Pengertian deterjen dan manfaatnya Indonesia

Pengertian deterjen dan manfaatnya
Produk yang disebut deterjen ini merupakan pembersih sintetis yang terbuat dari bahan-bahan
turunan minyak bumi. Dibanding dengan produk terdahulu yaitu sabun, deterjen mempunyai
keunggulan antara lain mempunyai daya cuci yang lebih baik serta tidak terpengaruh oleh
kesadahan air.

Pada umumnya, deterjen mengandung bahan-bahan berikut:
1. Surfaktan (surface active agent) merupakan zat aktif permukaan yang mempunyai ujung
berbeda yaitu hydrophile (suka air) dan hydrophobe (suka lemak). Bahan aktif ini berfungsi
menurunkan tegangan permukaan air sehingga dapat melepaskan kotoran yang menempel
pada permukaan bahan.
Secara garis besar, terdapat empat kategori surfaktan yaitu:
a. Anionik : -Alkyl Benzene Sulfonate
-Linier Alkyl Benzene Sulfonate (LAS)
-Alpha Olein Sulfonate (AOS)
b. Kationik : Garam Ammonium
c. Non ionik : Nonyl phenol polyethoxyle
d. Amphoterik : Acyl Ethylenediamines
2. Builder (Permbentuk) berfungsi meningkatkan efisiensi pencuci dari surfaktan dengan cara
menon-aktifkan mineral penyebab kesadahan air.
a. Phosphates : Sodium Tri Poly Phosphate (STPP)

b. Acetates : – Nitril Tri Acetate (NTA)
- Ethylene Diamine Tetra Acetate (EDTA)
c. Silicates : Zeolith
d. Citrates : Citrate acid
3. Filler (pengisi) adalah bahan tambahan deterjen yang tidak mempunyai kemampuan
meningkatkan daya cuci, tetapi menambah kuantitas.
Contoh : Sodium sulfate
4. Additives adalah bahan suplemen / tambahan untuk membuat produk lebih menarik, misalnya
pewangi, pelarut, pemutih, pewarna dst, tidak berhubungan langsung dengan daya cuci deterjen.
Additives ditambahkan lebih untuk maksud komersialisasi produk.
Contoh : Enzyme, Borax, Sodium chloride, Carboxy Methyl Cellulose (CMC).
Awalnya deterjen dikenal sebagai pembersih pakaian, namun kini meluas dalam bentuk produkproduk seperti:

1. Personal cleaning product, sebagai produk pembersih diri seperti sampo, sabun cuci tangan,
dll.
2. Laundry, sebagai pencuci pakaian, merupakan produk deterjen yang paling populer di
masyarakat.
3. Dishwashing product, sebagai pencuci alat-alat rumah tangga baik untuk penggunaan manual
maupun mesin pencuci piring.
4. Household cleaner, sebagai pembersih rumah seperti pembersih lantai, pembersih bahanbahan porselen, plastik, metal, gelas, dll.

Kemampuan deterjen untuk menghilangkan berbagai kotoran yang menempel pada kain atau
objek lain, mengurangi keberadaan kuman dan bakteri yang menyebabkan infeksi dan
meningkatkan umur pemakaian kain, karpet, alat-alat rumah tangga dan peralatan rumah
lainnya, sudah tidak diragukan lagi. Oleh karena banyaknya manfaat penggunaan deterjen,
sehingga menjadi bagian penting yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat
modern.
Dampak§ negatif dibalik manfaat deterjen
Tanpa mengurangi makna manfaat deterjen dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, harus
diakui bahwa bahan kimia yang digunakan pada deterjen dapat menimbulkan dampak negatif
baik terhadap kesehatan maupun lingkungan. Dua bahan terpenting dari pembentuk deterjen
yakni surfaktan dan builders, diidentifikasi mempunyai pengaruh langsung dan tidak langsung
terhadap manusia dan lingkungannya.
Surfaktan dapat menyebabkan permukaan kulit kasar, hilangnya kelembaban alami yamg ada
pada permukan kulit dan meningkatkan permeabilitas permukaan luar. Hasil pengujian
memperlihatkan bahwa kulit manusia hanya mampu memiliki toleransi kontak dengan bahan
kima dengan kandungan 1 % LAS dan AOS dengan akibat iritasi ‘sedang’ pada kulit. Surfaktan
kationik bersifat toksik jika tertelan dibandingkan dengan surfaktan anionik dan non-ionik. Sisa
bahan surfaktan yang terdapat dalam deterjen dapat membentuk chlorbenzene pada proses
klorinisasi pengolahan air minum PDAM. Chlorbenzene merupakan senyawa kimia yang bersifat
racun dan berbahaya bagi kesehatan.

