PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN YANG BERPUSAT PADA MAHASISWA

PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN YANG BERPUSAT PADA MAHASISWA

  (STUDENT CENTERED LEARNING (SCL) DI UNIVERSITAS Al AZHAR INDONESIA

  Kompleks Masjid Agung Al Azhar Jalan Sisingamangaraja, Kebayoran Baru

  Jakarta Selatan 12110 Telp. (021) 727 92753, 726 7272, Fax. (021) 724 4767

  Website

  P E N G A N T A R

  Kurikulum mata kuliah Program studi di UAI telah disusun dan dikembangkan bebasis kompetensi, yang mengacu pada tuntutan kemampuan dan keahlian guna memenuhi kepbutuhan kualifikasi yang dipersyaratkan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI/Indonesian Qualification Frame Work) (Peraturan Presiden RI No 8 tahun 2012) Untuk pelaksanaan Proses Pembelajaran/ Perkuliahan kirukulum yang berbasis kompetensi dan yang mengacu kepada KKNI harus dilaksanakan berupa Pembelajaran yang berpusat pada Mahasiswa/ Student Centered Learning (SCL). Untuk menunjang pelaksanaan pembelajaran “SCL” ini disusun pedomannya yang diberi judul buku: “Pedoman Pelaksanaan Pembelajaran yang berpusat pada Mahasiswa/

  Student Centered Learning (SCL) di Universitas Al Azhar Indonesia”

  Buku Pedoman ini meliputi :

  • Pendahuluan (Visi; Misi dan Tujuan UAI)
  • Dasar-Dasar Penyelenggaraan Pendidikan di UAI (Tridarma PT; Tujuh Elemen Dasar; dan Enterprising university)
  • Arah dan tujuan Pendidikan Tinggi (KKNI; Kelompok Komponen Kompetensi;

  Kompetensi Program studi dan lulusan, Acuan kompetensi KKNI level 6; Ciri kurikulum berbasis kompetensi dan Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SNPT)

  • Sistem Pembelajaran yang berpusat pada Mahasiswa (SCL) dan Pembelajaran yang berpusat pada Dosen (TCL) {SCL >< TCL}; (Klasikal/ tradisional dan individual/ kelompok; Continuous Pogress; Realisasi pelaksaan SCL)
  • Modul dengan sistim pembelajarannya. (Cara belajar dengan modul; perbandingannya dengan pembelajaran tradisional/klassikal; Ciri-ciri belajar dengan modul; Batasan Modul; Komponen modul dan Komponen Modul yang disiapkan oleh dosen).
  • Cara pelaksanaan pembelajaran dengan modul, (pelaksanaan modul di kelas; Bagan urutan pembelajaran dengan modul. Cara menyusun Lembaran Kerja= LK

  (Worksheet) modul. LK dan sumber belajar; Isi LK; Jenis, dan bagian-bagian lembaran kerja).

  • Contoh Lembaran Kerja (dua buah LK )

  (contoh LK yang diberikan adalah untuk mata kuliah Fisika Dasar elementer)

  • Turut pula dilampirkan: Contoh Format pembuatan Satuan Acara Perkuliahan (SAP) dan contoh Hubungan Tujuan/kompetensi dasar dengan Proses Pembelajaran/ PBM serta dengan Evaluasi yang diperlukan dosen dalam merencanakan Pembelajaran.

  Mudah-mudahan buku pedoman yang sederhana ini bermamfaat bagi dosen dalam merencanakan pelaksaaan pembelajaran.

  Jakarta, 10 April 2015 Ketua BPMU ttd Drs. H. Muhsin Lubis, M.Sc.

  DAFTAR ISI

  Pembelajaran Individual/Kelompok Berpusat Pada Mahasiswa = Student Centered Learning (SCL) ……………………………… C.

  6

  6

  7

  7 BAB IV SISTIM PEMBELAJARAN YANG BERPUSAT PADA MAHASISWA (SCL) DAN PEMBELAJARAN YANG BERPUSAT PADA DOSEN (TCL)..……………………………………………….

  A.

  Pembelajaran Klasikal/Tradisional (Berpusat Pada Dosen = Teacher Centered Learning = (TCL) …………………………..

  B.

   Azas Continuous Progress (Maju Berkelanjutan)…..…..………… D.

  5

  Realisasi Pengelolaan Pembelajaran Yang Berpusat Pada Mahasiswa (SCL) …………………………………………….…...

  9

  10

  11

  12

  13 BAB V APAKAH MODUL ITU DAN BAGAIMANA SITEM PEMBELAJARANNYA ……………………………………………..

  14 A. Perbandingan Cara Belajar Tradisional Dengan Cara Belajar Dengan Modul ……………………..……………………………...

  5

  Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SNPT) UAI ………………..

  PENGANTAR ……………………………………………………………………. i DAFTAR ISI ……………………………………………………………………… iii

  2

  BAB I PENDAHULUAN ………………...…………………….……………

  1 Visi, Misi dan Tujuan …………………………………………………

  1 BAB II DASAR-DASAR PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN ………...

  2 A. Tridarma Perguruan Tinggi ……………………………………….

  B.

  Tujuh Elemen Dasar ……………………………………………… C.

   Enterprising University …………………………………………...

  2

  F.

  3 BAB III ARAH DAN TUJUAN PENDIDIKAN TINGGI …………………….

  5 A. Arah Tujuan Pendidikan Tinggi Dilihat Dari KKNI ……………...

  B.

  Pengertian Dan Kelompok Elemen Kompetensi …….…………… C. Kompetensi Program Studi Dan Lulusan ………...….…………… D.

  Acuan Kompetensi Prodi (S1) Adalah KKNI Level 6 Setara S1 dan D IV ….…………….................................................................

