MAKALAH AKUNTANSI INTERNASIONAL “Akuntansi Perubahan Harga (Inflasi)” Oleh : Latipah Rabbani 24213938 4EB28 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA TANGERANG 2013 PENDAHULUAN - MAKALAH AKUNTANSI INFLASI

MAKALAH
AKUNTANSI INTERNASIONAL
“Akuntansi Perubahan Harga (Inflasi)”

Oleh :
Latipah Rabbani
24213938
4EB28

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS GUNADARMA
TANGERANG
2013

PENDAHULUAN
Pelaporan keuangan sangat terkait dengan perubahan harga (inflasi), karena selama
periode perubahan harga tersebut laporan keuangan dapat berpotensi untuk menyesatkan
selama periode perubahan harga tersebut. Perubahan harga (inflasi) adalah suatu proses
meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan
mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi
masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau

bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang.
Inflasi merupakan fenomena dunia yang banyak terjadi di negara berkembang, namun
kecenderungan yang ada di negara maju mengadopsi “akuntansi inflasi” untuk memperbaiki
penyimpanan dari convensional historical cost accounting yang memasukkan unsur
perubahan harga dan inflasi pada pendapatan dan asset. Pengaruh inflasi terhadap posisi
keuangan dan kinerja perusahaan dapat mengakibatkan tidak efisiennya keputusan
operasional yang dibuat oleh manajer yang tidak mengerti pengaruh dari inflasi itu sendiri.
Dalam kaitannya dengan posisi keuangan, aktiva keuangan seperti nilai kas akan berkurang
nilainya selama inflasi karena menurunnya daya beli.
Perubahan harga (inflasi) dapat dipahami dalam 2 pengertian, yaitu perubahan harga
secara umum dan perubahan harga secara spesifik (khusus). Pada pembahasan dalam
makalah ini akan lebih lanjut dijelaskan secara singkat tentang bagaimana penyesuaian yang
terdapat dalam inflasi. Untuk memudahkan dalam memahaminya akan dijelaskan pula
tentang pendekatan terhadap akuntansi inflasi di beberapa negara, dalam makalah ini negara
yang akan dijadikan sebagai bagian dari pembahasan yaitu Amerika Serikat, Inggris, dan
Brazil.

PEMBAHASAN
A. Pengertian Perubahan Harga (Inflasi)
Inflasi adalah kenaikan tingkat harga barang dan jasa secara umum dan terus-menerus

dalam waktu tertentu. Dari pengertian tersebut, apabila terjadi kenaikan harga yang hanya
bersifat sementara maka kenaikan harga tersebut tidak dapat dikatakan inflasi. Inflasi
dikatakan terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus menerus dan saling
mempengaruhi.
Inflasi merupakan masalah ekonomi (peristiwa moneter) yang hampir terjadi di semua
negara di dunia. Inflasi sering diartikan sebagai suatu kecendrungan naiknya harga-harga
secara umum dalam waktu dan wilayah tertentu. Dari pengertian ini dapat diambil beberapa
hal penting dalam memahami inflasi, bahwa inflasi ini terjadi : Diwarnai kenaikan hargaharga komoditi secara umum, atau hampir semua komoditi mengalami kenaikan. Kenaikan
harga-harga karena, misalnya musiman, menjelang hari-hari besar, atau yang terjadi sekali
saja (tidak mempunyai pengaruh lanjutan) tidak dapat dikatakan sebagai inflasi.
Secara umum, perubahan harga adalah perbedaan jumlah rupiah untuk memperoleh
barang atau jasa yang sama pada waktu yang berbeda dalam pasar yang sama (masukan atau
keluaran). Karakteristik perubahan harga barang dan jasa, ada dua jenis perubahan harga
yaitu :
1.

Perubahan Harga Secara Umum
Suatu perubahan harga umum terjadi apabila secara rata-rata harga seluruh barang dan
jasa dalam suatu perekonomian mengalami perubahan. Kenaikan harga secara
keseluruhan disebut inflasi (inflation), sedangkan penurunan harga disebut deflasi

(deflation).

2.

Perubahan Harga Secara Spesifik (Khusus)
Perubahan harga spesifik mengacu pada perubahan dalam harga barang atau jasa tertentu
yang disebabkan oleh perubahan harga dalam permintaan dan penawaran.

