Meningkatkan pemahaman konsep siswa melalui pendekatan ketrampilan proses pada konsep laju reaksi (penelitian tindakan kelas di SMA Muhamamdiyah 25 Setia budi Pamulang)

(1)

MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA

MELALUI PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES

PADA KONSEP LAJU REAKSI

(Penelitian Tindakan Kelas di SMA Muhammadiyah 25 Setiabudi Pamulang)

OLEH

DEDE FITROH HANDAYANI

106016200607

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432/2011


(2)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan Semesta Alam yang senantiasa menunjukkan kebesaran dan kekuasaan-Nya, yang telah melimpahkan taufik dan hidayah-Nya, setiap saat sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam tercurah kepada Akhirul Alanbiya Baginda Rasulullah Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya sampai akhir zaman.

Sebuah karya sederhana ini tentunya tidak akan mampu penulis selesaikan tanpa adanya dukungan dan bimbingan yang sangat berarti dari tangan-tangan yang Allah kirimkan kepada pihak-pihak yang senantiasa memberikan dorongan rasa optimis, semangat, dan kemudahan-kemudahan yang dibentangkan sehingga penulis mampu melewatinya. Oleh karena itu, pada ruang yang terbatas ini penulis menghaturkan banyak terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta wakil dan stafnya.

2. Baiq Hana Susanti, M.Sc. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Nengsih Juanengsih, M.Pd. selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Dedi Irwandi, M. Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia sekaligus Dosen Pembimbing Akademik dan Pembimbing I yang penuh kesabaran, perhatian, dan keikhlasan dalam membimbing penyusunan skripsi ini.

5. Munasprianto Ramli, M.A. selaku Pembimbing II atas perhatian, waktu, motivasi, dan saran yang berguna bagi penyusunan skripsi ini.

6. Seluruh Dosen Pengajar dan Staf Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


(3)

7. Hj. Zesmita Umar, SH, selaku Kepala Sekolah SMA Muhammadiyah 25 Pamulang yang telah memberikan izin untuk kepada penulis untuk mengadakan penelitian bagi penulisan skripsi ini.

8. Budhi Endarwati, S.Pd selaku guru kimia di SMA Muhammadiyah 25 Pamulang yang telah memberikan kemudahan dan saran yang sangat besar kepada penulis dan siswa-siswi kelas XI IPA 1 terima kasih atas kerjasamanya.

9. Teman-teman kost Putri Jeumpa Laily MS, Wenny Hikmah., Woro Pinasti, Nia Pratiwi, Merry, Pipit, Eva, Adelia yang selalu memberikan motivasi dan menunjukkan pentingnya memelihara persaudaraan, serta bintang yang selalu memberikan semangat disaat suka maupun duka, terima kasih untuk segalanya.

10. Teman-teman senasib dan seperjuangan angkatan 2006 Noor Novianawati, Nur Cholifah, Mareta Dwi Satuti, Syifa Ummissa’adah, Elmaya Oktaviani, Muzalifah, Riska Haryati, Eviana Ayu, Siti Mutoharoh, Diyah Rauhillah H, Siti Maemunah dan semua pihak yang banyak memberikan bantuannya dalam penulisan skripsi ini yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu. Semoga Allah SWT membalasnya dengan pahala yang berlipat ganda.

Akhir kata penulis hanya bisa berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan mempunyai nilai guna bagi yang memerlukannya.

Billahi Taufik Walhidayah Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, 28 Februari 2010


(4)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... ...i

LEMBAR PERSEMBAHAN ... ...iii

KATA PENGANTAR ... .. iv

DAFTAR ISI ... ...vi

DAFTAR TABEL ... ...ix

DAFTAR GAMBAR ... ....x

DAFTAR LAMPIRAN ... ...xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... ... 1

B. Identifikasi Masalah ... ... 6

C. Pembatasan Masalah ... ... 6

D. Perumusan Masalah ... ... 6

E. Tujuan Penelitian ... ... 7

F. Manfaat Penelitian ... ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti 1. Pengertian Konsep ... ... 8

2. Pemahaman Konsep ... ... 9

3. Pengertian Pendekatan Keterampilan Proses ... . 13

4. Pola Pelaksanaan Keterampilan Proses ... . 16

5. Jenis-Jenis Keterampilan Proses... . 19

6. Keunggulan Dalam Pelaksanaan Pendekatan Keterampilan Proses ... . 21

7. Hubungan Metode Praktikum dan Metode Diskusi dengan Pendekatan Keterampilan Proses ……… 21


(5)

8. Konsep Laju Reaksi ... 24

B.Bahasan Hasil Penelitian Yang Relevan ... 28

C.Pengajuan Konseptual Perencanaan Tindakan ... 31

D.Hipotesis Tindakan ... 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.Tempat dan Waktu Penelitian ... 34

B.Metode dan Desain Intervensi Tindakan 1. Metode Penelitian ... 34

2. Desain Intervensi Tindakan ... 34

C.Subyek atau Partisipan Yang Terlibat Dalam Penelitian ... 37

D.Peran dan Posisi Peneliti Dalam Penelitian ... 37

E. Tahapan Intervensi Tindakan ... 37

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ... 44

G.Data dan Sumber Data ... 44

H.Instrumen Pengumpulan Data ... 45

I. Teknik Pengumpulan Data ... 48

J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan Studi ... 49

K.Analisis Data ... 51

L. Tindak Lanjut Pengembangan Perencanaan Tindakan ... 52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Intervensi Tindakan 1. Data Pemahaman Konsep Siklus I dan II ... 53

2. Persentase Siswa yang Tuntas Belajar ………. 54

B.Pemeriksaan Keabsahan Data ... 55

C.Interpretasi Hasil Analisis Kegiatan Pembelajaran ... 55

D.Analisis Data ... 83

E.Pembahasan ... 83


(6)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 88 B. Saran ... 89

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(7)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 : Jenis Data, Sumber Data, dan Instrumen ... 45

Tabel 3.2:Kisi-Kisi Instrumen Tes Pemahaman Konsep Siklus I ... 46

Tabel 3.3 : Kisi-Kisi Instrumen Tes Pemahaman Konsep Siklus II ... 47

Tabel 3.4 : Teknik Pengumpulan Data ... 48

Tabel 4.1 : Rata-rata Tingkat Pemahaman Konsep Indikator Siklus I ... 53

Tabel 4.2 : Rata-rata Tingkat Pemahaman Konsep Indikator Siklus II ... 54

Tabel 4.3 : Persentase Siswa yang Tuntas Belajar ... 54

Tabel 4.4 : Deskripsi Aktivitas Guru dan Siswa Siklus I ... 57

Tabel 4.5 : Hasil Catatan Lapangan Siklus I ... 68

Tabel 4.6 : Deskripsi Hasil Refleksi Siklus I ... 72

Tabel 4.7 : Deskripsi Aktivitas Guru dan Siswa Siklus II ... 75

Tabel 4.8 : Hasil Catatan Lapangan Siklus II ... 80


(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 93

Lampiran 2 : Lembar Kerja Siswa Siklus I ... 117

Lampiran 3 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 132

Lampiran 4 : Lembar Kerja Siswa Siklus II ... 153

Lampiran 5 : Kisi-kisi Instrumen Tes Pemahaman Konsep Siklus I ... 157

Lampiran 6 : Kisi-kisi Instrumen Tes Pemahaman Konsep Siklus II ... 164

Lampiran 7 : Instrumen Tes Penelitian Siklus I ... 177

Lampiran 8 : Kunci Jawaban Instrumen Tes Siklus I ... 180

Lampiran 9 : Instrumen Tes Penelitian Siklus II ... 187

Lampiran 10 : Kunci Jawaban Instrumen Tes Siklus II ... 193

Lampiran 11 : Pedoman Penilaian Siklus I ... 200

Lampiran 12 : Pedoman Penilaian Siklus II ... 212

Lampiran 13 : Skor Keterpercayaan Validitas Instrumen Siklus I ... 224

Lampiran 14 : Reliabilitas Instrumen Siklus I ... 225

Lampiran 15 : Tingkat Kesukaran Siklus I ... 226

Lampiran 16 : Daya Pembeda Siklus I ... 227

Lampiran 17 : Skor Keterpercayaan Validitas Instrumen Siklus II ... 228

Lampiran 18 : Reliabilitas Instrumen Siklus II ... 229

Lampiran 19 : Tingkat Kesukaran Siklus II ... 230

Lampiran 20 : Daya Pembeda Siklus II ... 231

Lampiran 21 : Rata-Rata Indikator Pemahaman Konsep Siklus I ... 232

Lampiran 22 : Rata-Rata Indikator Pemahaman Konsep Siklus II ... 233

Lampiran 23 : Data Nilai Posttest Siklus I ... 235

Lampiran 24 : Data Nilai Posttest Siklus II ... 237

Lampiran 25 : Perhitungan Jumlah Siswa yang Mencapai KKM ... 238

Lampiran 26 : Hasil Observasi Pendahuluan ... 240

Lampiran 27 : Format Wawancara dengan Guru ... 242


(9)

Lampiran 29 : Kutipan Hasil Wawancara ... 244

Lampiran 30 : Hasil Observasi dan Catatan Lapangan siklus I ... 250

Lampiran 31 : Hasil Observasi dan Catatan Lapangan siklus II ... 252


(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam proses pendidikan, kegiatan belajar dan mengajar merupakan kegiatan yang paling penting. Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Hal ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar mengajar dirancang dan dijalankan secara profesional.

Setiap kegiatan belajar mengajar selalu melibatkan dua pelaku aktif, yaitu guru dan siswa. Guru sebagai pengajar merupakan pencipta kondisi belajar siswa yang didesain secara sengaja, sistematis dan berkesinambungan. Sedangkan siswa sebagai subyek pembelajaran merupakan pihak yang menikmati kondisi belajar yang diciptakan guru.1 Belajar mengajar akan menjadi terpadu dalam satu kegiatan ketika terjadi interaksi antara guru – siswa dan siswa – siswa pada saat pengajaran itu berlangsung. Inilah makna belajar dan mengajar sebagai proses.

Dalam proses belajar mengajar guru sering menghadapi masalah adanya siswa yang tidak dapat mengikuti pelajaran dengan lancar, ada siswa yang tetap memperoleh prestasi belajar yang rendah, meskipun telah diusahakan untuk belajar dengan sebaik-baiknya. Dalam hal menghadapi siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar, pemahaman yang utuh dari guru tentang kesulitan belajar yang dialami oleh siswanya, merupakan dasar dalam usaha memberikan bantuan dan bimbingan yang tepat, selain itu juga, penting bagi seorang guru untuk merefleksi diri apakah cara mengajar sudah baik, apakah metode atau pendekatan yang diterapkan dalam proses pembelajaran sesuai dengan materi yang akan diajarkan dan dapat diterima oleh siswa.