  E.

  Ketentuan Dan Ciri Kurikulum Berbasis Kompetensi …...……….

  14

  B.

  15 Ciri-Ciri Pembelajaran Individual/ Kelompok Dengan Modul …...

  C.

  16 Batasan Modul …………………………………………………….

  D.

  17 Komponen-Komponen Modul ………….………………………… E. Komponen Modul Yang Disiapkan Dosen Sebagai Sarana Belajar

  Mahasiswa …………………………………...……………………

  18 BAB VI CARA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DENGAN MODUL ...

  19 A.

  19 Pelaksanaan Modul Pada Pertemuan Kelas ……………………….

  B.

  Bagan Urutan Penggunaan Komponen Modul Pada Proses Pembelajaran ………………………………………………………

  20 BAB VII CARA MENYUSUN LEMBARAN KERJA/ WORKSHEET- MODUL ………………………………………………………………

  21 A.

  21 Pengertian Pembelajaran Mandiri/ Berpusat Pada Mahasiswa …… B.

  21 Lembaran Kerja (LK = Worksheet)……...………………………...

  C.

  23 Bagian – Bagian Lembaran Kerja ………………………………… D.

  23 Pentingnya Urutan Yang Logis Dalam Lembaran Kerja (LK) …… Contoh Lembaran Kerja ………………………………………………………...…

  25 Contoh Satuan Acara Perkuliahan (SAP) ……………………………………...…

  29 Contoh Hubungan Tujuan, Proses Pembelajaran dan Evaluasi …………………...

  30

  

PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

YANG BERPUSAT PADA MAHASISWA

(STUDENT CENTERED LEARNING (SCL)

  

DI UNIVERSITAS Al AZHAR INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN Universitas Al Azhar Indsonesia yang didirikan dengan keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Nomor 135/D/O/2000 tanggal 10 Agustus 2000 telah

  menetapkan Visi, Misi, dan tujuannya Sebagai berikut:

  

VISI

  Menjadi universitas terkemuka dalam membentuk manusia unggul dan bermartabat, yang memiliki kemampuan intelektual berlandaskan nilai-nilai spiritual, moral dan etika Islami.

  

MISI

  (1) Meningkatkan kualitas pendidikan, penelitian dan pelayanan kepada masyarakat dengan menerapkan kaidah Enterprising University;

  (2) Menjalin kemitraan dengan institusi yang relevan baik di dalam maupun di luar negeri;

  (3) Menumbuhkembangkan nilai-nilai universal Islam dalam pembentukan karakter bangsa.

  TUJUAN

  (1) Menghasilkan lulusan yang bermartabat relevan dengan kebutuhan masyarakat yang memiliki intelektualitas, daya saing, kreatif, inovatif, berjiwa entrepreneur, dilandasi nilai-nilai luhur Islam;

  (2) Meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia yang profesional dan kompeten dalam bidang masing-masing;

  (3) Meningkatkan pelayanan prima kepada semua pemangku kepentingan, terutama sivitas akademika dan pemakai jasa pendidikan;

  (4) Mengintegrasikan nilai-nilai universal Islam dalam kegiatan tri dharma terutama terhadap sivitas akademika;

  (5) Menerapkan sistem tata pamong yang akuntabel, transparan sesuai prinsip Good

  University Governance;

  (6) Membina kerjasama quadrapel antara akademi, pemerintah, dunia industri dan dunia usaha untuk pengembangan universitas.

BAB II DASAR-DASAR PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN Dalam usaha mencapai Visi Misi dan tujuan UAI, penyelenggaraan pendidikan di Universitas Al Azhar Indonesia, mengikuti sepenuhnya ketentuan-ketentuan yang

  ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang disimpulkan dalam

  

Tridarma Perguruan Tinggi. Dalam perjalanan selanjutnya UAI melengkapi dirinya

  dengan 2 (dua) prinsip dasar khusus yaitu “Tujuh Elemen Dasar” dan “Enterprising

  

University. Semua materi perkuliahan dalam penyelenggaraan pembelajaran, masing-

masing kelompok mata kuliah diintegrasikan dengan nilai-nilai islami.

  A. Tridarma Perguruan Tinggi

  Perguruan Tinggi sebagai institusi pendidikan berkewajiban menyelenggarakan Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, yang dikenal sebagai Tridarma Perguruan Tinggi. (UU Sistem Pendidikan Nasional, pasal 20 ayat 2) Darma pertama, pendidikan, adalah penyelenggaraan perkuliahan yang teratur ditata dalam kurikulum khusus untuk jenis pendidikan yang diselenggarakan dengan pembebanan perkuliahan yang dinyatakan dalam Sistem Kredit Semester (SKS). Program pendidikan sarjana strata satu (S1) diselenggarakan dalam 4 tahun atau 8 semester dengan beban perkuliahan setara dengan 144 SKS.

  Darma kedua, penelitian yang diwajibkan kepada dosen atau mahasiswa atau dosen bersama mahasiswa adalah pengembangan ilmu pengetahuan (bagi dosen) atau pelatihan melaksanakan penelitian (bagi mahasiswa). Darma ketiga, pengabdian kepada masyarakat adalah kegiatan membantu masyarakat dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan menerapkan hasil- hasil penelitian. Dengan melaksanakan tiga darma ini, lulusan diharapkan memiliki bekal untuk menimba, mengembangkan dan memberdayagunakan ilmu.

