FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN GONORE PADA WANITA PEKERJA SEKS (WPS) DI SIMPANG TIGA DESA TANJUNG TENGANG KECAMATAN NANGA PINOH KABUPATEN MELAWI TAHUN 2014

  

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN GONORE

PADA WANITA PEKERJA SEKS (WPS) DI SIMPANG TIGA DESA TANJUNG

TENGANG KECAMATAN NANGA PINOH

KABUPATEN MELAWI

TAHUN 2014

  Disusun oleh: Erna Rosdiana, Amd., Keb Program studi kesehatan masyarakat

  Sekolah tinggi ilmu kesehatan kapuas raya sintang , Sintang 2014

  ABSTRAK Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada

  hubungan bermakna antara usia (p value = Wanita Pekerja Seks merupakan salah satu

  0,047), pendidikan (p value = 0,003), lama populasi berisiko tinggi menderita gonore. bekerja (p value = 0,002), Frekuensi

  Banyak faktor-faktor yang melatar-belakangi berhubungan (p value = 0,009), pengetahuan (p tingginya angka kejadian gonore pada kelompok value = 0,000), personal hygine (p value = 0,011), WPS diantaranya usia, pendidikan, lama bekerja, tidak ada hubungan frekuensi berhubungan, pengetahuan, bermakna antara suku bangsa (p value = 0,549) penggunaan kondom dan personal hygine. dengan kejadian gonore pada alpha 0,05. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-

  Kata kunci : , Pendidikan, Pengetahuan, Usia,

  faktor apakah yang berhubungan dengan WPS. kejadian gonore di Simpang Tiga Desa Tanjung Kepustakaan : 27 (1999-2013). Tengang Kecamatan Nanga Pinoh Kabupaten Melawi.

  ABSTRACT

  Jenis penelitian ini merupakan penelitian

  Women sex workers is one of the high-risk

  kuantitatif dengan menggunakan desain case

  population suffering gonorrhea. Many factors control dengan perbandingan 1:2 dengan sampel underlying the high incidence of gonorrhea in

  sebanyak 69 orang WPS. Teknik pengumpulan

  the women sex workers group including age,

  data menggunakan kuesioner, analisis data

  education, length of work, frequency of

  menggunakan analisis univariat dan bivariat

  intercourse, knowledge, condom use and menggunakan uji statistik uji chi square. personal hygine. This study aims to determine

  

whether the factors associated with the (p value = 0.047), education (p value = 0.003),

incidence of gonorrhea at Simpang Tiga Desa duration of work (p value = 0.002), frequency of

Tanjung Tengang Kecamatan Nanga Pinoh associated (p value = 0.009), knowledge (p

Kabupaten Melawi 2014. This type of research value = 0.000), personal hygine (p value =

is a quantitative study using a case-control 0.011), there was no significant relationship

design with a ratio of 1: 2 with a sample of 69 between ethnic groups (p value = 0.549) with

people WPS. Techniques of data collection the incidence of gonorrhea at alpha 0.05. using questionnaires, data analysis using

  Keywords: Gonorrhea, Education, Knowledge, univariate and bivariate analysis using chi

  Age, women sex workers. square statistical test. The results showed that Bibliography: 27 (1999-2013). there was a significant relationship between age

PENDAHULUAN patogen tertentu yang mudah menular dapat

  ditularkan melalui transfusi darah, alat suntik Infeksi Menular Seksual (IMS) merupakan yang digunakan secara berulang. Gonore penyakit yang ditularkan secara seksual yang hingga saat ini masih menjadi masalah disebabkan oleh kebiasaan berganti-ganti kesehatan masyarakat di seluruh dunia, baik di pasangan dalam berhubungan seksual. negara maju maupun di negara berkembang

  Penyakit ini dominan pada Wanita Pekerja Seks (Susanto, 2013). (WPS), di Indonesia, jumlah WPS meningkat

  METODE

  secara drastis karena sejumlah alasan ekonomis, sosial dan kultural. Semakin Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif bertambahnya jumlah WPS akan dengan menggunakan desain case control mempengaruhi peningkatan IMS. Salah satu dengan perbandingan 1:2 dengan sampel

  IMS yang mempunyai insidens tertinggi diantara sebanyak 69 orang WPS di Simpang Tiga Desa

  IMS lainnya adalah penyakit gonore yang Tanjung Tengang Kecamatan Nanga Pinoh disebabkan oleh bakteri Nesseria Gonnorhoeae.

