World class university wajah baru global

World Class University wajah baru globalisasi dunia pendidikan tinggi
Negara-negara imperialis telah melakukan penghapusan batas-batas Negara, dimana semua
Negara bertanggung jawab atas permasalahan yang ada di dunia, karena kita adalah satu
penghuni bumi, jadi tidak ada batasan diantaranya. Kampanye ini telah tersebar di berbagai
Negara di dunia, khususnya Negara dunia ketiga atas nama “globalisasi” tanpa batas. Hal ini
akan menjadi jebakan bagi Negara-negara dunia ketiga untuk membuka selebar-lebarnya
kerang kebebasan bagi Negara-negara dunia pertama. Krisis telah melanda dunia pertama
maka salah satu jalan untuk memulihkan krisis adalah menginvasi Negara-negara dunia ketiga.
Intervensi beberapa Negara atas konflik di timur tengah adalah sebagai contoh daripada hasil
globalisasi, Negara dunia pertama memiliki misi, menguasai dunia untuk
menginternasionalisasi nilai lebih, melancarkan hegemoni kekuasaan, dan mengontrol Negaranegara yang telah terjebak dalam genggamannya.
Propaganda akan “globalisasi” telah lama di lancarkan oleh Negara-negara kapitalis global,
dimana pada awal-awal berlakunya globalisasi untuk merampas bahan-bahan mentah,
membuka pasar dan organisasi dagang yang kuat dan hegemonic, sehingga sistem taransaksi
telah diatur oleh organisasi dagang dunia seperti WTO (world Trade Organization) yang
mengatur soal perdagangan dunia. Globalisasi sekarang telah mengalami evolusinya dengan
menjajah Negara lain tanpa harus angkat senjata, namun menjajah dengan otak. Membangun
opini, mempublikasikan hasil temuan yang berpihak pada mereka, membangun kampuskampus sebagai pencetak generasi, menguasi media dan lain sebagainya.
Menguasai dunia, angkat senjata menjadi jawaban kedua. Negara-negara yang tidak mau
tunduk pada kepentingan dan keinginannya, maka jawaban kedua menjadi jalan terbaiknya
yaitu angkat senjata dan mari kita perang. Dalam hal ini, saya tidak akan membahas tentang

lahirnya perang untuk melanggengkan kekuasaan kapitalisme atas dunia, namun lebih kepada
pendekatan hegemonik dimana dunia pendidikan menjadi alat paling ampuh untuk melancarkan
hegemoni. Pendidikan, khsusnya pendidikan tinggi bukan hanya sebagai alat hegemoni dalam
era globalisasi sekarang ini, namun juga menjadi sumber profit, dimana kapitalisme global
melakukan akumulasi modal nya melalui perdagangan dunia pendidikan. Pendidikan,
khususnya pendidikan tinggi telah di komersilkan melalui perjanjian GATS – WTO. Selain
pendidikan tinggi, yang telah di giring kepada mekanisme pasar global, pendidikan juga telah
diatur secara terstruktur, baik kurikulum yang akan menjadi bahan kajian, maupun penelitianpenelitian ilmiah yang dilakukan oleh kampus untuk mempertahankan kelas borjuis dan
mempertahan sistem ideology kapitalisme, dan politik dunia sebagai dasar kehidupan umat
manusia.
Ada salah satu cirri khas yang menjadikan perguruan tinggi telah terjebak kedalam genggaman
globalisasi yang di istilahkan sebagai World Class University. Dimana kampus-kampus
terkemuka di Indonesia telah menjadi member, mengejar predikat sebagai universitas berkelas
dunia. Untuk menggapai universitas berkelas dunia, tentunya harus meningkatkan sarana dan
prasarana kampus, mampu mengelola kampus dengan biaya sendiri, dan kurikulum yang
berstandar internasional harus menjadi prioritas utama yang harus dibangun. Hal ini yang
kemudian kenapa kampus tambah mahal. Di Indonesia, telah menjalankan amanat dan
keinginan dari globalisasi ini melalui regulasi seperti undang-undang No. 12 tahun 2012 tentang

