ANALISIS SITUASI PARIWISATA KAWASAN PUNCAK
ANALISIS SITUASI PARIWISATA KAWASAN PUNCAK
Suaedi
Universitas Cokroaminoto Palopo [email protected]
Abstrak
Kawasan wisata puncak memiliki daya tarik wisata yang sangat tinggi. Jumlah pengunjung setiap tahunnya menghalami peningkatan yang signifikan. Faktor yang mendukung daya Tarik wisata adalah keindahan alam, sarana dan prasarana, biaya, kondisi lingkungan, lokasi yang strategis dan dukungan sistem transportasi. Kawasan wisata Puncak, merupakan lokasi yang sering terjadi kemacetan, terutama pada hari jum’at, sabtu, minggu dan hari-hari libur. Penelitian ini menganalisis kebijakan penanganan yang sudah dilaksanakan, kemudian didiskusikan bersama para stakeholders melalui Focus Group Discussion kemudian dilakukan pengkajian dengan menggunakan Analytical Hierarchy Process untuk mendapatkan keputusan dari serangkaian alternatif kebijakan. Dari hasil pembahasan diperoleh kesimpulan bahwa untuk penanganan di kawasan priwisata Puncak, prioritas alternatif kebijakan yang harus dilakukan adalah peningkatan kapasitas jalan, tujuan yang diprioritaskan adalah peningkatan kenyamanan perjalanan, aktor yang diprioritaskan adalah pemerintah, dan faktor yang diprioritaskan adalah jaringan jalan. Hasil perumusan kebijakan adalah bahwa pemerintah harus berperan aktif mengatasi kemacetan. Pelayanan lalu lintas harus dapat memberikan rasa kenyamanan bagi para pengguna jalan, wisatawan maupun masyarakat yang menetap di kawasan wisata Puncak.
Kata-kata kunci: analisis situasi, wisata, Puncak, kemacetan, kebijakan
PENDAHULUAN
jalan yang selamat, aman, cepat, lancar, tertib dan teratur, nyaman dan efisien.
Latar Belakang
Pembinaan di bidang lalu lintas yang Pariwisata merupakan industri
aspek-aspek pengaturan, yang memberi devisa negara yang cukup
meliputi
pengendalian dan pengawasan lalu lintas tinggi. Salah satu factor yang berpengaruh
jalan harus ditujukan untuk keselamatan, terhadap kunjungan wisata adalah
keamanan, ketertiban, kelancaran lalu transportasi. Lalu lintas dan angkutan
lintas. Disamping itu, dalam melakukan jalan memiliki peranan yang sangat
pembinaan lalu lintas jalan juga harus penting
diperhatikan aspek kepentingan umum, penyelenggaraannya dikuasai oleh negara
dan strategis
sehingga
pemakai jalan, dan pembinaannya dilakukan oleh
atau
masyarakat
kelestarian lingkungan, tata ruang, pemerintah
perkembangan ilmu pengetahuan dan mewujudkan lalu lintas dan angkutan
teknologi, hubungan internasional serta
Suaedi (2011)
koordinasi antar wewenang pembinaan buka-tutup) dan sistim pengalihan arus lalu lintas jalan di tingkat pusat, daerah
lalu lintas, terutama untuk kendaraan serta antar instansi dan unsur terkait
besar seperti bus dan truk dialihkan lainnya, (DBBSLAK, 1999).
melalui jalur Sukabumi. Namun Berdasarkan
demikian kemacetan lalu lintas masih Pengembangan
Rencana
Induk
tetap terjadi sehingga menimbulkan Provinsi Jawa Barat tahun 2005 yang
Pariwisata
Daerah
keluhan, gangguan dan ketidaknyamanan telah didasari dengan Peraturan Gubernur
baik untuk penduduk setempat maupun Jawa Barat Nomor 48 tahun 2006, salah
pengunjung wisatawan. satu bagian wilayah Kabupaten Bogor
Terhadap kondisi kemacetan lalu ditetapkan sebagai Kawasan Wisata
lintas ini, perlu dilakukan pengkajian Unggulan (KWU) provinsi Jawa Barat.
terutama dari aspek kebijakan pemerintah Kawasan tersebut adalah Kawasan Wisata
dalam penanganan kemacetan serta Alam Pengunungan Puncak yang
dianalisis mengapa kebijakan ini tidak mencakup areal wilayah Kabupaten
dapat mengatasi masalah kemacetan lalu Bogor dan Kabupaten Cianjur.
lintas utamanya di kawasan Puncak yang Kenyamanan
sudah berlangsung bertahun-tahun. Pada dipengaruhi oleh volume lalu lintas yang
perjalanan
tulisan ini dianalisis mengenai kebijakan merupakan kombinasi dari dua buah
penanganan yang sudah dilaksanakan, faktor dasar utama yaitu, peningkatan
kemudian didiskusikan bersama para jumlah kendaraan bermotor dan variasi
stakeholders melalui Focus Group jarak perjalanan selain beberapa faktor
Discussion (FGD) kemudian dilakukan lainnya. Peningkatan jumlah kendaraan
dengan menggunakan bermotor di jalan disebabkan oleh
pengkajian
Analytical Hierarchy Process (AHP) peningkatan
untuk mendapatkan keputusan dari meningkatnya pendapatan masyarakat dan
jumlah
penduduk,
alternatif kebijakan. meningkatnya
serangkaian
Diharapkan dari hasil analisis ini dapat (DBBSLAK, 1999).
ekonomi
daerah
merekomendasikan suatu kebijakan untuk Kawasan Pariwisata Puncak,
melengkapi kebijakan yang sudah ada saat merupakan lokasi yang sering terjadi
ini.
kemacetan, terutama pada hari jum’at, sabtu, minggu dan hari-hari libur. Pada
Perumusan Masalah
waktu-waktu tersebut banyak sekali Mobilitas manusia yang semakin pergerakan atau mobilitas penduduk
beragam sangat perlu didukung dengan dengan maksud untuk melakukan
transportasi yang kegiatan pariwisata atau melakukan
adanya
sistem
berkelanjutan (sustainable transport perjalanan dengan tujuan ke Kabupaten
system ). Sistem transportasi yang tidak Ciajur dan Bandung. Untuk mengatasi
bersahabat dengan lingkungan akan kemacetan lalu lintas tersebut telah
memberikan dampak langsung maupun dilakukan kegiatan pengaturan lalu lintas
tidak langsung bagi kehidupan manusia melalui pengaturan sistem pergerakan
dampak terhadap satu arah pada jam-jam tertentu (sistim
yang
meliputi
lingkungan, dampak terhadap kesehatan,
Analisis Situasi Pariwisata Kawasan Puncak
dan dampak terhadap ekonomi (Putranto melebihi kapasitas jalan. Berdasarkan LS., 2008).
teori tersebut, maka solusinya adalah Peningkatan jumlah kunjungan
mengurangi jumlah kendaraan yang lewat, wisata ke kawasan pariwisata Puncak
atau meningkatkan kapasitas, baik mengakibatkan permasalahan kemacetan
maupun kapasitas lalu lintas terutama pada hari jum’at,
kapasitas
ruas
persimpangan. Pertanyaannya kemudian, sabtu, Minggu dan hari-hari libur.