  B. Tujuh Elemen Dasar

  Sebagai Perguruan Tinggi yang ingin berdiri di garis depan dan dalam usahanya meningkatkan daya saing lulusannya. Sejak pendiriannya UAI merencanakan memberikan landasan khusus kepada mahasiswanya dengan kelompok perkuliahan yang disebut “Tujuh Elemen Dasar” yang meliputi: (1) Nilai-nilai Islam, (2) Kepemimpinan, (3) Kewirausahaan, (4) Manajemen, (5) Kemitraan, (6) Bahasa Asing dan (7) Teknologi Informatika. Penyelenggaraan perkuliahan yang terkait dengan tujuh elemen dasar dikelompokkan sebagai berikut:

  • nilai-nilai Islam.

  MK Pendidikan Agama dan Integrasi Nilai-Nilai Islam yang berisi materinya

  • tentang materi kepemimpinan, kewirausahaan, manajemen dan kemitraan.

  MK Penumbuhan Jiwa Kepemimpinan dan Karakter Korporasi (JK3) berisi

  • terapan.

  MK Pengantar TIK Terapan berisi materi tentang informatika dan komunikasi

  MK Bahasa Asing terdiri dari bahasa inggris (speaking) dan bahasa arab.

  • Adapun penjabaran pemberdayaan ketujuh elemen dasar tersebut dijelaskan sebagai berikut: Elemen dasar yang pertama: (1) nilai-nilai Islam.
  • Elemen dasar yang pertama ini adalah landasan utama dalam merencanakan dan melaksanakan semua kegiatan untuk mencapai keberhasilan yang bermartabat. Dalam kaitan dengan tujuan ini UAI memperkenalkan dan mendorong mahasiswanya beserta seluruh sivitas akademika dan para karyawannya untuk mempelajari, mendalami dan menerapkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari.
  • Manusia dalam usaha mengembangkan dan mempertahankan hidupnya sebenarnya adalah seorang Pemimpin dan Wirausahawan, baik bagi kelompoknya, masyarakatnya, keluarganya maupun bagi dirinya sendiri. Berkaitan dengan kenyataan ini UAI memberikan bekal kepada alumninya agar dapat menjadi Pemimpin yang memiliki karakter wirausaha atau sebagai Wirausahawan yang mempunyai jiwa kepemimpinan.

  Dua elemen dasar berikutnya: (2) kepemimpinan dan (3) kewirausahaan.

  • Keberhasilan Manusia baik sebagai Pemimpin atau sebagai Wirausahawan sangat terbantu oleh adanya manajemen yang sesuai dan mitra yang tepat, handal dan terpercaya. Dalam hal ini, UAI berusaha menumbuhkan kesadaran kepada mahasiswanya bahwa kemungkinan keberhasilan akan lebih besar bila semua langkah dilakukan berdasarkan penataan atau manajemen yang sesuai dan dalam pelaksanaannya menyertakan jaringan mitra strategis yang handal dan dapat dipercaya.

  Dua elemen dasar berikutnya: (4) manajemen dan (5) mitra strategis.

  • asing.

  Dua elemen dasar yang terakhir: (6) teknologi informatika dan (7) bahasa

  Teknologi informatika dan bahasa asing (bahasa inggris dan bahasa arab) sangat membantu meningkatkan efisiensi dan keefektifan dalam menjalankan kegiatan- kegiatan yang diperlukan untuk mempercepat dan mengakuratkan komunikasi, pengumpulan informasi dan pengolahan data. Dalam kaitan ini UAI mendorong mahasiswanya agar tumbuh keinginan untuk mendalami dan menguasai kedua elemen dasar ini.

C. Enterprising University

  Dengan cita-cita menjadikan UAI sebagai Universitas yang unggul dalam membentuk manusia bermartabat, seluruh stakeholder bertekad untuk mendorong UAI menjadi

   Enterprising University, yang ditandai dengan tiga unsur utama, yaitu unsur

  

“excellent, unsur equity dan unsur entrepreneurship”. Peng-artian ketiga unsur

  tersebut adalah sebagai berikut: 1.

  Unsur Excellent diartikan sebagai sifat yang selalu mengejar ke-Unggul-an, 2. Unsur equity diartikan sebagai dasar pelaksanaan langkah yang selalu memperhatikan nilai-nilai yang berke-Adil-an dan,

  3. Unsur Entrepreneurship diartikan sebagai naluri kewirausahaan atau naluri keber-Ihtiar-an, suatu naluri untuk mengejar keberhasilan. Ketiga unsur disingkat (UAI)

  Sudah barang tentu dalam pelaksanaan penyelenggaraannya ketiga unsur tersebut saling berkaitan, tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dalam kaitan ini UAI berusaha agar ketiga unsur tersebut excellent, equity dan

  

entrepreneurship atau unggul, adil dan ikhtiar menjadi dasar dalam penyelenggaraan

  semua kegiatan di UAI. Dalam menuju enterprising university, disamping pembudayaan ketiga unsur utama tersebut, seluruh penyelenggaraan kegiatan di UAI didukung dengan sistem teknologi terkini.

BAB III ARAH DAN TUJUAN PENDIDIKAN TINGGI A. Arah Tujuan Pendidikan Tinggi Dilihat Dari Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI/ Indonesian Qualification Frame Work) Arah tujuan pendidikan tinggi mengacu pada kemampuan yang diperlukan lulusan

  dalam KKNI sesuai peraturan Presiden No. 8 tahun 2012, dalam ketentuan umum disebutkan:

  1. Capaian pembelajaran adalah kemampuan yang diperoleh melalui internalisasi pengetahuan, sikap, keterampilan, kompetensi, dan akumulasi pengalaman kerja.

  2. Pengalaman kerja adalah pengalaman melakukan pekerjaan dalam bidang tertentu dan jangka waktu tertentu secara intensif yang menghasilkan kompetensi.

