Pengaruh pendekatan contextual teaching and learning terhadap hasil belajar siswa kelas 5 pada sistem pernapasan manusia

(1)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Fathi Maulawi

109018300044

JURUSAN/PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

i

pernapasan manusia”. Skripsi, Progran Studi Pendidikan Guru Madrasah

Ibtidaiyah, Jurusan Kependidikan Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap hasil belajar siswa pada konsep sistem pernapasan manusia. Metode penelitian yang digunakan adalah metode quasi eksperimen. Penelitian ini dilakukan di SDN Cinangka 02 Sawangan. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen yang berjumlah 40 siswa dan kelompok kontrol yang juga berjumlah 40 siswa. Kelompok eksperimen adalah kelompok yang diajarkan dengan pendekatan CTL, sedangkan kelompok kontrol adalah kelompok yang diajarkan secara konvensional. Instrumen penelitian yang digunakan adalah instrumen tes. Berdasarkan analisis data menggunakan uji-t yang dilakukan pada taraf kepercayaan 95% menunjukkan bahwa hasil belajar IPA siswa yang diajarkan pendekatan CTL diperoleh nilai thitung sebesar 3.38 dan ttabel sebesar 1,99. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara pendekatan pembelajaran Contextual Teaching and Learning terhadap hasil belajar siswa.


(6)

ii

Department of Islamic Education, Faculty of Tarbiyah and Teahing, State Islamic University (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

This study aims to determine the effect of the approach Contextual Teaching and Learning (CTL) to the learning outcomes of students respiratory system in humans. The method used is a quasi-experimental methods. This study was conducted in SDN Cinangka 02. The sample in this study consisted of two groups: the experimental group numbering 40 students and the control group were also numbered 40 students. The experimental group is the group that CTL approach, while the control used approach conventional group. The research instrument used was a test instrument. Based on data analysis using t-test conducted on the level of 95% indicates that the learning outcomes of students who are taught science approach CTL obtained tcount of 3.38 and ttable of 1.99. It

can be concluded that there is significant relationship between learning approach Contextual Teaching and Learning on student learning outcomes.

Keywords: Contextual Teaching and Learning approach, students learning outcomes.


(7)

iii

telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Pendekatan Contextual Teachingand Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas 5 Pada Konsep Sistem Pernapasan Manusia”.

Salawat serta salam tidak lupa penulis curahkan kepada junjungan kita nabi besar Muhammad S.A.W yang telah menjadi uswah bagi pengikutnya, sehingga dapat melahirkan peradaban baru di dunia ini, yaitu peradaban Islam yang tidak pernah lekang oleh zaman.

Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi syarat pencapaian gelar Sarjana Pendidikan Islam (SP.d.) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidatullah Jakarta. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:

1. Prof.Dra.Nurlena Rifai,Ph.D,M.A.,Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatulllah Jakarta.

2. Fauzan M.A., Ketua Jurusan/Prodi Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,sekaligus Dosen Pembimbing Skripsi II.

3. Dra.Raudah.M.A Dosen Penasehat Akademik Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang selalu memberikan bimbingan dan motivasinya. 4. Meiry Fadilah Noor, M.Si., dosen pembimbing Skripsi I, yang telah bersedia

meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahan dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.

5. Kepala Sekolah SD Negeri Cinangka 02 Sawangan Bapak Aska yang telah mengizinkan saya untuk melakukan penelitian di sekolah yang beliau pimpin.


(8)

iv

memberikan ilmunya sehingga penulis mampu menyelesaikan perkuliahan ini dengan sebaik-baiknya.

8. Terisitimewa untuk orang tua tercinta, Ayahanda Matnuh dan Ibunda,Siti Saforuh S.Pd., yang selalu mendo’akan dan memberikan kasih sayang, semangat serta dukungan yang tiada henti-hentinya.

9. Adik-adik tersayang, Sahid, Fajar Rahmattulloh, Faiz Biamrilah yang selalu setia memberikan dukungan dan do’anya disetiap saat.

10. Kakak-kakak tersayang, Dewi Nuzulah, Neneng dan Ferdi kosasih yang selalu setia memberikan dukungan dan do’anya disetiap saat.

11. Teman-teman sepejuangan PGMI: Deni, Agi, Imam, Agus, Maulana, Akbar, Surur, Adit, Herey, Eko, Izet, Wajito, Angga dan Wahyu

12. Keluarga Besar ANEX yang selalu setia membantu dalam mengerjakan skripsi

13. Kelurga Besar HIMATAI yang banyak memberikan ilmu dan pengalaman berharga kepada penulis.

14. Sahabatku di PGMI 2009 yang selalu setia memberikan semangat serta perhatian yang tak terhingga, saat bersama kalian merupakan saat yang tidak akan pernah terlupakan dalam hidup ini dan semoga kehangatan kita tidak berhenti sampai di sini.

15. Fahrudin, Solihin, Bangga, Zainal, Fauzi, Dani, Imam dan Hendra terima kasih atas tempat kosannya yang selalu saya singgahi untuk mengerjakan skripsi.

Serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, semoga bantuan, bimbingan, semangat, do’a dan dukungan yang diberikan pada penulis di balas oleh Allah S.W.T. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, semua itu dikarenakan keterbatasan pengalaman


(9)

v

Jakarta, 03 Maret 2014


(10)

iv

ABSTRAK --- i

ABSTRACT --- ii

KATA PENGANTAR --- iii

DAFTAR ISI --- iv

DAFTAR TABEL --- vii

DAFTAR GAMBAR --- viii

DAFTAR LAMPIRAN --- ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. ManfaatPenelitian ... 5

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA KONSEP ... 7

A. Pendekatan Pembelajaran Contextual Teaching and Learning ... 7

1. Pengertian Pendekatan Pembelaajaran(CTL) ... 7

2. Komponen-komponen CTL ... 9

3. Penerapan Pendekatan Kontextual di kelas ... 13

4. Perbedaan Pola pembelajaranKontextual dengan Pembelajaran Konvensioal 5. Menyusun Rencana Pelakasaan Pembelajaran Kontektual ... 16

B. Hasil Belajar... 17

1. Pengertian Hasil Belajar ... 17

2. Domain Hasil Belajar . ... 18

3. Faktor Yang Mempengaruhi Hasil belajar ... 19

C. Hakikat IPA ... 17


(11)

v

1. Alat-alat pernapasan pada Manusia... 24

2. Proses pernapasan Pada Manusia ... 25

3. Ganguan-ganguan Pernapasan Pada Manusia. ... 26

E. Hasil Relavan ... 27

F.Kerangka Pikir ... 30

G.Pengajuan Hipotesis ... 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 33

A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 33

B. Metode dan Desain Penelitian ... 33

C. Populasi dan Sampel... 34

D. VariabelPenelitian ... 35

E. Teknik Pengumpulan Data ... 35

F. Instrumen Penelitian ... 35

G. Uji Coba Instrumen Tes... 36

a. Daya Pembeda ... 37

b. Validitas Instrumen Pilihan Ganda ... 38

c. Reliabilitas Instrumen ... 39

d. Taraf Kesukaran ... 40

H. Teknik Analisis Data ... 34

1.Uji Prasyarat Analisis Data Kuantitatif ... 41

a.Uji Normalitas ... 41

b.Uji Homogenitas ... 43

2.Pengujian Hipotesis ... 45

a.Hipotesis Statistik ... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 46

A. Deskripsi Proses Pembelajaran. ... 46


(12)

vi

C. Hasil Analisis Data Tes ... 48

1. Pengujian Prasyarat Analisis Data ... 48

a. Uji Normalitas Pretest ... 49

b. Uji Normalitas Postest ... 49

c. Uji Homogenitas Pretest ... 50

d. Uji Homogenitas Postest……… 2. Pengujian Hipotesis ... 51

a. Uji Hipotesis Prestest Kelompok Eksperimen danKontrol ... 51

b. Uji Hipotesis Postest Kelompok Eksperimen danKontrol ... 52

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 52

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 51

A. Kesimpulan ... 58

B. Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 59


(13)

vii Tabel

3.1 Nonrandomized Control Group Pretest and Posttest Design ... 28

3.2 InstrumenKisi-Kisi Soal ... 31

3.3 Interprestasi Reliabilitas ... 33

3.4 Klasifikasi Indeks Kesukaran Soal ... 34

3.5 Klasifikasi Daya Pembeda ... 35

3.6 RekapituasiAnalisisButirInstrumen ... 36

3.7 Contoh Tabel Uji Liliefors……… 4.1 Data Hasil Pretest Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 42

4.2 Data Hasil Posttest Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 43

4.3 Hasil Uji Normalitas Pretest kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 44

4.4 Hasil Uji Normalitas Postest kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 44

4.5 Hasil Uji Homogenitas Pretest kelompok Eksperimen dan Kontrol. ... 45

4.6 Hasil Uji Homogenitas Postest kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 45

4.7 Hasil Uji-t data Pretest kelompok Eksperimen dan Kontrol ... .46


(14)

viii Gambar


(15)

ix

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen. ... 2. Rencana Pelakanaan pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol. ... 3. Kisi-kisi Istrumen Tes Hasil Belajar. ... 4. Soal Uji Coba Instrumen Penelitian Tes Hasil Belajar. ... 5. Soal Instrumen Penelitian Pretest dan Postest. ...

6. Lembar Kerja Siswa. ... 7. Daftar Nilai Kelompok Kontrol. ... 8. Daftar Nilai kelompok Eksperimen. ... 9. Tabel Perhitungan Distribusi Frekuensi Kelompok Kontrol ... 10. Tabel Perhitungan Distribusi Frekuensi Kelompok Eksperimen ... 11. Normalitas Data Skor Kelompok Kontrol... 12. Normalitas Data Skor Kelompok Eksperimen. ... 13. Uji Homogenitas prestest. ...

