Laporan Praktikum Teknologi Produksi Tan

LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN TAHUNAN

ACARA I
PENGOLAHAN LAHAN

Oleh :
Aprilliane Briantika L
A1L013055

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2015

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanaman karet (Hevea brasiliensis) termasuk dalam famili Euphorbiacea,disebut

dengan nama lain rambung, getah, gota, kejai ataupun hapea. Karet merupakan salah
satu komoditas perkebunan yang penting sebagai sumber devisa non migas bagi
Indonesia, sehingga memiliki prospek yang cerah. Upaya peningkatan produktivitas
tanaman tersebut terus dilakukan terutama dalam bidang teknologi budidaya dan pasca
panen. Agar tanaman karet dapat tumbuh dengan baik dan menghasilkan lateks yang
banyak maka perlu diperhatikan syarat-syarat tumbuh dan lingkungan yang diinginkan
tanaman ini. Apabila tanaman karet ditanam pada lahan yang tidak sesuai dengan
habitatnya maka pertumbuhan tanaman akan terhambat.
Karet merupakan salah satu sumber pendapatan, kesempatan kerja maupun devisa
negara. Kesuburan tanah sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi
tanaman karet. Oleh sebab itu kesuburan tanah pada perkebunan karet perlu dijaga
dengan pengolahan tanah yang optimal. Tanah merupakan sumberdaya alam yang dapat
diperbaharui, namun mudah mengalami kerusakan atau degradasi.
Tanah dapat mengalami kerusakan biasanya sering menimbulkan masalah yang
baru karena ternyata sumberdaya alam tersebut tidak dapat dipergunakan lagi atau tidak
dapat lagi mendukung kehidupan dan aktifitas untuk pertumbuhan tanaman selanjutnya.
Kerusakan tanah dan lahan dapat terjadi oleh kehilangan unsur hara dan bahan organik
didaerah perakaran, terkumpulnya garam di daerah perakaran, penjenuhan tanah oleh

air, dan erosi. Tanaman karet dapat tumbuh diberbagai kondisi tanah, namun hal ini

tentunya juga perlu adanya pengolahan tanah yang optimal untuk menunjang hasil
pertumbuhan tanaman karet yang dapat menghasilkan produk getah karet yang
diinginkan.

B. Tujuan

1. Mengetahui pengolahan tanah untuk tanaman karet
2. Mengetahui tipe teras yang biasa digunakan pada lahan tanaman karet
3. Mengetahui syarat tumbuh tanaman karet yang optimal.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Karet merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan yang mempunyai peran
cukup penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai penyedia lapangan kerja,
sumber pendapatan, dan devisa negara. Luas areal perkebunan karet Indonesia
merupakan yang terluas didunia, yaitu sekitar 3,4 juta ha, Karet merupakan komoditas
perkebunan yang peranannya sangat penting di Indonesia. Selain sebagai sumber devisa
Negara kedua setelah perkebunan kelapa sawit, karet juga mampu mendorong
pertumbuhan sentra-sentra ekonomi baru di wilayah-wilayah pengembangannya.
Produktivitas perkebunan besar Negara 1.327 kg/ha dan perkebunan besar swasta

sebesar 1.565 kg/ha. Rendahnya produktivitas tersebut disebabkan oleh usia tanaman
lebih dari 20 tahun, pemeliharaan kebun kurang baik dan sebagian tanaman
menggunakan bahan tanam biji sapuan (seedling), bukan dari klon unggul. (Direktorat
Jendral Bina Produksi Perkebunan,2010).
Tanaman karet juga telah menghidupi jutaan orang, karena sebagian besar
perkebunan karet diusahakan oleh rakyat. Luas total perkebunan karet di Indonesia telah
mencapai 3.262.291 hektar. Dari total areal tersebut, 84,5% merupakan kebun milik
rakyat, 8,4% milik swasta dan hanya 7,1% milik negara (Setiawan dan Andoko, 2010).
Dari segi luas lahan, perkebunan karet rakyat terbesar, namun produktifitasnya masih
rendah yakni 926 kg/ha jika dibandingkan produktivitas perkebunan besar swasta
sebesar 1.565 kg/ha. Selain produksi lateks, pohon karet yang telah habis masa
produksi, kayunya dapat digunakan untuk pembuatan mebel (Mokhatar, 2011).

Penanaman karet dikenal dengan dua istilah yaitu replanting dan newplanting.
Replanting adalah usaha penanaman ulang di areal karet karena tanaman lama sudah
tidak produktif lagi sedangkan newplanting adalah usaha penanaman karet di areal yang
belum pernah dipakai untuk budi daya karet. Pengolahan tanah dan persiapan tanam
kedau cara ini tidak jauh berbeda, yang berbeda hanya penebangan pohon lama dan
pohon-pohon besar atau alang-alang. Persiapan tanam sebenarnya merupakan
perencanaan sebelum penanaman. Persiapan yang teliti akan mengurangi biaya dan

pekerjaan (Yardha, dkk. 2007).
Produksi lateks dari tanaman karet disamping ditentukan oleh keadaan tanah yang
merupakan salah satu kegiatan sebelum tanaman karet ditanam. Pengolahan tanah
dilakukan agar tanaman karet tumbuh subur dengan baik dan unsur haranya terpenuhi
selain itu

pertumbuhan tanaman, klon unggul, juga dipengaruhi oleh teknik dan

manajemen penyadapan. Selama ini usaha peningkatan produksi lateks dilaksanakan
melalui berbagai usaha antara lain melaksanakan teknis budidaya yang baik
(Rusdi,2014).
Intensitas pengolahan tanah untuk setiap lahan berbeda-beda. Pembukaan hutan
primer, pertama dilakukan penebangan pohon kemudian batang dan cabang-cabangnya
dipotong-potong agar dapat diangkut ke tempat lain dan mudah menjadi kering serta
tidak mengganggu pekerjaan selanjutnya. Pembongkaran tunggul harus dilakukan
karena, pembabadan atau penebasan semak- semak dan pembakaran sisa-sisa tumbuhan
tersebut untuk pembersihan lahan. Pelaksanaan pengolahan tanah dengan pembajakan
atau pencangkulan untuk meratakan dan memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah.
Mengatur keadaan air bisa dibuat saluran drainase karena sangat penting dilahan


perkebunan karet. Pembuatan teras juga penting, baik teras individual ataupun teras
kolektif. Selain itu pembuatan jalan-jalan kebun sangat perlu untuk memperlancar
berbagai macam pekerjaan yang akan dilaksanakn dikebun (Andrian, dkk. 2014)

III.

METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum acara ini adalah kamera, alat tulis,
jas almamater, perkebunan karet yang akan dikunjungi (perkebunan karet Krumput
PTPN IX).