  Kabupaten Melawi. Teknik pengumpulan data (Djuanda, 2009). menggunakan kuesioner, analisis data

  Gonore adalah suatu penyakit yang ditularkan menggunakan analisis univariat dan bivariat secara langsung dari seseorang kepada orang menggunakan uji statistik uji chi square. lain melalui hubungan seks atau, kuman

HASIL PENELITIAN

  Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Usia Responden

  Variabel Frekuensi Persentasi (%) Suku Bangsa

  Tabel 4 menunjukkan bahwa distribusi WPS berdasarkan lama bekerja menjadi WPS dikatagorikan menjadi 2 kelompok, yaitu ≤ 2 tahun sebanyak 43 responden (62,3%), dan > 2 tahun sebanyak 26 responden (37,7%).

  69 100

   ≤ 2 tahun 43 62,3  > 2 tahun 26 37,7 Jumlah

  Variabel Frekuensi Persentase (%) Lama Bekerja :

  menjadi 2 kelompok, yaitu Pribumi (Dayak, Melayu) sebanyak 38 responden (55,1%), dan Pendatang (Jawa, Sunda, Cina) sebanyak 31 responden (44,9%) . Tabel 4. Distribusi Responden Berasarkan Lama Bekerja

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa distribusi WPS berdasarkan suku bangsa dikatagorikan

   Pribumi 38 55,1  Pendatang 31 44,9 Jumlah 69 100

  Tabel 3. Distribusi Responden Berasarkan Suku Bangsa

  Variabel Frekuensi Persentase (%)

  Tabel 2 menunjukkan bahwa distribusi WPS berdasarkan pendidikan dikatagorikan menjadi 2 kelompok, yaitu WPS bependidikan tinggi (> SMP) sebanyak 34 responden (49,3%), dan yang rendah (≤ SMP) sebanyak 35 responden (50,7%).

  35 50,7 Jumlah

  (≤ SMP)

   Tinggi (> SMP) 34 49,3  Rendah

  Variabel Frekuensi Persentase (%) Pendidikan

  Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan

  Tabel 1 menunjukkan bahwa distribusi WPS berdasarkan usia dikategorikan menjadi 2 kelompok, yaitu WPS berusia ≤ 24 tahun sebanyak 29 responden (42%), dan yang berusia > 24 tahun sebanyak 40 responden (58%).

  42  > 24 Tahun 40

   ≤ 24 Tahun 29

58 Jumlah 69 100

  Tabel 5. Distribusi Responden Berasarkan Frekuensi Berhubungan

  Variabel Frekuensi Persentase(%) Frekuensi Berhubungan:

   ≤ 3 kali/hari 46 66,7  > 3 kali/hari 23 33,3 Jumlah

  69 100

  Tabel 5 menunjukkan bahwa distribusi WPS berdasarkan frekuensi berhubungan dikatagorikan menjadi 2 kelompok, yaitu ≤ 3 kali / hari sebanyak 46 responden (66,7%), dan > 3 kali / hari sebanyak 23 responden (33,3%).

  Tabel 6. Distribusi Responden Berasarkan Pengetahuan

  Variabel Frekuensi Persentase (%) Pengetahuan:  Tinggi 37 53,7  Rendah 32 46,3 Jumlah

  69 100

  Tabel 6 menunjukkan bahwa distribusi WPS berdasarkan pengetahuan dikatagorikan menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok WPS dengan pengetahuan tinggi sebanyak 37 responden (53,7%), dan kelompok responden dengan pengetahuan rendah sebanyak 32 responden (46,3%)

  Tabel 7. Distribusi Responden Berasarkan Penggunaan Kondom

  Variabel Frekuensi Persentase (%) Penggunaan Kondom:  Menggunakan 35 50,7  Tidak Menggunakan 34 49,3 Jumlah

  69 100

  Tabel 7. menunjukkan bahwa distribusi WPS berdasarkan penggunaan kondom dikatagorikan menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok WPS yang menggunakan kondom sebanyak 35 responden (50,7%), dan kelompok WPS yang tidak menggunakan kondom sebanyak 34 responden (49,3%). Tabel 8. Distribusi Responden Berasarkan

  Personal Hygine Variabel Frekuensi Persentase (%) Personal Hygine:  Baik 43 62,3  Kurang Baik 26 37,7 Jumlah 69 100

  Tabel 8. menunjukkan bahwa distribusi WPS berdasarkan personal hygine dikatagorikan menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok WPS dengan personal hyigine baik sebanyak 43 responden (62,3%), dan kelompok WPS dengan personal hyigine kurang baik sebanyak 26 responden (37,7%).