Pada awalnya surfaktan jenis ABS banyak digunakan oleh industri deterjen. Namun karena
ditemukan bukti-bukti bahwa ABS mempunyai risiko tinggi terhadap lingkungan, bahan ini
sekarang telah digantikan dengan bahan lain yaitu LAS.
Ada dua ukuran yang digunakan untuk melihat sejauh mana produk kimia aman di lingkungan
yaitu daya racun (toksisitas) dan daya urai (biodegradable). ABS dalam lingkungan mempunyai
tingkat biodegradable sangat rendah, sehingga deterjen ini dikategorikan sebagai ‘nonbiodegradable’. Dalam pengolahan limbah konvensional, ABS tidak dapat terurai, sekitar 50%
bahan aktif ABS lolos dari pengolahan dan masuk dalam sistem pembuangan. Hal ini dapat

menimbulkan masalah keracunan pada biota air dan penurunan kualitas air. LAS mempunyai
karakteristik lebih baik, meskipun belum dapat dikatakan ramah lingkungan. LAS mempunyai
gugus alkil lurus / tidak bercabang yang dengan mudah dapat diurai oleh mikroorganisme.
Dalam laporan lain disebutkan deterjen dalam badan air dapat merusak insang dan organ
pernafasan ikan yang mengakibatkan toleransi ikan terhadap badan air yang kandungan
oksigennya rendah menjadi menurun. Keberadaan busa-busa di permukaan air menjadi salah
satu penyebab kontak udara dan air terbatas sehingga menurunkan oksigen terlarut. Dengan
demikian akan menyebabkan organisme air kekurangan oksigen dan dapat menyebabkan
kematian.
Builders, salah satu yang paling banyak dimanfaatkan di dalam deterjen adalah phosphate.
Phosphate memegang peranan penting dalam produk deterjen, sebagai softener air. Bahan ini
mampu menurunkan kesadahan air dengan cara mengikat ion kalsium dan magnesium. Berkat

aksi softenernya, efektivitas dari daya cuci deterjen meningkat. Phosphate yang biasa dijumpai
pada umumnya berbentuk Sodium Tri Poly Phosphate (STPP). Phosphate tidak memiliki daya
racun, bahkan sebaliknya merupakan salah satu nutrisi penting yang dibutuhkan mahluk hidup.
Tetapi dalam jumlah yang terlalu banyak, phosphate dapat menyebabkan pengkayaan unsur
hara (eutrofikasi) yang berlebihan di badan air, sehingga badan air kekurangan oksigen akibat
dari pertumbuhan algae (phytoplankton) yang berlebihan yang merupakan makanan bakteri.
Populasi bakteri yang berlebihan akan menggunakan oksigen yang terdapat dalam air sampai
suatu saat terjadi kekurangan oksigen di badan air dan pada akhirnya justru membahayakan
kehidupan mahluk air dan sekitarnya. Di beberapa negara, penggunaan phosphate dalam
deterjen telah dilarang. Sebagai alternatif, telah dikembangkan penggunaan zeolite dan citrate
sebagai builder dalam deterjen.
§ Pemilihan produk
Kesadaran masyarakat pengguna deterjen akan dampak dibalik manfaat deterjen perlu
ditingkatkan. Peran serta masyarakat dalam mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan oleh
penggunaan deterjen sangat diharapkan. Banyaknya pilihan produk yang diinformasikan melalui
iklan memang bisa menguntungkan konsumen. Tetapi konsumen tetap perlu berhati-hati, karena
kesalahan memilih produk akan merugikan konsumen sendiri.
Sebaiknya konsumen memilih deterjen yang pada kemasannya mencantumkan penandaan
nama dagang, isi / netto, nama bahan aktif, nama dan alamat pabrik, nomor ijin edar, nomor
kode produksi, kegunaan dan petunjuk penggunaan, juga tanda peringatan serta cara

penanggulangan bila terjadi kecelakaan. Selain itu dianjurkan bagi konsumen untuk memilih
produk yang mencantumkan bahan aktif yang lebih aman dan ramah lingkungan. Informasi
mengenai produk ramah lingkungan dapat dilihat pada label baik berupa logo hijau maupun