B. Prosedur Kerja

1. Perkebunan yang akan dikunjungi ditentukan terlebih dahulu
2. Kunjungan diadakan di PTPN IX Krumput pada hari sabtu tanggal 21 November
2015
3. Kondisi perkebunan di PTPN IX Krumput diamati

4. Pengarahan tentang budidaya tanaman karet dilakukan mulai dari sistem budidaya
sampai pasca panen.
5. Semua data yang didapatkan pada praktikum lapangan tersebut dicatat

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Hasil praktikum lapangan yang dilakukan di PTPN IX Krumput adalah kondisi
lahan pada perkebunan Krumput jenis tanahnya latosol, berbukit. Kemiringan lahan 40ᴼ
- 45ᴼ. Syarat tumbuh tanaman karet pada perkebunan Krumput adalah 150 -250 m dpl.
Kondisi pengolahan lahan buat penanaman karet ada beberapa yang menggunakan
teknik tradisonal atau secara manual cangkul dan ada juga yang menggunakan mesin
yaitu menggunakan traktor lahan kering. Pembuatan lubang tanam pada perkebunan
dapat menggunakan mesin dan manual dengan cangkul. Pengolahan lahan dengan
mengunakan traktor groan biasanya digunakan untuk tanah yang kering. Biasanya
pengolahan tanah dibagian pertanaman di kanan dan kiri tanaman karet dibuat lubang
untuk pemberian pupuk fungsinya untuk diisi dengan seresah daun sehingga menjadi
pupuk organik. Lahan pertanaman karet dikebun Rumput di buat rorak pembuatan

rorak ini berfungsi untuk menyimpan nutrisi pada waktu musim kemarau agar menjaga
erisi dan kelembapan tanah. Rorak dibuat dengan lebar 40 cm dan panjangnya 1 m dan
dibuat zig zag agar air tidak langsung kebawah. Teras yang digunakan pada perkebunan
Krumput adalah teras individu,teras kontur dan bangku.

B. Pembahasan

Tanaman karet dapat tumbuh dengan baik dengan berbagai syarat tumbuh yang
telah ditentukan. Tanaman karet yang memiliki produktivitas atau memiliki umur
panjang maka sebelumnya harus memenuhi perayaratannya salah satunya untuk
memastikan lahan yang sesuai atau tidak merupakan hal penting karena setiap tanaman
memerlukan syarat-syarat khusus untuk pertumbuhannya. Karet merupakan tanaman
tahunan, sehingga jika diketahui produktivitasnya rendah diperlukan waktu bertahuntahun untuk peremajaannya.
Stacking (Rumpuk Mekanis) adalah bagian dari urutan pelaksanaan pekerjaan
Land Clearing (LC) setelah pekerjaan tebang dilakukan, dengan maksud mengumpulkan
, memotong, mencabut tunggul dan lain-lain dengan menggunakan alat berat Excavator,
Bulldozer atau manual atau sejenisnya. Perkebunan PTPN IX Krumput sudah dilakukan
pembabatan semak biasanya menggunakan cangkul,penebangan pohon biasanya dipilih
pohon ekonomis lebih dahulu kemudian yang lain, arah tebang memperhatikan
topografi, pembongkaran tonggak ,pembakaran seperti daun dan ranting,pengolahan

tanah,pembuatan lubang tanam, Pengendalian ilalang biasanya secara manual, mekanis,
kimia, untuk penggunaan bahan kimia sendiri biasanya menggunakan posfat untuk
mengendalikan ilalang sedangkan Turformin untuk gulma berdaun lebar aplikasinya
dengan kedua bahan kimia dicampurkan baik Posfat maupun Turformin lalu dilakukan
penyemprotan langsung pada gulma.
Pengolahan tanah PTPN IX Krumput secara manual menggunakan cangkul untuk
pengolahan tanah selain itu cangkul sendiri sering digunakan untuk pembuatan lubang

tanam untuk pemberian pupuk agar unsur haranya terpenuhi didalam tanah tetapi
sekarang dengan alat berat seperti traktor lebih efisien dimulai dengan pemberian
tanda, yaitu patok-patok berikut tanda pengenal untuk membantu operator dalam
mengerjakan pengolahan tanah, terutama untuk lahan miring yang akan sekaligus
membuat alur teras dan barisan tanam. Traktor yang digunakan traktor lahan kering
mempermudah proses pengolahan tanah dan lebih cepat atau efisien. Menggunakan
cangkul atau traktor gunanya meratakan atau memperbaiki sifat-sifat fisik dan kimia
tanah.Pembuatan saluran-saluran air untuk drainase sangat penting,selain itu pembuatan
teras baik teras individual maupun teras kolektif dan pembuatan jalan-jalan kebun
sangat perlu untuk memperlancar berbagai macam pekerjaan yang akan dilaksakan
dikebun
Pengolahan lahan perlu diperhatikan, supaya tidak terjadi pembalikan tanah yaitu

lapisan top soil yang subur tergusur sehingga tinggal lapisan subsoil. Terbaliknya
lapisan tanah ini dapat dihindari dengan cara menumpuk dan menyimpan untuk
sementara lapisan top soil ditempat tertentu. Setelah pekerjaan semua selesai, maka
bagian tanah atas dikembalikan kembali proses membolak balikkan tanah ini berfungsi
untuk mengurangi hama yang menaruh telur-telurnya dibawah tanah akan mati dan
patogen penyebab penyakit seperti jamur akar sehingga akan lebih menguntungkan pada
saat awal penanaman, maka dari itu selain pengolahan tanah perlu juga pembersihan
lahan.
Tanaman karet tumbuh didaerah tropis,ketinggian tempat yang baik untuk
pertanaman karet didataran rendah optimal 200 m dpl sedangkan jika ketinggian tempat
lebih dari 600 m dpl tidak cocok untuk pertnaman karet. Pertanaman karet menghendaki

daerah dengan curah hujan antara 1.500 – 4.000mm pertahun dan merata sepanjang
tahun yang terbaik antara 2.500 – 4.000 mm dengan 100 – 150 hari hujan. Angin yang
terlalu kencang dapat mengakibatkan kerusakkan pada tanaman karet yang bersal dari
klon – klon tertentu yang peka terhadap angin kencang. Tanah yang baik untuk
pertanaman karet yaitu tanah vulkanis sifat-sifat tanah yang cocok untuk tanaman karet
adalah solumnya cukup dalam, sampai 100cm tidak terdapat bebatuan,aerasi dan
dranase baik,tanahnya remah,porus dapat menahan air,tekstur terdiri atas 35% liat dan
30% pasir,tidak bergambut,kandungan unsur hara N,P,K tercukupi, pH 4,5 – 6,5,

kemiringan tidak lebih dari 16%,permukaan air tanah tidak lebih kurang dari 100 cm
(djoehana,1993). Syarat tumbuh tanaman karet pada perkebunan Krumput adalah 150250 m dpl dan jenis tanahnya latosol, berbukit dengan kemiringan lahan 40ᴼ - 45ᴼ.
Kondisi perkebunan di PTPN IX Krumput, tanaman belum menghasilkan di lahan
4 luas lahannya 42 hektar,okulasinya 6666 perhektar, jarak tanam 3m x 5 m. Di lahan
tanam belum menghasilkan ditanam PB 260 Klon atas. Di TBM ini dilakukan
pengelolaan tanah

atau lahan untuk pertanaman tanaman karet. Pengolahan lahan

dengan mengunakan traktor groan biasanya digunakan untuk tanah yang kering. Secara
manual menggunakan cangkul ini dapat mempercepat proses pengolahan tanah yang
ada dilahan perkebunan karet. Biasanya pengolahan tanah dibagian pertanaman di
kanan dan kiri tanaman karet dibuat lubang untuk pemberian pupuk fungsinya untuk
diisi dengan seresah daun sehingga menjadi pupuk organik. Lahan pertanaman karet
dikebun Rumput di buat rorak pembuatan rorak ini berfungsi untuk menyimpan nutrisi
pada waktu musim kemarau agar menjaga erisi dan kelembapan tanah. Rorak dibuat