14. Uji Homogenitas postest. ...

15. Uji Hipotesis prestest. ...


(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sebagai satu lembaga pendidikan formal, sekolah sebagai pusat pendidikan formal merupakan perangkat masyarkat yang diserahi kewajiban pemberian pendidikan dan bertanggung jawab untuk mendidik dan menyiapkan siswa agar berhasil menyesuaikan diri di masyarakat dan memecahkan berbagai masalah yang dihadapinya. Sekolah tidak bisa melepaskan diri dari kehidupan masyarakat dan mempunyai tanggung jawab untuk membantu para siswa baik sebagai pribadi maupun sebagai calon masyarakat. Pembelajaran yang dilakukan guru terhadap siswa dalam bentuk apapun merupakan aktivitas yang akan membantu dalam menyelenggarakan pendidikan sekolah dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.1

Pembelajaran merupakan suatu sistem yang unsur-unsurnya saling berinteraksi.Keberhasilan pembelajaran antara lain ditentukan oleh keterampilan guru dalam memilih dan menerapkan metode yang tepat dan strategi pembelajaran yang digunakan untuk peserta didik.2Belajara dalah proses berpengalaman secara langsung, melalui proses berpengalaman itu diharapkan perkembangan siswa secara utuh, yang tidak hanya berkembang dalam aspek kogniti fsaja, tetapi juga aspek ekafektif dan juga psikomotor.3 Pendidikan sebagai usaha suatu bentuk kegiatan manusia dalam kehidupnya juga menepatkan tujuan sebagai sesuatu yang hendak dicapai,baik tujuan yang dirumuskan itu bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang

1

M Alisuf Sabri.Pengantar Ilmu Pendidikan.(Jakarta:UIN Press).2005 hal 26 2

Noor Alfu Laila. PengaruhP endekatan CTL(Contextual Teaching and Learning) Terhadap Hasil Belajar Membaca Pemahaman B ahasa Indonesia Siswa kelas IV SD.Cakrawala

Pendidikan. no 3. 2009.

3

WinaSanjaya.StrategiPembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.Jakarta:Kencana.hal 255.


(17)

dibentuk secara khusus untuk memudahkan pencapaian tujuanyang lebih tinggi. Begitu juga dikarenakan pendidikan merupakan bimbingan terhadap perkembangan manusia menuju kearah cita-cita tertentu, maka yang merupakan masalah pokok bagi pendidikan ialah memilih arah atau tujuan yang ingin dicapai.

Sejauh ini, pembelajaran masih didominasi pemandangan bahwa pengetahuan sebagai fakta untuk dihapal. Pembelajaran tidak hanya difokuskan pada pemberian pembekalan kemampuan pengetahuan yang bersifat teoretis saja, akan tetapi bagaimana agar pengalaman belajar yang dimiliki siswa itu senantiasa terkait dengan permasalah-permasalahan yang terjadi di lingkunganya.

Pembelajaran konvesional yang beorintasi pada penguasaan materi dianggap gagal menghasilkan peserta didik yang aktif, kreatif, dan inovatif. peserta didik terlihat bosan mengikuti pembelajaran, siswa hanya mengahafal tanpa memahami benar isi pelajaran, dan guru kurang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berinteraksi sesama siswa yang lain.Pesertadidik berhasil mengingat jangka pendek,tetapi gagal dalam membekali peserta didik memecahkan persoalan dalam kehidu panjang. Oleh karena itu perlu ada perubahan pendekatan pembelajaran, yang lebih bermakna sehingga dapat membekali pesertadidik dalam menghadapi permasalahan hidup yang dihadapai sekarang maupun yang akand atang.

Mata pelajaran Ilmu PengetahuanAlam (IPA) dalam kurikulum KTSP merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikanSD/MI.Hal ini dikarenakan dalam pembelajaran IPA banyak memberikan latihan dalam mengembangkan cara berpikir ilmiah. Dalam prakteknya mata pelajaran IPAseringkali mengalami kendala. Kendala tersebut kebanyakan mengarahpada kegiatan pembelajaran yang cenderung monoton akibat model pembelajaran konvensional. Halini dianggap siswa kurang menarik dan membosankan.Dan diketahui perolehan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) peserta didik masih rendah, Oleh karenaitu guru harus menerapkan model pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi yang akan diajarkan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai


(18)

secara optimal.

Dalam rangka upaya meningkatkan hasil belajar Ilmu pengetahuan alam (IPA) dan tercapainya tujuan pembelajaran, guru harus menggunakan pendekatan dan metode yang tepat, salah satu upaya dan metode yang tepat,s alah satu upaya pendekatan untuk menyiapkan kondisi pembelajaran yang dapat digunakan untuk membantu siswa memahami konsep-konsep IPA melalui pendekataan Contextual teaching and laerning (CTL).Kelebihan pendekatan kontestual salah satu adalah siswa akan belajar bermakna dengan cara berkerja sama dan memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan idenyasendiri.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Suciastini menyatakan menyatakan peningkatan hasil belajar IPA peserta didik kelas IV SD karena penggunan pendekatanContextual teaching and laerning (CTL)peserta didik dapat berkejasama untuk memecah kanmasalah yang dihadapi.4

Penelitian yang sama juga pedekatan CTL terhadap hasil belajar oleh siswa juga pernah dilakuk anoleh TifaNasrulAfif. Dia mengungkapkan berbagai masalah yang terdapat di dalam proses pembelajaran IPA, pembelajaran masih cenderung menonton hanya mengunakan metode ceramah dan tanya jawab menyebabkan siswa kurang menarik dan membosankan. Setelah melakukan penelitian siswa lebih mudah mengingatiformasi lebih baik. Dari penelitianini, ia menyimpulkan bahwa pendekatan CTL berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.5

Contextual Teaching And Learning(CTL) merupakan Konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia

4

Suciastinidkk.Pengaruh model pembelajaran Contextual Teaching And Learning

terhadap hasil belajar siswa kelas IV SD Gugus III Kecematan Sukasada. e-Journal

Program Pasca sarjan aUniversitas Pendidikan Ganesha.Volume 8 tahun 2013.

5

Tifa Nasrul Afif dkk. Pengaruh Model Contextual Teaching And Learning terhadap Hasil Belajar IPA Materi Gaya. JURNAL PENDIDIKAN DASAR.VOL.7.NO.1.2010


(19)

nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan sebagai anggota keluarga dan masyarakat.6Melalui landasan filosofis konstruktivisme CTL dipromosikan menjadi alternatif strategi belajar yang baru. Melalui strategi CTL siswa diharapkan belajar melalui mengalami bukan menghafal.7 Oleh karena itu, guru harus mampu mengaitkan atau menghubungkan materi yang diajarkan dengan apa yang sudah dimiliki siswa sebelumnya, disinilah pentingnya guru melakukan apersepsi. Sebab itu, siswa dituntut untuk mampu menerapkan pengetahuannya dalam kehidupan sehari-hari.

Pendekatan CTL merupakan pembelajaran yang mengarahkan siswa mengkonstruk pengetahuan sesuai dengan pengalaman yang mereka miliki.CTL juga mengorganisir pengetahuan yang dimiliki siswa, sehingga siswa dapat berfikir secara efektif untuk memadukan pengetahuan yang dimiliki dengan pengetahuan yang baru. Selain itu pembelajaran menggunakan proses pemecahan masalah yang merupakan salah satu upaya CTL untuk melatih emosi siswa dalam menghadapi kehidupan nyata. Belajar dengan pengalaman sendiri merupakan proses pembelajaran yang utama, dengan pengalaman sendiri siswa dapa tmenangkap konsep pembelajaran sesuai dengan pola berpikirmasing-masing siswa sesuai dengan tahapan perkembangannya. Pembelajaran dengan memberikan pengalaman kepada siswa juga dapat memberikan pengetahuan yang bermakna bagi siswa.

Dengan demikian, inti dari pendekatan CTL adalah keterkaitan setiap materi atau topik pembelajaran dengan kehidupan nyata. Untuk mengaitkannya bisa dilakukan berbagai cara, selain karena memang materi yang dipelajari secara langsung terkait dengan kondisi faktual, juga bisa disiasati dengan pemberian ilustrasi atau contoh, sumber belajar, media dan lain sebagainya, yang memang baik secara langsung maupun tidak diupayakan terkait atau ada hubungan dengan pengalaman hidup nyata. Dengan demikian, pembelajaran selain lebih menarik,

6

Zaenal Aqib. Model-model Media Dan Strategi Pembelajaran (Inovatif),(Bandung:Yrama Widya).hal 45

7

Yatim Riyanto,Paradigma Baru Pembelajaran Sebagai Referensi Bagi Guru/Pendidik dalam


(20)

juga akan dirasakan sangat dibutuhkan oleh setiap siswa karena apa yang dipelajari dirasakan langsung manfaatnya.

Semua ini terjadi karena proses pembelajaran yang diberikan selama iniadalah penghafalan materi bukan berdasarkan pengalaman sehari-hari seperti yang diterapkan pada pendekatan kontekstual. Dalam proses pembelajaran guru lebih sering melakukan ceramah dan menyajikan materi, guru enggan untuk menunjukan benda-benda dalambentuk aslinya/nyata, guru lebih sering menampilkanbenda-benda yang berhubungandengan materi hanya melalui gambar yang sudah ada pada buku paket saja tanpa kreatifikas yang diciptakanoleh guru.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk meneliti “PENGARUH PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS VSD/MI PADA KONSEP

PERNAPASAN MANUSIA.

B. Identifikasi masalah

Adapun identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Metode pembelajaran Konvesional( Ceramah) yang digunakan oleh guru membuat siswa hanya mampu mengingat dalam jangka pendek.

2. Siswa hanya menghafal tanpa memahami benar isipelajaran. 3. Hasil belajar IPA masih rendah.

.

C. Pembatasan Masalah

Sehubung dengan luasnya permasalah yang muncul dalam topik kajian yangdilakukan, maka pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Hasil belajar yang di ukur ranah Kognitifpadatingkat C1 (Mengingat) ,C2 (Memahami) dan C3 (Menerapkan).


(21)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan Uraian Masalah diatas, dapat dirumuskan masalah sebagai

berikut: ”Apakah pendekatanContextual Teaching And Learning (CTL) dapat mempengaruhi hasil belajar Siswa PadaKelas V SD/MI?

E. Tujuan penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah yang diuraiakan diatas,maka tujuan yang ingin dicapai dalampenelitian iniadalah: “Untuk mengetahui hasil belajar dengan mengunakan pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) dengan pada mata pelajaran IPA di SD”

F. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini maka diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara, guru dansekolah adapun manfaat dari penelitian sebagai berikut:

1.Bagi Siswa dengan membelajarkan IPA melalui model CTL maka pembelajaran lebih ditekankan pada pemberian pengalaman belajar bermakna dengan mengaitkan materi konteks pelajaran dengan pengalaman nyata dalam kehidupansehari-hari sehingga dapat menumbuhkan kemampuan berpikir, berkerja dan bersikap ilmiah untuk meningkatkan kegiatan belajar secara klasikal maupun individual. Dengandemikian, siswa semakin bersemangat dalambelajar sehingga diharapkan prestasi belajar siswa akan meningkat.

2.Bagi Guru dapat menambah wawasan dan pengalaman dalam memberikan proses pembelajaran pada siswa menjadi lebihvariasi.