klaim ramah lingkungan. Selain itu produsen sebaiknya memberikan informasi yang lebih
lengkap mengenai produknya.
Takaran penggunaan deterjen§
Hal lain yang perlu diperhatikan oleh konsumen dalam menggunakan deterjen adalah cara
penggunaan yang benar. Pada beberapa deterjen bubuk ternyata terdapat petunjuk yang tidak
tepat. Yaitu ketika konsumen dianjurkan menggunakan takaran genggam. Hal ini sungguh
berisiko karena deterjen bersifat basa yang berarti korosif terhadap kulit. Apalagi jika kulit
pengguna bersifat sensitif, maka takaran deterjen yang menggunakan istilah ‘genggam’ tersebut
akan langsung memberikan reaksi pada kulit berupa gatal, mengering dan pecah-pecah. Selain
itu, takaran genggam bukan ukuran yang bersifat pasti, karena hanya berupa kira-kira yang
sangat tergantung kepada ukuran tangan seseorang. Jadi kecenderungan konsumen untuk
menggunakan berlebihan memang besar. Disamping itu, karena slogan-slogan pada iklan
produk deterjen baik di media elektronik maupun media cetak, timbul persepsi konsumen bahwa
busa banyak bisa mencuci lebih bersih. Padahal busa yang terlalu banyak bukan berarti deterjen
menjadi lebih efektif, malah sebaliknya, daya cucinya terhambat. Selain itu keberadaan busabusa di permukaan badan air menjadi salah satu penyebab kontak udara dan air terbatas
sehingga menurunkan oksigen terlarut. Dengan demikian akan menyebabkan organisme air

kekurangan oksigen dan dapat menyebabkan kematian.
Oleh karena itu sebaiknya konsumen menggunakan takaran khusus untuk deterjen dan
produsen menyediakan alat takar tersebut di dalam kemasan produknya.

Deterjen adalah campuran berbagai bahan, yang digunakan untuk membantu pembersihan dan
terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi. Dibanding dengan sabun, deterjen mempunyai
keunggulan antara lain mempunyai daya cuci yang lebih baik serta tidak terpengaruh oleh
kesadahan air. Detergen merupakan garam Natrium dari asam sulfonat.

Rantai hidrokarbon, R, di dalam molekul sabun di atas mungkin adalah rantai hidrokarbon yang
lurus atau rantai hidrokarbon yang bercabang.

Detergen sudah sangat akrab di kehidupan kita, terutama bagi ibu rumah tangga. Detergen
digunakan untuk mencuci pakaian. Untuk menyempurnakan kegunaannya, biasanya pabrik
menambahkan Natrium Perborat, pewangi, pelembut, Naturium Silikat, penstabil, Enzim, dan zat
lainnya agar fungsinya semakin beragam. Tapi diantara zat-zat tersebut ada yang tak bisa
dihancurkan/dilarutkan oleh mikroorganisme sehingga otomatis menyebabkan pencemaran
lingkungan. Apabila air yang mengandungi detergen dibuang ke dalam air, tercemarlah air dan
pertumbuhan Alga yang sangat cepat. Hal ini akan menyebabkan kandungan oksigen dalam air
berkurangan dan otomatis ikan, tumbuhan laut, dan kehidupan air lainnya mati. Selain itu limbah

Detergen juga menyebabkan pencemaran tanah yang menurunkan kualitas kesuburan tanah yang
mengakibatkan tanaman serta hidupan tanah termasuk cacing mati. Padahal cacing bisa
menguraikan limbah organik, non organik & menyuburkan tanah.
Bahan utamanya ialah garam natrium yaitu asam organik yang dinamakan asam sulfonik. Asam
sulfonik yang digunakan dalam pembuatan detergen merupakan molekul berantai panjang yang
mengandungi 12 hingga 18 atom karbon per molekul.
Detergen pertama disintesis pada tahun 1940-an, yaitu garam natrium dari alkyl hydrogen sulfat.
Alkohol berantai panjang dibuat dengan cara penghidrogenan lemak dan minyak.
Alkohol berantai panjang ini direaksikan dengan asam sulfat menghasilkan alkil hydrogen sulfat
yang kemudian dinetralkan dengan basa.
Natrium lauril sulfat adalah detergen yang baik. Karena garamnya berasal dari asam kuat,
larutannya hampir netral. Garam kalsium dan magnesiumnya tidak mengendap dalam larutannya,
sehingga dapat dipakai dengan air lunak atau air sadah. Pada masa kini, detergen yang umum
digunakan adalah alkil benzenasulfonat berantai lurus. Pembuatannya melalui tiga tahap. Alkena
rantai lurus dengan jumlah karbon 14-14 direaksikan dengan benzena dan katalis Friedel-Craft
(AlCl3 atau HF) membentuk alkil benzena. Sulfonasi dan penetralan dengan basa melengkapi
proses ini.