1

Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2009), h. 8


(11)

Berdasarkan hasil observasi pendahuluan terhadap siswa XI IPA 1 di SMA Muhammadiyah 25 Setiabudi Pamulang yang dilakukan peneliti, diperoleh bahwa ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung, siswa lebih banyak mendengarkan, siswa tidak terlibat secara langsung dalam proses belajar, masih terlihat sebagian besar siswa belum mengerti terhadap materi yang disampaikan oleh guru tetapi tidak ada keberanian untuk bertanya, dan hanya beberapa siswa menjawab pertanyaan guru. Sedangkan dari hasil observasi pendahuluan terhadap guru mata pelajaran kimia di kelas XI IPA 1 diperoleh bahwa ketika guru mengajar lebih sering menggunakan metode ceramah, siswa tidak dilibatkan secara langsung, guru hanya menjelaskan dan memberi pertanyaan. Ketika menjelaskan melalui media power point, guru menjelaskan terlalu cepat dan siswa tidak diberi kesempatan untuk mencatat, untuk evaluasi diakhir pembelajaran, guru hanya menyuruh siswa mengerjakan soal latihan yang terdapat dalam buku paket, jika waktu yang tersedia sudah habis, maka soal dikerjakan di rumah.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap siswa ditemukan bahwa rendahnya hasil belajar siswa terjadi karena siswa kurang paham dengan konsep-konsep kimia yang dipelajari sebelumnya sehingga untuk memahami konsep yang baru, siswa merasa kesulitan karena konsep-konsep awal kimianya saja siswa tidak paham. Metode ceramah dan penggunaan media power point yang guru gunakan membuat siswa merasa bosan dan kesulitan untuk mempelajari konsep kimia, karena guru menjelaskan dengan cepat dan tidak memberi kesempatan pada siswa untuk mencatat, dan jarangnya melakukan kegiatan praktikum membuat siswa beranggapan kimia itu mata pelajaran yang menakutkan, sulit, dan abstrak karena ketidakmampuan siswa memahami konsep kimia, siswa tidak aktif dan tidak terlibat langsung dalam kegiatan pembelajaran sehingga semangat siswa untuk belajar kurang.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap guru mata pelajaran kimia di SMA Muhammadiyah 25 Setiabudi Pamulang, diperoleh bahwa guru lebih sering menggunakan metode ceramah karena


(12)

pelajaran kimia membutuhkan lebih banyak penjelasan, sedangkan penggunaan media power point, selain memudahkan guru untuk menjelaskan, siswa pun dapat melihat materi yang disajikan dari power point, hanya saja dalam pembelajarannya masih banyak siswa yang kesulitan dalam mempelajari konsep-konsep kimia. Guru jarang melakukan praktikum karena laboratorium yang tersedia hanya ada satu dan digunakan secara bergantian dengan SMP Muhammadiyah dibawah yayasan Muhammadiyah Setiabudi Pamulang. Selain itu, selama kegiatan pembelajaran berlangsung, siswa terlihat pasif dan jarang ada yang bertanya sehingga sulit untuk mengetahui apakah siswa memahami materi atau tidak, hal ini disebabkan ketika guru memberikan pertanyaan siswa hanya diam dan tidak memberikan tanggapan telah memahami materi atau tidak. Selain itu, menurut informasi guru, pencapaian hasil belajar kelas XI IPA semester 1 tahun ajaran 2009/2010 rata-rata <50 dan masih dibawah rata-rata KKM sekolah. Rata-rata KKM sekolah untuk pelajaran kimia yaitu 70. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar kimia siswa yang rendah disebabkan pemahaman konsep siswa terhadap konsep kimia rendah. Rendahnya pemahaman siswa terutama pada konsep yang berupa hitungan, yaitu pada konsep termokimia dan laju reaksi, sedangkan data hasil belajar siswa kelas XI IPA 1 tahun ajaran 2010/2011 pada mata pelajaran kimia masih rendah. Hal ini ditunjukkan dengan nilai hasil ulangan harian 20 orang siswa dari 38 jumlah siswa di kelas XI IPA 1 atau sekitar 53% siswa belum mencapai harapan atau masih di bawah nilai KKM yang sudah ditetapkan yaitu 70.

Konsep - konsep kimia di kelas XI cukup sulit untuk dipahami jika siswa tidak memahami konsep awal kimia, karena menyangkut reaksi-reaksi kimia, percobaan suatu teori baik pada konsep laju reaksi, dan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi. Data yang didapatkan peneliti dari guru mata pelajaran kimia diperoleh bahwa laju reaksi merupakan salah satu konsep yang dianggap sulit oleh siswa. Hal ini terbukti dengan masih rendahnya nilai rata-rata ulangan harian kelas XI IPA 1 SMA tahun ajaran 2009/2010. Sesuai dengan tuntutan kurikulum, berdasarkan kompetensi dasar (KD) 3.1, pada


(13)

pelaksanaan pembelajaran untuk konsep laju reaksi dituntut untuk melakukan percobaan. Pada konsep laju reaksi, jika siswa hanya diberi penjelasan tentang konsepnya saja dan tidak diajak untuk terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran atau tidak dilakukannya percobaan konsep, maka siswa tidak akan memperoleh kesempatan untuk mencoba melakukan dan memahami penerapan konsep laju reaksi yang telah diperoleh.

Percobaan dalam pembelajaran konsep laju reaksi dapat dilakukan melalui pendekatan keterampilan proses. Keterampilan proses berfungsi sebagai alat menemukan dan mengembangkan konsep. Konsep yang telah ditemukan atau dikembangkan berfungsi pula sebagai penunjang keterampilan proses.2 Penggunaan keterampilan proses dalam belajar konsep sangat tepat, karena belajar konsep lebih menekankan hasil belajar berupa pemahaman faktual dan prinsipil terhadap bahan atau isi pelajaran yang bersifat kognitif. Sedangkan belajar proses atau keterampilan proses lebih ditekankan pada masalah bagaimana bahan pelajaran dipelajari dan diorganisir secara tepat.3

Belajar konsep dan belajar keterampilan proses saling berkaitan. Keduanya merupakan garis kontinum, belajar konsep menekankan perolehan atau hasil, pemahaman faktual dan prinsipil, sedangkan belajar keterampilan proses tidak mungkin terjadi bila tidak ada materi atau bahan pelajaran yang dipelajari. Sehingga, belajar konsep tidak mungkin tanpa keterampilan proses pada siswa,4 Karena, konsep tidak bisa ditransfer secara utuh dari pikiran guru kepada siswa, tetapi harus dibangun sendiri oleh siswa, artinya dalam pembelajaran siswa sendirilah yang harus membangun pengetahuannya melalui interaksi dengan lingkungannya dengan menggunakan pengalaman dan keterampilan-keterampilan dasar yang telah dimilikinya.

Kegiatan dalam keterampilan proses dapat muncul jika metode mengajar yang digunakan memungkinkan siswa untuk mempraktekkan dan

2

Djago Tarigan, Proses Belajar Mengajar Pragmatik, (Bandung: Angkasa, 1990), Ed. Ke-1 h. 10

3

Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar..., h. 6 4


(14)

mengamati secara langsung perubahan-perubahan yang terjadi selama percobaan. Metode yang dianggap tepat untuk hal tersebut adalah metode praktikum. Dalam pelajaran sains, metode praktikum tidak hanya digunakan untuk memperlihatkan sesuatu sekedar untuk dilihat, tetapi banyak digunakan untuk mengembangkan suatu pemahaman, memperlihatkan penggunaan suatu prinsip, menguji kebenaran suatu hukum yang diperoleh secara teoritis atau untuk memperkuat suatu pengertian. Dengan metode ini siswa dapat melakukan kegiatan penemuan konsep sendiri melalui penanganan benda-benda nyata dalam hal ini berupa zat-zat kimia yang direaksikan langsung dan dapat diamati perubahan zatnya serta hasil reaksinya.

Selain dengan metode praktikum, dalam pelaksanaan pendekatan keterampilan proses dapat dilakukan dengan metode diskusi. Dengan diskusi, siswa dapat bekerja sama bertukar pendapat dengan siswa lainnya. Dengan diskusi, siswa dilatih untuk melakukan proses berpikir, mengungkapkan pendapat, dan semua siswa aktif berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran lebih tinggi.5

Penerapan pendekatan keterampilan proses melalui metode praktikum dan diskusi, diharapkan dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa, khususnya pada konsep laju reaksi. Hal inilah yang kemudian mendorong peneliti untuk melakukan penelitian dengan judul “Meningkatkan

Pemahaman Konsep Siswa Melalui Pendekatan Keterampilan Proses

pada Konsep Laju Reaksi”.

5

Tonih Feronika, Buku Ajar Strategi Pembelajaran Kimia, (Jakarta: FITK UIN Syarif Hidayatullah, 2008), h. 40


(15)

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka penulis mengidentifikasi beberapa masalah, yaitu:

1. Pemahaman siswa terhadap konsep laju reaksi masih rendah.

2. Rata-rata pencapaian ulangan harian konsep laju reaksi masih di bawah nilai KKM

3. Jarangnya melakukan kegiatan praktikum.

4. Kegiatan belajar mengajar selalu menggunakan metode ceramah. 5. Guru menjelaskan materi terlalu cepat.

6. Siswa tidak diberi kesempatan untuk mencatat materi yang terdapat di power point.

7. Siswa beranggapan bahwa kimia adalah pelajaran yang menakutkan, sulit, dan abstrak.

8. Siswa tidak aktif dan tidak bersemangat dalam kegiatan belajar mengajar.

C. Pembatasan Fokus Penelitian

Agar memudahkan dalam penelitian dan tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda, maka pada penelitian ini hanya akan dibatasi pada masalah, yaitu :

1. Pemahaman siswa terhadap konsep laju reaksi masih rendah.

2. Rata-rata pencapaian ulangan harian konsep laju reaksi masih di bawah nilai KKM

D. Perumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah umum penelitian adalah: “Bagaimana penerapan pendekatan keterampilan proses dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa pada konsep laju reaksi?”.


(16)

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa melalui pendekatan keterampilan proses pada konsep laju reaksi.

F. Manfaat Penelitian

Secara umum penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:

1. Bagi siswa, siswa terlibat langsung dengan objek nyata sehingga dapat mempermudah pemahaman siswa terhadap pelajaran kimia, merangsang siswa untuk aktif, kreatif, serta memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan yang ada dalam diri siswa.

2. Bagi guru kimia, dapat memberikan gambaran proses pembelajaran kimia sehingga dapat merangsang dan mengembangkan pembelajaran melalui pendekatan keterampilan proses.

3. Bagi lembaga pendidikan, sebagai pertimbangan pembuatan program pembelajaran kimia yang dapat melibatkan siswa lebih aktif dalam pembelajaran dan menumbuhkembangkan keterampilan proses siswa.

Secara khusus penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang bagaimana penerapan pendekatan keterampilan proses dalam meningkatkan pemahaman konsep siswa.


