MACAM MACAM KARAKTERISTIK PENDEKATAN DAL

MACAM – MACAM KARAKTERISTIK
PENDEKATAN DALAM PEMBELAJARAN
MAKALAH
DIBUAT SEBAGAI SALAH SATU SYARAT TUGAS MATA KULIAH
PENDIDIKAN IPS SD
Dosen : Drs. Susilo, M.Pd.
Disusun oleh :
1. Munasarotun Nafisah

(1401417055)

2. Jellianisa Candrawati

(1401417081)

3. Chintya Delvina D.

(1401417092)

4. Tri Wahyu Setyani


(1401417093)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
TAHUN AKADEMIK 2018

1. Pembuka
1.1 Latar Belakang
Bagi seorang guru, menguasai materi pembelajaran saja belum
cukup.

Baginya

diperlukan

keterampilan

khusus


untuk

dapat

menyampaikan materi tersebut dengan lebih berhasil. Penguasaan
metodologi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik mata pelajaran
yang diampunya dan sesuai dengan karakteistik anak didiknya menjadi
syarat yang tidak bisa ditawar lagi.
Salah satu rujukan dalam memilih pendekatan yang sesuai untuk
pembelajaran IPS adalah dengan mempertimbangkan tujuan dan ruang
lingkup kajian pengajaran IPS di Sekolah Dasar. Sebagaimana diketahui,
dalam banyak hal tujuan pembelajaran IPS di Indonesia memiliki
kesamaan dengan tujuan Social Studies di Amerika Serikat dan tujuan
SOSE (Studies of Society and Environment) di Australia.
Untuk itu diperlukannya sebuah pendekatan yang cocok bagi
peserta didik agar pada pembelajarannya sesuai dengan prinsip-prinsip
pembelajaran IPS untuk mencapai pemahaman peserta didik terhadap
sebuah pembelajaran terutama pembelajaran IPS.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan fungsi pendekatan pembelajaran?

2.

Apa

pembelajaran

saja

macam



macam

karakteristik

pendekatan

dalam IPS SD?


3. Apa saja macam – macam pendekatan pembelajaran dalam IPS
SD?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dan fungsi pendekatan
pembelajaran
2. Untuk mengetahui macam – macam karakteristik pendekatan
pembelajaran dalam IPS SD
3. Untuk mengetahui macam – macam pendekatan pembelajaran
dalam IPS SD

2. Pembahasan
2.1 Pengertian dan Fungsi Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau
sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada
pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat
umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari
metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu.
Fungsi pendekatan bagi suatu pembelajaran adalah :
a. Sebagai pedoman umum dalam menyusun langkah-langkah metode
pembelajaran yang akan digunakan.

b. Memberikan garis-garis rujukan untuk perancangan pembelajaran.
c. Menilai hasil-hasil pembelajaran yang telah dicapai.
d. Mendiaknosis masalah-masalah belajar yang timbul, dan
e. Menilai hasil penelitian dan pengembangan yang telah dilaksanakan.
2.2 Macam – macam karakteristik dalam pembelajaran IPS SD
Berkaitan dengan atmosfir di sekolah, ada sejumlah karakteristik
yang dapat diidentifikasi pada siswa SD berdasarkan kelas-kelas yang
terdapat di SD.
1) Karakteristik pada Masa Kelas Rendah SD (Kelas 1,2, dan 3)
a. Ada hubungan kuat antara keadaan jasmani dan prestasi sekolah
b. Suka memuji diri sendiri
c. Apabila tidak dapat menyelesaikan sesuatu, hal itu dianggapnya
tidak penting
d. Suka membandingkan dirinya dengan anak lain dalam hal yang
menguntungkan dirinya
e. Suka meremehkan orang lain
2) Karakteristik pada Masa Kelas Tinggi SD (Kelas 4,5, dan 6).
a. Perhatianya tertuju pada kehidupan praktis sehari-hari
b. Ingin tahu, ingin belajar, dan realistis


c. Timbul minat pada pelajaran-pelajaran khusus
d. Anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai
prestasi belajarnya di sekolah.
Menurut Jean Piagiet, usia siswa SD (7-12 tahun) ada pada
stadium operasional konkrit. Oleh karena itu guru harus mampu
merancang pembelajaran yang dapat membangkitkan siswa,
misalnya penggalan waktu belajar tidak terlalu panjang, peristiwa
belajar harus bervariasi, dan yang tidak kalah pentingnya sajian
harus dibuat menarik bagi siswa.