3.Bagi SekolahPeningkatanMutupendidikansekolah yang ditandai dengan keberhasilan yang dicapai melalui penggunaanpendekataandan metode yang sesuai untuk mencapai suatu prestasi sehingga akan lebih menambah kepercayaan masyarakat.


(22)

7

BAB II

KAJIAN TEORI DAN KERANGKA KONSEP

A.Pendekatan Contextual Teaching and Learning ( CTL )

1. Pengertian Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)

Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu strategi

pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkan dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan nyata. Dan bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih penting dari pada hasil.1 Sedangkan menurut Teori Pembelajaran Kontekstual, bahwa belajar hanya terjadi ketika murid (pelajar) memproses informasi atau pengetahuan baru sedemikian sehingga informasi atau pengetahuan tersebut dipahami mereka dalam kerangka acuan memori, pengalaman dan respon mereka sendiri.2

CTL adalah sebuah sistem yang meransang otak untuk menyusun pola-pola yang menwujudkan makna. Lebih lanjutnya Elaine mengatakan bahwa pembelajaran kontekstual adalah sebuah sistem pembelajaran yang cocok dengan otak yang menghasilkan makna dengan menghubungkan muatan akademis dengan konteks dari kehidupan sehari-hari siswa.3 Jadi, pembelajaran kontekstual adalah usaha untuk membuat siswa aktif dalam memompa kemampuan diri tanpa merugi dari segi manfaat, sebab siswa berusaha mempelajari konsep sekaligus menerapkan dan mengaitkannya dengan dunia nyata.4

1

Wina Sanjaya,Strategi Pembelajaran Berorintasi Standar Proses Pendiidkan.

(Jakarta;Kencana ). 2010, hal 255. 2

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-progresif konsep landasan,dan

Implementasi pada kurikkulum Tingkat satuan pendidikan.(Jakarta:Kencana Prenada Media

Group). 2009.hal .104 3

Elaine B.Johnson.Contextual Taeching And Learning(Bandung:MLS) 2009. Hal 57 4

Rusman, Model-model Pembelajaran mengembangkan Profesionalisme Guru.(Jakarta: PT


(23)

Dari konsep tersebut ada tiga hal yang harus kita pahami. Pertama, CTL menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung. Proses belajar dalam konteks CTL tidak mengharapkan agar siswa hanya menerima pelajaran, akan tetapi proses mencari dan menemukan sendiri materi yang diajarkan.

Kedua, CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan anatara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman disekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan bermakna secara fungsional, akan tetapi materi dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan.

Ketiga, CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam

kehidupan, artinya CTL bukan hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi yang dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari hari. Materi pelajaran dalam konteks CTL bukan untuk ditumpuk diotak dan kemudian dilupakan, akan tetapi sebagai bekal mereka dalam mengarungi kehidupan nyata.5

Menurut University of wangshington pengajaran kontekstual adalah pengajaran yang memungkinkan siswa-siswa TK sampai SMU untuk menguatkan, memperluas, dan merapkan pengetahuan dan ketrampilan akademik mereka dalam berbagai macam tatanan dalam sekolah dan luar sekolah agar dapat memecahkan masalah-masalah dunia nyata atau masalah-masalah yang disimulasikan.6

Dalam kelas CTL, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuan. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi dari pada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang berkeja sama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu yang

5

Wina Sanjaya.Op.cit. hal.255 6


(24)

baru (pengetahuan dan keterampilan) datang dari “ menemukan diri “ bukan dari

“apa kata guru“. Begitu peran guru dikelas yang dikelola dengan pendekatan

CTL.7

Pembelajaran di sekolah tidak hanya difokuskan pada pemberian pembekalan kemampuan pengetahuan yang bersifat teoretis saja, akan tetapi bagaimana agar pengalaman belajar yang dimilki oleh siswa senantiasa terakait dengan permasalahan-permasalahan aktual yang terjadi dilingkungannya. Dengan demikian inti dari pedekatan CTL adalah keterkaitan setiap materi atau topik pembelajaran dengan kehidupan dunia nyata. Untuk mengaitkannya bisa dilakukan dengan berbagai cara, selain karena memang materi yang dipelajari secara langsung terkait dengan kondisi faktual, juga bisa disiasati dengan pemberian ilustrasi atau contoh, sumber belajar, media dan lain sebagainya, yang memang baik secara langsung maupun tidak diupayakan terkait dengan pengalaman hidup nyata. Dengan demikian, pembelajaran selain akan lebih menarik, juga akan dirasakan sangat dibutuhkan oleh setiap siswa karena apa yang dipelajari dirasakan langsung manfaatnya.

Sehubung dengan hal itu, terdapat lima karakteristik penting dalam proses pembelajaran yang mengunakan pendekatan CTL

a. Dalam CTL, pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activiting knowledge), artinya apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari, dengan demikian pengetahuan yang diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh yang memiliki keterkaitan satu sama lain.

b. Pembelajaran yang CTL adalah belajar dalam rangka memperoleh dan menambah pengetahuan yang baru (acquiring kwonledge). Pengetahuan baru itu diperoleh dengan cara deduktif, artinya pembelajaran dimulai dengan mempelajari secara keseluruhan, kemudian memperhatikan detailnya.

c. Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge),artinya pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal tetapi untuk dipahami daan diyakin, misalnya

7

Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran Sebagai Refrensi Bagi Guru/pendidik dalam


(25)

dengan cara meminta tanggapan dari yang lain tentang pengetahuan yang diperoleh dan berdasarkan tanggapan tersebut baru pengetahuan itu dikembangkan.

d. Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge), artinya pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa, sehingga tampak perubahan perilaku siswa.

e. Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik untuk proses perbaikan dan penyempurnaan strategi.8

2. Komponen komponen Contextual Teaching and Learning (CTL)

CTL sebagai suatu pendekatan pembelajaran memiliki 7 asas. Asas –asas ini melandasi pelaksanaan proses pembelajaran dengan mengunakan pendekataan CTL. Seringkala asas ini disebut juga komponen komponen CTL. Selanjutnya ketujuh asas ini dijelaskan dibawah ini.

a. Konstruktivisme

Kontruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif anak berdasarkan pengalaman. Menurut konstruktivisme, pengetahuan terbentuk oleh dua faktor penting yaitu objek yang menjadi bahan pengamatan dan kemampuan subyek untuk menginterpretasikan objek tersebut. Kedua faktor tersebut sama penting,dengan demikian pengetahuan itu tidak bersifat statis tetapi bersifat dinamis, tergantung individu yang melihat dan mengkonstruksinya.

Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) pembelajaran

Contextual Teaching and Learning (CTL), yaitu bahwa pengetahuan dibanngun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnyadiperluas melalui konteks yang terbatas. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta- fakta konsep atau kaidah yang

8


(26)

siap untuk diambil atau diingat. Manusia harus mengkontruksi pengatahuan dan memberi makna melalui pengalaman nyata.9

b. Menemukan ( Inquiry)

Menemukan adalah merupakan suatu teknik yang digunakan guru untuk dapat merangsang siswa untuk lebih aktif mencari serta meneliti sendiri pemecahan masalah tentang pengetahuan yang sedang dipelajari.10 Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis CTL, pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, akan tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang kegiatan yang merunjuk pada kegiatan menemukan.11

Adapun langkah- langkah dalam kegiatan menemukan ( inqury) : 1) Merumuskan masalah.

2) Mengamati atau melakukan observasi.

3) Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambaran laporan, bagan, tabel, atau karya lainya.

4) Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru atau audiensi yang lain.

c.Bertanya ( Questioning)

Belajar pada hakikatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan. Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang dalam berpikir.12 Dalam suatu pembelajaran yang produktif kegiatan bertanya akan sangat berguna untuk ;

1) Menggali informasi baik adminstrasi maupun akademis. 2) Mengecek pemahaman siswa.

3) Membangkitkan respons kepada siswa

4) Mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa.

9

Rusman,Op.cit. hal.193. 10

Yatim Riyanto,Op.cit.h.169 11

Trianto, Op.cit.h 114 12


(27)

5) Mengetahui hal- hal yang sudah diketahui siswa.

6) Memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru. 7) Membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siwa

8) Untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa.13

d.Masyarakat Belajar ( Learning Community )

Masyarakat belajar dalam CTL menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh melalui kerja sama dengan orang lain. Kerjasama itu dapat dilakukan dengan berbagai bentuk baik dalam kelompok belajar formal maupun dalam lingkungan yang terjadi secara alamiah.14

Kalau setiap orang mau belajar dari orang lain, maka setiap orang lain bisa menjadi sumber belajar dan ini berarti setiap orang akan kaya dengan pengetahuan dan pengalaman. Praktik metode ini dalam pembelajaran terwujud dalam :

1)Pembentukan kelompok kecil. 2)Pembentukan kelompok besar 3)Mendatangkan ahli ke kelas. 4)Berkerja dengan kelas sederajat

5) Berkerja kelompok dengan kelas diatasnya. 6) Berkerja dengan masyarakat.

e.Permodelan (Modeling)

Permodelan adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu yang dapat dicontoh siswa. Yang dimasksud dengan asas modelling adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa. Model itu bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu, cara melempar bola dalam olahraga, contoh karya tulis dan sebagainya.

Dalam pendekatan CTL, guru bukan satu – satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa sesorang siswa ditunjuk untuk memberikan

13

Rusman.Op.cit.hal 195. 14


(28)

contoh temannya cara melafalkan suatu kata. Contoh itu, disebut sebagi model. Siswa lain dapat mengunakan model tersebut sebagi standar kompetensi yang harus dicapainya.15

f.Refleksi (Reflection)

Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan dimasa yang lalu. Melalui proses refleksi, pengalaman belajar itu akan dimasukan dalam struktur kognitif siswa yang pada akhirnya akan menjadi bagian dari pengetahuan yang dimiliki. Bisa jadi melalui proses refleksi siswa akan memperbaharui pengetahuan yang telah dibentuk, atau menambah khazanah pengetahuan.

g.Penilaian sebenarnya (Authentic Assesment )

Assesment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa

memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Dalam CTL, keberhasilan Pembelajaran tidak hanya ditentukan oleh perkembangan kemampuan intelektual saja, akan tetapi perkembangan seluruh aspek. Oleh sebab itu,penelian keberhasilan tidak hanyaditentukan oleh aspek hasil belajar seperti tes, akan tetapi juga dari kegiatan nyata yang dilakukan siswa pada saat proses pembelajaran.16

Penilaian auntentik mengajak para siswa untuk menggunakan pengetahuan akademik dalam konteks dunia nyata untuk tujuan yang bermakna.Maka Penilaian tidak dilakukan di akhir periode pembelajaran seperti pada kegiatan evaluasi hasil belajar tetapi dilakukan bersama dengan secara terintegrasi dari kegiatan pembelajaran.17 Adapun hal- hal yang bisa digunakan sebagi dasar menilai prestasi siswa adalah : Proyek, Perkerjaan Rumah (PR), Kuis, Karya siswa, Prestasi atau penampilan siswa, Demostrasi, Laporan, Jurnal, Hasil tes tulis dan Karya tulis.

