LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ORGANISME PENG

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM
ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN

OLEH :
JONI IRAWAN
NIM. D1B113056

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
2015

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM
ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN
(Pengaruh Perlakuan Biofres, Azotobacter dan mikoriza pada Pertumbuhan
Tanaman Jagung)
(Zea Mays. L)

Oleh :


JONI IRAWAN
NIM. D1B113056

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mengikuti Ujian Praktikum
Pemuliaan Tanaman

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO

2015
LEMBAR PENGESAHAN
Judul

:Pengaruh Perlakuan pada Pertumbuhan Tanaman Jagung
(Zea Mays. L)

Nama


: Joni irawan

NIM

: D1B1 13 056

Program Studi

: Agroteknoloogi

Jurusan

: Agoteteknologi

Kendari,

juni 2015

Menyetujui,
Asisten


Koordinator Praktikum

SUMARDIN. SP

VIT NERU SATRA. SP.,MP

Mengetahui,
Penanggung Jawab Mata Kuliah Pemuliaan Tanaman

Dr. Ir. H. Andi Khaeruni. M,Si
NIP. 19670627 199403 1002

Hari/Tanggal/Pengesahan

:
RIWAYAT HIDUP

Nama Joni irawan (D1B113056), Lahir di Mondoe
Tanggal 24 Mei 1996, anak ke 4 dari 5 bersaudara pasangan

dari Bapak Sarmin L dan Ibu Tanrita. Saya

memulai

pendidikan di jenjang Sekolah Dasar Negeri Mondoe pada
Tahun 2002 lulus pada tahun 2007, kemudian melanjutkan
ke Sekolah Menengah Pertama di SMP Negri 4 Lainea pada
tahun 2007 lulus pada tahun 2010 dan Tahun 2010
melanjutkan

Sekolah Menegah Kejuruan

di SMA 18

Konsel dan lulus pada tahun 2013.
Kemudian pada tahun 2013 melanjutkan ke jenjang perkuliahan di
Universitas Haluoleo Kendari, di Fakultas Pertanian Jurusan Agroteknologi
melalui jalur SBMPTN di jenjang perkuliahan di Universitas Halu Oleo.

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas perkenan-Nya penulis
dapat menyelesaikan

“Laporan Lengkap Praktikum Mata Kuliah Organisme

Penggangu Tanaman”.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan laporan ini masih
jauh dari apa yang dikatakan sempurna karena keterbatasan kemampuan dan
pengetahuan yang penulis miliki. Walaupun demikian, penulis berharap bahwa
laporan ini dapat diterima dan memenuhi persyaratan yang telah ditentukan.
Tidak

berlebihan

apabila

pada

kesempatan


kali

ini

penyusun

menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian laporan ini.
Dan tak lupa penyusun menyampaikan banyak terima kasih serta seiring
do’a atas segala amal baik dan perhatian yang telah diberikan kepada penyusun.
Akhir kata semoga laporan ini dapat memenuhi syarat dan bermanfaat bagi
penyusun khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.

Kendari,

Penyusun

2015

I.


PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang
terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di
Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di
Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura
dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain
sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan
maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari bulir), dibuat tepung (dari bulir,
dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri (dari
tepung bulir dan tepung tongkolnya). Tongkol jagung kaya akan pentosa, yang
dipakai sebagai bahan baku pembuatan furfural. Jagung yang telah direkayasa
genetika juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi.
Saat ini jagung merupakan produk biji-bijian ketiga yang paling banyak
diperdagangkan setelah gandum dan beras. Tanaman ini digunakan sebagai
sumber makanan pokok, terutama di Amerika latin dan Afrika, namun karena
harganya yang rendah dan digunakan di seluruh dunia jagung telah menjadi bahan
baku yang paling penting untuk pakan ternak dan beberapa bahan industri. Dalam