(17)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti 1. Pengertian Konsep

Konsep-konsep merupakan batu-batu pembangun (building blocks) berpikir.6 Konsep-konsep adalah kategori-kategori yang kita berikan pada stimulus-stimulus yang ada di lingkungan kita. Konsep-konsep menyediakan skema-skema terorganisasi untuk mengasimilasikan stimulus-stimulus baru dan untuk menentukkan hubungan di dalam dan di antara kategori-kategori. Konsep merupakan suatu abstraksi yang menggambarkan ciri-ciri, karakter atau atribut yang sama dari sekelompok objek dari suatu fakta, baik merupakan suatu proses, peristiwa, benda atau fenomena di alam yang membedakannya dari kelompok lainnya.7

Menurut Good dalam Resna dalam Rustaman, konsep adalah gambaran dari ciri-ciri sesuatu objek sehingga dapat membedakannya dengan objek lainnya,8 sedangkan menurut Mulyati Arifin, konsep adalah “sekelompok stimuli yang memiliki karakteristik yang umum”9

. Konsep adalah satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang mempunyai ciri-ciri yang sama.10 Orang yang memiliki konsep mampu mengadakan abstraksi terhadap objek-objek yang dihadapi, sehingga objek ditempatkan dalam golongan tertentu. Objek-objek dihadirkan dalam kesadaran orang dalam bentuk representasi mental tidak berperaga. Konsep sendiri dapat dilambangkan dalam bentuk suatu kata (lambang bahasa).

6

Ratna Wilis Dahar, Teori-Teori Belajar, (Jakarta: Erlangga, 1996), h. 79 7

Nuryani Y. Rustaman dkk., Strategi Belajar Mengajar Biologi, (Malang: UM Press, 2005), h. 51

8

Nuryani Y. Rustaman dkk., Strategi Belajar Mengajar...., h. 50 9

Mulyati Arifin, “Pengembangan Program Pengajaran Bidang Studi Kimia”, (Bandung, 1995). h. 38

10


(18)

Konsep dibedakan atas konsep konkrit dan konsep abstrak (yang harus didefinisikan). Konsep konkrit adalah pengertian yang menunjuk pada objek-objek dalam lingkungan fisik, sedangkan konsep abstrak (yang harus didefinisikan) adalah konsep yang mewakili realitas hidup, tetapi tidak langsung menunjuk pada realitas dalam lingkungan hidup fisik, untuk memberikan pengertian konsep secara abstrak diperlukan definisi dengan menggunakan lambang bahasa.

Dari beberapa pengertian tentang konsep di atas, dapat disimpulkan bahwa konsep merupakan satuan arti yang dapat mewakili sejumlah stimuli yang mempunyai ciri-ciri yang sama. Stimuli adalah obyek-obyek. Konsep-konsep membantu kita untuk mengidentifikasi obyek-obyek yang ada di sekitar kita. Konsep dapat diekspresikan dalam bentuk kata-kata, konsep ada yang bersifat konkrit dan ada juga yang bersifat abstrak. Konsep konkrit dapat dilihat sedangkan konsep abstrak tidak dapat dilihat dan harus dipelajari dengan definisi.

2. Pemahaman Konsep

Konsep penting bagi manusia, karena digunakan untuk berkomunikasi, berpikir ilmiah, belajar atau mengaplikasikan pada masalah yang sedang dihadapi. Sebagian besar apa yang dipelajari di sekolah terdiri dari konsep-konsep.11 Selama menuntut ilmu, siswa dituntut untuk menguasai konsep kata-kata tertentu.12 Melalui perbendaharaan dan pemahaman konsep siswa diharapkan tidak sekedar untuk memilikinya, tetapi siswa diharapkan dapat menggunakan konsep yang telah dimilikinya untuk mengorganisasikan dan mengklasifikasikan pengalamannya untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Sebab dengan pemahaman konsep didapatkan pengertian atas kata-kata yang dipelajari. Seseorang yang tidak menguasai konsep kata-kata tertentu akan mengalami kesulitan

11

Mulyati Arifin, Pengembangan Program Pengajaran...., h. 38 12


(19)

memahami suatu kalimat yang dibaca. Ini berarti belajar konsep mempunyai arti penting bagi keberhasilan belajar.

Dalam mempelajari kaidah-kaidah diperlukan penguasaan atas kata-kata, sehingga didapatkan pengertian yang jelas, jauh dari verbalisme yang bersifat hafalan belaka. Kaidah itu sendiri adalah penggabungan dari beberapa konsep yang dihubungkan satu sama lain. Misalnya, dalam menjawab soal-soal uraian diperlukan pemahaman konsep, sehingga tidak terjadi kesalahan kata-kata dalam menjawabnya. Banyak hafalan kata-kata tanpa pemahaman konsep adalah penguasaan bahan yang baku, jauh dari pengertian.

Pemahaman konsep sangatlah diperlukan, agar siswa dapat menyelesaikan masalah yang relevan dengan konsep tersebut. Untuk memecahkan masalah, seorang siswa harus mengetahui aturan-aturan yang relevan, dan aturan-aturan ini didasarkan pada konsep-konsep yang diperolehnya. Untuk mempelajari suatu konsep dengan baik perlu memahami ciri-ciri suatu konsep, sehingga dengan konsep itu siswa dapat berpikir secara abstrak.

Adapun ciri-ciri suatu konsep adalah sebagai berikut: a. Konsep merupakan buah pikiran yang dimiliki seseorang atau

kelompok orang-orang. Dalam hal ini konsep semacam simbol.

b. Konsep itu timbul sebagai hasil dari pengalaman manusia dengan lebih dari satu benda, peristiwa atau fakta. Dalam hal ini konsep adalah suatu generalisasi.

c. Konsep adalah hasil berpikir abstrak manusia yang menuangkan banyak pengalaman.

d. Konsep menyangkut fakta-fakta atau pemberian pola pada fakta-fakta. e. Suatu konsep dapat mengalami perubahan, akibat timbulnya

pengetahuan baru.


(20)

Taksonomi tujuan pengajaran dalam kawasan kognitif menurut Bloom terdiri atas enam tingkatan yang susunannya sebagai berikut:13 a. Pengetahuan

Mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian, kaidah, teori, prinsip, atau metode.

b. Pemahaman

Mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal yang dipelajari.

c. Penerapan/Aplikasi

Mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru.

d. Analisis

Mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. e. Sintesis

Mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru. f. Evaluasi

Mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu.

Pemahaman merupakan urutan yang kedua dari taksonomi Bloom yang merupakan suatu kemampuan menangkap makna atau arti sesuatu hal yang dipelajarinya. Pada tingkatan ini, proses pembelajaran diarahkan untuk melatih dan membentuk proses berpikir siswa tentang pengertian atau konsep.14

13

Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), h. 26

14

Radno Harsanto, Pengelolaan Kelas yang Dinamis (Paradigma Baru Pembelajaran Menuju Kompetensi Siswa), (Yogyakarta: Kanisius, 2007), h. 90


(21)

Pemahaman merupakan salah satu ranah kejiwaan yang berpusat di otak yang berhubungan dengan konasi (kehendak) dan afeksi (perasaan) yang bertalian dengan rasa. Pemahaman merupakan bagian dari kognitif manusia. Istilah cognitive berasal dari kata cognition (kognisi) yaitu perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan. Dalam perkembangan selanjutnya istilah kognitif menjadi popular sebagai salah satu domain atau wilayah atau ranah psikologis manusia yang meliputi setiap perilaku mental.15

Setiap siswa memiliki pemahaman yang berbeda-beda mengenai hal-hal yang mereka pelajari di sekolah, baik mengenai mata pelajaran maupun mengenai kegiatan-kegiatan lain yang dilakukan di sekolah. Pemahaman sendiri berasal dari kata “paham”. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, kata paham diartikan "pengertian".16 Memahami berarti mengerti, perlu disadari bahwa tujuan pendidikan itu adalah membuat siswa mengerti dan bukan membuat siswa percaya. Jadi, siswa perlu memahami IPA bukan menghafal fakta-fakta tentang IPA agar dapat menghadapi perkembangan atau bahkan ikut berpartisipasi dalam pengembangan teknologi di masa yang akan datang. Sebagai contoh persamaan reaksi adalah suatu konsep. Jika seseorang telah mempelajari persamaan reaksi maka orang tersebut akan dapat mengabstraksikan apa yang dimaksud dengan persamaan reaksi dengan segala karakteristiknya. Apabila kemudian orang tersebut diminta menuliskan persamaan reaksi A dengan B menghasilkan C dan D, maka akan dituliskan :

A + B C + D

Dari persamaan reaksi tersebut akan berkembang ke konsep yang lebih tinggi seperti konsep laju reaksi. Dalam konsep laju reaksi, persamaan reaksi dinyatakan berdasarkan data hasil percobaan.

15

Muhibbin Syah, “Psikologi Belajar”, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), Cet

ke-II, h. 22 16

W. J. S. Poerwadarminta, “Kamus Umum Bahasa Indonesia”, (Jakarta: Balai Pustaka,


(22)

Berdasarkan data tersebut, dapat ditentukan orde reaksi dan konstanta laju reaksi.

Pemahaman pada suatu konsep akan menambah daya abstraksi yang diperlukan dalam komunikasi. Pemahaman pada suatu konsep sering digunakan untuk menjelaskan karakteristik konsep lain. Sehingga semakin banyak konsep yang dimiliki seseorang akan memberikan kesempatan kepadanya untuk memahami konsep lain yang lebih luas yang akan menjadi modal untuk memecahkan masalah di sekitarnya. Semakin banyak konsep yang dimiliki seseorang semakin banyak alternatif yang dapat dipilihnya dalam menghadapi masalah yang dihadapinya.17

Mengembangkan cara berfikir dan kemampuan mengajukan pertanyaan bagi siswa perlu dilakukan dengan menggunakan keterampilan proses dalam IPA dan tidak cukup hanya mengandalkan metode ceramah saja, karena tujuan pengajaran ilmu pengetahuan berupa pemahaman konseptual.18 Jadi, dari penjelasan yang sudah diuraikan di atas yang dimaksud dengan pemahaman konsep adalah memahami dan menguasai pengertian dan tujuan dari suatu arti yang dapat mewakili obyek-obyek, prinsip, dan teori yang sedang dipelajari.

3. Pendekatan Keterampilan Proses

Salah satu tujuan yang paling penting bagi sekolah adalah mengajar siswa untuk berpikir. IPA telah memberikan kontribusi keterampilan yang unik, dengan penekanan pada hipotesis, memanipulasi dunia fisik dan penalaran dari data.19 Dalam pedoman pelaksanaan kurikulum dijelaskan bahwa dalam kegiatan belajar-mengajar guru diharuskan memperhatikan pula keterampilan siswa dalam hal

17

Mulyati Arifin, Pengembangan Program Pengajaran...., h. 38 18

Dorothy Gabel, “Enhancing the conceptual Understanding Of Science”, Journal of educational HORIZONS Winter 2003, Indiana University

19

Michael J. Padilla, “The Science Process Skills”, (Research Matters - to the Science Teacher No. 9004, March 1, 1990)


(23)

memperoleh hasil, yakni memperoleh keterampilan tentang prosesnya. Pendekatan ini disebut dengan istilah pendekatan keterampilan proses.