dengan lebar 40 cm dan panjangnya 1 m dan dibuat zig zag agar air tidak langsung
kebawah.
Tanah yang landai biasanya hanya dibuatkan rorak. Galian yang dibuat di sebelah

pokok tanaman untuk drainasi, menampung erosi dan menempatkan bahan/pupuk
organik. Rorak ini berguna sebagai pencegahan erosi dan sebagai saluran air yang perlu
diperhatikan bahwa rorak dan saluran air ini jangn sampai memiliki kemiringan aliran
yang tajam karena kan menyebabkan tanah mengalami erosi atau longsor ( Tim
penululis PS,1992).
Kondisi perkebunan di PTPN IX Krumput

lubang tanam yang baik dalam

pertanaman perkebunan yang ada di Rumput menggunakan lubang tanam dengan
kedalaman 60 cm,lebar 60 cm,panjangnya 60 cm. Menurut Djoehana ,1993 lubang
tanam di buat 2 – 6 bulan sebelum saat tanam tiba. Selama menggu saat tanam, tanah
galian akan mengalami perbaikkan sifat –sifat fisik dan kimia sebagai hasil adanya
pengaruh iklim. Pembutan lubang tanam hendaknya menggunakan ukuran lubang yang
sesuai dan optimal dengan sifat tanah dan jenis bibit yang akan ditanam. Ukuran lubang
tanam yang umum digunakan 60cm x 60 cm x 60 cm atau 80 cm x 80 cm x 80 cm.
Bentuk tanah diperkebunan biasanya tidak semuanya mendatar ada juga yang
berbukit-bukit.Tanah yang memiliki kemiringan memiliki kemiringan 10 hendaknya
dibuat teras dengan lebar teras minimal 1,5 m. Jarak antara teras yang satu dengan yang
lain 7 m untuk jarak tanam (7 x 3) biasanya agar jarak tanamnya merata menggunakan
waterpas. Kemiringan yang sama dibuat satu teras tetapi jika terasnya semakin melebar
sebaiknya dibuat teras anakan dengan jarak tidak lebih dari setengah lebar teras.
Pembuatan teras ini dilakukan dengan cara menggalitanah yang landai kedalam. Tanah

galian diurukdibagian bawahnya hingga terbentuk teras. Pembuatan teras dimaksudkan
agar tanah tidak mudah tererosi (Tim penulis PS,1992).
Ada beberapa macam teras yang digunakan diperkebunan PTPN IX Krumput
yaitu sebagai berikut :
a. Teras individu
Teras individu adalah teras yang dibuat pada masing – masing individu pohon
sehingga jumlah per hektar bergantung pada jumlah populasi pohon. Sistem teras ini
umunya digunakan pada komoditas perkebunan berupa pohon. Teras ini dibuat
disekeliling pohon, dengan memotong kemiringan lahan sampai datar atau agak miring
ke arah kedalam atau berlawanan arah dengan kemiringan. Teras individu berguna untuk
mengurangi erosi, meningkatkan ketersediaan air bagi tanaman, memfasilitasi
pemeliharaan seperti penyiangan gulma dan pemupukan. Teras individu dipelihara
setiap pelaksanaan pengoretan gulma dan pemupukan. Teras individu yang
dikombinasikan dengan tanaman penutup tanah tergolong efektif dalam mengendalikan
erosi.

b. Teras Kontur

Teras kontur adalah teras yang dibuat mengikuti garis kontur sebagai jalur barisan
tanaman, dan semua aktivitas pengelolaan kebun seperti pemanenan, jalan panen, dan
jalan pemeliharaan. Teras kontur dibuat pada saat penyiapan lahan perkebunan yang
mempunyai kemiringan 26 – 36%.

c. Teras Bangku
Teras bangku atau teras tangga (bench terrace) adalah teras yang dibuat dengan
cara memotong kelerengan dan menimbulkan serta menguatkan tanah ke bagian
bawahnya sehingga membentuk deretan bangunan seperti tangga dibuat sedikit miring
ke dalam agar air lebih banyak meresap. Tebing teras ditanami rumput, bibir tebing
ditanami tanaman penguat teras. Fungsi utama teras bangku adalah untuk
memperlambat aliran permukaan sehingga menekan erosi, menampung dan
menyalurkan aliran permukaan dengan kekuatan yang tidak merusak tanah,
meningkatkan laju infiltrasi air, mempermudah pengolahan tanah dan pengolahan
tanaman.

Lahan pertanaman karet mengunakan teras secara umum ada beberapa fungsi teras
yaitu sebagai berikut :
a. Mengurangi aliran permukaan air (Run-off) yang akan mengurangi bahaya erosi.
b. Memperbesar daya infiltrasi dan penyimpanan air tanah (meningkatkan
efektivitas pemupukan).
c. Memudahkan pemeliharaan tanaman.
d. Sebagai tempat penaburan pupuk
Pembukaan ulangan atau konservasi perlu dilakukan diperkebunan PTPN IX
Krumput di bagian TM ( Tanaman menghasilkan) karena belum adanya LCC disekitar
tanaman karet. Perlunya LCC di bagian TM untuk menghindari terjadinya erosi dan
perlunya pembersihan lahan agar tidak terlalu lembab tanahnya jadi tanaman tidak
terserang jamur. Selain itu jarak tanam penanaman 1 m dari pertanaman karet di tanami
LCC Mucuna seperti yang sudah di terapkan di bagian lahan TBM ( Tanaman belum

mengahsilkan) sudah menggunakan LCC Mucuna. Mucuna sendiri memiliki kelebihan
sebagai tanaman LCC yaitu subur,tahan panas,sangat bisa menjaga kelembapan tanah.
Tanaman penutup tanah berperan: (1) menahan atau mengurangi daya perusak
butir-butir hujan yang jatuh dan aliran air di atas permukaan tanah, (2) menambah bahan
organik tanah melalui batang, ranting dan daun mati yang jatuh, dan (3) melakukan
transpirasi, yang mengurangi kandungan air tanah. Peranan tanaman penutup tanah
tersebut menyebabkan berkurangnya kekuatan dispersi air hujan, mengurangi jumlah
serta kecepatan aliran permukaan dan memperbesar infiltrasi air ke dalam tanah,
sehingga mengurangi erosi (Simanjuntak, 2011).
Pembongkaran tanaman-tanaman tua pemotongan batang dan cabang,pembakaran
bagian-bagian tanaman yang tidak dimanfaatkan,perbaikan teras yang sudah ada
perbaikkan tanah jala-jalan kebun dan saluran drainase. Pembongkaran tanaman tua
untuk lahan yang luas dapat mengunakan alat-alat mekaniskarena akan lebih cepat
pelaksanaan lahan baru. Bentuk pembukaan lahan yang baik harus dibuat teras -teras
dan harus membuat pencegahan agar tidak terjadi erosi. Caranya yaitu penanaman
menurut kontur,pembuatan teras yang baik misal untuk pembuatan teras harus diatur
agar dapat dibuat teras yang lebarnya antara 1,5 – 2,5 m dan penanaman tanaman
penutup tanah (Djoehana, 1993).

