JURNAL PENELITIAN OPERASIONAL RISET MODE

JURNAL PENELITIAN OPERASIONAL RISET
“MODEL PENINGKATAN PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK KB PRIA
DALAM UPAYA PENCAPAIAN KKP ANGGOTA KB PRIA MELALUI
STIMULANT EKONOMI PRODUKTIF DAN INSENTIF DALAM
WILAYAH PROPINSI BENGKULU “

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mengetahui tentang pelaksanaan serta faktor
pendukung dan penghambat dari kelompok KB Pria dalam upaya
pencapaian KKP peningkatan Partisipasi Pria untuk ber-KB.
Penelitian ini adalah penelitian operasional (Operasional Riset) dengan
menggunakan wawancara secara mendalam terhadap anggota
kelompok KB Pria, Kepala Desa, Bidan Desa dan Isteri peserta KB
Pria, Koordinator Lapangan KB dan Penyuluh KB, data yang
dikumpulkan adalah data primer dan sekunder dan dianalisa dengan
metode deskriptive kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk mencapai KKP
peningkatan partisipasi pria ber-KB perlu ditingkatkan kapasitas
kegiatan dari kelompok KB Pria agar dapat melakukan kegiatan
penyuluhan/KIE kepada masyarakat atau calon akseptor KB Pria
tanpa mendapat pembinaan dari PLKB dan jenjang lebih atas;

melakukan pelayanan KB Kondom dan melakukan rujukan terhadap
calon Akseptor baru terutama MOP untuk mendapatkan pelayanan
dan bila terjadi indikasi komplikasi atau kegagalan; melakukan
pencatatan pelaporan baik jumlah akseptor maupun kegiatan rutin
kelompok serta kegiatan lainnya; melakukan koordinasi dengan bidan,
Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat dalam penguatan jaringan;
mengusahakan dana operasional kelompok melalui kegiatan ekonomi
dan usaha lainnya.
Untuk mengatasi persoalan tersebut perlu adanya stimulan yang dapat
meningkatkan pengetahuan, kegiatan dan kemandirian kelompok KB
Pria dengan cara supprot dan pembinaan yang dilakukan pihak-pihak
yang terkait serta kegiatan ekonomi produktif.

1

A. Latar Belakang
Sejalan dengan salah satu butir hasil Konferensi Internasional
Kependudukan dan Pembangunan (International Conference on Population and
Development = ICPD ) di Cairo, Mesir tahun 1994 yang menyebutkan perlunya
peningkatan peran dan partisipasi pria dalam mensukseskan pelaksanaan

Program Kependudukan dan Pembangunan, sebagaimana dikemukakan dalam
dalam hasil SDKI tahun 2007 kesertaan KB Pria 1,9 % , sedangkan sasaran
RPJM 2004 – 2009 ditetapkan partisipasi pria ber-KB pada tahun 2009 sebesar
4,5% sehingga kita masih perlu kerja keras untuk mencapai sasaran dimaksud,
maka perlu adanya upaya untuk memacu partisipasi para pria ikut aktif dalam
kegiatan Program KB.
Keikutsertaan dari berbagai pihak dalam membentuk perilaku sosial
dalam mengupayakan kesetaraan gender dalam Program KB Nasional
merupakan salah satu strategi pelaksanaan KB dan Kesehatan Reproduksi,
sehingga setiap pasangan suami isteri mempunyai tanggung jawab yang sama
dalam menentukan kesehatan reproduksi, kesehatan anak, dan jumlah anak.
Berbagai kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan tindakan dalam
membentuk perilaku positif tentang kesehatan dan hak-hak reproduksi telah
dilakukan.
Rendahnya peningkatan partisipasi pria ber-KB di Propinsi Bengkulu
disebabkan masih rendahnya informasi bagi pasangan suami Isteri tentang KB
dan kesehatan reproduksi, belum ada bantuan ekonomi produktif bagi Kelompok
KB Pria, dan rendahnya stimulan insentif bagi anggota KB Pria. Disamping itu
dari berbagai kegiatan yang telah dilakukan bisa dipastikan bahwa lebih banyak
disampaikan kepada para wanita daripada pria, sehingga perlu adanya

terobosan yang bisa memacu Anggota kelompok KB pria dalam kesertaan
mereka pada Program KB dan Kesehatan Reproduksi yang berbasis gender di
Propinsi Bengkulu.
Berdasarkan kondisi di atas permasalahan tersebut perlu dirumuskan
menjadi “bagaimana meningkatkan partisipasi Anggota kelompok KB pria dalam
upaya mencapai KKP KB pria melalui model stimulan ekonomi produktif dan
insentif dan stimulan lain dalam wilayah Propinsi Bengkulu”?.
Oleh karena itu, permasalahan penelitian ini dirumuskan dalam suatu
judul “MODEL PENINGKATAN PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK KB
PRIA DALAM UPAYA MENCAPAI KKP KB PRIA MELALUI STIMULANT
2

EKONOMI PRODUKTIF DAN INSENTIF DALAM WILAYAH PROPINSI
BENGKULU“

B. Rumusan Masalah dan Pembatasan Masalah :
Permasalahan yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana meningkatkan partisipasi Anggota kelompok KB pria dalam upaya
mencapai KKP KB pria melalui model stimulan ekonomi produktif dan insentif
dan stimulan lain dalam wilayah Propinsi Bengkulu”?.

2.

Apa faktor penghambat dan pendukung dalam upaya meningkatkan
partisipasi Anggota kelompok KB pria dalam upaya mencapai KKP KB pria

C. Tujuan Penelitian :
Berangkat dari rumusan masalah diatas, tujuan penelitian ini adalah :
1. Meningkatkan partisipasi Anggota kelompok KB pria dalam upaya mencapai
jumlah Anggota sesuai KKP KB pria melalui stimulant ekonomi produktif dan
insentif.
2. Mengidentifikasi pilihan bentuk model stimulant Anggota kelompok KB pria
dalam menambah jumlah anggota dan kelompok pria ber-KB.
3. Menemukan formula bentuk model stimulan terbaru bagi Anggota kelompok
KB pria dalam mengajak Anggota baru..
D. Manfaat penelitian
1. Dapat menemukan model yang tepat dalam meningkatkan kesertaan ber-KB
Pria
2. Dapat mememuhi pencapaian keberhasilan KKP untuk peserta KB Pria
sebesar 4,5 % pada tahun 2008.


E. METODOLOGI PENELITIAN

1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini dilakukan menggunakan pendekatan kualitatif merupakan
penelitian yang ditindak lanjuti dengan aksi penanganan masalah pada saat
proses penelitian berlangsung, untuk mendorong terjadinya perubahan
pengetahuan, sikap dan perilaku dan sosial pada Pasangan Suami-Isteri dan
masyarakat dalam menerima konsep KB dan Kesehatan Reproduksi,
3

terutama bagi pria, kapasitas yang ditingkatkan adalah kinerja dari kelompok
KB pria dalam kegiatan KIE, pelayanan KB, pembinaan serta membangun
jaringan kerja sama dengan institusi lain.
Tahapan kegiatan ini dimulai dari identifikasi stimulan yang dibutuhkan
peserta kelompok KB pria setelah mendapatkan intervensi promotif marketing
dari tim peneliti dan petugas BKKBN, menganalisis stimulan yang diperoleh
melalui

kuesioner


dan

wawancara,

dan

menetapkan

stimulan

yang

dibutuhkan, serta kemungkinan alternatif stimulan lainya.
2. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi anggota Kelompok KB Pria dan tokoh masyarakat dan tokoh agama
serta Pasangan Suami Isteri.

Penentuan sampel menggunakan metode

purporsive sampling, yakni ditentukan terlebih dahulu wilayah Kabupaten

yang mempunyai kelompok KB pria untuk ditetapkan. Kelompok KB pria
terpilih terdiri dari kelompok KB pria dengan ketentuan berumur 6 bulan bagi
kelompok KB Pria baru dan lebih 2 tahun bagi kelompok KB Pria lama pada
saat intervensi tim peneliti.

Hal tersebut dilakukan dengan tujuan supaya

diperoleh karakteristik model yang tepat, sesuai dengan kebutuhan kelompok
KB pria masing-masing. Sasaran penelitian pada 9 Kelompok KB Pria yang
tersebar di 7 Kabupaten yang mewakili dari 25 kelompok KB Pria yang
tersebar pada 9 Kabupaten/Kota, yang dapat mewakili pada kelompok Baru
dan kelompok lama yaitu :



Kabupaten Kepahiang 1 kelompok,



Kabupaten Lebong 1 Kelompok,




Kabupaten Bengkulu Selatan 2 kelompok,



Kabupaten Rejang Lebong 1 kelompok,



Kabupaten Seluma 1 kelompok,



Kabupaten Kaur 2 kelompok,
Bengkulu Utara 1 kelompok.

3. Pengolahan dan analisis data
Analisis dilakukan pada tingkat masing-masing peserta dan kelompok,

kemudian
kualitatif

analisis menyeluruh. Analisis data menggunakan pendekatan
melalui fokus group. Kemungkinan hasil analisis masing-masing

peserta dan kelompok berbeda meskipun dalam satu kabupaten yang sama.
4

F. Hasil Penelitian dan Tindak Lanjut

1. Hasil Penelitian
Dari hasil wawancara dilapangan pada kelompok KB Pria, Kepala Desa
dan Bidan Desa ada beberapa kelemahan yang segera ditanggulangi :

a. Pengorganisasian :
Pengorganisasian Kelompok KB Pria pada wilayah sasaran penelitian baik
yang baru maupun lama belum berjalan sesuai yang diharapkan, berbagai
alasan dikemukan salah satunya anggota kelompok tidak mengetahui
bahwa ditunjuk oleh Koordinator Lapangan (KORLAP) KB atau Petugas

KB (PLKB) sebagai pengurus Kelompok KB Pria sehingga anggota
kelompok KB Pria

tidak mengetahui serta keanggotaannya belum

mencakup seluruh peserta KB Pria.
Ada kelompok KB Pria belum memiliki Surat Keputusan (SK) sebagai
penguat/legalitas keberadaan kelompok KB Pria serta belum adanya
Petunjuk Pelaksana (JUKLAK) menyebabkan kegiatan belum berjalan.
b. KIE dan Konseling
Masyarakat terutama Pasangan Suami Isteri (Pasutri) masih rendah
dalam memperoleh Informasi tentang peran Pria dalam ber-KB hal ini
disebabkan Informasi tentang KB Pria masih terbatas dan persoalan
utama pengetahuan dari anggota kelompok KB pria dalam memberikan
penyuluhan mengenai MOP dan Kondom masih sederhana berdasarkan
atas pengalaman pribadi sebagai peserta KB Pria,

tanpa dikuatkan

secara medis, sosial dan agama dan itupun bila ada yang bertanya.

c. Kegiatan Kelompok
Pelayanan KB Kondom belum berjalan disebabkan kondom tidak tersedia
di kelompo, penyuluhan dilakukan secara individu itupun masih antar
keluarga terdekat dan bila ada pertanyaan, rujukan mengantar calon
peserta KB Pria terutama MOP ke Bidan Desa atau Para Medis lainnya
untuk mendapatkan informasi dan pemeriksaan pendahuluan dan
sekaligus mengantar calon tersebut ke Pelayanan KB di Rumah Sakit
belum berjalan, Pencatatan dan Pelaporan belum ada.

5

d. Upaya kemandirian kelompok
Upaya kemandirian kelompok yang tercermin dari kegiatan kelompok
belum ada, kelompok masih tergantung dari kegiatan yang dilakukan oleh
tingkat atas terutama dari Propinsi. Kegiatan yang ada sebatas
penyuluhan secara sederhana, operasional kelompok dan peningkatan
kesejahteraan anggota melalui kegiatan ekonomi keluarga (UPPKS)
belum ada, hanya ada 1 kelompok yang sudah ada yaitu di Desa Luas
Kabupaten Kaur.
2. Pembahasan Tindak Lanjut
Untuk mewujudkan Model Peningkatan Kapasitas Kelompok KB Pria dengan
kriteria:
-

Mampu melakukan kegiatan penyuluhan/KIE kepada masyarakat atau
calon akseptor KB Pria tanpa mendapat pembinaan dari PLKB dan
jenjang lebih atas.

-

Mampu melakukan pelayanan KB Kondom dan melakukan rujukan
terhadap calon Akseptor baru terutama MOP untuk mendapatkan
pelayanan dan bila terjadi indikasi komplikasi atau kegagalan

-

Mampu melakukan pencatatan pelaporan baik jumlah akseptor maupun
kegiatan rutin kelompok serta kegiatan lainnya,

-

Mampu

melakukan koordinasi dengan bidan, Tokoh Agama, Tokoh

Masyarakat dalam penguatan jaringan
-

Mampu mengusahakan dana operasional kelompok melalui kegiatan
ekonomi dan usaha lainnya.

Untuk

mewujudkan

Model

tersebut

diatas

telah

dilakukan

berbagai

tindakan/intervensi yaitu :
a. Penguatan Organisasi Kelompok KB Pria
Untuk meningkatkan keberadaan dan kualitas dari kelompok KB Pria
perlu ditingkatkan intensitasnya dengan dilakukan pembinaan dari
Perangkat Desa, Petugas KB, Koordinator Lapangan, Bidan Desa,
Kabupaten dan Propinsi sebagai penguat jaringan kelembagaan didesa,
Bentuk perhatian berupa pembinaan, penguatan kelompok melalui
dikeluarkan Surat Keputusan dari Kepala Desa, Kecamatan dan
Kabupaten tentang keberadaan kelompok, pemberian operasional selama
6

2

bulan

digunakan

untuk

pertemuan,

penyuluhan,

melengkapi

administrasi, pembuatan papan nama kelompok.
b. Penguatan Kegiatan KIE
Penyuluhan

yang

diberikan

secara

sederhana

disebabkan

masih

minimnya pengetahuan dari anggota kelompok KB Pria, sehingga untuk
meningkatkan pengetahuan mengenai KB Pria, sistem rujukan, cara
pemberian KIE melalui KIP/Konseling, pencatatan dan pelaporan serta
kegiatan ekonomi produktif sesuai dengan kebutuhan wilayah telah
dilakukan kegiatan Orientasi

mengenai

pengetahuan KB Era Baru,

kesehatan reproduksi, KIP/Konseling dalam melakukan penyuluhan,
kegiatan ekonomi produktif, pencatatan pelaporan dan ekonomi produktif
tentang UPPKS, dan pemberian bahan KIE melalui buku tentang Peran
serta Pria dalam ber-KB, Konsep Disain Bahan KIE yang dapat dilihat
melalui video.
c. Penguatan Kegiatan Kelompok
Dalam rangka meningkatkan kuantitas dan kualitas kegiatan kelompok
dilakukan pendekatan dengan Petugas Lapangan KB, Korlap KB, Bidan
Desa dan Perangkat Desa untuk memberikan stimulan yang berupa
supprot pelibatan kegiatan didesa, baik yang ada kaitan dengan Keluarga
Berencana seperti Rapat Koordinasi Kecamatan, maupun diluar Keluarga
Berencana seperti halnya melalui kelompok Tani, Zikir, Pengajian, dan
kelompok kegiatan lainnya.
d. Penguatan Kemandirian Kelompok
Salah

satu

alasan

dan

penghambat

dari

kemandirian

kelompok

disebabkan operasional untuk menggerakkan kegiatan kelompok belum
ada, kelompok masih tergantung dari Propinsi dan Kabupaten dan itupun
dirasakan tidak mencukupi untuk melakukan pertemuan, pengadaan
sarana dan prasarana secara rutin akibatnya kelompok tidak dikenal oleh
Masyarakat bahwa didesanya ada kelompok KB Pria yang dapat
membantu Pasangan Suami Isteri (Pasutri) untuk mengetahui informasi,
mendapatkan pelayanan KB Pria serta kegiatan lainnya.
Untuk mendorong kemandirian dari kelompok KB Pria sehingga ada
kegiatan secara rutin dilakukan melalui pemberian stimulan berupa
operasional selama 2 bulan mendukung operasional yang telah diberikan.
Operasional yang diberikan dari dana penelitian digunakan untuk
7

pertemuan,
Pasangan

pemberian
Suami

pembentukan

Isteri,

kelompok

penyuluhan

kepada

masyarakat

pendataan

peserta

KB

UPPKS

sebagai

bentuk

Pria,

terutama
pertemuan

stimulan

untuk

meningkatkan ekonomi keluarga kelompok KB Pria, pembuatan papan
nama.
G. Kesimpulan dan Saran

A. Kesimpulan :
Setelah dilakukan berbagai tindak lanjut dapat disimpulkan bahwa :
1. Pengorganisasian dari kelompok KB Pria berjalan sesuai dengan
harapan dan disahkan dengan Surat Keputusan dari Kepala Desa
sebagai legalitas.
2. Kegiatan pertemuan telah dapat dijalankan yang pertama kali
dilakukan menyusun jadwal kegiatan kelompok dan pembentukan
pengurus UPPKS yang disahkan oleh Kepala Desa untuk diusulkan
mendapatkan dana UPPKS, kelompok UPPKS baru terbentuk 5
kelompok sebagai kelompok baru dan 1 kelompok lama dan langsung
memasukkan usulan ke Propinsi, sampai Desember 2008 yang cair 3
kelompok UPPKS dari 5 yang mengusulkan.
3. Setelah diberikan supprot dan operasional kelompok, kelompok KB
Pria telah melakukan pendataan peserta KB Pria, pertemuan,
penyuluhan, dan rujukan terhadap calon MOP dan Kondom.
4. Pembinaan dan perhatian kepada kelompok KB pria serta pencairan
dana UPPKS ternyata dapat sebagai sarana pendukung aktifnya
kegiatan kelompok, sehingga dapat memberikan penyuluhan baik
secara kelompok maupun melalui saluran lain seperti Rapat Koordinasi
Kecamatan dan Kelompok lainnya.
B. Saran
1. PLKB, Koordinator Lapangan KB, sampai dengan Kabupaten perlu
melakukan pembinaan dan penyediaan bantuan dukungan sarana dan
prasarana sampai kelompok KB Pria siap untuk mandiri.

8

2. Perlu dicarikan bentuk stimulan lainnya selain dari Dana UPPKS
dengan memperhatikan dan menggunakan potensi yang ada diwilayah
kelompok KB Pria.
3. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dan direplikasikan pada kelompok
KB Pria lain sehingga KKP Peningkatan Partisipasi Pria dapat tercapai.

9

Lampiran
1. Kerangka Konsep Meningkatkan Stimulant

Intervensi
Kondisi awal

1. Rendahnya;
kenaikan peserta
pria ber-KB.
2. Rendahnya
Stimulant
Anggota
kelompok KB
pria mengajak
peserta baru.

Kondisi Yang
Diharapkan

Penguatan Kelompok
KB Pria

Meningkatnya jumlah
peserta KB pria.

Penawaran program
stimulant;
1. Bantuan ekonomi
produktif
2. Insentif yang menarik
3. dan lainya.

Meningkatnya
kesejahteraan keluarga
peserta KB pria.

10

Lampiran 2, Kebutuhan Model yang Dirumuskan
KONDISI SEBENARNYA DI LAPANGAN
KIE tentang
Peningkatan
Bahan KIE tentang Peran
kurang
1
partisipasi pria
Pria/Suami dalam ber-KB
ber-KB masih
sedikit

2

Kemampuan anggota Kelompok
KB Pria memberikan
Penyuluhan/KIE

rendah

Animo
masyarakat atau
Pasutri tentang
KB Pria sangat
tinggi.

3

Alat Kontrasepsi Kondom di
Kelompok KB Pria

Rata-rata
tidak ada

Kondom banyak
digudang Kab
Korlap/PLKB
jarang melakukan
pembinaan
tentang KB Pria.

4

Pembinaan dari Korlap/PLKB

Kurang

5

Pembinaan dari Kabupaten

6

Kepengurusan

Masih
Rendah
Masih
berjalan
Ada 2
kelompok
7
Kelompok

Baru ( dibawah 1 tahun )
Lama ( diatas 1 tahun )

7

Pertemuan di Kelompok KB Pria

Sebagian
besar
Tdak ada

8

Pencatatan dan Pelaporan :

Tidak ada

9

Dana Operasional

10 Kelompok ekonomi produktif

Pada
tahun
2008
Hanya 1
tahun
sekali
Hanya 1
Kelompok
saja

Tidak tahu apa
yang harus
dikerjakan/tidak
ada yang
menggerakan
.Informasi tentang
Peserta KB Pria
sangat dibutuhkan
Sangat kecil tidak
sesuai dengan
beban kerja,.
Tidak ada yang
membina

KEBUTUHAN
Perlu penyebaran bahan KIE
kepada Kelompok KB Pria

Anggota kelompok KB pria
perlu dibekali tentang
Partisipasi pria dalam berKB. Serta membentuk duta
informasi dengan melibatkan
isteri peserta KB pria
Distribusi kondom pada
kelompok KB pria selain di
PPKBD atau Sub PPKBD
Sesekali minta dibina dari
kabupaten dan atau propinsi
untuk meningkatkan
motivasi
Mohon adanya pembinaan
MODEL:
ditingkatkan kapasitasnya
supaya dapat melakukan
pembinaan/penyuluhan/KIE
kepada Masyarakat dan
Pasutri, mampu melakukan
pencatatan pelaporan,
mampu mengusahakan
Operasional secara mandiri
melalui kegiatan usaha
.mampu melakukan
koordinasi dengan bidan,
Diperlukan kegiatan stimulan
dalam memperoleh dana
operasional secara mandiri
Segera dibentuk untuk
mendukung kegiatan kelp

Untuk Mewujudkan Model Peningkatan Kapasitas Kelompok KB Pria dengan
kriteria:
- Dapat melakukan kegiatan penyuluhan kepada masyarakat atau calon akseptor KB Pria
- Mampu melakukan pencatatan pelaporan,
- Mampu melakukan koordinasi dengan bidan,
- Mampu mengusahakan dana operasional kelompok melalui kegiatan ekonomi dan

usaha lainnya.

11