2.3 Jenis pendekatan pembelajaran dalam IPS SD
MACAM-MACAM PENDEKATAN
1. Pendekatan Kognitif dalam Pembelajaran IPS SD
IPS berfungsi sebagai ilmu pegetahuan untuk mengembangkan
kemampuan dan sikap rasional tentang gejala-gejala sosial serta
kemampuan tentang perkembangan masyarakat Indonesia dan masyarakat
dunia di masa lampau dan masa kini. Dari uraian tersebut dapat dikatakan
jika karakteristik pembelajaran IPS di SD secara umum merupakan
pendidikan kognitif sebagai dasar partisipasi sosial. Artinya, perhatian
utama pembelajaran IPS ialah mengembangakan peserta didik sebagai

aktor sosial yang cerdas. Untuk mencapai tujuan tersebut, kecerdasan
rasional dan emosianalnya harus berkembang secara seimbang. Menurut
Banks (dalam Sardjiyo, 2009: 5.4) pendekatan yang khas dalam IPS yang
potensial dapat mengembangkan kecerdasan rasional adalah Social
Science Inquiry atau Penelitian Ilmu Sosial. Pendekatan tersebut memiliki
krakteristik sebagai berikut (Banks, 1977: 41-70)
a.

Tujuan
Tujuan utama pendekatam penelitian sosial ialah membangu teori

atau secara umum membangun pengetahuan. Untuk membangun
pengetahuan diperlukan fakta dan generalisasi. Pendekatan penelitian

sosial di SD harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan kognitif
anak. Menurut Piaget (Bell Gradler:1986) anak Sd kelas 3-6 berada pada
rentang usia 8-12 tahun mereka berada pada tahap operasional konkrit.
Oleh

karena


itu,

tujuan

pendekatan

pnelitian

di

SD

adalah

memperkenalkan dan melatih anak cara berfikir ilmu sosil yang dapat
dibangun namun belum sampai pada teori pengetahuan sosial, tetapi
berupa pengetahuan sosial dengan kerangka keilmuan sederhana.
b. Proses penelitian
Menurut Banks (1977:43) ilmu pengetahuan metupakan proses dan

produk berupa tubuh pengetahuan teoritis yang selalu bersifat interaktif.
Bagi siswa SD, proses penelitian berfungsi sebagai media untuk mengenal
gejala-gejala sosial dan perkembangan masyarakat atau dapat dikatakan
jika proses ini merupakan pengeajaran sosial sebagai ilmu sosial.
c.

Model-model penelitian sosial

Banks (1977) memperkenalkan model seperti berikut
Masalah ------- Hipotesis ------- Data ------- Kesimpulan
1) Masalah
Masalah berkenaan dengan gejala yang tampak (yang ditangkap
oleh pancaindera) yang muncul akibat rasa ingin tahu. Namun tidak semua
hal yang kita rasakan merupakan masalah. Terganutng pada apakah yang
teramati tersebut bertentangan dengan konsep yang ada di dalam pikiran.
Masalah bersifat individu yang menyebabkan sesuatu yang kita anggap
sebagai masalah belum tentu menjadi masalah pula bagi orang lain. Jadi
dapat dikatakan, masalah merupakan hasil rekayasa pikiran yang
berkenaan dengan fenomena, teori dan nilai yang ada di dalam pikiran
kita.

2) Hipotesis
Hipotesis merupakan kesimpulan sementara yang masih perlu diuji
kebenarannya. Apabila hipotesis tersebut telah diuji secara empiris
(menggunakan data) maka akan terbentuk tesis atau kesimpulan. Hipotesis
tersebut seyogyanya dirumuskan berdasarkan asumsi (postulat, hal-hal

yang berhubungan dengan unsur-unsur yang dipermasalahakan yang
diterima sebagai kebenaran tanpa bukti).
3) Pengumpulan dan Analisis Data
Data berasal dari bahasa latin datum yang berarti satu informasi
(bersifat tunggal) dan jika data bersifat banyak maka disebut data. Data
dapat berbentuk kenyataan yang dapat ditangkap oleh pancaindera. Data
juga dapat berupa informasi hasil pengukuran atau perhitungan. Data
diperlukan dalam pengujian hipotesis. Terdapat dua macam data, yakni
data primer (medapatkan informasi dari orang pertama) dan data sekunder
(mendapatkan informasi dari orang lain). Dalam pengumpulan data,
hendaknya digunakan suatu instrumen pengumpulan data yang baik agar
data tersebut valid.
4) Kesimpulan
Kesimpulan ialah hipotesis yang telah diuji dan dibuktikan