kalau teorinya begitu mudah, mengapa Kejadian kemacetan lalu lintas tentunya
pelaksanaannya begitu sulit, mengapa akan berdampak pada kualitas lingkungan
sampai saat ini kemacetan lalu lintas tidak serta kondisi ekonomi dan sosial
bisa diatasi? Teorinya memang mudah, masyarakat . Kualitas lingkungan yang
tetapi persoalan-persoalan yang terkait terkena dampak kemacetan adalah
ternyata sangat banyak, seperti disiplin pencemaran udara dan kebisingan,
lalu lintas, penegakan hukum, sosial sedangkan kondisi ekonomi yang
ekonomi, tenaga kerja, dan sebagainya, terpengaruh
sehingga persoalannya menjadi kompleks masyarakat dan pelaku usaha serta
adalah
pendapatan
dan tidak ada satupun solusi tunggal yang pendapatan daerah. Kondisi sosial yang
dapat diterapkan untuk mengatasi perlu diamati dan dianalisis adalah
persoalan kemacetan lalu lintas. kondisi kesehatan masyarakat yang sering
Contoh keterkaitan dengan aspek- terpapar udara yang tercemar akibat
aspek yang lain adalah pedagang kaki kemacetan,
lima, keberadaan pedagang kaki lima ketidaknyamanan
serta
kondisi
otomatis mengurangi kebebasan samping bertempat tinggal.
perjalanan
dan
dan bahkan kadang-kadang mengurangi Berkenaan dengan hal tersebut,
lebar lajur lalu lintas, sehingga dapat maka
mengurangi kapasitas jalan yang pada permasalahan yang perlu dipecahkan
rumusan
permasalahan-
berdampak pada adalah: bagaimana upaya pengendalian
tingkat
tertentu
kemacetan lalu lintas. Namun demikian, pemanfaatan ruang agar tidak menambah
kalau dilakukan penertiban terhadap parah kemacetan di kawasan puncak?
pedagang kaki lima, yang terjadi tentu Bagaimana efektifitas kebijakan dan
bukan persoalan lalu lintas, tetapi akan kelembagaan yang dilaksanakan selama
merembet ke persoalan sosial dan ini? dan bagaimana rumusan kebijakan
Demikian pula dengan yang tepat untuk penanganan kemacetan
ekonomi.
keberadaan angkot, mikrolet dan lalu lintas di Kawasan Puncak?
sejenisnya. Secara logika, keberadaan busway pada rute-rute tertentu relatif lebih praktis dibandingkan dengan angkot
KAJIAN TEORI
atau mikrolet, namun demikian, kalau untuk itu harus menggusur mikrolet, tentu
Kemacetan adalah situasi atau akan menimbulkan persoalan-persoalan keadaan tersendatnya atau bahkan
lain seperti persoalan tenaga kerja dan terhentinya lalu lintas yang disebabkan
sosial ekonomi.
oleh banyaknya jumlah kendaraan
Suaedi (2011)
Kemacetan lalu lintas memberikan (manusia dan kendaraan), peningkatan dampak negatif yang besar yang antara
polusi, peningkatan biaya kesehatan lain 1). Kerugian waktu, karena kecepatan
akibat polusi, peningkatan waktu tempuh perjalanan yang rendah, 2)Pemborosan
yang berdampak pada kegagalan ikut energi, karena pada kecepatan rendah
tender, penurunan kualitas barang-barang konsumsi bahan bakar lebih rendah, 3).
peka waktu (sayur, buah, telor, dsb), Keausan kendaraan lebih tinggi, karena
kegagalan transaksi, dan sebagainya. waktu yang lebih lama untuk jarak yang
Problem penurunan produktivitas pendek, radiator tidak berfungsi dengan
paling terasa bagi angkutan umum seperti baik dan penggunaan rem yang lebih
angkot, bus dan taksi. Misal dalam tinggi, 4). Meningkatkan polusi udara
kondisi lancar, bus dapat menempuh 6 trip karena pada kecepatan rendah konsumsi
per hari, tetapi karena macet hanya bisa 4 energi lebih tinggi, dan mesin tidak
trip, hal ini berarti bahwa produktivitas beroperasi pada kondisi yang optimal, 5).
bus telah menurun sebesar 30%. Hal yang Meningkatkan stress pengguna jalan, dan
sama juga dialami oleh taksi, misal pada 6). Mengganggu kelancaran kendaraan
waktu lancar bisa menempuh 300 km per darurat seperti ambulans, pemadam
hari, tetapi karena macet hanya mampu kebakaran dalam menjalankan tugasnya.
menempuh 200 km per hari, maka taksi Sebagai gambaran kasar, besarnya
tersebut juga mengalami penurunan kerugian finansial akibat pemborosan
produktivitas sebesar 30%. bahan bakar adalah sebagai berikut: data
Dampak dari kemacetan adalah statistik jumlah kendaraan di DKI Jakarta
kerugian sosial yang diderita masyarakat pada tahun 2005 adalah sekitar 7,2 juta
lebih dari Rp 17,2 triliun per tahun akibat unit (Jakarta Dalam Angka, 2006), tidak
pemborosan nilai waktu dan biaya operasi termasuk kendaraan yang masuk dari
kendaraan terutama bahan bakar. Belum wilayah Bogor, Depok, Tangerang,
lagi emisi gas buang diperkirakan sekitar Bekasi. Dari jumlah tersebut, kalau
25 ribu ton per tahun. Bahkan, ada suatu diambil gampangnya, 4 juta saja yang
yang memperkirakan beroperasi, dengan asumsi setiap unit
perhitungan
kerugian dari kemacetan lalu lintas ini kendaraan memboroskan 0,5 liter
mencapai Rp 43 triliun. Dampak pada bahanbakar (setara premium) per hari
tahap selanjutnya adalah menurunnya akibat kemacetan, maka total pemborosan
produktivitas ekonomi kota (bahkan adalah sebesar 2 juta liter/hari atau sama
negara) dan merosotnya kualitas hidup dengan 2 juta x Rp. 4.500,- sama dengan
warga kota. Setidaknya ada dua 'subsidi' Rp. 9 Milyar per hari, atau sekitar Rp. 3,2
orang untuk Triliun per tahun. Ini baru kerugian
yang
mendorong
mengendarai kendaraan pribadi dibanding langsung akibat pemborosan bahan bakar
menggunakan moda transportasi publik. (dengan harga yang disubsidi), belum
Pertama , jasa privat dalam hal ini termasuk kerugian akibat keausan mesin,
mengendarai kendaraan pribadi dengan rem dan kopling secara sia-sia. Kerugian
BBM bersubsidi yang dibayar oleh ini akan bertambah besar apabila kita
anggaran publik. Padahal setiap kenaikan menghitung penurunan produktivitas
harga minyak 1 dolar AS per barel, maka
Analisis Situasi Pariwisata Kawasan Puncak
subsidi BBM akan naik sebesar Rp 3,15 jaringan tubuh. Jika kita duduk di udara triliun yang tentunya akan menggeser
dengan kadar karbon monoksida 60 bpj prioritas sektor publik yang dibutuhkan
selama 8 jam, maka kemampuan oleh masyarakat luas seperti pendidikan
mengikat oksigen oleh darah itu turun dan kesehatan. Kedua, biaya sosial yang
sebanyak 15 % , sama dengan kehilangan tidak dibayar oleh para pengendara
darah sebanyak 0,5 liter (A. Tresna kendaraan pribadi. Pengendara hanya
S,1991). Paparan dari karbon monoksida membayar biaya yang diperlukannya
menghasilkan hypoxia pada jaringan. untuk
Hypoxia menyebabkan efek pada otak dan sementara biaya sosial seperti biaya atas
mengoperasikan
kendaraan,
perkembangan janin. Efek pada sistem polusi dan kemacetan lalu lintas tak
kardiovaskuler terjadi pada HbCO kurang dibayar oleh mereka. (Lesmana T, 2007).
