumber: Data primer setelah diolah, 2013.
Tabel 11. Jumlah dan persentase petani responden berdasarkan kesejahteraan setelah
pengembangan jeruk Keprok Selayar di Kelurahan Bontolangkasa Kecamatan
Bissappu Kabupaten Bantaeng
Kesejahteraan
Jumlah (orang)
Meningkat
23
Tidak Meningkat
7
Jumlah
30
Sumber: Data primer setelah diolah, 2013.
2. Kesejahteraan
Tingkat kesejahteraan yang dimiliki
seseorang berbeda-beda, tergantung dari
jenis
kebutuhan.
Kesejahteraan
merupakan suatu tata kehidupan dan
penghidupan
yang
diliputi
rasa
keselamatan dan ketenteraman baik secara
Persentase (%)
76,67
23,33
100,00
material dan spiritual, sehingga dapat
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Adapun kesejahteraan yang dirasakan
petani
responden
setelah
adanya
pengembangan jeruk dapat dilihat pada
Tabel 11.
85
Jurnal Agrisistem, Juni 2013, Vol. 9 No.1
Tabel
11
menunjukkan
sebelum
pengembangan jeruk Keprok Selayar
tingkat kesejahteraan petani masih minim,
tetapi setelah pengembangan jeruk keprok
mengalami peningkatan kesejahteraan.
Hal ini dapat dilihat bahwa 23 orang
petani responden (76,67%) mengalami
peningkatan
kesejahteraan
setelah
pengembangan jeruk Keprok Selayar.
3. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
Pajak Bumi dan bangunan merupakan
kewajiban bagi setiap warga negara yang
harus
dibayar,
dimana
penetapan
banyaknya yang harus dibayar tergantung
dari luas lahan yang dimiliki. Pembayaran
PBB setelah pengembangan jeruk Keprok
Selayar mengalami peningkatan. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat dalam Tabel
12.
Berdasarkan Tabel 12, diketahui bahwa
peningkatan pembayaran PBB setelah
pengembangan jeruk keprok meningkat
90,00% dan hanya 3 orang yang
pembayaran PBB-nya tidak meningkat
(10,00%).
ISSN 2089-0036
C. Analisa Pendapatan Usahatani Jeruk
Keprok Selayar
1. Pendapatan
Petani
Pengembangan
Jeruk
Selayar
Sebelum
Keprok
Usahatani yang dikembangkan oleh petani
responden sebelum pengembangan jeruk
Keprok Selayar adalah usahatani jagung.
Pertanaman jagung yang dilakukan
masyarakat pada mulanya hanya berupa
kesadaran sendiri untuk memperoleh
penghasilan
sampingan,
sedangkan
teknologi
yang
diterapkan
masih
sederhana atau hanya mengandalkan
keterampilan (pupuk yang digunakan
hanya berupa pupuk area, SP-36 dan ZA)
sehingga
produksi
masih
rendah.
Sedangkan untuk memperoleh produksi
yang optimum dalam pertanian, tanaman
dalam
proses
pertumbuhannya
memerlukan campur tangan manusia dan
manusia inilah yang seterusnya akan
mengendalikan
dan
menguasai
pertumbuhan tanaman untuk memperoleh
keuntungan. Analisis rata-rata pendapatan
usahatani dalam 2 kali musim tanam
sebelum pengembangan jeruk Keprok
Selayar dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 12. Jumlah dan persentase petani responden berdasarkan peningkatan pembayaran
PBB setelah pengembangan jeruk Keprok Selayar di Kelurahan Bontolangkasa
Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng
Peningkatan Pembayaran PBB
Jumlah (orang)
Persentase (%)
Meningkat
27
90,00
Tidak Meningkat
3
10,00
Jumlah
30
100,00
Sumber: Data Primer setelah diolah, 2013.
86
Jurnal Agrisistem, Juni 2013, Vol. 9 No.1
ISSN 2089-0036
Tabel 13. Analisa pendapatan petani responden sebelum pengembangan jeruk Keprok
Selayar ha-1
No.
1
II.
Uraian
Produksi (kg ha-1)
Biaya-biaya
A. Biaya Variabel
1. Benih (kg)
2. Pupuk :
- Urea (kg)
- SP-36 (kg)
- ZA (kg)
3. Biaya Kerja Upahan :
- Persiapan Lahan
- Pemeliharaan
- Panen + Pasca Panen
B. Biaya Tetap
1. PBB
2. Penyusutan Alat
C. Jumlah Biaya (A + B)
III.
Pendapatan (I – II)
Jumlah Fisik
Harga (Rp)
Nilai (Rp)
4.300
950
50
4.500
225.000
600
200
200
1.200
1.650
1.250
720.000
330.000
250.000
20
10
14
10.000
10.000
10.000
200.000
100.000
140.000
4.085.000
7.500
5.500
1.978.000
2.107.000
Sumber: Data primer setelah diolah, 2013.
Tabel 13 menunjukkan pendapatan
responden usahatani jagung sebelum
pengembangan jeruk Keprok Selayar
adalah sebesar Rp 2.107.000,-. dengan
demikian R/C ratio responden usahatani
jagung dapat diketahui :
R/C ratio = TR/TC
= 4.085.000 / 1.978.000
= 2,06
Karena R/C ratio diperoleh 2,06 > 1, maka
usahatani jagung yang dikembangkan
menguntungkan.
2. Pendapatan
Petani
Usahatani
Setelah
Pengembangan
Jeruk
Keprok Selayar
Dampak perkembangan wilayah usahatani
bertujuan untuk membangun sentra-sentra
produksi tanaman hortikultura, daerah
Kelurahan Bontolangkasa berdasarkan
keadaan dan potensi wilayah cocok
dikembangkan tanaman jeruk Keprok
Selayar. Setelah pengembangan ini
nantinya diharapkan untuk meningkatkan
kesejahteraan petani melalui peningkatan
produksi dan kualitas hasil pengembangan
jeruk Keprok Selayar.