kebenarannya. Apabila kesimpulan tersebut terus diuji dan dibangun
secara kait-mengait maka akan menghasilkan teori. Teori pada dasarnya
merupakan pernyataan hubungan antarhal yang sudah di tes kebenarannya
dan berlaku umum.
d. Konsep
Konsep merupakan suatu kata atau pernyataan abstrak yang
berguna untuk mengelompokkan benda, ide atau peristiwa (Banks,
1977:85). Contoh konsep seperti pantai, silsilah, norma, pemerintah, dsb.
Prose

pembentukan

konsep

pada

dasarnya

merupakan

prose

mengelompokkan dan memberi nama konsep serta merumuskan
pengertian konsep itu. Berdasarkan sifatnya, terdapat empat macam
konsep, yakni
1) Konsep teramati (observed concept)
Konsep teramati ialah konsep yang contohnya dapat ditangkap
pancaindera seperti manusia, rumah, jalan raya, bising, manis, merdu, dsb.
2) Konsep tersimpul (inferred concept)

Konsep tersimpul ialah konsep yang contohnya harus disimpulkan
dari beberapa hasil pengamatan atau beberapa peristiwa sebagai indikator.
Misalnya sopan, tertib, indah, pahlawan, cantik, dsb.
3) Konsep relasional (relational concept)
Konsep relasional adalah konsep yang melibatkan jarak dan atau
waktu. Misalnya abad, dasawarsa, mile, lintang, bujur, isobar, isothorm,
kawasan, dsb.
4) Konsep ideal (ideal type concept)
Konsep ideal adalah konsep tersimpul yang lebih abstrak dan
merupakan konsep yang memerlukan pengumpulan indikator yang lebih
luas. Misalnya keadilan, pancasialis, takwa, nyaman, patriotik, kasih
sayang, kejujuran, kesejahteraan, dsb.
e.

Generalisasi
Banks (1977:97) menyatakan bahwa generalisasi ialah pernyataan

mengenai keterkaitan dua konsep atau lebih. Contohnya, perilaku
mengajar guru di muka kelas merupakan hasil interaksi antara kompetensi
kemampuan mengajar guru drngan lingkungan belajar. Dalam contoh
tersebut, terdapat tiga buah konsep yakni perilaku mengajar, kompetensi
kemampuan mengajar guru dan lingkungan belajar. Pernyataan hubungan
antar konsep tersebut biasanya menggunakan kata-kata sperti merupakan
hasil dari, disebabkan oleh, karena dipengaruhi oleh, dsb.
Setiap

generalisasi

memiliki

kecakupan

keberlakuan

pernyataannya. Luasnya cakupan suatu generalisasi akan menentukan aras
(level) dari generalisasi itu. Secara umum, generalisasi digolongkan
menjadi tiga aras (Banks, 1977:99-100).
1) Generalisasi aras tinggi
Genaralisasi aras tinggi berlaku secara universal, artinya,
pernyataan tersebut berlaku di mana saja, kapan saja, dan bagi siapa saja.
Contohnya antara interaksi manusia dengan lingkungannya mempengaruhi
cara pemenuhan kebutuhannya.
2) Generalisasi aras sedang

Generalisasi aras sedang berlaku terbatas pada suatu wilayah
budaya atau kurun waktu tertentu. Contohya pada masa penjajahan
Belanda kesempatan pendidikan bagi rakyat Indonesia sangatlah terbatas.
3) Generalisasi aras rendah
Generalisasi aras rendah berlaku lebih terbatas lagi pada lingkup
yang lebih sempit. Contohnya pada musim angin barat poenghasilan
nelayan tradisional di Pelabuhan Ratu menurun karena terbatasnya
frekuensi dan jarak tangkapan ikan.
f.