  Tabel 9. Distribusi Responden Berasarkan

  Kejadian Gonore Variabel Frekuensi Persentase(%) Kejadian Gonore:  Tidak Menderita 46 66,7  Menderita 23 33,3 Jumlah

  69 100

  Berdasarkan Tabel 9. menunjukkan bahwa distribusi WPS berdasarkan kejadian gonore dikatagorikan menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok WPS tidak menderita gonore sebanyak 46 responden (66,7%), dan kelompok WPS yang menderita gonore sebanyak 23 responden (33,3%).

  Tabel 10. Hubungan Usia dengan Kejadian Gonore Usia Tidak menderita Menderita Total OR P value n % n % n % ≤ 24 tahun 15 51,7 14 48,3 29 100 > 24 tahun 31 77,5 9 22,5 40 100 0,31 0,047 Jumlah 46 66,7 23 33,3 69 100

  Berdasarkan Tabel 10, hasil analisis hubungan antara usia dengan kejadian gonore diperoleh sebanyak 48,3% (14 orang) WPS berusia ≤ 24 tahun menderita gonore, sedangkan pada WPS yang berusia > 24 tahun sebanyak 22,5% (9 orang) menderita gonore. Hasil beda uji Chi

  Square diperoleh hasil p-Value = 0,047 pada

  alpha 0,05 berarti ada hubungan yang signifikan antara usia dengan kejadian gonore. Hasil Odds Ratio (OR) diperoleh nilai 0,311 dengan 95%

  Confidence Interval (CI)=0,11-0,88 dapat

  diartikan bahwa WPS yang berusia ≤ 24 tahun memiliki risiko 0,311 kali menderita gonore dibandingkan WPS yang berusia > 24 tahun. Tabel 11. Hubungan Pendidikan dengan Kejadian Gonore

  Pendidikan Tidak menderita Menderita Total OR P value n % n % n % Tinggi 29 85,3 5 14,7 34 100 Rendah 17 48,6 18 51,4 35 100 6,16 0,003 Jumlah 46 66,7 23 33,3 69 100

  Berdasarkan Tabel 11, hasil analisis hubungan antara pendidikan dengan kejadian gonore diperoleh pada WPS yang berpendidikan rendah (≤ SMP) sebanyak 51,4% (18 orang) menderita gonore, sedangkan pada WPS berpendidikan tinggi (> SMP) sebanyak 14,7% (5 orang) menderita gonore. Hasil beda uji Chi

  Square diperoleh hasil p-Value = 0,003 pada

  alpha 0,05 berarti ada hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan kejadian gonore. Hasil Odds Ratio (OR) diperoleh nilai 6,14 dengan 95% Confidence Interval (CI)=1,93- 19,54 dapat diartikan bahwa WPS yang berpendidikan rendah (≤ SMP) memiliki risiko

  6,14 kali menderita gonore dibandingkan WPS yang berpendidikan tinggi (> SMP).

  hubungan yang signifikan antara lama bekerja dengan kejadian gonore. Hasil Odds Ratio (OR) diperoleh nilai 5,96 dengan 95% Confidence

  Berdasarkan Tabel 14, hasil analisis hubungan antara frekuensi berhubungan dengan kejadian gonore diperoleh pada WPS yang berhubungan > 3 kali sehari sebanyak 56,5% (13 orang) menderita gonore, sedangkan pada WPS berhubungan ≤ 3 kali sehari sebanyak 21,7% (10 orang) menderita gonore. Hasil beda uji Chi

  10 43,5 13 56,5 23 100 4,68 0,009 Jumlah 46 66,7 23 33,3 69 100

  Tabel 14. Hubungan Frekuensi Berhubungan dengan Kejadian Gonore Frek.Berhubungan Tidak menderita Menderita Total OR P value n % n % n % ≤ 3 kali/hari 36 78,3 10 21,7 46 100 > 3 kali/hari

  ≤ 2 tahun.

  WPS yang bekerja > 2 tahun memiliki risiko 5,96 kali menderita gonore dibandingkan WPS yang bekerja

  Interval (CI)=1,99-17,80 dapat diartikan bahwa

  Value = 0,002 pada alpha 0,05 berarti ada

  Tabel 12. Hubungan Suku Bangsa dengan Kejadian Gonore Suku Bangsa Tidak menderita Menderita Total OR P value n % n % n % Pribumi 27 71,1 11 28,9 38 100 Pendatang 19 61,3 12 38,7 31 100 1,55 0,549 Jumlah 46 66,7 23 33,3 69 100

  ≤ 2 tahun sebanyak 18,6% (8 orang) menderita gonore. Hasil beda uji Chi Square diperoleh hasil p-

  Berdasarkan Tabel 13, hasil analisis hubungan antara lama bekerja dengan kejadian gonore diperoleh pada WPS yang bekerja > 2 tahun sebanyak 57,7% (15 orang) menderita gonore, sedangkan pada WPS bekerja

