Peningkatan Kemampuan Pemahaman Siswa terhadap Sejarah Kelahiran Nabi Muhammad SAW melalui Metode Talking Stick di Kelas III MI Nahdlatul Ulama Sumokali Sidoarjo

  



Volume 07, Nomor 02, Desember 2016

                 

Peningkatan Kemampuan Pemahaman Siswa terhadap Sejarah Kelahiran

Nabi Muhammad SAW melalui Metode Talking Stick di Kelas III MI

  

Nahdlatul Ulama Sumokali Sidoarjo

   

  

Abstrak: Dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI), siswa

kelas III MI Nahdatul Ulama Sumokali Sidoarjo mengalami kesulitan

dalam memahami materi sejarah kelahiran Nabi Muhammad SAW.

  

Adanya perbedaan karakteristik siswa juga menjadi masalah ketika guru

menggunakan metode yang kurang tepat dalam proses pembelajaran.

Terlebih jika kreativitas guru dalam mengelola kelas juga kurang.

Adapun permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah

bagaimana peningkatan kemampuan pemahaman siswa terhadap materi

sejarah kelahiran Nabi Muhammad Saw melalui metode Talking Stick di

kelas III MI Nahdlatul Ulama Sumokali Sidoarjo. Metode Talking Stick

merupakan sebuah metode yang mendorong siswa untuk berbicara dan

menyampaikan pendapatnya dalam sebuah form. Penelitian ini

menggunakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan sebanyak 1

siklus dengan empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan

refleksi. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu non tes

dengan bentuk tes lisan. Dari hasil analisis dapat diketahui bahwa

ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan dari sebelum

menggunakan metode Talking Stick dengan setelah menggunakan

metode ini. Sebelum penerapan metode ini, siswa yang memiliki

kemampuan pemahaman terhadap materi tersebut sebesar 35%.

Sedangkan pada siklus I, dengan menggunakan metode Talking Stick,

kemampuan pemahaman siswa mencapai 70% dari jumlah siswa.

  Kata Kunci: Peningkatan Kemampuan Pemahaman, Talking Stick PENDAHULUAN

  Pendidikan merupakan salah satu cara untuk memajukan suatu negara menjadi lebih baik. Dengan adanya pendidikan yang baik, maka akan tercipta Siti Ma’rufah - Rohmawati

  generasi muda bangsa yang dapat membuat perubahan bagi negaranya. Pencapaian tujuan tersebut sangat dipengaruhi oleh pelaksanaan pengajaran guru dalam proses pembelajaran. Pembelajaran yang baik seharusnya dapat meningkatkan keaktifan siswa, kreativitas dan semangat peserta didik dalam belajar. Untuk mencapai semua itu, guru berperan penting dalam kesuksesan pembelajaran. Oleh karena itu, seorang guru harus mampu menguasai bahan ajar serta metode-metode yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Faktanya, banyak guru yang masih menggunakan metode ceramah dalam proses pembelajaran tanpa memerhatikan karakteristik materi yang diajarkan. Salah satu mata pelajaran yang sering menggunakan metode ceramah dalam proses pembelajaran yaitu Sejarah Kebudayaan Islam.

  Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) merupakan salah satu mata pelajaran yang berbasis keagamaan. Mata pelajaran ini sudah diterapkan sejak dasar, yaitu di kelas

  III Madrasah Ibtidaiyah. Mata pelajaran SKI dalam kurikulum Madrasah Ibtidaiyah adalah salah satu bagian mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang diarahkan untuk menyiapkan peserta didik untuk mengenal, menghayati sejarah Islam yang kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya melalui bimbingan, pengajaran keteladanan dan pembiasaan. Namun dalam praktiknya, pembelajaran SKI sering menghadapi berbagai kendala, yaitu guru kurang berinovasi dalam pengembangan metode dan media pembelajaran, guru juga kurang memotivasi peserta didik agar antusias mengikuti pembelajaran, di samping itu alokasi waktu yang disediakan terbatas dengan muatan materi yang begitu padat dan penting.