Teori/konstruk
Teori atau konstruk merupakan pentuk pengetahuan tertinggi yang

dapat digunakan untuk menerangkan dan memperlakukan perilaku
manusia (Banks, 1977:103). Teori dibangun oleh generalisasi aras tinggi
yang memenuhi syarat-syarat berikut:
1)

Melukiskan hubungan antar konsep atau variabel yang didefinisikan

secara jernih.
2) Mengandung sistem deduksi yang ajeg atau tetap.
3)

Merupakan sumber dari hipotesis yang sudah diuji kebenarannya

(Banks, 1977:103).
Contoh teori misalnya teori permintaan dan penawaran, teori
contract social dari John Locke dan Rousseau.
2. Pendekatan Sosial, Personal dan Perilaku dalam Pembelajaran IPS SD
Pendekatan sosial, personal, dan perilaku pada prinsipnya
merupakan bentuk sentuhan paedagogisnya terhadap dimensi sosial dan
personal atau dimensi inteligensia emosional atau emotional intelligence
menurut Goleman (1996). Dimensi tersebut memiliki aspek-aspek emosi,
nilai dan sikap, serta perilaku sosial yang satu sama lain memiliki saling
keterkaitan.
a.

Emosi
Oxford English Dictionary mengartikan emosi (emotion) sebagai

setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu, setiap keadaan
mental yang hebat atau meluap-luap. Goleman (1996) mengartikan emosi

sebagai suatu perasaan dan pikiran atau suatu keadaan biologis dan
psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Tercakup
dalam emosi ini adalah amarah, kesehatan, rasa takut, kenikmatan, cinta,
terkejut, jengkel dan malu (Goleman, 1996:411-412). Pikiran emosional
cenderung bersifat cepat, namun ceroboh atau tidak teliti dan berbeda
dengan pikiran rasional yang cenderungsangat teliti namun lambat. Pikiran
emosional merupakan dorongan hati. Kedua pikiran tersebut saling
mengisi dan ada di dalam diri kita. Yang diperlukan hanyalah penyelaran
atau penyeimbangan pikiran emosional dan pikirn rasional. Untuk
menyelaraskannya, yang diperlukan hanyalah pendidikan emosi dan rasio
yang harmonis.
Menurut W. T. Grand Consurtiums, dalam Goleman (1996:426427) keterampilan emosional mencakup hal-hal berikut.
1) Mengidentifikasi dan memberi nama perasaan-perasaan.
2) Mengungkapkan erasaan.
3) Menilai intensitas perasaan.
4) Mengelola perasaan.
5) Menunda pemuasan
6) Mengendalikan dorongan hati
7) Mengurangi stres.
8) Mengetahui perbedaan antara perasaan dan tindakan.
b. Nilai dan sikap
1) Nilai
Menurut Doley dan Copaldi, (1965:32) nilai memiliki dua sisi,
yakni sebagai kata benda dan kata kerja. Sebagai kata benda, nilai
memiliki dua pengertian yaitu sebagai objek sesuatu dianggap suatu nilai
apabila memiliki kualitas kebaikan atau harga (goodnes or worth)
misalnya seorang gadis canti dan sebagai pengamat suatu hal dianggap
bernilai atau memiliki nilai apabila dilihat dari pikiran seseorang sebagai
memiliki, kualitas atau harga. Misalnya pada suatu kasus seorang gadis

yang cantik. Gadis cantik merupakan pandangan yang diungkapkan oleh
orang lain.
Menurut Milton Rokeach dalam Banks (1977:407-408) nilai adalah
suatu jenis kepercayaan yang ada dalam seluruh sistem kepercayaan
seseorang, mengenai bagaimana seseorang bagaimana seharusnya atau
tidak seharusnya berprilaku atau perlu tidaknya sesuatu dicapai. Nilai
dapat menjadi ukuran baik dan buruknya sesuatu dan juga bersifat
perseorangan atau kelompok. Negara RI memiliki sistem nilai Pancasila
dan UUD 1945 yang merupakan tatanan nilai yang dipahami atau dihayati
ole seluruh bangsa Indonesia.
2) Sikap
Menurut Alport (1935) dalam Winataputra (1989:148) sikap adalah
suatu kondisi kesiapan mental

dan syarat yang terbentuk melalui

pegalaman yang memancarkan arah atau pengarah yang dinamis terhadap
respon atau tanggapan individu terhadap objek atau situasi yang
dihadapinya. Atau dapat juga dikatakan sebagai kecenderungan seseorang
untuk berbuat berkenaan dengan objek atau situasi. Misalnya ketika kita
bertemu dengan anjing galak. Kemudian kita berteriak dan berlari. Dalam
hal tersebut, berteriak dan berlari merupakan perilaku. Sikapnya ialah
kesiapan kita untuk berteriak ataupun berlari.
Sikap ada yang bersifat senang atau tidak, sayang atau benci, takut
atau berani, perhatian atau acuh, dsb. Namun dilihat dari kadarnya, sikap
bersifat simpleks dan multipleks. Misalnya seseorang senang melihat acara
di RCTI karena ada Doraemon merupakan contoh simpleks sedangkan
contoh multipleksnya ialah apabila ada yang senang melihat RCTI karena
banyak alasan seperti gabarnya jernih, banyak sinetronnya, dsb.
c.