Ada beberapa alasan yang melandasi perlunya diterapkan pendekatan keterampilan proses dalam kegiatan belajar-mengajar sehari-hari. Alasan pertama, perkembangan ilmu pengetahuan berlangsung semakin cepat sehingga tak mungkin lagi para guru mengajarkan semua fakta dan konsep kepada siswa. Alasan kedua, para ahli psikologi umumnya sependapat bahwa anak-anak mudah memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika disertai dengan contoh-contoh konkret, contoh-contoh yang wajar sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi, dengan mempraktekkan sendiri upaya penemuan konsep melalui perlakuan terhadap kenyataan fisik, melalui penanganan benda-benda yang benar-benar nyata. Alasan ketiga, penemuan ilmu pengetahuan tidak bersifat mutlak benar seratus persen, penemuan bersifat relatif. Alasan keempat, dalam proses belajar-mengajar seyogyanya pengembangan konsep tidak dilepaskan dari pengembangan sikap dan nilai dalam diri anak didik.20 Sebagai salah satu upaya mengoptimalkan siswa dalam melaksanakan aktivitas belajarnya agar dapat mencapai kompetensi yang diharapkan dan siswa tidak hanya menerima atau menghapal secara verbal, namun harus melalui pengalaman langsung, maka dalam proses pembelajaran sebaiknya diterapkan pendekatan keterampilan proses.

Depdikbud seperti yang dikutip Dimyati mendefinisikan pendekatan keterampilan proses sebagai wawasan atau anutan pengembangan keterampilan-keterampilan intelektual, sosial, dan fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar yang pada prinsipnya telah ada dalam diri siswa.21

20

Conny Semiawan, “Pendekatan Keterampilan Proses: Bagaimana Mengaktifkan Siswa dalam Belajar ”, (Jakarta: PT. Gramedia, 1990), h. 14

21


(24)

Pendekatan keterampilan proses Menurut Funk dalam Dimyati yaitu:22

a. Pendekatan keterampilan proses memberikan kepada siswa pengertian yang tepat tentang hakikat ilmu pengetahuan. Siswa dapat mengalami rangsangan ilmu pengetahuan dan dapat lebih baik mengerti fakta dan konsep ilmu pengetahuan.

b. Mengajar dengan keterampilan proses berarti menambah kesempatan kepada siswa bekerja dengan ilmu pengetahuan, tidak sekedar menceritakan atau mendengarkan cerita tentang ilmu pengetahuan. c. Menggunakan keterampilan proses untuk mengajar ilmu pengetahuan

membuat siswa belajar proses dan produk ilmu pengetahuan sekaligus. Cepni mendefinisikan keterampilan proses sebagai keterampilan dasar yang memfasilitasi pembelajaran dalam ilmu, membuat siswa aktif, meningkatkan rasa tanggung jawab siswa untuk pembelajaran mereka sendiri, membuat kegiatan belajar menjadi menyenangkan, dan membekali siswa dengan cara dan metode penyelidikan.23

Keterampilan proses didefinisikan sebagai seperangkat kemampuan luas yang disesuaikan dengan banyak disiplin ilmu dan mencerminkan perilaku para ilmuwan. Keterampilan proses dapat berupa keterampilan dasar dan terintegrasi. Keterampilan proses dasar meliputi keterampilan mengamati, menyimpulkan, mengukur, berkomunikasi, mengklasifikasi, dan meramalkan. Keterampilan dasar semacam itu membantu memberikan sebuah keterampilan proses terpadu. Sedangkan yang termasuk keterampilan proses yang terintegrasi yaitu mengendalikan variabel, mendefinisikan secara operasional, merumuskan hipotesis, menafsirkan data, bereksperimen, dan merumuskan model.24 Dengan

22

Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran...., h. 138 23

Meltem Duran, Oğuz Özdemir, “The effects of scientific process skills–based science teachingon students' attitudes towards science”(US-China Education Review, ISSN 1548-6613, USA, Volume 7, No.3, Maret 2010, (Serial No.64))

24

Rebecca L. Hamilton, “Assessing Mississippi AEST Teachers’ Capacity For Teaching Science Integrated Process Skill” Journal of Southern Agricultural Education Research Volume 57, Number 1, 2007, Mississippi State University Extension Service. Diakses 21 Februari 2010


(25)

mengembangkan keterampilan-keterampilan memproseskan perolehan, siswa akan mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep.25

Menurut Ausubel dalam Ango, keterampilan proses seperti keterampilan mengamati, mengelompokkan, memprediksi, sangat penting untuk pengembangan dan menghasilkan pemahaman konsep siswa. Dengan menerapkan pendekatan keterampilan proses, guru tidak hanya mengajar dan memberikan bimbingan tetapi yang lebih penting guru terampil membangun situasi agar siswa terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan hasil belajar.26

Dari beberapa pengertian pendekatan keterampilan proses dapat disimpulkan bahwa pendekatan keterampilan proses adalah pendekatan pengajaran yang memberikan kesempatan pada siswa untuk berproses ilmiah dengan tujuan mengembangkan dan meningkatkan kemampuan siswa untuk menemukan dan mengemukakan sendiri fakta, konsep serta sikap dan nilai dalam diri siswa. Konsep-konsep yang siswa peroleh melalui keterampilan proses yang telah dilakukan akan tertanam kuat, sehingga siswa akan lebih memahami suatu konsep, karena siswa terlibat dalam proses pencarian konsep. Pendekatan keterampilan proses mampu mengembangkan kreativitas siswa dalam belajar sehingga siswa aktif mengembangkan dan menerapkan kemampuannya.

4. Pola Pelaksanaan Keterampilan Proses

a. Tujuan dan lingkup kegiatan

Keterampilan proses bertujuan untuk mengembangkan kreativitas siswa dalam belajar, sehingga siswa secara aktif mengembangkan kemampuan-kemampuannya, sedangkan lingkup

25

Conny Semiawan, “Pendekatan Keterampilan Proses..., h. 18 26

Mary L. Ango, Maria L. Ango, “Process control Science Skills and Effective Use them

in Teaching of Science:An Education Educology” tersedia di

http://www.eric.ed.gov/ERICDocs/data/ericdocs2sql/content_storage_01/0000019b/80/27/fb/49.pd f di akses 21 Februari 2010


(26)

kegiatan keterampilan proses ini bertolak pada kemampuan fisik dan mental yang mendasar, sesuai dengan apa yang ada pada pribadi siswa.27

b. Asas pelaksanaan kegiatan

Dalam melaksanakan keterampilan proses pada kegiatan belajar mengajar, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1) Kegiatan harus sesuai dan selalu berpegang teguh pada tujuan kurikulum dan tujuan instruksional pengajaran

2) Harus berpegang pada siswa; semua siswa mempunyai kemampuan atau potensi sesuai dengan pribadi siswa.

3) Siswa harus diberi kesempatan, dorongan, dan penghargaan untuk mengungkapkan perasaan dan pikirannya

4) Semua pembinaan harus didasarkan pada pengalaman belajar siswa 5) Perlu diupayakan agar pembinaan mengarah pada kemampuan siswa

untuk mengolah hasil belajarnya

c. Langkah-langkah pelaksanaan keterampilan proses28 1) Langkah pendahuluan

(a) Guru memeriksa siswa, apakah tugas-tugas dikerjakan atau tidak, sampai di mana pengerjaannya, dan memberikan paraf pada pekerjaan siswa

(b) Guru membahas tugas-tugas yang diberikan, hanya mengenai hal-hal yang penting saja, yaitu hal-hal yang esensial

(c) Guru mengadakan apersepsi, pengarahan, dan pengantar terhadap tugas baru yang akan diberikan

27

Moerdiyanto, “Strategi Pelaksanaan Pendekatan Keterampilan proses dalam kegiatan Belajar Mengajar”, (Cakrawala Pendidikan No. 1 Tahun VIII 1989), h. 25

28


(27)

(d) Guru memberikan motivasi untuk memusatkan perhatian siswa terhadap pelajaran yang akan diberikan.

2) Kegiatan

Kegiatan belajar-mengajar dilaksanakan berdasarkan keterampilan proses. Dalam pelaksanaannya, guru mengikutsertakan siswa untuk turut aktif agar diperoleh kemampuan untuk mengamati, mengklasifikasikan, menafsirkan, memprediksi, menerapkan kegiatan, dan mengkomunikasikan. Dengan keterampilan-keterampilan proses yang siswa peroleh pada kegiatan belajar-mengajar tersebut, siswa akan dapat memahami lebih mendalam dan dapat mengingat dalam jangka waktu yang lama sehingga mereka mampu menerapkan hasil belajarnya pada berbagai situasi yang dihadapi dalam masyarakat.

3) Mengadakan posttest

Posttest dalam kegiatan ini bertujuan untuk mengukur seberapa jauh tujuan belajar telah dicapai oleh siswa. Dengan posttest tersebut, guru dapat mengontrol berapa persen tujuan belajar tercapai dan tujuan-tujuan mana yang belum dikuasai siswa. Hal ini dapat digunakan untuk mengadakan revisi/remedial bagi siswa-siswa tertentu atau mungkin juga dapat digunakan sebagai umpan balik bagi perbaikan proses belajar mengajar berikutnya.

4) Menutup kegiatan

Dalam pendekatan keterampilan proses, pada akhir kegiatan belajar, guru harus selalu memberikan tugas-tugas yang harus diselesaikan dan dimonitor bahkan dinilai oleh guru. Dengan tugas tersebut, siswa akan selalu belajar sehingga proses mencari pengalaman belajar tidak terbatas di sekolah, tetapi juga di rumah.


(28)

Demikian, empat langkah yang harus ditempuh oleh guru dalam penerapan keterampilan proses pada kegiatan belajar mengajar. Untuk dapat melakukan langkah demi langkah di atas, guru dituntut untuk mempersiapkan secara matang materi pelajaran yang akan diajarkan sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai, seperti penyiapan:29

a. Rencana pengajaran dan materi pengajaran

b. Media pengajaran yang dapat membantu proses belajar

c. Daftar tugas yang harus diselesaikan siswa selama proses belajar berlangsung

d. Alat evaluasi, tugas-tugas rumah

Agar pelaksanaan pendekatan keterampilan proses dalam kegiatan belajar mengajar dapat berjalan lancar sesuai dengan tujuan pengajaran maka perlu disusun rencana pengajaran yang mengacu pada keterampilan proses tersebut.

