pendekatan fungsional struktural berkala parson

Nama

: Wisnu Bagaskara

Nim

: 3401412128

Rombel

:3

Mata Kuliah : Teori Sosiologi Modern

BAB X. INTEGRASI DAN KETERATURAN SOSIAL
DALAM MASYARAKAT: PENDEKATAN FUNGSIONAL
I.

PARSONS: DARI TINDAKAN SOSIAL KE SISTEM SOSIAL
Pason menjadi tokoh yang termuka dari pendekatan fungsional dalam sosiologi di


Amerika selama bertahun tahun. Pada dasarnya perspektif fungsional parson mengenai sistem
sosial didasarkan pada teori tindakan sosial . Dalam analisanya yang terakhir, sistem – sistem
sosial terbentuk dari tindakan – tindakan individu.
1. Riwayat Hidup Dan Karir Parson
Talcott Parsons lahir tahun 1902, putra seorang pendeta. Ia sarjana di Kolase Amherst,
mengambil spesialisasi biologi. Pada waktu itu juga ia berminat pada pemikiran sosial
ekonomi , yang kemudian dikejarnya dengan mengikuti pasca sarjana di London School Of
Economic, setelah itu ia bertolak ke jerman, dimana ia berkenalan dengan Marx. Pada tahun
1927, ia memperoleh gelar doktornya di Universitas Heidelberg dengan disertasinya
mengenai ide – ide ilmu sosial di jerman, khususnya Weber, Werner Sombart, dan Marx
mengenai kapitalisme.
Parson Menyebut dirinya sebagai “ahli teori yang sakit”(incirable theorist). ia
membuktikan dirinya pada perkembangan teori besar yang memandang remeh sebagian
besar pekerjaan mengumpulkan dan menganalisa data empiris. seperti profesi medis, politik
dll. Malahan bidang – bidang yang bersifat substantif ini dianalisisnya dalam suatu bentuk
abstrak, gaya yang tidak memperlihatkan pengumpulan dan analisa data empiris.
Selama pertengahan akhir tahun 1960-an dan selama 1970-an, pengaruh parson mulai
berkurang. Sebagian karena adanya kekacauan politik dan sosial di tahun tersebut. sebagian
juga karena munculnya perspektif teoritis lainnya seperti sosiologi radikal dan teori konflik.


2. Teori Tindakan Sosial Voluntaristik
Dalam analisisnya, Parsons banyak menggunakan kerangka alat tujjuan (means-ends
framework). Yang inti pemikirannya tersebut bahwa : (1) Tindakan itu diarahkan pada
tujuannya/memiliki suatu tujuan, (2) tindakan terjadi dalam suatu situasi, dimana beberapa
elemennya sudah pasti, sedangkan elemen lainnya bertindak sebagai alat menuju tujuan
tersebut, (3) Secara normatif tindakan itu dilihat sebaai satuan kenyataan sosial yang paling
kecil dan paling fundamental. Komponen dassar tindakan sosial adalah tujuan, alat, kondisi,
norma.
a. Positivisme Versus Idealisme
Pada positivisme, lebih menekankan metode ilmiah sebagai kunci untuk menjelaskan
perilku manusia, dimana terkandung di dalamnya suatu model perilaku manusia yang
bersifat deterministik. Sedangkan idealismemenekankan pada pentingnya mengerti
keseluruhan etos budaya suatu masyarakat, ide dan nilainya, norma, dan semangat(Geist)
umumnya sebagai satuan cara yang valid untuk memperoleh pemahaman tentang
masyarakat.
b. Penolakan Pareto Terhadap Model Rasional
Pareto mengembangkan perspektif positivisme anti intelektual. Pareto tidak percaya pada
model perilaku manusia yang rasional, sebaliknya, ia berpendapa bahwa sebagian besar
perilaku manusia bersifat tidak logis. pembedaan logis tidaknya melalui apakah suatu
hubungan intrinsk dapat diperlihatkan apakah alat yang digunakan mencapai suatu tujuan ,

dan tercapainya tujuan itu secara aktul atau tidak. Menurut definisinya tujuan akhir itu tidak
diarahkan ke tercapainya tujuan lain, tapi dinilai demi tujuan itu sendiri.
c. Transisi Dorkheim Ke Idealisme Sosiologis
Parsons berusaha menunjukkan bahwa Durkheim bergeser dari posisi positivis selama
karirnya ke posisi yang mendekati idealisme sosiologis.
3. Orientasi Subyektiv dalam Hubungan Sosial: Variabel – Variabel Berpola
Teori Parsons yang umum sifatnya (general theory) mengenai tindakan sosial meneknkan
orientasi subyektiv yang mengendalikan pilihan – pilihan individu. Prinsip dasar ini menurut
parsons bersift universal dan mengendalika semua tipe perilaku manusia, tanpa memandang
konteks sosial budaya tertentu.

a.
b.
c.
d.
e.
4.