15

Yatim Riyanto.Op.cit. hal.171-174. 16

Trianto.OP.cit. hal.118. 17


(29)

3. Langkah-langkah pendekatan kontekstual di kelas

Langkah – langkah yang harus di tempuh guru dalam menerapkan pembelajaran dengan pendekatan kontektual adalah :

a. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan berkerja sendiri, menemukan sendiri, dan menkontruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan barunya.

b. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik c. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya

d. Ciptakan “ masyarkat belajar “ ( belajar dalam kelompok kelompok kecil )

e. Hadirkan “model” sebagi contoh pembelajaran

f. Lakukan refleksi di akhir pertemuan

g. Lakukan penilain yang sebenarnya dengan berbagi cara.18

4. Perbedaan Pola Pembelajaran Kontekstual dan Pembelajaran Konvesional

Ada beberapa perbedaan antara CTL dengan pembelajaran konvensional perbedaan tersebut antara lain tertera dalam tabel dibawah ini.

a. CTL menempatkan siswa sebagai subjek belajar, artinya siswa berperan aktif dalam setiap proses pembelajaran dengan cara menemukan dan menggali sendiri materi pelajaran. Sedangkan , dalam pembelajaran konvesional siswa ditempatkan sebagi objek belajar yang berperan sebagai penerima informasi secara pasif

b. Dalam pembelajaran CTL, siswa belajar melalui kegiatan kelompok seperti kerja kelompok, berdiskusi, saling menerima dan memberi. Sedangkan dalam pembelajaran konvesional lebih banyak belajar secara individual dengan menerima, mencatat, dan menghafal materi pelajaran.

c. Dalam CTL, pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata secara riil; sedangkan dalam pembelajaran konvesional, pembelajaran bersifat teoretis dan abstrak.

18


(30)

d. Dalam CTL, kemampuan didasarkan atas pengalaman, sedangkan dalam pembelajaran konvensional kemampuan diperoleh melalui latihan–latihan. e. Tujuan akhir dari proses pembelajaran melalui CTL adalah kepuasan diri,

sedangkan dalam pembelajaran konvesional, tujuan akhir adalah nilai atau angka.

f. Dalam CTL, tindakan atau perilaku dibangun atas kesadaran diri sendiri, misalnya individu tidak melakukan perilaku itu merugikan dan tidak bermanfaat, sedangkan dalam pembelajaran konvesional, tindakan atau perilaku individu didasarkan oleh faktor luar dirinya, misalnya individu tidak melakukan sesuatu disebabkan takut hukuman atau sekedar untuk memperoleh angka atau nilai dari guru.

g. Dalam CTL, pengetahuan yang dimiliki setiap individu selalu berkembang sesuai dengan pengalaman yang dialaminya, oleh sebab itu setiap siswa bisa terjadi perbedaan dalam memaknai hakikat pengetahuan yang dimilikinya. Dalam pembelajaran konvesional hal ini tidak mungkin terjadi. Kebenaran yang dimilki bersifat absolut dan final, oleh karena pengetahuan dikonsruksi oleh orang lain.19

h. Dalam CTL, siswa diminta bertanggung jawab memonitor dan mengembangkan pembelajaran mereka masing-masing. Sedangkan dalam pembelajaran konvesional guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran. i. Dalam CTL, siswa tidak melakukan hal yang buruk karena sadar hal tersebut keliru dan merugikan, sedangkan dalam pembelajaran konvesional siswa tidak melakukan sesuatu yang buruk karena takut akan hukuman.

j. Dalam pembelajaran CTL, pembelajaran bisa terjadi di mana saja dalam konteks dan setting yang berbeda sesuai dengan kebutuhan, sedangkan dalam pembelajaran konvesional pembelajaran hanya terjadi di dalam kelas.

Beberapa perbedaan pokok dasar di atas, menggambarkan bahwa CTL memang memiliki karakteristik tersendiri baik dilihat dari asumsi maupun proses pelaksanaan dan pengelolaanya.

19


(31)

5. Menyusun Rencana Pembelajaran Kontekstual

Dalam pembelajaran kontekstual, program pembelajaran lebih merupakan rencana kegiataan kelas yang dirancang guru. Rencana pembelajaran berisi skenario tahap demi tahap tentang apa yang akan dilakukan bersama siswanya sehubungan dengan topik yang akan dipelajari. Dalam program tercermin tujuan pembelajaran, media untuk mencapai tujuan, materi pembelajaran,langkah-langkahnya pembelajaran dan aunthentic assesment. Atas dasar itu, saran pokok dalam penyusunan Rencana Pelakasanaan Pembelajaran (RPP) berbasis kontekstual adalah sebagai berikut.20

a. Nyatakan kegiatan utama pembelajaranya, yaitu sebuah pernyataan kegiataan siswa yang merupakan gabungan antara kompetensi dasar, materi pokok, dan indikator pencapain hasil belajar.

b. Rumuskan dengan jelas tujuan umum pembelajarnya.

c. Uraikan secara terperinci media dan sumber pembelajaran yang akan digunakan untuk mendukung kegiatan pembelajaran yang diharapkan.

d. Buatlah skenario tahap demi tahap kegiataan siswa.

e. Nyatakan authentic assesmentnya, yaitu dengan data apa siswa dapat diamati partisipasinya dalam pembelajaran.

Secara umum, tidak ada perbedaan mendasar antara format program pembelajaran konvesional seperti yang biasa dilakukan oleh guru-guru selama ini. Adapun yang membedakannya, terletak pada penekanaanya, dimana pada model pembelajaran konvesional lebih menekankan pada deskripsi tujuan yang akan dicapai, sementara program pembelajaran kontekstual lebih menekankan pada skenario pembelajaran, yaitu kegiatan tahap demi tahap yang dilakukan oleh guru dan siswa dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.21

20

Zaenal Aqib. Model-model media dan strategi pembelajaran kontektual (Inovatif).

(Bandung:Yrama Widya). 2011. Hal 8. 21


(32)

B.Hasil Belajar

1. Pengertian hasil belajar

Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan,meningkatkan ketrampilan, memperbaiki perilaku,sikap dan mengokohkan kepribadian.22 Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.23 Belajar adalah suatu proses usahayang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.24 Peristiwa belajar sendiri adalah alat ukur untuk mencapai tujuan pengajaran. Sehingga Ada beberapa pendapat yang melihat peristiwa belajar yakni, a.melihat belajar sebagai proses, b.melihat belajar sebagai hasil dan c. melihat belajar sebagai fungsi.25

Menurut Gagne, hasil belajar adalah terbentuknya konsep, yaitu kategori yang kita berikan pada stimulus yang ada di lingkungan, yang menyediakan skema yang terorganisasi untuk mengasimilasi stimulus-stimulus baru dan menentukan hubungan di dalam dan diantara kategori-kategori .

Hasil belajar sering kali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan. Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu “hasil”

dan ” belajar”. Pengertian hasil (product) menunjukkan pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Hasil produksi adalah perolehan yang didapatkan karena adanya kegiatan mengubah bahan (raw materials) menjadi barang jadi (finished goods). Hal yang sama berlaku untuk memberikan batasan bagi istilah hasil panen, hasil penjualan, hasil pembangunan, termasuk hasil belajar. Dalam siklus input-proses-hasil, hasil dapat dengan jelas dibedakan dengan input akibat

22

Suyono &hariyanto.belajar dan pembelajaran. (Bandung:PT Remaja Rosdakarya). 2011.h 9 23

Slameto.Belajar dan faktor-faktor and Strategy.(Jakarta : Rineka Cipta). 2003. Cet 4. h.2. 24

ibid. hal 2. 25


(33)

perubahan oleh proses. Begitu pula dalam kegiatan belajar-mengajar, setelah mengalami belajar siswa berubah perilakunya dibanding sebelumnya.

Bagi kaum konstruktivitis, pembelajaran efektif menghendaki agar guru mengetahui bagaimana peserta didik memandang fenomena yang menjadi subyek pembelajaran. Pembelajaran kemudian dikembangkan dari gagasan yang telah ada itu, berakhir pada gagasan yang telah mengalami penguatan dan modifikasi.26

2. Domain Hasil Belajar

Domain hasil belajar adalah perilaku-perilaku kejiwaan yang akan diubah dalam proses pendidikan. Perilaku kejiwaan itu dibagi dalam tiga domain: kognitif, afektif, psikomotorik yaitu :

a. Hasil belajar kognitif

Hasil belajar kognitif adalah perubahan perilaku yang terjadi dalam kawasan kognisi. Proses belajar yang melibatkan kognisi meliputi kegiataan sejak dari penerimaan stimulus eksternal oleh sensori, penyimpanan dan pengolahan dalam otak menjadi informasi sehingga pemanggilan kembali informasi ketika diperlukan untuk menyelesaikan masalah.27 Pada ranah kognitif terdapat enam jenjang proses berpikir mulai dari tingkat yang rendah ke tingkat yang tinggi, yakni : Pengetahuan atau ingatan, Pemahaman, penerapan, analisis, sistesis, evaluasi.28

b. Hasil belajar afektif

Penilaian ranah efektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, atau nilai. Ranah afektif sangat menentukan keberhasilan seseorang, sebagai contoh, siswa yang tidak mempunyai minat. 29

Krathwohl membagi hasil belajar afektif menjadi lima tingkat yaitu peneriman, partisipasi, penilaian, organisasi dan internalisasi.30

26

I Made ali Mariana.Hakikat IPA Dan Pendidikan IPA Untuk Guru SD. (Jakarta:PPPTKIPA). 2009. h al 44.

27

Purwanto.evaluasi hasil belajar.(Yogyakarta:Pustaka Pelajar). 2011 hal 50 28

Ahmad Sofyan dkk. Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi.(Jakarta: UIN Jakarta Press). 2006. Hal 14

29

Ibid.hal 23

30


(34)

c. Hasil belajar psokomotorik.