Pelaksanaan setelah pengembangan antara
petani dan pemerintah membentuk sistem
kepedulian dalam bentuk kerjasama
diantaranya penyediaan sarana dan
prasarana berupa (benih, pupuk, dan
pemasaran). Adapun bentuk programnya
adalah
berupa
ekstensifikasi
dan
intensifikasi yang diperuntukkan bagi
tanaman jeruk Keprok Selayar.
Program intensifikasi dimulai dari tahap
pemeliharaan tanaman dengan mengacu
87
Jurnal Agrisistem, Juni 2013, Vol. 9 No.1
ISSN 2089-0036
pada
panca
usahatani.
Setelah
pengembangan
diserahkan
kepada
Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL)
untuk memberikan bimbingan kepada
petani, penyediaan sarana dan prasarana
penunjang berupa penyediaan bibit,
penyediaan pupuk (urea, TSP dan KCL)
yang semuanya dapat dipergunakan demi
kelancaran
pemeliharaan
tanaman.
Analisis pendapatan usahatani dapat
dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14 menunjukkan pendapatan
responden
usahatani
setelah
pengembangan jeruk Keprok Selayar
adalah sebesar Rp 4.579.400,- dengan
demikian R/C ratio responden usahatani
jeruk Keprok Selayar dapat diketahui:R/C
ratio
= TR/TC
= 6.750.000 / 2.185.100
= 3,09
Karena R/C ratio diperoleh 3,09 > 1, maka
usahatani jeruk Keprok Selayar yang
dikembangkan menguntungkan
Tabel 14. Analisa pendapatan usahatani setelah pengembangan jeruk Keprok Selayar ha-1
No.
II.
III.
Uraian
Produksi (biji ha-1)
Biaya-biaya
A. Biaya Variabel
1. Benih (kg)
2. Pupuk :
- Urea (kg)
- TSP(kg)
- KCI (kg)
3. PPC
- Supra (cc)
- Catalist (cc)
- Agrodike (cc)
4. Biaya Kerja Upahan :
- Persiapan Lahan
- Pemeliharaan
- Panen + Pasca Panen
B. Biaya Tetap
1. PBB
2. Penyusutan Alat
C. Jumlah Biaya (A + B)
Pendapatan (I – II)
Sumber: Data primer setelah diolah, 2013.
88
Jumlah Fisik
Harga (Rp)
Nilai (Rp)
27.000
250
6.750.000
500
2.000
1.000.000
245
58
60
1.200
1.650
1.650
294.000
192.000
197.500
42
83
73
1.000
1.000
1.000
42.000
83.000
70.000
7
8
10
10.000
10.000
10.000
70.000
80.000
100.000
15.000
41.600
2.185.100
4.564.400
Jurnal Agrisistem, Juni 2013, Vol. 9 No.1
ISSN 2089-0036
Tabel 15. Analisa selisih pendapatan usahatani setelah pengembangan jeruk Keprok
Selayar dengan jagung ha-1
No.
I
II
III
Uraian
Produksi
Total Biaya Produksi
Pendapatan (I – II)
Jagung (2 kali
tanam, kg ha-1)
Jeruk Keprok
Selayar (Rp)
Selisih (Rp)
4.085.000
1.978.000
2.107.000
6.750.000
2.185.100
4.564.900
2.665.000
207.100
2.457.900
Sumber: Data primer setelah diolah, 2013.
Tabel 15, diketahui pendapatan responden
usahatani jagung setelah pengembangan
jeruk Keprok Selayar terdapat selisih
pendapatan sebesar Rp 2.457.900,-.
dengan demikian bahwa pendapatan
responden setelah pengembangan jeruk
Keprok Selayar mengalami peningkatan.
Jadi besarnya B/C ratio antara petani dan
pengusaha
sebelum
dan
setelah
pengembangan dapat diketahui dengan
menghitung selisih pendapatan :
R/C
TR Setelah
TR sebelum
TC setekah
TC sebelum
6.750.000 4.085.000
2.185.100- 1.978.000
2.665.000/ 207.100
= 12,87
B/C ratio diperoleh 12,87 > 1, maka
usahatani jeruk Keprok Selayar yang
dikembangkan lebih menguntungkan
dibanding usahatani Jagung (sebelum
pengembangan jeruk keprok).
KESIMPULAN
1. Dampak
sosial
pengembangan
usahatani jeruk Keprok Selayar adalah
penyerapan tenaga kerja, peningkatan
pengetahuan
petani
dalam
hal
penyiangan,
pemupukan,
pemangkasan, pengendalian hama dan
penyakit serta panen dan pasca panen.
2. Dampak ekonomi adalah petani
mengalami peningkatan pendapatan,
peningkatan
kesejahteraan
dan
peningkatan pembayaran pajak bumi
dan bangunan (PBB).
3. Besarnya peningkatan pendapatan
petani tahun-1 rata-rata Rp 4.564.900,-
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2010.
Indonesia, Jakarta.
Statistik
Lesmana Dina. 2009. Analisis Finansial
Jeruk Keprok di Kabupaten Kutai
Timur. EPP Vol.6 No.1 2009:36-43.
Soekartawi, A. Soeharjo, John L. Dillon
dan J. Brian Hardaker, 1995. Ilmu
Usahatani
dan
Penelitian
Pengembangan
Petani
Kecil.
Penerbit Universitas Indonesia,
Jakarta.
Suyanto, Supriyanto A., Agustian A.,
Triwiratno, Winarno M.
2005.
Prospek dan Arah Pengembangan
Agribisnis Jeruk. Badan Penelitian
dan
Pengembangan
Pertanian,
Departemen Pertanian, Jakarta.