  Tabel 13. Hubungan Lama Bekerja dengan Kejadian Gonore Lama Bekerja Tidak menderita Menderita Total OR P value n % n % n % ≤ 2 tahun 35 81,4 8 18,6 43 100 > 2 tahun 11 42,3 15 57,7 26 100 5,96 0,002 Jumlah 46 66,7 23 33,3 69 100

  0,549 pada alpha 0,05 berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara suku bangsa dengan kejadian gonore. Hasil Odds Ratio (OR) diperoleh nilai 1,55 dengan 95% Confidence Interval (CI)=1,55-4,24 dapat diartikan bahwa WPS yang pendatang memiliki risiko 1,55 kali menderita gonore dibandingkan WPS pribumi.

  =

  Berdasarkan Tabel 12, hasil analisis hubungan antara suku bangsa dengan kejadian gonore diperoleh WPS pendatang sebanyak 38,7% (12 orang) menderita gonore, sedangkan pada WPS pribumi sebanyak 28,9% (11 orang) menderita gonore. Hasil beda uji Chi Square diperoleh hasil p-Value

  Square diperoleh hasil p-Value = 0,009 pada alpha 0,05 berarti ada hubungan yang signifikan antara frekuensi berhubungan dengan kejadian gonore. Hasil Odds Ratio (OR) diperoleh nilai 4,68 dengan 95% Confidence Interval (CI)=1,58-13,80 dapat diartikan bahwa WPS yang frekuensi berhunbungan > 3 kali sehari memiliki risiko 4,68 kali menderita gonore dibandingkan WPS yang frekuensi berhubungan ≤ 3 kali sehari.

  Tabel 15. Hubungan Pengetahuan dengan Kejadian Gonore Pengetahuan Tidak menderita Menderita Total OR P value n % n % n % Tinggi 33 89,2 4 10,8 37 100 Rendah 13 40,6 19 59,4 32 100 12,05 0,0 Jumlah 46 66,7 23 33,3 69 100

  Berdasarkan Tabel 15, hasil analisis hubungan antara pengetahuan dengan kejadian gonore diperoleh pada WPS yang memiliki pengetahuan rendah sebanyak 59,4% (19 orang) menderita gonore, sedangkan pada WPS yang memiliki pengetahuan tinggi sebanyak 10,8% (4 orang) menderita gonore. Hasil beda uji Chi Square diperoleh hasil p-

  Value = 0,00 pada alpha 0,05 berarti ada

  hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan kejadian gonore. Hasil Odds Ratio (OR) diperoleh nilai 12,05 dengan 95% Confidence

  Interval (CI)=3,43-42,28 dapat diartikan bahwa

  WPS yang memiliki pengetahuan rendah memiliki risiko 12,05 kali menderita gonore dibandingkan WPS yang memiliki pengetahuan tinggi.

  Tabel 16. Hubungan Penggunaan Kondom dengan Kejadian Gonore Penggunaan Kondom Tidak menderita Menderita Total OR P value n % n % n % Menggunakan 30 85,7 5 14,3 35 100

  Tdk Menggunakan 16 47,1 18 52,9 34 100 6,75 0,002 Jumlah 46 66,7 23 33,3 69 100

  Berdasarkan Tabel 16, hasil analisis hubungan antara penggunaan kondom dengan kejadian gonore diperoleh pada WPS tidak menggunakan kondom sebanyak 52,9% (18 orang) menderita gonore, sedangkan pada WPS yang menggunakan kondom sebanyak 14,3% (5 orang) menderita gonore. Hasil beda uji Chi Square diperoleh hasil p-Value = 0,002 pada alpha 0,05 berarti ada hubungan yang sigifikan antara penggunaan kondom dengan kejadian gonore. Hasil Odds Ratio (OR) diperoleh nilai 6,75 dengan 95% Confidence

  Interval (CI)=2,1-21,5 dapat diartikan bahwa

  WPS yang tidak menggunakan kondom memiliki risiko 6,75 kali menderita gonore dibandingkan WPS yang menggunakan kondom. Tabel 17. Hubungan Personal Hygine dengan Kejadian Gonore Personal Hygine Tidak menderita Menderita Total OR P value n % n % n % Baik 34 79,1 9 20,9 43 100 Kurang Baik 12 46,2 14 53,8 26 100 4,40 0,011 Jumlah 46 66,7 23 33,3 69 100