Hasil belajar ini merupkan ranah yang berkaitan dengan ketrampilan

(skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima

pengalaman belajar tertentu. Menurut Harrow hasil belajar psikomotrik dapat diklasifikasikan menjadi enam : gerakan refleks, gerakan fundamental dasar, kemampuan perseptual, kemampuan fisis, gerekan ketrampilan dan komunikasi tanpa kata.31

3. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Aktivitas belajar siswa banyak dipengaruhi berbagai faktor, baik faktor yang berasal daari dirinya (internal) maupun yang berasal dari luar dirinya (eksternal). Oleh karena itu, pengenalan orang tua terhadap factor yang dapat mempengaruhi aktifitas belajar siswa penting sekali artinya dalam rangka membantu siswa dalam aktifitas belajar yang seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuannya masing-masing.

Adapun faktor-faktor yang dimaksud meliputi hal-hal sebagai berikut: a. Faktor yang berasal dari dirinya sendiri (internal)

1) Faktor jasmani (fisiologi), kondisi organ-organ khusus siswa, seperti tingkat kesehatan indera pendengaran dan indera penglihat,juga sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan, khususnya yang disajikan dikelas.32

2) Faktor psikologis,ada tujuh faktor yang tergolong dalam faktor psikologis adalah: inteligensi,perhatian,minat,bakat,motif kematangan dan kelelahan33. b. Faktor yang berasal dari luar (eksternal)

1) Faktor Lingkungan sosial,seperti para guru, para staf adminnistrasi,dan teman- teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar pada diri siswa.34

31

Ahmad Sofyan dkk.Op.cit. hal 23 32

Muhibbin syah.Psikologi Belajar.(Jakarta:Pt Logos Wancana Ilmu).199 9. hal 131 33

Slameto.Op.cit. hal 55 34


(35)

2). Faktor Keluarga,siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa:

a) Cara orang tua mendidik,orang tua yang kurang atau tidak memperhatikan pendidikan anak,misalnya mereka acauh tak acuh terhadap belajar anaknya,tidak mengatur waktu belajarnya,tidak menyediakan tau melengkapi alat belajarnya. Hasil yang didapat,nilai atau hasil belajarnya tidak memuaskan bahkan mungkin gagal dalam studinya.

b).Relasi antara anggota keluarga,relasi antar anggota keluarga yang terpenting relasi anak dengan orang tua. Selain itu relasi anak dengan saudara atau anggota kelurga yang lain pun turut mengpengaruhi belajar anak. Wujud relasi bisa berupa hubungan itu penuh dengan kasih sayang atua pengertian atau kebencian.

c). Keadaan ekonomi keluarga.keadaan ekonomi erat hubungan dengan belajar anak.Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebuthan pokok,misal makanan,pakaian,perlindungan kesehatan dan lain-lain. 3). Faktor Masyarakat,faktor msayarakat yang mempengaruhi belajar siswa

seperti :

a). Teman bergaul siswa,teman bergaul dapat mempengaruhi sikap siswa dan mempengaruhi hasil belajar. 35

b). Bentuk kehidupan bermasyrakat,masyrakat terdiri dari orang-orang yang tidak belajar,penjudi,suka mencuri dan mempunyai sikap yang tidak baik,akan berpengaruh jelek kepada anak(siswa) yang ada disitu.sebalik jika lingkungan anak adalah orang-orang terpelajar yang baik-baik dan mendidik dam menyekolahkan anak-anaknya.anak atau siswa terpengaruh juga ke hal-hal yang dilakukan orang-orang dilingkungannya

c). kegiatan siswa dalam bermasyarakat.kegiatan siswa dalam bermasyarakat dapat menguntungkan terhadap perkembangan pribadinya 36

35

Slameto.Op.cit.hal 60. 36


(36)

C.Hakikat IPA ( Ilmu Pengetahuan Alam )

1. Pengertian IPA (Ilmu Pengetahuan Alam)

Ilmu Pengatahuan Alam merupakan terjemahan kata – kata dalam bahasa inggris yaitu natural science, artinya ilmu pengetahuan alam (IPA). Berhubungan dengan alam atau bersangkutan paut dengan alam, science artinya ilmu pengetahuan, jadi ilmu pengetahan alam (IPA) atau science itu pengertian dapat disebut sebagai ilmu tentang alam. Ilmu yang mempelajari peristiwa – peristiwa yang terjadi di alam ini.37

Sains adalah ilmu pengetahuan atau kumpulan konsep, prinsip, hukum dan teori yang dibentuk melalui proses kreatif yang sistematis melalui inkuiri yang dilanjutkan dengan dengan proses observasi (empiris) secara terus-menerus, merupakan suatu upaya manusia yang meliputi operasi mental, keterampilan dan strategi memanipulasi dan menghitung yang dapat diuji kembali kebenarnya yang dilandasi dengan sikap keingintahuan (curiousity), keteguhan hati (courage), ketekunan (Peristence) yang dilakukan oleh individu untuk menyingkap rahasia alam semesta.38

Menurut Permen No. 22 Tahun 2006, “mata pelajaran IPA perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar adalah untuk membekali peserta didik cara memenuhi kebutuhan manusia dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah”.39 Dari pernyataan di atas terlihat dengan jelas bahwa pelajaran IPA memiliki peranan penting dalam menumbuhkan kemampuan berfikir logis dan memerlukan keterampilan kerja siswa dalam memecahkan masalah yang muncul dalam kehidupan sehari-hari.

Selain itu, dalam bukunya The Nature Of Science, menyatakan bahwa IPA itu adalah suatu cara atau metode untuk mengamati alam, Nash juga menjelaskan bahwa IPA mengamati dunia ini bersifat anlisis, lengkap, cermat,

37

Usman Samatowa, Pembelajaran IPA di sekolah dasar (Jakarta:PT Indeks Permata Puri Media) . 2010.h.al 2-3

38

I Made Alit Mariana.Op.cit.hal 18. 39

Permendiknas No. 22 Tahun 2006. Lampiran Standar Kompetensi dan kompetensi Dasar IPA


(37)

serta menghubungkannya antara suatu fenomena lain, sehingga keseluruhanya membentuk suatu perspektif yang baru tentang objek yang diamati.

IPA membahas tentang gejala–gejala alam yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia. Hal ini sebagaimana yang dikemukan oleh Powler bahwa IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen/sistematis (teratur) artinya pengetahuan itu tersusun dalam suatu sistem, tidak terdiri sendiri, satu dengan lainnya saling berkaitan, saling menjelaskan sehingga seluruhnya merupakan satu kesatuan yang utuh, sedangkan berlaku umum artinya pengetahuan itu tidak hanya berlaku atau seseorang atau beberapa orang dengan cara eksperimental yang sama akan memperoleh hasil yang sama atau konsisten. Selanjutnya Winaputra mengemukan bahwa tidak hanya merupakan kumpulan pengetahuan tentang benda atau makhluk hidup, tetapi memerlukan kerja, cara berpikir, dan cara memecahkan masalah.40

Hakikat IPA terdiri atas beberapa aspek sebagai berikut :

a. Produk, merujuk pada sekumpulan peda sekumpulan pengetahuan berupa fakta,konsep,prinsip,teori dan hukum.

b. Proses, proses sains merujuk pada proses-proses pencaian yang dilakukan para ahli disebut science as the process of inquiry.

c. Sikap, selain menggunakan metode ilmiah, para ilmuawan IPA perlu memilki sikap ilmiah(scientific attittudes), agar hasil yang dicapai itu sesuai dengan harapannya.sikapnya antara lain; obyektif terhadap fakta atau kenyataan, tidak tergesa-gesa dalam mengambil kesimpulan, berhati terbuka dan dapat membedakan antara fakta dan pendapat.

d. Aplikasi, aspek aplikasi merujuk pada dimensi aksiologis IPA sebagai suatu ilmu, yaitu penerapan pengetahuan tentang IPA dalam kehidupan.41

40

Usman Samatowa.Op.cit.h al 3. 41


(38)

2. Karakteristik Belajar IPA

Berdasarkan Karakteristiknya, IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta – fakta, konsep –konsep atau prinsip prinsip saja tetapi juga proses penemuan. Pemahaman tentang Karakteristik IPA ini berdampak pada proses IPA di sekolah.

Uraian Karakteristikbelajar IPA dapat diuraikan sebagi berikut :

a. Proses belajar IPA melibatkan hampir semua Indera ,seluruh proses berpikir dan bermacam gerakan otot.

b. Belajar IPA dilakuakan dengan berbagai macam cara (teknik ). Misalnya observasi,ekspolasi,dan eksperimentasi.

c. Belajar IPA memerlukan berbagai macam alat, terutama untuk membantu pengamatan. Hal ini dilakukan karena alat indera manusia terbatas. Selain itu ada hal- hal tertentu bila data yang kita peroleh hanya berdasarkan pengematan dengan indera, akan memberikan hasil yang kurang obyektif, sementara itu IPA mengutamakn obyektivitas.

d. Belajar IPA sering kali melibatkan kegiatan – kegiatan temu ilmiah (misal seminar, konferensi,atau simposium), studi kepustakaan, mengunjungi suatu objek, penyusunan Hipotesis dan yang lainya. Kegiatan tersebut kiat lakukan untuk semata mata dalam rangka untuk memperoleh pengakuan kebenaran temuan yang benar – benar obyektif.

3. Tujuan Mempelajari Sains

Tujuan mempelajari sains yang ingin dicapai yaitu:

a. Memberikan pengetahuan kepada anak-anak tentang dunia tempat kita hidup. b. Menanamkan suatu sikap hidup yang almiah.

c. Memberikan ketrampilan .

d. Mendidik anak-anak agar dapat menghargai penemu-a sains, pekerja-pekerja yang telah banyak berjasa bagi dunia dan kemanusian.


(39)

f. Memiliki pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah pertama (SMP) atau Madrasah Tsanawiyah (MTS).42

D. Konsep IPA Mengenai Organ Pernapasan Pada Manusia

Konsep organ pernapasan pada manusia terdapat di kelas V semester 1 adapun standar kompetensi mengenai mengidentifikasi fungsi organ tubuh manusia dan hewan dengan kompetensi dasar adalah mengindentifikasi fungsi organ pernapasan manusia,mengindentifikasi fungsi organ pernapasan hewan misalnya ikan dan cacing tanah, mengindentifikasi fungsi organ pencernaan manusia dan hubungan dengan makanan dan kesehatan, mengindentifikasi organ peredaran darah manusia dan mengindentifikasi gangguan pada organ peredaran darah manusia.