Rantai alkil sebaiknya tidak bercabang. Alkil benzenasulfonat yang bercabang bersifat tidak dapat
didegradasi oleh jasad renik (biodegradable). Detergen ini mengakibatkan masalah polusi berat

pada tahun 1950-an, yauti berupa buih pada unit-unit penjernihan serta disungai dan danaudanau. Sejak tahun 1965, digunakan alkil benzenasulfonat yang tidak bercabang. Detergen jenis
ini mudah didegradasi secara biologis oleh mikroorganisme dan tidak berakumulasi dilingkungan
kita.

PENGERTIAN
Sabun adalah surfaktan yang digunakan dengan air untuk mencuci dan
membersihkan. Jika diterapkan pada suatu permukaan, air bersabun secara
efektif mengikat partikel dalam suspensi mudah dibawa oleh air bersih.
Detergen adalah campuran berbagai bahan, yang digunakan untuk membantu
pembersihan. Dibanding dengan sabun, detergen mempunyai keunggulan antara
lain mempunyai daya cuci yang lebih baik.

SIFAT-SIFAT SABUN :
1. Sabun adalah garam alkali dari asam lemak suku tinggi sehingga akan
dihidrolisis parsial oleh air yang menyebabkan larutan sabun dalam air
bersifat basa.
2. Jika larutan sabun dalam air diaduk maka akan menghasilkan buih,
peristiwa ini tidak akan terjadi pada air sadah. Sabun dapat menghasilkan
buih setelah garam-garam Mg atau Ca dalam air mengendap.


3. Sabun mempunyai sifat membersihkan
SIFAT-SIFAT DETERJEN :
1. Dapat melarutkan lemak
2. Tak dipengaruhi kesadahan air
KEGUNAAN
Deterjen dan sabun digunakan sebagai pembersih karena air murni tidak dapat
menghapus atau menghilangkan kotoran pakaian/barang yang berminyak, atau
terkena pengotor organik lainnya. Pada dasarnya, sabun dan deterjen
memungkinkan minyak dan air untuk bercampur sehingga kotoran berminyak
dapat dihilangkan selama pencucian.

PEMBUATAN SABUN
1. Alat-alat yang digunakan
a. Neraca
b. Termometer
c. Beaker glass
d. Pengaduk
e. Cetakan sabun
2. Bahan-bahan yang dibutuhkan
a. Minyak kelapa

b. Aquades
c. NaOh
d. Pewangi
3. Cara Pembuatan
a. Melarutkan NaOH
b. Panaskan minyak kelapa sampai suhu 600 C
c. Masukkan larutan NaOH ke dalam minyak pada suhu 550C
d. Aduk hingga mengental
e. Masukkan pewangi lalu diaduk

f. Tuang dalam cetakan dan diamkan sampai mengeras
g. Keluarkan sabun dari cetakan

PEMBUATAN DETERJEN
1. Alat-alat yang digunakan
a. Wadah
b. Pengaduk
c. Saringan deterjen
2. Bahan-bahan yang dibutuhkan
a. Sodium lauryl sulfonate

b. Na2SO4 secukupnya
c. NaHCO3 25%
d. NaCO3 7%
e. STPP / CMC secukupnya
f. Pewangi secukupnya
3. Cara Pembuatan
a. Sodium lauryl sulfonate ditambah dengan NaHCO3 lalu aduk
b. Campuran (1) ditambah Na2CO3 lalu aduk
c. Campuran (2) ditambah Na2SO4 lalu aduk
d. Campuran (3) ditambah STPP/CMC lalu aduk
e. Setelah itu diayak dan keringkan
f. Tambahkan pewangi secukupnya
g. Deterjen siap dipasarkan