  Pembelajaran SKI di kelas III MI Nahdhatul Ulama Sumokali Sidoarjo juga menghadapi berbagai kendala. Hal ini berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Ma’rufah, guru kelas III, pada tanggal 8 April 2015, yang menyatakan bahwa permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran SKI adalah sebagian besar siswa belum memahami materi materi sejarah kelahiran Nabi Muhammad SAW. Berdasarkan data evaluasi belajar siswa, siswa yang tuntas belajar dalam materi materi sejarah kelahiran Nabi Muhammad SAW pada mata pelajaran SKI sebanyak 35% dan yang belum tuntas sebanyak 65%.

  Kondisi tersebut mendorong peneliti untuk mencari langkah tindakan yang diyakini mampu mengatasi persoalan di atas dengan melakukan penelitian berjudul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Memahami Sejarah Kelahiran Nabi

Muhammad SAW melalui Metode Talking Stick di Kelas III MI Nahdlatul Ulama Sumokali Sidoarjo”

  Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana peningkatan kemampuan pemahaman siswa terhadap materi sejarah kelahiran Nabi Muhammad SAW melalui metode Talking Stick di kelas III MI Nahdlatul Ulama Sumokali Sidoarjo. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemahaman siswa terhadap materi sejarah kelahiran Nabi Muhammad SAW melalui metode Talking Stick di kelas III MI Nahdlatul Ulama Sumokali Sidoarjo.

  Pembelajaran PAI melalui Metode Talking Stick

  Penelitian ini diharapkan akan memberikan konstribusi bagi guru, yaitu dapat menambah wawasan pengetahuan dalam bidang pendidikan dengan memperoleh metode pembelajaran yang dapat mendorong keaktifan siswa dalam pembelajaran materi sejarah kelahiran Nabi Muhammad SAW pada mata pelajaran SKI. Bagi siswa, dapat lebih mudah menerima dan memahami informasi yang diberikan dan mendorong antusiasme siswa untuk mengikuti proses pembelajaran. Bagi sekolah, memberikan kontribusi dalam rangka perbaikan proses pembelajaran.

  KERANGKA KONSEPTUAL Kemampuan Pemahaman

  Pemahaman (understanding) adalah bagaimana seseorang mempertahankan, membedakan, menduga (estimates), menerangkan, memperluas, menyimpulkan, menggeneralisasikan, memberikan contoh, menuliskan kembali, dan memperkira- kan (Suparman, 2012: 80).

  Pemahaman individu juga diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk mengerti, memahami individu lain. Pemahaman individu oleh Aiken diartikan sebagai “Appraising the presence or magnitude of one or more personal

  

characteristic. Assesing human behavior and metal processes include such procedures as

obserations, intervies, rating scale, check list, inventories, projective techniques, and tests.

  Pemahaman atau penilaian tersebut dimaksudkan untuk membantu pengembangan potensi yang ada pada diri suatu individu, pengembangan kemampuan berpikirnya, karakter kepribadiannya, dan tingkah lakunya.

  Winkel dan Mukhtar (Sudaryono, 2012: 44) mengemukakan bahwa pemahaman adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui atau diingat; mencakup kemampuan untuk menangkap makna dari bahan yang dipelajari, yang dinyatakan dengan menguraikan isi pokok dari suatu bacaan, atau mengubah data yang disajikan dalam bentuk tertentu ke bentuk yang lain. Dengan demikian pemahaman individu adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk mengerti dan memahami individu-individu lain.