5. Jenis-jenis Keterampilan Proses

Keterampilan proses dibangun oleh sejumlah keterampilan. Menurut Rustaman jenis-jenis pendekatan keterampilan proses adalah sebagai berikut: 30

a. Melakukan pengamatan (observasi)

Karakteristik pengamatan pendekatan keterampilan proses adalah menggunakan semua indera yang mungkin digunakan seperti penglihatan, pembau, pendengar, pengecap, dan peraba pada waktu mengamati objek merupakan kegiatan yang sangat dituntut dalam pembelajaran IPA, menggunakan fakta yang relevan.

b. Menafsirkan pengamatan (interpretasi)

Karakteristik pendekatan proses interpretasi adalah mengidentifikasi fakta-fakta berdasarkan hasil pengamatan,

29

Moerdiyanto, “Strategi Pelaksanaan Pendekatan Keterampilan proses...., h. 27 30


(29)

menafsirkan fakta atau data menjadi suatu penjelasan yang logis, menarik kesimpulan dari suatu seri pengamatan.

c. Mengelompokkan (klasifikasi)

Klasifikasi didefinisikan sebagai proses pengaturan objek-objek peristiwa atau informasi ke dalam deretan kelompok menurut cara atau sistem tertentu. Seperti mencari perbedaan, mengontraskan ciri-ciri, mencari kesamaan, membandingkan, dan mencari dasar penggolongan. d. Meramalkan (prediksi)

Karakteristik dari keterampilan prediksi adalah keterampilan mengajukan perkiraan tentang suatu yang belum terjadi berdasarkan suatu kecenderungan atau pola yang sudah ada.

e. Berkomunikasi

Karakteristik pendekatan keterampilan proses berkomunikasi adalah mengutarakan gagasan, menjelaskan penggunaan data hasil penginderaan atau memberikan data secara akurat suatu objek atau kejadian, mengubah data dalam bentuk tabel ke bentuk lainnya.

f. Berhipotesis

Menyatakan atau menyusun hubungan antara dua variabel serta mengajukan perkiraan penyebab sesuatu terjadi. Dengan berhipotesis diungkapkan cara melakukan pemecahan masalah, karena dalam rumusan hipotesis biasanya terkandung cara mengujinya.

g. Merencanakan percobaan atau penyelidikan

Menentukan alat dan bahan, menentukan variabel atau peubah yang terlibat dalam suatu percobaan, menentukan variabel kontrol dan variabel bebas, menentukan apa yang diamati, diukur atau ditulis, serta menentukan cara dan langkah kerja.

h. Menerapkan konsep atau prinsip

Menjelaskan suatu peristiwa baru dengan menggunakan konsep yang telah dimiliki serta menerapkan konsep yang telah dipelajari siswa dalam situasi baru.


(30)

i. Mengajukan pertanyaan

Pertanyaan yang diajukan dapat meminta penjelasan tentang apa, mengapa, mengetahui atau menanyakan latar belakang hipotesis pada sebuah konsep atau pada saat kegiatan pembelajaran dilakukan.

6. Keunggulan dalam pelaksanaan Pendekatan keterampilan Proses

Beberapa keunggulan dalam penggunaan keterampilan proses adalah:

a. Siswa terlibat langsung dalam proses mengamati, merancang, dan melakukan percobaan untuk memperoleh konsep.

b. Siswa memperoleh kesempatan untuk mencoba melakukan dan memahami penerapan tentang konsep yang diperoleh.

c. Siswa dapat memperoleh pengalaman dan pengetahuan sendiri, melakukan penyelidikan ilmiah, melatih kemampuan-kemampuan intelektualnya, dan merangsang keingintahuan serta dapat memotivasi kemampuannya untuk meningkatkan pengetahuan yang baru diperolehnya.

d. Siswa lebih memperoleh kesempatan untuk mengembangkan aktivitas kreativitas, kemandirian, sikap kritis dan keterampilan bekerjasama dengan orang lain.

7. Hubungan Metode Praktikum dan Metode Diskusi dengan Pendekatan Keterampilan Proses.

a. Metode Praktikum

Dalam pendidikan sains kegiatan praktikum merupakan bagian integral dari kegiatan belajar mengajar. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya peranan kegiatan praktikum untuk mencapai tujuan pendidikan sains.31

Woolnough dan Allsop dalam Rustaman, mengemukakan empat alasan mengenai pentingnya kegiatan praktikum sains.

31


(31)

1) Praktikum membangkitkan motivasi belajar sains. Melalui praktikum siswa diberi kesempatan untuk memenuhi dorongan rasa ingin tahu dan ingin bisa. Prinsip ini akan menunjang kegiatan praktikum dimana siswa menemukan pengetahuan melalui eksplorasinya terhadap alam.

2) Praktikum dapat mengembangkan keterampilan dasar melakukan eksperimen. Untuk melakukan eksperimen ini diperlukan beberapa keterampilan dasar seperti mengamati, mengestimasi, dan mengukur. Dengan kegiatan paktikum, siswa dilatih untuk mengembangkan kemampuan bereksperimen dengan melatih kemampuan siswa dalam mengobservasi dengan cermat, mengukur secara akurat, menggunakan dan menangani alat secara aman, merancang, melakukan dan menginterpretasikan eksperimen.

3) Praktikum menjadi wahana belajar pendekatan ilmiah. Banyak para pakar pendidikan sains meyakini bahwa cara yang terbaik untuk belajar pendekatan ilmiah adalah dengan menjadikan siswa sebagai scientis.

4) Praktikum menunjang materi pelajaran. Kegiatan praktikum memberi kesempatan bagi siswa untuk menemukan teori dan membuktikan teori.

b. Metode Diskusi

Metode diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran di mana guru memberi kesempatan kepada siswa (kelompok-kelompok siswa) untuk mengadakan perbincangan ilmiah untuk mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan, atau menyusun berbagai alternatif pemecahan suatu masalah.32

32

J.J. Hasibuan dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), h. 20


(32)

Metode diskusi mempunyai kegunaan, diskusi sebagai metode mengajar lebih cocok dan diperlukan apabila guru hendak:

1) Memanfaatkan berbagai kemampuan yang ada pada siswa

2) Memberi kesempatan kepada siswa untuk menyalurkan kemampuannya

3) Mendapatkan balikan dari siswa, apakah tujuan telah tercapai 4) Membantu siswa belajar berpikir kritis

5) Membantu siswa belajar menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman-temannya

6) Membantu siswa menyadari dan mampu merumuskan berbagai masalah yang dilihat, baik dari pengalaman sendiri maupun dari pelajaran sekolah

7) Mengembangkan motivasi untuk belajar lebih lanjut.

c. Pelaksanaan Pendekatan Keterampilan proses melalui metode Praktikum dan Metode Diskusi

Pendekatan keterampilan proses melalui metode praktikum dan diskusi merupakan hal yang tepat. Keterampilan proses merupakan suatu pendekatan yang mengarah pada penumbuhan dan pengembangan sejumlah keterampilan tertentu pada diri siswa agar mampu memproses informasi hal-hal baru yang bermanfaat baik berupa fakta maupun konsep. Melalui keterampilan proses, konsep yang diperoleh siswa akan lebih bermakna karena keterampilan berpikir siswa akan dapat lebih berkembang.33

Dalam mengembangkan keterampilan proses siswa dapat digunakan metode praktikum, karena pada praktikum, siswa terlibat langsung untuk mencoba dan menerapkan konsep yang sudah siswa pelajari serta untuk membuktikan kebenaran suatu konsep. Selain itu, dengan praktikum, siswa dapat melakukan kegiatan mengamati,

33

Gebi Dwiyanti, Analisis Keterampilan proses Sains Siswa SMU Kelas II PadaPembelajaran Kesadahan Air dengan Metode Praktikum Skala Mikro, (Jurnal Pengajaran MIPA, Vol. 3 No. 2 Desember 2002)


(33)

menafsirkan data, meramalkan, berhipotesis, menggunakan alat dan bahan, merencanakan percobaan, mengkomunikasikan hasil percobaan, mengajukan pertanyaan, dan menerapkan konsep. Hal ini sejalan dengan jenis-jenis keterampilan yang terdapat dalam pendekatan keterampilan proses. Selain dengan metode praktikum, pendekatan keterampilan proses dapat dilakukan dengan metode diskusi. Penggunaan metode ini karena dengan diskusi siswa dilatih untuk melakukan proses berpikir, siswa dilatih untuk mengemukakan pendapat, siswa dilatih untuk berpikir kritis, berpikir sistematis, bersikap terbuka.34 Dengan metode ini kemungkinan semua siswa aktif berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran sehingga pembentukan konsep siswa akan lebih mudah terbentuk.

8. Konsep Laju Reaksi

a. Pengertian Laju Reaksi

Di dalam suatu reaksi kimia, zat pereaksi akan bereaksi membentuk zat produk reaksi, sehingga jumlah zat pereaksi akan berkurang sedangkan jumlah zat produk reaksinya akan bertambah. Untuk menentukan besarnya pengurangan zat pereaksi atau pertambahan zat produk reaksi, digunakan parameter laju reaksi. Jadi, secara umum, konsep laju reaksi dinyatakan sebagai berkurangnya konsentrasi pereaksi atau bertambahnya konsentrasi produk reaksi dalam satuan waktu.35 Jadi, laju reaksi dirumuskan sebagi berikut:

Laju reaksi =

34

Tonih Feronika, Buku Ajar Strategi Pembelajaran Kimia, (Jakarta: FITK UIN Syarif Hidayatullah 2008), h. 40

35

Paulina Hendrajanti, Konsep dan Penerapan Kimia Untuk SMA/MA Kelas XI,


(34)

Apabila suatu persamaan reaksi:36

X Y

Sewaktu reaksi berlangsung, terjadi pengurangan konsentrasi pereaksi X dan peningkatan konsentrasi produk pereaksi Y.