Bahan Baku untuk Pembuatan Deterjen:

1. Bahan Aktif.
Bahan aktif ini merupakan bahan inti dari deterjen sehingga bahan ini harus ada
dalam pembuatan deterjen. Secara kimia bahan kimia ini dapat berupa sodium
lauryl ether sulfat (SLES). SLES ini dikenal dengan beberapa nama dagang
dengan nama cottoclarin, texapone, ataupun ultra SLES. Secara fungsional
bahan mempunyai andil dalam meningkatkan daya bersih. Ciri dari bahan aktif
ini mempunyai busa banyak dan bentuknya gel translucent (pasta). Selain SLES,
bahan aktif dari sabun bubuk adalah garam Linear Alkyl Benzene Sulfonat (LAS),
bentuknya gel/pasta berwarna kuning muda. Fungsi LAS sama seperti Ultra SLES,
sebagai bahan pembersih utama pembuatan Sabun Bubuk, dengan LAS, maka
sabun bubuk akan lebih mudah dibilas/ kesat.

2. Bahan pengisi
Bahan ini berfungsi sebagai bahan pengisi dari keseluruhan bahan baku.
Pemberian bahan pengisi ini dimaksudkan untuk memperbesar atau
memperbanyak volume. Keberadaan bahan ini dalam deterjen semata-mata
dilihat dari aspek ekonomis. Bahan pengisi deterjen disini menggunakan Sodium
Sulfat (Na2SO4).

3. Bahan penunjang

Salah satu contoh bahan penunjang deterjen adalah soda abu (Na2CO3) yang
berbentuk serbuk putih. Bahan penunjang ini berfungsi sebagai meningkatkan
daya bersih. Keberadaan bahan ini dalam deterjen tidak boleh terlalu banyak,
sebab dapat menimbulkan efek panas pada tangan saat mencuci pakaian. Bahan
penunjang lainnya adalah STPP (sodium tripoly posphate) yang juga penyubur
tanaman. Ini dapat dibuktikan air bekas cucian disiramkan ke tanaman akan
menjadi subur. Hal ini disebabkan oleh kandungan fosfat yng merupakan salah
satu unsur dalam jenis pupuk tertentu.

4. Bahan Tambahan (aditif)
Bahan tambahan ini sebenarnya tidak harus ada didalam pembuatan deterjen.
Namun demikian, produsen mencari hal-hal baru untuk mengangkat nilai dari
deterjen itu sendiri. Salah satu contoh bahan tambahan ini adalah Enzym AR.
Bahan ini berbentuk serbuk putih yang berfungsi mencegah kotoran kembali ke
pakaian (anti redeposisi).

5. Bahan Pewangi/ Bibit Parfum
Keberadaan bahan wangi ini sangat penting keberadaannya, sebab suatu
deterjen dengan kualitas baik , Harum & Disukai Pelanggan. Parfum untuk
deterjen bentuknya cair kekuning-kuningan. Pemilihan parfum ini sangat
penting, karena biasanya konsumen selalu membau dulu barang yang akan
dibeli, baru mencoba untuk memakai produk tersebut.

6. Bahan Tambahan untuk membuat sabun yang kulitas istimewa:

Extrableach : Untuk Memutihkan Cucian yang khusus berwarna putih,
pemakiannya 3-10%

Lipozyme: Pembersih noda yang disebabkan oleh minyak, lemak & gemuk.
Dengan ditambah lypozyme, maka daya cuci sabun terhadap kotoran yang
mengandung minyak, lemak ataupun gemuk yang membandel akan lebih mudah
dibersihkan. Dosis pemakaian 2-10%.

Protease: Pembersih noda yang membandel disebabkan oleh protein, seperti
darah, kecap, susu, saos dll. Dengan ditambah Protease, maka daya cuci sabun
terhadap kotoran yang disebabkan protein seperti darah, makanan bayi, susu,
saos, kecap dll yang membandel akan lebih mudah dibersihkan. Dosis
Pemakaian 2-10%.

Bioenzyme (Bintik Biru) dosis pemakaian secukupnya.