25 tahun mendatang kebutuhan pangan akan semakin meningkat sejalan dengan
meningkatnya penduduk Indonesia. Dengan demikian kebutuhan masukan
teknologi tinggi berupa pupuk makin meningkat, demikian juga kebutuhan
pertisida akan lebih besar dari yang di perlukan sekarang, dengan makin

meningkatnya kebutuhan masukan energy, maka biaya produksi yang diperlukan
akan semakin besar. Hal ini merupakan tantangan para pakar bidang pertanian
untuk mencari teknologi alternative dalam mencukupi kebutuhan pangan dengan
kuwalitas yang baik dan menyehatkan, tetapi tidak menimbulkan kerusakan
lingkungan.
Kerugian yang timbulkan sebagai akibat serangan penyakit lebih parah
disbanding dengan serangan hama. Tinjauan ini secarah umum dampak penyakit
terletak pada akibat serangan penyakit, sedangkan untuk hama tanaman terletak
pada luas serangan. Walaupun dalam tempoh yang sangat singkat. Pada jagung
penyakit bulai yang disebabkan oleh Peronosclerospora maydis dikenal sebagai
penyakit terpenting pada daerah pertanaman jagung, dapat menyerang tanaman
jagung yang berumur 2-3 minggu, 3-5 minggu dan pada tanaman dewasa.
B. Perumusan Masalah
1. Apakah Biofres berpengaruh terhadap pertumbuhan dan ketahanan hama
dan penyakit pada tanaman jagung?

2. Berapakah dosis biofresh yang memberikan perlakuan terbaik?
C. Tujuan dan Kegunaan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh biofresh terhadap
tanaman jagung.
Kegunaan penelitian ini yaitu sebagai bahan informasi mengenai peran
biofresh terhadap pertumbuhan tanaman jagung.

II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Klasifikasi Tanaman Jagung
Menurut pendapat beberapa ahli botani teosinte Zea mays spp.sebagai
nenek moyang tanaman jagung merupakan tumbuhan liar yang berasal dari
lembah sungai Balsas. Lembah di meksiko selatan. Bukti genetic antropologi
arkeologi menunjukkan bahwa daerah asal jagung adalah di Amerika Selatan
daerah ini jagung tersebar dan di tanam di seluruh dunia.
Sistematika tanaman jagung adalah :
Kingdom

: Plantae

Divisio


: Spermatophyta

Kelas

: Monocotyledoneae

Ordo

: Graminae

Famili

: Graminaceae

Genus

: Zea

Spesies


: Zea mays L. (Rukmana, 2007)

B. Syarat Tumbuh Tanaman Jagung

Tanaman jagung merupakan tanaman yang berasal dari daerah tropis,
namun dapat menyesuaikan diri pada kondisi lingkungan di luar daerah tropis.
Jagung tidak memerlukan syarat lingkungan yang terlalu ketat. Pada umumnya
jagung dapat tumbuh di berbagai jenis kondisi lingkungan. Namun untuk hasil

yang maksimum, ada beberapa kondisi lingkungan ideal untuk tanaman jagung
sebagai berikut :
1. Iklim
Iklim yang dikehendaki oleh sebagian besar tanaman jagung adalah daerah
beriklim sedang hingga daerah beriklim sub-tropis/tropis yang basah. Jagung
dapat tumbuh di daerah yang terletak antara 0-50 derajat LU hingga 0-40 derajat
LS. Pada lahan tanpa irigasi, curah hujan ideal adalah 85-200 mm/bulan, dengan
sebaran hujan yang merata. Pada fase pembungaan dan pengisian buah, tanaman
jagung lebih membutuhkan banyak air. Disarankan untuk menanam jagung di
awal musim penghujan atau di akhir musim kemarau. Tanaman jagung
membutuhkan sinar matahari. Tanaman yang tidak mendapat sinar matahari atau
ternaungi, akan menghambat pertumbuhan dan menurunkan hasil.
Suhu yang dikehendaki tanaman jagung antara 21-34 derajat C, akan tetapi
bagi pertumbuhan tanaman yang ideal memerlukan suhu optimum antara 23-27
derajat C. Pada proses perkecambahan benih jagung memerlukan suhu yang cocok
sekitar 30 derajat C. Panen jagung saat musim kemarau akan lebih baik. Hal ini
terkait dengan waktu pematangan dan pengeringan hasil.
2. Media tanam
Jagung tidak memerlukan prasyarat jenis tanah khusus sebagai media
tanam. Jagung dapat tumbuh di tanah Andosol, Latosol, Gromosol dll. Agar lebih
optimal jagung dapat ditanam pada tanah yang gembur, kaya humus, kemasaman
tanah antara 5,6 sampai 7,5, aerasi dan ketersediaan air baik dan kemiringan
lereng kurang dari 8%.

3. Ketinggian tempat
Di Indonesia, jagung banyak ditanam pada daerah dengan ketinggian
1000-1800 meter di atas permukaan laut (mdpl). Ketinggian 0-600 mdpl
merupakan daerah yang paling ideal untuk tanaman jagung.
4. Kadar air
Jumlah air yang ada dalam tanah akan menentukan kadar air tanah.
Tanaman

jagung

memerlukan

air

terutama

untuk

pertumbuhan

dan

perkembangbiakkan. Jadi penanaman jagung pun banyak diawali pada saat musim
hujan mulai tiba. Selain menghemat tenaga untuk menyiram juga menambah
sejuk/menambah kelembaban udara. Sehingga tanaman tidak kekurangan air,
karena dapat mengganggu proses fotosintesis atau penyusunan makanan yang
dilakukan untuk beraktifitas dan berproduksi dari tanaman jagung tersebut.
6. Intensitas cahaya matahari
Tanaman jagung membutuhkan intensitas cahaya yang banyak dan cukup.
Selain untuk berfotosintesis juga untuk berproduksi karena tanpa intensitas cahaya
yang cukup, bunga tidak dapat berhasil menjadi buah.
C. Jenis-jenis OPT Tanaman Jagung
Organisme pengganggu tanaman (OPT) terdiri dari hama, penyakti,
dangulma yang merupakan kendala utama dalam budidaya tanaman. hama
tanamanadalah jenis hewan yang menggangu tanaman dan mengakibatkan
kerusakan padatanaman tersebut. Hama dapat menyerang segala jenis tanaman,

seperti tanaman pangan, panaman perkebunan hingga tanaman hortikultura.
Pada tanaman panganseperti padi, jagung, dan kacang-kacangan, ada banyak jenis
hewan

(hama)

yangmenyerang

mengakibatkan

dan

kegagalan panen.

mengganggu
Di bawah

pertanaman

ini ada

sehingga

beberapa hama

yang menyerang jagung yang terdapat dimuseum HPT:
a. Belalang kembara (Locusta migratoria)
Hama ini termasuk dalam genus Locusta dan mempunyai beberapasub
spesies yang wilayah penyebarannya berbeda-beda.Struktur tubuh belalang
kembara terdiri dari tiga bagianyaitu kepala (caput), dada (thorax) dan perut
(abdomen),mempunyai satu pasang antena, dua pasang sayapdengan tiga pasang
kaki. Hama belalang kembaramerupakan hama jenis serangga yang menjadi
kendaladan masalah bagi petani di Indonesia.
Perkembangan populasi belalang kembara terjadi akibat dari perubahan ikl
im dengan curahhujan rata-rata 177,9 mm/th dan suhu rata-rata antara 23,6 oC
-26,8oC dan pada siang hari rata-rata mencapai 31,3oC. Jika populasi belalang
kembara inisangat tinggi dapat menyerang tanaman hortikultura hingga tanaman
kelapasawit (Nonci 2013).
b. Nezara viridula (kepik hijau)
Nezara viridula adalah serangga yang polyphagous, dan cosmopolitan yan
g merupakanhama penting pada jagung. Hama ini menyerangtanaman dengan
mengisap

cairan

pada

tongkolmuda.

Gejalanya

ditandai

dengan

menggulungnyakulit tongkol yang mengakibatkan ujung tongkolterbuka. Nezara
viridula

dapat

mengeluarkantoksin

yang

menyebabkan

tanaman

layu.

Pengendalian dapat dilakukan dengancara pemberian insektisida untuk menekan
populasi serangga (Bbpopt 2011).
c. Penggerek batang jagung (Ostrinia furnacalis)
Hama ini tersebar di daerah Asia, Amerika danAustralia. Ngengat betina
bertelur kira-kira 90 teluryang diletakkan pada malai bunga jantan atau pada daun
ketiga dari atas tanaman.
Larva

menggerek batang secara langsung atau dengan memakandaunnya

terlebih dahulu. Siklus hidup keseluruhanhama ini adalah 22-45 hari. Ostrinia
mempunyai musuh alami berupa parasittelur dari Braconidae, parasit pupa dari
Incneumonidae, dan semut yang seringmemakan larva muda (Nonci et al 2005).
d. Agrotis ipsilon
Hama ini selain makan daun jagung jugamemotong bibit jagung yang
baru berkecambah. Merupakan ulat tanah yang bersembunyi dalam tanah pada sia
ng hari.Larva aktif merusak tanaman pada malam haridengan menggigit pangkat
batang. Pangkal batang yang digigit akan mudah patah dan mati. Pengendalian
hama ini dilakukan dengan pengolahan tanah danirigasi yang baik agar populasi
larva dan pupa tertekan (Nonci 2013).
e. Valanga nigricornis (belalang)
Hama ini sangat merusak pertanaman jagung jikamenyerang secara
bergerombol. Perkembanganhidupnya dari telur-nimfa-imago. Nimfa dan
imagoadalah stadia yang aktif merusak pertanaman.Pengendalian terhadap nimfa
dan imago sulit untukdilakukan karena mereka sangat aktif bergerak.

Pengendalian

secara

efektif

dilakukan

dengan pengolahan tanah agar telur

belalang menjadi rusak (Bbpopt 2011).

f. Amsacta gangis
Hama Amsacta gangis menyerang daun jagung dengan cara memakannya.
Hama ini bersifat polifag (pemakan berbagai famili tumbuhan). Berwarna hitam
dan berbulu panjang sehingga hama ini sering disebutulat beruang. Pengendalian
hama ini dilakukan dengan mengambil dan mengumpulkan ulat tersebut untuk
kemudian

dibunuh,

atau

dapat

pula

dilakukan

dengan

penyemprotan

menggunakan insektisida yang bersifat racun perut jika populasinya tinggi(Bbpopt
2011).

III. METODE PRAKTIKUM
A. Lokasi dan Waktu Praktikum
Praktikum Organisme Penggangu Tanaman ini berlangsung di Kebun
percobaan II fakultas pertanian universitas Halu Oleo kendari setiap hari selasa
pukul 15.30-17.30 WITA.
B. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan yaitu benih jagung (Zea mays L.), kapur, mikoriza
dan pupuk kimia (urea dan SP-36).
Alat yang digunakan pada praktikum yaitu cangkul, timbangan analitik,
tali rafia, patok, tugal, meteran dan alat tilis menulis.
C. Rancangan Praktikum
1.

Metode Praktikum
Praktikum ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) setiap

perlakuan masing-masing dengan 3 ulangan sehingga didapat 15 unit percobaan.
Perlakuan yang dicobakan terdiri dari :
-

J0 (control)

-

J1 (biofresh) 5 gram

-

J2 (azotobacter) 5 gram

-

J3 (mikoriza) 5 gram

-

J4 (biofresh, azotobacter dan mikoriza) masing-masing 5 gram
Hasil penelitian akan dianalisis menggunakan tabel sidik ragam dengan

model linear : Yij = µ + αi + βj + εij
Dimana :
Yij = pengamatan pada perlakuan ke i dan kelompok ke- j
µ = mean populasi
αi = pengaruh aditif dari perlakuan ke-i
βj = pengaruh aditif dari kelompok ke-j
εij= pengaruh acak dari perlakuan ke-i dan kelompok ke-j
2.

Pelaksanaan praktikum

a.

Pengelolaan lahan dan pembuatan bedengan
Lahan yang akan diolah terlebih dahulu dibersihkan dari sisa-sisa tanaman,

rerumputan atau semak belukar yang tubuh disekitar lahan. Kemudian dilakukan
dua kali penggemburan. Pertama membiarkan bongkahan tanah terngin-angin 5-7
hari, setelah itu dilakukan penggemburan ke dua sekaligus meratakan tanah,
pengapuran, pemupukan, dan membersihkan tanah dari sisa-sisa gulma. Setelah
itu membuat bedengan dengan ukuran panjang 3.5 meter, lebar 2.5 meter dan
tinggi 0.3 meter sebanyak 15 bedengan. Untuk pengaturan air hujan membuat
drainase di sekeliling bedengan.
b.

Penanaman benih
Penanaman benih dilakukan dengan cara di tugal dengan dibuatkan lubang

tanam sedalam 2-5 cm dengan jarak tanam 40 x 20 cm. Benih dimasukan ke

dalam lubang tanm sebanyak 3 biji per lubang tanam, kemudian di tutup dengan
menggunkan mikoriza.

c.

Pemupukan
Pemupukan dengan pupuk kimia (urea dan SP-36) setelah tanam dengan

dosis untuk masing-masing tanaman.
3.

Variabel Pengamatan
Parameter yang diamati untuk mendapatkan data dari pertumbuhan

tanaman jagung, maka dilakukan pengambilan sampel sebanyak 5 tanaman untuk
setiap bedengan tanaman. Variabel yang diamati yaitu :
a. Tinggi tanaman (cm)
b. Luas daun
c. Jumlah daun
d. Panjang dau
e.
4.

Lebar daun

Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil pengamatan dianalisis dengan sidik ragam

dan apabila hasil sidik ragam. Jika berpengaru nyata maka akan dilanjutkan
dengan uji BNJ pada taraf kepercayaan 95%, untuk mengetahui pengaruh
pemberian mikoriza terhadap pertumbuhan tanaman jagung.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Rekapituasi data sidik ragam respon pertumbuhan tanaman jagung
terhadap pemberian biofresh, azotobacter dan mikoriza disajikan pada tabel 1.
Tabel 1. Rekapituasi data sidik ragam respon pertumbuhan tanaman jagung
terhadap pemberian biofresh, azotobacter dan mikoriza
No
Variabel pengamatan
1
Tinggi tanaman (cm)
2
Luas daun
3
Jumlah daun
tn : tidak nyata
** : berpengaruh sangat nyata

Hasil uji F perlakuan
14 HST
21 HST
28
0,54tn
1,50tn
0,39tn

6,01**
3,60tn
0,48tn

HST
5,89**
1,32tn
0,69tn

Berdasarkan hasil rekapitulasi sidik ragam pada tabel 1. Menunjukan
bahwa pemberian biofresh, azotobacter dan mikoriza perpengaruh tidak nyata
terhadap variabel tinggi tanaman umur 14 HST, variabel luas daun dan jumlah
daun tanaman sedangkan variabel tinggi tanaman umur 21 dan 28 HST (hari
setelah tanam) berpengaruh sangat nyata.
1.

Tinggi Tanaman
Hasil pengamatan tinggi tanaman umur 14, 21 dan 28 HST disajikan pada

lampiran 3a, 4a, 5a. Hasil sidik ragam disajikan pada lampiran 3b, 4b dan 5b.
Hasil sidik ragam menunjukan bahwa perlakuan pemberian biofresh, azotobacter
dan mikoriza tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman jagung

pada umur tanaman 14 HST. Pada umur 21 dan 28 HST perlakuan tersebut
memberi pengaruh yang sangat nyata terhadap pertumbuhan tanaman jagung.
Dinamika tinggi tanaman jagung yang tanoa perlakuan sampai pemberian

rerata tinggi tanaman (sm)

perlakuan disajiakn pada gambar 1. Dan hasil uji BNJ pada tabel 2.

perlakuan
30.00
25.00

14 HST
21 HST
28 HST

20.00
15.00
10.00
5.00
-

J0

J1

J2

J3

J4

Gambar 1. Dinamika tinggi tanaman jagung yang diberi perlakuan dan tanpa
perlakuan
Tabel 2. Pengaruh perlakuan terhadap pertumbuhan tanaman jagung
Umur
tanaman
21 HST

28 HST

Perlakuan

Rerata

Notasi

J3
J0
J2
J1
J4
J0
J3
J2
J4
J1

9,37
10,05
13,35
15,27
16,71
16,37
17,19
22,43
25,07
26,37

a
a
b
bc
c
a
a
b
bc
c

BNJ 0,05

2,21

3,16

Berdasarkan gambar 1. Terlihat bahwa tinggi tanaman jagung untuk setiap
perlakuan terus mengalami peningkatan dengan bertambahnya umur tanam mulai
dari tanpa perlakuan (J0), perlakuan dengan biofresh (J1), azotobacter (J2) dan

mikoriza (J3) serta kombinasi dari ketiganya (J4). Perlakuan J1 di umur 28 HST
yang lebih tinggi diantara perlakuan lainnya sedang J0 adalah yang paling rendah.
Hasil uji BNJ pada tabel 2. Pada umur

21 dan 28 HST taraf 95%

menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan J4 (biofresh, azotobacter dan mikoriza)
mampu menghasilkan pertumbuhan dan produksi tanaman yang terbaik bila
dibandingkan dengan kombinasi perlakuan lainnya.
2.

Luas Daun
Hasil pengamatan luas daun pada umur 14, 21 dan 28 HST, disajikan pada

lampiran 10a, 11a,12a. Hasil sidik ragam disajikan pada lampiran 10b, 11b, 12b.
Hasil analisis ragam menunjukan bahwa semua pemberian perlakuan terhadap
pertumbuhan tanaman jagung tidak berpengaruh nyata sehingga tidak dilakukan
uji lanjut BNJ. Dinamika luas daun jagung disajikan pada gambar 2.
Gambar 2. Dinamika luas daun tanaman jagung

rerata luas daun(cm)

perlakuan
500.00
28 HST
21 HST
14 HST

400.00
300.00
200.00
100.00
-

J0

J1

J2

J3

J4

Gambar 2. Memperliahatkan bahwa terjadi peningkatan luas daun tanaman
jagung seiring dengan meningkatnya umur tanaman, dimana luas daun tertinggi
pada perlakuan J2 (azotobacter) dan terendah J0 (tanpa perlakuan).

3.

Jumlah Daun
Hasil pengamatan jumlah daun pada umur 14, 21 dan 28 HST disajikan

pada lampiran 13a, 14a, 15a. Dan sidik ragam pada lampiran 13b, 14b, 15b. Hasil
sidik ragam menunjukan bahwa pemberian perlakuan tidak berpengaruh nyata
pada umur 14, 21 dan 28 HST sehingga tidak dilakukan uji lanjut BNJ. Dinamika
jumlah daun tanaman jagung disajikan pada gambar 3.
Gambar 3. Dinamika jumlah daun

rerata jumlah daun (helai)

perlakuan
6.00
5.00
4.00

14
HST
21
HST

3.00
2.00
1.00
-

J0

J1

J2

J3

J4

Gambar 3 menunjukan bahwa terjadi peningkatan jumlah daun tanaman
jagung namun tidak berpengaruh pada umur tanaman. Jumlah daun terbanyak
pada umur 21 HST perlakuan J1 (biofresh) dan terendah pada umur tanaman 14
HST perlakuan J1.

B. Pembahasan
Di Indonesia rata-rata produksi jagung manis pada tahun 2006 mencapai
2,89 ton tongkol segar/ha (BPS, 2005). Produksi tersebut masih rendah jika
dibandingkan dengan hasil jagung manis lembah Locyer Australia yang mencapai
hasil 7–10 ton tongkol segar/ha.Secara umum rendahnya produksi jagung manis
tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain adanya serangan hama
dan penyakit. Hama yang selalu dijumpai pada pertanaman jagung manis adalah
penggerek tongkol jagung Helicoverpa armigera
Penurunan produksi jagung antara lain disebabkan karena penurunan
penggunaan areal pertanaman sebesar 5,7% dari 4.131.676 ha menjadi 3.861.433
ha (Departemen Pertanian, 2011). Rendahnya produksi tersebut disebabkan oleh
menurunnya areal panen dan rendahnya produksi yang dicapai (4,57 t ha-1) dari
potensi produksi jagung sebesar 8 - 10 t ha -1. Hal ini yang menyebabkan
dilakukannnya kebijakan impor jagung sebesar 3,4 juta ton pada tahun 2011
(BPS, 2011).
Perluasan areal tanam ke daerah baru yang umumnya ditujukan ke lahanlahan kurang produktif akibat cekaman lingkungan akan menjadi faktor
penghambat pertumbuhan tanaman. Diantara berbagai cekaman lingkungan,
kekeringan dan salinitas merupakan cekaman yang paling banyak dijumpai, baik
di Indonesia maupun diseluruh dunia. Lahan kering dan lahan salin merupakan
lahan yang belum dimanfaatkan secara optimal sebagai akibat adanya cekaman
yang membatasi pertumbuhan tanaman di lapangan.

Salah satu alternatif yang dapat dilakukan dalam meningkatkan produksi
jagung di lahan kering dengan pupuk organik. Pemanfaatan pupuk kandang sapi
15 ton/ha yang dikombinasikan dengan biourin sapi 75.000 liter/ha menghasilkan
4,23 ton/ha biji, atau meningkat 157,93% dibandingkan tanpa pemupukan
(Adijaya, 2010). Produksi jagung pada tahun 2013 diperkirakan 18,84 juta ton
pipilan kering atau mengalami penurunan sebesar 0,55 juta ton (2,83 persen)
dibandingkan tahun 2012.
Berdasarkan data sidik ragam dapat dilihat respon pertumbuhan tanaman
jagung terhadap pemberian biofresh, azotobacter dan mikoriza tidak berpengaruh
nyata terhadap tinggi tanaman setelah 14 hst sedangkan setelah 21 hst dan 28 hst
sangat berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dimana rata-rata tinggi
tanaman pada 21 hst dengan perlakuan J3 mendapatkan rata-rata tinggi 9,37, J0
(10,05), J2 (13,35), J4 (16,71) dengan hasil bnj 2,21, sedangkan rata-rata tinggi tanaman setelah
28 hst pada perlakuan JO (16,37), J3 (17,19), J2 (22,43), J1 (25,07), dan J1 mendapatkan ratarata hasil 26,37 dengan hasil bnj 3,16.

Respon pemberian biofresh, azotobacter dan mikoriza terhadap luas daun
dan jumlah daun tidak berpengaruh nyata.

V. KESIMPULAN dan SARAN
A. Kesimpulan
Berdasrkan hasil dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa
tanaman jagung di Indonesia rata-rata produksi jagung manis pada tahun 2006
mencapai 2,89 ton tongkol segar/ha dan penurunan produksi jagung antara lain
disebabkan karena penurunan penggunaan areal pertanaman sebesar 5,7% dari
4.131.676 ha menjadi 3.861.433 ha, Salah satu alternatif yang dapat dilakukan
dalam meningkatkan produksi jagung di lahan kering dengan pupuk organik.
Pengaruh perlakuan pada tanaman jagung memberikan pengaruh nyata pada tinggi
tanaman dan bebanding terbalik dengan hasil luas daun dan jumlah daun.
B. Saran
Saran saya dalam praktikum ini yaitu agar dalam praktikum selanjutnya
lebih ditingkatkan lagi kedisiplinannya demi kesuksesan praktikum selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Adams, J.B. and M.E. Drew. 1964. Grain aphids in Brunswick. II.
Antaranews. 2008. Departemen Pertanian import
www.antaranews.com. Dikses November 2009.

jagung

tahun

2009

Bbpopt. 2011. Mengenal dan Mengendalikan OPT Jagung. Buletin Peramalan
OPT.Vol 10 (1) Edisi XIII.
Bbpopt. 2011. Mengenal dan Mengendalikan OPT Jagung. Buletin Peramalan
OPT.Vol 10 (1) Edisi XIII.Ilmu Penyakit Tumbuhan. Deapartemen Ilmu
hama dan penyakit Tumbuhan Fakutas Pertanian IPB. Bogor.
Marsono dan Sigit. 2001. Pupuk akar,jenis dan aplikasi. Penebar Swadaya Jakarta.
Masmawati, dan A. Muis. 1996. Kehilangan hasil oleh penggerek jagung O.
furnacalis pada berbagai stadia tanaman jagung. Hasil Penelitian
Hama/Penyakit 1995/1996. Balitjas Maros. pp. 27-33.
Nonci N. 2013. Hama-Hama Tanaman Jagung di Beberapa Sentra Produksi
Jagung.
Sarasutha, I. G. P. 2002. Kinerja usaha tani dan pemasaran jagung di sentra
produksi Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian 21(2)39-47.
Semangun,H. 1993. Penyakt-penyakit tanaman pangan di Indonesia. Gajah Mada
University Press Yogyakarta.
Seminar Nasional Serealia 2013. Hal 414-419. Nonci, N., J. Tandiabang,
Sudir dan Suparyono. 1997. Pengaruh pupuk N, P,K terhadap penyakit hawar
daun jingga padi dalam Prosiding Kongres XIV dan Seminar Nasional
Perhimpunan Fitopatologi. Palembang. Hal 341-350.
Sudjono, S. 1988. Penyakit jagung dan cara pengendaliannya. Badan Penelitian
dan Pengembangan Tanaman Pangan.Bogor.
Sugihrso dan Suseno. 1983. Diktat Dasar-dasar perlindungan tanaman. Bagian
Wakman, W. 2002. Penyakit utama tanaman jagung di Indonesia. Balai Penelitian