89
ISSN 2089-0036
DAMPAK SOSIAL EKONOMI PENGEMBANGAN JERUK KEPROK
SELAYAR (STUDI KASUS DI KELURAHAN BONTOLANGKASA,
KECAMATAN BISSAPPU, KABUPATEN BANTAENG)
The social and economic impact in the development of citrus farming keprok
selayar (case study in Bontolangkasa Village, Bisappu District, Bantaeng
Regency)
Sudirman, H dan Basri, A
Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Gowa
*
E-mail: [email protected]
ABSTRAK
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dampak sosial dan ekonomi dalam
pengembangan usahatani jeruk Keprok Selayar. Responden ditentukan secara Simple
Random Sampling sebanyak 30 Orang dari jumlah populasi. Data dianalisis secara
deskriptif kualitatif dan kuantitatif yang diperoleh dari responden dengan wawancara
langsung atau menggunakan daftar pertanyaan kuisioner. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa dampak sosial yang terjadi setelah pengembangan usahatani jeruk Keprok Selayar
adalah adanya penyerapan tenaga kerja, peningkatan pengetahuan petani dalam hal
penyiangan, pemupukan, pemangkasan, pengendalian hama dan penyakit serta panen dan
pasca panen. Dampak ekonomi pengembangan jeruk Keprok Selayar adalah sebagian besar
petani mengalami peningkatan pendapatan rata-rata sebesar Rp 4.564.400,- sehingga
meningkatkan kesejahteraan dan mampu membayar pajak bumi dan bangunan.
Kata kunci : Dampak sosial, dampak ekonomi dan jeruk Keprok Selayar
ABSTRACT
The research objective was to determine the social and economic impact in the
development of citrus farming Keprok Selayar.Respondens determined by simple random
sampling as many as 30 people of the total population. Data were analyzed by descriptive
and qualitative analysis obtained from the respondents as direct interviews using
questionnaires or questioner. Hasilpenelitian shows that the social impacts that occur after
the development of farming jerok Keprok Selayar is the employment, increasing farmers'
knowledge in terms of weeding, fertilizing, pruning, pest and disease control, and
harvesting and post-harvest. The economic impact is the development of citrus Tangerines
Selayar most farmers have increased revenue average Rp 4.564.400,-, increased welfare
payments and an increase in property tax.
Keywords: Social impact, economic impact and oranges Tangerines Selayar
77
Jurnal Agrisistem, Juni 2013, Vol. 9 No.1
PENDAHULUAN
Buah jeruk merupakan salah satu jenis
buah yang paling banyak digemari oleh
masyarakat. Konsumsi jeruk dalam negeri
tahun 2010 adalah 2.355.500 tom atau
meningkat 1,5 kali dibanding konsumsi
tahun 2004 yaitu sebesar 1.570.333 ton
(Suryani dkk., 2005) Terdapatnya
kecenderungan kekurangan produksi
dibandingkan konsumsi jeruk di Indonesia
merupakan peluang bagi pelaku agribisnis
disektor ini (Lesmana, 2009).
Pada saat ini sebagian besar petani buah
menyadari bahwa komoditas buah jeruk
dapat mempengaruhi sosial ekonomi
masyarakat, baik dari segi peningkatan
taraf hidup, terutama peningkatan
pendapatan dan peningkatan kesejahteraan
keluarga. Disamping itu buah jeruk
banyak mengandung vitamin, terutama
vitamin A dan C.
Jeruk keprok selama kurun waktu 20052009 mencapai produksi 504.063 ton atau
sekitar 100.813 ton tahun-1 dengan nilai
mencapai US 80.569.300 (BPS, 2010).
Jeruk keprok sampai saat ini mempunyai
nilai ekonomi pada masyarakat luas di
Indonesia dan mempunyai nilai komersial
yang tinggi. Disamping itu, bibit jeruk
juga mudah diperoleh. Sedangkan kulit
buahnya mudah dikupas, serat cukup
halus, air banyak, manis dan segar, bijinya
sedikit dan kecil.
Beberapa jenis jeruk keprok yang sampai
sekarang masih diusahakan petani secara
besar-besaran adalah: jenis Keprok Siam,
Keprok Garut, Keprok Punten, Keprok
Tejakula, Keprok Madura, dan Keprok
Selayar yang sementara dikembangkan di
Kabupaten Bantaeng. Jenis jeruk keprok
ini mampu berbuah beberapa kali dalam
setahun. Setiap sesudah musim kering,
tanaman ini selalu membentuk cabangcabang baru dan berbunga, sehingga
produksi dapat dijamin tersedia di pasar
buah.
78
ISSN 2089-0036
Hasil lain dari buah jeruk di negara-negara
maju seperti Amerika Serikat, adalah
pemanfaatan limbah buah jeruk berupa
kulit luar, kulit dalam dan biji. Limbah
buah jeruk tersebut setelah diteliti dan
dikaji ternyata dapat menghasilkan hasil
ikutan yang mempunyai nilai ekonomi
yang tinggi berupa produk-produk baru
seperti: gula tetes (molases) atau sirup,
alkohol, minyak dari kulitnya, minyak
dari bijinya, pektin untuk pembuatan jelly,
dan makanan ternak sesudah melalui
pengeringan. Sedangkan minyak dari kulit
buah jeruk ini banyak di pergunakan
sebagai: minyak goreng, bahan sabun
wangi, pengharum minuman dan sebagai
aroma campuran kue-kue dan ice cream.
Ditinjau dari segi manfaatnya, buah jeruk
merupakan buah-buahan utama yang
sangat dibutuhkan. Mengingat jumlah
penduduk yang terus bertambah seiring
dengan meningkatnya permintaan akan
buah, maka budidaya jeruk Keprok
Selayar mempunyai prospek yang
potensial.
Kelurahan Bontolangkasa Kecamatan
Bissappu Kabupaten Bantaeng sebagai
salah satu kelurahan penghasil jeruk
Keprok Selayar dan merupakan komoditi
andalan daerah tersebut. Sehubungan
dengan itu maka peneliti mengambil
kelurahan ini sebagai obyek penelitian.
Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui
dampak
pengembangan
usahatani jeruk Keprok Selayar yang
ditimbulkan berupa dampak sosial dan
dampak
ekonomi
serta
besarnya
peningkatan pendapatan.