Perilaku sosial
Perilaku sosial disebut juga keterampilan sosial atau studi sosial

(Marsh dan Print, 1975, Jarolimek, 1971). Keterampilan (Jerolimeck,
1971:65) mengandung unsur kemahiran dan kemampuan melakukan
sesuatu dengan baik. Keterampilan memiliki dua karakteristik yakni

bertahap (developmental) dan latihan (practice) yang berarti latihan
membutuhkan latihan secara bertahap. Keterampilan sosial pada dasarnya
mencakup semua kemampuan operasional yang memungkinkan individu
dapat berhubungan dan hidup bersama secara tertib dan teratur dengan
yang lain.
Berdasarkan uraian di atas, berikut merupakan aspek-aspek yang
diperlukan untuk mengembangkan pembelajaran IPS di SD.
Aspek emosi, sosial dan keterampilan sosial menurut Jerolimeck
(1971:67
1)

Pembelajaran formal yang menitikberatkan pada pemahaman

dan analisis di dalam atau di luar kelas.\
2)

Pembelajaran

informal

yang

menitikberatkan

pada

penghayatan, pelibatan dan penciptaan suasana yang mencerminkan
komitmen terhadap nilai dan sikap terutama di luar kelas.
Khusus dalam pembelajaran formal tersebut, Simon, Howe, dan
Kinshenbaum (1974) menawarkan 5 pendekatan yang berorientasi pada
nilai dan sikap sebagai berikut.
a)

Transmisi nilai secara bebas. Anak didik diberi kesempatan

untuk

menangkap,mengkaji

dan

memilih

nilai

sesuai

pertimbangannya.
b)

Penanaman nilai yang merupakan proses pembelajaran nilai

secara langsung mengenai konsep dan nilai yang sudah dianggap
baik.
c)

Suri tauladan menitikberatkan pada penampilana teladan atau

keteladanan dalam berbagai bidang dan lingkungan kehidupan.
d) Kualifikasi nilai yang menitik beratkan pada langkah sistematis
dalam menghayati, memahami dan melaksanakan nilai.
Untuk memudahkan guru, terdapat beberapa model praktis yang
dapat diterapkan di SD yang meliputi.
a.

Pendekatan eksppositori berorientasi nilai dan sikap.

Tujuannya

adalah

menyampaikan

nilai/sikap

secara

dialogis melalui ceramah, peragaan, dan tanya jawab.
b. Pendekatan nilai keteladanan.
Tujuannya adalah menangkap nilai/sokap melalui analisis
sampel keteladanan di masyarakat dalam berbagai bidang, tempat,
dan waktu. Serta memotivasi siswa untuk mengadopsi keteladana
itu.
c.

Pendekatan kajian nilai.
Tujannya adalah menangkap nilai melalui kajian nilai

secara sistematis dan mendasar.
d. Pendekatan integratif konsep dan nilai.
Tujuannya adalah menangkap nilai yang melekat pada atau
merupakan implikasi dan suatu konsep melalui kajian akademis.
3. Penutup
3.1 Simpulan
Pembelajaran IPS merupakan upaya untuk membelajarkan peserta
didik dalam ilmu social, humaniora, dan masalah social kehidupan.
Pendekatan merupakan titil tolak atau sudut pandang kita terhadap proses
pembelajaran yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu
proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi,
menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan
cakupan teoritis tertentu.

Daftar Pustaka
http://ishmacassi.blogspot.co.id/2013/03/pendekatan-pembelajaran-ips-disdmi.html
http://sakinahninaarz009.blogspot.co.id/2014/06/macam-macam-pendekatanpembelajaran.html
http://yuli-iluy.blogspot.co.id/2011/05/karakteristik-pendidikan-ips-di-sd.html
http://dianbeboh.blogspot.co.id/2011/12/pendekatan-dalam-pembelajaran-ips.html
http://maryothogothog.blogspot.co.id/2012/11/pendekatan-pembelajaran-ips-disd.html