Penyebab Inflasi
Penyebab terjadinya inflasi secara umum bisa dibedakan menjadi 2, yaitu :
1.

Demand-pull Inflation

Bertambahnya permintaan terhadap barang dan jasa menyebabkan bertambahnya
permintaan faktor‐faktor produksi. Meningkatnya permintaan terhadap produksi
menyebabkan harga faktor produksi meningkat. Jadi, inflasi terjadi karena kenaikan
dalam permintaan total sewaktu perekonomian yang bersangkutan dalam situasi full
employment. Inflasi yang ditimbulkan oleh permintaan total yang berlebihan sehingga
terjadi perubahan pada tingkat harga dikenal dengan istilah demand pull inflation.

2.

Cost-push Inflation
Inflasi ini terjadi akibat meningkatnya biaya produksi (input) sehingga mengakibatkan
harga produk-produk (output) yang dihasikan ikut naik.

Dampak Inflasi
Inflasi mempunyai dampak terhadap individu maupun bagi kegiatan perekonomian secara
luas. Dampak yang ditimbulkan dapat bersifat negatif atau pun positif, tergantung pada
tingkat keparahannya.
1.

Dampak positif
Pengaruh positif inflasi terjadi apabila tingkat inflasi masih berada pada persentase
tingkat bunga kredit yang berlaku. Misalnya, pada saat itu tingkat bunga kredit adalah
15% per tahun dan tingkat inflasi 5%. Bagi negara maju, inflasi seperti ini akan
mendorong kegiatan ekonomi dan pembangunan. Mengapa demikian? Hal ini terjadi,
karena para pengusaha/ wirausahawan di negara maju dapat memanfaatkan kenaikan
harga untuk berinvestasi, memproduksi, serta menjual barang dan jasa.


2.

Dampak Negatif
Inflasi yang terlalu tinggi membawa dampak yang tidak sedikit terhadap perekonomian,
terutama tingkat kemakmuran masyarakat. Dampak inflasi tersebut, antara lain:
 Dampak inflasi terhadap pemerataan pendapatan
 Dampak inflasi terhadap output (hasil produksi)
 Mendorong penanaman modal spekulatif
 Menyebabkan tingkat bunga meningkat dan akan mengurangi investasi
 Menimbulkan ketidakpastian keadaan ekonomi di masa depan
 Menimbulkan masalah neraca pembayaran

Cara Mengatasi Inflasi
1.

Kebijakan Moneter

Menurut teori moneter klasik, inflasi terjadi karena penambahan jumlah uang beredar.
Dengan demikian, secara teoretis relatif mudah untuk mengatasi inflasi, yaitu dengan
mengendalikan jumlah uang beredar itu sendiri. Kebijakan moneter adalah tindakan yang

dilakukan oleh Bank Indonesia untuk mengurangi atau menambah jumlah uang beredar.
Ketika jumlah uang beredar terlalu berlebihan sehingga inflasi meningkat tajam, Bank
Indonesia akan segera menerapkan berbagai kebijakan moneter untuk mengurangi
peredaran uang.
2.

Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal adalah kebijakan yang berkaitan dengan penerimaan dan pengeluaran
pemerintah. Kebijakan fiskal yang dilakukan pemerintah untuk mengurangi inflasi
adalah dengan mengurangi pengeluaran pemerintah, menaikkan tarif pajak dan
mengadakan pinjaman pemerintah.

3.

Kebijakan Non-Moneter dan Non-Fiskal
Selain kebijakan moneter dan kebijakan fiskal, pemerintah melakukan kebijakan nonmoneter/ non-fiskal dengan tiga cara, yaitu menaikkan hasil produksi, menstabilkan upah
(gaji), dan pengamanan harga, serta distribusi barang.

B. Mengapa Laporan Keuangan di Masa Perubahan Harga Berpotensi Menyesatkan
Selama periode inflasi nilai aktiva yang dicatat sebesar biaya akuisisi awalnya jarang

mencerminkan nilai terkininya (yang lebih tinggi). Nilai aktiva yang lebih rendah
menghasilkan beban yang dinilai lebih rendah dan laba dinilai lebih tinggi. Ketidakakuratan
pengukuran ini mendistorsi, (1) proyeksi keuangan yang didasarkan pada data seri waktu
historis, (2) anggaran yang menjadi dasar pengukuran kinerja, dan (3) data kinerja yang tidak
dapat mengisolasi pengaruh inflasi yang tidak dapat dikendalikan. Laba yang dinilai lebih
pada gilirannya akan menyebabkan:
1.