  Berdasarkan Tabel 17, hasil analisis hubungan antara personal hygine dengan kejadian gonore diperoleh pada WPS yang perilaku personal

  hygine kurang baik sebanyak 53,8% (14 orang),

  sedangkan pada WPS yang perilaku personal

  hygine baik sebanyak 20,9% (9 orang)

  menderita gonore, menderita gonore. Hasil beda uji Chi Square diperoleh hasil p-Value = 0,011 pada alpha 0,05 berarti ada hubungan yang signifikan antara personal hygine dengan kejadian gonore. Hasil Odds Ratio (OR) diperoleh nilai 4,40 dengan 95% Confidence

  Interval (CI)=1,51-12,78 dapat diartikan bahwa

  WPS yang perilaku personal hygine kurang baik memiliki risiko 4,40 kali menderita gonore dibandingkan WPS yang perilaku personal hygine baik.

  PEMBAHASAN Hubungan Usia dengan Kejadian Gonore

  Hasil analisis hubungan antara usia dengan kejadian gonore diperoleh sebanyak 48,3% (14 orang) WPS berusia ≤ 24 tahun menderita gonore, sedangkan pada WPS yang berusia > 24 tahun sebanyak 22,5% (9 orang) menderita gonore. Hasil beda uji Chi Square diperoleh hasil p-Value = 0,047 pada alpha 0,05 berarti ada hubungan yang sigifikan antara usia dengan kejadian gonore. Hasil Odds Ratio (OR) diperoleh nilai 0,311 dengan 95% Confidence

  Interval (CI)=0,11-0,88 dapat diartikan bahwa

  WPS yang berusi a ≤ 24 tahun memiliki risiko 0,311 kali menderita gonore dibandingkan WPS yang berusia > 24 tahun.

  Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Afriana (2011) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian infeksi gonore pada wanita pekerja seks, yang menyatakan bahwa ada hubungan yang siginifikan antara umur denga kejadian gonore dengan hasil p-

  value = 0,00 dan nilai Odds Ratio = 1,53 dengan 95% Confidence Interval (CI)=1,30-1,79.

  Distribusi umur penting untuk diperhatikan, karena semakin muda umur seorang wanita, makin rawan tertular IMS. Pada laki-laki kelompok umur 20-34 dan pada wanita 16-24 tahun tergolong beresiko tinggi untuk terinfeksi penyakit menular seksual. Pada perempuan remaja rentan terkena IMS dikarenakan sel-sel oragan reproduksi yang bekum matang. (Komisi Penanggulangan AIDS, 2007).

  Hubungan Pendidikan dengan Kejadian Gonore

  Hasil analisis hubungan antara pendidikan dengan kejadian gonore diperoleh pada WPS yang berpendidikan rendah (≤ SMP) sebanyak 51,4% (18 orang) menderita gonore, sedangkan pada WPS berpendidikan tinggi (> SMP) sebanyak 14,7% (5 orang) menderita gonore. Hasil beda uji Chi Square diperoleh hasil p-

  Value = 0,003 pada alpha 0,05 berarti ada

  hubungan yang sigifikan antara pendidikan dengan kejadian gonore. Hasil Odds Ratio (OR) diperoleh nilai 6,14 dengan 95% Confidence

  Interval (CI)=1,93-19,54 dapat diartikan bahwa

  WPS yang berpendidikan rendah (≤ SMP) memiliki risiko 6,14 kali menderita gonore dibandingkan WPS yang berpendidikan tinggi (> SMP). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lina (2009) tentang faktor-faktor resiko kejadian gonore pada WPS di objek wisata Pangandaran Kabupaten Ciamis, yang menyatakan WPS yang berpendidikan rendah tidak mengetahui tentang cara penularan dan bagaimana cara pencegahan, WPS yang berpendidikan rendah mempunyai risiko lebih besar dari yang berpendidikan tinggi. Menurut Notoatmodjo (2007), semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan semakin baik tingkat pengetahuannya dan pendidikan yang rendah akan mengakibatkan sulitnya seseorang untuk memperoleh pengetahuan.

  Hubungan Suku Bangsa dengan Kejadian Gonore

  Hasil analisis hubungan antara suku bangsa dengan kejadian gonore diperoleh WPS pendatang sebanyak 38,7% (12 orang) menderita gonore, sedangkan pada WPS pribumi sebanyak 28,9% (11 orang) menderita gonore. Hasil beda uji Chi Square diperoleh hasil p-Value = 0,549 pada alpha 0,05 berarti tidak ada hubungan yang sigifikan antara suku bangsa dengan kejadian gonore. Hasil Odds Ratio (OR) diperoleh nilai 1,55 dengan 95%

  Confidence Interval (CI)=1,55-4,24 dapat

  diartikan bahwa WPS yang pendatang memiliki risiko 1,55 kali menderita gonore dibandingkan WPS pribumi.