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Syarat tumbuh dari tanaman karet ialah berdasarkan iklim didataran rendah
optimal 200 m dpl sedangkan jika ketinggian tempat lebih dari 600 m dpl tidak cocok
untuk pertnaman karet. Pertanaman karet menghendaki daerah dengan curah hujan
antara 1.500 – 4.000 mm pertahun dan merata sepanjang tahun yang terbaik antara
2.500 – 4.000 mm dengan 100 – 150 hari hujan. Syarat tumbuh tanaman karet pada
perkebunan Krumput adalah 150-250 m dpl dan jenis tanahnya latosol, berbukit dengan
kemiringan lahan 40ᴼ - 45ᴼ. Pengolahan tanah penting untuk perkebunan tanaman karet
untuk membuat tanah lebih baik dan pemberian pupuk sangat penting setelah
dilakukannya pengolahan tanah agar tanah memeliki unsur hara yang baik dan
tercukupi.Tujuan pembuatan teras adalah untuk mengurangi kecepatan aliran
permukaan (run off) dan memperbesar peresapan air, sehingga kehilangan tanah
berkurang. Teras terdiri dari dua macam, yaitu teras individu dan teras kontur.

B. Saran
Praktikum Budidaya Tanaman Tahunan ini sebaiknya lebih lama diperkebunan
Krumput karena belum sampai proses pengolahan latek sudah langsung pulang. Agar
praktikan lebih mengerti prosesnya secara langsung.

DAFATAR PUSTAKA

Andrian, dkk. 2014. Pengaruh ketinggian tempat dan kemiringan lereng terhadap
produksi karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) di kebun Hapeson PTPN
III Tapanuli Selatan. Jurnal Online Agroekoteknologi. Vol.2, No.3 : 981 –
989.
Djoehana setyamidjaja, 1993. Budidaya dan Pengolahan Karet. Kanisius. Yogyakarta
Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan, 2010. Statistik Perkebunan Indonesia
Tahun 2009-2011, Departemen Pertanian, Direktorat Jenderal Bina Produksi
Perkebunan,Jakarta.
Mokhatar, S, J, Daud, N, W. (2011). Performance of Hevea brasiliensis on Haplic
Acrisol Soil as Affected by Different Source of Fertilizer. Department of Crop
Science, Faculty of Agriculture University Putra Malaysia, (1) 1: 50
Rusdi evizal. 2014. Dasar – dasar produksi perkebunan. Graha ilmu. Yogyakarta. Hal
209
Setiawan, D, H dan A, Andoko, 2010. Petunjuk Lengkap Budidaya Karet, Agromedia
Pustaka,Jakarta.
Simanjuntak, D dan J. matanari. 2004. Manfaat cover crops terhadap erosi dan
kesuburan tanah. Jurnal Penelitian Bidang Ilmu Pertanian. Vol 2. No 2
Tim

penulis PS,1992.Budidaya
swadaya.Jakarta.

dan

Pengolahan,

Strategi

Pemasaran.Penebar

Yardha, dkk. 2007. Teknik Budidaya dan Pembibitan Karet Unggul di Propinsi Jambi.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi. Jambi

LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN TAHUNAN

ACARA II
PEMBIBITAN TANAMAN KARET

Oleh :
Aprilliane Briantika Louise
A1L013055

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2015

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg) merupakan salah satu komoditas perkebunan
yang penting baik untuk lingkup Indonesia maupun bagi internasional. Indonesia pernah
menguasai produksi karet dunia dengan mengungguli produksi negara-negara lain.
Tanaman karet merupakan salah satu komoditi perkebunan yang menduduki posisi
cukup penting sebagai sumber devisa non migas bagi Indonesia. Tanaman karet
memiliki prospek yang sangat cerah sehingga upaya peningkatan produktivitas usaha
tani karet terus dilakukan, terutama dalam bidang teknologi budidaya. Sumber devisa
ini tentunya harus dikembangkan melalui peningkatan efisiensi pengolahan dan
optimalisasi pemanfaatan sumber daya alam, tenaga, modal, dan teknologi yang tersedia
tentang karet.
Perbaikan teknologi budidaya juga dapat menjadi salah satu usaha dalam
meningkatkan produksi karet di Indonesia. Persiapan pembibitan merupakan aspek
budidaya yang sangat penting dilakukan sebelum tanaman menghasilkan menjadi tua
dan kurang produktif atau umur ekonomisnya habis. Perbanyakan vegetatif mempunyai
peranan yang penting dalam budidaya tanaman perkebunan karena akan menghasilkan
tanaman yang secara genetik sama dengan induknya sehingga memiliki sifat-sifat yang
hampir seragam serta memiliki kemampuan produksi yang merata. Penyediaan bibit
tanaman karet umumnya

dilakukan melalui

perbanyakan

vegetatif

terutama

menggunakan teknik okulasi. Kendala yang terdapat dalam teknik okulasi tanaman
karet diantaranya penggunaan klon unggul belum optimal dan pemilihan teknik okulasi

yang belum sesuai. Oleh karena itu pengamatan aspek-aspek yang mempengaruhi
keberhasilan okulasi perlu dilakukan.
Perusahaan Terbuka Perkebunan Nasional (PTPN) IX Krumput, Banyumas
merupakan perusahaan perkebunan yang mengusahakan tanaman karet sebagai
komoditas utamanya. Perusahaan ini memiliki beberapa teknik pembibitan dalam
budidaya karet. Berdasarkan hal tersebut perlu diadakannya praktikum pembibitan
tanaman karet di PTPN IX Krumput, Banyumas untuk mengetahui cara melakukan
pembibitan tanaman karet yang tepat dan dapat mempraktekkan secara langsung.
Produktivitas dan pertumbuhan tanaman karet dipengaruhi oleh faktor keadaan
tanaman pada awal pembibitan yaitu klon entres yang unggul dan murni, bibit batang
bawah yang prima, lingkungan tumbuh yang berhubungan dengan kondisi kesuburan,
manajemen pemeliharaan tanaman dan sistem sadapan yang disiapkan. Faktor dasar
itulah yang akan mempengaruhi dan menentukan produktifitas tanaman karet, ada
faktor lain yang tidak kalah pentingnya dalam budidaya tanaman karet yaitu sifat fisik
dan sifat kimia tanah, sifat mikro dan makro iklim dan keberadaan hama dan penyakit.
Rendahnya tingkat adopsi terhadap penggunaan klon unggul pada umumnya petani
belum banyak mendapatkan informasi teknologi budidaya karet,akibatnya penyebaran
klon-klon unggul tidak sesuai dengan anjuran. Salah satu usahauntuk meningkatkan
produktivitas tanaman karet dapat dilakukan dengan perbaikan genetik, yaitu
menggunakan klon-klon unggul baru.

B. Tujuan
1. Mengetahui cara pembibitan tanaman karet di PTPN IX Krumput, Banyumas
2. Mampu mempraktekkan cara pembibitan tanaman karet dengan teknik okulasi.
3. Mengetahui hasil pembibitan tanamn karet di PTPN IX Krumput
4. Mengetahui pemeliharan yang tepat pada pembibitan tanaman karet.
5. Mengetahui kendala yang dihadapi oleh PTPN IX dalam proses pembibitan karet.

II.