Kenaikan dalam proporsi pajak.

2.

Permintaan deviden lebih banyak dari pemegang saham.

3.

Permintaan gaji dan upah yang lebih tinggi dari pada pekerja.

4.


Tindakan yang merugikan dari negara tuan rumah (pengenaan pajak lebih besar).

Jika harus mendistribusikan semua laba yang dibesarkan (Dalam bentuk pajak, deviden, gaji
dan semacamnnya yang lebih besar) suatu perusahaan mungkin tidak akan memiliki cukup
sumber daya untuk mengganti aset tertentu yang mengalami kenaikan harga, seperti
persediaan, pabrik dan peralatan.

Kegagalan untuk menyesuaikan data keuangan perusahaan terhadap perubahan dalam
daya beli unit moneter juga menimbulkan kesulitan bagi pembaca laporan keuangan untuk
menginterpretasikan dan membandingkan kinerja operasi perusahaan yang dilaporkan. Dalam
periode inflasi, pendapatan umumnya dinyatakan dalam mata uang dengan daya beli umum
yang lebih rendah (yaitu daya beli perode ini), yang kemudian diterapkan terhadap beban
terkait. Biaya disajikan dalam mata uang dengan daya beli umum lebih tinggi karena
biasanya mencerminkan pemakaian sumber daya yang diperoleh dimasa lampau (misalnya
penyusutan pabrik yang dibeli 10 tahun silam) ketika daya beli unit moneter lebih tinggi.
Mengurangi biaya berdasarkan daya beli historis dari pendapatan berdasarkan daya beli kini
menyebabkan laba tidak diukur secara akurat.
Prosedur akuntansi yang konvensional juga mengabaikan keuntungan dan kerugian
daya beli yang timbul dari kepemilikan kas (ekuivalennya) selama periode inflasi. Jika kita
menahan kas selama setahun dengan tingkat inflasi 100%, maka diakhir tahun kita akan

memerlukan dua kali lipat kas untuk menyamai daya beli saldo kas diawal tahun. Hal ini
selanjutnya mempersulit pembaca laporan untuk membandingkan kinerja bisnis.
Fungsi mengakui pengaruh inflasi secara eksplisit yaitu :
1.

Pengaruh perubahan harga sebagian bergantung pada transaksi dan keadaan yang
dihadapi suatu perusahaan. Para pengguna tidak memiliki informasi yang lengkap
mengenai faktor-faktor ini.

2.

Mengelola masalah yang ditimbulkan oleh perubahan harga bergantung pada
pemahaman yang akurat atas permasalahan tersebut. Pemahaman yang akurat
memerlukan

kinerja

usaha

yang


dilaporkan

dalam

kondisi-kondisi

yang

memperhitungkan pengaruh perubahan harga.
3.

Laporan dari para manajer mengenai permasalahan yang disebabkan oleh perubahan
harga lebih mudah dipercaya apabila kalangan usaha menerbitkan informasi keuangan
yang membahas masalah-masalah tersebut.

C. Jenis-jenis Penyesuaian Inflasi
Rangkaian statistik yang bertujuan mengukur perubahan harga umum maupun khusus
biasanya tidak berjalan secara bersamaan. Setiap jenis perubahan harga memiliki pengaruh
yang berbada terhadap ukuran-ukuran posisi keuangan dan kinerja operasi suatu perusahaan

dan ditimbulkan oleh adanya tujuan-tujuan berbeda yang tersembunyi. Akuntansi untuk
laporan keuangan atas perubahan tingkatan harga umum disebut sebagai model daya beli

konstan biaya historis. Akuntansi untuk perubahan harga khusus disebut sebagai model biaya
kini.
1.