  3. Ijazah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan bentuk pengakuan atas capaian pembelajaran yang diperoleh melalui pendidikan.

  4. Penyetaraan capaian pembelajaran yang dihasilkan melalui pengalaman kerja dengan jenjang kualifikasi pada KKNI mempertimbangkan bidang dan lama pengalaman kerja, tingkat pendidikan serta pelatihan kerja yang telah diperoleh.

  5. Penyetaraan capaian pembelajaran yang dihasilkan melalui pendidikan dengan jenjang kualifikasi pada KKNI

B. Pengertian Dan Kelompok Elemen Kompetensi (Kemendiknas 232/U/2000

  

1. Kelompok MPK (Pengembangan Kepribadian)  Kelompok bahan kajian dan

  Kelompok elemen atau rumpun kompetensi pendidikan dikelompokkan sebagai berikut:

  

2. Kelompok MKK (Keilmuan dan Keterampilan)  Kelompok bahan kajian dan

  pelajaran yang ditujukan terutama untuk memberikan landasan penguasaan ilmu dan keterampilan tertentu;

  

3. Kelompok MKB (Keahlian Berkarya)  Kelompok bahan kajian dan pelajaran

  yang bertujuan menghasilkan tenaga ahli dengan kekaryaan berdasarkan ilmu dan keterampilan yang dikuasai;

  4. Kelompok MPB (Perilaku Berkarya)  Kelompok bahan kajian dan pelajaran

  yang bertujuan membentuk sikap dan perilaku yang diperlukan seseorang dalam berkarya menurut tingkat keahlian berdasarkan ilmu dan keterampilan yang dikuasai;

  Pasal 1 Dan Pasal 8) Kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggung jawab, yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu (Kepmendiknas 045/2002)

  pelajaran untuk mengembangkan manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, berkepribadian mantap, dan mandiri serta mempunyai rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan;

5. Kelompok MBB (Berkehidupan Bermasyarakat)  Kelompok bahan kajian

  dan pelajaran yang diperlukan seseorang untuk dapat memahami kaidah berkehidupan bermasyarakat sesuai dengan pilihan keahlian dalam berkarya.

  C. Kompetensi Program Studi Dan Lulusan 1. Kurikulum program studi wajib merumuskan kompetensi atau learning outcomes lulusannya dengan mengacu pada KKNI dan pada rumusan kompetensi

  hasil kesepakatan forum program studi sejenis yang melibatkan dunia profesi dan stakeholders.

  2. Kompetensi lulusan suatu program studi terdiri dari kompetensi umum, kompetensi utama, dan kompetensi khusus.

  Kompetensi umum dicapai  mata kuliah umum

   Kompetensi utama  penciri suatu program studi

   Kompetensi keahlian  penciri perguruan tinggi sesuai visi dan misinya,

   dicapai melalui mata kuliah Keahlian

  D. Acuan Kompetensi Program Studi (S1) adalah KKNI level 6 setara S1 dan D IV

  1. Mampu mengaplikasikan bidang keahliannya dan memanfaatkan IPTEKS pada bidangnya dalam penyelesaian masalah serta mampu beradaptasi terhadap situasi yang dihadapi;

  2. Menguasai konsep teoritis bidang pengetahuan tertentu secara umum dan konsep

  teoritis bagian khusus dalam bidang pengetahuan tersebut secara mendalam, serta mampu memformulasikan penyelesaian masalah prosedural;

  3. Mampu mengambil keputusan yang tepat berdasarkan analisis informasi dan data, dan mampu memberikan petunjuk dalam memilih berbagai alternatif solusi secara mandiri dan kelompok; Bertanggung jawab pada

  pekerjaan sendiri dan dapat diberi tanggung jawab atas pencapaian hasil kerja organisasi.

E. Ketentuan Dan Ciri Kurikulum Berbasis Kompetensi

  1. Kurikulum perguruan tinggi dikembangkan dan dilaksanakan berbasis kompetensi.

  2. Kerangka dasar dan struktur kurikulum pendidikan di UAI dikembangkan

oleh program studi yang bersangkutan dengan melibatkan asosiasi profesi,

  instansi pemerintah terkait, serta kelompok ahli yang relevan, melalui forum program studi sejenis.

  3. Menyatakan kompetensi secara jelas dari proses pembelajaran

  4. Proses pembelajaran memberi bekal kepada tercapainya kompetensi dan berfokus

  pada mahasiswa (Student Centered Learning) 5. Lebih mengutamakan kesatuan penguasaan ranah kognitif, psikomotorik dan afektif.

  6. Proses penilaian lebih ditekankan pada kemampuan untuk mendemonstrasikan kognitif, psikomotorik dan afektif.

F. Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SNPT) UAI

  Standar Nasional Mutu pendidikan Tinggi ( SNPT) di UAI didasarkan atas PP Nomor 19 tahun 2005 dan Permendikbud RI No. 49 tahun 2014 dimana delapan standar Nasional Pendidikan (SNP) berdasarkan PP 19/2005 harus ditambah dua Standar Nasional Pendidikan Tnggi (SNPT) khusus bagi Perguran Tinggi yaitu (1) Standar Nasional Penelitian, dan (2) Standar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat.

  Sehingga jumlah standar mutu untuk Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SNPT) yang diwajbkan oleh Dikti adalah 10 (sepuluh) standar. Disamping itu UAI menambahkan 3 (tiga) standar mutu khusus untuk UAI, yaitu (1) Standar Budaya Institusi dan (2) Standar “Sustainability“ Ketahanan Institusi UAI serta (3) Standar Inovasi dan Kerjasama. Sehingga SNPT yang menjadi sasaran penjaminan mutu UAI adalah tiga belas standar mutu pendidikan. Ketiga belas standar mutu UAI inilah yang menjadi sasaran pencapaian mutu tolok ukur keberhasilan pencapaian tujuan.