Bernapas adalah kegiatan menghirup udara dan mengeluarkan udara. Udara mengandung berbagai komponen gas, salah satunya adalah oksigen (O2). Oksigen inilah yang diperlukan oleh tubuh. Oksigen masuk ke dalam tubuh melalui pernapasan.Selanjutnya, pernapasan menghasilkan karbon dioksida (CO2) yang dikeluarkan daridalam tubuh.ketika menghirup udara,oksigen masuk melalui hidung,kemudian masuk ke pangkal tenggorokan,setelah itu oksigen melewati dua saluran yang berukuran lebih kecil dari tenggorokan.dua saluran ini disebut

bronkus, setelah melewati bronkus udara masuk ke paru-paru.43

1. Alat - alat pernapasan pada manusia

Berikut ini adalah bagian-bagian alat pernapasan pada manusia sebagai berikut :

a. Hidung, adalah tempat keluar masuknya udara pernapasan. Udara masuk melalui lubang hidung menuju rongga hidung. Didalam rongga hidung

42

Sukarno dkk.dasar-dasar pendidikan sains.( Jakarta:Bhatara karya aksara).1981.h 26

43

Choiril Azmiyawati dkk. IPA Salingtemas untuk kelas V SD/MI. (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional). 2008. h al 2


(40)

terdapat rambut hidung dan selaput lendir. Rambut hidung dan selamput lendir berfungsi menyaring udara yang masuk agar bebas dari debu dan kuman44 b. Tenggorokan (Trakea), merupakan sebuah saluran panjang nya kira-kira 9 cm.

pada tenggorokan terdapat bulu-bulu halus. Bulu-bulu halus berfungsi menyaring udara dari kotoran yang masih dapat lolos ke tenggorokan.

c. Cabang Tenggorokan (Bronkus), merupakan cabang dari trekea, setiap

bronkus menuju ke paru-paru kanan dan paru-paru kiri. Bronkus tersusun dari pipa-pipa kecil yang disebut dengan Bronkiolus

d. Alveolus, merupakan gelembung yang sangat tipis, gelembung tersebut

diselimuti kapiler darah. Pada alveolus terjadi pertukaran gas O2 dan CO2, pada saat udara kita hirup samapi di alveolus oksigen melewati dinding kapiler darah.oksigen diikat oleh hemoglobin (Hb) darah. Setelah itu darah akan mengedarkan oksigen ke seluruh tubuh. Didalam tubuh oksigen digunakan untuk proses pembentukan energi.

e. Paru-paru, terdapat didalam rongga dada diatas diafragma. Diafragma adalah sekat antara rongga dada dan rongga perut. Paru-paru ada dua buah yaitu kiri dan kanan. Paru-paru kanan terdiri atas tiga gelambir sedangkan paru-paru kiri terdapat 2 gelambir. Paru-paru dibungkus oleh selaput paru-paru yang disebut pleura. Dan dalam paru-paru terdapat cabang-cabang bronkus yang disebut dengan Brounkiolus

2. Proses Pernapasan Pada Manusia

Proses pernapasan pada manusia dimulai dari hidung. Udara yang diisap pada waktu menarik nafas (inspirasi) biasanya masuk melalui lubang hidung (nares) kiri dan kanan selain melalui mulut. Pada saat masuk, udara disaring oleh bulu hidung yang terdapat di bagian dalam lubang hidung. Pada waktu menarik napas, otot diafragma berkontraksi. Semula kedudukan diafragma melengkung keatas sekarang menjadi lurus sehingga rongga dada menjadi mengembang. Hal ini disebut pernapasan perut. Bersamaan dengan kontraksi otot diafragma,

44

S.Rositawaty.Ilmu pengetahuan Alam untuk kelas 5 SD/Mi.(jakarta;Dapertemen pendidikan


(41)

otot tulang rusuk juga berkontraksi sehingga rongga dada mengembang. Hal ini disebut pernapasan dada.45

Akibat mengembangnya rongga dada, maka tekanan dalam rongga dada menjadi berkurang, sehingga udara dari luar masuk melalui hidung selanjutnya melalui saluran pernapasan akhirnya udara masuk ke dalam paru-paru, sehingga paru-paru mengembang.Setelah melewati rongga hidung, udara masuk ke kerongkongan bagian atas (naro-pharinx) lalu kebawah untuk selanjutnya masuk tenggorokan (larynx).Setelah melalui tenggorokan, udara masuk ke batang tenggorok atau trachea, dari sana diteruskan ke saluran yang bernama bronchus

atau bronkus. Saluran bronkus ini terdiri dari beberapa tingkat percabangan dan akhirnya berhubungan di alveolus di paru-paru.Udara yang diserap melalui alveoli

akan masuk ke dalam kapiler yang selanjutnya dialirkan ke vena pulmonalis atau pembuluh balik paru-paru. Gas oksigen diambil oleh darah. Dari sana darah akan dialirkan ke serambi kiri jantung dan seterusnya.

Selanjutnya udara yang mengandung gas karbon dioksida akan dikeluarkan melalui hidung kembali. Pengeluaran napas disebabkan karena melemasnya otot diafragma dan otot-otot rusuk dan juga dibantu dengan berkontraksinya otot perut. Diafragma menjadi melengkung ke atas, tulang-tulang rusuk turun ke bawah dan bergerak ke arah dalam, akibatnya rongga dada mengecil sehingga tekanan dalam rongga dada naik. Dengan naiknya tekanan dalam rongga dada, maka udara dari dalam paru-paru keluar melewati saluran pernapasan.

3. Ganguan Pernapasan Pada Manusia

a. Influenza, Influenza adalah peradangan pada selaput rongga hidung yang disebabkan oleh infeksi virus influenza.

b. Asma, Asma merupakan ganguan proses pernapasan karena adanya penyempitan saluran pernapasan. Penyebabnya adalah alergi, bahan yang dapat menyebabkan alergi antara lain rambut dan bulu hewan.

45


(42)

c. TBC (Tuberkulosis), TBC adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Penderita TBC, paru-parunya terdapat bintil-bintil kecil pada dinding alveolusnya sehingga menggangu proses penyerapan oksigen. Penyakit ini dapat menular melalui benda-benda yang digunakan bersama, seperti sendok, gelas dan sikat gigi. Untuk menghidari penularan TBC sebaiknya penderita menggunakan peralatan makan dan sikat gigi tersendiri.

d. Merokok, Rokok banyak mengandung zat kimia berbahaya yang terkandung dalam rokok dan asap rokok, rokok tidak hanya berbahaya bagi si perokok tetapi juga orang-orang yang disekitarnya. Merokok dapat menyebabkan kanker paru-paru, serangan jantung, ganguan kehamilan bagi wanita dan lain-lain. Ganguan paling ringan yang disebabkan asap rokok adalah batuk-batuk dan sesak napas.46

E.Hasil Penelitian Relevan

Peneliti Mendapatkan data berdasarkan hasil penelitian sebelumnya,bahasanya CTL dapat meningkatkan Hasil Belajar :

“Pengaruh Model Contextual Teaching And Learning terhadap Hasil Belajar IPA Materi Gaya. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara cluster random sampling. Hasil penelitian menunjukan thitung 4,57 dan ttabel 2.00, sehinggal Ho ditolak. Hal ini berarti ada pengaruh hasil belajar menggunakan model contextual Teaching And Learning.47

Wit Laili Darmayanti Universitas Islam Negeri Syarif Hidayattulah(2012) dalam skripsinya yang berjudul “ Pengaruh Pendekatan Contextual Teaching And Learning ( CTL ) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Gaya (di SDN

Cipayung II Tangerang selatan)”. Penelitian ini mengunakan pendekatan Quasi

Eksprimen, Instrumen peneliitian yang digunakan adalah instrumen tes dan lembar observasi. Berdasarkan analisis data mengunakan uji-t yang dilakukan

46

Heri Sulistyanto &Edy Wiyono. Ilmu pengetahuan alam 5.(Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional). 2008.h al 9.

47

Tifa Nasrul Afif dkk. Pengaruh Model Contextual Teaching And Learning terhadap Hasil Belajar IPA Materi Gaya. JURNAL PENDIDIKAN DASAR. VOL.7. NO.1. 2010


(43)

pada taraf kepercayaan 95% menunjukan bahwa hasil belajar IPA siswa yang diajarkan pendekatan CTL di peroleh nilai thitungsebesar 4,24 dan ttabel sebesar 1,66. Dpaat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara pendekatan contextual terhadap hasil belajar siswa.48

Rindang Wijayanti Raharjo Universitas Muhammaadiyah

Prof.DR.Hamka (2011) dalam skripsinya yang berjudul” Pengaruh Pendekatan contextual Teaching And Learning Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SDIT Nurul Falah Pagi Cilincing Jakarta Utara.Penelitian ini menggunakan quasi eksperimen yang sampel terdiri 26 siswa di kedua kelas dan di peroleh thitung=5,08 dan ttabel=2,031 ternyata thitung=5,08> ttabel=2,031 maka disimpulkan ada pengaruh hasil belajar ipa menggunakan pendekatan contextual.”49

“Pengaruh Model Pembelajaran CTL (Contextual Teachinng And Learning) Terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Siswa SMKN 1 Sidoarjo jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian komparasi menggunakan analisis regresi sederhana,setelah diuji regresi diperoleh 12% mempengaruhi hasil peserta didik menggunakn pendekatan CTL. Sedangkan sisa dipengaruhi oleh faktor faktor lain.50

“Hasil Belajar Kognitif Fisika Siswa Melalui Pendekatan Contextual

Teaching And Learning(CTL) Pada Materi Usaha Dan Energi Dikelas XI SMA N

1. rancangan penelitian yang digunakan adalah the one shot case study. dan menggunakan intrumen berupa silabus LKS dan Rpp.51

“Pengaruh Pendekatan CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

(CTL) Melalui Permodelan Media Sederhana Terhadap Hasil Belajar Matematika

48

Wit Laili Darmayanti. Pengaruh Pendekatan Contextual Teaching And Learning ( CTL )

Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Gaya di SDN Cipayung II . Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayattulah.2012. 49

Rindang Wijayanti Raharjo. Pengaruh Pendekatan contextual Teaching And Learning

Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SDIT Nurul Falah Pagi Cilincing Jakarta Utara.