dari 5 % (WHO,1996). Tingginya aktivitas transportasi
terhadap kesehatan akan
Dampak
merupakan dampak lanjutan dari dampak perkotaan. Dampak yang timbul meliputi
terhadap lingkungan udara. Tingginya meningkatnya konsentrasi pencemar
kadar timbal dalam udara perkotaan telah konservatif yang meliputi: Karbon
mengakibatkan tingginya kadar timbal monoksida (CO), Oksida sulfur (SOx),
dalam darah. Hasil penelitian Balai Oksida nitrogen (NOx), Hidrokarbon
Teknik Kesehatan Lingkungan (BTKL) (HC), Timbal (Pb), Ozon perkotaan (O3)
Yogyakarta menunjukkan bahwa anak dan Partikulat (debu) ( Soedomo M.,
jalanan, tukang parkir, pedagang kaki 2001).
lima, tukang becak sopir kendaraan Lebih kurang 80% - 90% dari
umum, masyarakat yang menjadikan jalan jumlah CO yang diabsorbsi berikatan
sebagai tempat mengais rejeki, merupakan dengan
pihak yang paling rentan terkena resiko carboxyhemoglobin (HbCO). HbCO
hemoglobin,
membentuk
pencemaran udara. Mereka itu sangat menyebabkan
rentan mengalami keracunan Timbal atau oxyhemoglobin dan mereduksi kapasitas
lepasnya
ikatan
timah hitam (pb), seperti mengalami sakit transport oksigen dalam darah. Afinitas
kepala, mual, muntah-muntah, kejang ikatan karbon monoksida dan hemoglobin
perut. Apabila terus berlanjut, para adalah 200 – 250 kali dari oksigen
penderita keracunan zat-zat kimia dari (WHO,1996),
polusi udara tersebut bisa menderita daya (Kindwall,1994 ), 200 kali (James,1985).
200-300
kali
ingat menurun, gangguan penglihatan, Karbon monoksida masuk kedalam aliran
kerusakan otot jantung, dan susunan darah melalui paru-paru dan bereaksi
syaraf pusat. Hal ini bisa menjadi dengan hemoglobin (Hb) dengan reaksi:
ancaman serius bila dibiarkan begitu saja, O2 + CO COHb + O2 (Manahan,1992).
bukan saja bagi lingkungan yang kita Carboxyhemoglobin beberapa kali
diami, lebih jauh ini bisa mengakibatkan lebih
stabil dibandingkan dengan menurunnya derajat kesehatan masyarakat oxyhemoglobin sehingga reaksi ini
dengan berjangkitnya penyakit saluran mengakibatkan berkurangnya kapasitas
pernapasan akibat polusi udara (Laporan darah untuk menyalurkan O2 kepada
Suaedi (2011)
Status Lingkungan Hidup Indonesia , maka waktu kerja semakin menurun dan 2002). akibatnya produktivitas juga berkurang.
Dampak terhadap ekonomi lebih banyak merupakan dampak turunan
METODE ANALISIS
terutama dari adanya dampak terhadap kesehatan. Dampak terhadap ekonomi
Lokasi yang diamati untuk akan
memenuhi tulisan ini adalah pada terjadinya kemacetan dan tingginya waktu
semakin
bertambah dengan
Ciawi, Cisarua dan yang dihabiskan dalam perjalanan sehari-
Kecamatan
Megamendung (gambar 1). Tiga hari. Akibat dari tingginya kemacetan dan
kecamatan ini termasuk dalam Kawasan waktu yang dihabiskan di perjalanan,
Pengelolaan Pariwisata (KPP) Puncak (Kabupaten Bogor, 2008).
Gambar 1. Peta wilayah pengamatan
Data yang digunakan dalam pustaka, serta laporan dan dokumen dari penelitian ini berupa data primer dan
berbagai instansi yang berhubungan sekunder. Data primer diperoleh melalui
dengan penulisan ini. Dalam rangka diskusi, wawancara dan pengisian
mendalami permasalahan dan mengetahui kuesioner. Data sekunder diperoleh
pendapat para pakar terhadap solusi dengan cara mencari berbagai sumber,
permasalahan ini, maka akan dilakukan seperti hasil penelitian terdahulu, studi
FGD. Data-data yang telah dikumpulkan
Analisis Situasi Pariwisata Kawasan Puncak
melalui teknik wawancara, dan kuesioner
teknik AHP.
kemudian dilakukan analisis data melalui
HASIL DAN PEMBAHASAN
2009; (3) Taman Melrimba mengalami peningkatan kunjungan wisatawan sebesar
1. Kondisi wilayah
29.32%, yaitu dari 47.023 wisatawan pada tahun 2004 menjadi 60.810 wisatawan pada
Tingkat kunjungan wisatawan kawasan tahun 2009; (4) Gunung Mas mengalami Puncak jumlahnya cukup banyak, hal ini
peningkatan kunjungan wisatawan sebesar terlihat dari kepadatan kendaraan menuju
69.01%, yaitu dari 162.840 wisatawan pada puncak terutama pada saat akhir pekan.
tahun 2004 menjadi 275.222 wisatawan Pada tabel 1 ditampilkan perkembangan
pada tahun 2009; (5) Curug Cilember pada jumlah kunjungan wisatawan dari
peningkatan kunjungan tahun 2004-2009 berdasarkan objek tempat
mengalami
wisatawan sebesar 83.47%, yaitu dari wisata yang diamati. Berdasarkan tabel 1
104.377 wisatawan pada tahun 2004 dan gambar 1 diatas, secara total terjadi
menjadi 191.503 wisatawan pada tahun peningkatan jumlah wisatawan sebesar
2009; (6) Riung Gunung mengalami 21,11% yaitu dari 1.102.680 wisatawan
peningkatan kunjungan wisatawan sebesar pada tahun 2004 menjadi 1.335.443 pada
101.36%, yaitu dari 6.451 wisatawan pada tahun 2009. Kunjungan wisatawan
tahun 2004 menjadi 12.990 wisatawan pada terbanyak pada tahun 2009 adalah menuju
tahun 2009; (7) Citamiang mengalami lokasi taman Safari Indonesia Indah, atau
peningkatan kunjungan wisatawan sebesar sekitar 47,92% dari total wisatawan yang
144.77%, yaitu dari 2.408 wisatawan pada menuju kawasan puncak. Sementara lokasi
tahun 2004 menjadi 5.894 wisatawan pada wisatawan terbanyak kedua dan ketiga
tahun 2009.