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg) berasal dari Brazil. Tanaman karet
berupa pohon yang tingginya bisa mencapai 25 m dengan diameter batang cukup besar.
Umumnya batang karet tumbuh lurus ke atas dengan percabangan di bagian atas.
Batang mengandung getah yang dikenal dengan nama lateks. Tanaman ini merupakan
sumber utama bahan karet alam dunia. Ada 2 jenis karet yaitu karet alam dan karet
sintesis. Setiap jenis karet ini memiliki karakteristik yang berbeda sehingga
keberadaannya saling melengkapi. Kelemahan karet alam bisa diperbaiki oleh karet
sintesis dan sebaliknya, sehingga kedua jenis karet tersebut tetap dibutuhkan. Karet
alam berasal dari alam yang terbuat dari getah tanaman karet. Sifat dan kelebihan karet
alam yaitu daya elastis atau daya lenting yang sempurna, tidak mudah panas, tidak
mudah retak, dan sangat plastis, sehingga mudah diolah (Setiawan, 2008).
Karet merupakan komoditas ekspor yang mampu memberikan kontribusi didalam
upaya peningkatan devisa Indonesia. Tanaman ini diperbanyak melalui okulasi,
sehingga untuk menghasilkan bibit yang baik perlu mempersiapkan adanya batang
bawah dan batang atas. Batang bawah berupa tanaman semaian dari biji – biji klon karet
yang di anjurkan, sedangkan tanaman batang bawah berasal dari mata klon anjuran
(Purwanta,2008).

Tanaman karet akan tumbuh baik jika ditanam di daerah yang memiliki ketinggian
antara 200–400 mdpl, kemiringan maksimum 45o dengan kualitas tanah yang baik.
Ketinggian >600 mdpl tidak cocok untuk tanaman karet karena berpengaruh terhadap
pertumbuhannya. Suhu optimal untuk tanaman karet antara 25oC - 35oC. Tanaman karet
dapat tumbuh di daerah dengan curah hujan antara 1.500–4.000 mm tahun-1 dan merata
sepanjang tahun, akan tetapi tanaman karet akan tumbuh lebih baik di daerah dengan
curah hujan antara 2.500–4.000 mm tahun-1 dengan 100–150 hari hujan tahun-1
(Anwar, 2001).
Tanaman karet mempunyai masa produksi efektif selama 30 tahun setelah itu
memasuki fase menua yang ditandai dengan menurunnya produksi lateks. Jika tetap
dipelihara dan disadap maka hasil yang diperoleh tidak akan menguntungkan secara
ekonomis sehingga diperlukan peremajaaan. Proses peremajaan tanaman karet
disiapkan dalam proses pembibitan, oleh karena itu pembibitan merupakan salah satu
bagian terpenting dalam budidaya tanaman karet (Setiawan, 2008).
Pembibitan merupakan tempat penyiapan dan penyediaan bahan tanam (bibit), baik
yang berasal dari hasil perbanyakan generatif (benih) maupun vegetatif (klonal). Ada
beberapa tahapan dalam kegiatan pembibitan karet, yaitu mulai dari pengadaan biji,
persemaian biji, persemaian bibit rootstock, okulasi, pembuatan bibit polibag dan
penanaman. Pembibitan sangat diperlukan untuk penyiapan dan penyediaan bibit
tanaman perkebunan untuk memenuhi kebutuhan areal pertanaman dalam skala luas dan
hanya satu kali dalam setiap satu siklus umur ekonomis tanaman (20–25 tahun).Bibit
tanaman karet yang akan dibudidayakan adalah hasil dari perbanyakan vegetatif, bibit

harus berasal dari klon unggul yang terpilih, pertumbuhan bibit dalam kondisi prima
dan terhindar dari hama dan penyakit(Amy, 2006).
Bibit tanaman karet yang akan dibudidayakan adalah hasil dari perbanyakakan
vegetatif, bibit harus berasal dari klon unggul yang terpilih, pertumbuhan bibit dalam
kondisi prima dan terhindar dari hama dan penyakit. Tanaman karet diperbanyak
melalui okulasi, sehingga untuk menghasilkan bibit yang baik perlu mempersiapkan
adanya batang bawah dan batang atas. Batang bawah berupa tanaman semaian dari bijibiji klon anjuran, sedangkan tanaman batang bawah berasal dari mata klon anjuran
(Purwanta, 2008).
Pembibitan batang bawah berfungsi untuk menyediakan tanaman karet yang akan
digunakan untuk kebutuhan batang bawah pada teknis perbanyakan okulasi. Tanaman
untuk batang bawah harus memiliki perakaran yang kuat dan daya serap air dan hara
yang baik karena pertumbuhan suatu klon hasil okulasi tidak hanya dipengaruhi oleh
sifat fisik dan keadaan lingkungan tempat tumbuhnya, tetapi juga dipengaruhi oleh
batang bawah yang berfungsi untuk menyerap air dan hara tanah untuk kepentingan
metabolisme tanaman. Kegiatan teknis penyiapan batang bawah meliputi persiapan
lahan, penanganan benih, persemaian, dan pemeliharaan tanaman di pembibitan
(Boerhendhy, 2012).
Kriteria lahan untuk pembibitan yaitu lahan yang relatif datar, mudah dijangkau,
dekat dengan sumber air, dan bebas penyakit jamur akar putih. Hal yang harus
diperhatikan adalah lahan harus bebas dari sisa-sisa akar dan kayu untuk mencegah
penyebaran penyakit terutama jamur akar putih. Lahan diolah dengan cara dibajak dan
digaru menggunakan cara manual atau dengan traktor serta dilakukan pemupukan

dengan fosfat alam (Rock phosphat) dengan dosis 600-1 200 kg ha-1 hingga siap untuk
ditanami (Boerhendhy, 2012).
Persemaian adalah pengecambahan benih karet dengan tujuan untuk memperoleh
batang bawah yang seragam dengan cara memisahkan (seleksi) bibit yang
pertumbuhannya cepat dan baik dari bibit yang pertumbuhannya lambat dan kurang
baik. Pengecambahan benih karet sebaiknya dilakukan setelah pengolahan tanah
dikerjakan, hal ini untuk menghindari tidak tertanamnya kecambah di lapang. Benih
yang akan dijadikan benih harus memenuhi persyaratan ukuran benih seragam, kulit
benih segar, jernih, mengkilat, dan memantul bila dijatuhkan serta tidak berbunyi bila
diguncang. Benih yang baik mempunyai endosperm yang berwarna putih (Supijatno dan
Iskandar, 1998).
Perkebunan karet dalam suatu unit area atau sebagai perkebunan besar harus selalu
mengadakan peremajaan atau penanaman baru setiap tahun untuk keberlanjutan
produksi. Proses ini mengharuskan suatu perkebutan karet memiliki kebun entres yang
sesuai dengan program penanaman tersebut. Kebun entres merupakan kebun untuk
mendapatkan bahan tanaman yang unggul dan terjamin kemurniannya sebagai bahan
okulasi untuk perbanyakan tanaman secara vegetatif (Robbyana, 2002).
Okulasi merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman yang dilakukan dengan
menempelkan mata entres dari satu tanaman ke tanaman lain yang sejenis dengan tujuan
mendapatkan sifat unggul dan dari hasil okulasi akan diperoleh bahan tanam karet
unggul berupa stum mata tidur, stum mini, bibit dalam polybag, atau stum tinggi.
Teknik okulasi yang biasa dilakukan yaitu okulasi dini (pre green budding), okulasi
hijau (green budding), dan okulasi coklat (brown budding). Ketiga macam teknik