  Hubungan Lama Bekerja dengan Kejadian Gonore

  Hasil analisis hubungan antara lama bekerja dengan kejadian gonore diperoleh pada WPS yang bekerja > 2 tahun sebanyak 57,7% (15 orang) menderita gonore, sedangkan pada WPS bekerja ≤ 2 tahun sebanyak 18,6% (8 orang) menderita gonore. Hasil beda uji Chi

  Square diperoleh hasil p-Value = 0,002 pada

  alpha 0,05 berarti ada hubungan yang sigifikan antara lama bekerja dengan kejadian gonore. Hasil Odds Ratio (OR) diperoleh nilai 5,96 dengan 95% Confidence Interval (CI)=1,99- 17,80 dapat diartikan bahwa WPS yang bekerja > 2 tahun memiliki risiko 5,96 kali menderita gonore dibandingkan WPS yang bekerja ≤ 2 tahun. Lama bekerja sebagai WPS merupakan faktor penguat terkena IMS, karena semakin lama masa kerja WPS semakin besar kemungkinan WPS melayani pelangan yang telah terinfeksi

  IMS. Resiko penularan meningkat seiring dengan lamanya bekerja menjadi WPS. (Afriana, 2012).

  Hubungan Frekuensi Berhubungan dengan Kejadian Gonore

  Hasil analisis hubungan antara frekuensi berhubungan dengan kejadian gonore diperoleh pada WPS yang berhubungan > 3 kali sehari sebanyak 56,5% (13 orang) menderita gonore, sedangkan pada WPS berhubungan ≤ 3 kali sehari sebanyak 21,7% (10 orang) menderita gonore. Hasil beda uji Chi Square diperoleh hasil p-Value = 0,009 pada alpha 0,05 berarti ada hubungan yang sigifikan antara frekuensi berhubungan dengan kejadian gonore. Hasil Odds Ratio (OR) diperoleh nilai 4,68 dengan 95% Confidence Interval (CI)=1,58-13,80 dapat diartikan bahwa WPS yang frekuensi berhunbungan > 3 kali sehari memiliki risiko

  4,68 kali menderita gonore dibandingkan WPS yang frekuensi berhubungan ≤ 3 kali sehari. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh oleh Ekawati (1999), terdapat hubungan bermakna antara frekuensi berhubungan frekuensi seks/hari dengan kejadian gonore dengan nilai p = 0,004. Frekuensi berhubungan atau jumlah pelangan yang dilayani seorang WPS meningkatkan resiko WPS tersebut terinfeksi penyakit menular seksual (IMS), karena semakin banyak jumlah pelanggan atau semakin seringnya WPS melakukan hubungan seksual maka semakin besar kemungkinan WPS tersebut terkena IMS. (Afriana, 2012).

  Hubungan Pengetahuan dengan Kejadian Gonore

  hasil analisis hubungan antara pengetahuan dengan kejadian gonore diperoleh pada WPS yang memiliki pengetahuan rendah sebanyak 59,4% (19 orang) menderita gonore, sedangkan pada WPS yang memiliki pengetahuan tinggi sebanyak 10,8% (4 orang) menderita gonore. Hasil beda uji Chi Square diperoleh hasil p-

  Value = 0,00 pada alpha 0,05 berarti ada

  hubungan yang sigifikan antara pengetahuan dengan kejadian gonore. Hasil Odds Ratio (OR) diperoleh nilai 12,05 dengan 95% Confidence

  Interval (CI)=3,43-42,28 dapat diartikan bahwa

  WPS yang memiliki pengetahuan rendah memiliki risiko 12,05 kali menderita gonore dibandingkan WPS yang memiliki pengetahuan tinggi. Hal ini sejalan denga penelitian yang lakukan oleh Lina (2009) pada WPS sebanyak 43 responden di objek wisata Pangandaran Kabupaten Ciamis di dapatkan bahwa 2 responden (4,7%) mengetahui gonore disebabkan oleh bakteri, 1 responden (2,3%) mengetahui gonore adalah PMS akibat hubungan yang tidak sehat, 3 responden (7%) PMS terjadi akibat berganti-ganti pasangan, sedangkan sebanyak 37 responden (86,0%) mengatakan tidak tahu tentang penyakit gonore. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan pengetahuan dengan kejadian gonore. Umumnya WPS yang terinfeksi gonore disebabkan oleh karena kurangnya pengetahuan WPS tentang bagaimana cara mencegah penyakit tersebut. dengan demikian tidak menutup kemungkinan kasus gonore akan menjadi semakin meningkat kejadiannya.