wisatawan puncak pada tahun 2009 adalah Posisi Geografis Kabupaten Bogor menuju Gunung Mas (20.61%0 dan Curug
yang berdekatan dengan DKI Jakarta, Cilember (14.34%) sedangkan lokasi yang
daerah sekitarnya paling sedikit wisatawan dikawasan puncak
Bekasi
dan
tingkat kunjungan adalah Curug Cisuren(0.11%) dan Curug
mempengaruhi
wisatawan ke kabupaten bogor khususnya Kembar (0.13%).
ke kawasan Puncak. Kunjungan wisatawan Apabila dilihat dari trend kunjungan
yang berasal dari daerah tersebut wisatawan ke kawasan puncak antara tahun
merupakan pasar aktual bagi obyek dan 2004-2009 adalah sebgai berikut: (1)
daya tarik wisata yang ada di Kabupaten Telaga Warna mengalami penurunan
Bogor. Perbedaan tipologi penduduk yang kunjungan wisatawan sebesar 69.80%,
tedapat antara daerah asal wisatawan yaitu dari 49.778 wisatawan pada tahun
dengna tipologi penduduk yang dimiliki 2004 menjadi 15.301 wisatawan pada tahun
kawasan Puncak, menjadi penyebab 2009; (2) Taman Safari Indonesia
kunjungan wisatawan.
mengalami penurunan
kunjungan
wisatawan sebesar 12.32%, yaitu dari 729.803 wisatawan pada tahun 2004 menjadi 629.892 wisatawan pada tahun
Suaedi (2011)
Tabel 1. Jumlah Kunjungan wisatawan ke berbagai obyek tujuan wisatawan dari tahun 2004 sampai tahun 2009
Obyek No
110.504 113.819 Wisata Matahari
JUMLAH 1.102.680 1.271.259 1.254.034 1.235.965 1.245.712 1.335.443
Analisis Karakteristik Wisatawan
fasilitas. Dilihat dari asal pengunjung, Hasil kajian Dwikorawati (2010)
proporsi wisatawan yang mengunjungi mengenai karakteristik wisatawan yang
kawasan wisata puncak sekitar 40% orang sedang berada pada kawasan puncak
berasal dari Jakarta Bogor. Pertanyaan selain untuk melihat
pengunjung
sedangkan pengunjung lain berasal dari profil wisatawan juga bersifat menggali
Bogor (18%), Depok (17%), Bandung pendapat dan opini mengenai berbagai
(14%), Jawa Tengah (6%), dan Sumatera permasalahan dengan pertanyaan terkait
(5%). Wisatawan lokal maupun nusantara perbandingan daya Tarik kawasan puncak
pada umumnya merupakan repeater Bogor dengan dengan kawasan lain,
(kunjungan berulang-ulang) dengan rata- image pariwisata, sejauh mana mengenal
rata frekuensi kunjungan sebesar (81%) objek wisata, masalah dan usulan
lebih dari 3 kali dan tidak menginap penanganan, kebutuhan pelayanan, dan
Analisis Situasi Pariwisata Kawasan Puncak
Pengunjung umumnya dating wistawan dalam berkunjung berkurang secara
reklame yang menggunakan kendaraan carteran, dengan
berseliweran di sepanjang jalan, trotoar teman atau kerabat (53.2%), datang
atau di lokasi obyek wisata yang tidak bersama keluarga (7.2%) atau sendiri
tertata dengan rapi.
(5.6%). Banyaknya pengunjung yang Sebanyak 20% responden lainnya dating
tentang pertumbuhan menggunakan
secara rombongan dengan
mengeluhkan
yang mengganggu disebabkan kendaraan umum ke tempat
kendaraaan
carteran
bangunan liar
keindahan, kenyamanan dan ketertiban ini relative jarang dan pada umumnya
dalam berkunjung ke lokasi obyek wisata. untuk mencapai lokasi, dari tempat
Terakhir ada sebanyak 3.33% dari pemberhentian masih harus berjalan kaki.
responden yang mengeluhkan tentang Berdasarkan data di lapangan,
banyaknya fasilitas yang tidak dipelihara dapat diketahui prosentase alasan
di kawasan puncak yang menyababkan wisatawan dalam mengunjungi obyek
berkurangnya jumlah kunjungan wistawan tujuan wisata di kawasan puncak, yaitu:
ke kawasan Puncak.
76% karena ingin melihat pemandangan, Saran yang diberikan oleh para 13% karena menganggap fasilitas
wisatawan untuk perbaikan kinerja pendukung pariwisata di kawasan puncak
pariwisata di kawasan puncak, yaitu: lengkap, 7% karena menilai kawasan
sebanyak 59% dari responden yang puncak memiliki obyek wisata yang
menyarankan agar Pemerintah Daerah beragam sehingga banyak yang dilihat
Kabupaten Bogor dapat segera menangani serta 4% karena jarak ke obyek wisata
kemacetan di kawasan puncak, kemudian dekat sehingga mudah di jangkau.
dari responden Penyebab keluhan para wisatawan
sebanyak
menyarankan agar pengusaha obyek tentang kawasan puncak, yaitu: 46.47%
wisata maupun Pemerintah Kabupaten responden menyatakan kemacetan di
Bogor dapat meningkatkan, memperbaiki kawasan puncak semakin paah sehingga
dan memelihara fasilitas yang berada menurangi jumlah kunjungan wisatawan
dilokasi obyek wisata sehingga dapat ke kawasan puncak karena takut terjebak
asesibilitas dan kemacetan dan menganggap tidak nyaman
meningkatkan
wisatawan dalam dalam berwisata ke puncak. Kemudian
kenyamanan
Sebanyak 10% dari 33.33% responden menyatakan bahwa
berkunjung.
responden menyarankan agar Pemerintah pertumbuhan PKL sangat mengganggu
Daerah, masyarakat sekitar, pengelola kenyamanan dan keindahan panorama
obyek wisata serta pengunjung dapat kawasan puncak serta menimbulkan
memelihara kelestarian lingkungan dan kemacetan dalam menuju lokasi obyek
kualitas lingkungan wisata. Selain itu, 23.33% responden
memperhatikan
setempat.
mengeluh tentang banyaknya reklame
sebanyak 3% yang simpang siur yang menyebabkan
Selanjutnya
responden, Menyarankan agar pengelola keindahan pemandangan alam di kawasan
obyek wisata dapat meningkatkan puncak terganggu dan kenyamanan
pelayanan kepada para pengunjung,
Suaedi (2011)
sehingga dapat diciptakan kesan yang menghubungkan Kota Jakarta dan menyenangkan bagi pengunjung selama
Bandung. Ditambah dengan jalan berkunjung dikawasan puncak di kawasan
alternatif lainnya, yaitu jalur lewat puncak. Terakhir, sebanyak 1% dari
Jonggol dan tol Cipularang, sehingga responden menyarankan hal-hal lain
masyarakat mempunyai empat pilihan seperti peningkatan kualitas SDM,
untuk melakukan perjalanan Bandung- penurunan tarif obyek wisata dan
Jakarta.