13 Standar Mutu ( SNPT-UAI ) adalah sebagai berikut: STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN NO

  KETERANGAN TINGGI ( SNPT) UAI

  1 Standar Isi

  2 Standar Proses (Pembelajaran)

  3 Standar Kompetensi Lulusan Sasaran Mutu (SNP)

  4 Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan yang diharuskan oleh Dikti (PP Nomor 19

  5 Standar Sarana dan Prasarana tahun 2005)

  6 Standar Pengelolaan

  7 Standar Pembiayaan

  8 Standar Penilaian

  9 Standar Nasional Penelitian Permendikbud R.I.

  No.49 tahun 2014

  10 Standar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat

  11 Standar Inovasi dan Kerjasama Bidang Sasaran Mutu

  12 Standar Ketahanan Institusi yang ditambahkan oleh UAI

  13 Standar Budaya institusi Pencapaian Mutu Pendidikan di UAI dilaksanakan oleh Badan Penjaminan Mutu Universitas (BPMU) bekerja sama dengan Program studi dan Koordinator Kendali Mutu yang merupakan pelaksana system penjaminan mutu Fakultas dan Program studi.

  Untuk pelaksanan Monitoring dan Evaluasi Mutu dan penentuan nilai komponen standar mutu telah diatur sesuai dengan pedoman system penjaminan, mutu yang ada yaitu : 1.

  Buku Pedoman Pelaksanaan Penjaminan Mutu Internal , dan 2. Buku Pedoman Penilaian Standar Mutu Internal Program Studi.

BAB IV SISTIM PEMBELAJARAN YANG BERPUSAT PADA MAHASISWA (SCL) DAN PEMBELAJARAN YANG BERPUSAT PADA DOSEN (TCL) Sistem Pembelajaran atau Proses Pembelajaran di UAI adalah menerapkan pendekatan

  (approach) Pembelajaran yang berpusat /berpokus pada mahasiswa (Student centered learning = SCL). Pada sistem ini para mahasiswalah yang aktif belajar untuk mencari/ mempelajari

  ilmu pengetahuan yang diperlukan sedangkan dosen adalah sebagai fasilisator. Para

  mahasiswa secara otomatis belajar sesuai dengan sarana pembelajaran yang ada yaitu berupa Lembaran Kerja/ Worksheet; video; menggunakan website atau lembaran tugas. Para mahasiswa dengan alat belajar yang ada, langsung belajar mencari pengetahuan/keterampilan yang diperlukan,dari buku-buku teks/ referensi yang telah ditetapkan oleh dosen. Sebelum Pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa (SCL) ini dibahas lebih jauh ada baiknya sistem pembelajaran ini kita perbandingkan dulu dengan Sistem pengajaran atau pembelajaran yang berpusat pada dosen (Teacher centered learning = TCL) Sistem pembelajaran yang berpusat pada dosen yang dipandang sebagai pembejaran tradisional dengan pendekatan klasikal dinilai sudah kurang sesuai, dengan kebutuhan masyarakat Indonesia yang sedang berkembang. Bermacam-macam usaha dilakukan untuk memperbaharui sistem pendidikan kita. Ada yang melalui kurikulum, metode, alat dan metode pembelajaran dan sebagainya. Meskipun usaha-usaha pembaharuan di bidang pembelajaran baik disekolah maupun Perguruan Tinggi yang dilakukan ada hasilnya,namun masih tetap bercorak tradisonal dan klasikal.

  Ada juga para ahli pendidikan di Indonesia yang berpendapat bahwa kualitas pembelajaran dalam pendidikan dapat diatasi melalui perbaikan materi (contents) dan atau metode

  penyampaian (delivery system / methods pembelajaran di kelas.

  Namun kedua macam usaha ini masih tetap kurang berperan mengubah pembelajaran tradisional itu apabila sistem pembelajaran yang klasikal tidak diubah. Apa yang dimaksud dengan pembelajaran klasikal tradisional atau Pembelajaran yang berpusat pada Dosen dan apa kelemahan-kelemahan serta bagaimana mengatasinya, berikut ini akan dijelaskan.

  A.

  

Pembelajaran Klasikal/ Tradisional (Berpusat Pada Dosen = Teacher Centered

Learning = TCL) Pembelajaran klasikal adalah pembelajaran yang diberikan kepada sekelas atau serombongan mahasiswa secara bersama-sama.

  Pembelajaran tradisional ini menggunakan metode klasikal. Apakah metode klasikal itu? Metode klasikal adalah: “procedures designed for use in teaching more then one

  person at a time ”.

  Pembelajaran dan metode klasikal ini biasanya dipertentangkan dengan pengajaran kelompok kecil dan pendekatan individual. Adapun ciri-ciri pembelajaran klasikal/ tradisional adalah: Dosen menghadapi kelas yang terdiri dari sejumlah mahasiswa yang rata2 sebaya.

  • Pada waktu yang sama dosen memberikan materi kuliah yang sama kepada semua
  • mahasiswa di dalam kelas, dan mereka mengerjakan tugas yang sama dan secara bersama-sama pula.
  • akhir semester sebagian besar mereka naik tingkat secara bersama-sama pula; kecuali beberapa mahasiswa yang gagal harus tetap mengulang mata kuliah yang tidak lulus.