Perubahan konsentrasi X yakni ∆[X] akan memiliki nilai negatif. Agar laju reaksi pereaksi X, yakni vX memiliki nilai positif,

maka vX didefinisikan sebagai:

Laju reaksi pereaksi X : vx =

Sementara perubahan konsentrasi Y, yakni ∆[Y] akan memiliki nilai positif sehingga laju reaksi produk reaksi Y, yakni vY didefinisikan

sebagai:

Laju reaksi produk reaksi Y : vY = +

Keterangan :

v = laju reaksi (mol L-1 detik -1)

] = perubahan konsentrasi molar pereaksi

= perubahan konsentrasi molar produk

= perubahan waktu reaksi

Oleh karena perbandingan koefisien reaksi X dan Y adalah 1:1, maka laju reaksi pereaksi X sama dengan laju reaksi produk reaksi Y:

vX = vY

Untuk reaksi dengan perbandingan koefisien reaksi tidak sama, laju reaksi zat-zat yang terlibat dalam suatu reaksi saling terkait menurut persamaan reaksi setaranya. Contoh pada reaksi berikut:37

aA + bB pP + qQ

36

J. M. C. Johari dan Rahmawati, Kimia SMU, (Jakarta: Esis PT Gelora Aksara Pratama, 2004), h. 100

37


(35)

hubungan laju reaksi zat A, B, P, dan Q dinyatakan sebagai berikut :

=

= +

=

+

atau

vA = vB = vP = vQ

Persamaan ini juga dapat diartikan apabila laju reaksi suatu zat diketahui, maka laju reaksi zat-zat lainnya dapat ditentukan.

b. Hukum laju reaksi (Persamaan laju reaksi)

Laju reaksi keseluruhan pada suatu waktu t adalah fungsi dari konsentrasi zat-zat pereaksinya. Hal ini dirumuskan sebagai Hukum Laju Reaksi. Untuk reaksi berikut:38

aA + bB Produk reaksi

maka, laju reaksi keseluruhannya adalah: v = k [A]m [B]n

keterangan :

v = laju reaksi (mol L-1 detik -1) m = orde reaksi zat A k = tetapan laju reaksi n = orde reaksi zat B [A] = konsentrasi molar zat A m + n = orde total

[B] = konsentrasi molar zat B

c. Faktor – faktor yang mempengaruhi laju reaksi

Ada empat faktor yang mempengaruhi laju reaksi, yaitu konsentrasi pereaksi, luas permukaan, suhu, dan katalis.39

38

J. M. C. Johari dan Rahmawati, Kimia SMU..., h. 103 39


(36)

1) Konsentrasi pereaksi

Laju reaksi umumnya naik dengan bertambahnya konsentrasi pereaksi, dan turun dengan berkurangnya konsentrasi pereaksi. Makin pekat suatu larutan atau makin besar konsentrasi larutan, maka jumlah partikel zat terlarut semakin banyak dan jarak antara partikel semakin rapat, sehingga kemungkinan bertumbukan lebih besar. Semakin banyak tumbukan, maka reaksi berlangsung lebih cepat.

2) Luas permukaan

Untuk reaksi heterogen yakni reaksi yang melibatkan zat-zat pereaksi dengan wujud berbeda, laju reaksi dipengaruhi oleh permukaan sentuh. Jika luas permukaan bidang sentuh zat makin besar maka kemampuan bersentuhan akan lebih banyak, tumbukan akan sering terjadi dan laju reaksi makin tinggi.

3) Suhu

Laju reaksi bertambah dengan naiknya suhu. Menaikkan suhu reaksi berarti menambah energi yang diserap oleh molekul-molekul sehingga energi kinetik molekul-molekul bertambah besar. Akibatnya, molekul-molekul bergerak lebih cepat dan tumbukan akan lebih sering terjadi, sehingga laju reaksi semakin tinggi. Nilai peningkatan laju reaksi dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

va =

Keterangan :

va = laju reaksi pada suhu akhir (Ms-1)

vo = laju reaksi pada suhu awal (Ms-1)

a = kenaikan laju reaksi Ta = suhu akhir (oC)

To = suhu awal (oC)


(37)

Laju reaksi berbanding terbalik dengan waktu, sehingga waktu untuk berlangsungnya suatu laju reaksi dapat ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

ta =

Keterangan :

to = lama reaksi pada suhu awal (s)

ta = lama reaksi pada suhu akhir (s)

4) Katalis

Katalis adalah suatu zat yang dapat mengubah laju reaksi kimia tanpa mengalami perubahan secara kimia di akhir reaksi. Katalis yang mempercepat laju reaksi disebut katalis positif atau lebih umum disebut katalis saja. Sedangkan katalis yang memperlambat laju reaksi disebut katalis negatif atau lebih umum disebut inhibitor.

B. Bahasan Hasil-hasil Penelitian yang Relevan

Untuk mendukung penelitian ini, berikut ini disajikan beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan. Penelitian tersebut antara lain:

Mary L. Ango dalam International Journal of Educology yang berjudul Mastery of Science Process Skills and Their Effective Use in the Teaching of Science: An Educology of Science Education in The Nigerian Context sebagai berikut: dengan menerapkan pendekatan keterampilan proses siswa mendapat bimbingan dalam langkah-langkah metode ilmiah dan terlibat langsung dalam suatu penyelidikan ilmiah sehingga tujuan belajar dapat tercapai dengan baik.40

Menurut Michael J. Padilla dalam Research Matter - to the Science Teacher yang berjudul “The Science Process Skills” mengatakan bahwa salah

40


(38)

satu tujuan yang paling penting bagi sebagian besar sekolah adalah mengajar siswa untuk berpikir ilmiah dan kritis. Salah satu cara untuk memacu siswa agar dapat berpikir ilmiah dan kritis adalah dengan menerapkan pendekatan keterampilan proses. Pendekatan keterampilan proses ini memiliki jenis-jenis keterampilan yang mencerminkan perilaku ilmuwan. Dengan diterapkannya pendekatan ini siswa akan berperilaku seperti ilmuwan sehingga siswa akan termotivasi dan cara berpikirnya akan berkembang.41

Menurut Meltem Duran dan Oguz Ozdemir dalam penelitiannya yang berjudul “The Effect of Scientific Process Skills-Based Science Teaching on

Students’ Attitude Towards Science”. Dapat dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran yang menggunakan pendekatan keterampilan proses memberikan hasil yang positif dan berpengaruh sangat penting dalam meningkatkan pemahaman siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Siswa merasa tertarik dan mempunyai rasa ingin tahu yang besar terhadap ilmu sains yang dilakukan dengan penyelidikan/percobaan ilmiah.42

Menurut William dan John dalam penelitiannya yang berjudul “The Enhancement of Science Process Skills in Primary Teacher Education Students”. Dapat disimpulkan bahwa siswa mengembangkan keterampilan proses tingkat tinggi melalui pengalaman laboratorium yang memberikan para siswa kebebasan untuk melakukan percobaan. Selain itu, dengan keterampilan proses siswa belajar untuk mengidentifikasi dan menentukan variabel yang bersangkutan, menafsirkan, mengubah, dan menganalisisis data, merencanakan dan merancang percobaan, dan merumuskan hipotesis.43

Rebecca dalam penelitiannya yang berjudul “Assessing Mississipi

AEST Teachers’ Capacity For Teaching Science Integrated Process Skills

menyimpulkan bahwa siswa yang diajarkan dengan keterampilan proses dan

41

Michael J. Padilla, “The Science Process Skills”...., h. 1 42

Meltem Duran, Oğuz Özdemir, “The effects of scientific process skills..., h. 27 43

William Foulds and John Rowe, “The Enhancement of Science Process Skills In Primary Teacher Education Students”, (Australian Journal of Teacher Education, Vol. 21, No. 1, 1996), h. 4


(39)

prinsip-prinsip sains menunjukkan prestasi yang lebih tinggi daripada siswa yang diajarkan dengan pendekatan-pendekatan tradisional.44

Menurut Nina Kadaritna dalam Penelitiannya yang berjudul “Penggunaan Pendekatan Keterampilan Proses Dalam Meningkatkan Pemahaman Kimia Siswa Kelas II SMU YP UNILA Bandar lampung” mengatakan bahwa penggunaan pendekatan keterampilan proses melalui metode demonstrasi dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep kimia.45

44

Rebecca L. Hamilton, Assessing Mississipi AEST...., h. 9 45

Nina Kadaritana, “Penggunaan Pendekatan Keterampilan Proses Dalam Meningkatkan

Pemahaman Kimia Pada Siswa Kelas II SMU YP UNILA Bandar lampung”, (Jurnal LIPI, JPP, Volume 1 Nomor 1, April 2003), h. 23


(40)

C. Pengajuan Konseptual Perencanaan Tindakan

-Pemahaman siswa terhadap konsep laju reaksi masih rendah.

-Rata-rata pencapaian ulangan harian konsep laju reaksi masih di bawah nilai KKM

-Jarangnya melakukan kegiatan praktikum.

-Kegiatan belajar mengajar selalu menggunakan metode ceramah. -Guru menjelaskan materi terlalu cepat.

-Siswa tidak diberi kesempatan untuk mencatat materi yang terdapat di power point.

-Siswa beranggapan bahwa kimia adalah pelajaran yang menakutkan, sulit, dan abstrak.

-Siswa tidak aktif dan tidak bersemangat dalam kegiatan belajar mengajar. Pembelajaran di dalam kelas menggunakan

pendekatan keterampilan proses dengan metode praktikum dan metode diskusi

Gambar 2.1. Bagan Pengajuan Konseptual Perencanaan Tindakan Persiapan

Guru

Persiapan Kelas

Penyajian Langkah

lanjutan dan aplikasi Menetapkan

tujuan dan

menerapkan langkah-langkah pendekatan keterampilan proses

Menyiapkan siswa dan alat-alat praktikum

Penyajian pembelajaran dengan pendekatan ketrampilan proses

Tanya jawab, diskusi dan latihan soal

 Suasana belajar kondusif

 Mampu belajar mandiri dan lebih aktif

 Mengembangkan keterampilan-keterampilan

 Menumbuhkan kemampuan berpikir kreatif

 Mampu memahami konsep laju reaksi


(41)

Faktor yang menyebabkan rendahnya pemahaman konsep siswa salah satunya adalah banyak siswa yang menganggap bahawa pelajaran kimia itu sulit dan membosankan. Selain itu, rendahnya pemahaman siswa terutama pada konsep yang berupa hitungan, yaitu pada konsep termokimia dan laju reaksi. Anggapan tersebut terjadi karena kurangnya keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran selain itu dari data yang diperoleh, rata-rata pencapaian ulangan harian konsep laju reaksi masih di bawah nilai KKM.

Metode ceramah yang sering guru gunakan dalam proses pembelajaran membuat siswa merasa bosan dan kesulitan untuk mempelajari konsep kimia, siswa tidak diberi waktu untuk mencatat materi yang terdapat dalam power point dan jarangnya melakukan kegiatan praktikum membuat siswa beranggapan kimia itu mata pelajaran yang menakutkan, sulit, dan abstrak karena ketidakmampuan siswa memahami konsep kimia, siswa tidak aktif dalam kegiatan belajar mengajar sehingga semangat siswa untuk belajar kurang akan menyebabkan pemahaman konsep kimia rendah dan hal ini akan mempengaruhi hasil belajar siswa. Oleh sebab itu, untuk mempermudah pemahaman siswa akan konsep-konsep kimia terutama laju reaksi maka digunakan pendekatan keterampilan proses dengan metode praktikum dan metode diskusi.

Pendekatan keterampilan proses merupakan suatu sistem pengajaran yang lebih banyak melibatkan siswa untuk bertindak lebih aktif. Dengan pendekatan keterampilan proses siswa diajak untuk menemukan dan membentuk konsep sendiri. Sehingga kegiatan belajar mengajar siswa akan lebih bermakna.

Tindakan yang dilakukan menghasilkan siswa yang mampu belajar mandiri, lebih aktif dan siswa lebih bersemangat dalam proses pembelajaran, suasana belajar kondusif, siswa menyukai mata pelajaran kimia, siswa memahami konsep-konsep kimia, dengan meningkatnya pemahaman siswa akan konsep kimia maka hasil belajar siswa akan meningkat.