pendidikan tinggi. Peraturan ini merupakan perpanjangan tangan dari perjanjian

perdangagagan dalam GATS dimana pendidikan adalah termasuk bagian dari sektor ekonomi
yang mendatang profit bagi penggunanya, dan sebagai industri yang mengolah manusia yang
tidak tahu menjadi tahu. Undang-undang No. 12/2012 tentang pendidikan tinggi, telah
menabrak peraturan-peraturan sebelum seperti undang-undang Sisdiknas, dan konstitusi
Negara.
World Class University adalah salah bentuk kebijakan kerja sama antara kampus dalam negeri
dengan kampus luar negeri. Bentuk kerja yang di lakukan seperti joint curriculum and credit
transfer (kurikulum bersama dan transfer kredit) yang semua nya menjadi modal dalam
menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang telah berjalan di indonesia. Meskipun
kampus tingkat nasional belum ada yang tembus pada level World Class University (WCU) baik
versi The Times Higher Education Supplement (THES), Webomatrics, maupun Academic
Ranking of World University (ARWU) yang telah di rilis oleh statistik internasional mengenai
kemajuan pendidikan tinggi dunia. Namun, perguruan tinggi indonesia tetap optimis mengelolah
kampusnya untuk bisa terlibat dalam bentuk kerja sama internasional. Pendidikan dalam era
globalisasi telah di internasionalisasi, dengan bersandar pada kompetisi perguruan tinggi. Kita
harus tahu bahwa syarat berjalannya kapitalisme adalah kompetisi, tanpa adanya kompetisi
kapitalisme tidak bisa berjalan. Pendidikan tinggi yang telah terjerumus kedalam jebakan
globalisasi, mendorong pendidikan untuk berorientasi pada kepentingan globalisasi, tanpa
mementingkan keinginan dan kebutuhan rakyat Indonesia. Perguruan tinggi di Indonesia
mengejar standar internasional yang syarat akan kepentingan modal untuk mengusai kampuskampus yang ada di Indonesia sebagai sasaran pasar bebas.

Perguruan tinggi berskala internasional, telah lama di propagandakan pasca di sahkannya UU
BHP yang mengatur tentang pendidikan tinggi Indonesia, namun semangat itu di luluh
lantahkan oleh keputusan MK yang mencabut UU BHP tersebut. Niat, kapitalisme global dalam
mengusai dunia pendidikan tinggi sempat terinterupsi karena banyaknya ketimpangan dalam
UU BHP. Namun, tidak lama setelah itu SBY kemudian menyuarakan kembali semangat
internasionale pendidikan tinggi dengan mengatur kembali regulasi pendidikan tinggi yaitu UU
PT. yang isinya sama dengan undang-undang BHP. Hal ini membuktikan juga bahwa
pemerintah kita tidak mau mengecewakan kapitalisme internasional dalam menguasai
pendidikan tinggi di Indonesia, tetapi memilih mengecewakan rakyat Indonesia demi
kepentingan kapitalisme global. Sangat miris..!
Perguruan tinggi yang ingin mewujudkan internasionalisme pendidikan tinggi harus lah
mengikuti aturan hukum, atau mengganti pendidikan tinggi yang dikelolah oleh Negara (PTN)
berganti status menjadi pendidikan tinggi yang berbadan hukum (sederajat dengan
swastanisasi) pendidikan tinggi. Selama berlakunya undang-undang pendidikan tinggi, banyak
kampus yang kemudian di lepas tanggung jawabnya oleh Negara, baik itu kampus yang telah
menjadi uji coba masa BHP yang sudah terbukti gagal dan bertentangan dengan konstitusi
Negara, kini mengulangi kesalahan yang sama demi memuaskan kepentingan kapitalisme
dalam dunia pendidikan khususnya pendidikan tinggi. Lahirnya UU Nomor 12 Tahun 2012
tentang Perguruan Tinggi menjadi pijakan dasar bagi Perguruan Tinggi Negeri untuk beralih
status menjadi PTN Badan Hukum. Ada 11 kampus yang mengikuti UU pendidikan tinggi,