  Dalam konteks pembelajaran, kemampuan pemahaman yang harus dimiliki oleh seorang siswa dimaksudkan untuk mendorong siswa agar memahami atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan, dan dapat memanfaatkan isinya. Menurut Daryanto (2008: 106) kemampuan pemahaman dapat dijabarkan menjadi tiga, yaitu: 1) menerjemahkan (translation), pengalihan dari konsepsi abstrak menjadi suatu model, yaitu model simbolik untuk mempermudah orang mempelajarinya, 2) menginterpretasi (interpretation), kemampuan ini lebih luas daripada menerjemahkan, ini adalah kemampuan untuk mengenal dan memahami, 3) mengekstrapolasi (extrapolation), memiliki makna lebih tinggi dari menerjemahkan dan menafsirkan, yang menuntut kemampuan intelektual yang lebih tinggi. Siti Ma’rufah - Rohmawati

  Definisi tentang pemahaman juga dikemukakan oleh Benjamin S. Bloom (Sudijono, 2009: 50) yang mengatakan bahwa pemahaman (comprehension) adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengerti tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Seorang peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-kata sendiri.

  Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pemahaman adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat, memahami atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan isinya tanpa keharusan menghubungkannya dengan hal-hal lain. Dengan kata lain, memahami adalah mengerti tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Seorang peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-kata sendiri.

  Sejarah Kebudayaan Islam

  Sejarah secara etimologi dapat ditelusuri dari asal kata Arab syajarah artinya pohon. Dalam bahasa asing lainnya peristiwa sejarah disebut histore (Perancis),

  geschicte

  (Jerman) dan masih banyak lagi. Sejarah menurut istilah adalah suatu yang tersusun dari serangkaian peristiwa masa lampau, keseluruhan pengalaman manusia dan sejarah sebagai suatu cara yang diubah-ubah, dijabarkan dan dianalisa. Sejarah memberikan pemahaman tentang arti masa lampau dan tentang suatu peristiwa.

  Menurut M. Hanafi, Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) merupakan mata pelajaran pendidikan agama Islam yang diarahkan untuk mengenal, memahami, menghayati sejarah Islam, yang kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya (way

  of life

  ) melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, keteladanan, penggunaan pengalaman dan pembiasaan.

  Tujuan Mempelajari Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)

  Dalam Permenag No. 2 Tahun 2008 tentang Standar Kompetensi Lulusan Dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah, disebutkan bahwa mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Ibtidaiyah bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan-kemampuan diantaranya yaitu, 1) membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya mempelajari landasan ajaran, nilai-nilai dan norma-norma Islam yang telah dibangun oleh Rasulullah SAW dalam rangka mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam, 2) membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini, dan masa depan, 3) melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah secara benar dengan didasarkan pada

  Pembelajaran PAI melalui Metode Talking Stick

  pendekatan ilmiah, 4) menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap peninggalan sejarah Islam sebagai bukti peradaban umat Islam di masa lampau, 5) mengembangkan kemampuan peserta didik dalam mengambil ibrah dari peristiwa-peristiwa bersejarah (Islam), meneladani tokoh-tokoh berprestasi, dan mengaitkannya dengan fenomena sosial, budaya, politik, ekonomi, iptek dan seni, dan lain-lain untuk mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam.

  Metode Talking Stick Talking Stick

  (tongkat berbicara) adalah metode yang digunakan oleh penduduk asli Amerika untuk mengajak semua orang berbicara atau menyampaikan pendapat dalam suatu forum (pertemuan antar suku). Kini metode itu sudah digunakan sebagai metode pembelajaran yang dilaksanakan di dalam kelas (Huda: 2013, 244- 226). Sebagaimana namanya, Talking Stick merupakan metode pembelajaran kelompok dengan bantuan tongkat. Kelompok yang memegang tongkat terlebih dahulu wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah mereka mempelajari materi pokoknya. Kegiatan ini diulang terus-menerus sampai semua kelompok mendapat giliran untuk menjawab pertanyaan dari guru.

  Dalam penerapan metode Talking Stick, guru meminta siswa membuat lingkaran besar. Anak-anak diharap berdiri dan membuat lingkaran. Metode ini cocok digunakan untuk semua kelas dan semua tingkatan umur.