sebagainya. Namun dari segi, daya tarik Terdapat
pemandangan dan kelengkapan pelayanan wisatawan
berbagai
usulan
perjalanan pendukung, jalur Puncak kemacetan lalu lintas di kawasan puncak,
terhadap
permasalahan
masih lebih diminati dibandingkan yaitu: sebanyak 40% dari responden
dengan jalur lainnya. Hal ini menjadikan mengusulkan kepada Pemerintah Daerah
jalur Puncak lebih ramai dibandingkan Kabupaten Bogor untuk membuka jalan
dengan jalur lainnya.
alternative dalam upaya mengatasi Apabila disimak lebih lanjut, masalah kemacetan dikawasan puncak,
pergerakan kendaraan melewati jalur sebanyak
puncak dapat diklasifikasikan menjadi mengusulkan kepada Pemerintah Daerah
pergerakan regional Bandung-Jakarta Kabupaten Bogor untuk melakukan
yang tidak terkait tujuan berwisata pelebaran jalan-jalan utama menuju lokasi
(pergerakan menerus) dan pergerakan obyek
akibat adanya tujuan berwisata ke kemacetan khususnya pada hari libur atau
kawasan puncak Bogor dan perjalanan Sabtu-Minggu. Selanjutnya sebanyak
lokal internal antar desa atau kecamatan 35% dari responden mengusulkan untuk
sekitar. Kemacetan yang terjadi yang melakukan pengaturan lalu lintas seperti
memuncak pada akhir pekan atau pada jam buka tutup pada waktu-waktu
pada hari libur adalah implikasi dari sibuk/macet dan memberdayakan Polisi
adanya peningkatan pergerakan tujuan Lalu Lintas dalam mengatur lalu lintas
yang bercampur dengan dikawasan puncak. Sebanyak 5% dari
wisata
pergerakan regional Jakarta-Bandung. responden mengusulkan untuk membuka
Faktor terjadinya kemacetan pada jalan tol ke arah puncak guna mengatasi
jalur puncak juga disebabkan jaringan kemacetan khususnya dari Jakarta.
jalan yang berpola linier tanpa dukungan jalan-jalan pendukung (lokal/kolektor)
2. Kondisi Transportasi
yang memadai. Struktur jaringan jalan Kawasan pariwisata puncak dapat
linier dikarenakan dilalui oleh dua koridor jalan, yakni
yang
berpola
keterbatasan bentukan topografi alam koridor Bogor - Cianjur melewati
yang curam bergelombang yang tidak Kecamatan Megamendung – Ciawi -
membuat atau Cisarua dan yang kedua koridor Bogor -
memungkinkan
mengembangkan jalan baru terutama Sukabumi yang melewati Kecamatan
dalam kepentingan untuk meningkatkan Cijeruk dan Caringin. Kedua koridor
akses antar zona C, D dan A, B atau untuk tersebut menjadi jalur regional yang
mengembangkan jalan-jalan alternatif
Analisis Situasi Pariwisata Kawasan Puncak
untuk menghindari atau mengurangi
macet.
Via Cika mpek
Via Jongg ol
SISTEM JAKARTA
SISTEM
BANDUNG
VIA PUNCAK
Via Sukab umi Gambar 2. Sistem Pariwisata Terkait Sistem Transportasi Regional
Fenomena kemacetan yang terjadi Dalam perkembangan lebih lanjut akibat faktor di atas dewasa ini telah
akibat kepesatan menstimulir perkembangan guna lahan
dewasa
ini
telah mencirikan sepanjang
perkembangannya
jalan dengan indikator perubahan ciri kawasan wisata menjadi pertumbuhan rumah makan, hotel, warung
ciri perkembangan suatu kota dengan PKL yang memberi jasa pada para
perkembangan jumlah pengguna jalan Karakter topografis, pola
indikator
peningkatan kawasan jalan yang linier, dan lokasi kawasan
penduduk,
terbangun, dan perkembangan kegiatan diantara kota besar merupakan faktor
perdagangan/komersial. given (faktor yang tak dapat diubah)
Dalam perkembangannya kawasan terhadap peningkatan volume pergerakan
Puncak Bogor tidak terpisahkan dari sejalan dengan interaksi perkembangan
perkembangan wilayah eksternalnya sistem.
terkait dengan keterhubungan sistem Kota Berdasarkan jarak antara Kota
Jakarta dan Bandung. Dalam konteks Bandung - Jakarta yang sepanjang 180
sistem kota-kota terdekat, paling tidak ada Km, lokasi kawasan Puncak menjadi titik
tiga sistem kota menengah yang lelah orang dalam melakukan perjalanan
mempengaruhi yakni: Kota Bogor, Kota sehingga
Cianjur dan Kota Sukabumi. Kota Bogor beristirahat, makan, dan melepas lelah
lebih memberikan pengaruh pada bagian pada lingkungan yang berhawa sejuk dan
kawasan sebelah Utara sedangkan Kota pemandangan indah. Hal tersebut
Sukabumi dan Cianjur mempengaruhi menjadikan tumbuhnya rumah makan,
bagian Selatan kawasan. Sub Zona A1, hotel dan penginapan sepanjang jalur
A2 dan sebagian sub zona C1 bagian utara puncak dan menciptakan aglomerasi
urban dengan kegiatan. Pada dasarnya kawasan puncak
lebih
berakarakter
tumbuhnya penggunaan lahan campuran merupakan rest area raksasa yang pada
perdagangan, Industri, perumahan dan akhirnya berkembang menjadi kawasan
jasa khas pinggiran kota. Ciri khas wisata seperti dewasa ini.
sebagai kawasan wisata sama sekali tidak
Suaedi (2011)
nampak pada sub zona di atas. Zona yang didominasi restoran, hotel dan kaki lima mempunyai ciri kawasan wisata adalah
khas kawasan wisata.
zona C dan D dengan karakter relief
akan bersatunya pegunungan berhawa sejuk yang menjadi
Fenomena
Bogor-Sukabumi akibat ciri utama kawasan wisata Puncak Bogor.
koridor
perkembangan dua kota diantaranya juga Namun dalam perkembangan terlihat
akan terjadi dengan ciri perkembangan adanya
guna lahan kiri kanan koridor, namun penggunaan lahan yang pesat akibat
kecenderungan
perubahan
dengan karakter yang lebih berciri adanya pertumbuhan kawasan terbangun
perkotaan dengan dominasi kegiatan jasa perumahan,
dan perdagangan, walaupun terdapat perdagangan, bahkan pada koridor utama
beberapa hotel dan restoran. Keberadaan Puncak Cianjur dan Puncak Bogor
kawasan wisata Lido pada zona B2 cenderung
merupakan satu-satunya ciri bahwa perkembangan kawasan terbangun pinggir
kawasan tersebut adalah kawasan wisata. kiri kanan baik untuk aktifitas pariwisata
Pada dasarnya zona A dan B berada pada langsung maupun tidak. Koridor yang
lebih rendah menjadi batas blok D4, D3 yang
ketinggian
yang
dibandingkan Zona C, D sehingga merupakan jalan berliku-liku pada
berhawa kurang sejuk serta relief dan kawasan kebun teh sebetulnya berperan
topografi datar. Implikasi karakter sebagai buffer yang mencegah koridor
alamiah dan perkembangan guna lahan puncak bersatu namun perkembangan
akibar faktor perkembangan kota-kota pesat kaki lima disepanjang jalan tersebut
sekitar serta perkembangan internal yang semakin berciri permanen akan
kawasan berkaitan timbal balik pada tipe menjadikan koridor Puncak Cianjur dan
dan karakter wisatawan dimana minat Bogor bersatu. Artinya sepanjang kiri
wisata lebih kuat pada zona C dan D dari kanan jalan dari batas tapal kuda Cianjur
pada A dan B. Hawa sejuk dan relief sampai persimpangan Tol – Gadog akan
pegunungan terutama pada sub zona D4, menjadi kawasan terbangun walaupun
D3 serta adanya objek wisata alam yang dengan aktifitas dan fungsi kegiatan yang
lebih banyak merupakan faktor utama masih berciri sebuah kawasan wisata yang
daya tarik wisata dibandingkan dengan Zona A dan B.