Universitas Muhammaadiyah Prof.DRHamka. (2011) 50

Wili afdin oktiviansa. Pengaruh Model Pembelajaran CTL (Contextual Teachinng And

Learning) Terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Siswa SMKN 1 Sidoarjo. JPTM. Vol 02 No 01

Tahun 2013. 51

Mutaini dkk.Penerapan Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Berbasis

Lesson Study Dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Fisika di SMP Negeri Kota Padang


(44)

Siswa Kelas V SD Gugus III. Penelitian ini mengunakan metode quasi

eksperimen dan dan menggunakan instrumen berupa tes pilihan ganda.Dari hasil

penelitian ini diperoleh thitung sebesar 3.75 dan t tabel sebesar 2.00 . Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh pendekatan

contextual teaching and learning (CTL).52

“Pengaruh pendekatan pembelajaran Contextual Teachinng and Learning Berbasis Kearifan Lokal Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas IV SD. Penelitian ini menggunakan quasy eksperimen dengan menggunakn rancangan

nonequivalent control group desigh, pengambilan sampel menggunakan teknik

Random sampling. Hasil penelitian siswa yang mengikuti pembelajaran

kontekstual mendapatkan nilai rata-rata 20.39 dalam kategori tinggi, sedangakan siswa yang mengikuti pembelajaran konvesioanal mendapatkan nilai rata-rata 15.13 kategori sedang.53

“Upaya peningkatkan aktivitas belajar melalui Contextual Teaching And

Learning ( CTL) pada mata pelajaran Aqidah Akhlak materi asmaul husna kelas

IV semester II di MINU puncak Sidoarjo tahun 2009-2010. Metode yang digunakan dengan penelitian tindakan kelas yang dilakukan sebanyak tiga kali yaitu; pra siklus, siklus I dan siklus II. Setiap siklus terdapat empat tahap yaitu: perencanan, tindakan, refleksi dan rekomendasi .54

52

Ayustria Nari Ratih dkk. Pengaruh Pendekatan CONTEXTUAL TEACHING AND

LEARNING (CTL) Melalui Permodelan Media Sederhana Terhadap Hasil Belajar Matematika

Siswa Kelas V SD Gugus III. Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha. Vol. 2 No. 1 Tahun 2014

53

Eka Hermawan dkk. Pengaruh pendekatan pembelajaran Contextual Teachinng and

Learning Berbasis Kearifan Lokal Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas IV SD.Jurusan

Pendidikan Dasar . Vol 7 Tahun 2013.

54

Baihaki. Upaya Peningkatan Aktivitas Belajar Melalui Pendekatan Contextual Teaching and

Learning pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Kelas IV di MINU Pucang Sidoarjo.Jurnal


(45)

F. Kerangka Berpikir

Belajar merupakan kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundemental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan.55 Pendekatan CTL merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan dunia nyata, mendorong siswa membuat hubungan antara pengatahuan yang dimilikinya dengan penerapannnya dalam kehidupan mereka , menambahkan keyakinan meraka terhadap apa yang jadi pengalaman dalam belajar.

Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya untuk mengarahkan anak didik ke dalam proses belajar sehingga mereka dapat memperoleh tujuan belajar sesuai dengan apa yang diharapkan. Pembelajaran hendaknya memperhatikan kondisi individu anak karena merekalah yang akan belajar. Anak didik merupakan individu yang berbeda satu sama lain,mereka memliki keunikan masing-masing yang tidak sama dengan orang lain. oleh karena itu pembelajaran hendaknya memperhatikan perbedaan-bedaan individual anak tersebut, sehingga pembelajaran benar-benar dapat mengubah kondisi anak dari yang tidak tahu menjadi tahu. dari yang tidak paham menjadi paham. Kodisi nyata seperti ini, selama ini kurang mendapat perhatian sebagain dari guru/pendidik yang cendrung memperhatiakan kelas secara keseluruhan, tidak perorangan .

Pembelajaran yang kurang memperhatian perbedaan individual anak dan didasarkan pada keingin guru, akan sulit dapat mengantarkan anak didik kearah pencapain tujuan pembelajaran. Kondisi seperti inilah yang terjadi pada pendekatan konvesional. Konsekuensi dari pendekatan pembelajaran ini adalah terjadainya kesenjangan yang nyata antara anak yang cerdas dan anak yang kurang cerdas dalam percapain tujun pembelajaran. Kondisi ini mengakibatkan tidak diperoleh ketuntasa dalam belajar sehingga sistem belajar tuntas terabaikan, sehingga hasil belajar pun tidak sesuai dengan target yang ingin dicapai.

Selain iu pembentukan konsep yang diinginkan guru juga akan kurang tearlisasi. Sehingga akan berimplikasi kepada hasil belajar siswa. Pembelajaran

55


(46)

yang baik adalah pembelajaran yang konsepnya dapat dipahami, dan dapat dihubungkan dengan kondisi sebenarnya,sehingga dapat meningkatkan hasil belajar sisiwa.

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir

Hasil belajar siswa meningkat dan lebih baik Tahapan dalam pembelajaran CTL

yaitu : 1. Tahap kontruktivisne 2. Tahap inquiry 3. Tahap qoestioning 4. Tahap learning community

5. Tahap modeling

6. Tahap Reflection

Masalah Pembelajaran IPA 1. Model pembelajaran

konvesional

2. Siswa hanya menghafal tanpa memahamuu benar isi pelajaran

3. Siswa Kurang diberi kesempatan untuk menyampaikan gagasnya 4. Rendahnya Hasil Belajar Siswa pada mata Pelajaran IPA


(47)

G.Hipotesis Penelitian

Berdasarkan deskripsi dan kerangka pikir diatas, maka hipotesis penelitian ini adalah terdapat pengaruh contextual teaching and Learning


(48)

33 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SDN 02 Cinangka, yang terletak di Jl. Nusa Indah no. 3 Kel.Cinangka Kec.Sawangan Kota Depok. Penelitian ini dilakukan pada semester ganjil tahun ajaran 2013/2014.

B. Metode dan Desain Penelitian

Metode yang digunakan adalah metode quasi-eksperimen. Penelitian kuasi eksperimen mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.1Penggunaan metode quasi-eksperimen dalam penelitian ini dipandang tepat karena penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang pengaruh pendekatan Contextual Teaching and Learning terhadap hasil belajar IPA siswa.

Desain penelitian yang digunakan yaituOne- Grouf Pretest-Postest Design. Rancangan ini melibatkan dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Sebelum diberikan perlakuan pada kedua kelas diberikan

pretest. Selanjutnya kelompok eksperimen diberikan perlakuan dengan

menggunakan pendekatan Contekstual Teaching and Learning, sedangkan kelompok kontrol diberikan pembelajaran menggunakan pembelajaran konvensional.Setelah perlakuan kedua kelas diberikan posttest untuk lebih jelasnya desain penelitian dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.1Nonrandomized Control Group Pretest and Posttest Design

Kelompok Tes Awal Perlakuan (x) Tes akhir

Eksperimen TІ XM TЇ

Kontrol T1 Xm T2

1

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2011), cet.14, hal .77


(49)

Keterangan:

T1 : Pretest (tes awal sebelum proses belajar mengajar dimulai dan belum diberikan perlakuan)

T2 : Posttest (tes akhir setelah proses belajar mengajar berlangsung dan diberikan perlakuan)

XM : Pemberian proses belajar mengajar untuk kelompok eksperimen yang dikenai perlakuan pembelajaran CTL

Xm : Pemberian proses belajar mengajar untuk kelompok kontrol dengan pembelajaran konvensional

C. Populasi dan Sampel

Populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian.2Populasi pada penelitian ini adalah siswa SDN Cinangka 02 pada semester ganjil tahun pelajaran 2013-2014.

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti.3 Sampel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 2 kelompok, yaitu:

a. Kelompok eksperimen

Kelompok eksperimen, yaitu kelompok siswa yang mendapat pembelajaran IPA secara CTL. Sampel yang terpilih sebagai kelompok eksperimen adalah siswa kelas V B yang berjumlah 40 siswa.

b. Kelompok kontrol

Kelompok kontrol, yaitu kelompok siswa yang mendapatkan pembelajaran IPA secara konvensional. Sampel yang terpilih sebagai kelas kontrol adalah siswa kelas V A yang berjumlah 40 siswa.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

purposive Sampling dalam teknik ini elemen sampel yang diambil merupakan ciri

khusus(typical) dari populasi.4

2

Hadeli.Metode Penelitian Kependidikan.(Jakarta:Quantum Teaching).hal67. 3

TedjoN.Reksoatmodjo.StatistikauntukPsikologidanPendidikan.(Bandung:PTRefikaAditama). 2007 . h al 4.


(50)

D. Variabel Penelitian

Variabel merupakan segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan peneliti. Maksudnya adalah hal yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu:

Variabel Bebas (X) : Pendekatan Contexstual Teaching and Learning

Variabel Terikat (Y) : Hasil belajar IPA siswa pada konsep Organ Pernapasanpadamanusia

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah cara-cara yang dipergunakan untuk memperoleh data empiris yang dipergunakan untuk penelitian.5Dalam penelitian initeknik pengumpulan data dengan cara memberikan tes awal yang dilakukansebelum pembelajaran (pretest) dan sesudah pembelajaran (posttest) pada kedua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Tes yang diberikan berupa tes obyektif dalam bentuk pilihan ganda yang terdiri dari 4 alternatif jawaban yaitu (a, b, c, dan d). Soal –soal yang diambil dari beberapa sumber yang relevan dan di adaptasi untuk tujuan penelitian ini

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian diartikan sebagai alat yang dapat menunjang sejumlah data yang diasumsikan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang menguji hipotesis penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu instrumen tes. Instrumen berbentuk tes tertulis berupa soal pilihan ganda yang terdiri dari 4 alternatif jawaban yaitu A,B,C dan D pada konsep sistem pernapasan manusia.Tes disusun berdasarkan indikator yang disesuaikan dengan KTSP, tes dilakukan sebelum pembelajaran (pretest) dan sesudah pembelajaran (posttest). Skor yang digunakan pada pilihan ganda adalah bernilai satu (1) untuk jawaban yang benar dan nol (0) untuk jawaban yang salah.

4

Susilo.Prinsip-Prinsip dan Teori Dasar Penelitian Pendidikan Pendidikan ( Jakarta ; Poliyama Widya Pustaka 2009.hal 75.

5


(51)

Penjabaran konsep untuk menjadi butir-butir soal memperhatikan ranah pengetahuan atau ingatan (C1), pemahaman (C2) dan penerapan (C3).Sebelum membuat instrumen, terlebih dahulu membuat kisi-kisi instrumen agar soal yang dibuat mengacu pada indikator kemampuan konsep sistem pernapasan manusia.