BAHAN DAN METODE
Penelitian dilaksanakan di Kelurahan
Bontolangkasa
Kecamatan
Bissappu
Kabupaten Bantaeng. Pemilihan lokasi
penelitian didasarkan pada pertimbangan,
wilayah ini terdapat banyak petani yang
mengembangkan usahatani jeruk Keprok
Jurnal Agrisistem, Juni 2013, Vol. 9 No.1
Selayar. Penelitian dilaksanakan pada
bulan April sampai Mei 2013.
Populasi
penelitian
adalah
petani
pengembangan
usahatani
jeruk.
Responden ditentukan secara Simple
Random Sampling sebanyak 30 orang dari
jumlah populasi 298 orang. Metode
penelitian yang digunakan adalah metode
survei, data yang dikumpulkan adalah data
primer dan sekunder. Data primer
diperoleh melalui wawancara langsung
dengan petani jeruk Keprok Selayar
dengan
menggunakan
kuisioner
sedangkan data sekunder diperoleh dari
Dinas Pertanian dan Badan Pelaksana
Penyuluhan
Pertanian
Kabupaten
Bantaeng yang mendukung penelitian ini.
Analisis Data
Data dianalisis secara deskriptif kualitatif
yang diperoleh dari responden melalui
wawancara
langsung
dengan
menggunakan daftar pertanyaan kuisioner
untuk mengetahui dampak sosialnya.
1. Untuk mengetahui dampak ekonomi
digunakan rumus:
π = TR – TC
Dimana:
π = Pendapatan
TR = Total
Revenue
Penerimaan)
TC = Total Cost (Total Biaya)
(Total
2. Untuk
mengetahui
peningkatan
pendapatan dalam pengembangan jeruk
Keprok Selayar, maka digunakan
rumus
B/C
ratio
(Soekartawi
dkk.,1995), sebagai berikut:
B/C
TR
TC
ISSN 2089-0036
Kriteria:
B/C > 1, berarti usahatani jeruk Keprok
Selayar yang layak dilanjutkan.
B/C = 1, berarti usahatani jeruk Keprok
Selayar impas (seimbang)
B/C < 1, berarti usahatani jeruk Keprok
Selayar tidak layak dilanjutkan
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Dampak
Sosial
Usahatani Jeruk
Pengembangan
1. Penyerapan Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan faktor terpenting
dalam usahatani ataupun pemenuhan
dalam kebutuhan rumah tangga, petani
dan anggota keluarganya. Faktor tenaga
kerja merupakan unsur penentu dalam
usahatani, demikian pula usahatani
komersial seperti di negara-negara maju.
Tenaga kerja keluarga pada saat kritis
menunjukkan peranan yang menentukan,
artinya tenaga kerja keluarga dibutuhkan
atau menentukan pada saat dilakukan
pembinaan usaha atau keadaan kritis
dalam usahatani.
Perbedaan penggunaan tenaga kerja
setelah adanya pengembangan jeruk
Keprok Selayar dapat dilihat pada Tabel
1. Tabel 1, menunjukkan bahwa setelah
pengembangan jeruk keprok jumlah
tenaga kerja yang dilibatkan dalam
kegiatan usahatani meningkat. Data
menunjukkan dari 30 responden, terdapat
19 orang (63,33%) yang meningkat
penggunaan tenaga kerjanya. Hal ini
menunjukkan bahwa pengembangan jeruk
keprok berdampak terhadap peningkatan
penyerapan tenaga kerja. Sedangkan
perbedaan waktu yang dibutuhkan dalam
satu hari kerja setelah pengembangan
jeruk Keprok Selayar dapat dilihat pada
Tabel 2.
79
Jurnal Agrisistem, Juni 2013, Vol. 9 No.1
ISSN 2089-0036
Tabel 1. Jumlah dan persentase petani responden berdasarkan penggunaan tenaga kerja
setelah pengembangan jeruk Keprok Selayar di Kelurahan Bontolangkasa
Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng
Penggunaan Tenaga Kerja
Jumlah (orang)
Persentase (%)
Meningkat
Tidak Meningkat
19
11
63,33
36,67
Jumlah
30
100,00
Sumber: Data primer setelah diolah, 2013.
Tabel 2. Jumlah dan persentase petani responden berdasarkan waktu kerja dalam sehari
setelah pengembangan jeruk Keprok Selayar di Kelurahan Bontolangkasa
Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng
Waktu Kerja
Sehari
Setelah Pengembangan
Jumlah (orang)
Persentase (%)
> 6 Jam
4
13,33
6 Jam
26
86,67
Jumlah
30
100,00
Sumber: Data primer setelah diolah, 2013.
Tabel 2, dapat diketahui bahwa setelah
pengembangan jeruk keprok, sebagian
besar responden (86,67%) memiliki waktu
kerja lebih singkat (6 jam sehari). Hal ini
memberi
peluang
bagi
mereka
memanfaatkan waktu luangnya untuk
istirahat atau kegiatan produktif lainnya.
Jam kerja tersebut berkurang karena
terjadinya peralihan usahatani dari
usahatani jagung menjadi usahatani jeruk,
dimana usahatani jagung bersifat musiman
sehingga menggunakan waktu kerja secara
kontinyu, sedangkan usahatani jeruk
hanya menggunakan waktu kerja pada
waktu-waktu
tertentu.
Adapun
penggunaan
tenaga
kerja
setelah
pengembangan jeruk Keprok Selayar
dapat dilihat pada Tabel 3.
80
Sebelum Pengembangan
Jumlah (orang)
30
30
Persentase (%)
100,00
100,00
Tabel 3, diketahui bahwa sebelum
pengembangan jeruk Keprok Selayar,
seluruh responden hanya menggunakan
tenaga kerja dari dalam keluarga, tetapi
setelah pengembangan jeruk keprok
sebagian
dari
responden
(40%)
memanfaatkan tenaga kerja dari luar
keluarga. Hal ini berarti bahwa
pengembangan jeruk keprok berdampak
kepada penciptaan kesempatan kerja bagi
petani lainnya.