Ciawi, Cisarua, Megamendung
Cipanas SISTEM
SISTEM JAKARTA
Gambar 3. Sistem Pariwisata Terkait Sistem Kota-Kota dan Wilayah
Analisis Situasi Pariwisata Kawasan Puncak
Dengan demikian dapat diambil dilaksanakan, karena dianggap suatu cara kesimpulan bahwa gejala ciri kawasan
yang paling tepat. Namun demikian yang semakin urbanized (berciri kota)
dengan semakin bertambahnya jumlah semakin nampak akibat pengaruh
kendaraan dan jumlah aktivitas penduduk limpahan kegiatan kota akibat adanya
disepanjang koridor jalan puncak, faktor aksesibilitas yang baik serta adanya
menambah parah kejadian kemacetan kebutuhan pada pelaku sebagai berikut:
dengan frekuensi dan intensitas kejadian
Pelayanan publik
yang tinggi, sedangkan kapasitas jalan perkotaan/pemukim
penduduk
tidak mengalami perubahan. Selain upaya menstimulasi adanya kebutuhan pasar,
lokal:
pengaturan jalan satu arah, langkah PKL pasar, perumahan, terminal,
antisipasi yang telah dilakukan pihak angkutan umum lokal, toko dan jasa
kepolisian adalah:
perdagangan umum.
1. Pemasangan CCTV pada daerah titik
Pelayanan publik pengguna jalan: rawan macet, guna percepatan menstimulasi kegiatan rest area dan
penanganan yang dilakukan oleh pendukungnya
seperti
restoran,
satuan lalu lintas.
warung PKL buah buahan dan makan,
dapat mengakses pom bensin, wartel, dan lain-lain.
2. Masyarakat
informasi jalur Puncak secara visual
melalui Hand Phone dengan fasilitas menstimulasi
Pelayanan
publik wisatawan:
CCTV yang berada di POS GADOG penginapan, restoran, obyek wisata,
kegiatan
hotel,
dengan :polres-bogor.dvrdns.org. PKL buah-buahan.
3. Penempatan POS pengamanan dan tenda di Jalur Puncak sebanyak 3 titik
4. Penempatan gardil / Cone pada
3. Hasil Wawancara
daerah titik rawan macet Berdasarkan hasil wawancara
5. Membentuk Tim Reaksi Cepat Olah dengan jajaran Polres Bogor, disampaikan
LAKALANTAS yang bahwa upaya untuk menangani kemacetan
TKP
ditempatkan di Simpang Gadog. Puncak sudah dilakukan dengan berbagai cara, namun cara yang dianggap paling
4. Analisis Stakeholder
rasional dan dapat diterapkan adalah Stakeholder adalah siapa saja yang dengan sistem buka-tutup. Sistem
berkepentingan atau terkena dampak atas pengaturan satu arah di kawasan Puncak
suatu kegiatan, di mana informasi dan telah dilaksanakan sejak tahun 1987,
peran aktif mereka sangat diperlukan namun pada saat pada hari minggu
termasuk dalam menjalankan fungsi hanya dari arah Bandung menuju Bogor.
kontrol atas pelaksanaan kegiatan. Hal ini Sejak tahun 1987 sampai dengan
perlu dilakukan karena berjalan tidaknya sekarang atau dalam kurun waktu hampir
suatu kebijakan akan ditentukan oleh
22 tahun, pelaksanaan pengaturan satu pelaku kebijakan (stakeholders) sebagai arah
komponen sistem. Karena itu fungsi
Suaedi (2011)
stakeholders harus berjalan optimal agar objek atau sasaran penelitian seperti kinerja tidak terganggu.
misalnya:
a. Pada umumnya stakeholder memiliki
kendaraan, akan kekuatan
a. Penumpang
untuk mengendalikan menerima dampak kemacetan lalu penggunaan sumberdaya seolah-olah
lintas sehingga terlambat sampai mereka tidak terkena pengaruh, tetapi
dan menderita kehidupannya
tujuan
ketidaknyamanan, terkena paparan perubahan penggunaan sumberdaya
dipengaruhi
oleh
polusi udara, mengeluarkan biaya tersebut.
transport yang lebih besar.
b. Pengemudi/pemilik kendaraan, akan kepentingan secara langsung dengan
b. Stakeholder utama memiliki kaitan
menerima dampak kemacetan lalu suatu kebijakan, program, dan proyek.
lintas sehingga terlambat sampai
c. Stakeholder pendukung (sekunder) tujuan, menderita ketidaknyamanan, tidak memiliki kaitan kepentingan
terpapar polusi udara, peningkatan secara langsung terhadap suatu
penggunaan bahan bakar, peningkatan kebijakan, program, dan proyek,
kerusakan kendaraan dan penurunan tetapi memiliki kepedulian dan
pendapatan untuk kendaraan umum. keprihatinan sehingga mereka turut
c. Masyarakat umum/pengusaha, akan bersuara dan berpengaruh terhadap
menerima dampak kemacetan lalu sikap masyarakat dan keputusan legal
sehingga dapat terjadi pemerintah.
lintas
penurunan jumlah wisatawan yang
d. Stakeholder
berkunjung ke kawasan puncak, kewenangan secara legal dalam hal
kunci
memiliki
hambatan operasionalisasi usaha, pengambilan keputusan.
ketidaknyamanan, gangguan Berdasarkan hasil pengamatan
kesehatan dan sebagainya. tersebut diperoleh beberapa stakeholder
d. Pemerintah daerah, propinsi maupun yang mempengaruhi atau terpengaruh
kebijakan dan dengan terjadinya kemacetan di Kawasan
pusat
dengan
regulasinya akan mempengaruhi dan Puncak, sebagai berikut:
dipengaruhi kondisi kemacetan lalu
1. Departemen Pekerjaan Umum/Dinas
contoh adalah Bina Marga
lintas,
sebagai
kebijakan penataan ruang dan jaringan
2. DLLAJ Kabupaten Bogor jalan, pengendalian bangunan dan
3. Polisi
usaha,
serta alokasi anggaran
4. Pengemudi Kendaraan
pemeliharaan
jalan dapat
5. Penumpang Kendaraan mempengaruhi kondisi kemacetan.
6. Pengusaha jasa wisata/hotel/restoran Sebaliknya, kemacetan lalu lintas juga
7. Masyarakat setempat.
mempengaruhi kebijakan Identifikasi stakeholder ini sangat
akan
pemerintah karena kemungkinan penting untuk melihat siapa saja yang
terjadinya penurunan pendapatan, mempengaruhi,
kualitas lingkungan, terpengaruh oleh kondisi kemacetan lalu
gangguan kesehatan masyarakat, lintas sehingga kita dapat menentukan
Analisis Situasi Pariwisata Kawasan Puncak
penurunan jumlah kunjungan wisata
di simpangan dan dan sebagainya.