  Pada awal semester, kelas itu memulai program secara bersama-sama dan pada

  1. Dasar pikiran sistem pembelajaran klasikal adalah:

  Oleh karena kelas itu terdiri dari mahasiswa yang sebaya padahal mereka itu relative memiliki perhatian, minat, pengalaman dan taraf kepandaian yang sama pula, maka kepada mereka dapat diberikan program pembelajaran yang sama dan dikenai tuntutan-tuntutan yang sama pula. Dalam sistem ini diakui adanya perbedaan perseorangan diantara mahasiswa dalam satu kelas, tetapi perbedaan perseorangan itu dianggap tidak penting. Sistem pembelajaran klasikal lebih menitikberatkan persamaan daripada perbedaan di antara mahasiswa dalam kelas.

  2. Berbagai kelemahan Sistem pembelajaran klasikal : Pertama, pembelajaran klasikal ini mengabaikan perbedaan individual.

  Dalam kenyataan beberapa mahasiswa dalam kelas ada yang lebih cepat dari teman-temannya. Diantara mahasiswa di dalam kelas terdapat perbedaan kemampuan kebutuhan, minat, pengalaman yang berasal dari lingkungan sosial mereka masing-masing. Oleh karena itu dalam proses belajar mereka memperlihatkan arah dan irama yang berbeda. Dalam pembelajaran klasikal perbedaan-perbedaan itu diabaikan. Akibatnya mahasiswa yang cepat belajarnya harus menunggu temannya sehingga mereka menjadi bosan atau mengacau di dalam kelas. Sebaliknya mahasiswa yang lambat belajar selalu tertekan karena harus mengejar ketinggalannya. Masalah perbedaan minat mahasiswa terhadap pelajaran tertentu juga tidak teratasi pada pembelajaran klasikal ini.

  Kedua, dalam pembelajaran klasikal potensi-potensi dalam diri mahasiswa tidak

  Dalam memberikan pengertian tentang pembelajaran individual/kelompok atau Pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa ini, dapat diberikan dua batasan:

  Selanjutnya pengertian pembelajaran individual yang digunakan dalam tulisan ini adalah pengertian yang kedua ini yaitu :

  

setiap saat dalam proses belajarnya, itulah hal-hal yang paling berharga bagi dirinya

sebagai individu.

Pengajaran individual/kelompok merupakan usaha untuk menyajikan kondisi-

kondisi belajar yang optimum bagi masing-masing individu.

  adalah pembelajaran yang diselenggarakan sedemikian rupa sehingga tiap-tiap mahasiswa/ kelompok terlibat

  

kecepatan masing-masing danmateri pengajaran disesuaikan dengan kebutuhan

dan kesanggupan mahasiswa masing-masing. Kedua, Pembelajaran individual /kelompok

  kepada mahasiswa seorang-seorang/ atau sekelompok, sebagai lawannya adalah pembelajaran klasikal seperti yang disebut pada bagian sebelum ini. Dengan bentuk pembelajaran perorangan ini tiap-tiap mahasiswa/kelompok dapat belajar menurut

  Pertama, Pembelajaran individual/kelompok adalah pembelajaran yang diberikan

  

Pembelajaran Individual/ Kelompok Yang Berpusat Pada Mahasiswa ( Student

Centered Learning – SCL).

  dapat dikembangkan secara optimal. mahasiswa yang cerdas sebenarnya dapat belajar lebih cepat dan materi yang lebih banyak dari program yang disediakan oleh dosen tetapi pembelajaran klasikal ini tidak mampu melayani hal ini. Hal ini merupakan pemborosan pengembangan potensi sumber daya manusia. Di pihak lain mahasiswa yang lambat cenderung akan menjadi drop outs.

  B.

  harus mampu melatih mahasiswa untuk mampu belajar sendiri/ mandiri. Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan yang ditemukan tadi para ahli pendidikan kita dapat mengembangkan konsep pembelajaran individual/kelompok.

  Independent study tidak bisa berkembang pada pembelajaran klasikal, hal inilah yang merupakan kelemahan fundamental, sebab belajar itu sebenarnya pada akhirnya berarti belajar sendiri atau Lembaga pendidikan /Perguruan Tinggi

  memang cara ini paling mudah untuk memelihara ketertiban kelas. Akibatnya mahasiswa sangat tergantung; kurang inisiatif tidak dilatih untuk berdiri sendiri dalam hal belajar.

  learning ). Kegiatan belajar cenderung lebih banyak diberikan dosen karena

  dosen berperan dominan (pembelajaran berpusat pada dosen = teacher centered

  Ketiga, dalam pembelajaran klasikal mahasiswa cenderung bersikap pasif, sedang

  

Pengertian pembelajaran individual menurut Russel ini bukan hanya semata-

mata pembelajaran yang hanya ditujukan kepada seorang-seorang saja, melainkan pembelajaran itu dapat saja ditujukan kepada sekelompok

mahasiswa, namun dengan tetap mengakui dan melayani perbedaan-perbedaan

  perseorangan mahasiswa sedemikian rupa sehingga pembelajaran itu memungkinkan berkembangnya potensi masing-masing mahasiswa secara optimal.

  Cita-cita sistem pembelajaran individual ini pun mungkin tidak akan dapat dicapai secara murni karena keterbatasan, dalam waktu, biaya, peralatan dan kemampuan dosen untuk mengenal semua kebutuhan mahasiswanya.

  Dasar pemikiran pembelajaran individual yang disebut sebagai pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa = SCL, ialah adanya pengakuan terhadap perbedaan individu pada masing-masing mahasiswa.

  Untuk merealisasikan pengakuan perbedaan individual itu dalam program pembelajaran di Perguruan Tinggi maka asas kurikulum harus menganut continuous

  progress atau maju berkelanjutan.