2. Pengetahuan Petani
Pengetahuan pada umumnya akan
mempengaruhi cara berpikir petani.
Pengetahuan
yang
relatif
tinggi
menyebabkan petani lebih dinamis.
Pengetahuan petani dapat diperoleh dari
dua sumber yaitu formal dan non formal.
Jurnal Agrisistem, Juni 2013, Vol. 9 No.1
ISSN 2089-0036
Pengetahuan membaca dan menulis dapat
digunakan petani untuk membuat catatan
tentang usahataninya dan memperoleh
informasi tentang cara pengembangan
usahataninya.
2.1. Penanaman
Kegiatan penanaman bukan hanya dengan
cara menanam dalam lahan yang telah
siap, tetapi perlu kehati-hatian karena
sering terjadi jika dilakukan oleh tenaga
kerja yang tidak terampil, maka benih
yang ditanam tersebut akarnya patah atau
juga cara menanamnya tidak beraturan
jaraknya
Tabel 4 menunjukkan seluruh responden
(100%) telah meningkat pengetahuannya
tentang cara bercocok tanam jeruk Keprok
Selayar. Sebelum menanam, lubang harus
diisi dengan pupuk organik ± 20 kg
lubang-1, pemberian pupuk organik
minimal 2 minggu sebelum tanam.
Lubang tanam yang sudah ditutup dengan
pupuk organik dibuat lubang tanam yang
kira-kira lebar dan dalamnya agak besar
dari ukuran polybag. Polybag lalu
dimasukkan ke dalam lubang sedalam
dengan leher akar atau setinggi
pertumbuhan polybag, kemudian disiram
untuk memadatkan tanah dan menghindari
kekeringan. Peningkatan pengetahuan ini
dapat
berdampak
pula
terhadap
penyebaran pengetahuan kepada petani
lainnya di Kelurahan Bontolangkasa
Tabel 3. Jumlah dan persentase petani responden berdasarkan sumber tenaga kerja setelah
pengembangan jeruk Keprok Selayar di Kelurahan Bontolangkasa Kecamatan
Bissappu Kabupaten Bantaeng
Setelah Pengembangan
Sebelum Pengembangan
Jumlah
(orang)
18
Persentase
(%)
60,00
Jumlah
(orang)
30
Persentase
(%)
100,00
12
40,00
-
-
30
100,00
30
100,00
Sumber Tenaga Kerja
Dalam Keluarga
Dalam keluara dan di
luar Keluarga
Jumlah
Sumber: Data primer setelah diolah, 2013.
Tabel 4. Jumlah dan persentase petani responden berdasarkan peningkatan pengetahuan
setelah pengembangan jeruk Keprok Selayar di Kelurahan Bontolangkasa
Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng
Peningkatan Pengetahuan Cara Menanam
Meningkat
Tidak Meningkat
Jumlah
Jumlah (orang)
Persentase (%)
30
30
100,00
100,00
Sumber: Data primer setelah diolah, 2013.
81
Jurnal Agrisistem, Juni 2013, Vol. 9 No.1
ISSN 2089-0036
2.2. Penyiangan
2.3. Pemupukan
Kegiatan penyiangan dilakukan untuk
menghilangkan gulma yang tumbuh
disekeliling tanaman jeruk, kegiatan
penyiangan
dilakukan
dengan
mengerahkan seluruh tenaga kerja baik
dari dalam keluarga maupun di luar
keluarga.
Perbedaan
dalam
hal
penyiangan tanaman setelah adanya
pengembangan jeruk Keprok Selayar
dapat dilihat pada Tabel 5.
Kegiatan pemupukan bertujuan untuk
meningkatkan
pertumbuhan
dan
perkembangan tanaman jeruk serta untuk
meningkatkan
produksinya
dengan
memperhatikan
cara
pemupukan,
misalnya: waktu, dosis dan jenis yang
sesuai anjuran.
Tepat waktu artinya ditentukan oleh
musim dan jenis tanaman. Pupuk yang
sukar larut dalam air sebaiknya diberikan
pada saat memasuki musim hujan. Tepat
dosis artinya memperhatikan keadaan
tanah yang akan di pupuk dalam
hubungannya dengan kebutuhan tanaman
akan penggunaan unsur hara. Tepat jenis
artinya mengetahui jenis tanaman dan cara
pemberiannya. Kegiatan pemupukan tidak
melibatkan terlalu banyak tenaga kerja
dan dikerjakan oleh tenaga kerja laki-laki
dan anak-anak. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Tabel 6.
Tabel 5 menunjukkan 25 orang (83,33%)
responden menyatakan ada peningkatan
cara penyiangan setelah pengembangan
jeruk keprok dalam hal pembersihan
gulma dan sanitasi lahan untuk
menghindari serangan hama dan penyakit,
sebelum pengembangan jeruk keprok
tidak dilakukan.
Tabel 5. Jumlah dan persentase petani responden berdasarkan cara penyiangan setelah
pengembangan jeruk Keprok Selayar
Cara Penyiangan
Jumlah ( orang )
Persentase (%)
Meningkat
25
83,33
Tidak Meningkat
5
16,67
Jumlah
30
100,00
Sumber: Data primer setelah diolah, 2013.
Tabel 6. Jumlah dan persentase petani responden berdasarkan perbedaan pemupukan
setelah pengembangan jeruk Keprok Selayar di Kelurahan Bontolangkasa
Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng
Perbedaan Pemupukan
Jumlah (orang )
Persentase (%)
Meningkat
Tidak Meningkat
Jumlah
23
7
30
76,67
23,33
100,00
Sumber: Data primer setelah diolah, 2013.
82
Jurnal Agrisistem, Juni 2013, Vol. 9 No.1
ISSN 2089-0036
Tabel 6 menunjukkan pengembangan
jeruk Keprok Selayar berdampak terhadap
cara pemupukan yang dilakukan oleh
petani, 23 orang (76,67%) responden
melakukan pemupukan dengan cara yang
lebih baik setelah pengembangan jeruk
Keprok Selayar.
pengetahuan tentang cara pemangkasan.