  Adapun sintak metode Talking Stick adalah sebagai berikut: 1) guru menyiapkan sebuah tongkat yang panjangnya ±20 cm, 2) guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca dan mempelajari materi pembelajaran, 3) setelah selesai membaca materi pelajaran dan mempelajari isinya, guru mempersilahkan siswa menutup isi bacaan, 4) guru mengambil tongkat dan memberikannya kepada salah satu siswa, setelah itu guru memberi pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya. Demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru, 5) guru memberikan kesimpulan, 6) guru melakukan evaluasi/penilaian, 7) guru menutup pelajaran.

  Metode ini memberikan kontribusi positif dalam pembelajaran untuk melatih keterampilan peserta didik dalam membaca dan memahami materi dengan cepat dan mengajak mereka untuk selalu siap dalam situasi apapun. Di sisi lain, bagi siswa yang secara emosional belum terlatih berbicara di hadapan guru, metode ini masih sulit dipraktikkan. Siti Ma’rufah - Rohmawati METODE PENELITIAN Setting Penelitian

  Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di MI Nahdlatul Ulama Sumokali Sidoarjo pada tanggal 8 Mei 2015. Subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas

  III MI Nahdlatul Ulama Sumokali Sidoarjo tahun ajaran 2014-2015, dengan jumlah siswa sebanyak 18 orang, 8 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan.

  Penelitian ini menggunakan variabel penerapan metode Talking Stick untuk meningkatkan kemampuan memahami sejarah kelahiran Nabi Muhammad SAW di kelas III Madrasah Ibtidaiyah Nahdhatul Ulama Sumokali Sidoarjo. Pada penelitian tersebut terdapat beberapa variabel sebagai berikut: 1) variabel input: siswa kelas III MI Nadlatul Ulama Sumokali Sidoarjo, 2) variabel proses: penerapan metode Talking

  Stick,

  3) variabel output: hasil kemampuan memahami pada materi sejarah kelahiran Nabi Muhammad SAW

  Desain Penelitian

  Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) model Kurt Lewin, yang digambarkan dalam bentuk spiral. Model kurt lewin memiliki 4 langkah pokok, yaitu: 1) perencanaan (planning), pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelaksanaan pelajaran (RPP), Lembar bacaan, soal post-test dan mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan di kelas, 2) tindakan (acting), merupakan tahap implementasi pembelajaran dengan menggunakan metode Talking Stick, mencakup rencana pembelajaran yang telah dipersiapkan sebelumnya mulai dari kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup, 3) observasi (observing), pada tahap ini guru sebagai patner melakukan pengamatan (observing). Hal-hal yang diamati dalam proses

  observing

  adalah perilaku siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran dan mengamati kemampuan memahami tiap-tiap anak terhadap penguasaan materi pembelajaran yang telah dirancang dalam RPP, dan 4) refleksi (reflecting), pada tahap

  • – ini peneliti mengidentifikasi pencatatan hasil observasi dan mencatat kelemahan kelamahan yang perlu diperbaiki pada siklus berikutnya. Keempat langkah tersebut digambarkan seperti bagan berikut:
Pembelajaran PAI melalui Metode Talking Stick

Gambar 1: Alur PTK Model Kurt Lewin

  Kriteria Keberhasilan Tindakan

  Indikator kinerja adalah suatu kriteria yang digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan dari kegiatan PTK dalam meningkatkan atau memperbaiki PBM dikelas. Kriteria ketuntasan belajar setiap indikator yang telah ditentikan dalam satu kompetensi dasar berkisar antara 0%-100%. Kriteria untuk masing-masing indikator 80% dengan pemerolehan nilai ≥75