diantaraya: Institut Teknologi Bandung, Universitas Gadjah Mada, Institut Pertanian Bogor,
Universitas Indonesia, Universitas Pendidikan Indonesia, Universitas Sumatera Utara,
Universitas Airlangga, Universitas Padjadjaran, Universitas Diponegoro, Universitas
Hasanuddin, dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Sebelas perguruan tinggi diatas ini, telah menjalankan amanat undang-undang pendidikan
tinggi, dan memberlakukan otonomi kampus, dan melepaskan tanggung jawab Negara atas
pendidikan. Maka pendidikan semakin mahal, karena tidak lagi di subsidi oleh Negara.
Pemberlakuan otonomi kampus, khususnya persoalan ekonomi, dan lepasnya tanggung jawab
pemerintah menuai protes dari mahasiswa sebagai penggerak eknomi kampus. namun, protes
yang dilayangkan mahasiswa tersebut tidak mendapat respon malah beberapa kampus
mengeluarkan kebijakan untuk memberlakukan Normalisasi Kehidupan Kampus (BKK), dimana
demokratisasi didalam kampus mulai di bungkam, dan organisasi-organisasi kampus telah di
koordinasikan melalui Badan Koordinasi Kampus (BKK) yang mengatur jalannya organisasi
intra kampus. Beginilah wajah baru globalisasi (World Class University) dalam dunia kampus.
Pertanyaan kebudian adalah, apakah kampus di luar negeri berlaku juga World Class
University?
Kapitalisme akan selalu memusatkan modalnya pada satu titik akumulasi modal melalui
monopoli perdagangan. Dalam ilmu pengetahuan yang telah menjadi barang komoditi berlaku
juga hal demikian. Pendidikan tinggi di berbagai Negara telah diatur dalam badan akreditasi

internasional, dimana semua kampus harus mengikuti aturan main untuk menggapai predikat
akreditasi internasional. Ada beberapa lembaga perenkingan perguruan tinggi di dunia seperti
QS, THE, Webometric, SJTU dan lainnya, merupakan lembaga yang mewakili kepentingan
korporasi internasional yang menyasar kampus-kampus dalam negeri untuk meraih peringkat
dari salah satu lembaga peringkatan kampus, dilain sisi juga bahwa lembaga akreditasi
internasional ini tidak berlaku bagi kampus-kampus luar negeri, tapi di berlakukan untuk
kampus di Negara-negara yang sedang berkembang agar mengikuti mekanisme kampus
Negara-negara kapitalis. Tujuan ini adalah merupakan langkah strategis kapitalisme global
menguasai pendidikan khususnya pendiidkan tinggi untuk melancarkan hegemoni kapitalisme
di dunia. Dengan demikian akan mempermudah bagi korporasi internasional dalam
melancarkan eksplotasi Negara-negara yang bergabung dengannya, dengan berbagai bentuk
kerja sama penilitian, pengembangan ilmu pengetahuan, serta menjadi pasar komoditi.
Pendidikan tinggi nasional juga di dorong untuk mendukung mekanisme ekonomi pasar bebas
dunia dalam bentuk teori, penelitian-penelitian, serta tenaga kerja yang telah mahir dalam
menjalankan ideologi kapitalisme. Maka dari itu, perguruan tinggi di Negara-negara kapitalisme
tidak akan pernah mengikuti aturan main yang telah mereka atur sendiri, melain hanya sebagai
jalan untuk mengusai pengetahuan, memperluas pasar bebas di dunia, serta menjadi ruang
strategis untuk melancarkan akumalis, ekspansi, dan ekploitasi ke Negara-negara berkembang.
Melalui regulasi pendidikan tinggi, world class university menjadi semangat baru yang
berdasarkan ketidak tahuan akan kepentingan Negara-negara kapitalis untuk menjajah kita

melalui ilmu pengetahuan, yang tidak sesuai dengan kepentingan dan kebutuhan rakyat
Indonesia. Jadi wold class university merupakan wajah baru globalisasi dunia pendidikan untuk

menguasasi Negara-negara yang berkembang, dan sebagai imbasnya, kita tidak akan bisa
lepas dari cengkraman kapitalisme global.