Komposisi Pembuatan Deterjen:
1. Cottoclarin/Ultra Sles/Texapone 5-10%
2. LAS 5-10%
3. Na2SO4 10-20%
4. Na2CO3 35% - 50%
5. STPP 5-20 %
6. Enzym AR 2-10 %
7. Parfum secukupnya

Peralatan yang dibutuhkan : Wadah, pengaduk kayu, dan saringan deterjen

Untuk meproduksi detergent dalam jumlah besar bisa menggunakan POWDER
MIXER

Cara Membuat Deterjen:
1. Cottoclarin + LAS diaduk rata
2. Semua Bahan Bahan Serbuk di aduk rata
3. (1) + (2) aduk rata

4. (3) + Bahan Tambahan
5. Diayak dan keringkan
6. Semprot dengan Parfum
7. Dikemas & Siap dipasarkan
Kata orang ada tiga hal yang pembuatannya tidak ingin mereka lihat, yaitu:
undang-undang, sosis dan sabun. Mengenai sabun, saya merasa penting
membahasnya sehubungan dengan profesi saya sebagai guru mengingat hal ini
merupakan materi pelajaran IPA SMP kelas 8.
Sabun yang dipakai buat bersih-bersih itu dibuat dalam keadaan yang serba
kotor, misalnya orang-orang Romawi membuat sabun dengan cara
mencampurkan kapur basah dengan abu kayu yang masih panas kemudian
diaduk sampai rata. Kemudian campuran tersebut dimasukkan ke dalam air
panas lalu dicampur dengan beberapa potong lemak domba dan dididihkan
selama beberapa jam sampai terbentuk buih berwarna coklat di atasnya.
Selanjutnya campuran tersebut didinginkan sampai padat lalu dipotong-potong.
Itulah yang disebut sabun.
Saat ini banyak sekali macam sabun mulai dari yang padat, cream ataupun
bubuk dengan beraneka aroma wewangian. Ya, sabun masa kini sudah sangat
dimurnikan lalu ditambah dengan bahan pengisi, pewarna, farfum, agen anti
bakteri dan sebagainya.
Setiap sabun dibuat melalui reaksi antara lemak dengan alkali (basa kuat).
Lemak merupakan senyawa organik sedangkan alkali merupakan senyawa
anorganik, sehingga molekul sabun mempunyai dua kaki yaitu: sebuah kaki
organik yang senang bergandengan dengan bahan-bahan organik berminyak,
dan sebuah kaki anorganik yang senang bergandengan dengan air. Itu sebabnya
sabun mempunyai kemampuan tiada banding dalam menarik kotoran berminyak
dari tubuh atau pakaian ke dalam air. Sifat inilah yang menyebabkan sabun
digunakan untuk bersih-bersih.
Selain sabun kita mengenal detergen. Detergen dibuat dari bahan LAS atau ABS
yang direaksikan dengan basa (natrium hidroksida). LAS (Lauryl Alkyl

Sulphonate) dan ABS (Alkyl Benzena Sulphonate) merupakan produk berbahan
dasar minyak bumi. Detergen yang dibuat dari bahan dasar LAS lebih aman
karena lebih mudah diuraikan oleh mikroorganisme.
Baik sabun maupun detergen mengandung surfaktan (surface active agents)
yaitu suatu zat yang dapat menurunkan tegangan permukaan air sehingga air
mudah membasahi permukaan benda kemudian menarik kotoran benda tersebut
ke dalam air. Surfaktan yang biasa digunakan adalah sodium lauryl sulphate
(SLS) atau sodium lauryl ether sulphate (SLES) atau dapat juga digunakan
sodium dodecyl sulphate atau ammonium lauryl sulphate.
Perbedaan antara sabun dan detergen dalam penggunaannya adalah: sabun
lebih mudah diuraikan oleh bakteri sedangkan detergen sukar diuraikan oleh
bakteri pengurai. Kelebihan detergen dibanding sabun adalah molekul tetergen
tidak bereaksi dengan ion calsium dan ion magnesium dalam air sadah sehingga
detergen dapat digunakan untuk mencuci dengan air sadah (air yang
mengandung ion kalsium dan magnesium).
Perbedaan sabun dan deterjen
Memang apa bedanya sabun dan deterjen? Jelas beda dong, sabun adalah hasil
proses penetralan asam lemak dengan menggunakan alkali. Deterjen adalah
campuran zat kimia dari sintetik maupun alam yang memiliki sifat dapat menarik
zat pengotor dari media. Jadi kalau kita disuruh membandingkan mana yang
lebih baik deterjen atau sabun, jelas beda fungsinya. Sabun biasanya digunakan
untuk membersihkan kotoran yang berhubungan langsung dengan kulit manusia
seperti sabun mandi/ sabun handsoap. Sedangkan, deterjen digunakan untuk
membersihkan pakaian, lantai dll yang tidak berhubungan dengan tubuh
manusia. Apa jadinya jika bahan untuk pembersih pakaian digunakan untuk
membersihkan kulit? Tentunya kulit manusia sangat berbeda dengan cucian
pakaian bukan?
Gliseryn
Dalam proses pembuatan sabun dari bahan alami akan menghasilkan produk
sampingan yakni gliseryn. Bahan ini merupakan moisturizer yang berguna untuk
menjaga kelembaban kulit. Namun pada industry pembuatan bahan sabun,
griseryn dipisahkan dan dijual tersendiri karena mempunyai nilai ekonomis yang
tinggi. Biasanya gliseryn digunakan untuk produk-produk lotion atau kosmetik.