Tabel 3.2 Instrumen Kisi-kisiSoal

N

o Indikator Sub Konsep

Aspek Kognitif Soal

Yang diguna kan

C1 C2 C3

1 mengindentifikasi Alat Pernapasan Pada Manusia macam-macamalatperna pasan 1,2*,3,4,10,1 2,13*,22,23*

- - 3

2 menjelaskan Proses pernapasan proses pernapasan 5,14,*18*,19 ,24,25,38 15,21, 40 11*,6 3 3 menjelaskan fungsi

Alat Pernapasan

fungsialatpernap asan

7,8,9,17*,20 *,27*

- - 3

4 Menjelaskan hal-hal yang

menggangu sistem pernapasan hal-hal yang menggagusistem pernapasan 30*,31*,34*, 36*,35* 16*,31, 32* 7

5 Menjelaskan cara mencegah Penyakit pernapasan caramencegahha l yang menggaguperna pasan 33* 1

6 membuat model alat pernapasan dan mendemontrasikan cara kerjanya

membuat model pernapasa

28*,29* 26,39* 3

JUMLAH Soal 14 4 2 20

Ket:Nomor soal yang bertanda bintang (*) adalah nomor soal yang digunakan dalam penelitian berdasarkan hasil coba yang digunakan.

C1= Mengingat C2= Memahami C3= Mengaplikasikan

G.Uji Coba Instrumen Tes

Uji coba instrumen dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kualitas instrumen penelitian yang akan digunakan dalam penelitian. Dalam penelitian ini uji instrumen dilakukan pada siswa di luar kelas eksperimen dan kelas kontrol, yaitu kelas VB yang terdiri dari 40 siswa. Setelah melakukan uji coba instrumen,


(52)

langkah selanjutnya adalah mengolah data hasil uji coba dengan mencaridaya pembeda,tingkat kesukaran , reliabilitas dan.validitas

a. Daya Pembeda

Analisis daya pembedamengkajibutir-butirsoaluntukmelihat kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah.6 Adapun rumus yang digunakan untuk mencari daya pembeda soal adalahmenggunakan program Anates:

=

dimana:

D = daya pembeda

BA = jumlah peserta kelompok atas yang menjawab benar BB = jumlah peserta kelompok bawah yang menjawab benar JA = jumlah peserta kelompok atas

JB = jumlah peserta kelompok bawah

PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar PB = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar7

Dengan klasifikasi daya pembeda sebagai berikut: Tabel 3.5Klasifikasi Daya Pembeda

Daya Pembeda Klasifikasi

0.00 – 0.20 KurangBaik 0.20 – 0.40 CukupBaik 0.40 – 0.70 Baik 0.70 – 1.00 Baik sekali

Berdasarkan hasil perhitung andaya pembeda masing-masing butir soal dihitung menggunakan ANATES, diperoleh hasil daya pembeda terendah

6


(53)

22.22 termasuk dalam kategori kurang baik, dan tertinggi sebesar 88.89 termasuk dalam kategori baik sekali.

b. Taraf Kesukaran

Suharsimi Arikonto mengatakan, soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar.8Menurutnya, hal tersebut perlu diperhatikan karena soal yang terlalu mudah tidak meransang siswa untuk berfikir lebih maju, begitu pula sebaliknya, soal yang terlalu sukar akan membuat siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat lagi untuk mencobanya. Oleh karena itu, soal yang dibuat untuk mengukur tes hasil belajar sebaiknya adalah soal yang dapat menjangkau semua kemampuan siswa. Untuk mengetahui taraf kesukaran soal yang dibuat, sebaiknya pembuat soal harus melakukan perhitungan taraf kesukaran soal. Atas dasar pertimbangan itu, dalam penelitian ini peneliti melakukan perhitungan taraf kesukaran soal dengan menggunakan rumus:

dimana:

P = indeks tingkat kesukaran

B = jumlah siswa yang menjawab soal benar JS = jumlah seluruh siswa peserta tes

Interprestasi mengenai tingkat kesukaran yang diperoleh digunakan tabel klasifikasi dibawah ini:

Tabel 3.4- Klasifikasi Indeks Kesukaran Soal

Taraf Kesukaran Klasifikasi

0.00 - 0.30 soal sukar 0.30 - 0.70 soal sedang

0.70 - 1.00 soal mudah

8


(54)

Tingkat kesungkarandari 40 soalpilihangandadidapatkategorisoal yang sukarsebanyak 9 soal, soal sedang sebanyak 19 soal dan soal mudah sebanyak 12 soal.

c. Reliabilitas Instrumen

PerhitunganreabilitasmenggunakanK-R 20 yaitusebagaiberikut9 :

[ ] [

] dimana:

rII : reliabilitas tes secara keseluruhan : proporsi siswa yang menjawab benar : proporsi siswa yang menjawab salah

∑pq : jumlah hasil perkalian antara dan n : banyaknya item

S : standar deviasi dari tes dengan, ∑

Dengan kualifikasi koefisien reabilitas adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3Interprestasi Reliabilitas

Koefisien Korelasi Kriteria Reliabilitas

0,91-1,00 sangat tinggi

0,71-0,90 Tinggi

0,41-0,70 Cukup

0,21-0,40 Rendah

<0,20 sangat rendah

9

Suharsini Arikunto, Dasar-Dasar Evamuasi Pendidikan Edisi Revisi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011),.cet.12, hal .222.


(55)

Adapun hasil keseluruhan reliabilitas seluruh butir soal yang sudah dinyatakan valid sebesar 0,76 dan termasuk kedalam kriteria reliabilitas tinggi.Untuk lebih jelasnya, perhitungan dapat dilihat pada lampiran

d. Validitas Instrumen Pilihan Ganda

Validitas tes merupakan ukuran yang menyatakan kesahihan suatu instrumen sehingga mampu mengukur apa yang hendak diukur.10 Validitas tes yang digunakan adalah validitas butir soal dengan cara membandingkan skor siswa untuk tiap butir soal dengan skor total.Perhitungan validitas pada penelitian ini menggunakan programAnates V4 dengan korelasi point biserial sebagai berikut:

dimana:

:koefisiensi korelasi biserial

M : realita skor dari subjek yang menjawab betul bagi item yang dicari validitasnya

M : realita skor total

: standar deviasi dari skor total

: populasi siswa yang menjawab benar : populasi siswa yang menjawab salah

Jika harga rhitung> rtabel maka butir soal tersebut dinyatakan valid.

Berdasarkan hasil uji validitas pada N = 35 siswa dan α = 5%, dari 40 soal pilihan ganda yang diujikan terdapat 21 soal valid yakni nomor 2,11,13,14,16,17,18,20,27,28,29,30,31,32,33,34,35,36,38 dan 39 Untuk lebih

10

Sukardi.Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya. (Jakarta:PT Bumi Aksara).cet ke 6.2011. h al 30.


(56)

jelasnya, hasil uji validitas butir soal instrumen tes hasil belajar bentuk pilihan ganda dapat dilihat pada lampiran

H. Teknik Analisis Data

Setelah melakukan uji coba instrumen, langkah selanjutnya adalah melakukan penelitian. Data yang diperoleh dari hasil penelitian dengan menggunakan instrumen yang telah diuji coba akan dianalisis untuk menjawab permasalahan dan menguji hipotesis yang telah diajukan. Data yang dihasilkan dari instrumen tes akan dianalisis dengan menggunakan analisis uji-t.

Data tes yang diperoleh melalui instrumen penelitian, kemudian diolah dan dianalisis agar hasilnya dapat menjawab pertanyaan peneliti dan menguji hipotesis. Sebelum melakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan pengujian prasyarat analisis data, yaitu uji normalitas dan homogenitas guna mengetahui apakah data yang diperoleh terdistribusi normal dan mempunyai ragam yang homogen atau tidak. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis data sebagai berikut:

1. Uji Prasyarat Analisis Data Kuantitatif

a. Uji Normalitas

Uji normalitas adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui normal tidaknya persebaran data yang akan dianalisis. Teknik uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji liliefors untuk mengetahui penyebaran

distribusi dengan taraf signifikan α = 0,05.11 Dengan kriteria pengujian, yaitu:

Rumus ;Lh= | F (Z) – S(Z) | L hitung<L tabel ; data berdistribusi normal

L hitung>L tabel ; data berdistribusi tidak normal

11


(57)

Tabel 3.7ContohTabelUjiLiliefors

No Xi Zn Z=(Xi-X)/SD F(Z) S(Z) |F(Z)-S(Z)|

Langkah-langkah yang dapat ditempuh untuk melakukan uji liliefors adalah: Langkah-langkah yang dapat ditempuh untuk melakukan uji liliefors adalah:

.1). Mencari nilai Z score, dengan rumus : Z = (Xi – Mean)/SD

2).MenentukanNilai Z tabel {F(z)} denganmenggunakantabelNormal Baku dari O ke Zberdasarkannilai Z score.

a)JikaZibernilainegatif,maka F(zi)= 0,5-Zt

b)JikaZibernilaipositif,maka F(Zi)=0,5+ Zt

3) MenentukanS(z) dengan rumus S(z) =

4). Menghitung harga Lilliefors hitung dengan rumus : Lh= |F(z) – S(z)

5). Mencari nilai Lilliefors terbesar sebagai Lhitung (0.105)

6). Menentukan harga Lillefors tabel (Lt) dengan rumus :

7). Membuat kesimpulan :

a).Jika harga Lh< t, maka data berdistribusi normal


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Penerapan Pendekatan Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (Ctl) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS

0 5 205

Pengaruh pendekatan contextual teaching and learning (CTL) terhadap hasil belajar siswa: kuasi ekspereimen di SMP Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan

0 11 152

Pengaruh pendekatan contextual teaching and learning (CTL) terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep bunyi

2 12 149

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Sumber Energi Gerak melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) ( Penelitian Tindakan Kelas di MI Muhammadiyah 2 Kukusan Depok)

0 14 135

Peningkatan hasil belajar siswa pada konsep sumber energi gerak melalui pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL): penelitian tindakan kelas di MI Muhammadiyah 2 Kukusan Depok

2 3 135

Penagruh pendekatan contextual teaching laering (CTL) terhadap hasil bejaran biologi siswa kuasi Ekperimen di SMPN 1 Cisauk

0 7 208

Pengaruh Pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa Pada Konsep Koloid

0 7 173

PENGARUH PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS 5 PADA SISTEM PERNAPASAN MANUSIA

0 3 151

Penerapan pendekatan pembelajaran contextual teaching and learnig/CTL untuk meningkatkan hasil belajar PKN pada siswa kelas IV MI Miftahussa’adah Kota Tangerang

0 10 158

Upaya meningkatkan hasil belajar IPA pada konsep perkembangbiakan tumbuhan melalui pendekatan kontekstual: penelitian tindakan kelas di MI Hidayatul Athfal Gunungsindur

0 19 141