okulasi tersebut relatif sama, perbedaannya hanya terletak pada umur batang bawah dan
batang atasnya. Keberhasilan okulasi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya
kompatibilitas kambium batang bawah dan perisai mata okulasi, kondisi batang bawah
yang kering, pekerja serta peralatan dalam keadaan bersih, pisau okulasi harus tajam
dan pekerja harus teliti dan sabar (Setiawan, 2008).
Okulasi dapat dimulai apabila batang bawah yang dipersiapkan di pembibitan sudah
mempunyai kriteria matang okulasi. Kriteria matang okulasi yaitu diameter batang
bawah >2 cm, lilit batang tanaman berkisar 5–7 cm pada ketinggian 5 cm dari
permukaan tanah, mempunyai minimal 3 payung daun yang sehat, dan keadaan tunas
ujung dalam keadaan dorman sehingga kulit tidak lengket (Amy, 2006).
Pengambilan mata okulasi dari kayu entres dapat dilakukan dengan membuat
jendela pada kayu entres sebagaimana membuat jendela pada batang bawah. Perisai
mata okulasi dibuat lebih kecil dari jendela batang bawah. Mata okulasi yang terbaik
untuk calon perisai adalah mata prima yang berada di atas bekas tangkai daun.
Penyayatan perisai mata okulasi dilakukan dengan mengikutsertakan sedikit bagian
kayu. Kemudian perisai mata okulasi ditempelkan dengan cara diselipkan pada batang
bawah sesaat setelah jendela okulasi dibuka. Jendela okulasi ditekan dan diusahakan
perisai mata okulasi tidak bergerak. Jendela okulasi ditutup dan siap untuk dibalut.
Proses pembalutan bertujuan agar perisai mata okulasi benar-benar menempel pada
batang bawah serta terlindung dari air dan kotoran. Pembalutan sistem tata genteng
dengan menggunakan pita plastik transparan berukuran panjang 40 cm dan lebar 2.0–
2.5 cm. untuk bukaan dari atas, pembalutan dimulai dari atas, demikian juga sebaliknya.
Penggunaan alat pada proses okulasi harus selalu bersih dan okulasi harus dilakukan

sepagi mungkin jika embun pada permukaan batang yang akan diokulasi sudah kering.
Okulasi biasanya dilakukan pukul 07.00 sampai pukul 10.00 WIB (Setiawan, 2008).
Keberhasilan okulasi dapat diketahui dengan cara membuat cungkilan pada perisai
mata okulasi diluar matanya. Apabila perisai mata okulasi berwarna hijau berarti okulasi
dinyatakan berhasil dan jika perisai mata okulasi berwarna hitam berarti okulasi
dinyatakan mati. Pembukaan okulasi (Kontrol 1) dilaksanakan 21 hari setelah okulasi,
yang hidup diberi tanda plastik dan yang mati diberi tanda, kemudian dihitung baik
jumlah yang hidup maupun yang mati. (Kontrol 2) dilaksanakan 10 hari setelah kontrol
1 (31 hari setelah okulasi), yang mati tanda tali plastiknya dibuka sedangkan yang hidup
diberi tali plastik, kemudian dihitung jumlah okulasi yang hidup maupun yang mati.
(Kontrol 3) dilaksankan 10 hari setelah kontrol 2 (41 hari setelah okulasi), yang hidup
diberi tanda plastik sedangkan yang mati tali plastiknya dibuka. Untuk memudahkan
pengenalan masing-masing klon, maka sambil menghitung okulasi yang hidup pada
kontrol 3 perlu dilakukan pemberian tanda sebagai cirri klon. Okulasi dilakukan
kembali di belakang jendela okulasi yang mati pada kontol 3 (Robbyana, 2002).
Pemotongan bibit dilakukaan pada ketinggian 5–7 cm di atas jendela okulasi dengan
sudut miring 30o–45o membelakangi jendela okulasi. Penampang bekas potongan
ditutup dengan paraffin supaya luka bekas potongan tertutup dan mengurangi
penguapan. Pada musim kemarau dilakukan penyiraman setelah pemotongan untuk
mempercepat pertumbuhan tunas. Pemotongan bibit dilebihkan 5% untuk cadangan
dalam persiapan penanaman ke polybag (Robbyana, 2002).

Menurut prakiraan bahwa potensi produksi karet dapat ditingkatkan mencapai
5.000-7.000 kg/ha/th. Klon-klon karet unggul yang dihasilkansampai saat ini, mampu
mencapai potensi produksi dengan rata-rataproduksi selama 15 tahun sadap berkisar
1.500-1.800 kg/ha/th dalampenanaman skala komersial. Usaha untuk mendapatkan
klon-klon yang lebihunggul terus diupayakan melalui program pemuliaan dan seleksi,
untukmenghasilkan klon-klon unggul modern dengan produktivitas mencapailebih dari
2.500 kg/ha/th pada tahun 2005 (Anwar, 2001).
Kegiatan pemuliaan karet di Indonesia telah banyak menghasilkanklon-klon karet
unggul sebagai penghasil lateks dan penghasil kayu. PadaLokakarya Nasional
Pemuliaan Tanaman Karet 2005, telahdirekomendasikan klon-klon unggul baru
generasi-4 untuk periode tahun2006–2010, yaitu klon: IRR 5, IRR 32, IRR 39, IRR 42,
IRR 104, IRR 112, dan IRR 118. Klon IRR 42 dan IRR 112 akan diajukan
pelepasannyasedangkan klon IRR lainnya sudah dilepas secara resmi. Klon-klon
tersebutmenunjukkan produktivitas dan kinerja yang baik pada berbagai lokasi,tetapi
memiliki variasi karakter agronomi dan sifat-sifat sekunder lainnya.Oleh karena itu
pengguna harus memilih dengan cermat klon-klonyangsesuai agroekologi wilayah.
Tingkat hilir, jumlah pabrik pengolahan karet sudah cukup, namun selama lima
tahun mendatang diperkirakan akan diperlukan investasi baru dalam industri
pengolahan, baik untuk menghasilkan crumb rubber maupun produk-produk karet
lainnya karena produksi bahan baku karet akan meningkat. Kayu karet sebenarnya
mempunyai potensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan furniture tetapi
belum optimal, sehingga diperlukan upaya pemanfaatan lebih lanjut (Anwar, 2007).

Hutan krumput mempunyai bentuk permukaan tanah yang berbukit-bukit, sehingga
mempunyai relief perbukitan dengan ketinggian antara 50-300 m dan relief pegunungan
dengan ketinggian 730 m. daerah ini tersusun dari bahan induk vulkanik intermediet.
Bahan induk dari batuan beku dicirikan dengan tidak mempunyai kandungan fosil,
teksturnya mampat,padat, serta berstruktur homogen dengan bidang permukaan yang
sama ke semua arah dan sesuai dengan proses pembentukannya. Batuan beku vulkanik
intermediet merupakan batuan yang mencapai permukaan bumi dalam keadan cair, dan
proses pembekuannya berlangsung di atas permukaan bumi dengan kadar SiO2 antara
52-65 % (Boerhendhy, 2010).

III.

METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan
Bahan dan alat yang digunakan dalam acara pembibitan tanaman karet adalah
mata tunas tanaman karet. Alat yang digunakan, yaitu alat tulis, lembar pengamatan,
dan gunting, pisau steril, plastik, tali rafia

B. Prosedur Kerja
1. Mahasiswa dibagi dalam beberapa rombongan dan masing-masing rombongan di
bagi menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 5 mahasiswa.
2. Praktikan berangkat menuju PT Perkebunan Nusantara IX Krumput, Banyumas,
dengan didampingi asisten dan dosen pengampu mata kuliah Budidaya Tanaman
Tahunan.
3. Praktikan mendengarkan penjelasan dari petugas perkebunan mengenai pembibitan
sampai prosesing karet.
4. Mencatat penjelasan yang diberikan oleh petugas lapang.
5.