Penyesuaian Tingkat Harga Umum
Model biaya historis‐dolar konstan mempertimbangkan perubahan harga ini dengan
mengukur laba sedemikian rupa sehingga pendapatan tersebut mencerminkan jumlah
maksimum sumber daya yang dapat didistribusikan ke berbagai pihak yang berhak
selama periode tertentu, dan pada saat yang sama mempertahankan kemampuan
perusahaan untuk memperoleh jumlah barang dan jasa yang secara umum sama, pada
akhir periode, dengan jumlah barang dan jasa yang dapat diperolehnya pada awal
periode.
Singkatnya, mata uang tetap (biaya historis) adalah jumlah mata uang yang
disesuaikan dengan perubahan tingkat harga (daya beli) umum.
Indeks Harga
Angka indeks harga digunakan dalam translasi jumlah uang yang dibayarkan di periode
sebelumnya ke dalam setara daya beli di akhir periodenya (yaitu daya beli tetap biaya
historis).
Rumus yang digunakan adalah:
GPLc
× Jumlah Nominaltd=PPEc
GPLtd
Keterangan :
GPL

= Indeks harga umum

c

= Tahun berjalan

td

= Tanggal transaksi

PPE

= Setara daya beli umum

Angka tingkat harga yang disesuaikan bukan merupakan biaya kini dari pos yang
dipersoalkan, melainkan masih merupakan angka biaya historis. Angka biaya historis
hanya sekedar disajikan ulang dalam unit ukuran baru, yaitu daya beli umum diakhir
periode. Jika semua transaksi dilakukan secara seragam selama periode tertentu (seperti
pendapatan dari penjualan barang atau jasa), maka penyesuaian tingkat harga jalan pintas
dapat digunakan. Ketika menyajikan pendapatan sebagai setara daya beli akhir periode,

ketimbang menyesuaikan tingkat harga pendapatan harian (berarti ada 365 perhitungan)
kita dapat menggunakan rumus berikut :
GPLc
× Pendapatan Total=PPEc
GPLtd
2.

Penyesuaian Biaya-Kini
Model biaya kini berbeda dengan akuntansi konvensional dalam dua aspek utama yaitu
a.

Aktiva tetap dinilai berdasarkan biaya kini bukan biaya historis. Oleh karena aset
pada dasarnya sama dengan nilai diskonto kini dari arus kas dimasa depan,
pendukung model biaya kini berpendapat bahwa nilai kini memperlihatkan secara
lebih baik pengukuran pendapatan dan potensi arus kas perusahaan dimasa depan
kepada pembaca laporan keuangan.

b.

Kedua, laba didefinisikan sebagai kekayaan bersih setelah pajak dari perusahaan,
yaitu jumlah sumber daya yang dapat didistribusikan oleh perusahaan dalam suatu
periode (tanpa pertimbangan komponen pajak), namun tetap dapat mempertahankan
kapasitas produktif atau model fisik perusahaan. Satu cara untuk mempertahankan
modal adalah dengan menyesuaikan posisi aktiva bersih awal perusahaan (lewat
indeks harga khusus atau penentuan harga langsung yang sesuai, seperti harga
tagihan lancer, daftar harga dari penyedia, dan lain-lain) untuk mencerminkan
perubahan dalam ekuivalen biaya kini aktiva selama periode berjalan.

3.

Biaya Kini Disesuaikan dengan Tingkat-Harga Umum
Operasi pelaporan ketiga yang bertujuan untuk menerangkan perubahan harga ini
menggabungkan karakteristik model tingkat umum dan model biaya kini. Pengukuran
ini, disebut sebagai model biaya kini yang disesuaikan dengan tingkat harga
menggunakan indeks harga umum maupun khusus. Sesuai dengan model tingkat harga
umum, salah satu tujuan model ini adalah untuk mengungkapkan laba dan aset bersih
pada ekuivalen daya beli akhir tahun perusahaan. Laporan laba rugi juga memuat
informasi mengenai laba atau rugi daya beli pos-pos moneter induk bersih. Sesuai
dengan model biaya kini, tujuan lain model ini adalah untuk melaporkan aset bersih
perusahaan pada biaya kininya dan untuk melaporkan jumlah laba yang menggambarkan
kekayaan bersih setelah pajak.
Ciri khas dari model biaya kini yang disesuaikan dengan tingkat harga adalah
pengungkapan perubahan biaya kini dari aset moneter perusahaan setelah dikurangi

inflasi. Tujuannya adalah untuk memperlihatkan bagian perubahan nilai aset moneter
yang melebihi atau kurang dari perubahan daya beli umum. Dua pengungkapan yang
lazim dimuat dalam ekuitas pemegang saham biasanya ditafsirkan sebagai berikut :
Kenaikan aset non moneter akibat inflasi umum merupakan jumlah saldo yang harus
dimiliki perusahaan agar mampu menghadapi inflasi umum tersebut. Komponen kedua
(misalnya kenaikan harga kini yang melampaui inflasi umum) dianggap sejumlah pihak
sebagai laba modal atas aset non moneter yang belum direalisasikan. Kita berpendapat
bahwa komponen terakhir ini bukan merupakan laba, melainkan kenaikan biaya usaha
yang harus dimiliki perusahaan untuk mempertahankan kapasitas produksinya.
Group Modelo diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan, disajikan ulang
sebagai berikut :
a.

Persediaan
Pos-pos ini dinilai berdasarkan metode masuk terakhir, keluar pertama dan disajikan
ulang dengan menggunakan metode biaya penggantian atau manufaktur.

b.

Harga Pokok Penjualan
Penyajian ulang akun ini dinilai berdasarkan nilai persediaan yang dinyatakan ulang.

c.

Aktiva Tetap
Pos-pos ini dicatat berdasarkan biaya akuisisi, dan disajikan ulang dengan
menggunakan faktor inflasi yang diperoleh dari Nasional Consumer Indeks/Indeks
Harga Konsumen Umum, sehingga menjadi nilai penggantian bersih yang sesuai
ditentukan oleh penilai ahli independent pada tanggal 31 Des 20XX, dan sesuai
denga tanggal akuisisi apabila pembelian dilakukan setelah tanggal tersebut.

d.

Depresiasi
Pos ini dihitung berdasrkan nilai penyajian ulang aktiva tetap, yang dipertimbangkan
sebagai dasar, perkiraan masa manfaat ditentukan oleh penilai independent.

e.

Penyajian ulang ekuitas pemegang saham
Akun ini disajikan ulang dengan menggunakan faktor inflasi yang diperoleh dari
NCPI, menurut umur atau tanggal kontribusinya.

f.

Ketidakcukupan dalam penyajian ulang ekuitas pemegang saham
Saldo akun ini disajikan dengan penjumlahan aljabar dari hasil kepemilikan aktiva
non-moneter dan akumulasi hasil moneter ekuitas.

g.

Hasil dari kepemilikan aktiva non-moneter
Pos ini menunjukkan perubahan dalam nilai aktiva non-moneter yang disebabkan
oleh hal selain inflasi.

h.

Akumulasi hasil moneter ekuitas
Pos ini merupakan hasil yang berawal dari penyajian awal angka-angka laporan
keuangan.

Berikut adalah kebijakan akuntansinya :
 Dasar penyajian
 Komparabilitas
 Persediaan
 Aset tetap
 Penyusutan
 Penyajian uang ekuitas pemegang saham
 Defisit atas penyajian ulang ekuitas pemegang saham
 Laba atau rugi dari posisi moneter
D. Pendekatan Terhadap Akuntansi Inflasi di Beberapa Negara
Amerika Serikat
Pada tahun 1970, FASB mengeluarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(Statement of Financial Accounting StandardsSAFS) No. 33 Berjudul “Pelaporan Keuangan
dan Perubahan Harga”, pernyataan ini mengharuskan perusahaan-perusahaan AS yang
memiliki persediaan dan aktiva tetap (sebelum dikurangi dengan depresiasi) yang bernilai
lebih dari $125 juta atau total aktiva lebih dari $1 Miliar (setelah dikurangi dengan akumulasi
depresiasi) untuk selama lima tahun mencoba melakukan pengungkapan daya beli konstan
dan biaya beli konstan biaya kini. Banyak pengguna dan penyusun informasi keuangan yang
telah sesuai dengan SFAS No. 33 menemukan bahwa :
1.

Pengungkapan ganda yang diwajibkan oleh FASB membingungkan.

2.

Biaya untuk penyusunan pengungkapan ganda terlalu besar.

3.

Pengungkapan daya beli konstan biaya historis tidak terlalu bermanfaat bila
dibandingkan data biaya kini.

Inggris
Komite

Standar

Akuntansi

Inggris

(Accounting

Standard

CommitteeASC)

menerbitkan Pernyataan Standar Praktik Akuntansi 16 (Statement of Standards Accounting

Practice-SSAP 16), “Akuntansi Biaya Kini” untuk masa percobaan 3 tahun pada bulan maret
1980. SSAP 16 berbeda dengan SFAS 33 dalam 2 hal yaitu :
1.

Standar AS mengharuskan akuntansi dolar konstan dan biaya kini, SSAP 16 mengadopsi
hanya metode biaya kini untuk pelaporan eksternal.

2.

Penyesuaian inflasi AS berpusat pada laporan laba rugi, laporan biaya kini di Inggris
mewajibkan baik laporan laba rugi dan neraca biaya kini, beserta catatan penjelasan.

Standar di Inggris memperbolehkan tiga pilihan pelaporan :
1.

Menyajikan akun-akun biaya kini sebagai pelapor keuangan dasar dengan akun-akun
pelengkap biaya historis.

2.

Menyajikan akun-akun biaya historis sebagai laporan keuangan dasar dengan akun-akun
pelengkap biaya kini.

3.

Menyajikan akun-akun biaya kini sebagai satu-satunya akun yang dilengkapi dengan
informasi biaya historis yang memadai.

Brazil
Akuntansi inflasi yang direkomendasikan di Brazil hari ini mencerminkan 2
kelompok pilihan pelaporan, hukum perusahaan Brazil dan Komisi Pengawas Pasar Modal
Brazil. Penyesuaian inflasi yang sesuai dengan hukum perusahaan menyajikan ulang akunakun aktiva permanen dan ekuitas pemegang saham dengan menggunakan indeks harga yang
diakui oleh Pemerintah Federal untuk mengukur devaluasi mata uang lokal. Aktiva permanen
meliputi aktiva tetap, gedung, investasi, beban tangguhan dan deprsiasi terkait, serta akunakun amortisasi atau depresi (termasuk setiap provisi kerugiaan yang terkait). Akun-akun
ekuitas pemegang saham terdiri dari modal, cadangan pendapatan, cadangan revaluasi, laba
ditahan, dan akun cadangan modal yang digunakan untuk mencatat penyesuaian tingkat harga
terhadap modal.
E. International Accounting Standard Board (IASB)
IASB menyimpulkan bahwa laporan posisi keuangan dan kinerja operasional yang
dinyatakan dalam mata uang lokal dilingkungan hyperinflasi tidak bermanfaat. IAS 29
pelaporan keuangan dalam Perekonomian Hiperinflasi mewajibkan (dan bukan hanya
merekomendasikan) penyajian ulang informasi laporan keuangan utama. Secara khusus,
laporan keuangan suatu perusahaan yang melakukan pelaporan dalam mata uang
perekonomian hiperinflasi, apakah didasarkan pada kerangka penilaian biaya historis atau

biaya kini, harus disajikan ulang sesuai dengan daya beli konstan pada tanggal neraca.
Peraturan ini juga berlaku untuk angka-angka serupa ditahun sebelumnya. Laba atau rugi
daya beli terkait posisi kewajiban atau aset moneter bersih harus dimasukkan kedalam laba
bersih. Perusahaan pelapor juga harus mengungkapkan :
1.

Fakta bahwa penyajian ulang atas perubahan daya beli umum unit pengukuran telah
dilakukan.

2.

Model penilaian aset yang digunakan dalam laporan utama (yaitu penilaian historis atau
biaya kini).

3.

Identitas dan tingkat indeks harga pertanggal neraca, berikut pergerakkannya selama
tahun pelaporan.

4.

Laba atau rugi moneter bersih tahun berjalan.

KESIMPULAN
Perubahan harga merupakan fluktuasi pergerakan harga baik suatu peningkatan
maupun suatu penurunan. Peningkatan harga secara umum di kenal dengan istilah inflasi,
sedangkan penurunan harga secara umum dikenal dengan istilah deflasi. Perubahan harga
disini terdapat dua jenis yaitu perubahan harga umum maupun perubahan harga spesifik.
Perubahan harga umum merupakan perubahan harga secara keseluruhan komoditi, sedangkan
perubahan harga khusus merupakan perubahan harga komoditi tertentu. Pada periode
perubahan harga ini laporan keuangan sangat teramat rentan terhadap resiko penyesatan para
penggunanya. Resiko ini terjadi karena adanya ketidakakuratan pengukuran yang
menyebabkan distorsi pada proyeksi keuangan yang didasarkan pada data seri waktu historis,
anggaran yang menjadi dasar pengukuran kinerja dan data kinerja yang tidak dapat
mengisolasi pengaruh perubahan harga yang tidak dapat dikendalikan. Resiko tersebut
menimbulkan kesulitan para pembaca untuk menginterpretasikan dan membandingkan
laporan keuangan. Terdapat dua jenis metode yang dapat dilakukan untuk melakukan
penyesuaian terhadap inflasi, yaitu :
1.