Pemangkasan dilakukan pada tanaman
yang rimbun sehingga sinar matahari
dapat menembus ke dalam tajuk pohon,
cabang atau ranting yang sakit, tunastunas yang tumbuh di bawah okulasi atau
sambungan, cabang liar dan cabang air.
2.4. Pemangkasan
2.5. Pengendalian Hama dan Penyakit
Pemangkasan
tanaman
bertujuan
pembentukan cabang produktif pada
tanaman dengan maksud penggunaan
unsur hara yang terserap sebagian besar
lebih mengarah kepada pertumbuhan
generatif agar produksi yang dihasilkan
meningkat. Tujuan pemangkasan pada
umumnya
telah
diketahui
petani
responden melalui PPL, kelompok tani
dan petani pengalaman. Pemahaman
responden tentang pemangkasan dapat
dilihat pada Tabel 7
Kegiatan pemberantasan hama dan
penyakit termasuk salah satu kegiatan
yang terpenting dalam suatu kegiatan
usahatani, oleh karena kegiatan ini turut
menentukan hasil produksi yang akan
dicapai. Kegiatan ini tidak membutuhkan
terlalu banyak tenaga kerja, lebih jelasnya
dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8 menunjukkan seluruh responden
petani (100,00 %) mengetahui cara-cara
pengendalian hama dan penyakit setelah
pengembangan jeruk Keprok Selayar
dalam hal cara, waktu, dan dosis pestisida
yang digunakan.
Tabel 7 menunjukkan seluruh responden
(100,00%)
mengalami
peningkatan
Tabel 7. Jumlah dan persentase petani responden berdasarkan pengetahuan pemangkasan
setelah pengembangan jeruk Keprok Selayar di Kelurahan Bontolangkasa
Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng
Pengetahuan Pemangkasan
Jumlah (orang)
Meningkat
Tidak Meningkat
Jumlah
Sumber: Data primer setelah diolah, 2013.
30
30
Persentase (%)
100,00
100,00
83
Jurnal Agrisistem, Juni 2013, Vol. 9 No.1
ISSN 2089-0036
Tabel 8. Jumlah dan persentase petani responden berdasarkan perbedaan pengendalian
hama dan penyakit setelah pengembangan jeruk Keprok Selayar di Kelurahan
Bontolangkasa Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng
Perbedaan Pengendalian Hama dan
Penyakit
Meningkat
Tidak Meningkat
Jumlah
Jumlah (orang)
Persentase (%)
30
100,00
-
-
30
100,00
Sumber: Data primer setelah diolah, 2013.
2.6. Panen dan Pasca Panen
Kegiatan panen merupakan saat yang
paling dinantikan oleh petani dan
keluarganya, bahkan terkadang pada
kegiatan ini diadakan pesta syukuran
bahwa apa yang selama ini diusahakan
dapat dinikmati hasilnya.
Kegiatan panen, jumlah tenaga kerja
yang dilibatkan biasanya lebih banyak
dari kegiatan-kegiatan lainnya, sehingga
tenaga kerja keluarga tidak mencukupi
olehnya itu petani menggunakan tenaga
kerja diluar
keluarga.
Tabel
9
menunjukkan sebelum pengembangan
jeruk keprok, seluruh responden hanya
melibatkan tenaga kerja keluarga dalam
kegiatan panen dan pasca penen. Namun
setelah pengembangan jeruk keprok
sebagian
responden
(40%)
juga
melibatkan tenaga kerja di luar keluarga
dalam kegiatan panen dan pasca panen,
sehingga akan berdampak terhadap
peningkatan pendapatan petani lainnya.
B. Dampak Ekonomi
1. Pendapatan
Berdasarkan hasil wawancara dengan
petani responden tentang dampak
ekonomi pengembangan jeruk Keprok
Selayar, diketahui bahwa pengembangan
jeruk keprok berdampak terhadap
84
pendapat petani. Untuk lebih jelasnya
dapat di;ihat pada Tabel 10.
Tabel 10 menunjukkan pengembangan
jeruk Keprok Selayar sangat berdampak
terhadap pendapatan petani. Hal ini dapat
dilihat bahwa 24 responden (80%)
mengalami peningkatan pendapatan
setelah pengembangan jeruk Keprok
Selayar.
Pengembangan jeruk Keprok Selayar
umumnya
dirasakan
oleh
petani
responden tentang dampak positifnya
terutama dalam peningkatan taraf hidup
masyarakat. Pendapatan yang diterima
seorang petani dalam satu tahun berbeda
dengan pendapatan yang diterima dengan
petani lain, bahkan seorang petani yang
berusahatani dengan luas lahan yang
sama sekalipun dari tahun ke tahun tidak
akan sama, hal ini ditunjukkan bahwa
dengan menanam jeruk Keprok Selayar,
petani mampu mengembangkan lahan
secara optimal dibandingkan dengan
petani yang tidak menanam jeruk keprok.
Hal ini dapat dilihat pada perbedaan
pendapatan antara sebelum menanam
jeruk keprok dengan setelah menanam,
yaitu Rp 2.107.000,- sebelum menanam
jeruk Keprok Selayar dan Rp 4.564.900,
setelah menanam jeruk Keprok Selayar
atau meningkat sebesar 38,63%.
Jurnal Agrisistem, Juni 2013, Vol. 9 No.1
ISSN 2089-0036
Tabel 9. Jumlah dan persentase petani responden berdasarkan sumber tenaga kerja setelah
pengembangan jeruk keprok
Sumber Tenaga Kerja
Setelah Pengembangan
Jumlah
Persentase
(orang )
(%)
Sebelum Pengembangan
Jumlah
Persentase
(orang)
(%)
Dalam Keluarga
18
60,00
30
100,00
Dalam keluarga dan di
luar Keluarga
12
40,00
-
-
Jumlah
30
100,00
30
100,00
Sumber: Data primer setelah diolah, 2013.