  Teknik Pengumpulan Data

  Untuk memeroleh data yang valid, peneliti melakukan pengumpulan data dengan cara sebagai berikut: 1) wawancara, 2) observasi, dan 3) non tes. Wawancara digunakan oleh peneliti untuk menanyakan kesulitan yang dihadapi saat mengajar dan mengajukan pertanyaan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan kemampuan siswa dalam memahami materi sejarah kelahiran Nabi Muhammad SAW pada mata pelajaran SKI. Wawancara dilakukan dengan guru mata pelajaran. Teknik yang ke dua, observasi, digunakan peneliti untuk pengumpulan data mengenai aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran dan penerapan materi dengan menggunakan metode Talking Stick yang dilaksanakan guru dan peneliti. Teknik non tes, adalah sebuah alat atau prosedur sistematik bagi pengukuran sebuah contoh perilaku. Tes ini digunakan peneliti untuk memeroleh data tentang kemampuan pemahaman siswa kelas III materi sejarah kelahiran Nabi Muhammad SAW sebelum dan sesudah adanya tindakan perbaikan yang menggunakan metode Talking Stick . Siti Ma’rufah - Rohmawati Analisis Data

  Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana untuk mengukur ketuntasan belajar secara perorangan dan klasikal. Untuk menghitung prosentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut:

  Σ P= 100% Σ

  Hipotesis Tindakan

  Berdasarkan kerangka konseptual tersebut, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini dapat dirumu skan: “Dengan menggunakan metode Talking Stick maka kemampuan pemahaman siswa terhadap pelajaran SKI akan meningkat.

  HASIL ANALISIS DATA Siklus 1

  Pada tahap perencanaan, peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelaksanaan pelajaran (RPP), Lembar bacaan, soal post-test dan mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan di kelas.

  Pada tahap selanjutnya, pelaksanaan, peneliti yang berperan sebagai guru melakukan langkah-langkah kegiatan pembelajaran sebagai berikut: Kegiatan awal: 1) peserta didik menjawab salam yang diucapkan oleh guru dan memulai pelajaran dengan berdoa bersama, 2) memeriksa kehadiran peserta didik,3) guru memotivasi siswa dengan melakukan ice breaking, 4) guru melakukan apersepsi dengan mengaitkan materi sebelumnya dan mengaitkan materi hari ini dengan pengalaman yang dimiliki oleh siswa, 5) guru menyampaikan tujuan pembelajaran, yaitu: a) peserta didik mampu mengidentifikasi sejarah kelahiran Nabi Muhammad SAW, b) peserta didik mampu menceritakan sejarah kelahiran dan silsilah Nabi Muhammad SAW, c) menumbuhkan motivasi dan minat untuk meningkatkan hasil belajar Sejarah Kebudayaan Islam khususnya pada materi sejarah kelahiran dan silsilah Nabi Muhammad SAW.

  Pada kegiatan inti pembelajaran, alur pembelajaran dapat dideskripsikan sebagai berikut: 1) guru menyiapkan sebuah tongkat yang panjangnya 20cm 2) siswa diminta mengatur tempat duduk menjadi lingkaran besar, 3) guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari yaitu sejarah kelahiran dan silsilah Nabi Muhammad SAW kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca dan mempelajari materi pembelajaran. Hamper seluruh siswa mau membaca materi yang akan dibahas, 4) guru mempersilahkan siswa untuk menutup isi bacaan, 5) guru mengambil tongkat dan memberikannya kepada salah satu siswa dan bernyanyi, setelah itu memberi pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya. Demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian

  Pembelajaran PAI melalui Metode Talking Stick

  untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru. Pada awalnya, beberapa siswa tidak mau menjawab pertanyaan yang diberikan, tetapi karena media tongkat ada di tangan mereka, mau tidak mau, siswa yang bersangkutan menjawab pertanyaan yang diberikan, 6) memberi tepuk tangan dan nilai tambahan kepada peserta didik yang menjawab soal dengan benar dan memberi nilai kepada peserta didik yang aktif menjawab pertanyaan. Beberapa siswa yang jawabannya masih salah, guru membimbing siswa tersebut agar rajin belajar lagi, 7) guru memberi penguatan materi

  Kegiatan penutup dideskripsikan sebagai berikut: 1) peserta didik bersama guru menyimpulkan materi pembelajaran yang telah dibahas, 2) guru melakukan umpan balik atas materi yang telah dipelajari, 3) guru memberikan refleksi atas materi yang dipelajari hari ini, 4) guru memberikan tugas rumah pada siswa, 5) guru mengakhiri pelajaran dengan membaca Hamdalah dan dilanjutkan doa secara bersama-sama, 6) guru mengucapkan salam. Seluruh kegiatan penutup diikuti siswa dengan baik.