(42)

D. Hipotesis Tindakan

Penerapan pendekatan keterampilan proses dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa pada konsep laju reaksi.


(43)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Muhammadiyah 25 Setiabudi Jalan Surya Kencana No. 29 Pamulang – Tangerang Selatan kelas XI IPA 1 semester I tahun ajaran 2010/2011. Adapun waktu penelitian dilakukan pada bulan November pada tanggal 10 – 30 November 2010.

B. Metode dan Disain Intervensi Tindakan/Rancangan Siklus Penelitian 1. Metode

Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK) atau classroom action research, yang hanya terfokus pada suatu permasalahan yang berawal dari situasi alamiah kelas. Peneliti berusaha memperbaiki suatu masalah yang benar-benar berawal dari situasi alamiah kelas, dengan memberikan intervensi tindakan tanpa merubah kealamiahan situasi sebagai upaya melakukan perbaikan berupa peningkatan kualitas pembelajaran melalui implementasi rencana pembelajaran.

2. Desain Intervensi Tindakan

Desain intervensi tindakan kelas yang digunakan terdiri dari empat komponen yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi.46 Dengan demikian untaian dari keempat komponen tersebut dipandang sebagai satu siklus. Pada pelaksanaan, jumlah siklus tergantung kepada tingkat penyelesaian masalah atau kriteria ketercapaian indikator.

Dengan demikian untaian dari keempat komponen tersebut dipandang sebagai satu siklus. Pada pelaksanaan, jumlah siklus

46

Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008), h. 16


(44)

tergantung kepada tingkat penyelesaian masalah atau kriteria ketercapaian indikator.

a. Perencanaan

Pada penelitian ini akan menggunakan pendekatan keterampilan proses melalui metode praktikum dan metode diskusi. Dalam proses pembelajarannya akan dibagi menjadi dua siklus. Penelitian tindakan kelas siklus I menggunakan materi kemolaran, pengertian laju reaksi, persamaan laju reaksi, faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi. Sedangkan siklus II menggunakan materi teori tumbukan, dan orde reaksi.

Susunan Kegiatan perencanaan sebagai berikut:

1) Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam proses belajar mengajar.

2) Merancang strategi dan skenario pembelajaran yang akan dilaksanakan melalui pendekatan keterampilan proses.

3) Menentukan indikator ketercapaian keberhasilan dalam pembelajaran.

4) Menyusun instrumen penelitian untuk proses pengumpulan data berupa tes, yaitu instrumen tes berupa soal tes uraian untuk mengetahui pemahaman konsep siswa.

5) Menyusun lembar kerja siswa untuk mendukung penerapan keterampilan proses melalui metode praktikum dan diskusi.

6) Mempersiapkan alat dan bahan praktikum serta media pembelajaran yang dibutuhkan seperti LCD dan laptop.

7) Untuk kegiatan praktikum, siswa diwajibkan membawa ati ayam untuk diamati.

b. Pelaksanaan

Melaksanakan setiap langkah yang telah direncanakan dalam strategi pembelajaran. Pada saat proses pembelajaran berlangsung, siswa harus melakukan semua kegiatan pembelajaran dalam kelas,


(45)

sedangkan guru mengarahkan jalannya proses pembelajaran, memotivasi siswa agar aktif dalam pembelajaran dan menilai pelaksanaan proses belajar itu sendiri, selama berlangsungnya proses belajar harus selalu diawasi agar sesuai dengan tujuan pembelajaran.

c. Pengamatan

Dalam pelaksanaan proses belajar dengan pendekatan keterampilan proses berlangsung, maka pada saat itu dapat dilakukan pencatatan terhadap aktifitas siswa dan aktivitas guru dalam lembar pengamatan dan catatan lapangan sebagai bahan refleksi untuk siklus berikutnya.

d. Refleksi

Menganalisa proses belajar siswa yang telah dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses. Jika terdapat kekurangan dalam proses pembelajaran, maka dalam siklus berikutnya dapat diambil langkah perbaikan agar proses pembelajaran dilaksanakan dengan baik dan sesuai dengan yang diharapkan.

Model penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut:47

Gambar 3.1. Model Penelitian Tindakan Kelas

47

Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas..., h. 16 Refleksi

Pengamatan Perencanaan

SIKLUS I

Refleksi SIKLUS II

Pengamatan

Perencanaan

Pelaksanaan

Pelaksanaan


(46)

C. Subjek/ Partisipan yang terlibat dalam Penelitian

Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah guru mata pelajaran kimia dan siswa kelas XI IPA 1 semester I di SMA Muhammadiyah 25 Pamulang Setiabudi tahun ajaran 2010/2011. Jumlah subjek pada penelitian ini adalah 38 siswa yang terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 22 siswa perempuan.

D. Peran dan Posisi Peneliti Dalam Penelitian

Posisi peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai guru. Peneliti dibantu oleh teman sejawat sebagai observer yang menyaksikan segala aktivitas yang dilakukan oleh siswa selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses.

E. Tahapan Intervensi Tindakan

Tahap pelaksanaan tindakan terdiri dari beberapa siklus, tergantung pada tingkat penyelesaian masalah. Berikut ini adalah gambaran tentang langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian tindakan kelas ini:

No. Tahapan Kegiatan

1. Penelitian Awal a. Orientasi lapangan melalui observasi kelas dan wawancara terhadap siswa dan guru bidang studi kimia yang mengajar di kelas XI IPA 1 SMA Muhammadiyah 25 Pamulang tahun ajaran 2010/2011 untuk menjaring permasalahan yang dihadapi dalam proses pembelajaran kimia sebelum penelitian tindakan kelas ini dilakukan. b. Menganalisis hasil observasi dan

wawancara dengan menentukan fokus permasalahan yang akan diteliti.

c. Mengkaji literatur dan hasil-hasil penelitian yang serupa.


(47)

d. Diagnosa

Pemahaman konsep siswa yang rendah

dapat ditingkatkan dengan

menggunakan pendekatan

keterampilan proses.

2. Siklus I Perencanaan Materi tentang kemolaran, laju reaksi, dan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi dilakukan dengan susunan kegiatan sebagai berikut:

1)Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam proses belajar mengajar.

2)Merancang strategi dan skenario pembelajaran yang akan dilaksanakan melalui pendekatan keterampilan proses.

3)Menentukan indikator ketercapaian keberhasilan dalam pembelajaran. 4)Menyusun instrumen penelitian untuk

proses pengumpulan data berupa tes, yaitu instrumen tes berupa soal tes uraian untuk mengetahui pemahaman konsep siswa.

5)Menyusun lembar kerja siswa untuk mendukung penerapan keterampilan proses melalui metode praktikum dan diskusi.

6)Mempersiapkan alat dan bahan praktikum serta media pembelajaran yang dibutuhkan seperti LCD dan laptop.


(48)

7)Untuk kegiatan praktikum, siswa diwajibkan membawa ati ayam untuk diamati.

Pelaksanaan 1)Guru memberikan penjelasan mengenai tujuan pembelajaran dan

langkah-langkah pelaksanaan

praktikum yang akan diberikan kepada siswa.

2)Guru mengadakan kegiatan

pembelajaran melalui pendekatan keterampilan proses. Kegiatan yang dilakukan meliputi:

a) Kegiatan Praktikum

(1) Guru membagi siswa ke dalam 8 kelompok kecil yang masing-masing terdiri dari 4-5 siswa. (2) Pembagian lembar kerja siswa

sebagai penunjang kegiatan praktikum.

(3) Kegiatan praktikum dilakukan tiga kali. Praktikum pertama dilaksanakan pada pertemuan pertama tentang materi kemolaran, praktikum kedua dilaksanakan pada pertemuan ketiga tentang materi faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi (faktor konsentrasi dan luas permukaan), praktikum ketiga dilaksanakan pada pertemuan keempat tentang


(49)

materi faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi (faktor suhu dan katalis).

(4) Untuk praktikum keempat, siswa membawa ati ayam dan menyiapkan alat dan bahan-bahan lain untuk diamati

(5) Guru membimbing siswa

dengan memberikan arahan langkah-langkah praktikum. (6) Guru memberikan pertanyaan

awal yang berhubungan dengan materi yang akan dipelajari siswa.

(7) Siswa menuliskan hipotesis dari percobaan pertama.

(8) Siswa setelah menuliskan hipotesis, langsung memulai percobaan pertama.

(9) Siswa melakukan pengamatan terhadap hasil percobaan. (10)Siswa mendiskusikan hasil

pengamatan, menjawab

pertanyaan yang terdapat pada lembar kerja siswa dan memberikan kesimpulan lalu

mempersentasikan hasil

diskusi. b) Diskusi Kelompok

(1) Guru mengadakan pembagian kelompok kecil sesuai dengan


(50)

kelompok praktikum.

(2) Setiap kelompok membahas soal yang diberikan oleh guru dan mendiskusikannya.

(3) Guru memimpin jalannya

diskusi kelompok dan

mengarahkan siswa.

(4) Setiap kelompok

mempresentasikan hasil

diskusinya.

3) Melaksanakan posttest untuk mengetahui tingkat pemahaman konsep siswa terhadap konsep kemolaran, laju reaksi, dan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi pada akhir siklus I.

Pengamatan Peneliti dan observer mencatat semua data dan informasi mengenai aktivitas siswa dan aktivitas guru selama pembelajaran berlangsung.

Refleksi 1)Melakukan evaluasi tindakan dengan menganalisis seluruh data pada siklus I melalui instrumen tes soal uraian. 2)Merefleksikan kekurangan pada siklus

I, dengan menentukan kendala-kendala berdasarkan temuan di kelas dan merencanakan tindakan selanjutnya

untuk memperbaiki dan

menyempurnakan tindakan pada siklus berikutnya (siklus II).


(51)

3. Siklus II Perencanaan Tahap perencanaan siklus II ini merupakan perbaikan dari pembelajaran pada siklus I, perencanaan dimulai dari

1. Menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

2. Menyiapkan media yang akan

digunakan dalam kegiatan

pembelaajran seperti LCD dan laptop 3. Menyiapkan rangkuman materi ajar

dan lembar kerja siswa (LKS)

4. Lembar kerja siswa dibagikan satu hari sebelum pembelajaran dilakukan 5. Menjelaskan pendekatan keterampilan

proses

6. Menyiapkan lembar observasi siswa dan guru, soal latihan

7. Membagi siswa kedalam 8 kelompok kecil yang masing-masing kelompok terdiri dari 4-5 siswa

Materi yang akan dibahas pada siklus II adalah teori tumbukan dan orde reaksi Pelaksanaan 1) Guru menjelaskan pendekatan

keterampilan proses.

2) Guru menjelaskan tujuan

pembelajaran yang harus dicapai siswa.

3) Guru mengadakan kegiatan

pembelajaran melalui pendekatan keterampilan proses melalui metode diskusi. Kegiatan yang dilakukan yaitu:


(52)

(a)Siswa berkumpul dengan masing-masing kelompoknya.

(b)Setiap kelompok mendiskusikan LKS yang diberikan guru satu hari sebelumnya.

(c)Guru menunjuk satu orang siswa untuk menjadi moderator dalam persentasi hasil diskusi.

(d)Masing-masing kelompok

mempersentasikan hasil diskusi.

(e)Kelompok yang tidak

mempersentasikan wajib

memberikan pertanyaan.

(f)Masing-masing kelompok harus menuliskan dan menjelaskan kesimpulan dari persentasi yang sudah dilakukan.

4) Guru hanya bertindak sebagai fasilitator dan membimbing siswa agar tidak salah memahami konsep. 5) Melaksanakan posttest untuk

mengetahui tingkat pemahaman konsep siswa terhadap konsep teori tumbukan dan orde reaksi pada akhir siklus II.

Pengamatan Peneliti dan observer mencatat semua data dan informasi mengenai aktivitas siswa dan aktivitas guru selama pembelajaran berlangsung.


(53)

Refleksi 1) Melakukan evaluasi tindakan dengan menganalisis seluruh data pada siklus II melalui instrumen tes soal uraian. 2)Tindakan dihentikan apabila hasil yang

didapatkan mencapai indikator keberhasilan.

4. Penulisan laporan penelitian

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan

Hasil intervensi tindakan yang diharapakan pada penelitian ini adalah hasil belajar kimia siswa pada aspek kognitif mengalami peningkatan setelah proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan keterampilan proses. Hasil belajar siswa untuk setiap siklus menggambarkan tingkat pemahaman siswa terhadap konsep-konsep kimia.48

Proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa. Penelitian ini dikatakan berhasil apabila hasil belajar siswa telah memenuhi indikator yaitu 85%49 siswa mencapai nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebesar ≥ 70.

G. Data dan Sumber Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa nilai siswa yang mencakup ranah kognitif, aktivitas siswa ketika proses pembelajaran berlangsung melalui lembar observasi dan catatan lapangan, dan hasil wawancara pada observasi sebelum penelitian dilakukan.

48

Nina Kadaritana, “Penggunaan Pendekatan Keterampilan Proses Dalam Meningkatkan Pemahaman Kimia Pada Siswa Kelas II SMU YP UNILA Bandar lampung”,

(Jurnal LIPI, JPP, Volume 1 Nomor 1, April 2003), h. 23 49

Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2009), h. 114


(1)

memahami suatu konsep maka akan mudah bagi siswa untuk memahami konsep-konsep yang akan dipelajari selanjutnya. Dengan demikian untuk mencapai peningkatan pemahaman konsep dalam konsep laju reaksi ini pemilihan pendekatan keterampilan proses merupakan hal yang tepat. Hal ini sejalan dengan penelitian yang telaah dilakukan oleh Nina Kadaritna yang menyatakan bahwa pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses dapat meingkatkan pemahaman konsep.

Berdasarkan uraian di atas, tampak bahwa penerapan pendekatan keterampilan proses dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa.

F. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti mengalami keterbatasan diantaranya adalah:

1. Singkatnya waktu yang diberikan pihak sekolah selama penelitian ini berlangsung, sehingga dua pertemuan dilaksanakan dalam hari yang sama namun dengan waktu yang berbeda.

2. Peneliti kesulitan ketika menerapkan salah satu jenis pendekatan keterampilan proses yaitu hipotesis. Karena masih banyak siswa yang belum memahami arti suatu hipotesis.

3. Ketersediaan alat dan bahan praktikum yang terbatas sehingga siswa harus bergantian ketika pelaksanaan praktikum berlangsung.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran agar pemahaman konsep siswa terhadap konsep kimia dapat meningkat dilakukan dengan memberikan pendekatan dan metode pembelajaran yang tepat. Salah satunya adalah dengan pendekatan keterampilan proses. Dalam pendekatan keterampilan proses terdapat sembilan jenis keterampilan, yaitu keterampilan melakukan pengamatan, menafsirkan pengamatan, mengelompokkan, meramalkan, berkomunikasi, berhipotesis, merencanakan percobaan, menerapkan konsep, dan mengajukan pertanyaan. Pada kegiatan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses, penerapan metode yang lebih menarik keterlibatan siswa secara langsung dan siswa terlihat lebih aktif adalah penerapan metode praktikum.

Pada metode praktikum, siswa diberi kesempatan untuk terlibat secara langsung dalam menemukan konsep laju reaksi yang sedang dipelajari sehingga memudahkan siswa dalam memahami konsep tersebut. Dalam kegiatan ini siswa dituntut untuk merumuskan permasalahan dan mengajukan hipotesis sebelum percobaan dilakukan. Kemudian siswa merencanakan percobaan, memprediksi, melakukan pengamatan, menafsirkan pengamatan, melakukan klasifikasi, mengumpulkan data, menganalisis dan menyimpulkan konsep yang sedang dipelajari dengan dibantu LKS (lembar kerja siswa). Penerapan pendekatan keterampilan proses dengan metode praktikum dan diskusi terbukti dapat meningkatkan pemahaman konsep. Hal ini terbukti dari rata-rata pencapaian indikator pemahaman konsep siswa pada konsep laju reaksi yaitu 70,12 pada siklus I dan 78,75 pada siklus II.


(3)

B. Saran

Sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian ini, maka dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:

1. Dalam penerapan pendekatan keterampilan proses sains sebaiknya dipilih materi yang mudah untuk dikaitkan dalam dunia nyata, serta pemberian tugas praktikum diusahakan agar tugas tersebut dapat terjangkau oleh siswa, sehingga tidak menyulitkan siswa baik sarana maupun dana.

2. Penerapan pendekatan keterampilan proses dalam kegiatan pembelajaran membutuhkan kesiapan baik bagi pihak guru maupun siswa yang akan terlibat dalam proses pembelajaran. Guru hendaknya memiliki kesiapan dalam bentuk kemampuan untuk mengembangkan metode yang lebih kreatif sehingga ketersediaan fasilitas dan bahan ajar yang ada disekolah dapat dimanfaatkan dengan maksimal.

3. Kegiatan praktikum tidak dapat terlepas dari kelengkapan fasilitas laboratorium oleh karena itu bagi pihak sekolah hendaknya meningkatkan pemeliharaan dan penambahan alat-alat laboratorium sebagai penunjang kegiatan pembelajaran kimia.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Mulyati. 1995. Pengembangan Program Pengajaran Bidang Studi Kimia. Bandung: PT. Rosda Karya.

Arifin, Zainal. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Ango, Maria L., “Process control Science Skills and Effective Use them in

Teaching of Science: An Education Educology” tersedia di

http://www.eric.ed.gov/ERICDocs/data/ericdocs2sql/content_storage_01/0 000019b/80/27/fb/49.pdf di akses 21 Februari 2010.

Anggoro, M. Toha, dkk. 2007. Metodologi Penelitian (Edisi 2). Jakarta: Universitas Terbuka.

Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Dahar, Ratna Wilis. 1996. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Duran, Meltem, Oğuz Özdemir. 2010. The effects of scientific process skills–

based science teachingon students' attitudes towards science (US-China

Education Review, ISSN 1548-6613, USA, Volume 7, No.3, Maret 2010, (Serial No.64).

Dwiyanti, Gebi, Analisis Keterampilan proses Sains Siswa SMU Kelas II PadaPembelajaran Kesadahan Air dengan Metode Praktikum Skala

Mikro, (Jurnal Pengajaran MIPA, Vol. 3 No. 2 Desember 2002).

Fathurrohman, Pupuh dan M. Sobry Sutikno. 2009. Strategi Belajar Mengajar

Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami. Bandung: PT.

Refika Aditama.

Feronika, Tonih. 2008. Buku Ajar Strategi Pembelajaran Kimia. Jakarta: FITK UIN Syarif Hidayatullah.

Ferrance, Eillen. “Action Research” Northeast and Islands Regional Educational Laboratory At Brown University.


(5)

Foulds, William and John Rowe. 1996. The Enhancement of Science Process

Skills In Primary Teacher Education Students”, (Australian Journal of

Teacher Education, Vol. 21, No. 1.

Gabel, Dorothy. 2003. “Enhancing The Conceptual Understanding Of Science”, Journal of educational HORIZONS Winter, Indiana University.

Hamilton, Rebecca L. 2007. “Assessing Mississippi AEST Teachers’ Capacity For

Teaching Science Integrated Process Skill” Journal of Southern

Agricultural Education Research Volume 57, Number 1, Mississippi State University Extension Service. Diakses 21 Februari 2010.

Harsanto,Radno. 2007. Pengelolaan Kelas yang Dinamis: Paradigma baru

Pembelajaran Menuju Kompetensi Siswa. Yogyakarta: Kanisius.

Hasibuan, J.J. dan Moedjiono. 2009. Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Hendrajanti, Paulina. 2007. Konsep dan Penerapan Kimia Untuk SMA/MA Kelas XI. Surakarta: PT. Widya Duta Grafika

Johari, J. M. C dan Rahmawati. 2004. Kimia SMU. Jakarta: Esis PT. Gelora Aksara Pratama.

Moerdiyanto. 1989. Strategi Pelaksanaan Pendekatan Keterampilan proses

dalam kegiatan Belajar Mengajar, dalam Cakrawala Pendidikan No. 1

Tahun VIII.

Mudjiono dan Dimyati. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Kadaritana, Nina. 2003. Penggunaan Pendekatan Keterampilan Proses Dalam

Meningkatkan Pemahaman Kimia Pada Siswa Kelas II SMU YP UNILA

Bandar lampung. (Jurnal LIPI, JPP, Volume 1 Nomor 1, April).

Padilla, Michael J., “The Science Process Skills”, tersedia di

http://www.narst.org/publications/research/skill.cfm, diakses pada 20 Februari 2010.

Poerwadarminta, W. J. S. 1993 . Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Riel, M, Understanding Action Research, Center For Collaborative Action

Research. Pepperdine University. Accessed online on [date] from

http://cadres.pepperdine.edu/ccar/define.html diakses 24 Februari 2010 Rustaman, Nuryani Y. dkk. 2005. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang:


(6)

Sanjaya, Wina. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Semiawan, Conny. 1990. “Pendekatan Keterampilan Proses: Bagaimana

Mengaktifkan Siswa dalam Belajar ”. Jakarta: PT. Gramedia

Sofyan, Ahmad dkk. 2006. Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi. Jakarta: UIN Jakarta Press

Sudjana, Nana. 2008. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Sudjiono, Anas. 2008. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Sukiniarti. 2009. Pendekatan Keterampilan Proses dalam Pembelajaran IPA di

Kelas Awal Sekolah Dasar, (Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 15,

No. 2, Maret).

Syah , Muhibbin. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Tarigan, Djago Drs. 1990. Proses Belajar Mengajar Pragmatik.Bandung: