Pengekalan Tanah Sawah Sebagai Kawasan P

MAKALAH GEOPEDOLOGI
TANAH SEBAGAI PEDOSFER

Oleh:
Deni Rachman

(H1F012007)

Dalfa Fatihatussalimah

(H1F012008)

Satrio Budi Harjo

(H1F012009)

Dwi Luthfiyah Nur

(H1F012012)

Shisil Fitriana


(H1F012013)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDRAL SOEDIRMAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
PURBALINGGA
2014

BAB I
PENDAHULUAN
1.

Latar Belakang
Konsep ilmu tanah yang dilandasi keilmuan kimia dan geologi dipelopori oleh

pakar kimia Jerman Justus von Liebig (1840) yang selanjutnya melandasi konsep
ilmu tanah. Pada tahun 1860, E.W. Hilgard memberikan perhatian terhadap hubungan
antara iklim, tanaman, batuan induk, dan tanah yang terbentuk.

Lebih jauh dikatakan bahwa tanah bukan hanya sekedar media pertumbuhan
tanaman, melainkan merupakan tubuh alam yang bersifat dinamis yang harus selalu
dipelajari dan dibuat klasifikasinya. Konsep lain dikemukaan oleh Joffee (1917) yang
memberikan batasan lebih maju bahwa tanah merupakan kombinasi sifat fisik, kimia,
dan biologi..
Dari definisi diatas masing-masing mempunyai kelemahan. Batasan yang
cukup baik, bahwa tanah adalah tubuh alam yang bebas memiliki ciri morfologi
tertentu sebagai hasil interaksi antara iklim, organisme, bahan induk, relief dan
waktu. Komponen tanah tersusun antara yang satu dengan yang lain membentuk
tubuh tanah yang dibedakan atas horizon-horizon yang kurang lebih sejajar dengan
permukaan tanah. Tanah tersebut merupakan bagian dari pedosfer. Pedosfer terbentuk
sebagai suatu persinambungan (continuum) sehingga pemerian,klasifikasi, dan
penelitian yang dilakukan harus terhadap unit terkecil dari persinambungan. Unit
terkecil tersebut adalah tanah yang berarti keberadaan dari tanah atau unit terkecil ini
sangatlah penting untuk pemahaman kita dalam memahami segala konsepan yang
berhubungan dengan pedosfer.

BAB II
PEMBAHASAN


Pedosfer merupakan lapisan paling atas pada permukaan bumi. Kajian ilmu
pedosfer membahas tentang konsep pedosfer yaitu mengenai proses terbentuknya
tanah (tanah yang berbeda-beda), persebaran jenis tanah dan karakteristiknya.
Penjelasan mengenai tanah itu sendiri adalah material yang tidak padat yang terletak
di permukaan bumi. Tanah juga merupakan hasil pelapukan batuan beku, sedimen,
dan batuan metamorf (bahan induk). Tanah terdiri dari mineral, bahan organik, air,
dan udara, tetapi tidak semua jenis tanah memiliki bahan organik. Bisa juga hasil
pelapukan yang tidak tersedimentasikan dan menjadi regolith.
Dari kajian diatas dapat dipahami bahwa tanah sebagai pedosfer memiliki
peranan sebagai acuan yang membantu dalam memahami kesinambungan proses
penyusun dalam pembentukan tanah di pedosfer, serta bagaimana karakteristik dari
setiap jenis tanah yang terbentuk.,
Dilihat dari segi pembentukan tanah pada pedosfer, tanah mempunyai tingkatan
kedalaman yang disebut dengan horizon. Setiap tingkatan tersebut berbeda-beda
yang terkandung didalamnya. Banyak keanekaragaman mikroorganisme dan hewan
tanah baik yang bersifat merugikan maupun yang menguntungkan ( Subagyo1970).
Setiap horizon dicirikan dengan huruf kapital O, A, E, B, C, R yang merupakan
simbol-simbol untuk horizon utama dan lapisan utama tanah. Huruf-huruf kapital ini
merupakan simbol dasar, yang dapat diberi tambahan karakter-karakter lain untuk
melengkapi penamaan horizon dan lapisan.