pengaturan
sebagainya.
kebutuhan setiap polisi dan personil dari dinas
e. Petugas pengatur lalu lintas seperti
Analisa
stakeholder terhadap kondisi lalu lintas perhubungan, kebijakannya akan
dapat sama atau berbeda, rinciannya mempengaruhi kondisi kemacetan lalu
adalah sebagai berikut. lintas, seperti misalnya kebijakan saat ini dengan sistem buka tutup,
Tabel 1. Analisa Kebutuhan pada setiap stakeholder No.
1. Biaya pemeliharaan jalan rendah
Pekerjaan
2 Tersedianya jalan penghubung antar daerah yang berkualitas. Umum/Dinas
3. Kapasitas jalan yang ada memadai untuk para pengguna Bina Marga
jalan
2. DLLAJ
1. Lancarnya arus lalu lintas
Kabupaten
2. Rambu-rambu lalu lintas lengkap dan terpelihara. Bogor
3. Tidak terjadi kecelakaan lalu lintas
3. Polisi
1. Lancarnya arus lalu lintas
2. Rendahnya tingkat pelanggaran lalu lintas
3. Tidak terjadi kecelakaan lalu lintas
4. Pengemudi
1. Lancarnya arus lalu lintas
Kendaraan
2. Sampai ke tempat tujuan tepat waktu
3. Meningkatnya pendapatan untuk pengemudi kendaraan angkot.
4. Berkurangnya pemakaian bahan bakar
5. Berkurangnya rasa stres atau ketidaknyamanan di perjalanan.
6. Berkurangnya biaya pemeliharaan kendaraan
7. Petugas lalu lintas dapat bekerja baik
8. Tidak terjadi kecelakaan lalu lintas
9. Bertambahnya jumlah pelanggan/konsumen
5. Penumpang
1. Sampai ke tempat tujuan tepat waktu
Kendaraan
2. Berkurangnya rasa stres atau ketidaknyamanan di perjalanan.
3. Lancarnya arus lalu lintas
4. Petugas lalu lintas dapat bekerja baik
5. Tidak terjadi kecelakaan
6. Pengusaha Jasa
1. Meningkatnya pendapatan
Wisata/Hotel/
2. Lancarnya arus lalu lintas
Restoran
3. Bertambahnya jumlah pelanggan/konsumen
4. Kualitas lingkungan semakin baik, bersih, aman dan nyaman
Suaedi (2011)
Dari analisis kebutuhan terlihat bahwa individu yang terkait, mengkategorikan ada beberapa kebutuhan stakeholders
informasi, dan menjelaskan kemungkinan yang sinergis dan beberapa kebutuhan lain
konflik antar kelompok, dan kondisi yang yang
memungkinkan terjadinya trade-off. Dari permasalahan adalah identifikasi dari
kontradiktif.
Formulasi
analisis kebutuhan tersebut diatas, kebutuhan stakeholders yang kontradiktif.
diperoleh formulasi permasalahan sebagai Suatu sistem untuk mengumpulkan
berikut di tabel 2.
informasi mengenai kelompok atau
Tabel 2. Faktor Konflik antar Stakeholder
Faktor Konflik
Keterangan
Solusi Untuk Model
Pemilik usaha wisata villa Apabila kapasitas jalan (1) Meningkatkan kapasitas dan restoran menghendaki tidak
(2) Melakukan meningkatnya
diperbesar
serta jalan,
pengendalian manajemen lalu lintas, (3) kunjungan.
jumlah dilakukan
Sedangkan arus kendaraan maka akan meningkatkan persentase kapasitas jalan yang ada menimbulkan kemacetan, (%)
pemilihan moda sangat terbatas.
dampaknya
angkutan umum massal.
ketidaknyamanan, pencemaran udara dan gangguan
pengusaha angkutan umum, menurunnya citra kawasan puncak dan menurunnya penerimaan daerah.
5. Focus Group Discussion diskusi (stakeholder) yang hadir adalah: Focus Group Discussion (FGD)
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, merupakan bentuk penelitian kualitatif di
Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan mana sekelompok orang yang bertanya
Raya (DLLAJ), Satuan Polisi Pamong tentang sikap mereka terhadap produk,
Praja, Kepolisian Resort Bogor, Aparat layanan, konsep, iklan, ide, atau kemasan.
Kecamatan Cisarua, Dinas Tata Bangunan Pertanyaan
dan Permukiman, Bagian Hukum, Dinas pengaturan interaktif dimana peserta
Bina Marga dan Pengairan, Unsur LSM, bebas untuk berbicara dengan anggota
dan Unsur Pengusaha Wisata (Taman kelompok lainnya.
Wisata Matahari).
Pada saat pelaksanaan diskusi permasalahan kemacetan lalu lintas di
FGD untuk
membahas
penempatan posisi tempat duduk diatur Kawasan Pariwisata Puncak. Diskusi
mengikuti format U dengan maksud agar dimulai pada pukul 10.15 BBWI dan
semua stakeholder dapat terlihat dan berakhir pada pukul 12.45 BBWI. Peserta
bebas berdiskusi serta memberikan kesan
Analisis Situasi Pariwisata Kawasan Puncak
setara antara moderator dengan peserta kesempatan tersebut. Namun pada diskusi. Mengawali acara diskusi,
beberapa hari kemudian tokoh masyarakat moderator menyampaikan maksud dan
yang sekaligus sebagai tokoh agama telah tujuan dilaksanakan diskusi yaitu untuk
hadir ke tempat penulis dengan tujuan mengkaji perihal kemacetan lalu lintas di
memberikan saran, kritik dan pendapat kawasan Pariwisata Puncak yang semakin
mengenai kemacetan puncak khususnya parah, serta solusi penanganan saat ini
dan pembangunan kawasan pariwisata yang belum dirasakan optimal. Sesuai
Puncak pada umumnya. undangan diskusi yang telah dikirimkan,
Diskusi berjalan lancar, hampir hampir sebagian besar stakeholder
stakeholder memberikan menghadiri pertemuan ini, hanya dari
seluruh
pendapatnya baik berupa saran maupun unsur tokoh masyarakat dan pengusaha
kritik. Pendapat para stakeholder dapat angkutan tidak dapat hadir pada
dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 3. Pendapat para Stakeholder dalam forum FGD
No. Stakeholder
Pendapat
1. Dinas Kebudayaan dan Kemacetan lalu lintas menurunkan citra Pariwisata
kawasan Puncak walaupun jumlah wisatawan selalu meningkat.