Tabel 10. Jumlah dan persentase petani responden berdasarkan perbedaan pendapatan
setelah pengembangan jeruk Keprok Selayar di Kelurahan Bontolangkasa
Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng
Perbedaan Pendapatan
Jumlah (orang)
Persentase (%)
Meningkat
24
80,00
Tidak Meningkat
6
20,00
Jumlah
30
100,00
Sumber: Data primer setelah diolah, 2013.
Tabel 11. Jumlah dan persentase petani responden berdasarkan kesejahteraan setelah
pengembangan jeruk Keprok Selayar di Kelurahan Bontolangkasa Kecamatan
Bissappu Kabupaten Bantaeng
Kesejahteraan
Jumlah (orang)
Meningkat
23
Tidak Meningkat
7
Jumlah
30
Sumber: Data primer setelah diolah, 2013.
2. Kesejahteraan
Tingkat kesejahteraan yang dimiliki
seseorang berbeda-beda, tergantung dari
jenis
kebutuhan.
Kesejahteraan
merupakan suatu tata kehidupan dan
penghidupan
yang
diliputi
rasa
keselamatan dan ketenteraman baik secara
Persentase (%)
76,67
23,33
100,00
material dan spiritual, sehingga dapat
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Adapun kesejahteraan yang dirasakan
petani
responden
setelah
adanya
pengembangan jeruk dapat dilihat pada
Tabel 11.
85
Jurnal Agrisistem, Juni 2013, Vol. 9 No.1
Tabel
11
menunjukkan
sebelum
pengembangan jeruk Keprok Selayar
tingkat kesejahteraan petani masih minim,
tetapi setelah pengembangan jeruk keprok
mengalami peningkatan kesejahteraan.
Hal ini dapat dilihat bahwa 23 orang
petani responden (76,67%) mengalami
peningkatan
kesejahteraan
setelah
pengembangan jeruk Keprok Selayar.
3. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
Pajak Bumi dan bangunan merupakan
kewajiban bagi setiap warga negara yang
harus
dibayar,
dimana
penetapan
banyaknya yang harus dibayar tergantung
dari luas lahan yang dimiliki. Pembayaran
PBB setelah pengembangan jeruk Keprok
Selayar mengalami peningkatan. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat dalam Tabel
12.
Berdasarkan Tabel 12, diketahui bahwa
peningkatan pembayaran PBB setelah
pengembangan jeruk keprok meningkat
90,00% dan hanya 3 orang yang
pembayaran PBB-nya tidak meningkat
(10,00%).
ISSN 2089-0036
C. Analisa Pendapatan Usahatani Jeruk
Keprok Selayar
1. Pendapatan
Petani
Pengembangan
Jeruk
Selayar
Sebelum
Keprok
Usahatani yang dikembangkan oleh petani
responden sebelum pengembangan jeruk
Keprok Selayar adalah usahatani jagung.
Pertanaman jagung yang dilakukan
masyarakat pada mulanya hanya berupa
kesadaran sendiri untuk memperoleh
penghasilan
sampingan,
sedangkan
teknologi
yang
diterapkan
masih
sederhana atau hanya mengandalkan
keterampilan (pupuk yang digunakan
hanya berupa pupuk area, SP-36 dan ZA)
sehingga
produksi
masih
rendah.
Sedangkan untuk memperoleh produksi
yang optimum dalam pertanian, tanaman
dalam
proses
pertumbuhannya
memerlukan campur tangan manusia dan
manusia inilah yang seterusnya akan
mengendalikan
dan
menguasai
pertumbuhan tanaman untuk memperoleh
keuntungan. Analisis rata-rata pendapatan
usahatani dalam 2 kali musim tanam
sebelum pengembangan jeruk Keprok
Selayar dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 12. Jumlah dan persentase petani responden berdasarkan peningkatan pembayaran
PBB setelah pengembangan jeruk Keprok Selayar di Kelurahan Bontolangkasa
Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng
Peningkatan Pembayaran PBB
Jumlah (orang)
Persentase (%)
Meningkat
27
90,00
Tidak Meningkat
3
10,00
Jumlah
30
100,00
Sumber: Data Primer setelah diolah, 2013.
86
Jurnal Agrisistem, Juni 2013, Vol. 9 No.1
ISSN 2089-0036
Tabel 13. Analisa pendapatan petani responden sebelum pengembangan jeruk Keprok
Selayar ha-1
No.
1
II.
Uraian
Produksi (kg ha-1)
Biaya-biaya
A. Biaya Variabel
1. Benih (kg)
2. Pupuk :
- Urea (kg)
- SP-36 (kg)
- ZA (kg)
3. Biaya Kerja Upahan :
- Persiapan Lahan
- Pemeliharaan
- Panen + Pasca Panen
B. Biaya Tetap
1. PBB
2. Penyusutan Alat
C. Jumlah Biaya (A + B)
III.
Pendapatan (I – II)
Jumlah Fisik
Harga (Rp)
Nilai (Rp)
4.300
950
50
4.500
225.000
600
200
200
1.200
1.650
1.250
720.000
330.000
250.000
20
10
14
10.000
10.000
10.000
200.000
100.000
140.000
4.085.000
7.500
5.500
1.978.000
2.107.000
Sumber: Data primer setelah diolah, 2013.
Tabel 13 menunjukkan pendapatan
responden usahatani jagung sebelum
pengembangan jeruk Keprok Selayar
adalah sebesar Rp 2.107.000,-. dengan
demikian R/C ratio responden usahatani
jagung dapat diketahui :
R/C ratio = TR/TC
= 4.085.000 / 1.978.000
= 2,06
Karena R/C ratio diperoleh 2,06 > 1, maka
usahatani jagung yang dikembangkan
menguntungkan.