Akuntansi untuk laporan keuangan atas perubahan tingkatan harga umum yang disebut
sebagai model daya beli konstan biaya historis.

2.

Akuntansi untuk perubahan harga khusus yang disebut dengan model biaya kini.

REFERENSI
Allan Moechamad Z.K, et all. 2013. Pelaporan Keuangan dan Perubahan Harga. Dalam
https://datakata.wordpress.com/2013/12/03/pelaporan-keuangan-dan-perubahan-harga/
,
diunduh pada Selasa, 2 Mei 2017.
Astri Sri Dayanti. 2015. Akuntansi Internasional : Akuntansi Perubahan Harga (Inflasi).
Dalam http://astrisridayanti.blogspot.co.id/2015/06/akuntansi-internasional-akuntansi.html ,
diunduh pada Selasa, 2 Mei 2017.
Kartika Ratna Sari. 2016. Akuntansi Internasional Bab 7. Pelaporan Keuangan dan
Perubahan
Harga.
Dalam
http://kartikaratnas.blogspot.co.id/2016/04/akuntansiinternasional-bab-7-pelaporan.html , diunduh pada Selasa, 2 Mei 2017.
Marista
Fitri.
2015.
Akuntansi
Perubahan
Harga
(Inflasi).
Dalam
http://maristafitri.blogspot.co.id/2015/06/akuntansi-perubahan-harga-inflasi.html , diunduh
pada Selasa, 2 Mei 2017.
Nur
Isnaini.
2014.
Akuntansi
Internasional.
Dalam
http://isnanaina.blogspot.co.id/2014/11/akuntansi-internasional.html , diunduh pada Selasa, 2
Mei 2017.
Sukman. 2015. Makalah Pelaporan Keuangan dan Perubahan Harga. Dalam
http://sukman21.blogspot.co.id/2015/05/makalahpelaporankeuangandan.html , diunduh pada
Selasa, 2 Mei 2017.

Dokumen yang terkait

ANALISIS KONSENTRASI GEOGRAFIS SEKTOR EKONOMI DI KABUPATEN SITUBONDO

8 229 19

ANALISIS PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH, INVESTASI SWASTA, DAN TENAGA KERJA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI EKS KARESIDENAN BESUKI TAHUN 2004-2012

13 284 6

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI DAN TINGKAT INFLASI TERHADAP DINAMIKA PENGANGGURAN DI INDONESIA DI INDONESIA

22 256 20

ANALISA BIAYA OPERASIONAL KENDARAAN PENGANGKUT SAMPAH KOTA MALANG (Studi Kasus : Pengangkutan Sampah dari TPS Kec. Blimbing ke TPA Supiturang, Malang)

24 196 2

STUDI EVALUASI KINERJA BUS EKONOMI RUTE MALANG – PROBOLINGGO

14 133 2

ANALISIS HUBUNGAN STATUS EKONOMI DENGAN KEJADIAN GANGGUAN SALURAN PERNAFASAN PADA PEKERJA TAMBANG BELERANG DI KAWAH IJEN, BANYUWANGI

9 160 23

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

ERBANDINGAN PREDIKSI LEEWAY SPACE DENGAN MENGGUNAKAN TABEL MOYERS DAN TABEL SITEPU PADA PASIEN USIA 8-10 TAHUN YANG DIRAWAT DI KLINIK ORTODONSIA RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT UNIVERSITAS JEMBER

2 124 18

HUBUNGAN ANTARA KONDISI EKONOMI WARGA BELAJAR KEJAR PAKET C DENGAN AKTIVITAS BELAJAR DI SANGGAR KEGIATAN BELAJAR KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN PELAJARAN 2010/2011

1 100 15

Analisa studi komparatif tentang penerapan traditional costing concept dengan activity based costing : studi kasus pada Rumah Sakit Prikasih

56 889 147