  Hubungan Penggunaan Kondom dengan Kejadian Gonore

  Hasil analisis hubungan antara penggunaan kondom dengan kejadian gonore diperoleh pada WPS tidak menggunakan kondom sebanyak 52,9% (18 orang) menderita gonore, sedangkan pada WPS yang menggunakan kondom sebanyak 14,3% (5 orang) menderita gonore. Hasil beda uji Chi Square diperoleh hasil p-

  Value = 0,002 pada alpha 0,05 berarti ada

  hubungan yang sigifikan antara penggunaan kondom dengan kejadian gonore. Hasil Odds Ratio (OR) diperoleh nilai 6,75 dengan 95%

  Confidence Interval (CI)=2,1-21,5 dapat

  diartikan bahwa WPS yang tidak menggunakan kondom memiliki risiko 6,75 kali menderita gonore dibandingkan WPS yang menggunakan kondom. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fridayanti (2011), yang menyatakan bahwa ada hubungan penggunaan kondom dengan kejadian gonore.

  Hubungan Personal Hygine dengan Kejadian Gonore

  Hasil analisis hubungan antara personal hygine dengan kejadian gonore diperoleh pada WPS yang perilaku personal hygine kurang baik sebanyak 53,8% (14 orang), sedangkan pada WPS yang perilaku personal hygine baik sebanyak 20,9% (9 orang) menderita gonore, menderita gonore. Hasil beda uji Chi Square diperoleh hasil p-Value = 0,011 pada alpha 0,05 berarti ada hubungan yang sigifikan antara

  personal hygine dengan kejadian gonore. Hasil

  Odds Ratio (OR) diperoleh nilai 4,40 dengan 95% Confidence Interval (CI)=1,51-12,78 dapat diartikan bahwa WPS yang perilaku personal

  hygine kurang baik memiliki risiko 4,40 kali

  hasil p-Value = 0,549 pada alpha 0,05 dan menderita gonore dibandingkan WPS yang Odds Ratio (OR) diperoleh nilai 1,55. perilaku personal hygine baik.

  4. Ada hubungan yang sigifikan antara lama Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan bekerja dengan kejadian gonore. Hasil oleh Mera (2013) terdapat hubungan antara beda uji Chi Square diperoleh hasil p-Value

  personal hygine dengan kejadian Gonorhea (p = = 0,002 pada alpha 0,05 dan Odds Ratio 0,028).

  (OR) diperoleh nilai 5,96. WPS yang tidak melakukan perawatan alat

  5. Ada hubungan yang sigifikan antara kelamin nya akan mudah terinfeksi berbagai frekuensi berhubungan dengan kejadian penyakit kelamin yang salah satu nya adalah gonore. Hasil beda uji Chi Square diperoleh gonorhea (Susanto, 2013). hasil p-Value = 0,009 pada alpha 0,05 dan Odds Ratio (OR) diperoleh nilai 4,68.

  KESIMPULAN

  6. Ada hubungan yang sigifikan antara Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di pengetahuan dengan kejadian gonore. Simpang Tiga Desa Tanjung Tengang

  Hasil beda uji Chi Square diperoleh hasil p- Kecamatan Nanga Pinoh Kabupaten Melawi ,

  Value = 0,00 pada alpha 0,05 dan Odds

  dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : Ratio (OR) diperoleh nilai 12,05.

  1. Ada hubungan yang signifikan antara usia

  7. Ada hubungan yang sigifikan antara dengan kejadian gonore. Hasil beda uji Chi penggunaan kondom dengan kejadian

  Square diperoleh hasil p-Value = 0,047 gonore. Hasil beda uji Chi Square diperoleh pada alpha 0,05 dan Odds Ratio (OR) hasil p-Value = 0,002 pada alpha 0,05 dan diperoleh nilai 0,311.

  Odds Ratio (OR) diperoleh nilai 6,75.

  2. Ada hubungan yang sigifikan antara

  8. Ada hubungan yang sigifikan antara pendidikan dengan kejadian gonore. Hasil

  personal hygine dengan kejadian gonore.

  beda uji Chi Square diperoleh hasil p-Value Hasil beda uji Chi Square diperoleh hasil p-

  = 0,003 pada alpha 0,05 dan Odds Ratio Value = 0,011 pada alpha 0,05 dan Odds (OR) diperoleh nilai 6,14.

  Ratio (OR) diperoleh nilai 4,40.

  3. Ada terdapat hubungan yang sigifikan antara suku bangsa dengan kejadian gonore. Hasil beda uji Chi Square diperoleh

DAFTAR PUSTAKA

  f) diakses 10 April 2014

  Jogjakarta : Pustaka Rihama. Arifianti, N. (2008). “Analisis Faktor-Faktor

  Penyebab Niat WPS Yang Menderita

  IMS Berperilaku Seks Aman Dalam Melayani Pelanggan”.