2. Pendapatan
Petani
Usahatani
Setelah
Pengembangan
Jeruk
Keprok Selayar
Dampak perkembangan wilayah usahatani
bertujuan untuk membangun sentra-sentra
produksi tanaman hortikultura, daerah
Kelurahan Bontolangkasa berdasarkan
keadaan dan potensi wilayah cocok
dikembangkan tanaman jeruk Keprok
Selayar. Setelah pengembangan ini
nantinya diharapkan untuk meningkatkan
kesejahteraan petani melalui peningkatan
produksi dan kualitas hasil pengembangan
jeruk Keprok Selayar.
Pelaksanaan setelah pengembangan antara
petani dan pemerintah membentuk sistem
kepedulian dalam bentuk kerjasama
diantaranya penyediaan sarana dan
prasarana berupa (benih, pupuk, dan
pemasaran). Adapun bentuk programnya
adalah
berupa
ekstensifikasi
dan
intensifikasi yang diperuntukkan bagi
tanaman jeruk Keprok Selayar.
Program intensifikasi dimulai dari tahap
pemeliharaan tanaman dengan mengacu
87
Jurnal Agrisistem, Juni 2013, Vol. 9 No.1
ISSN 2089-0036
pada
panca
usahatani.
Setelah
pengembangan
diserahkan
kepada
Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL)
untuk memberikan bimbingan kepada
petani, penyediaan sarana dan prasarana
penunjang berupa penyediaan bibit,
penyediaan pupuk (urea, TSP dan KCL)
yang semuanya dapat dipergunakan demi
kelancaran
pemeliharaan
tanaman.
Analisis pendapatan usahatani dapat
dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14 menunjukkan pendapatan
responden
usahatani
setelah
pengembangan jeruk Keprok Selayar
adalah sebesar Rp 4.579.400,- dengan
demikian R/C ratio responden usahatani
jeruk Keprok Selayar dapat diketahui:R/C
ratio
= TR/TC
= 6.750.000 / 2.185.100
= 3,09
Karena R/C ratio diperoleh 3,09 > 1, maka
usahatani jeruk Keprok Selayar yang
dikembangkan menguntungkan
Tabel 14. Analisa pendapatan usahatani setelah pengembangan jeruk Keprok Selayar ha-1
No.
II.
III.
Uraian
Produksi (biji ha-1)
Biaya-biaya
A. Biaya Variabel
1. Benih (kg)
2. Pupuk :
- Urea (kg)
- TSP(kg)
- KCI (kg)
3. PPC
- Supra (cc)
- Catalist (cc)
- Agrodike (cc)
4. Biaya Kerja Upahan :
- Persiapan Lahan
- Pemeliharaan
- Panen + Pasca Panen
B. Biaya Tetap
1. PBB
2. Penyusutan Alat
C. Jumlah Biaya (A + B)
Pendapatan (I – II)
Sumber: Data primer setelah diolah, 2013.
88
Jumlah Fisik
Harga (Rp)
Nilai (Rp)
27.000
250
6.750.000
500
2.000
1.000.000
245
58
60
1.200
1.650
1.650
294.000
192.000
197.500
42
83
73
1.000
1.000
1.000
42.000
83.000
70.000
7
8
10
10.000
10.000
10.000
70.000
80.000
100.000
15.000
41.600
2.185.100
4.564.400
Jurnal Agrisistem, Juni 2013, Vol. 9 No.1
ISSN 2089-0036
Tabel 15. Analisa selisih pendapatan usahatani setelah pengembangan jeruk Keprok
Selayar dengan jagung ha-1
No.
I
II
III
Uraian
Produksi
Total Biaya Produksi
Pendapatan (I – II)
Jagung (2 kali
tanam, kg ha-1)
Jeruk Keprok
Selayar (Rp)
Selisih (Rp)
4.085.000
1.978.000
2.107.000
6.750.000
2.185.100
4.564.900
2.665.000
207.100
2.457.900
Sumber: Data primer setelah diolah, 2013.
Tabel 15, diketahui pendapatan responden
usahatani jagung setelah pengembangan
jeruk Keprok Selayar terdapat selisih
pendapatan sebesar Rp 2.457.900,-.
dengan demikian bahwa pendapatan
responden setelah pengembangan jeruk
Keprok Selayar mengalami peningkatan.
Jadi besarnya B/C ratio antara petani dan
pengusaha
sebelum
dan
setelah
pengembangan dapat diketahui dengan
menghitung selisih pendapatan :
R/C
TR Setelah
TR sebelum
TC setekah
TC sebelum
6.750.000 4.085.000
2.185.100- 1.978.000
2.665.000/ 207.100
= 12,87
B/C ratio diperoleh 12,87 > 1, maka
usahatani jeruk Keprok Selayar yang
dikembangkan lebih menguntungkan
dibanding usahatani Jagung (sebelum
pengembangan jeruk keprok).
KESIMPULAN
1. Dampak
sosial
pengembangan
usahatani jeruk Keprok Selayar adalah
penyerapan tenaga kerja, peningkatan
pengetahuan
petani
dalam
hal
penyiangan,
pemupukan,
pemangkasan, pengendalian hama dan
penyakit serta panen dan pasca panen.
2. Dampak ekonomi adalah petani
mengalami peningkatan pendapatan,
peningkatan
kesejahteraan
dan
peningkatan pembayaran pajak bumi
dan bangunan (PBB).
3. Besarnya peningkatan pendapatan
petani tahun-1 rata-rata Rp 4.564.900,-
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2010.
Indonesia, Jakarta.
Statistik
Lesmana Dina. 2009. Analisis Finansial
Jeruk Keprok di Kabupaten Kutai
Timur. EPP Vol.6 No.1 2009:36-43.
Soekartawi, A. Soeharjo, John L. Dillon
dan J. Brian Hardaker, 1995. Ilmu
Usahatani
dan
Penelitian
Pengembangan
Petani
Kecil.
Penerbit Universitas Indonesia,
Jakarta.
Suyanto, Supriyanto A., Agustian A.,
Triwiratno, Winarno M.
2005.
Prospek dan Arah Pengembangan
Agribisnis Jeruk. Badan Penelitian
dan
Pengembangan
Pertanian,
Departemen Pertanian, Jakarta.
89