Sebagai gantinya, industry sabun mandi mengganti glyserin dengan bahan
sintetik kimia yang bisa saja tidak sesuai dengan tubuh kita.
Kelebihan Sabun Natural :
1. Tidak Membuat Kulit Kering
2. Menjaga Kelembapan Kulit
3. Menghasilkan Gliserin Alami
4. Tidak Menimbulkan alergi/iritasi
5. Busa alami dari proses pembuatan sabun
PERBEDAAN SABUN DAN DETERJEN
1. Sabun

a. Sabun adalah garam alkali karboksilat.
b. Molekulsabunlebihmudahterdegradasioleh bakteripengurai.
c. Tidak bisadipakaiuntuk mencucidalamair sadah,
karenasabunakanbereaksidengan ion

Ca2+ dan Mg2+

d. Sabun adalah hasil proses penetralan asam lemak dengan menggunakan
alkali
e. Sabun biasanya digunakan untuk membersihkan suatu product yang
berhubungan

langsung dengan kulit manusia seperti sabun mandi/

sabun handsoap yang membutuhkan

pelembab dalam hal ini biasanya

disebut moisture jika suatu sabun memiliki moisture

makin besar

maka makin lembut kulit kita menggunakannya.
2. Deterjen
a. Detergen adalah garam alkali alkil sulfat atau sulfoniat.
b. Molekul detergen harganya lebih murah dan sukar terdegradasi oleh
bakteri pengurai.
c. Molekul detergen tidak bereaksi dengan ion Ca2+ dan ion Mg2+
d. Deterjen adalah campuran zat kimia dari sintetik ataupun alam yang
memiliki sifat yang

dapat menarik zat pengotor dari media.

e. Deterjen digunakan sebagai sabun cuci pakaian
Proses terjadinya Misel
Misel adalah molekul-molekul surfaktan yang mulai berasosiasi karena
penambahan surfaktan berikutnya, pada satu saat akan tercapai keadaan Diana
permukan antarmuka menjadi jenuh/ tretutupi oleh surfaktan dan
adsorbsisurfaktan ke permukaan-antarmuka tidak terjadi lagi. misel dalam
larutan encer membentuk suatu kumpulan dengan kepala gugus hidroflik
bersinggungan dengan solven yang mengelilinginya, mengasingkan ekor gugus
hidrofobik didalam pusat misel

Misel biasanya berbentuk globular dan secara garis besar berbentuk speris, akan
tetapi dapat pula berbentuk elipsoida, silinder, dan bilayer. Bentuk dan ukuran
misel merupakan fungsi dari geometri molekular dari molekul surfaktan tersebut
dan kondisi larutan seperti konsentrasi surfaktan, temperatur, pH, dan kekuatan
ionik. Proses pembentukan misel disebut sebagai miselisasi.
Bentuk misel yang berukuran koloid termasuk koloid asosiasi. Perubahannya
bersifat reversible. Koloid asosiasi ini meliputi :
-

Sabun-sabun

-

Alkil sulfat tinggi

-

Alkil sulfonat tinggi

-

Garam amina tinggi

-

Zat-zat warna tertentu

-

Ester gliserol tinggi

-

Polietilena oksida

Sabun, alkil sulfat, dan alkil sulfonat termasuk micelles anion, garam amina
termasuk micelles kation sedang polietilena oksida termasuk micelles non ionic.
Kenaikan temperature, menaikkan CMC dan pada temperature tinggi tidak
terjadi lagi micelles. Adanya elektrolit, merendahkan CMC. Berat molekul koloid
asosiasi pada CMC sudah dapat ditentukan dengan cara light scattering dan
berharga 10.000-30.000 gram/mol. Banyak koloid anionic, kationik, dan non ionic
merupakan emulgator, detergent dab stabilizer koloid yang baik. Beberapa
merupakan stabilizer zat organic dalam air
Fenomena terbentuknya misel dapat diterangkan, yaitu dibawah konsentrasi
kritis misel, konsentrasi surfaktan (sabun) yang mengalami adsorpsi pada antar
muka bertambah jika konsentrasi surfaktan total dinaikkan. Akhirnya tercapailah
suatu titik dimana baik antar muka maupun dalam cairan menjadi jenuh dengan
monomer keadaan inilah yang disebut kkm, jika sulfaktan terus bertambah lagi
hingga berlebihan, maka mereka akan beragregasi terus membentuk misel.
Pada peristiwa ini tenaga bebas sistem berkurang
Zat pengaktif permukaan (surfaktan) bersifat sebagai zat terlarut normal dalam
Larutan encer,. Untuk larutan dengan konsentrasi tinggi/ larutan pekat, maka
akan terjadi perubahan mendadak pada beberapa sifat fsik seperti: tekanan
osmosis, turbiditas, daya hantar listrik dan tegangan muka. Surfaktan dan zat
aktif permukaan merupakan spesies yang aktif pada antarmuka antara dua fase,
seperti antarmuka antara fase hidrofl dan hidrofob.Surfaktan berakumulasi pada
antarmuka, dan mengubah tegangan permukaan (Atkins,1997).
Surfaktan (sabun) merupakan salah satu contoh koloid asosiasi. Sabun
merupakan molekul organic yang terdiri dari dua kelompok gugus.Gugus
pertama, dinamakan liofolik (hidrofob bila medium pendespersinya adalah air)
yang berarti benci air dan gugus kedua,dinamakan lioflik (hidroflik bila medium
pendespirsinya air) yang mempunyai arti suka air.Pada sabun, gugus hidroflik
memiliki afnitas yang sangat kuat terhadap medium air, sedangkan gugus
hidrofob bergabung dengan gugus hidrofob dari molekul sabun lain membentuk
agregat yang dinamakan misel. Misel-misel ini dapat terdiri dari 100 molekul.
Gugus-gugus hidrofob akan berkumpul dibagian dalam misel, sedangkan gugus
hidroflik akan berada diluar (Bird, 1993).

Misel adalah kumpulan molekul berukuran koloid, walaupun tidak ada tetesan
lemak. Hal ini, disebabkan oleh adanya ekor hidrofobnya cenderung berkumpul,
dan kepala hidroflnya memberikan perlindungan. Dan misel merupakan
penggabungan (agregasi dari ion – ion surfaktan), dimana rantai hidrokarbon
yang lipofl akan menuju ke bagian dalam misel, meninggalkan gugus hidrofl
yang berkontak dengan medium air. Misel hanya terbentuk diatas konsentrasi
misel kritis (CMC) dan di atas temperature Kraft (Atkins, 1997).
Bentuk misel yang berukuran koloid termasuk koloid asosiasi. Perubahannya
bersifat reversible. Koloid asosiasi ini meliputi :
-

Sabun-sabun

-

Alkil sulfat tinggi

-

Alkil sulfonat tinggi

-

Garam amina tinggi

-

Zat-zat warna tertentu

-

Ester gliserol tinggi

-

Polietilena oksida

Sabun, alkil sulfat, dan alkil sulfonat termasuk micelles anion, garam amina
termasuk micelles kation sedang polietilena oksida termasuk micelles non ionic.
Kenaikan temperature, menaikkan CMC dan pada temperature tinggi tidak
terjadi lagi micelles. Adanya elektrolit, merendahkan CMC. Berat molekul koloid
asosiasi pada CMC sudah dapat ditentukan dengan cara light scattering dan
berharga 10.000-30.000 gram/mol. Banyak koloid anionic, kationik, dan non ionic
merupakan emulgator, detergent dab stabilizer koloid yang baik. Beberapa
merupakan stabilizer zat organic dalam air (Sukardjo, 1989)

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Pencerahan dan Pemberdayaan (Enlightening & Empowering)

0 64 2

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24