Adapun karakteristik dari tiap jenis horizon tanah yang terbentuk yaitu :
a) Horizon O adalah lapisan yang didominasi oleh bahan organik. Sebagian jenuh
air dalam periode yang lama, atau suatu ketika pernah jenuh air, tetapi sekarang
telah didrainase, sebagian yang lain tidak pernah mengalami jenuh air. Serasah
seperti ini dapat berada di atas permukaan tanah mineral atau tanah organik.
b) Horizon A adalah horizon mineral yang terbentuk pada permukaan tanah atau di
bawah suatu horizon O. Horizon ini memperlihatkan kehilangan seluruh atau
sebagian besar struktur batuan asli dan menunjukkan salah satu atau kedua sifat
berikut yaitu akumulasi bahan organik terhumifikasi yang bercampur sangat
intensif dengan fraksi mineral, dan tidak di dominasi oleh sifat-sifat yang

merupakan karakteristik horizon E atau B. Sifat-sifat yang merupakan akibat dari
pengolahan tanah, pengembalaan ternak atau jenis-jenis gangguan lain yang
serupa.
c) Horizon E adalah horizon mineral yang kenampakan utamanya

adalah

kehilangan liat silikat, besi, alumunium atau beberapa kombinasi senyawasenyawa tersebut, meninggalkan suatu konsentrasi partikel-partikel pasir dan
debu. Horizon ini memperlihatkan lenyapnya seluruh atau sebagian terbesar dari

struktur batuan aslinya. Horizon E dibedakan dari horizon B di bawahnya dalam
sequm tanah sama , oleh warna dengan value lebih tinggi atau chrome lebih
rendah , atau kedunya, oleh tekstur yang lebih kasar atau oleh suatu kombinasi
dari sifat-sifat tersebut.
d) Horizon B dalah horizon-horison yang terbentuk di bawah suatu horizon A, E
atau O. Horizon-horison ini didominasi oleh lenyapnya seluruh atau sebagian
terbesar sari struktur batuan aslinya, dan memperlihatkan satu atau lebih sifatsifat seperti : Konsentrasi atau penimbunan secara aluvial dari liat silikat,
senyawa besi, senyawa alumunium, humus, senya wa karbonat, gispsum, atau
silika, secara mandiri atau dalam kombinasi. Tanda-tanda atau gejala adanya
pemindahan atau penambahan senyawa karbonat. Konsentrasi oksidan-oksidan
secar residu. Penyelaputan sesquioksida yang mengakibatkan horizon terlihat
jelas menpunyai value warna lebih rendah, chrome lebih tinggi atau hue lebih
merah tanpa proses iluviasi semyawa besi yang terlihat jelas.
e) Horizon C adalah horison atau lapisan, tidak termasuk batuan dasar yang lebih
keras dan tersementasi kuat, yang dipengaruhi sedikit oleh proses pedogenik,
serta tidak memiliki sifat –sifat horizon O, A, E, atau B. sebagian terbesar
merupakan lapisan-lapisan mineral. Bahan lapisan C mungkin dapat serupa atau
tidak serupa dengan gahan dari mana solum diperkirakan telah terbentuk. Suatu
horizon C mungkin saja telah mengalami perubahan, walaupun tidak terdapat
tanda-tanda adanya proses pedogenesis.

f) Horizon R adalah batuan dasar tersementasi kuat sampai mengeras.granit, basaly,
kuarsit, batugamping, dan batupasir adalah contoh batuan dasra yang diberi
symbol dengan huruf R. lapisan R cukup kompak jika lembab sehingga cukup
sulit di gali dengan sekop walaupun lapisan tersebut dapat pecah berkepingkeping

g) Sifat morfologi tanah adalah sifat–sifat tanah yang dapat diamati dan dipelajari
di lapang. Sebagian dari sifat morfologi tanah merupakan sifat fisik dari tanah
tersebut.
Keterangan :
A : Horizon Organik
O : Horizon pencampuran bahan organic terhumifikasi dengan bahan mineral
E : Horizon pencucian (eluviasi)
B : Horizon penumpukan (iluviasi)
C : Bahan induk
D : Batuan induk
Adapun faktor yang mempengaruhi pembentukan agregat dari setiap
karakteristik tanah yang terbentuk tersbeut yaitu :
1.

Bahan Induk

Variasi bahan induk penyusun tanah mempengaruhi pembentukan agregat-

agregat tanah serta kemantapan yang terbentuk. Kandungan liat menentukan dalam
pembentukan agregat, karena liat berfungsi sebagai pengikat yang diabsorbsi pada
permukaan butiran pasir dan setelah dihidrasi tingkat reversiblenya sangat lambat.
Bahan induk tanah dibedakan menjadi 3 yaitu residual, transport, dan organik..
Transport merupakan bahan induk tanah yang berasal dari erosi yang dibawa air dan
mengalami sedimentasi. Sedangkan organik merupakan bahan induk tanah yang
berasal dari hasil proses pembusukan flora dan fauna yang kemudian akan
menghasilkan horison ( O )
2. Bahan organik tanah
Bahan organik tanah merupakan bahan pengikat setelah mengalami pencucian.
Pencucian tersebut dipercepat dengan adanya organisme tanah. Sehingga bahan
organik dan organisme di dalam tanah saling berhubungan erat.
3. Topografi
Relief adalah perbedaan tinggi atau bentuk wilayah suatu daerah termasuk
didalamnya perbedaan kecuraman dan bentuk lereng. Topografi suatu daerah dapat