Perlu penanganan kemacetan lalin yg terintegrasi dari wilayah hulu ke hilir, agar dihitung berapa LHR (lalu lintas harian) dan kapasitas tampung jalan.
2. Satuan Polisi Pamong Kemacetan lalu lintas antara lain diakibatkan Praja
banyaknya pedagang
kaki lima yg
menggunakan badan jalan. Kegiatan penertiban PKL perlu ditingkatkan Agar disediakan rest area untuk menampung
PKL yg akan ditertibkan.
3. Kepolisian
Penerapan buka tutup sudah berlangsung dari Bogor
Resort
tahun 1985. Saat ini intensitas kemacetan semakin tinggi sehingga kebijakan buka tutup sudah tidak optimal lagi.
Solusi yang paling tepat adalah dengan memperlebar jalan dan mengurangi hambatan samping.
Rambu-rambu lalu lintas perlu dilengkapi Polisi serba salah dan sering menjadi sasaran
kemarahan pengemudi, penumpang dan pengusaha wisata.
4. Aparat Kecamatan Pihak kecamatan mendukung upaya-upaya
Suaedi (2011)
No. Stakeholder
Pendapat
penanganan kemacetan lalin. Warga masyarakat selalu menyampaikan
keluhan2 karena kemacetan lalin. Mengharapkan agar dalam memberi perizinan di kawasan Puncak dikaji lebih mendalam.
5. Dinas Tata Bangunan Kemacetan lalin di kawasan puncak diperparah dan Permukiman
oleh bangunan-bangunan tidak berizin. Perlu langkah pembongkaran bagi bangunan yang tidak berizin.
6. Bagian Hukum Penegakan hukum di jalan raya dan terhadap
ditingkatkan. Kebijakan NOBAT (Nongol Babat) perlu diintensifkan.
Perlu dilakukan evaluasi terhadap perda-perda yang berkaitan dengan penataan ruang dan perizinan di Kawasan Puncak.
7. Dinas Bina Marga dan Kemacetan lalin terjadi akibat volume Pengairan
kendaraan yg melampaui kapasitas jalan. Perlu pelebaran jalan, meningkatkan jalan2 alternatif dan pembebasan hambatan samping. Sudah berulangkali mengusulkan pelebaran jalan ke Propinsi tetapi belum ada realisasinya.
8. Unsur LSM Pemerintah harus berani menolak pemohon izin dan berani membongkar vila2/bangunan milik pejabat.
Penerapan sangsi pelanggar lalu lintas maupun
perizinan agar diperketat. Usulkan pelebaran jalan ke propinsi
9. Unsur Pengusaha Kemacetan lalin mengakibatkan kerugian bagi Wisata
pengusaha wisata. Pengusaha wisata meminta kepolisian memberikan informasi jam-jam penutupan jalan yang baku agar dapat diantisipasi.
10. DLLAJ Kemacetan lalin diperparah dgn rendahnya kedisiplinan pengemudi kendaraan.
Badan jalan semakin sempit karena kendaraan menggunakan badan jalan untuk parkir. Diusulkan agar membuat cerukan sebagai tempat manuver atau parkir sementara kendaraan.
Analisis Situasi Pariwisata Kawasan Puncak
multikriteria yang dapat membantu ke- terdapat beberapa kendala yang ditemui
Selama pelaksanaan
diskusi
rangka berpikir manusia dimana faktor antara lain :
logika, pengalaman pengetahuan, emosi
1. Fokus pembicaraan sebenarnya dan rasa dioptimasikan ke dalam suatu adalah membahas kemacetan lalu
proses sistematis. Pada dasarnya, AHP lintas
merupakan metode yang digunakan untuk pendapat-pendapat lain yang
memecahkan masalah yang kompleks dan diluar dari konteks pembahasan.
tidak terstruktur ke dalam kelompok-
dengan mengatur dominan karena mereka berada
2. Pendapat dari kepolisian sangat
kelompoknya,
kelompok tersebut ke dalam suatu langsung menangani kemacetan,
hierarki, kemudian memasukkan nilai sehingga pendapat stakeholder lain
numerik sebagai pengganti per-sepsi kecenderungannya
manusia dalam melakukan perbandingan pendapat polisi.
menyetujui
relatif. Dengan suatu sintesa maka akan
3. Terdapat peserta diskusi yang dapat ditentukan elemen mana yang pasif tidak berpendapat atau
mempunyai prioritas tertinggi. kalaupun berpendapat cenderung
Hirarki masalah disusun untuk menyetujui pendapat yang lain.
membantu proses pengambilan keputusan
4. Jumlah peserta tidak seimbang, dengan memperhatikan seluruh elemen sebagai contoh polisi (yang
keputusan yang terlibat dalam sistem. mewakili
Sebagian besar masalah menjadi sulit sebanyak 6 orang sedangkan
kepolisian)
hadir
diselesaikan karena proses stakeholder yang lain hanya
untuk
dilakukan tanpa diwakili satu atau dua orang saja.
pemecahannya
memandang masalah sebagai suatu sistem Hal
dengan suatu struktur tertentu. Pada komposisi pendapat karena hampir
ini berpengaruh
pada
tingkat tertinggi hirarki, dinyatakan seluruh polisi menyampaikan
tujuan, sasaran dari sistem yang dicari pendapatnya.
sulusi masalahnya. Tingkat berikutnya
5. Budaya struktural di birokrasi merupakan penjabaran dari tujuan tampak kentara, terlihat pada saat
tersebut. Suatu hirarki dalam metode kepala dinas yang menyampaikan
AHP merupakan penjabaran elemen yang pendapat tidak ada peserta lain
tersusun dalam beberapa tingkat, dengan cenderung mengikuti/menyetujui.
setiap tingkat mencakup beberapa elemen homogen.
6. Analisis Kebijakan Menggunakan
Sebuah elemen menjadi kriteria
AHP
dan patokan bagi elemen-elemen yang Analytical Hierarchy Process
berada dibawahnya. Kriteria harus dapat (AHP) dikembangkan oleh Thomas L.
diukur dan dianalisis, baik secara Saaty pada tahun 1970-an. Metode AHP
kuantitatif maupun kualitatif dan dapat dijelaskan oleh Firdaus (2001) sebagai
dikomunikasikan. Dalam menyusun suatu berikut : Metode ini merupakan salah
hirarki tidak terdapat suatu pedoman satu model pengambilan keputusan
tertentu yang harus diikuti. Hirarki
Suaedi (2011)
tersebut tergantung pada kemampuan perbandingan (W i / W j )/1. Angka-angka penyusun
absolut pada skala tersebut merupakan permasalahan. Adapun langkah-langkah
dalam
memahami
pendekatan yang amat baik terhadap penyusunan hie-rarki adalah sebagai
perbandingan bobot elemen A 1 terhadap berikut ini:
elemen A j.
a. identifikasi tujuan keseluruhan dan subtujuan,
Tabel 4. Matriks Sub Sistem Hirarki
b. mencari kriteria untuk memperoleh subtujuan dari tujuan keseluruhan,
C A1 A2 A3 ...... An
a 13 ...... a 1n masing kriteria, dimana setiap
c. menyusun subkriteria dari masing-
A 1 a 11
a 12