Afektivitas Versus Netralitas Afektiv
orientasi-diri Versus Orientasi kolektif

Universalisme Versus Partikularisme
Askripsi Versus Prestasi
Spesifitas Versus Kekaburan
Strategi Analisa Struktural – fungsional
Strategi dasar pendekatan ini adalah (1) mengidentivikasi persyaratan – persyaratan

fungsional yang pokok dalam sistem yang sedang dipelajari itu dan (2) menganalisa struktur
– struktur tertentu dengan mana persyaratan – persyaratan fungsional ini terpenuhi.
a. Persyaratan Fungsional untuk Masyarakat
untuk meneliti proses atau mekanisme yang menghasilkan kesesuaian. yaitu konsep
internalisasi dan institusional.
b. Struktur – struktur Institusional yang Perlu dalam Masyarakat
Ada 4 struktur di dalamnya yaitu : Struktur Kekerabatan, Struktur Prestasi Instrumental
dan Strativikasi, Teritorialitas, kekuatan dan integrasi dalam Sistem Kekuasaan, Agama dan
Integrasi Nilai.
5. Perkembangan Kerangka A-G-I-L
Pada dasarnya AGIL ialah seperangkat empat Fungsional yang harus dipenuhi ole sistem
sosial, yaitu : Adaptation, Goal Attainment, Integration, Latent Pattern Maintenance.
a. Gerakan – Gerakan Tahap dalam A-G-I-L
Suatu tahap penyesuaian terhadap keadaan genting dari situasi dimana tenaga harus

dikerahkan dan alat yan perlu untuk mencapai tujuan itu harus disiapkan.
b. Hirarki Kontrol Budaya
Sistem budaya merupakan orientasi nilai dasar dan pola normatif yang dilembagakan
dalam sistem sosial dan diinternalisasikan dalam struktur kepribadian para anggotanya.

6. Kerangka A-G-I-L Diterapkan Pada Masyarakat
Digunakan untuk menganalisa interelasi antar pola – pola institusional utama dalam
sistem – sistem sosial yang lebih besar, seperti masyarakat.
a. Pertukaran Subsistem
Dinamika sistem itu dapat digambarkan menurut transaksi input dan output melintasi
batas – batas subsistem dan subsubsistem. Terletak pada arti simbolis yang ada di dalamnya.
b. Media Pertukaran Antara Subsistem
Parsons dan Smelser megembangkan ide pertukaran kembar yang melintasi batas – batas
subsistem yang dibuat melalui media pertukaran umum.
7. Diferensiasi Struktural dan Perubahan Sosial
Karena tingkat generalisasinya yang tinggi, Model AGIL dapat dengan mudah untuk
digunakan untuk membandingkan tipe sistem yang berbeda atau tahap yang berbedadalam
sejarah suatu masyarakat.
I.


MERTON DAN FUNGSIONALISME TARAF – MENENGAH
Merton mengemukakan bahwa para ahli sosiologi haris lebih maju lagi dalam

meningkatkan disiplinya dengan mengembangkan “teori – teori taraf – menengah” (theories
of midle range) dari pada teori – teori besar, sekurang – kurangnya pada tahap kematangan
disiplin ilmu itu sendiri.
1. Strategi Dasar dari Analisa Fungsional Taraf – Menengah
Bagi Merton pendekatan fungsional bukanlah suatu teori komprehensif dan terpadu,
melainkan suatu strategi untuk analisa. Strategi ini merupakan suatu titik tolak yang
memberikan bimbingan, tetapi teori taraf menengah yang dikembangkan dari titik tolak ini
harus mampu berada dalam kesatuannya sendiri yang didukung oleh data empiris yang
sesuai.

Motif (atau orientasi subyektif)

Tindakan

Konsekuensi untuk suatu sistem sosial

2. Disfungsi Laten, Masalah Sosial, dan Perubahan Sosial

Konsep disfungsi sangatlah berguna dalam mengembangkan suatu pendekatan
fungsional terhadap masalah sosial dan perubahan sosial. Satu hasil dari akumulasi
konsekuensi disfungsi adalah bahwa struktur kompensatif dapat dibentuk unuk menetralisasi
atau menghilangkannya.
3. Contoh – Contoh Teori Fungsional Taraf – Menengah
a. Struktur sosial dan Anomi
Menurut Merton ia menganggap bahwa anomie dan perilaku menyimpang di masyarakat
amerika merupakan hasil dari ketehangan – ketegangan tertentu dalam struktur sosial. Ada
ketidaksesuaian untuk kelompok populasi tertentu antara tujuan keberhasilan materil dan
okupasional yang ditekan yang diteknkanoleh kebudayaan, dan alat institusional yang
tersedia untuk mencapai tujuan tersebut. Singkatnya kebudayaan Amerik mendorong semua
orang dalam masyarakat untuk menghargai sukses dalam bidang okupasional dan uang,
tanpa memandang latar belakang kelas sosial ekonominya.
b. kepribadian Birokratis
Organisasi birokratis sangat menyesuaikan diri dengan peraturan dan prosedur yang
dibuat secara formal. Menurut merton kaum birokrat itu akhirnya melihat kepatuhan
terhadap peraturan sebagai tujuan dan akibatnya mereka tidak mampu untuk menjawab
tantangan situasi baru secara fleksibel.
c. teori Kelompok Referens
kelompok referens adalah kelompok yang merupakan dasar, bagi seseorang untuk

penilaian diri, perbandingan, dan bimbingan normatif.