C. Azas Continuous Progress (Maju Berkelanjutan)

  Continuous Progress adalah asas kurikulum yang memungkinkan peserta didik secara individual atau kelompok secara kontinyu mengikuti program pendidikan yang

  bertujuan tercapainya pertumbuhan dan perkembangan pribadi secara optimal, sehingga mahasiswa yang cepat dan cerdas tidak dihambat karena menunggu teman yang lambat, atau mahasiswa yang kurang cerdas tidak harus mengikuti kecepatan anak yang lebih berbobot dalam kemampuan dan minatnya untuk suatu bidang

   kegiatan pendidikan.

  Menurut E.R. Howard bahwa secara ringkas continuous progress dapat dirumuskan: “The term continuous Progress is usually used to designate the type of flexible curriculum”, dimana dalam proses pembelajaran itu mahasiswa mengikuti irama perkembangan masing-masing.

  Dalam organisasi kurikulum asas continuous progress ini dapat dilaksanakan dengan tehnik akselerasi dan atau tehnik pengayaan (enrichment).

  Tehnik akselerasi ini memungkinkan mahasiswa dapat melanjutkan tugas ke pembelajaran berikutnya setelah dapat menyelesaikan tugas-tugas sebelumnya tanpa menunggu teman-temannya yang akan menyelesaikan tugas yang serupa.

  Tehnik pengayaan (enrichment) ini memungkinkan mahasiswa memperoleh

  tambahan belajar, baik secara kuantitatif maupun kualitatif, sesuai dengan kemampuan masing-masing setelah yang bersangkutan menyelesaikan semua tugas kuliah yang dipersyaratkan kepadanya.

  Perbedaan tehnik akselerasi dan tehnik pengayaan adalah:

  Pada tehnik akselerasi kemajuan belajar mahasiswa adalah mengikuti jalur vertikal (dengan memberikan materi pembelajaran berikutnya ) sedangkan pada tehnik pengayaan kemajuan belajar mahasiswa mengikuti jalur horizontal ( mahasiswa yang telah selesai program belajar pertama, diberikan program pengayaan /tambahan secara paralel). Sebagai effect dalam pelaksanaan kedua teknik tersebut adalah sebagai berikut: Pada tehnik akselerasi ini, dimungkinkan mahasiswa yang cepat akan dapat menyelesaikan program studinya lebih singkat dari yang biasanya. Misalnya seorang mahasiswa dapat menyelesaikan program S-1 kurang dari 8 semester. Pada tehnik pengayaan, mahasiswa tetap terikat pada tingkat semesternya hingga mahasiswa yang cepat tidak mungkin dapat naik tingkat mendahului temannya, Sisa waktunya akan diisi dengan berbagai kegiatan pengayaan yang sifatnya memperluas atau memperdalam materi program studi pokok yang telah diselesaikannya. Sehingga mereka akan lebih kaya dalam pengetahuan, pengalaman dan keterampilan dari pada teman-temannya yang tidak mengambil program pengayaan ini.

  D.

  

Realisasi Pengelolaan Pembelajaran Yang Berpusat Pada Mahasiswa (Student

Centered Learning)

  Dalam penelolaan pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa (SCL) yang cendrung melayani mahasiswa individual/kelompok,dosen akan mengalami kesulitan, karena banyaknya variasi perbedaan individual mahasiswa dalam satu tingkat kelas. Untuk itu perlu didisain beberapa kelompok belajar antara lain:

  Achievement groupin, non grading system, pembelajaran dengan modul/menggunakan paket pembelajaran, atau bentuk pembelajaran individual lainnya.

  Melalui achievement grouping variasi perbedaan individual di suatu kelas akan dapat dibatasi sesuai dengan banyaknya kelompok yang dibentuk berdasarkan kemampuan. Pada achievement grouping ini mahasiswa dikelompokkan berdasarkan tingkat kemajuan masing-masing. Pengelompokkan ini dapat bersifat heterogen maupun bersifat homogen: − Pengelompokkan secara heterogen dimana dosen sekaligus menghadapi beberapa kelompok yang berbeda tingkat kemampuan masing-masing mahasiswa. − Pengelompokkan secara homogen dimana dosen hanya menghadapi satu kelompok tertentu yang sama tingkat kemampuannya.

  Sebagai salah satu cara / realisasi pembelajaran individual/kelompok ataupun sistem pembelajaran “Student Centered Learning“ (SCL) dapat dilakukan adalah

  Pembelajaran dengan menggunakan paket belajar atau disebut modul (modular insruction).

BAB V APAKAH MODUL ITU DAN BAGAIMANA SISTEM PEMBELAJARANNYA Untuk dapat mengenal modul dalam batasan, ciri-ciri dan bagaimana unsur-unsur modul

  itu kita lihat dulu bagaimana perbandingan antara cara belajar tradisional yang klasikal yaitu pembelajaran yang berpusat pada dosen (teacher centered learning) dengan cara belajar dengan modul yang bersifat pengajaran individual atau pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa (student centered learning).

  A.

  

Perbandingan Cara Belajar Tradisional Dengan Cara Belajar Dengan Modul

  Untuk melihat cara manakah yang lebih efisien dan efektif dari kedua cara ini kita coba memperbandingkan keduanya.

  teacher’s centered learning)

  1. Belajar dengan cara tradisional (pada a.

  Mahasiswa lebih banyak mencatat dan mendengarkan b.

  Kemampuan mahasiswa selalu dianggap sama c. Mahasiswa diajar secara klasikal d.

  Penilaian terhadap kemajuan mahasiswa selalu bersamaan e. Dosen menjadi pusat/sumber belajar dan memberi ceramah f. Belajar/mengajar terikat pada ruang kelas.