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Hari, tanggal

:Sabtu, 21 November 2015

Lokasi

:PTPN IX Krumput

Waktu Pelaksanaan

: 08.00 – 13.00 WIB

Pembibitan di PTPN IX Krumput melalui beberapa tahapan yang berbeda tempat.
Untuk menyiapkan batang bawah pembibitan dilakukan di kebun bibit batang bawah
(rootstock), untuk kebun batang atas dilakukan di kebun entres, dan pembibitan polibag
untuk bibit yang tekah di okulasi. Tanaman yang berada pada kebun entres dapat
diambil mata tunasnya maksimal 10 kali pengambilan.
Pada praktikum di perkebunan krumput, untuk pembibitan dilakukan dengan
okulasi. Kayu okulasi yang juga sering disebut dengan batang atas merupakan tunas
atau dahan muda yang memiliki beberapa mata tunas sebagai bahan utama kegiatan
okulasi. Kayu okulasi bisa diambil dari pohon induk atau tanaman karet ditanam secara
khusus untuk menghasilkan kayu okulasi. Karena hanya dijadikan sebagai sumber
batang atas, jarak tanam di lahan khusus ini bisa dibuat rapat, yakni 50 x 100 cm atau
100 x 100 cm.
Batang atas yang diambil dari kebun khusus ini bisa dikirimkan kekebun-kebun
pembibitan yang tidak memiliki kebun batang atas. Caranya, batang atas dipotong
sepanjang 100 cm dan kedua ujungnya diolesi paraffin agar tidak terjadi
penguapan.Setiap

batangdimasukan

kedalam

pelepah

pisang

untuk

kelembapan.Selain kayu okulasi, juga ada mata tunas untuk pembibitan.

menjaga

Mata tunas adalah bagian tanaman batang atas yang akan diokulasikan dengan
batang bawah. Mata tunas ini setelah menyatu dengan batang bawah akan tumbuh
menjadi batang tanaman karet. Mata tunas ini terdapat di sepanjang kayu okulasi,
semakin muda kayu okulasi tersebut, semakin terlihat jelas mata tunas nya. Ada 3 jenis
mata tunas pada tanaman karet, yaitu mata daun, mata sisik, dan mata bunga.Saat
terbaik melakukan okulasi adalah pada musim hujan karena saat itu kelembaban tinggi.
Tidak dianjurkan melakukan okulasi pada pertengahan musim kemarau kerena risiko
kegagalannya sangat tinggi akibat udara kering dan panas. Sebaiknya kegiatan okulasi
dilakukan pukul 07.00-10.00, saat matahari belum bersinar terik.
Proses Pelaksanaan Pembibitan yaitu:
a. Pembibitan batang bawah: Tanah diolah dengan pencangkulan dalam (minimum 60
cm), sambil dibentuk bedeng untuk tanaman batang bawah dengan lebar 320 cm,
panjang menyesuaikan kondisi lahan dengan arah timur barat (untuk 6 baris
tanaman dengan jarak 60 cm), bedengan diratakan kemudian ditaburi pupuk dasar
yang telah dicampur dengan bubuk belerang 20 %, lahan siap ditanami.
b. Pendederan biji, biji diseleksi dengan cara direndam dalam air, biji ditanam ke
media yang telah dibuat dengan cara disusun melintang pada bedengan satu per satu,
disiram pagi dan sore secara rutin, dan ditutup dengan karung.
c. Pembibitan okulasi, dilakukan pada batang bawah yang dibersihkan dengan
menggunakan kain lap dan dibuat jendela mata okulasi dengan lebar 2 cm panjang
10 cm, diambil mata okulasi dari batang entres yang telah disiapkan, kayu batang
entres dikupas lalu ditempelkan pada jendela okulasi yang telah disiapkan, dibalut
dengan plastik yang berukuran lebar 2,5 dan panjang 50 cm dengan rapat dan tidak

kendor agar tidak kena air saat hujan. Setelah 21 hari pembalut plastik dibuka
kemudian lakukan pemeriksaan pertama, setelah 15 hari dari pemeriksaan pertama
dilakukan pemeriksaan kedua untuk mengecek mati dan tidaknya, 15 hari setelah
pemeriksaan kedua, lakukanlah pemeriksaan ketiga atau penanaman di polibag
(pembibitan lapangan II) untuk mengetahui tumbuh tidaknya tanaman yang hasil
okulasi.
d. Pembibitan Lapangan II: bibit yang sudah dinyatakan hidup pada pembibitan
lapangan I kemudian di potong batang atasnya setelah diadakan pemotongan 4-10
hari atau mata sudah meletis atau membenjol maka bibit siap untuk didongkel
dengan hati-hati agar mata tunas tidak rusak dengan panjang akar minimal 50 cm
akar tunggang, bibit yang telah didongkel, akar tunggangnya di potong setinggi
media tanam yang ada di polibag, akar serabut dibersihkan di potong dan disisakan
3-4 cm dari pangkal akar, bibit siap ditanam dalam polibag setelah ditugal terlebih
dahulu agar tidak ada akar serabut yang terlipat dan kulit akar tunggang tidak luka
atau terkelupas.

B. Pembahasan
Salah satu aspek penting dalam pembudidayaan tanaman karet yaitu pembibitan.
Pembibitan merupakan tempat penyiapan dan penyediaan bahan tanam (bibit), baik
yang berasal dari hasil perbanyakan generatif (benih) maupun vegetatif (klonal).
Tahapan dalam kegiatan pembibitan karet yaitu mulai dari pengadaan biji, persemaian
biji, persemaian bibit rootstock, okulasi, pembuatan bibit polibag dan penanaman.
Pembibitan diperlukan untuk penyiapan dan penyediaan bibit tanaman perkebunan
untuk memenuhi kebutuhan areal pertanaman dalam skala luas dan hanya satu kali
dalam setiap satu siklus umur ekonomis tanaman (20–25 tahun) (Purwanta, 2008).
Bibit tanaman karet yang dibudidayakan di PTPN IX adalah hasil dari
perbanyakakan vegetative. Bibit harus berasal dari klon unggul yang terpilih,
pertumbuhan bibit dalam kondisi prima dan terhindar dari hama dan penyakit. Tanaman
karet diperbanyak melalui okulasi, sehingga untuk menghasilkan bibit yang baik perlu
mempersiapkan adanya batang bawah dan batang atas. Batang bawah berupa tanaman
semaian dari biji-biji klon anjuran, sedangkan tanaman batang bawah berasal dari mata
klon anjuran (Purwanta, 2008).
Keberhasilan okulasi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya keterampilan
pekerja, kebersihan, kecepatan mengokulasi, pemilihan entres atau kayu okulasi dengan
mata tunas yang masih dorman dan keadaan iklim.Hal ini sesuai dengan pendapat
Setiawan (2008) yang menyatakan bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi
keberhasilan okulasi yaitu kompatibilitas kambium batang bawah dan perisai mata
okulasi, kondisi batang bawah yang kering, pekerja serta peralatan dalam keadaan
bersih, pisau okulasi harus tajam dan pekerja harus teliti dan sabar.

Mata okulasi yang telah siap dipindah tanamkan ke lapangan adalah yang telah
berpayung satu atau yang telah berumur lebih kurang 13 MST. Faktor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan stum meliputi kompatibelitas antara batang atas dengan
batang bawah, ukuran lilit batang bawah yang digunakan, umur entris (scion) yang
sesuai dengan batang bawah (Lasminingsih, 2006).
Kondisi iklim yang paling baik untuk dilakukannya okulasi yaitu pada awal dan
akhir musim penghujan. Pada musim kemarau tanaman karet mengalami gugur daun,
kurang baik untuk pengokulasian karena adanya gangguan fisiologis. Sedangkan pada
musim penghujan, air hujan dapat meresap pada luka okulasi yang dapat mengakibatkan
busuk. Kelembaban tinggi baik untuk perkembangan jasad renik pada sisa-sisa latex
dari luka okulasi ini dapat dapat menyebabkan kegagalan pengokulasian.
Pembibitan tanaman karet di PTPN IX Krumput, Banyumas dilakukan dengan
beberapa tahap, yaitu:
1. Penyiapan Batang Bawah
Pembibitan batang bawah berfungsi untuk menyediakan tanaman karet yang akan
digunakan untuk kebutuhan batang bawah pada teknis perbanyakan okulasi. Tanaman
untuk batang bawah harus memiliki perakaran yang kuat dan daya serap air dan hara
yang baik karena pertumbuhan suatu klon hasil okulasi tidak hanya dipengaruhi oleh
sifat fisik dan keadaan lingkungan tempat tumbuhnya, tetapi juga dipengaruhi oleh
batang bawah yang berfungsi untuk menyerap air dan hara tanah untuk kepentingan
metabolisme tanaman. Kegiatan teknis penyiapan batang bawah meliputi persiapan
lahan, penanganan benih, persemaian, dan pemeliharaan tanaman (Boerhendhy, 2012).

a. Persiapan lahan. Kriteria lahan untuk pembibitan yaitu lahan yang relatif datar,
mudah dijangkau, dekat dengan sumber air, dan bebas penyakit jamur akar putih.
Hal yang harus diperhatikan adalah lahan harus bebas dari sisa-sisa akar dan kayu
untuk mencegah penyebaran penyakit terutama jamur akar putih. Lahan diolah
dengan cara dibajak dan digaru menggunakan cara manual atau dengan traktor serta
dilakukan pemupukan dengan fosfat alam (Rock phosphat) dengan dosis 600-1200
kg ha-1 hingga siap untuk ditanami (Boerhendhy, 2012).
b. Penanganan Benih. Benih yang digunakan hendaknya berupa benih karet yang
minimal salah satu induknya diketahui atau lebih baik lagi jika kedua induknya
diketahui, sementara itu benih sapuan atau tidak diketahui kedua tetuanya tidak baik
untuk dijadikan batang bawah. Klon-klon yang dianjurkan sebagai batang bawah
adalah klon IRR 112, IRR 118, PB 260, PB 340. Tanaman untuk batang bawah
ditanam 1.0–1.5 tahun sebelum diokulasi. Jumlah bibit per hektar berkisar antara
65.000–73.000 populasi tanaman. Kebutuhan benih untuk jumlah tersebut sekitar
100.000–120 juta butir benih (Balai Penelitian Sembawa, 2010).
c. Persemaian. Persemaian adalah pengecambahan benih karet dengan tujuan untuk
memperoleh batang bawah yang seragam dengan cara memisahkan (seleksi) bibit
yang pertumbuhannya cepat dan baik dari bibit yang pertumbuhannya lambat dan
kurang baik. Pengecambahan benih karet sebaiknya dilakukan setelah pengolahan
tanah dikerjakan, hal ini untuk menghindari tidak tertanamnya kecambah di lapang.
Benih yang akan dijadikan benih harus memenuhi persyaratan ukuran benih
seragam, kulit benih segar, jernih, mengkilat, dan memantul bila dijatuhkan serta

tidak berbunyi bila diguncang. Benih yang baik mempunyai endosperm yang
berwarna putih (Supijatno dan Iskandar, 1998).
2. Penyiapan Batang Atas atau Kebun Entres
Perkebunan karet dalam suatu unit area atau sebagai perkebunan besar harus selalu
mengadakan peremajaan atau penanaman baru setiap tahun untuk keberlanjutan
produksi. Proses ini mengharuskan suatu perkebutan karet memiliki kebun entres yang
sesuai dengan program penanaman tersebut. Kebun entres merupakan kebun untuk
mendapatkan bahan tanaman yang unggul dan terjamin kemurniannya sebagai bahan
okulasi untuk perbanyakan tanaman secara vegetatif (Robbyana, 2002).
3. Okulasi
Okulasi merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman yang dilakukan dengan
menempelkan mata entres dari satu tanaman ke tanaman lain yang sejenis dengan tujuan
mendapatkan sifat unggul dan dari hasil okulasi akan diperoleh bahan tanam karet
unggul berupa stum mata tidur, stum mini, bibit dalam polybag, atau stum tinggi.
a. Kesiapan batang bawah. Okulasi dapat dimulai apabila batang bawah yang
dipersiapkan di pembibitan sudah mempunyai kriteria matang okulasi. Kriteria
matang okulasi yaitu diameter batang bawah > 2 cm, lilit batang tanaman berkisar
5–7 cm pada ketinggian 5 cm dari permukaan tanah, mempunyai minimal 3 payung
daun yang sehat, dan keadaan tunas ujung dalam keadaan dorman sehingga kulit
tidak lengket (Amy, 2012).
b. Penempelan perisai okulasi. Okulasi diawali dengan menoreh batang bawah
sebanyak 10 batang setelah dibersihkan dengan kain lap bersih. Torehan dilakukan
untuk membuat jendela okulasi. Lebar jendela okulasi 1.0–1.5 cm, panjang 5–6 cm,

tinggi jendela bagian bawah 5 cm dari permukaan tanah. Pengambilan mata okulasi
dari kayu entres dapat dilakukan dengan membuat jendela pada kayu entres
sebagaimana membuat jendela pada batang bawah. Perisai mata okulasi dibuat lebih
kecil dari jendela batang bawah. Mata okulasi yang terbaik untuk calon perisai
adalah mata prima yang berada di atas bekas tangkai daun. Penyayatan perisai mata
okulasi dilakukan dengan mengikutsertakan sedikit bagian kayu. Kemudian perisai
mata okulasi ditempelkan dengan cara diselipkan pada batang bawah sesaat setelah
jendela okulasi dibuka. Jendela okulasi ditekan dan diusahakan perisai mata okulasi
tidak bergerak. Jendela okulasi ditutup dan siap untuk dibalut.
c. Pembungkusan. Proses pembalutan bertujuan agar perisai mata okulasi benar-benar
menempel pada batang bawah serta terlindung dari air dan kotoran. Pembalutan
sistem tata genteng dengan menggunakan pita plastik transparan berukuran panjang
40 cm dan lebar 2.0–2.5 cm. untuk bukaan dari atas, pembalutan dimulai dari atas,
demikian juga sebaliknya. Penggunaan alat pada proses okulasi harus selalu bersih
dan okulasi harus dilakukan sepagi mungkin jika embun pada permukaan batang
yang akan diokulasi sudah kering. Okulasi biasanya dilakukan pada pukul 07.00
sampai pukul 10.00 WIB (Setiawan, 2008).
d. Pemeriksaan Okulasi. Keberhasilan okulasi dapat diketahui dengan cara membuat
cungkilan pada perisai mata okulasi di luar