menghambat atau mempercepat pengaruh iklim. Di daerah datar atau cekung dimana
air tidak mudah hilang dari tanah atau menggenang, pengaruh iklim menjadi tidak

jelas dan terbentuklah tanah berwarna kelabu atau banyak mengandung karatan.
Sebagai akibat genangan itu
4. Organisme
Organisme tanah dapat mempercepat terbentuknya agregat. Selain itu juga
mampu

berperan langsung dengan membuat lubang dan menggemburkna

tanaman.Secara

tidak langsung merombak sisa-sisa tanaman yang setelah

dipergunakan akan dikeluarlan lagi menjadi bahan pengikat tanah
5. Waktu
Waktu menentukan semua faktor pembentuk tanah berjalan. Semakin lama
waktu

berjalan, maka agregat yang terbentuk pada tanah tersebut semakin

berpengaruh. Karena proses pembentukan tanha terus berjalan maka bahan induk

tanah berubah berturut turut menjadi tanah muda, tanah dewasa, dan tanah tua
6. Iklim
Iklim berpengaruh terhadap proses pengeringan, pembasahan, pembekuan,
pencairan. Iklim merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap pembentukan
agregat tanah.

BAB III
KESIMPULAN
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa tanah bukan hanya sekedar
bagian kerak bumi yang tersusun atas mineral dan bahan organik dan juga bukan
hanya media pertumbuhan tanaman. Tanah berasal dari pelapukan batuan dengan
bantuan organisme mebentuk tubuh unik yang menutupi batuan. Karena dalam hal

ini terjadi proses pembentukan tanah yang nantinya membentuk tanah sebagai tubuh
alam yang terdiri atas lapisan-lapisan atau disebut sebagai horizon tanah. Setiap
horizon menceritakan mengenai asal dan proses-proses fisika, dan biologi yang telah
dilalui tubuh tanah tersebut.

Daftar Pustaka
D.Foth, Henry.1994.Dasar-dasar Ilmu Tanah Edisi Keenam.Jakarta:Erlangga

Hardjowigeno,Dr.Ir.Sarwono.1989.Ilmu Tanah.Jakarta:PT.Melton Putra
Sutanto,Rachman.2005.Dasar-dasar Ilmu Tanah Konsep dan Kenyataan.
Yogyakarta:Kanisius

Dokumen yang terkait

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

Pengelolaan Publikasi MelaluiMedia Sosial Sebagai sarana Pengenalan Kegiatan Nandur Dulur( Studi deskriptif pada tim publikasi Nandur Dulur)

0 66 19

FRAKSIONASI DAN KETERSEDIAAN P PADA TANAH LATOSOL YANG DITANAMI JAGUNG AKIBAT INOKULASI JAMUR MIKORIZA ARBUSKULAR DAN BAKTERI PELARUT FOSFAT (Pseudomonas spp.)

2 31 9

Identifikasi Jenis Kayu Yang Dimanfaatkan Untuk Pembuatan Perahu Tradisional Nelayan Muncar Kabupaten Banyuwangi dan Pemanfaatanya Sebagai Buku Nonteks.

26 327 121

Analisis Prioritas Program Pengembangan Kawasan "Pulau Penawar Rindu" (Kecamatan Belakang Padang) Sebagai Kecamatan Terdepan di Kota Batam Dengan Menggunakan Metode AHP

10 65 6

Peranan Deposito Sebagai Sumber Dana Pada PT. Bank X,Tbk. Cabang Buah Batu Bandung

3 47 1

Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Sistem Komputerisasi Kantor Pertahanan (KKP) Terhadap Kualitas Pelayanan Sertifikasi Tanah Di Kantor Pertanahan Kota Cimahi

24 81 167

PENGAWASAN OLEH BADAN PENGAWAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA BANDAR LAMPUNG TERHADAP PENGELOLAAN LIMBAH HASIL PEMBAKARAN BATUBARA BAGI INDUSTRI (Studi di Kawasan Industri Panjang)

7 72 52

Asas Tanggung Jawab Negara Sebagai Dasar Pelaksanaan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

0 19 17