  2. Belajar dengan modul (pada student centered learning): a.

  Mahasiswa belajar sendiri dengan modul dan mahasiswa dapat lebih aktif dalam proses pembelajaran dan menjadi titik pusat kegiatan belajar mengajar.

  b.

  Mahasiswa dibina sesuai tingkat kemampuannya baik individual maupun kelompok.

  c.

  Penilaian terhadap kemajuan mahasiswa secara individual/kelompok d.

  Dosen berfuingsi sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran .

  e.

  Belajar mengajar tidak terlalu terikat pada ruang kelas 3.

   Pembelajaran dengan modul ternyata lebih baik dalam hal-hal berikut : a.

  Memberi motivasi belajar yang kuat untuk mencapai tujuan pembelajaran dan minat mahasiswa meningkat dalam proses pembelajaran.

  b.

  Mahasiswa dapat belajar menurut kecepatan belajar masing-masing, sehingga mahasiswa yang cepat tidak terhambat oleh mahasiswa yang lambat, sebaliknya mahasiswa yang lambat tidak merasa tertekan untuk mengejar mahasiswa yang cepat.

  c.

  Dosen mempunyai waktu,membantu mahasiswa yang mempunyai kesulitan belajar d.

  Mahasiswa lebih memungkinkan dapat menerapkan hasil belajarnya pada situasi kehidupan nyata dengan menyimpulkan sendiri prinsip dan konsep dalam situasi yang menyerupai situasi kehidupan sebenarnya dari pada hanya sekedar menghafalkan saja. e.

  Mahasiswa dapat memperoleh informasi berulang-ulang tentang kemajuan belajarnya karena mereka harus memperbaiki semua kesalahanyang mereka alami dalam pembelajaran.

  f.

  Dosen akan menggunakan metode-metode belajar yang paling efisien seperti melalui buku, kertas LK, hardcopy, e-learning; internet, website dan sebagainya.

B. Ciri-Ciri Pembelajaran Individual/Kelompok Dengan Modul

  Disini dicoba memberikan beberapa ciri-ciri pembelajaran dengan modul: 1.

  Modul merupakan paket pembelajaran yang bersifat self instructional. Pengajaran modul menggunakan paket pembelajaran yang memuat konsep atau unit dari bahan pembelajaran. Mahasiswa diberi kesempatan belajar menurut irama dan kecepatan masing-masing. Dasar pengembangan modul ialah bahwa pembelajaran dengan modul itu merupakan proses yang harus dilakukan oleh mahasiswa sendiri.

  2. Pengakuan atas perbedaan-perbedaan individual.

  Pada pembelajaran klasikal, perbedaan individual tidak mungkin mendapat pelayanan yang semestinya dari dosen, pembelajaran cenderung menyamaratakan, perbedaan perorangan yang mempunyai pengaruh penting terhadap proses pembelajaran yaitu perbedaan kemampuan intelektual, perbedaan latar belakang akademik dan perbedaan gaya belajar. Modul yang bersifat self instructional itu sangat sesuai untuk menanggapi kebutuhan dan perbedaan individual mahasiswa. Sehingga sebagian modul disusun untuk diselesaikan oleh mahasiswa secara perseorangan, dan ada pula disusun untuk diselesaikan oleh mahasiswa dalam bentuk kelompok.

  3. Rumusan tujuan pembelajaran secara eksplisit.

  Tiap modul memuat rumusan tujuan pembelajaran yang spesifik. Rumusan tujuan ini sangat berguna bagi penyusunan modul, bagi dosen dan bagi mahasiswa sendiri untuk mengarahkan proses belajar mereka.

  Rumusan tujuan ini berguna juga buat menyusun item tes guna mengevaluasi hasil belajar mahasiswa.

  4. Penggunaan berbagai macam media (multimedia) Pengajaran dengan modul dapat menggunakan berbagai macam media guna menanggapi perbedaan-perbedaan mahasiswa terhadap berbagai media pembelajaran. Media yang digunakan antara lain: a.

  Bahan Cetakan : buku modul,buku teks/referensi yang ditetapkan, atau didownload dari internet dengan website dan sebagainya.

  b.

  Bahan Visual /Audio: diagram, foto, slide, website dan rekaman/tape,dan sebagainya.

  c.

  Benda/alat Tiruan atau benda yang sebenarnya d.

  Interaksi langsung antara dosen dengan mahasiswa dan antara sesama mahasiswa.

  5. Partisipasi mahasiswa.

  Parrtisipasi dari pada mahasiswa, dapat dicapai; karena dengan pembelajaran dengan modul ini mahasiswa secara aktif berpartisipasi dalam proses belajar, sedangkan kalau dengan tehnik ceramah perhatian anak hanya mampu ditarik sekitar 10% dari jumlah mahasiswa di kelas.

  6. Adanya reinforcement langsung terhadap response mahasiswa, dimana mahasiswa secara langsung dapat mengetahui jawaban-jawaban yang benar dalam kegiatannya, dan juga mendapat koreksi langsung terhadap kesalahan yang dilakukan mahasiswa dapat secara langsung dan terus-menerus mencocokkan hasil pekerjaannya dengan kunci jawaban yang ada. Hal ini tentu tidak terjadi pada pengajaran klasikal biasa.

  Sekarang kita lihat apa batasan modul itu? C. Batasan Modul

  Yang kita maksudkan dengan modul adalah Modul pembelajaran (instructional module). Selanjutnya untuk memudahkan, kita sebut saja dengan singkat Modul. Di bawah ini disajikan beberapa buah definisi tentang modul.

  1. Menurut James D. Russel “A module is an instructional package dealing with a

  single conceptual unit of subject matter. It is an attempt to individualize learning by enabling the student to master one unit of content before moving to anothe r” 2.