  (Online). (ejournal.undip.ac.id/index.php/JPKI/artic le/2251) diakses 10 April 2014.

  Afriana. (2011). “faktor-faktor yang berhubungan

  dengan kejadian infeksi gonore pada wanita pekerja seks .

  (Online). (ejournal.ac.id/index.php/I/tesis/) diakses

  10 April 2014 Ekawati, S. (1999). “Faktor-faktor yang berperan

  terhadap infeksi neisseria gonorhea dan faktor yang berperan terhadap infeksi neisseria gonorhea penghasil penisilinase pada WTS di Lokalisasi Tegalpanas Kabupaten Semarang ”.

  (online). (eprints.undip.ac.id/14172/1/1999FK397.pd

  Fadly. (2011). (Online) .(lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20306991.

  pengetahuan dan sikap, dan perilaku manusia. Yogyakarta : Nuha Medika

  pdf). diakses 10 April 2014.

  Fatimah. (2013). “Hubungan

  Antara Pengetahuan Dan Sikap Pasien Infeksi Menular Seksual (Ims) Dengan Perilaku Pencegahan Penularan Ims Di Wilayah Kerja Puskesmas Kom Yos Sudarso Pontianak

  

  (online) (jurnal.untan.ac.id/ipi111641/download/ pdf).

  Fiftiyana, R. (2012). “ faktor-faktor terjadinya

  gonorrhea pada PSK diArifin Acmad Pekan Baru Riau”.(Online).(Jornal.unsil.ac.id/jurnal/ prosiding/pdf).

  Fridayanti, (2011). “Faktor yang Mempengaruhi

  Tingginya Kejadian PMS di Lokalisasi Gang Sadar Baturaden Kabupaten Banyumas”.

  (online). (ojs.akbidylpp.ac.id/skripsi/download).

  Yanti, (2011). “Kesehatan Reproduksi”.

  Andarmoyo, S. (2012). “Personal Hygiene,

  Konsep, Proses dan Aplikasi dalam Praktek Keperawatan”. Jogjakarta :

  Kesehatan”. Jakarta : Rineka Cipta

  Graha Ilmu Arikunto, S. (2010).” Prosedur Penelitian Suatu

  pendekatan Praktik ”. Jakarta : Rineka Cipta .

  Chin, J. (2006). Manual Pemberantasan Penyakit

  Menular. Jakarta : Infomedika Daili, S.F. (2011).

  “Infeksi Menular Seksual”. Jakarta : FKUI.

  Djuanda, A. (2011). Ilmu Penyakit Kulit dan

  Kelamin. Jakarta : FKUI

  Hidayat, A. (2007). Metode Penelitian Kebidanan

  dan Teknik Analisis Data . Jakarta : Salemba

  Medika Kumalasari, I. (2012). “Kesehatan Reproduksi “. Jakatra: Salemba Medika. Notoatmodjo, S. (2005). “Metode Penelitian

  Notoatmodjo, S. (2007). “Promosi Kesehatan

  Penyakit Reproduksi Anda”. Bandung : Pustaka

  Teori dan Aplikasi”. Jakarta : Rineka Cipta .

  Nugroho, T. (2011). Mengupas Tuntas 9 Jenis

  PMS. Yogyakarta : Nuha Medika

  Riyanto Agus, 2009. Pengolahan dan Analisis

  Data Kesehatan. Yogyakarta: Jazamedia

  Sugiyono, 2013. Metode Penelitian Pendidikan:

  Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

  Susanto, R.C. (2013). Penyakit Kulit dan

  Kelamin. Yogyakarta : Nuha Medika Sabri, Luknis & Hastanto, P. Sutanto.(2006).

  “Statistik Kesehatan”. Jakarta : Rajawali Pers.

  Saydam (2012). “Waspadai

  Reka Cipta Wawan, (2011). Teori & pengukuran Komisi Penanggulangan AIDS. (2007). .

  (Online). (lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20303165- T30668%20...pdf) diakses 10 April 2014.

  Lina, N. (2009). “Faktor-faktor Risiko Kejadian

  Gonorhea pada PSK di Objek Wisata Pangandaran Kabupaten Ciamis”.

  (Online). (Journal.unsil.ac.id/jurnal/prosiding/pdf). diakses 10 April 2014. Merra. (2013). “Faktor-faktor resiko kejadian

  gonorhea pada PSK di Pujasera Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 2013 .

  (Online). (Journal.unsil.ac.id/jurnal/pdf).