  Adapun hasil dari post-test materi sejarah kelahiran Nabi Muhammad SAW setelah menerapkan metode Talking Stick diuraikan dalam tabel berikut:

  

Tabel 1: Rekapitulasi Hasil Tes Siswa pada Materi Sejarah Kelahiran Nabi Muhammad

SAW di Kelas III MI Nadhlatul Ulama Sumokali Sidoarjo

  

No. KKM Nilai Tuntas Tidak Tuntas

  1

  75 76 14 anak

  • – 100

  2

  75 40 4 anak

  • – 74

  Dari tabel tersebut, diketahui bahwa jumlah siswa yang memeroleh nilai di atas 75 adalah 14 anak. Dengan demikian, prosentase siswa yang telah tuntas belajar adalah 77%, di atas criteria indicator ketercapaian yang ditetapkan.

  PEMBAHASAN

  Penelitian ini dilatarbelakangi dari kondisi siswa yang cenderung pasif dalam mengungkapkan gagasan, pendapat dan ide-idenya dalam proses pembelajaran SKI pada materi sejarah dan silsilah Nabi Muhammad SAW. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa kemampuan pemahaman siswa kelas III MI Nadhlatul Ulama Sumokali Sidoarjo masih belum terasah. Oleh karena itu, penelitian tindakan kelas ini dilakukan untuk meningkatkan mutu kualitas pembelajaran melalui metode

  

Talking Stick . Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah penelitian ini

  dilaksanakan ada peningkatan pemerolehan nilai rata-rata siswa dengan ketuntasan klasikal sebesar 77%.

  Dengan demikian upaya meningkatkan pemahaman konsep melalui metode pembelajaran Talking Stick dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami materi sejarah dan silsilah Nabi Muhammad SAW pada mata pelajaran SKI di kelas III MI Nahdlatul Ulama Sumokali Sidoarjo. Siti Ma’rufah - Rohmawati PENUTUP Kesimpulan

  Pembelajaran dengan metode Talking Stick memiliki dampak positif dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami materi sejarah dan silsilah Nabi Muhammad SAW pada mata pelajaran SKI di kelas III MI Nahdlatul Ulama Sumokali Sidoarjo. Hal ini diindikasikan dengan meningkatnya prosentase ketuntasan belajar siswa dari pra siklus sebesar 35% menjadi 77% pada siklus I. Dengan demikian terjadi peningkatan sebesar 42%.

  Saran

  Adapun saran yang hendak disampaikan antara lain 1) kepala sekolah perlu memotivasi dan memfasilitasi guru untuk menggunakan metode pembelajaran yang variatif, 2) guru diharapkan tidak hanya terpaku pada satu model pembelajaran dan tidak hanya fokus pada hasil belajar kognitif saja tetapi harus mengembangkan kemampuan sosial siswa, 3) Penelitian lebih lanjut pada tingkat kelas atau materi yang berbeda perlu dilakukan.

  Pembelajaran PAI melalui Metode Talking Stick

DAFTAR PUSTAKA

Huda M. 2013. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

  Nata, Abuddin. 1997. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Logos. Rohmat. 1999. Penelitian Tindakan Kelas dengan Media. Semarang: Rineka Cipta. Suparman, Atwi. 2012. Desain Intruksional. Jakarta: Eirlangga. Subagyo, Joko. 2006. Metode Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Wiriaatmadja, Richiati. 2007. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya.